80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS “WARUNG SENI” DI SRIWEDARI, SURAKARTA SKRIPSI Oleh: ALFAN REZA FATHONY K3207014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

PADA SANGGAR LUKIS “WARUNG SENI”

DI SRIWEDARI, SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

ALFAN REZA FATHONY

K3207014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Alfan Reza Fathony

NIM : K3207014

Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Seni Rupa

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “KAJIAN TENTANG PROSES

PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS “WARUNG SENI” DI

SRIWEDARI, SURAKARTA” ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 14 April 2012

Alfan Reza Fathony

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

PADA SANGGAR LUKIS “WARUNG SENI”

DI SRIWEDARI, SURAKARTA

Oleh :

ALFAN REZA FATHONY

K3207014

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 11 April 2012

Pembimbing I,

Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd.

NIP 19621110 198903 1 003

Pembimbing II,

Adam Wahida, S.Pd., M.Sn.

NIP 19730906 200501 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Senin

Tanggal : 23 April 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Nanang Yulianto, S.Pd., M.Ds. ………….

Sekretaris : Dra. M. Y. Ning Yuliastuti, M.Pd. ………….

Anggota I : Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd. ………….

Anggota II : Adam Wahida, S.Pd., M.Sn. ………….

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 19600727 198702 1 001

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Sekecil apapun yang dapat kita lihat, dengar, dan rasakan, jadikanlah itu

sebuah pengalaman yang sangat berharga.

(Alfan Reza Fathony)

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan

Kepada:

Ayah dan Ibu tersayang

Istriku tercinta

Adik-adikku, Guru-guruku, Rekan-rekanku

Almamater

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Alfan Reza Fathony. KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

PADA SANGGAR LUKIS “WARUNG SENI” DI SRIWEDARI,

SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta. April 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tujuan pembelajaran

sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta. (2) Materi yang diajarkan

pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta. (3) Metode yang

digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni” di

Sriwedari, Surakarta. (4) Model yang digunakan dalam proses pembelajaran pada

sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta. (5) Media yang digunakan

dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari,

Surakarta. (6) Sistem evaluasi hasil belajar siswa pada sanggar lukis “Warung

Seni” di Sriwedari, Surakarta.

Strategi yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang. Sumber

data yang digunakan memanfaatkan informan, tempat dan peristiwa, dan

dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (sampel

bertujuan). Validitas data dicapai dengan menggunakan triangulasi sumber dan

review informan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1) Tujuan sanggar lukis

“Warung Seni” sebagai pelengkap pendidikan seni rupa yang ada pada lembaga

pendidikan formal secara praktek atau keterampilan sudah dilaksanakan dengan

cukup baik. Namun dilihat dari segi wawasan masih kurang mencukupi karena

dalam kegiatan bimbingan di sanggar lukis ini anak tidak diberikan teori dan

referensi tentang seni lukis. (2) Materi tentang teknik melukis dan pewarnaan

yang diberikan selalu dibimbing dan diberikan contoh. Hal ini membuat hasil

lukisan anak terpaku pada gambar yang telah dicontohkan oleh pembimbing.

Pembelajaran dengan cara ini akan berdampak pada kurangnya kemandirian dan

kreativitas anak dalam melukis. (3) Bimbingan melukis di sanggar lukis “Warung

Seni” paling banyak diikuti oleh anak-anak usia 3-12 tahun. Walaupun usia anak

berbeda-beda namun materi yang diberikan sama. (4) Dari sekian metode yang

digunakan, metode praktik atau demonstrasi lebih dominan digunakan pada saat

bimbingan. Hal ini dikarenakan pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” ini

terfokus pada pembelajaran praktek melukis. (5) Penggunaan model pembelajaran

kontekstual terlihat pada saat anak diajak menggambar ke lokasi yang ditentukan

pembimbing. Hal ini dilakukan untuk melatih anak melukis obyek diam maupun

bergerak secara langsung. (6) Media pembelajaran yang digunakan di sanggar

lukis “Warung Seni” adalah gambar sketsa obyek yang digambar di papan white

board. Proses pembuatan gambar sketsa obyek bertahap. Dengan cara seperti ini

anak mudah menerima materi yang diajarkan dan pada akhir bimbingan seluruh

anak bisa menyelesaikan gambar secara bersamaan, sehingga tidak ada anak yang

tertinggal saat waktu kegiatan bimbingan selesai. (7) Bentuk evaluasi di sanggar

lukis “Warung Seni” berupa pembahasan langsung. Bentuk evaluasi melalui

pembahasan ini terbukti efektif diterapkan karena siswa dapat mengetahui letak

kekurangan dan kelebihan karya lukis yang telah mereka buat.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT

Alfan Reza Fathony. STUDY ON THE LEARNING PROCESS AT

PAINTING STUDIOS "WARUNG SENI" IN SRIWEDARI, SURAKARTA.

The research paper, Faculty of Teacher Training and Education in Sebelas Maret

University of Surakarta. April 2012.

The purpose of this study was to determine: (1) The purpose of learning

at painting studios, "Warung Seni" in Sriwedari, Surakarta. (2) The material

taught at painting studios, "Warung Seni" in Sriwedari, Surakarta. (3) The method

used in the learning process at painting studios, "Warung Seni" in Sriwedari,

Surakarta. (4) The model used in the learning process at painting studios,

"Warung Seni" in Sriwedari, Surakarta. (5) The medium used in the learning

process in the painting studios, "Warung Seni" in Sriwedari, Surakarta. (6) The

system of evaluation of student learning outcomes at painting studios, "Warung

Seni" in Sriwedari, Surakarta.

The strategy used is a case study of single spikes. Source of data used

utilizing informants, places and events, and documents. Sampling technique used

was purposive sampling. The validity of data is achieved by using a triangulation

of sources and informants review. Data analysis technique used is interactive

analysis.

Based on this research, we can conclude: (1) Purpose painting studios,

"Warung Seni" as a complement to the existing art education in formal

educational institutions in the practice or skills have been implemented quite well.

But in terms of insight is still inadequate because the activities of the guidance in

this painting studios, the child was not given the theory and references to painting.

(2) The materials of painting and staining techniques provided always guided and

given an example. This keeps the children focused on painting a picture that has

been exemplified by the supervisor. Learning in this way will have an impact on a

lack of independence and creativity in painting. (3) Guidance to paint in the studio

painting "Warung Seni" the most widely followed by children aged 3-12 years.

Although children of different ages, but given the same material. (4) Of all the

methods used, the method is more dominant practice or demonstration use at the

time of counseling. This is because the learning in the studio painting "Warung

Seni" is focused on learning the practice of painting. (5) The use of contextual

learning model looks at when children are invited to draw to the specified location

supervisor. This is done to train the children paint a still or moving objects

directly. (6) Learning media used in painting studios, "Warung Seni" is a sketch

drawing objects drawn on the whiteboard. The process of gradually making the

drawing object. In this way the child receptive to the material being taught and at

the end of the guidance of all children could complete the images simultaneously,

so that no child is left behind when the activity is complete guidance. (7) The

form of evaluation in the painting studios, "Warung Seni" in the form of direct

discussion. Evaluation form through this discussion proved to be effective

because students can be applied to locate the advantages and disadvantages of

paintings they have made.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya

saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “KAJIAN

TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

“WARUNG SENI” DI SRIWEDARI, SURAKARTA”. Penyusunan skripsi

dilakukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Banyak hambatan dalam proses penyusunan skripsi ini, namun berkat

bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan-hambatan yang timbul dapat

teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis sampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta sekaligus pembimbing I, atas bimbingannya dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Adam Wahida, S.Pd., M.Sn. selaku pembimbing II, atas bimbingannya

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Edy Tri Sulistyo, M.Pd. selaku pembimbing akademis.

6. Bapak Luluk Soemitro selaku narasumber utama penelitian ini.

7. Ibu Uryn Sulistyorini selaku narasumber pendukung.

8. Anak-anak siswa sanggar lukis “Warung Seni” Surakarta usia 3-12 tahun.

9. Ayah, Ibu, dan Adik-adikku atas do’a, biaya, dan dukungannya.

10. Istriku Intan Eka Saputri atas do’a, dukungan, dan semangat yang diberikan.

11. “Sunseters” : Figur, Anggi, Via, Anik, Ayu, dan Restu.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

12. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa, JPBS, FKIP,

UNS.

13. Teman-teman angkatan 2007 Program Studi Pendidikan Seni Rupa, JPBS,

FKIP, UNS.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapat imbalan dari Allah Yang

Maha Pemurah.

Adapun saran-saran yang bersifat membangun penulis terima dengan

senang hati. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan pendidikan seni rupa khususnya.

Surakarta, 12 April 2012

Penulis,

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Alfan Reza Fathony. KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

PADA SANGGAR LUKIS “WARUNG SENI” DI SRIWEDARI,

SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta. April 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tujuan pembelajaran

sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta. (2) Materi yang diajarkan

pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta. (3) Metode yang

digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni” di

Sriwedari, Surakarta. (4) Model yang digunakan dalam proses pembelajaran pada

sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta. (5) Media yang digunakan

dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari,

Surakarta. (6) Sistem evaluasi hasil belajar siswa pada sanggar lukis “Warung

Seni” di Sriwedari, Surakarta.

Strategi yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang. Sumber

data yang digunakan memanfaatkan informan, tempat dan peristiwa, dan

dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (sampel

bertujuan). Validitas data dicapai dengan menggunakan triangulasi sumber dan

review informan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1) Tujuan sanggar lukis

“Warung Seni” sebagai pelengkap pendidikan seni rupa yang ada pada lembaga

pendidikan formal secara praktek atau keterampilan sudah dilaksanakan dengan

cukup baik. Namun dilihat dari segi wawasan masih kurang mencukupi karena

dalam kegiatan bimbingan di sanggar lukis ini anak tidak diberikan teori dan

referensi tentang seni lukis. (2) Materi tentang teknik melukis dan pewarnaan

yang diberikan selalu dibimbing dan diberikan contoh. Hal ini membuat hasil

lukisan anak terpaku pada gambar yang telah dicontohkan oleh pembimbing.

Pembelajaran dengan cara ini akan berdampak pada kurangnya kemandirian dan

kreativitas anak dalam melukis. (3) Bimbingan melukis di sanggar lukis “Warung

Seni” paling banyak diikuti oleh anak-anak usia 3-12 tahun. Walaupun usia anak

berbeda-beda namun materi yang diberikan sama. (4) Dari sekian metode yang

digunakan, metode praktik atau demonstrasi lebih dominan digunakan pada saat

bimbingan. Hal ini dikarenakan pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” ini

terfokus pada pembelajaran praktek melukis. (5) Penggunaan model pembelajaran

kontekstual terlihat pada saat anak diajak menggambar ke lokasi yang ditentukan

pembimbing. Hal ini dilakukan untuk melatih anak melukis obyek diam maupun

bergerak secara langsung. (6) Media pembelajaran yang digunakan di sanggar

lukis “Warung Seni” adalah gambar sketsa obyek yang digambar di papan white

board. Proses pembuatan gambar sketsa obyek bertahap. Dengan cara seperti ini

anak mudah menerima materi yang diajarkan dan pada akhir bimbingan seluruh

anak bisa menyelesaikan gambar secara bersamaan, sehingga tidak ada anak yang

tertinggal saat waktu kegiatan bimbingan selesai. (7) Bentuk evaluasi di sanggar

lukis “Warung Seni” berupa pembahasan langsung. Bentuk evaluasi melalui

pembahasan ini terbukti efektif diterapkan karena siswa dapat mengetahui letak

kekurangan dan kelebihan karya lukis yang telah mereka buat.

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya mulai dari aspek kognitif, aspek afektif sampai dengan aspek

psikomotor. Aspek kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Aspek

afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,

seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Aspek psikomotor berisi

perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan

tangan, mengetik, melukis, dan mengoperasikan mesin.

Berdasarkan ruang lingkupnya, sistem pendidikan yang diselenggarakan

di Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal, pendidikan

nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan

yang terstruktur dan berjenjang mulai dari pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)

sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Bukti kelulusan pada setiap jenjang

pendidikan formal diakui secara nasional dan dapat dimanfaatkan untuk

persyaratan melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu,

pendidikan formal senantiasa menjadi pilihan orang tua dan peserta didik untuk

meningkatkan taraf pendidikan. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di

luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik meliputi pendidikan anak usia dini,

pendidikan keterampilan, dan pelatihan kerja. Sedangkan pendidikan informal

adalah jalur pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri.

Penyelenggaraan pendidikan nonformal dan pendidikan informal yang

diserahkan kepada masyarakat, menjadikan bentuk dan kualitas pendidikan

nonformal dan pendidikan informal sangat beragam. Seperti pendidikan

nonformal, hal ini terjadi karena sistem birokrasi pendidikan nonformal yang jauh

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

lebih pendek dan fleksibel dibandingkan dengan sistem birokrasi pendidikan

formal. Dalam kenyataannya, masyarakat akan memilih lembaga pendidikan

nonformal yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhannya. Lembaga

pendidikan nonformal yang berkualitas ditandai dengan kemampuan lembaga

menjawab kebutuhan masyarakat, banyak diminati konsumen, dan dapat menjaga

eksistensinya dalam jangka panjang. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 26 menyebutkan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan

bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pengembangan pendidikan nonformal

terbuka sangat luas di masyarakat meliputi semua bidang yang dibutuhkan

masyarakat.

Bentuk-bentuk pendidikan nonformal yang berkembang di masyarakat

sangat bervariasi. Sanggar merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal

yang banyak berkembang di kehidupan masyarakat. Sanggar adalah suatu tempat

atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk

melakukan suatu kegiatan (http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar diakses

23/11/2011). Sanggar yang ada saat ini antara lain sanggar musik, sanggar teater,

sanggar lukis, sanggar mengaji, dan lain-lain. Eksistensi sanggar dan semakin

banyaknya siswa yang merasa perlu menambah jam belajarnya di sanggar

menunjukkan bahwa masyarakat memerlukan kehadiran sanggar yang berfungsi

sebagai penambah atau pelengkap pendidikan formal.

Secara khusus penelitian ini berusaha mengungkap proses pembelajaran

yang diselenggarakan oleh sanggar lukis pada anak-anak. Peneliti berasumsi

bahwa sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang seni, kekuatan utama yang

dimiliki sanggar adalah pada proses pembelajarannya. Selain itu, peneliti juga

berasumsi bahwa masyarakat pengguna jasa sanggar akan memilih sanggar lukis

yang berkualitas dalam proses pembelajarannya. Dengan demikian melalui

penelitian ini, peneliti berharap dapat menemukan proses pembelajaran pada

sanggar lukis yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan refleksi bagi

pengembangan pendidikan sekolah.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Sesuai dengan fungsi seni rupa sebagai alat pendidikan, maka seni rupa

mempunyai peranan yang penting di dalam mengembangkan sensitivitas,

kreativitas, dan memberi fasilitas untuk berekspresi dan melengkapi anak dalam

membentuk kepribadiannya. Sehingga anak akan berkembang sesuai dengan

kebutuhannya.

Di dalam pendidikan sekolah, peranan tersebut kadang tidak dapat

terjangkau karena masalah terbatasnya waktu, fasilitas, dan cara

pengembangannya yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana mestinya.

Dengan adanya pendidikan nonformal seperti sanggar lukis ini akan dapat

melengkapi dan membantu keberhasilan fungsi seni tersebut. Di sanggar lukis

anak-anak pada masanya dapat memperoleh kesempatan yang luas untuk

menyalurkan minat, kesenangan, dan keterampilannya. Disamping itu mereka

dibina dan diberi pengarahan praktis mengenai hal-hal yang menyangkut

keterampilan dan bentuk-bentuk visual.

Hasil dari karya seni lukis yang diciptakan oleh anak bimbingan sanggar

juga berbeda dengan mereka yang tidak ikut dalam sanggar. Hal ini bisa diamati

dalam setiap pengadaan lomba lukis anak, kebanyakan para juara lukis rata-rata

berasal dari mereka yang dibimbing oleh sanggar-sanggar lukis. Para juara lukis

anak-anak bimbingan sanggar tersebut menunjukkan salah satu bukti dari

keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan oleh sanggar tersebut.

Keberadaan sanggar lukis untuk anak di kota Surakarta banyak

manfaatnya, karena akan melengkapi dan membantu keberhasilan pendidikan seni

rupa bagi anak-anak. Sanggar lukis “Warung Seni” adalah salah satu

penyelenggara pendidikan nonformal dalam bidang seni lukis yang berada di

Surakarta. Berdirinya sanggar lukis “Warung Seni” turut berperan serta

memberikan tempat bagi anak-anak yang ingin menyalurkan bakat dan kreativitas

mereka dibidang seni lukis. Di samping itu mereka akan mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan tentang seni lukis. Proses pembelajaran yang baik

tentu akan menghasilkan anak didik yang mampu berkarya seni lukis dengan baik.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan

suatu penelitian tentang proses pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni”

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

milik Bapak Luluk Soemitro yang terletak di Sriwedari, Surakarta. Karena siswa

dalam sanggar tersebut banyak dan terdiri dari usia yang berbeda-beda maka

peneliti membatasi penelitian pada siswa yang masuk dalam kategori anak-anak

yaitu usia 3-12 tahun. Penelitian ini juga berfungsi untuk mengetahui bagaimana

proses awal pembelajaran seni lukis pada anak yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa tujuan pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari,

Surakarta?

2. Apa saja materi, metode, model, dan media pembelajaran yang diajarkan dan

digunakan pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta?

3. Bagaimana sistem evaluasi hasil belajar siswa pada sanggar lukis “Warung

Seni” di Sriwedari, Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan

dengan:

1. Tujuan pembelajaran sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.

2. Materi yang diajarkan pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari,

Surakarta.

3. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis

“Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.

4. Model yang digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis

“Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.

5. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran pada sanggar lukis

“Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta.

6. Sistem evaluasi hasil belajar siswa pada sanggar lukis “Warung Seni” di

Sriwedari, Surakarta.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang tentang proses

pembelajaran pada sanggar lukis.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding atau masukan

pada pendidikan formal maupun nonformal dalam hal proses

pembelajaran, khususnya pada sanggar lukis.

b. Memberikan gambaran kepada masyarakat Sriwedari maupun daerah lain

yang menyelenggarakan bimbingan melukis tentang proses pembelajaran

pada sanggar lukis khususnya untuk anak usia 3-12.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ialah

semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan

berencana, diluar kegiatan persekolahan (Ahmadi dan Uhbiyati, 2003: 164).

Pendidikan nonformal menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (2003: 5) adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lebih lanjut, dalam

pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 15),

dinyatakan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan pelaku atau pelengkap pendidikan formal dalam

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Menurut Coombs dan Ahmed (1985), Pendidikan Luar Sekolah

adalah kegiatan pendidikan yang terorganisasi dan sistematis yang

berlangsung dalam kerangka sistem pendidikan formal untuk menyediakan

aneka ragam pelajaran tertentu kepada kelompok penduduk tertentu, baik dari

golongan dewasa maupun remaja (Zakiyah, 2006: 12). Dengan demikian,

pendidikan nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat atau pemerintah atau gabungan keduanya

yang berfungsi melengkapi jenis pendidikan yang ada dengan kerangka

kegiatan yang berbeda dengan kegiatan formal.

Sudjana (2000) berpendapat bahwa Pendidikan Luar Sekolah

mempunyai peranan untuk membantu sekolah formal sebagai pelengkap,

penambah, dan pengganti pendidikan sekolah (Zakiyah, 2006: 13).

Pendidikan formal tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan dan

keterbatasan ini dapat diperbaiki oleh Pendidikan Luar Sekolah dengan

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

menyediakan jenis-jenis pendidikan yang bervariasi sesuai dengan tuntutan

dan harapan masyarakat.

2. Pendidikan Seni Rupa di Sanggar Sebagai Pendidikan Nonformal

Sanggar dalam bidang seni rupa merupakan pendidikan nonformal

dalam bentuk bimbingan yang meliputi kegiatan penguasaan materi dan

praktek. Dalam sistem pendidikan dewasa ini, pendidikan seni rupa menjadi

bagian dari alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara

keseluruhan. Pendidikan yang dicapai melalui pendidikan seni rupa yaitu

pendidikan melalui seni. Melalui pendidikan seni ini diharapkan dapat

mempertajam fungsi-fungsi jiwa pada anak. Fungsi tersebut sangat berkaitan

dengan perkembangan pikiran, perasaan, dan kemauan. Ketiga unsur tersebut

sangat penting dan saling berhubungan dalam perkembangan dan

pertumbuhan anak. Disinilah peranan pendidikan seni dalam kaitannya

dengan tujuan pendidikan.

Pentingnya pendidikan seni bagi anak disini bukannya menjadikan

anak menjadi ahli seni atau seniman, tetapi lebih dari itu yaitu untuk

mencerdaskan seluruh fungsi-fungsi jiwa, cipta, rasa, dan karsa. Tidaklah

salah kalau pendidikan seni khususnya seni rupa sangat erat hubungannya

dengan pembentukan jiwa, karena apa yang dihasilkan merupakan suatu

perkembangan jiwa anak.

Herbert (1970) melihat pentingnya pendidikan seni sebagai dasar

pendidikan bagi anak dimasa mendatang, ia menyatakan:

Pendidikan estetik merupakan satu-satunya pendidikan yang

memberi keagungan pada tubuh dan kemuliaan pada pikiran, yang

karenanya kita harus memanfaatkan seni sebagai dasar pendidikan

yang dapat berperan saat masa kanak-kanak, sementara masih

tidurnya daya nalar, dan nanti saat daya nalar telah bangkit dari

tidurnya seni akan menyediakan jalan baginya dan daya itu akan

disambut sebagai mitra yang selanjutnya akan menjadi ciri khusus

(Subroto, 1997: 14).

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Ia mengharapkan pendidikan seni dijadikan sebagai dasar

pendidikan, karena akan membawa kebanggaan dan keagungan jasmaniah

dan rohaniah. Ini bisa dilaksanakan sejak masa kanak-kanak dimana daya

nalarnya belum muncul, dan ketika penalarannya telah bangkit, seni akan

memberi jalan baginya yang diterima sebagai kegiatan yang disenanginya.

Pendidikan seni rupa yang diberikan pada anak oleh lembaga

pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada dasarnya ditujukan

untuk pembinaan pengalaman dan pengetahuan seni rupa, serta untuk

pembentukan pribadi, yaitu pertumbuhan jiwa seperti pembinaan mental,

kreativitas, kesabaran, ketulusan, dan berbagai perasaan estetis. Hal ini

sebagaimana terungkap dalam tujuan pendidikan seni rupa yang disampaikan

oleh Muharam dan Sundaryati (1992) di bawah ini:

a. Mengembangkan bakat seni dan sensitivitas

b. Pengembangan persepsi

c. Pengembangan apresiasi

d. Kreativitas

e. Pengembangan ekspresi anak

f. Pengembangan pengalaman visual estetis (Subroto, 1997: 14)

Maksud dari pendapat tadi, tujuan pendidikan seni rupa untuk

mengembangkan bakat seni, sensitivitas, persepsi, apresiasi seni, kreativitas

dan aspek-aspek pribadi, ekspresi dan pengalaman estetis sehingga dapat

terampil dibidang kesenirupaan.

Hal ini bukan hanya menjadi tujuan pendidikan seni rupa secara

formal di sekolah-sekolah saja, tetapi juga di sanggar-sanggar seni rupa atau

pendidikan nonformal lainnya. Pendidikan seni rupa di sanggar mempunyai

tujuan yang sama dengan pendidikan di sekolah yaitu untuk mencapai

keberhasilan pendidikan seni rupa secara menyeluruh, walaupun berbeda

tempat, waktu, serta fasilitas.

Melati berpendapat bahwa pembinaan seni rupa anak di sanggar

bukan hanya menitikberatkan pada seni keterampilan saja, tetapi lebih

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

menekankan pada pengalaman optis, estetis serta emosi anak, sehingga

kreativitas anak tertantang dan dirangsang untuk memenuhi gejolak imaji dan

hasrat pribadi untuk menyatakan diri dan berkomunikasi melalui media seni

rupa, garis, warna, dan bidang (Subroto, 1997: 15)

Selain itu untuk mencapai keberhasilan pendidikan seni rupa di

sanggar, maka perlu didukung pengajar yang profesional dan berpengalaman

serta proses pembelajaran yang terorganisir dengan baik.

3. Masa Periodisasi Seni Anak

Masa periodisasi anak adalah masa tahapan perkembangan anak.

Masa periodisasi ini juga dapat untuk melihat tingkat kemampuan anak dalam

menghasilkan karya seni khususnya seni rupa. Pengelompokan periodisasi

karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah mengenali karakteristik

perkembangan anak berdasarkan usianya. Dalam mengungkapkan

gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan

keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang

tampak hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang

menyentuh perasaan dan keinginannya.

Berikut adalah beberapa hasil penelitian para ahli yang bisa

dijadikan acuan untuk mengamati atau memahami karya seni rupa anak.

Beberapa hasil penelitian tersebut dikemukakan oleh Muharam & Sundaryati

(1992: 34-35) sebagai berikut:

a. Kerchenteiner

Masa mencoreng : 0-3 tahun

Masa bagan : 3-7 tahun

Masa bentuk dan garis : 7-9 tahun

Masa bayang-bayang : 9-10 tahun

Masa perspektif : 10-14 tahun

b. Cyril Burt

Masa coreng : 2-3 tahun

Masa garis : 4 tahun

Masa simbolisme deskriptif : 5-6 tahun

Masa realisme deskriptif : 7-8 tahun

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Masa realisme visual : 9-10 tahun

Masa represi : 10-14 tahun

Masa pemunculan artistik : masa adolesan

c. Viktor Lowenfeld

Masa mencoreng : 2-4 tahun

Masa pra bagan : 4-7 tahun

Masa bagan : 7-9 tahun

Masa permulaan realisme : 9-11 tahun

Masa psendo realisme : 11-13 tahun

Masa krisis puber : 13-17 tahun

d. Rhoda Kellogg

Coretan dan corengan : 2-3 tahun

Rahasia bentuk : 2-4 tahun

Seni kontur : 3-4 tahun

Anak dan desain : 3-5 tahun

Mandala, matahari, dan radial : 3-5 tahun

Manusia : 4-5 tahun

Mirip gambar : 4-6 tahun

Gambar : 5-7 tahun

Berdasarkan tahapan periodisasi seni rupa anak menurut beberapa

ahli di atas menunjukkan saling berbeda dalam menentukan batas-batas umur

dengan tingkat perkembangan seni anak. Dengan melihat beberapa pendapat

ahli tersebut bisa menjadi acuan untuk mengetahui secara global tingkat

kemampuan anak dalam membuat karya seni, khususnya seni lukis.

4. Proses Pembelajaran

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara

alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau

sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin

dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau

lebih objek di bawah pengaruhnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Proses

diakses 23/11/2011).

Dalam konsep teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran

(instruction) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran merupakan usaha

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara

positif dalam kondisi tertentu. Adapun pengajaran merupakan usaha

membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik dan

biasanya berlangsung dalam situasi resmi atau formal. Dalam pendidikan,

pembelajaran lebih tepat digunakan daripada pengajaran. Pengertian

pembelajaran menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (2003: 6), adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan

demikian, pengertian pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

dengan sengaja melalui interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 297), pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat

siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran khususnya pembelajaran klasikal merupakan kegiatan

yang sangat kompleks. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan

sebagai berikut, yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran pada umumnya harus

menghadapi siswa dalam jumlah yang banyak; (2) Kegiatan pembelajaran

berisi kegiatan pengolahan pesan yang meramu bahan-bahan yang berasal

dari buku teks, kehidupan, sumber informasi lain atau kenyataan yang

dijumpai di sekitar sekolah menjadi bahan ajar yang bermakna; (3) Setelah

mengikuti pembelajaran, siswa yang belajar harus meningkat kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotornya; (4) Setelah mengikuti pembelajaran,

siswa harus memperoleh pengalaman belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:

158-159).

Salah satu bantuan yang diberikan kepada orang tua oleh masyarakat

adalah pembentukan manusia muda pada bidang intelektual. Dan proses

pembentukan ini berlangsung dalam lembaga yang disebut sekolah. Dan

proses itu disebut proses mengajar-belajar atau proses pembelajaran, yang

berarti usaha menjadikan orang lain belajar (Drost, 1999: 2).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Saroni (2006: 71) mengatakan proses pembelajaran merupakan

aktivitas sadar yang dilakukan untuk dapat menguasai satu atau beberapa

kompetensi sebagai milik diri. Proses ini berlangsung dalam situasi

pembelajaran yang sudah tersistem sedemikian rupa sehingga keberhasilan di

dalam proses tersebut dapat diukur secara langsung dalam kegiatan tersebut.

5. Komponen-komponen Pembelajaran

Suharsimi Arikunto (2009: 4-5) menggolongkan komponen

pembelajaran ke dalam empat hal, yaitu: komponen input, komponen output,

transformasi, dan umpan balik (feed back). Komponen tersebut digambarkan

dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 1. Transformasi Pembelajaran

(Arikunto, 2009: 5)

Keterangan:

Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi,

yaitu calon siswa yang sebelum masuk ke suatu institusi telah dinilai

terlebih dahulu kemampuannya.

Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi, yaitu lulusan

dari suatu institusi setelah mengikuti kegiatan penilaian.

Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah

menjadi bahan jadi. Di dalam transformasi terdapat unsur-unsur siswa,

UMPAN BALIK

INPUT OUTPUT TRANSFORMASI

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

guru dan personil lainnya, bahan pelajaran, metode mengajar, sistem

evaluasi, dan sarana penunjang serta sistem administrasi.

Umpan balik adalah segala informasi menyangkut output maupun

transformasi yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk memperbaiki input

dan transformasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Dari pendapat Suharsimi Arikunto di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa komponen pembelajaran yaitu: siswa, guru dan personil lainnya,

bahan pelajaran, metode mengajar, sistem evaluasi, dan sarana penunjang

serta sistem administrasi. Namun dalam penelitian ini komponen

pembelajaran yang diteliti sedikit berbeda, peneliti merumuskan komponen

itu yang antara lain: siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan,

metode yang digunakan, model pembelajaran, media yang digunakan, dan

sistem evaluasi hasil belajar.

a. Siswa

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-

mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak

mengajar, dan merespons dengan tindak belajar (Dimyati dan Mudjiono,

2006: 22). Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar

tersebut siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari

bahan belajar. Bisa dikatakan juga siswa adalah penerima pesan yang

diberikan oleh pengirim pesan yaitu guru.

b. Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia

dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam

kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang

mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru

(http://id.wikipedia.org/wiki/Guru diakses 07/12/2011).

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Dalam kegiatan belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan

sesuatu hal yang disebut “pesan”. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat

berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi ajaran yang lain

seperti kesenian, kesusilaan, dan agama (Dimyati dan Mudjiono, 2006:

170-171).

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan dari pembelajaran adalah memberdayakan semua potensi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan

pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui,

memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan

mengaktualisasikan diri (Majid, 2008: 24).

Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan

berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional,

tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusus

pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa

arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai

oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah

yang ingin dicapai (Soetopo, 2005: 144-145).

d. Sumber Belajar atau Materi Pembelajaran

Sumber belajar adalah informasi yang disajikan dan disimpan

dalam berbagai bentuk media yang dapat membantu siswa dalam belajar.

Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format

perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat

digunakan siswa ataupun guru.

Dengan demikian, sumber belajar atau materi juga diartikan

sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang

mengandung informasi, dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta

didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Dari pengertian tersebut sumber belajar dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1) Tempat atau lingkungan alam sekitar, yaitu dimana saja seseorang

dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku.

2) Benda, yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya

perubahan tingkah laku bagi peserta didik.

3) Orang, yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana

peserta didik dapat belajar sesuatu dari orang tersebut.

4) Buku, yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri

oleh peserta didik.

5) Peristiwa atau fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa

kerusuhan, bencana, dan peristiwa lainnya yang dapat digunakan

sebagai sumber belajar (Majid, 2008: 170).

e. Metode Pembelajaran

Secara harfiah kata metode atau metodologi berasal dari bahasa

Yunani yang terdiri dari kata “mefha” yang berarti melalui, ”hodos”

yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu

pengetahuan (Majid, 2008: 135). Menurut Soetopo (2005: 145) metode

pembelajaran adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran

yang harus dikuasai oleh guru.

Jadi dapat diartikan bahwa, metode pembelajaran adalah cara

atau jalan yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai

tujuan pembelajaran (http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-

definisi-metode-pembelajaran.html).

Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran:

1) Metode Ceramah, yaitu cara menyampaikan materi ilmu

pengetahuan kepada anak didik yang dilakukan secara lisan.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2) Metode Tanya Jawab, yaitu mengajukan pertanyaan kepada peserta

didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang pikiran dan

membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran.

3) Metode Tulisan, yaitu metode mendidik siswa dengan huruf atau

simbol apa pun.

4) Metode Diskusi, yaitu salah satu cara mendidik yang berupaya

memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang

masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat

pendapatnya.

5) Metode Pemecahan Masalah, yaitu cara yang memberikan

pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan,

menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya

menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan

masalah.

6) Metode Kisah, yaitu membuka kesan mendalam pada jiwa seseorang

(peserta didik), sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan

berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan diri dari

perbuatan yang buruk.

7) Metode Perumpamaan, yaitu suatu metode yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu.

8) Metode Pemahaman dan Penalaran, yaitu metode yang dilakukan

dengan membangkitkan akal dan kemampuan berpikir anak didik

secara logis.

9) Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasihati, yaitu dengan

metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling

menasihati agar berlaku benar.

10) Metode Suri Tauladan, yaitu metode dengan adanya teladan yang

baik, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru

atau mengikutinya.

11) Metode Hikmah dan Mau’izhah Hasanah, yaitu upaya menuntut

orang lain menggunakan akalnya untuk mendapatkan kebenaran dan

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kebaikan, namun untuk itu diperlukan penjelasan yang rasional,

keterangan yang tegas dan apa yang dikemukakan dengan dasar atau

alasan yang benar serta bukti yang nyata.

12) Metode Peringatan dan Pemberian Motivasi, yaitu kekuatan yang

menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan sesuatu

kegiatan mencapai tujuan.

13) Metode Praktik atau Demonstrasi, yaitu mendidik dengan

memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda,

seraya diperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan

gamblang sekaligus dapat mempraktikkan materi yang dimaksud.

14) Metode Karyawisata, yaitu metode dengan mengunjungi tempat-

tempat di muka bumi ini untuk memperhatikan keindahan alam,

pemperhatikan peninggalan-peninggalan sejarah, serta melihat

beraneka ragam ciptaan Tuhan yang bermanfaat dalam menggiatkan

fisik dan jiwa.

15) Metode Pemberian ampunan dan Bimbingan, yaitu memberi

kesempatan kepada anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya

dan mengembangkan dirinya.

16) Metode Kerja Sama, yaitu upaya saling membantu antara dua orang

atau lebih, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok

dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau

menyelesaikan masalah.

17) Metode Pentahapan, yaitu penyampaian materi secara bertahap

sesuai dengan proses perkembangan anak didik (Majid, 2008: 137).

f. Model Pembelajaran

Menurut Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2008: 7) model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang

dikembangkan dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model-

model tersebut antara lain adalah Model Pembelajaran Kontekstual,

Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model

Pembelajaran Terpadu, dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

1) Model pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2003) dalam

Sugiyanto (2008: 18) adalah konsep belajar yang mendorong guru

untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi

dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan

siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

2) Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran

yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar (Sugiyanto, 2008: 35).

3) Model pembelajaran quantum memiliki prinsip bahwa sugesti dapat

dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa

pun memberikan sugesti positif maupun negatif (Surtikanti dan

Santoso, 2008: 81).

4) Model pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara

individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan pembelajaran

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok

bahasan (Sugiyanto, 2008: 110).

5) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model

pembelajaran yang mengajak siswa baik secara individual atau

kelompok untuk mencari dan memecahkan suatu masalah pada

pembelajaran tertentu. Model pembelajaran ini guru lebih harus

sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator

sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dalam menyelesaikan

masalahnya sendiri (Sugiyanto, 2008: 134).

Secara khusus, Killen (1988) dan Depdiknas (2005) dalam

Sanjaya (2006) menjelaskan ada 8 prinsip dalam memilih model

pembelajaran, yaitu: (1) berorientasi pada tujuan, (2) mendorong

aktivitas siswa, (3) memperhatikan aspek individual siswa, (4)

mendorong proses interaksi, (5) menantang siswa untuk berpikir, (6)

menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, (7)

menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta (8) mampu

memotivasi siswa belajar lebih lanjut (Sugiyanto, 2008: 8).

g. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk

jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah

(antara dua pihak atau kutub) atau sesuatu alat. Dalam Webster

Dictionary (1960), media atau medium adalah segala sesuatu yang

terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang

digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal.

Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu

yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada

penerima pesan (Anitah, 2009: 4).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Media pembelajaran banyak jenisnya dan tidak ada satu media

pun yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap

media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena

itu, seorang guru perlu mengenal berbagai jenis media dengan

karakteristik masing-masing. Dengan demikian, guru dapat memilih dan

menggunakannya sesuai dengan kompetensi dasar, pengalaman belajar,

serta materi yang telah disusun.

Berikut ada 3 klasifikasi media pembelajaran, yaitu:

1) Media visual, media ini disebut juga media pandang karena

seseorang dapat menghayati media tersebut melalui

penglihatannya. Media ini dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a) Media visual yang tidak diproyeksikan, yaitu media

yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan

layar untuk meproyeksikan perangkat lunak.

b) Media visual yang diproyeksikan, yaitu media visual

yang dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu

pesawat proyektor.

2) Media audio, yaitu suatu media untuk menyampaikan pesan

dari pengirim ke penerima pesan melalui indera

pendengaran. Agar media tersebut benar-benar dapat

membawakan pesan yang mudah diterima oleh pendengar,

harus digunakan bahasa audio. Secara sederhana bahasa

audio adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen

suara, bunyi, dan musik, yang mengandung nilai abstrak.

3) Media audio visual, melalui media ini, seseorang tidak

hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan

sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan.

Ada pun jenis dari media ini antara lain adalah:

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a) Slide suara, yaitu jenis media visual yang menampilkan

sejumlah slide, dpadukan dalam suatu cerita atau jenis

pengetahuan yang diproyeksikan pada layar dengan

iringan suara.

b) Televisi, yaitu suatu program yang memperlihatkan

sesuatu dari jarak jauh (Anitah, 2009: 7-51).

h. Sistem Evaluasi

Sistem evaluasi menurut Davies (1981) dalam Dimyati dan

Mudjiono (2006: 190) adalah proses sederhana memberikan/menetapkan

nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses,

orang, objek, dan masih banyak yang lain. Sedangkan Wand dan Brown

dalam Nurkancana (1986: 1) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan

suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Dimyati dan

Mudjiono, 2006: 191). Selanjutnya Sudijono (2007: 4-5) menyimpulkan

bahwa evaluasi adalah mencakup dua kegiatan, yaitu pengukuran dan

penilaian. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu

dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil

keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang

pada ukuran baik atau buruk, pandai atau bodoh, dan sebagainya. Dari

beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian evaluasi pendidikan

adalah proses pengumpulan data dengan melakukan pengukuran dan

penilaian untuk menentukan sejauh mana tujuan pendidikan telah

tercapai.

Pelaksanaan evaluasi hasil belajar memiliki beberapa fungsi,

diantaranya adalah :

1) Fungsi Selektif

Fungsi selektif seperti yang dikatakan Mulyanto (2006: 7) yaitu

untuk menyeleksi siswa berkaitan dengan penentuan kebijakan.

Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti kebijakan pemberian materi

baru, penerimaan siswa baru, dan kebijakan-kebijakan lainnya.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2) Fungsi Diagnostik

Fungsi diagnostik menurut Mulyanto (2006: 8) yaitu untuk

menemukan kelemahan siswa dan faktor-faktor penyebabnya.

Dengan dilaksanakannya evaluasi, guru akan dapat mengetahui

berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya,

sehingga guru akan lebih mudah menentukan solusi untuk mengatasi

hal tersebut.

3) Fungsi Penempatan

Fungsi penempatan menurut Mulyanto (2006: 8) yaitu untuk

menentukan relevansi kelompok belajar siswa dengan tingkat

kemampuannya. Dalam hal ini hasil evaluasi digunakan untuk

menempatkan atau mengarahkan siswa mengikuti pendidikan pada

jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan

kemampuannya masing-masing.

4) Fungsi Pengukur Keberhasilan

Fungsi pengukur keberhasilan yang disampaikan Suharsimi Arikunto

(2009: 11) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu

program berhasil diterapkan. Misalnya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan seperti

kurikulum, metode mengajar, dan materi yang diberikan. Selain itu

juga untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

proses belajar.

Evaluasi hasil belajar juga memiliki beberapa tujuan. Dimyati

dan Mudjiono (2006: 200) menyebutkan tujuan tersebut yang diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Untuk diagnostik dan pengembangan.

2) Untuk seleksi.

3) Untuk kenaikan kelas.

4) Untuk penempatan.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

B. Kerangka Berpikir

Di dalam suatu proses pembelajaran terdapat beberapa komponen yang

membentuk suatu sistem. Semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu

sama lain karena semuanya memiliki peran masing-masing yang saling terkait.

Beberapa komponen tersebut antara lain siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi

yang diajarkan, metode yang digunakan, model pembelajaran, media yang

digunakan, dan sistem evaluasi hasil belajar. Suatu kegiatan belajar akan berhasil

dengan baik apabila proses pembelajarannya juga baik.

Untuk mempermudah alur penelitian ini, maka disusun suatu kerangka

berpikir sebagai berikut:

Bagan 2. Kerangka Berpikir

Sanggar Lukis “Warung

Seni”

Proses Pembelajaran:

1. Tujuan

2. Materi

3. Metode

4. Model

5. Media

6. Evaluasi

Kreativitas dan Keterampilan Lukis

Anak-anak Usia 3-12 Tahun

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penenitian ini mengambil tempat di sanggar lukis “Warung Seni”

Jl. Slamet Riyadi 275 komplek Pujasari – Blok B11, Sriwedari, Surakarta.

Adapun pemilihan tempat ini didasarkan pada alasan bahwa: (1) Tempat ini cukup

strategis di tengah kota Surakarta sehingga mudah dijangkau dari segala penjuru

daerah, (2) Tempat ini juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya para

seniman Pujasari, juga sebagai pusat informasi tentang kesenian di kota Surakarta.

Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Januari

2012 sampai dengan bulan Maret 2012. Tahap dua bulan pertama digunakan

untuk proses pengumpulan data dan analisis termasuk di dalamnya adalah proses

validasi. Sedangkan pada tahap satu bulan terakhir digunakan untuk melengkapi

data yang mungkin masih memiliki kekurangan.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Menurut

Jane dalam Moleong (2009: 6) penelitian kualitatif adalah upaya untuk

menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep,

perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Penelitian

kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan

penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan

memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok

orang (Moleong, 2009: 5). Disebut deskriptif karena data yang dikumpulkan

adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2009: 11).

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tunggal terpancang.

Maksud penelitian terpancang ini adalah bilamana penelitian tersebut terarah pada

satu sasaran (satu lokasi, atau satu subjek) sebagai fokus utamanya (Sutopo, 2002:

112). Meskipun demikian bagian-bagian yang diteliti tetap berkaitan dengan

konteks keseluruhan untuk mendapatkan makna yang penuh.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain (Moleong, 2009: 157). Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini definisinya adalah sebagai berikut:

1. Informan

Informan adalah semua pihak (orang) yang membantu peneliti

sebagai sumber data selama penelitian berlangsung. Sutopo (2002: 50)

menyatakan bahwa “Informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada

yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam

menyajikan informasi yang ia miliki”.

Dalam penelitian ini informan yang terlibat sebagai sumber data

antara lain adalah: pengelola sanggar lukis “Warung Seni” yaitu Bapak Luluk

Soemitro dan siswa yang belajar menggambar di sanggar lukis “Warung

Seni” yang berusia 3-12 tahun.

2. Tempat dan Peristiwa

Peristiwa adalah segala kejadian yang dijumpai di lokasi penelitian

pada waktu penelitian berlangsung. Dari semua peristiwa yang dijumpai

peneliti, akan dipilih peristiwa yang berkaitan dengan masalah penelitian

yaitu peristiwa yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang meliputi

tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, metode yang digunakan, model

pembelajaran yang digunakan, media yang digunakan, dan sistem evaluasi

pada sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari Surakarta.

3. Dokumen

Dokumen merupakan rekaman tertulis tetapi juga berupa gambar

atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa

tertentu (Sutopo, 2002: 54). Dalam penelitian ini sumber data yang dijadikan

dokumen antara lain: buku-buku tentang sanggar lukis, catatan administrasi,

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

katalog karya, foto-foto, piagam, dan benda-benda yang digunakan selama

proses pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” berlangsung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus

digunakan dalam mengadakan suatu penelitian, agar dapat memperoleh data yang

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh data yang diinginkan adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan (Observasi)

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar

(Sutopo, 2002: 64).

Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan observasi secara

langsung, yaitu penulis secara langsung terjun ke lokasi tujuan penelitian

untuk mengamati kegiatan yang relevan dengan penelitian. Adapun obyek

observasi meliputi:

a. Keadaan Lapangan

b. Komponen Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

c. Proses Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

d. Sistem Evaluasi Sanggar Lukis “Warung Seni”

e. Hasil Karya Lukis Siswa Sanggar Lukis “Warung Seni”

2. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009: 186). Bentuk persyaratan dan

jenisnya disesuaikan kebutuhan dan keadaan informan, sehingga dengan

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

wawancara ini diharapkan dapat diperoleh informasi sesuai dengan

kebutuhan.

Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara

mendalam yaitu mengarah pada kedalaman informasi untuk mengungkap

serta mengetahui data dengan struktur tidak ketat tetapi dengan pertanyaan

yang semakin terfokus dan informasi yang dikumpulkan semakin jauh dan

mendalam. Wawancara dilakukan kepada pemilik utama sanggar lukis yaitu

Bapak Luluk Soemitro dan anak-anak usia 3-12 tahun yang belajar

menggambar di sanggar tersebut guna memperoleh data perihal proses

pembelajaran pada sanggar lukis “Warung Seni” yang meliputi tujuan

pembelajaran, materi yang diajarkan, metode yang digunakan, model

pembelajaran yang digunakan, media yang digunakan, dan sistem evaluasi

pada sanggar lukis tersebut.

3. Analisis Dokumen

Data-data dokumentasi yang tersedia tidak dapat diabaikan karena

sebagai bahan dokumentasi menyimpan banyak informasi atau data yang

berarti untuk melengkapi dan memperluas data-data yang telah diperoleh.

Dalam hal ini dokumen yang digunakan adalah buku-buku tentang sanggar

lukis, catatan administrasi, katalog karya, foto-foto, piagam, dan benda-benda

yang digunakan selama proses pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni”.

E. Teknik Sampling

Sampling adalah menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai

macam sumber dan bangunannya (constructions) (Moleong, 2009: 224).

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Seperti yang dikatakan Sutopo (2002: 36), teknik cuplikan penelitian

kualitatif cenderung bersifat “purposive” karena dipandang lebih mampu

menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang

tidak tunggal. Sutopo (2002: 56) juga menyatakan “Dalam purposive sampling,

peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang mantap”.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pemilik sanggar lukis

“Warung Seni” dan peserta didik yang berusia 3-12 tahun, serta beberapa karya

lukis anak-anak hasil binaan sanggar lukis tersebut.

F. Validitas Data

Validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir

makna sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara

yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas data penelitian (Sutopo, 2002:

78). Cara-cara tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 330).

Teknik triangulasi untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian

ini adalah triangulasi dengan sumber. Menurut Patton dalam Moleong (2009:

330) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Review Informan

Cara ini juga merupakan usaha pengembangan validitas penelitian

yang sering dilakukan oleh peneliti kualitatif. Hal ini perlu dilakukan untuk

mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau

deskripsi sajian yang bisa disetujui. Di dalam pelaksanaannya sering

diperlukan suatu diskusi agar kesamaan pemahaman dari peneliti dan

informannya bisa dicapai (Sutopo, 2002: 83).

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,

2009: 280). Proses analisis data dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman

data dan penarikan simpulan data yang telah terkumpul melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, di mana peneliti

tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data

selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data

berakhir, peneliti bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan

menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya (Sutopo, 2002: 95).

Di dalam model analisis interaktif ini terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi Data

Menurut Miles dan Huberman (1992: 16), reduksi data diartikan

sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Proses reduksi data sudah dilaksanakan sejak

pengambilan keputusan rencana kerja, pemilihan kasus, penyusunan proposal,

membuat pernyataan maupun cara pengumpulan data yang akan dilakukan.

Hal ini berlanjut selama pengumpulan data berlangsung sampai laporan akhir.

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman (1992: 17), penyajian data merupakan

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan terjadinya

penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat pada

penyajian data penelitian akan lebih mudah memahami berbagai hal yang

terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis

berdasarkan pemahaman tersebut. Penyajian dilakukan setelah data

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

terkumpul, kemudian dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan

jenis permasalahan, dari hal itu diperoleh gambaran secara menyeluruh, yang

akan mempermudah pemahaman dari berbagai hal dan proses.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah ini merupakan langkah yang terakhir dalam proses analisis

data, yaitu langkah untuk mengambil kesimpulan atas data yang terkumpul.

Sejak memulai pengumpulan data, peneliti harus berusaha menangkap

berbagai hal yang penting dan harus memahami arti dari berbagai hal yang

ditemui supaya dapat membuat kesimpulan yang akurat mengenai data-data

tersebut. Penarikan kesimpulan akhir tidak perlu menunggu pengumpulan

data berakhir, kesimpulan perlu diverifikasikan yang berupa pengulangan

dengan gerak cepat, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan

proses siklus.

Untuk lebih jelasnya, model analisis interaktif ini dapat digambarkan

ke dalam bagan sebagai berikut :

Bagan 3. Model Analisis Interaktif

(Sutopo, 2002: 96)

Pengumpulan

Data

Reduksi

Data

Sajian

Data

Penarikan

Simpulan/

Verivikasi

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahap-tahap atau langkah-langkah yang harus

ditempuh seorang peneliti agar penelitian yang akan dilakukannya berjalan

dengan sistematis, sehingga dapat mencapai tujuan. Sedangkan prosedur yang

ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

a. Menyusun proposal penelitian

b. Mengurus perijinan

c. Mengadakan pra survey

d. Memilih dan memanfaatkan informasi yang bersifat informal

e. Menyiapakan perlengkapan penelitian

2. Tahap observasi lapangan

a. Memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri

b. Mendapatkan data selengkap mungkin, dengan terlibat langsung dalam

kancah

3. Tahap analisis data

a. Memantapkan analisis awal pada data-data yang sudah masuk

b. Melaksanakan analisis pada kasus tunggal sesuai dengan teknik

analisisnya sehingga diperoleh simpulan kesimpulan dan saran-saran

c. Menyusun simpulan akhir sebagai hasil penelitian dan saran-saran

keseluruhan dari proses pengumpulan data dan analisis

4. Tahap penyusunan laporan

a. Mengatur data serta memeriksa kembali kelengkapannya

b. Menulis laporan lengkap

c. Memeriksa kesatuan laporan

d. Memperbanyak laporan

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lapangan

1. Keadaan di Sekitar Sanggar Lukis “Warung Seni”

Gambar 1. Sanggar Lukis “Warung Seni”

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Sanggar lukis “Warung Seni” terletak di komplek Pujasari, Jl.

Slamet Riyadi 275, Blok B11, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan,

Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pengelola dari sanggar lukis “Warung Seni” ini

adalah Bapak Luluk Soemitro. Beliau sekaligus sebagai koordinator sanggar

lukis “Warung Seni” dan dibantu oleh beberapa putrinya yaitu Bu Uryn, Bu

Atik, dan Bu Unik dalam mengelola sanggar tersebut.

Keadaan sekitar sanggar lukis “Warung Seni” sebagian besar

diwarnai dengan kehidupan kesenirupaan. Hal ini dapat dilihat di sekeliling

lingkungan sanggar yang penuh dengan lukisan-lukisan dan beberapa patung

yang dipajang maupun diletakkan begitu saja. Misalnya di sebelah kiri dari

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sanggar lukis “Warung Seni” ini berbatasan dengan studio milik Bapak

Suparmin. Studio milik Bapak Suparmin yang bernama “Spar Galery” ini jasa

utamanya adalah pembuatan pigura. Tetapi tidak hanya digunakan sebagai

bengkel pigura saja, studio ini juga digunakan untuk menawarkan karya

lukisan dan menawarkan jasa melukis.

Kemudian bangunan yang berada tepat di depan sanggar lukis

“Warung Seni” adalah ruko-ruko kosong yang dulunya digunakan untuk

warnet. Di bagian luar ruko kosong tersebut terdapat cukup banyak lukisan

yang dipajang dan diletakkan begitu saja. Lukisan-lukisan itu mayoritas

bertemakan bunga-bunga, kehidupan binatang, dan aktivitas manusia.

Lukisan-lukisan tersebut milik Bapak Suhartono yang memang dipajang

untuk menarik perhatian calon pembeli yang lewat atau mengunjungi

komplek tersebut.

Sebelah kanan dari ruko kosong yang digunakan untuk memajang

lukisan milik Bapak Suhartono, terdapat ruko yang bertuliskan “Bali Art

Shop”. Ruko tersebut merupakan pusat sanggar budaya Gianyar Bali di

Surakarta yang juga menerima pesanan lukisan Bali, patung Bali, dan seni

ukir Bali dan juga ukir Jepara. Sebelah kanan “Bali Art Shop” terdapat toilet

umum yang sudah tidak terawat lagi dan tidak bisa digunakan.

Tepat di samping kanan studio lukis “Warung Seni”, terdapat ruko

yang digunakan untuk kamar kost. Kamar itu digunakan oleh anak dari

pemilik rumah makan lesehan “Bu Manto” yang ada di komplek tersebut.

Sebelah kanan dari kamar kost tersebut terdapat papan reklame yang

digunakan untuk menempelkan poster-poster kegiatan pameran lukisan yang

akan berlangsung atau pengumuman lainnya. Sedangkan di sebelah barat

sanggar lukis “Warung Seni” terdapat dua bangunan rumah makan lesehan

yang bernama “R.M. Bu Manto” dan “R.M. Lezat”. Rumah makan itu

menyajikan makanan-makanan khas Jawa, khusunya khas Solo dan Jogja.

Kemudian sebelah utara dari rumah makan tersebut merupakan aula yang

berukuran 12 x 8 m² yang digunakan Bapak Luluk Soemitro sebagai tempat

bimbingan melukis untuk anak-anak.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Demikianlah keadaan di sekitar sanggar lukis “Warung Seni”. Dari

sekian banyak studio yang ada, studio yang paling ramai adalah “Warung

Seni” karena selain sebagai sanggar, di sini juga sebagai pusat informasi dan

tempat komunikasi bagi seniman di kota Surakarta.

Bila dilihat secara keseluruhan kondisi lingkungan Pujasari memang

kurang terawat dan belum ada upaya untuk perbaikan karena menurut Bapak

Luluk Soemitro, komplek Pujasari saat ini tidak ada pengelolanya lagi.

2. Keadaan Sanggar Lukis “Warung Seni”

Keadaan sanggar lukis “Warung Seni” dibagi menjadi dua

pembahasan yaitu sebagai berikut:

a. Sejarah Berdirinya Sanggar Lukis “Warung Seni”

Sanggar lukis “Warung Seni” berdiri pada tanggal 10 September

1993 yang dibuka oleh dua tokoh ternama di Surakarta yaitu Gesang

(Alm) dan Drs. Murtijono (Alm). Gesang adalah maestro keroncong

dengan lagu “Bengawan Solo” yang begitu terkenal dan Drs. Murtijono

adalah kepala TBJT (Taman Budaya Jawa Tengah) pertama periode

1975-2010.

Pendiri dari sanggar tersebut adalah seniman yang dulunya

menjadi anggota HBS (Himpunan Budaya Surakarta) pada tahun 1965

dan Sanggar Caraka. Seniman itu terdiri dari tujuh orang yaitu Wowok

Sardjiwo, Bambang Tedjo, Basu, C. A. Sutanto, Gunawan Hanjaya,

Yongki, dan Luluk Soemitro. Para seniman itu menamai dirinya dengan

sebutan “Kelompok Tujuh Surakarta”. Ketujuh seniman tersebut tidak

semuanya berlatar belakang seni rupa, ada juga yang dari seni teater dan

seni musik. Yang khusus dari bidang seni rupa diantaranya, Bambang

Tedjo, Gunawan Hanjaya, Luluk Soemitro, dan Yongki.

Ketujuh orang tersebut berikrar untuk menjadikan Surakarta

sebagai pusat budaya dengan tujuan untuk membuat iklim berkesenian,

meningkatkan apresiasi, wawasan, bobot, kesejahteraan antara para

pelaku seni serta kesatuan dan persatuan. Ikrar tersebut akhirnya tercetus

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dengan fasilitas Dinas Pariwisata di bawah naungan Badan Pengelola

Pujasari Sriwedari dengan mendirikan sanggar lukis “Warung Seni”.

Lokasi yang menyatu dengan komplek Pujasari merupakan tempat yang

strategis dalam mewujudkan kegiatan berkesenian, karena letaknya di

tengah Kota Surakarta.

Perwujudan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengadakan

komunikasi antara pelaku seni sendiri, antara pelaku seni dengan para

peminat seni dan pecinta seni serta pengamat seni dengan pelaku seni.

Walaupun belum merupakan titik optimal yang dicapai, namun telah

turut serta memberikan corak dan warna kegiatan berkesenian di

Surakarta. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan adalah mengadakan

pameran seni lukis di beberapa tempat, di antaranya Taman Jurug Tahun

1993, pameran pembangunan di Wonogiri pada tahun 1994, dan juga

pameran dalam rangka HUT (Hari Ulang Tahun) Republik Indonesia ke-

48 yang diberi nama Demo Melukis Model. Acara ini dihadiri oleh

beberapa seniman Surakarta dengan menghadirkan tokoh seniman

sebagai model yaitu Gesang dan Ki Manteb Sudarsono.

Untuk kegiatan lainnya adalah penyelenggaraan bimbingan

melukis untuk anak-anak di bawah asuhan Bambang Tedjo dan

bimbingan melukis untuk remaja dan dewasa yang diasuh oleh Luluk

Soemitro pada waktu itu. Seiring bertambahnya waktu, kelompok tujuh

tersebut pecah. Wowok Sardjiwo memilih dunia teater daripada seni

rupa, Bambang Tedjo menjadi guru, Yongki dan Basu meninggal dunia.

Akhirnya sanggar lukis “Warung Seni” dikelola sendiri oleh Bapak

Luluk Soemitro sampai sekarang dan dibantu oleh anak-anaknya.

b. Kondisi Fisik Sanggar Lukis “Warung Seni”

Sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta memiliki

atau setidaknya dapat menggunakan dua tempat secara resmi untuk

melaksanakan program bimbingan melukis. Dua tempat itu terletak di

blok B11 dan aula yang terletak beberapa meter dari bangunan blok B11.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Di blok B11 terbagi menjadi 2 ruangan, yaitu untuk tempat furniture

yang bernama “Jayaraya Furnicraft” yang juga digunakan sebagai kantor

sanggar lukis “Warung Seni” dan yang satunya lagi sebagai studio lukis

yang juga digunakan untuk menyimpan karya-karya lukisan siswa

sanggar lukis “Warung Seni”. Sedangkan aula digunakan sebagai tempat

bimbingan melukis siswa-siswa sanggar lukis “Warung Seni”. Selain itu

juga ada beberapa tempat yang bisa digunakan di sekitar studio namun

sifatnya tidak tetap.

Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk kantor sanggar lukis

“Warung Seni” ini menempati blok B11 komplek Pujasari di Jl. Slamet

Riyadi 275 Sriwedari, Surakarta. Kantor yang juga digunakan sebagai

tempat meletakkan barang-barang furniture ini berukuran 4 x 4 m² dan

tinggi sekitar 3 m dengan bentuk segi empat serta motif bangunan yang

sederhana. Barang furniture yang ada di ruang tersebut antara lain meja,

kursi, dipan, dan rak yang terbuat dari kayu jati yang semuanya

berbentuk unik. Selain barang-barang furniture, tempat ini juga terdapat

beberapa lukisan yang dipajang di dinding.

Pada bagian depan bangunan kantor terdapat papan yang

digunakan untuk menempelkan foto. Dalam foto ini melukiskan sanggar

lukis “Warung Seni” pada saat upacara peresmian sampai kegiatan yang

telah dilakukan oleh sanggar tersebut. Ada juga foto anak-anak

bimbingan sanggar lukis “Warung Seni” yang berprestasi dan memegang

piala. Selain itu juga ada foto pada waktu proses bimbingan melukis dan

foto pada saat demo melukis model yang dihadiri oleh beberapa seniman

Surakarta saat menyambut HUT RI ke-48 dengan spanduk bertuliskan

“Demo Melukis Model”.

Untuk studio lukis, pada bagian depan bangunan terdapat

spanduk yang bertuliskan “Sanggar Lukis Anak-anak Remaja Warung

Seni, Tempat Anak Kreatif dan Berprestasi Nasional dan Internasional”.

Seperti studio lukis pada umumnya, studio lukis “Warung Seni” ini

didominasi oleh pemandangan gambar-gambar, dan juga beberapa karya

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

lukis dan sketsa yang dipasang disetiap sudut dinding bangunan. Lukisan

maupun gambar yang tergantung di tempat itu merupakan karya siswa

sanggar lukis “Warung seni” dan juga karya pemilik serta pengelola

sanggar tersebut. Beberapa karya banyak juga yang hanya ditumpuk atau

diletakkan begitu saja. Hal ini dikarenakan tempatnya memang sempit

dan tidak memadai untuk meletakkan banyak karya.

Tidak hanya lukisan yang sudah jadi yang dipajang di studio

tersebut, lukisan yang belum jadi atau masih dalam proses pembuatan

juga ada di sini. Pada lukisan yang masih dalam tahap proses tersebut

terdapat foto obyek yang akan digambar yang diletakkan di pojok atas

gambar. Lukisan yang belum jadi itu adalah lukisan pesanan dari

seseorang dan juga lukisan milik Bapak Luluk Soemitro sendiri.

Selain untuk meletakkan karya yang sudah jadi ataupun yang

belum jadi, tempat ini juga digunakan untuk menyimpan peralatan untuk

kegiatan bimbingan melukis. Diantaranya ada tempat duduk pendek yang

jumlahnya ada sekitar 20 buah dengan kondisi yang masih bagus. Kursi

ini digunakan untuk siswa bimbingan yang masih anak-anak. Sedangkan

tempat duduk yang berukuran lebih besar dengan tinggi sekitar 60 cm

yang jumlahnya sekitar 10 buah. Kursi yang lebih besar ini untuk praktek

gambar model langsung untuk siwa dewasa. Kursi ini terbuat dari plastik

dan kondisinya masih bagus.

Tempat yang satunya lagi merupakan aula yang memiliki luas

12 x 8 m². Ruangan ini terbuka, berbentuk joglo dan tanpa pintu sehingga

cukup terang meskipun tanpa bantuan lampu. Untuk alasnya bangunan

ini menggunakan tegel beton dengan kondisi yang masih bagus. Namun

saat melihat ke atas akan ada plafon yang kondisinya rusak berat, bahkan

sebagian besar plafon sudah tidak ada lagi. Secara umun kondisi aula ini

memang masih bagus dan layak untuk kegiatan bimbingan melukis.

Tempat inilah yang digunakan Bapak Luluk Soemitro untuk bimbingan

melukis anak-anak.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Sarana untuk praktek melukis terdiri dari meja pendek panjang

yang berjumlah 5 buah dan setiap meja disediakan 3 kursi kecil yang

digunakan untuk siswa. Di ruangan ini juga terdapat papan white board

berukuran 1 x 1,5 m yang disangga kursi plastik yang digunakan Bapak

Luluk Soemitro untuk mengajar pada saat bimbingan melukis. Di sini

juga terdapat meja besar dan beberapa kursi yang digunakan untuk orang

tua yang sedang mengantar anaknya mengikuti bimbingan.

B. Tujuan Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

Tujuan pembelajaran sanggar lukis “Warung Seni” terbagi menjadi tiga

bahasan, yaitu :

1. Tujuan pertama sanggar lukis “Warung Seni” melalui pendidikan nonformal

mencoba menyelenggarakan program pendidikan seni rupa dalam bidang seni

lukis. Terselenggaranya program pendidikan ini bertujuan untuk membantu

tercapainya tujuan dari pendidikan seni rupa secara utuh, sehingga

kekurangan yang ada dalam lembaga pendidikan formal bisa terpenuhi oleh

lembaga pendidikan nonformal ini. Manfaat yang lain dapat dirasakan lewat

pendidikan nonformal tersebut adalah bahan pelajaran yang dipelajari adalah

khusus bidang seni lukis saja, sehingga siswa dapat menguasai pelajaran

tersebut secara maksimal. Waktu yang cukup serta sarana yang lengkap akan

sangat membantu anak dalam mengembangkan bakatnya serta dapat

mendalami seni lukis lebih baik.

2. Tujuan yang kedua adalah untuk memajukan seni lukis di kota Surakarta.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Bapak Luluk Soemitro melalui sanggar

lukis “Warung Seni” membimbing anak didiknya untuk memahami dunia

seni lukis. Dengan adanya bimbingan tersebut diharapkan dapat melahirkan

pelukis-pelukis baru di Surakarta. Munculnya pelukis-pelukis baru tersebut

diharapkan pula menambah semarak perkembangan seni lukis di Surakarta.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Dengan demikian cita-cita Surakarta sebagai pusat kota budaya dapat

terwujud.

3. Tujuan yang ketiga adalah untuk memberikan tempat atau wadah bagi

seniman, pengamat seni maupun pecinta seni untuk mengadakan komunikasi.

Ditempat tersebut para seniman bisa membahas kegiatan yang akan dilakukan

maupun sekedar sharing tentang perkembangan dunia seni lukis. Hal ini

memang perlu dilakukan mengingat perkembangan seni lukis di Surakarta

masih dirasa sangat kurang dibanding Yogyakarta yang sama-sama sebagai

kota budaya.

C. Komponen Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

Sebagai lembaga pendidikan nonformal, komponen pembelajaran di

sanggar lukis “Warung Seni” hampir sama dengan komponen pembelajaran pada

lembaga pendidikan formal. Komponen-komponen pembelajaran itu antara lain:

1. Siswa

Siswa sanggar lukis “Warung Seni” yang paling banyak adalah anak-

anak dari umur 3-12 tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah di Surakarta,

bahkan ada juga yang dari luar kota diantaranya dari Karanganyar dan

Sukoharjo. Selain siswa dari warga negara Indonesia, ada juga siswa yang

berkewarganegaraan asing yaitu China dan Arab. Orang tua yang

mengikutkan anaknya mengikuti bimbingan melukis sebagian besar karena

ingin anaknya berprestasi di dunia seni, salah satunya seni rupa. Selain itu

para orang tua juga mengharapkan agar kemampuan motorik dan kreativitas

anak bisa lebih berkembang melalui kegiatan bimbingan ini.

Daftar nama siswa sanggar lukis “Warung Seni” tercantum dalam

bentuk tabel sebagai berikut:

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

No Nama Siswa Usia Kota Asal

1 Amabel 6 tahun Karanganyar

2 Michelle 8 tahun Karanganyar

3 Muhammad Apit 6 tahun Surakarta

4 Fatimah 3 tahun Surakarta

5 Gea 8 tahun Surakarta

6 Aqila 7 tahun Surakarta

7 Muhammad Ridwan 9 tahun Surakarta

8 Izza 6 tahun Surakarta

9 Canda Christya H. 7tahun Surakarta

10 Albira Ayu Tivona 10 tahun Surakarta

11 Belfa 7 tahun Surakarta

12 Muhammad Zaki 8 tahun Surakarta

13 Djijo Otniel Christiawan (Titi) 6 tahun Sukoharjo

14 Indah Kusumawati 6 tahun Surakarta

15 Aulia Putri H. 7 tahun Surakarta

16 Chelsea Greta 5 tahun Surakarta

17 Via Roffi K. 8 tahun Surakarta

18 Tsania Elfariza (Sasha) 11 tahun Karanganyar

19 Ailsya 7 tahun Surakarta

20 Jonatan (Jojo) 6 tahun Surakarta

21 Jeje 3 tahun Surakarta

22 Qiqi 5 tahun Surakarta

Tabel 1. Daftar nama siswa sanggar lukis “Warung Seni”

(Sumber: data sanggar lukis “Warung Seni”)

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Guru atau pembimbing

Guru dalam sanggar lukis “Warung Seni” saat ini adalah Bapak

Luluk Soemitro dan dibantu beberapa putrinya yaitu Bu Uryn, Bu Unik, dan

Bu Atik. Bapak Luluk Soemitro adalah pelukis di kota Surakarta yang

kebanyakan lukisannya berjenis realis. Sampai saat ini beliau masih aktif

berkarya. Tidak hanya berkarya untuk kepuasan sendiri namun juga berkarya

pada saat ada pesanan lukisan. Sedangkan putri-putrinya seorang guru yang

mengajar di salah satu TK di Surakarta. Bu Uryn, Bu Unik, dan Bu Atik

bukan lulusan dari jurusan seni rupa melainkan belajar melukis secara

otodidak dari ayahnya.

3. Materi yang diajarkan

Pemberi materi di sanggar lukis “Warung Seni” ini dilakukan oleh

Bapak Luluk Soemitro. Materi yang diberikan yaitu tentang teknik melukis.

Teknik melukis yang diajarkan yaitu dari teknik membuat sketsa obyek

sampai dengan pewarnaan obyek. Untuk materi pembuatan sketsa obyek

dilakukan sendiri oleh Bapak Luluk Soemitro. Beliau menggunakan spidol

boardmarker dan papan white board dalam melukis sketsa obyek, dan seketsa

obyek tersebut nantinya ditiru oleh siswa. Dalam pembuatan sketsa obyek,

siswa dilatih untuk tidak menggunakan pensil tetapi menggunakan spidol

hitam kecil. Hal ini dimaksudkan untuk melatih anak lebih percaya diri dalam

melukis.

Untuk materi tentang pewarnaan, Bapak Luluk Soemitro

mempercayakan kepada anak-anaknya yaitu Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik.

Untuk pewarnaan bisa dikonsultasikan setelah siswa selesai melukis sketsa

obyek atau di luar jam bimbingan. Bu Uryn dan saudaranya hanya memberi

tanda warna yang akan digunakan pada sketsa gambar yang telah dibuat

siswa, lalu siswa melanjutkannya sendiri di rumah. Karena teknik yang

diajarkan adalah teknik kering, maka pewarna yang digunakan adalah pastel

minyak. Selain warnanya bermacam-macam, pastel minyak penggunaannya

mudah dan cepat. Setelah selesai, gambar dibawa ke sanggar pada pertemuan

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

selanjutnya dan akan dievaluasi oleh Bapak Luluk Soemitro atau putri-

putrinya sebelum mulai pelajaran baru. Karya yang telah dievaluasi

dikembalikan lagi kepada siswa.

Obyek gambar yang diajarkan bermacam-macam dan setiap

pertemuan berganti-ganti tema. Pada dasarnya tema merupakan suatu gagasan

pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu cerita. Tema dalam

pembelajaran sanggar lukis “Warung Seni” cenderung mengambil tema yang

berada di lingkungan sekitar. Faktor lingkungan begitu kuat memberi

pengaruh terhadap munculnya inspirasi. Situasi lingkungan tersebut bisa

terjadi pada peristiwa atau sesuatu yang pernah dilihatnya, misalnya tema

tentang aktivitas di pasar, pemandangan sawah, kehidupan hewan, dan

sebagainya. Dilihat dari keseluruhan dari tema-tema yang dipilih

menunjukkan bahwa situasi dan kondisi alam sekitar merupakan sesuatu yang

menarik bagi anak. Hal ini sesuai dengan kondisi anak, dimana mereka mulai

mengenal tentang situasi lingkungan disekitarnya.

Tidak hanya obyek yang dicontohkan oleh Bapak Luluk Soemitro

saja yang diajarkan, setiap tiga bulan sekali siswa diajak keluar untuk melukis

pemandangan. Pemandangan yang diambil antara lain pemandangan gunung,

kebun, persawahan, taman, sungai, dan air terjun.

4. Metode yang digunakan

Untuk menyampaikan materi seni lukis, peneliti menemukan bahwa

Bapak Luluk Soemitro menggunakan beberapa metode pembelajaran. Metode

pembelajaran yang digunakan antara lain:

a. Ceramah

Metode ceramah digunakan pembimbing saat mengawali pelaksanaan

pembelajaran, yaitu pada saat pengucapan salam dan membahas tema

obyek yang akan digambar pada pertemuan itu. Tema yang akan

digambar oleh siswa disampaikan dulu oleh pembimbing. Setelah semua

siswa mengerti dan paham yang akan digambar, maka pembimbing

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

langsung melakukan demonstrasi melukis sketsa obyek. Pada saat

melakukan demonstrasi, pembimbing juga menjelaskan gambar yang

sedang dibuat sehingga siswa mudah memahami saat ikut melukis.

b. Praktik atau Demonstrasi

Metode praktik atau demonstrasi digunakan pembimbing dalam

pembuatan sketsa dari tema yang telah ditentukan. Sketsa tersebut

nantinya ditiru siswa untuk digambar, jadi obyek dari semua siswa di

sanggar itu adalah sama. Untuk membuat sketsa, Bapak Luluk Soemitro

menggunakan spidol boardmarker dan sebuah papan white board. Sketsa

obyek yang digambarkan pembimbing tidak langsung selesai, tetapi

bertahap. Misal untuk membuat obyek manusia, pembimbing melukis

kepalanya dulu dan memberikan waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh

siswa. Setelah semua siswa selesai melukis kepala, pembimbing

melanjutkan membuat badan dan memberi waktu sekitar 30 detik untuk

dicontoh siswa, dan begitu seterusnya sampai sketsa obyek benar-benar

selesai.

c. Tanya Jawab

Siswa yang mengalami kesulitan dalam melukis kebanyakan masih malu

untuk bertanya kepada pembimbing. Melihat hal tersebut pembimbing

selalu menanyakan kepada siswa bila ada yang mengalami kesulitan saat

melukis. Selain untuk menanyakan kesulitan siswa, metode ini juga

digunakan untuk sekedar basa basi kepada siswa, misal menanyakan

perkembangan siswa atau sekedar menanyakan kabar siswa. Selain itu

juga digunakan untuk menanyakan pendapat siswa saat menentukan tema

obyek yang akan digambar pada awal bimbingan.

d. Pemberian Ampunan dan Bimbingan

Metode ini dilakukan saat ada anak yang membuat kesalahan atau

keributan, maka pembimbing memberikan peringatan dan mengajaknya

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

untuk kembali melakukan aktivitas yang seharusnya. Dalam

membimbing, Bapak Luluk Soemitro selalu memperhatikan siswanya

saat melukis. Beliau juga membantu bila ada siswa yang merasa kesulitan

dalam membuat gambar. Obyek gambar yang biasanya dianggap sulit

adalah pada saat melukis proporsi manusia dan hewan. Apabila Bapak

Luluk Soemitro sedang sibuk melukis di depan, maka yang membantu

siswa dalam melukis adalah Bu Uryn.

e. Pemberian Tugas

Metode ini digunakan pembimbing untuk memberikan tugas melukis

kepada siswa saat di rumah. Tugas tersebut diberikan saat akhir pelajaran

dan nantinya dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Untuk tema

gambar ditentukan Bapak Luluk Soemitro. Tujuan dari pemberian tugas

ini adalah melatih siswa menggunakan waktu luangnya dengan hal yang

bermanfaat dan juga melatih keterampilan siswa dengan teknik-teknik

yang telah diajarkan.

f. Karya Wisata

Metode ini dilakukan Bapak Luluk Soemitro dan siswanya untuk melukis

pemandangan di luar lingkungan sanggar. Biasanya karya wisata

dilakukan setiap tiga bulan sekali dan mengunjungi tempat-tempat yang

memiliki pemandangan yang bagus. Karya wisata juga dapat melatih

anak untuk belajar melukis obyek secara langsung karena selain

menemukan obyek diam, anak juga akan menemukan obyek bergerak.

Selain untuk belajar melukis pemandangan, karya wisata juga

dimanfaatkan untuk melepas kejenuhan saat belajar melukis di sanggar.

Namun kegiatan karya wisata ini tidak selalu rutin tiga bulan sekali

dilakukan karena bila ada siswa yang tidak bisa ikut maka kegiatan ini

dibatalkan.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

5. Model yang digunakan

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dalam sanggar lukis “Warung Seni” secara tidak langsung peneliti

menemukan model pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam

pembelajaran melukis. Model pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi

(2003) dalam Sugiyanto (2008: 18) adalah konsep belajar yang mendorong

guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia

nyata siswa, dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka

sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha

siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketia ia

belajar.

Penerapan model pembelajaran ini pada sanggar lukis “Warung

Seni” terlihat pada saat pembimbing mengajak siswanya untuk melukis

aktivitas manusia yang pernah mereka lihat maupun aktivitas yang mereka

alami. Sehingga siswa menjadi terdorong untuk segera melukis karena tema

yang akan digambar pernah dilihat atau dialami sendiri oleh siswa. Anak-

anak pada dasarnya lebih suka bercerita, secara tidak langsung model

pembelajaran ini mendorong siswa untuk bercerita melalui lukisan yang

mereka buat.

Selain model pembelajaran kontekstual, peneliti juga menemukan

model pembelajaran quantum learning yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Prinsip model pembelajaran quantum learning adalah bahwa

sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail

apa pun memberikan sugesti positif maupun negatif (Surtikanti dan Santoso,

2008: 81). Sugesti bisa datang dari ucapan guru, suasana belajar, dan

lingkungan belajar.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Penerapan model pembelajaran quantum learning di sanggar ini

terlihat pada saat Bapak Luluk Soemitro menyapa setiap siswa yang datang.

Hal ini memberikan kesan hangat dari seorang guru kepada siswa sehingga

siswa merasa nyaman saat mengikuti bimbingan. Hal lain yang dilakukan

Bapak Luluk Soemitro adalah mendongeng saat melukis sketsa obyek di

depan siswa. Dengan dongeng siswa akan mudah memahami suasana obyek

yang akan digambarnya dan membuat siswa merasa senang dan nyaman.

Selain itu Bapak Luluk Soemitro juga memajang lukisan-lukisan di sekeliling

tempat belajar. Teknik ini digunakan agar suasana belajar menyenangkan dan

secara tidak langsung lukisan tersebut dapat memotivasi siswa untuk

semangat melukis.

6. Media yang digunakan

Media pembelajaran adalah perantara yang digunakan untuk

menyampaikan materi dari pemberi materi kepada penerima materi. Media

pembelajaran yang digunakan di sanggar lukis “Warung Seni” adalah gambar

sketsa obyek yang digambar dipapan white board. Gambar sketsa obyek

tersebut dibuat sendiri oleh Bapak Luluk Soemitro. Gambar sketsa obyek

tersebut digambar pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam proses

pembuatannya bertahap karena akan memudahkan siswa dalam mencontoh

gambar yang disampaikan.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 2. Media pembelajaran

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Dalam membuat media pembelajaran, Bapak Luluk Soemitro

menggunakan alat-alat gambar sebagai berikut:

Spidol boardmarker hitam

Gambar 3. Spidol boardmarker hitam

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Spidol digunakan melukis sketsa obyek di papan white board. Spidol

jenis boardmarker ini mudah dihapus bila ada kesalahan saat melukis.

Warna yang sering digunakan adalah warna hitam.

Papan white board

Gambar 4. Papan white board

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Papan yang terbuat dari bahan melamin berwarna putih dengan

permukaan yang licin. Papan ini mudah dibersihkan sehingga tidak perlu

mengganti papan ketika akan melukis obyek baru.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Penghapus

Gambar 5. Penghapus

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Penghapus digunakan untuk membersihkan tinta spidol yang menempel

dipapan white board. Terbuat dari kain halus sehingga pada saat

menghapus gambar atau tulisan, papan white board tidak tergores.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Sedangkan alat yang digunakan siswa dalam mengikuti bimbingan

melukis tidak disediakan khusus oleh Bapak Luluk Soemitro, jadi siswa harus

memiliki sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila ada tugas di

rumah pada saat ingin latihan melukis sendiri di rumah. Alat yang digunakan

siswa untuk melukis antara lain:

Spidol kecil hitam

Gambar 6. Spidol kecil hitam

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Spidol digunakan siswa untuk melukis sketsa obyek di kertas gambar.

Spidol yang digunakan adalah spidol yang kecil dan berwarna hitam.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Pastel minyak

Gambar 7. Pastel minyak

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Pastel berbentuk batangan silinder atau segi enam yang terbungkus

kertas. Pastel yang sering digunakan adalah pastel minyak karena warna

yang digoreskan pada kertas dapat lebih merata.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Kertas gambar

Gambar 8. Kertas gambar

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Kertas gambar digunakan untuk melukis obyek lukisan. Kertas ini tebal

dan ukuran kertas gambar yang biasa digunakan adalah A3.

D. Proses Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

Proses pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” berlangsung selama

1,5 jam yaitu antara pukul 15.30 – 17.00 WIB. Pertemuan belajar anak diberikan

dalam setiap minggunya 2 kali pertemuan yaitu hari Kamis dan Minggu.

Sebelum proses pembelajaran dimulai, Bapak Luluk Soemitro

menyiapkan tempat belajar dengan membersihkan aula yang akan digunakan

untuk mengajar. Setelah aula bersih selanjutnya beliau mengambil papan white

board dari studio lukisnya dan meletakkan papan white board tersebut pada salah

satu tiang di aula tersebut. Setelah itu beliau kembali ke studio lukisnya untuk

mengambil meja kursi kecil yang nantinya digunakan untuk belajar melukis anak,

serta mengambil kursi besar yang digunakan para orang tua yang menunggu

anaknya mengikuti bimbingan. Meja kursi kecil tersebut lalu ditata di aula

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

tersebut dengan cara meletakkan satu meja untuk tiga kursi, sedangkan untuk

kursi besar ditata di samping tempat belajar anak. Dalam menyiapkan tempat

pembelajaran ini Bapak Luluk Soemitro dibantu oleh anaknya yaitu Bu Uryn.

Siswa mulai datang pada pukul 15.30 WIB, mereka sebagian besar

diantar oleh orang tuanya. Siswa yang datang langsung menempati tempat duduk

yang telah disediakan. Bapak Luluk Soemitro selanjutnya menyapa anak-anak

bimbingannya dan menyuruhnya untuk menyiapkan alat-alat yang digunakan

untuk belajar melukis seperti spidol hitam kecil, buku gambar, dan pastel. Setelah

semua anak siap dengan alat-alatnya kemudian Bapak Luluk Soemitro

menyampaikan tema yang akan dilukis pada hari itu. Selain menyampaikan

materi, Bapak Luluk Soemitro juga menanyakan pendapat anak-anak mengenai

tema yang disampaikan tersebut dan beliau juga bertanya apakah siswa pernah

melihat obyek-obyek yang akan dilukis. Metode di atas secara tidak langsung

berfungsi sebagai cara untuk membuat anak merasa nyaman dan betah dalam

mengikuti bimbingan melukis.

Gambar 9. Bapak Luluk Soemitro saat menerangkan

tema obyek yang akan dilukis

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Setelah tema lukisan disampaikan selanjutnya Bapak Luluk Soemitro

mulai membuat media pembelajaran. Media pembelajaran berisi tentang materi

atau tema lukisan yang akan dilukis anak. Media tersebut berupa gambar sketsa

obyek dari spidol boardmarker yang digambar Bapak Luluk Soemitro pada papan

white board berukuran 1 x 1,5 m. Sketsa obyek yang digambarkan Bapak Luluk

Soemitro tidak langsung digambar sampai selesai, melainkan bertahap sedikit

demi sedikit. Misal untuk membuat obyek manusia, pembimbing melukis kepala

terlebih dahulu dan setelah itu memberikan waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh

siswa. Setelah semua siswa selesai melukis kepala, pembimbing melanjutkan

melukis badan dan memberi waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh siswa, dan

begitu seterusnya sampai sketsa obyek benar-benar selesai. Teknik ini digunakan

agar siswa tidak bingung dalam memulai membuat gambar dan juga hasil gambar

sketsa anak bisa selesai dalam waktu yang bersamaan. Selama menunggu anak

melukis sketsa obyek yang dicontohkan, Bapak Luluk Soemitro keliling ke meja

anak-anak untuk mengamati gambar mereka. Bila ada yang mengalami kesulitan

dalam melukis, beliau langsung membantunya.

Gambar 10. Bapak Luluk Soemitro saat membuat sketsa obyek

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Selama proses pembelajaran berlangsung banyak kejadian menarik yang

dilakukan siswa. Diantaranya ada anak yang selalu ingin ditemani orang tuanya di

sebelahnya pada saat mengikuti bimbingan. Anak seperti ini biasanya baru berusia

3-5 tahun. Selain itu juga ada anak yang tidak mau diam saat mengikuti

bimbingan. Anak itu berlarian kesana kemari dan mengganggu anak yang lain.

Hal tersebut menurut Bapak Luluk Soemitro adalah hal yang wajar karena mereka

memang masih anak-anak yang sulit untuk diatur. Tetapi bapak Luluk Soemitro

juga tidak diam menanggapi hal tersebut, beliau mengingatkan anak-anak yang

bandel tersebut dan mengajaknya kembali belajar melukis.

Gambar 11. Anak-anak sedang meggambar sketsa obyek

yang dicontohkan Bapak Luluk Soemitro

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Setelah semua siswa selesai melukis sketsa lukisan, selanjutnya

pembelajaran diserahkan Bapak Luluk Soemitro kepada putrinya untuk

memberikan materi tentang teknik pewarnaan. Materi tentang teknik pewarnaan

diberikan oleh Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik. Sketsa lukisan yang telah selesai

dibuat siswa, selanjutnya diserahkan kepada Bu Uryn, Bu Atik, atau Bu Unik

secara bergantian untuk diberikan tanda warna yang nantinya dilanjutkan siswa.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Pemberian tanda warna pada sketsa lukisan ini menggunakan pastel minyak yang

dibawa siswa. Selama pemberian tanda warna pada sketsa lukisan tersebut Bu

Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik menjelaskan bagaimana teknik mewarnai sketsa

lukisan yang baik. Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik juga menjelaskan bahwa

seluruh bidang gambar harus penuh dengan goresan pastel, bahkan untuk warna

putih juga harus diberi goresan warna putih dari pastel.

Gambar 12. Bu Uryn saat memberikan tanda warna pada

sketsa lukisan yang telah dibuat siswa

(Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Proses pembelajaran dikatakan selesai setelah semua sketsa lukisan anak

diberi tanda warna. Untuk proses pewarnaan dilanjutkan di rumah masing-masing

anak. Lukisan yang telah selesai diberi warna, selanjutnya dibawa ke sanggar pada

pertemuan berikutnya untuk dievaluasi.

E. Sistem Evaluasi Sanggar Lukis “Warung Seni”

Tidak seperti pada pendidikan formal, di mana sebelum dilaksanakan

evaluasi hasil belajar terdapat berbagai persiapan dan perencanaan yang matang.

Pada evaluasi hasil belajar di sanggar lukis “Warung Seni” tidak terdapat

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

persiapan atau perencanaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan evaluasi hasil

belajar. Proses evaluasi dilakukan secara beriringan dengan proses bimbingan

melukis, dan waktu pelaksanaannya dilakukan kapan saja di sela-sela proses

bimbingan melukis.

Pelaksanaan evaluasi tidak ada penetapan mengenai berapa kali maupun

berapa jam dalam melaksanakannya. Waktu pelaksanaan evaluasi menyesuaikan

kebutuhan, sesuai kemauan dari pembimbing maupun kebutuhan dari siswa.

Rentang waktu pelaksanaan evaluasi sama dengan jam pembelajaran, yaitu antara

pukul 15.30 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Prosesnya pun berlangsung

santai, tidak ada perubahan suasana atau aturan-aturan tertentu, semuanya tetap

berjalan seperti suasana pembelajaran yang sudah biasa dilakukan. Tempat yang

dugunakan Bapak Luluk Soemitro dalam melakukan evaluasi adalah aula tempat

belajar melukis.

Bentuk evaluasinya juga tidak seperti sekolah-sekolah formal yang biasa

menggunakan angka-angka. Di sanggar lukis “Warung Seni”, Bapak Luluk

Soemitro menggunakan obrolan atau pembahasan dengan siswa dalam melakukan

evaluasi. Pelaksanaan evaluasi tidak hanya berdasar kemauan pembimbing saja,

tetapi peserta didik atau siswa kadang berinisiatif memperlihatkan hasil karya

lukisnya kepada pembimbing untuk dievaluasi. Hal tersebut bertujuan untuk

mengetahui kekurangan dan kelebihan serta untuk meminimalisir adanya

kekeliruan dalam membuat karya lukis yang sedang dipelajari.

Obyek yang di evaluasi antara lain, keluwesan membuat garis,

pewarnaan bidang gambar, komposisi, dan kerapian. Obyek yang dievaluasi oleh

Bapak Luluk Soemitro dijelaskan sebagai berikut:

1. Keluwesan membuat garis, yaitu dalam membuat garis obyek pada sketsa

lukisan, Bapak Luluk Soemitro melarang siswanya untuk mengulang-ulang

garis yang dibuatnya. Bapak Luluk Soemitro lebih senang bila dalam

membuat sketsa lukisan obyek-oyek yang digambar dibuat hanya dengan

sekali goresan walaupun bentuk gambar kurang sempurna.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2. Pewarnaan bidang gambar, yaitu dalam mewarnai sketsa lukisan anak harus

menutup seluruh bidang-bidang gambar dengan warna pastel, termasuk warna

putih.

3. Komposisi, yaitu bila lukisan yang dibuat anak masih menyisakan bidang

kosong, Bapak Luluk Soemitro menyuruh anak tersebut untuk mengisi bidang

kosong dengan gambar. Gambar yang diisikan bebas tetapi harus sesuai

dengan tema lukisan yang dibuat.

4. Kerapian, biasanya masalah kerapian sering terjadi pada proses pewarnaan.

Karena masih anak-anak, terutama anak umur 3-6 tahun, mereka belum

mempunyai keterampilan yang baik dan rapi dalam mewarnai. Namun Bapak

Luluk Soemitro selalu mengingatkan agar anak rapi dalam mewarnai bidang

gambar.

Dalam melakukan evaluasi Bapak Luluk Soemitro tidak

mempermasalahkan bentuk atau proporsi obyek yang digambar siswa karena

menurut beliau apa pun bentuk yang dilukis anak, itulah ekspresi mereka. Beliau

juga mengatakan bahwa bentuk atau proporsi obyek yang dilukis siswa akan

bagus bila anak sering berlatih melukis di luar jam bimbingan.

F. Hasil Karya Lukis Siswa Sanggar Lukis “Warung Seni”

Hasil karya lukis siswa sanggar lukis “Warung Seni” dapat dilihat dari

masa periodisasi anak. Periodisasi merupakan penggolongan waktu atau tahapan

anak dalam perkembangannya. Dengan adanya periodisasi anak ini akan

berpengaruh pada hasil karya seni yang dihasilkan anak. Hal tersebut terjadi

karena anak mempunyai masa atau waktu dalam hal kemampuan atau

keterampilan.

Mengamati hasil karya lukis anak di sanggar lukis “Warung Seni”

berdasarkan periodisasi seni rupa anak, terlihat perbedaan antara anak yang satu

dengan yang lain dalam hal kemampuan menampilkan bentuk obyek-obyek yang

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

digambar serta keterampilan menggunakan alat dalam melukis. Sebagai contoh,

anak dalam rentang usia 4-7 tahun dalam melukis obyek masih tampak sederhana,

banyak garis yang diulang-ulang, dan dalam pewarnaannya masih kasar.

Sedangkan anak dalam rentang usia 7-11 tahun rata-rata sudah mampu melukis

obyek-obyek dengan detail, luwes dalam membuat garis, dan dalam

pewarnaannya sudah rapi sampai memenuhi selurung bidang gambar.

Berikut tabel hasil karya lukis anak di sanggar lukis “Warung Seni”

Surakarta dilihat dari masa periodisasi seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld

dalam Muharam & Sundaryati (1992):

No. Masa Karya Lukis Keterangan

1. Masa pra bagan

(4-7 th)

Karya Djijo (6 th)

Karya di samping dalam

menampilkan gradasi

warna masih kasar selain

itu komposisi dan bentuk

obyek yang ditampilkan

masih sederhana.

Karya Aqila (7 th)

Karya di samping sudah

menampilkan obyek yang

beragam dengan

komposisi obyek yang

memenuhi bidang gambar.

Namun dalam

menampilkan gradasi

warna masih kasar.

2. Masa bagan

(7-9 th)

Karya Gea (8 th)

Karya di samping sudah

menampilkan obyek-

obyek yang lebih detail

dengan komposisi yang

memenuhi bidang gambar.

Namun dalam pewarnaan

masih kasar.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Karya Ridwan (9 th)

Karya di samping

komposisi yang

ditampilkan sudah

memenuhi seluruh bidang

gambar dengan bentuk

obyek yang detail. Dalam

pewarnaan sudah bisa

menampilkan gradasi yang

lebih halus.

3. Masa permulaan

realisme

(9-11 th)

Karya Vona (10 th)

Karya di samping sudah

mendekati obyek asli

dengan komposisi yang

memenuhi bidang obyek.

Dalam pewarnaan juga

sudah menampilkan

gradasi yang halus.

Karya Tsania (11 th)

Karya di samping sudah

menampilkan obyek-

obyek yang beragam dan

detail dengan komposisi

yang memenuhi bidang

gambar.

Tabel 2. Hasil karya lukis anak berdasarkan masa periodisasi seni rupa anak

menurut Viktor Lowenfeld

Secara keseluruhan hasil karya anak-anak sanggar lukis “Warung Seni”

sudah mampu membuat obyek-obyek yang detail, seperti obyek manusia, hewan,

tumbuhan, serta obyek-obyek yang lain. Sedangkan dari segi pengolahan warna,

anak-anak cenderung menggunakan warna yang telah diajarkan pembimbing pada

saat bimbingan. Penggunaan warna yang memenuhi latar belakang obyek

membuat hasil karya lukis anak semakin mantap.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Namun hasil karya lukis siswa sanggar lukis “Warung Seni” juga masih

terdapat kelemahan. Anak-anak belum mampu membuat bentuk dan proporsi

obyek dengan baik. Untuk siswa yang dalam melukis bentuk obyek kurang baik,

Bapak Luluk Soemitro memberikan tugas melukis sendiri di rumah. Tugas

diberikan pada pertemuan hari minggu karena jarak pada pertemuan berikutnya

lama sehingga anak bisa maksimal dalam mengerjakan tugas melukis. Tema yang

dilukis adalah tema yang belum dikuasai anak seperti aktivitas manusia atau

binatang.

G. Pembahasan

Sebagai lembaga pendidikan nonformal, sanggar lukis “Warung Seni”

dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penggunaan komponen

pembelajaran hampir sama dengan lembaga pendidikan formal. Di sanggar ini

terdapat siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, model, media pembelajaran, dan sistem evaluasi seperti pada

lembaga pendidikan formal. Perbedaannya, penerapan komponen-komponen

tersebut dalam proses pembelajarannya bersifat fleksibel.

Siswa sanggar lukis “Warung Seni” paling banyak diikuti oleh anak-anak

usia 3-12 tahun. Siswa sanggar ini berasal dari berbagai daerah di Surakarta.

Karena bentuk pembelajarannya berupa bimbingan, siswa di sanggar lukis

“Warung Seni” terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan

pengertian siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 22) yang menyatakan

bahwa siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di

sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan

merespons dengan tindak belajar.

Walaupun siswa terdiri dari umur yang berbeda-beda, namun tidak ada

pengelompokan berdasarkan usia siswa dalam proses belajarnya padahal materi

yang disampaikan sama. Hal ini mengurangi rasa percaya diri pada anak-anak

yang usianya masih sangat muda karena merasa kalah dengan anak yang usianya

lebih tua. Selain itu hasil karyanya pun juga terlihat lebih bagus pada anak yang

usianya lebih tua. Inilah salah satu perbedaan sanggar lukis “Warung Seni”

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dengan lembaga pendidikan formal dimana pada lembaga pendidikan formal anak

dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia dan materi yang diajarkan.

Guru dalam sanggar lukis “Warung Seni” saat ini adalah Bapak Luluk

Soemitro dan dibantu beberapa putrinya yaitu Bu Uryn, Bu Unik, dan Bu Atik.

Walaupun bukan lulusan dari jurusan seni rupa namun Bapak Luluk Soemitro dan

putri-putrinya mampu mengajarkan teknik melukis pada anak-anak

bimbingannya. Hal ini sesuai dengan pengertian guru bahwa dalam kegiatan

belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan”.

Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan,

keterampilan, atau isi ajaran yang lain seperti kesenian, kesusilaan, dan agama

(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 170-171). Tetapi pembelajaran ini terlihat kurang

baik karena siswa yang dibimbing selalu diberi contoh dalam melukis. Anak tidak

diberi kebebasan dalam menampilkan bentuk-bentuk visual yang diinginkan dan

anak juga tidak diberi kebebasan dalam memilih warna yang digunakan untuk

mewarnai lukisan yang mereka buat.

Setiap lembaga pendidikan tentu memiliki tujuan dari pembelajaran yang

dilakukan. Tujuan dari pembelajaran adalah memberdayakan semua potensi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan

pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami,

melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri

(Majid, 2008: 24). Begitu juga dengan sanggar lukis “Warung Seni” yang juga

memiliki tujuan pembelajaran sebagai berikut: (1) Sebagai lembaga pendidikan

nonformal yang membantu tercapainya tujuan dari pendidikan seni rupa secara

utuh, sehingga kekurangan yang ada dalam pendidikan formal bisa terpenuhi oleh

lembaga pendidikan nonformal ini, (2) Untuk memajukan seni lukis di Surakarta.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Bapak Luluk Soemitro melalui sanggar lukis

“Warung Seni” membimbing anak didiknya untuk memahami dunia seni lukis.

Dengan adanya bimbingan tersebut diharapkan dapat melahirkan pelukis-pelukis

baru di Surakarta, (3) Untuk memberikan tempat atau wadah bagi seniman,

pengamat seni maupun pecinta seni untuk mengadakan komunikasi. Ditempat

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

tersebut para seniman bisa membahas kegiatan yang akan dilakukan maupun

sekedar sharing tentang perkembangan dunia seni lukis.

Materi yang diajarkan di sanggar lukis “Warung Seni” meliputi teknik

pembuatan sketsa obyek dan teknik pewarnaan. Untuk materi sketsa obyek

dilakukan oleh Bapak Luluk Soemitro dan untuk pewarnaan oleh Bu Uryn, Bu

Atik, dan Bu Unik. Obyek yang digambar antara lain aktivitas manusia, hewan,

tumbuhan, dan pemandangan alam. Untuk pemandangan alam tidak dibuatkan

sketsa sebagai contoh tetapi siswa diajak mengunjungi tempat yang memiliki

pemandangan alam yang bagus. Di sana anak diajarkan melukis obyek secara

langsung. Pemandangan alam yang dituju biasanya persawahan, pantai, air terjun,

dan sungai. Dari materi yang diberikan, anak yang tidak tahu menjadi tahu

bagaimana melukis sebuah obyek dengan benar dan anak juga tahu bagaimana

menggunakan alat lukis yang benar. Perubahan tingkah laku dari materi yang

diajarkan sesuai dengan pendapat Majid (2008: 170) yang menyatakan bahwa

sumber belajar atau materi diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan

sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi, dapat digunakan sebagai

wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Namun dalam memberikan materi anak selalu diberi contoh. Hal ini berdampak

pada kurangnya kemandirian dan kreativitas siswa pada saat membuat karya lukis.

Dalam melaksanakan proses pembelajarannya, sanggar lukis “Warung

Seni” menggunakan beberapa metode pembelajaran. Metode yang digunakan

antara lain ceramah, praktik atau demonstrasi, tanya jawab, pemberian ampunan

dan bimbingan, pemberian tugas, dan karya wisata. Penggunaan metode-metode

ini tidak semuanya dilakukan dalam satu kali bimbingan, penggunaannya

menyesuaikan keadaan siswa dan keinginan pembimbing. Penggunaan metode

pembelajaran pada proses pembelajaran ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa, metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran

(http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-definisi-metode-pembelajaran.html

diakses 01/12/2011).

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Menurut Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2008: 7) model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran. Pada sanggar lukis “Warung Seni” tidak ada kerangka konseptual

dalam model pembelajaran yang digunakan. Namun secara tidak langsung peneliti

menemukan beberapa model pembelajaran yang digunakan walaupun model

pembelajaran tersebut tidak direncanakan sebelumnya. Model pembelajaran yang

digunakan yaitu model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran

quantum learning. Model pembelajaran kontekstual terlihat dari tema materi yang

diajarkan yaitu pada saat pembimbing mengajak siswanya untuk melukis aktivitas

manusia yang pernah mereka lihat maupun aktivitas yang mereka alami. Untuk

model pembelajaran quantum learning terlihat pada cara mengajar pembimbing

sanggar tersebut yaitu yang selalu memotivasi siswanya saat mengajar. Selain itu

juga memotivasi siswa melalui lukisan yang dipajang di ruang bimbingan.

Untuk menyampaikan materi pelajaran, Bapak Luluk Soemitro

menggunakan media visual yaitu berupa gambar sketsa obyek yang digambar

dipapan white board. Dalam membuat media ini Bapak Luluk Soemitro

menggunakan spidol boardmarker hitam. Media pembelajaran ini termasuk media

visual yang tidak diproyeksikan yaitu media yang sederhana, tidak membutuhkan

proyektor dan layar untuk meproyeksikan perangkat lunak (Anitah, 2009: 7).

Lukisan yang telah selesai dibuat selanjutnya dievaluasi. Di sanggar ini

dalam mengevaluasi karya siswa hanya sebatas mengukur kemampuan siswa

dengan cara pembahasan tanpa menggunakan angka-angka untuk menilai. Obyek

yang sering dibahas adalah teknik pewarnaan dan keluwesan anak dalam

membuat garis outline. Pewarnaan yang tidak memenuhi seluruh bidang gambar

dan garis outline yang terlihat kasar biasanya terlihat pada karya lukis anak usia 3-

6 tahun. Evaluasi ini berbeda dengan pendapat Sudijono (2007: 4-5) yang

mengatakan bahwa evaluasi mencakup dua kegiatan, yaitu pengukuran dan

penilaian. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

atau atas dasar ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap

sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk,

pandai atau bodoh, dan sebagainya.

Pelaksanan evaluasi sanggar lukis “Warung Seni dilakukan di sela-sela

saat proses pembelajaran berlangsung. Obyek yang di evaluasi antara lain,

keluwesan membuat garis, pewarnaan bidang gambar, komposisi, dan kerapian.

Karena siswa yang belajar anak-anak, Bapak Luluk Soemitro tidak

mempermasalahkan bentuk atau proporsi obyek yang digambar siswa.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Sanggar lukis “Warung Seni” sebagai pendidikan nonformal turut

berperan dalam program penyelenggaraan pendidikan seni rupa. Program

pendidikan seni rupa yang diselenggarakan terfokus pada bidang seni lukis,

karena bidang ini lebih populer dan banyak diminati dibandingkan dengan bidang

seni rupa lainnya. Pendidikan yang diselenggarakan berbentuk bimbingan. Bentuk

bimbingan ini memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dasar-dasar teknik

melukis, yaitu dari pembuatan sketsa obyek sampai dengan pewarnaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sanggar lukis

“Warung Seni”, maka pokok-pokok simpulan hasil penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan sanggar lukis “Warung Seni” sebagai pelengkap pendidikan seni rupa

yang ada pada lembaga pendidikan formal secara praktek atau keterampilan

sudah dilaksanakan dengan cukup baik, siswa yang mengikuti bimbingan

tahu cara menggambar obyek dan teknik mewarnai obyek. Namun dilihat dari

segi wawasan masih kurang mencukupi karena dalam kegiatan bimbingan di

sanggar lukis ini anak tidak diberikan teori dan referensi tentang seni lukis.

2. Materi tentang teknik melukis dan pewarnaan yang diberikan selalu

dibimbing dan diberikan contoh. Hal ini membuat hasil lukisan anak terpaku

pada gambar yang telah dicontohkan oleh pembimbing. Pembelajaran dengan

cara ini akan berdampak pada kurangnya kemandirian dan kreativitas anak

dalam melukis.

3. Bimbingan melukis di sanggar lukis “Warung Seni” paling banyak diikuti

oleh anak-anak usia 3-12 tahun. Walaupun usia anak berbeda-beda namun

materi yang diberikan sama.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

4. Dari sekian metode yang digunakan, metode praktik atau demonstrasi lebih

dominan digunakan pada saat bimbingan. Hal ini dikarenakan pembelajaran

di sanggar lukis “Warung Seni” ini terfokus pada pembelajaran praktek

melukis.

5. Penggunaan model pembelajaran kontekstual terlihat pada saat anak diajak

menggambar ke lokasi yang ditentukan pembimbing. Hal ini dilakukan untuk

melatih anak melukis obyek diam maupun bergerak secara langsung.

6. Media pembelajaran yang digunakan di sanggar lukis “Warung Seni” adalah

gambar sketsa obyek yang digambar di papan white board. Proses pembuatan

gambar sketsa obyek bertahap. Dengan cara seperti ini anak mudah menerima

materi yang diajarkan dan pada akhir bimbingan seluruh anak bisa

menyelesaikan gambar secara bersamaan, sehingga tidak ada anak yang

tertinggal saat waktu kegiatan bimbingan selesai.

7. Bentuk evaluasi di sanggar lukis “Warung Seni” berupa pembahasan

langsung. Bentuk evaluasi melalui pembahasan ini terbukti efektif diterapkan

karena siswa dapat mengetahui letak kekurangan dan kelebihan karya lukis

yang telah mereka buat.

B. Implikasi

Materi yang diberikan selalu dibimbing dan diberikan contoh. Cara ini

membuat hasil lukisan anak terpaku pada gambar yang telah dicontohkan oleh

pembimbing. Hal ini juga berdampak kurangnya kemandirian dan kreativitas

siswa dalam membuat karya lukis.

Tidak adanya pengelompokan usia anak dalam mengikuti bimbingan

melukis membuat anak yang lebih muda merasa sulit menerima materi yang

disampaikan, begitu juga sebaliknya, anak yang lebih tua merasa mudah dalam

menerima materi yang disampaikan pembimbing. Hal ini juga membuat

keterampilan anak yang lebih tua kurang berkembang dalam melukis.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TENTANG .../Kajian...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Oleh: commit to user KAJIAN TENTANG PROSES PEMBELAJARAN PADA SANGGAR LUKIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

C. Saran

Berdasar kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat dikemukakan

saran sebagai berikut:

1. Dalam memberikan materi tentang teknik melukis sebaiknya disesuaikan

dengan tingkatan usia anak, karena setiap anak mempunyai karakter dan

kemampuan sendiri yang sesuai dengan tingkat usianya.

2. Pemberian materi tentang teknik membuat sketsa obyek sampai dengan

mewarnai hendaknya tidak selalu diberikan contoh atau arahan dari

pembimbing tetapi cukup dengan menyampaikan tema yang akan dilukis. Hal

ini akan memberikan kebebasan kepada anak dalam mewujudkan lukisan

menurut daya fantasi dan kreasi mereka masing-masing.

3. Untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman anak tentang alat lukis,

hendaknya anak diperkenalkan berbagai jenis alat lukis yang lain. Misalnya

cat air, cat minyak, cat akrilik, dan lain-lain. Dengan adanya berbagai jenis

alat lukis ini, anak-anak dapat mencoba bereksperimen dengan alat-alat lukis

tersebut sampai akhirnya mereka menemukan alat lukis yang cocok dan

sesuai dengan dirinya.