Upload
selapon
View
2.723
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
MAKALAH
WASTING SYNDROME atau CACHEXIA
BLOK ENDOKRIN-I
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
TUTOR: dr. Diah Andriana, SpB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2012
2
MAKALAH
WASTING SYNDROME / CACHEXIA
BLOK ENDOKRIN 1
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:
M. Fathan Rasyid. A 209.121.0003
Septian Ifriansyah 209.121.0008
Mucahamad Zubaid 209.121.0011
Dian Ayu Sri Utami 209.121.0018
Devi Kurniyanti Ningsih 209.121.0021
Ananda Arantika W.A 209.121.0028
Ahmad Haerul Umam 209.121.0029
Prajatiwi Novia Dilla 209.121.0036
Arista Kautsar Rahman 209.121.0037
M. Sukri 209.121.0045
Iffah Nadhiefah 209.121.0054
Hanis Putriana 209.121.0055
Zahrotun Nisa 209.121.0060
Baiq Sholatia 209.121.0063
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2012
3
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya pada kami selaku tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
makalah kelompok BLOK ENDOKRIN-I ini dengan lancar.
Makalah ini berisi tentang MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS, PENEGAKAN
DIAGNOSA DAN DEFERENTIAL DOAGNOSE, PATOFISIOLOGI, dan PENATALAKSANAAN
serta REHABILITASI. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai
panduan belajar dalam mengikuti kegiatan belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki untuk meningkatkan fungsinya sebagai laporan tugas bagi mahasiswa, suatu
kebanggaan bagi kami apabila para pembaca makalah ini dapat memberikan saran, kritik dan
masukan kepada kami untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah-makalah
berikutnya.
Demikian pengantar dari kami, semoga laporan makalah kelompok mahasiswa ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, Juni 2012
Atas Nama Penyusun
Kelompok 3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, UNISMA,
Angkatan 2009
4
DAFTAR ISI
Halaman judul ............................................................................................ 1
Nama Anggota Kelompok ………………………………………………... 2
Kata Pengantar ……………………………………………………... ….. 3
Daftar Isi ………………………………………………………………… 4
Bab I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang ........................................................................... 5
I.2.Rumusan Masalah ..………………………………………..….. 5
I.3.Tujuan ......................…………………………………………… 5
I.4. Manfaat ....................………………………………….............. 6
Bab II.Tinjauan Pustaka
II.1. Epedemiologi …………………………………………………… 7
II.2. Etiologi …………………………………………………………. 7
II.3. Patofisiologi …………………………………………………… 8
II.4. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium …………… 15
II.5. Penegakan Diagnosa dan Differential Diagnosa ………………. 16
II.6. Penatalaksanaan dan Rehabilitasi……………………………….. 18
Bab III. Penutup
III.1. Kesimpulan ….………………………………………………… 24
III.2.Saran …………………………………………………………… 24
5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Cachexia berasal dari bahasa Yunani “kakos” dan “hexis” yang berarti “keadaan yang
buruk”. Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan
dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan
dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi
metabolism serta imunitas.
Asthenia merupakan gejala yang menonjol dengan gambaran kelemahan secara
umum, baik fisik maupun mental dimana sering dijumpai kehilangan massa otot. Cachexia
kanker ditemukan pada >80% pasien yang menderita keganasan tahap lanjut dan menjadi
penyebab kematian pada >20% kasus. Untuk itu pentingnya pengetahuan yang rinci
mengenai Cachexia menjadi dasar dari pembuatan makalah ini.
I.2. RUMUSAN MASALAH
I.2.1. Bagaimana epidemiologi dari Cachexia?
I.2.2. Apa etiologi dari Cachexia?
I.2.3. Bagaimana patofisiologi Cachexia?
I.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari
Cachexia?
I.2.5. Bagaimana penegakan diagnosa dan differential diagnosa?
I.2.6. Bagaimana penatalaksanaan dan rehabilitasi pada Cachexia?
I.3. TUJUAN
I.3.1. Mengetahui epidemiologi dari Cachexia.
6
I.3.2. Mengetahui etiologi dari Cachexia.
I.3.3. Mengetahui patofisiologi dari Cachexia.
I.3.4. Mengetahui manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari
Cachexia.
I.3.5. Mengetahui penegakan diagnosa dan differential diagnosa.
I.3.6. Mengetahui penatalaksanaan dan rehabilitasi Cachexia.
I.4. MANFAAT
Setelah pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
baik bagi penulis ataupun pembaca, yang nantinya akan bermanfaat untuk kepentingan klinis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. EPIDEMIOLOGI
Cachexia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan berat badan yang
parah, anoreksia, cepat kenyang, kelemahan dan edema. Cachexia hampir selalu ditemukan
pada penyakit kronis termasuk kanker, penyakit paru obstruktif kronik, gagal
jantung kronis, gagal ginjal kronis, gagal hati kronis, artritis rematoid dan AIDS.
Cachexia kanker dialami oleh 80% pasien kanker stadium lanjut, khususnya mereka
dengan keganasan gastrointestinal, pankreas, toraks, kepala dan leher. Cachexia berkaitan
dengan 20% kematian kanker. Kehilangan berat badan sering diamati sebagai tanda pertama
pada pasien kanker, kira-kira pada 30% sampai 80% pasien. Kehilangan berat badan parah (>
10%) diamati pada kira-kira 15% pasien. Pada sebagian pasien kanker, kehilangan berat badan
merupakan gejala paling sering, dan sampai 66% pasien menjadi kurus kering selama perjalanan
penyakit. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat sebelum sakit dapat terjadi pada
sampai 45% pasien rawat-inap dewasa dengan kanker.
II.2. ETIOLOGI
a. Kanker
b. AIDS
c. Usia Lanjut
d. Tumor
e. PPOK
f. Gagal ginjal kronik
g. Gagal jantung kongestif
8
II.3. PATOFISIOLOGI
3.1. Sitokin
Sitokin merupakan protein yang diproduksi oleh sel inflamasi yang berfungsi
sebagai mediator antar sel parakrin. Inflamasi sistemik dimediasi melalui cidera sel
sehingga menyebabkan aktivasi system imun yang hasil akhirnya memicu respon
inflamasi akut dan menyebabkan elaborasi sitokin yang berlebih. Sitokin memainkan
peran utama dalam immunomodulator dan telah terlibat dalam penyebab anoreksia,
penurunan berat badan, disfungsi kognitif, anemia, dan kelelahan. Elaborasi berlebihan
sitokin proinflamasi seperti interleukin 1, interleukin 2, interferon y, dan tumor necrosis
faktor alfa diduga merupakan penyebab paling umum dari cachexia yang diamati pada
pasien yang mengalami inflamsi akut.(Gambar. 1)
Sitokin mengaktifasi faktor transkripsi kB nuklir (NF-kB) yang menyebabkan
penurunan sintesis muskulus. Aktifasi sitokin juga menurunkan produksi protein MyoD,
dimana MyoD yang bertanggung jawab sebagai faktor transkripsi yang memodulasi jalur
sinyal yang terlibat dalam perkembangan muskulus dengan cara mengikat myosin rantai
IIb daerah promoter yang di perlukan untuk ekspresi myosin dalam kecepatan gerak otot.
TNF-alfa dan interferon y secara sinergis menghambat aktivasi dari messenger RNA
untuk sintesis rantai myosin. Selain itu TNF-alfa dan Interferon y juga sangat spesifik
untuk merangsang proteolisis rantai myosin.
9
Sitokin juga mengaktifasi system ubiquitin-dimediasi proteolitik, dimana system
ini terlibat dalam penyakit yang berhubungan dengan hiperkatabolisme. Ubiquitin
merupakan susunan 76 asam amino yang membentuk polipeptida sebagai target spesifik
dalam muskulus yang dapat menyebabkan proteolisis otot. Proteolisis otot ini selanjutnya
menghasilkan asam amino dan oligopeptida yang akan dimetabolisme di hepar untuk
sintesis protein seperti protein C-reaktif dan peptide amiloid serum. System ubiquitin-
protease juga secara tidak langsung memodulasi sintesis protein melalui penghambatan
degradasi k protein regulasi B (IKB) gen NF-Kb. Selain itu sitokin juga merangsang
pelepasan hormone kortisol dan ketokolamin dari kelenjar adrenal. Hormone kortisol
selanjutnya menyebabkan aktivasi system ubiquitin-protease, dan ketokolamin dapat
meningkatkan resting metabolic rate. Sitokin juga menginduksi lipolisis dan Beta-
oksidasi, lemak dan lipoprotein dalam hepar juga mengalami penurunan aktivasi. Terjadi
peningkatan aktivasi reseptor LDL di dalam hepatosit. Hal ini menyebabkan peningkatan
sintesis VLDL dan lipoprotein menurun, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Semua
proses ini menghasilkan keseimbangan energy negative dan penurunan berat badan,
dengan manifestasi klinis lemah, letih, lesu, malaise,dan anhedonia. Keadaan seperti ini
harus ditangani dengan asupan makanan yang tinggi kalori dan beberapa obat yang
bersifat antagonis sitokin seperti pada tabel berikut :
10
3.2. Testosteron
Testosterone dapat menstimulasi myoblast dan meningkatkan sel satelit, sehingga
dapat terjadi peningkatan sintesis protein dalam memperbaiki sel otot yang rusak.
Testosterone juga dapat menghambat pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa,
IL-1beta, dan IL-6 dan menstimulasi produksi IL-10 sebagai sitokin anti inflamasi. Kadar
hormone testosterone dapat menurun pada keadaan penuaan dan akibat peningkatan
kadar leptin serum, dimana leptin merupakan hormone anorectic dan lipolitik yang di
hasilkan oleh sel lemak. Perubahan ini diduga sebagai penyebab anoreksia, penurunan
berat badan, dan chachexia pada beberapa pria hipogonadisme.
3.3. Insulin Growth Faktor I (IGF-1)
IGF-1 sangat sensitive terhadap asupan makanan, yang akan meningkat tajam
selama puasa. Status gizi, komposisi mikro dan makronutrien dari asupan makanan juga
menentukan konsentrasi IGF-1. IGF-1 meningkatkan sintesis protein otot dengan
meningkatkan konsentrasi hormone pertumbuhan dan testosterone. Kadar IGF-1 yang
rendah pada manusia yang mengalami kekurangan gizi dapat menjadi tanda dalam
pathogenesis cachexia.
3.4. Myostatin
Myostatin adalah hormone yang diproduksi dalam otot yang menekan
pertumbuhan otot dengan menghambat proliferasi myoblast. Namun untuk bukti bahwa
pengaruh myostatin dalam pathogenesis cachexia masih berada di tingkat preklinis
dengan menghapus gen myostatin pada hewan coba sehingga menyebabkan hipertrofi
otot pada hewan coba.
3.5. Hormon Adrenal
11
Glukokortikoid menekan penyerapan glukosa dan asam amino otot melalui
inhibisi transport tingkat seluler. Glukokortikoid memiliki efek pada regulasi dari
messenger RNA dan selanjutnya berefek pada system ubiquitin-protease dalam otot.
Glukokortikoid juga menghambat sintesis protein dan menyebabkan glukoneogenesis,
yang berkontribusi terhadap steroid-induced miopathy dan toleransi glukosa.
Glukokortikoid meningkat pada pasien kurus yang dapat menyebabkan proteolitik yang
sedang berlangsung dan menyebabkan gangguan sintesis protein.
3.6. Penyakit Jantung pada Cachexia
Adanya peningakatan kadar sitokin proinflamasi sistemik terlibat dalam penyakit
jantung cachexia. Dalam penelitian Framingham, subyek lansia tanpa riwayat infark
miokard atau gagal jantung kongestif mengalami peningkatan signifikan resiko gagal
jantung kongestif perkenaikan konsentrasi sitokin (60% untuk TNF-alfa dan 68% untuk
serum IL-6). Data juga menunjukkan peningkatan kadar TNF-alfa berhubungan dengan
status sosial ekonomi yang rendah dengan gagal jantung kongestif.
12
3.7. Gagal Ginjal Kronis
Lebih dari 25% pasien yang melakukan hemodialisis adalah malnutrisi. 2 tipe dari
malnutrisi terjadi pada gagal ginjal kronis yaitu kelaparan dan cachexia.
pada kelaparan hanya terjadi kekuranga energy, sebaliknya pada cachexia
dikaitkan dengan adanya peradangan sistemik, proteolisis, stress oksidatif yang
berlebihan.
3.8. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penurunan berat badan pada pasien ini dikaitkan dengan kelemahan otot,
disfungsi diafragma, gagal nafas, dan kualitas hidup yang menurun, bahkan kematian.
Hal ini dapat disebabkan karena faktor-faktor seperti hiperkatabolisme, obat, anoreksia,
dan pengaruh efek termis asupan dan pengeluaran energy total. Pasien dengan PPOK
secara signifikan terjadi peningkatan kadar TNF-alfa yang endingnya dapat
menggannggu sintesis protein dan menjadi salah satu penyebab cachexia.
3.9. Anorexia-Cachexia Sindrom pada Kanker
13
Peningkatan kadar sitokin pada keganasan dapat meningkatkan corticotrophin,
agen anorectic, dan menginduksi prostaglandin dapat menekan produksi agen
neuropeptida y orexigenic. Proteolisis terjadi pada otot akibat aktivasi system proteosom
dan faktor transkripsi NF-kB. Sitokin juga dapat menunda pengosongan lambung,
menurunkan konsentrasi albumin, dan meningkatkan liposlisis.
14
3.10. Reumatoid Arthritis dan Cachexia
RA berhubungan dengan peningkatan sitokin proinflamasi yang berlebih sehingga
terjadi mekanisme seperti yang di jelaskan di atas terutama TNF-alfa dan IL-beta.
3.11. Cachexia Terkait AIDS
3.12. Penuaan dan Penurunan Berat Badan
Penuaan dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi TNF-alfa, IL-6,IL1 antagonis
reseptor diduga sebagai penyebab utama. Selain itu juga terjadi peningkatan C-reaktif
protein dan serum amyloid A yang menandakat terjadinya kaskade inflamasi.
Penurunan berat badan pada penuaan juga dikaitkan secara fisiologis yang
dikaitkan dengan usia dismotilitas lambung, dan gangguan fundus yang menyebabkan
rasa kenyang. Faktor yang lain berkaitan dengan cholesistokinin dan peningkatan
15
konsentrasi amylin. Anoreksia bisa juga diakibatkan oleh adanya hyperleptinemia pada
pria hipogonadism dan wanita pascamenopouse.
II.4. MANIFESTASI KLINIS dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM
II.4.1. Manifestasi Klinis
Cachexia merupakan penyakit yang pada umumnya ditandai dengan kelemahan
dan penurunan berat badan. Cachexia biasa dihubungkan dengan penyakit berat seperti
kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir. Pada dasarnya pasien Cachexia
mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk melindungi tonjolan tulang
dari tekanan ( Potter & Perry, 2005).
Gejala klinis pada pasien Cachexia diantaranya :
4.1.1. Anoreksia
Menurunnya asupan makanan dilaporkan berkaitan dengan kelainan
pengecapan dan pada pusat kontrol nafsu makan. Dasar dari kelainan metabolik
ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun diduga peranan faktor tertentu di
dalam darah misalnya Tumor Necrosis Factor ( TNF ) dan Interleukin-1 ( IL-1 )
yang dikeluarkan oleh makrofag aktif, mungkin berperan. Tumor Necrosis Factor
( TNF ) berperan menekan nafsu makan dan menghambat kerja lipoprotein lipase,
yang menghambat pembesaran asam lemak bebas dari lipoprotein.
4.1.2. Nyeri
Terjadinya nyeri pada pasien Cachexia diduga akibat adanya kerusakan sel
yang menyebabkan pengeluaran mediator – mediator inflamasi serta diduga pula
nyeri timbul akibat penyakit kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir
yang menyertai pasien kakeksia.
4.1.3. Penurunan Berat Bandan
16
Pada pasien Cachexia, misalnya akibat dari penyakit kanker pada
umumnya terjadi penurunan asupan makanan namun pengeluaran kalori tetap
tinggi, dan laju metabolisme basal meningkat. Akibat adanya ketidakseimbangan
ini menyebabkan pasien mengalami penurunan berat badan.
4.1.4. Kelemahan Otot
Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada sel – sel otot
yang mengakibatkan sel – sel otot melakukan metabolisme anaerob sehingga
terjadi penumpukan asam laktat dan terjadi kelemahan otot.
II.4.2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien dengan wasting syndrome mengalami malnutrisi berat. Pasien dengan
status nutrisi buruk biasanya mengalami hipoalbuminemia (level albumin serum di bawah
3g/100ml) dan anemia (penurunan level hemoglobin). Albumin adalah ukuran variabel
yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Walaupun kadar albumin
serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan
prediktor malnutrisi yang terbaik. Nutrisi buruk juga dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
II.5. PENEGAKAN DIAGNOSA dan DIFFERENTIAL DIAGNOSE
II.5.1. Penegakan Diagnosa
Penyebab terjadinya sindrom wasting sangat kompleks kompleks, sehingga untuk
mendiagnosisnya yang pertama dilakukan adalah meyingkirkan efek dari obat infeksi
oportunistikk (TB, MAC, kriptosporidiosis dan mikrosporidiosis). Jika sudah
disiningkirkan, maka perlu dipikirkan mengenai penyebab terjadinya sindrom wasting
seperti gangguan metabolisme, hipogonadisme, gizi buruk dan sindrom malabsorpsi.
17
Dalam penegakan diagnose sindrom wasting, riwayat pasien secara menyeluruh
sangat bermanfaat. Harus digali lagi mengenai Apakah pasien memiliki diet yang
normal? Bagaimana pemberian makanan setiap harinya? Apakah pasien mengalami
depresi? Apakah pasien pernah mengkonsumsi obat ART?
Penurunan berat badan yang signifikan juga sering terjadi pada gangguan
interferon (Garcia-Benayas 2002), tetapi cepat sembuh setelah melakukan pengobatan.
Selain itu, penyakit hipogonadisme dapat disingkirkan dengan pengukuran testosteron.
Meskipun ada beberapa tes sederhana untuk sindrom malabsorpsi, namun lebih efektif
untuk melakukan pengujian albumin serta tingkat TSH dan kolesterol lebih dulu.
Pemeriksaan lebih lanjut seperti pemyerapan D-xilosa atau biopsi dari usus kecil
hanya dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis. Tes lain, seperti
DEXA, densitrometry, analisis impedansi bioelectrical, harus dilakukan di pusat-pusat
penelitian yang lebih berpengalaman untuk mendiagnosis sindrom wasting pada pasien
AIDS untuk menentukan komposisi tubuh pasien.
II.5.2. Differential Diagnosa
Sindrom berkurangnya masa otot mengacu pada hilangnya masa tubuh atau pun
ukurannya, khususnya masa otot (biasanya mengacu pada menghilangnya kemak pada
masa tubuh). Biasanya terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini mungkin terjadi pada
orang yang kehilangan berat badan tetapi tidak kehilangan masa otot. Juga mungkin
terjadi pada kehilangan masa otot tetapi tidak kehilangan berat badan.
Berkurangnya protein dalam darah mungkin terjadi pada sebagian orang jika
seseorang tidak mengkonsumsi protein ketika mereka sakit tubuh segera
mengkompensasinya dengan mengambil sebagian sumber protein dari tubuh yaitu otot.
Jadi hipoproteinemia, dan terjadi bergantung pada energy yang dibutuhkan tubuh, berapa
lama sakitnya berlangsung.
Ada dua jenis sindrom yaitu tipe pertama tipe dimana periode tubuh kehilangan
berat badan dan masa otot secara cepat. Biasanya terdapat pada pasien dengan infeksi
18
oportunis seperti tuberculosis atau Pneumocytis pneumonia (PCP). Tipe kedua
kehilangan keduanya yaitu kehilangan baik masa otot dan berat badan. Tidak seperti tipe
pertama, tipe ini terjadi pada penderita AIDS dan terjadi pada saat yang bersamaan.
Beberapa diagnose lain yang ditemukan antara lain :
a) Mual
b) Muntah
c) Anoreksia
d) Hiponatremi
e) Malabsorbsi
f) Diare
g) Lemas
h) Anemia
i) Demam
Beberapa tahun yang lalu, sejumlah penelitian yang focus terhadap masalah
metaabolisme yang menyebabkan kehilangan masa otot. Metabolism mereka menjadi
turun baik itu katabolisme untuk pembentukan energy atau anabolisme untuk pemecahan
energy. Pada pasien HIV, meningkatnya level gula dalam darah dan hyperlipidemia. Juga
ditemukan negatifnya keseimbangan nitrogen (marker kehilangan masa otot).
Pada penderita HIV terjadi penurunan hormonal seperti penurunan produksi
insulin-like growth factor (precursor dari hormone pertumbuhan) dan testosterone.
Penurunan testosterone (hypogonadisme) yang biasanya ditemukan pada pasien HIV.
II.6. PENATALAKSANAAN dan REHABILITASI
II.6.1. Penatalaksanaan
Pada umumnya terapi pada cachexia dilakukan terapi yang memungkinkan
mendasari penyebab kanker. Namun pada sebuah studi disebutkan bahwa terapi yang
diberikan lebih baik bersifat paliatif dari pada kuratif. Terdapat berbagai macam terapi
19
baik yaitu diet, farmakologi dan non-farmakologi. Sebelum kita melakukan terapi diet
sebelumnya kita harus mengetahui skor malnutrisi dari seorang pasien dengan keluhan
cachexia. Selanjutnya dapat diberikan terapi farmakologi sesuai dengan tabel 4.
20
21
II.6.2. Rehabilitasi
6.2.1. Maintenance Kebutuhan Makronutrien
Kebutuhan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) penderita
kanker sangat individual beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50-60%
penderita kanker rawat inap mengalami abnormalitas resting energy expenditur
22
(REE) yang sangat bervariasi sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan kalori
secara umum (Baron, 2005). Untuk menentukan kebutuhan kalori, harus
ditetapkan lebih dahulu tujuan dari terapi nutrisi dan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya seperti status nutrisi, jenis tumor, terapi tumor yang
diberikan, adanya infeksi dan lamanya penyakit. Kebutuhan kalori untuk tujuan
maintenance adalah 115 – 130% dari REE, sedangkan untuk meningkatkan BB
diperlukan sampai 150% REE (Boediwarsono, 2006). Pengukuran REE
berdasarkan rumus Harnis Benedict: untuk pria REE (kcal/hari) = 666 + (13,7 x
BB) + (5 x TB)-(6,8 x umur); wanita REE (kcal/hari) = 655 + (9,5 x BB) + (1,8
x TB) – (4,7 x umur). BB adalah berat badan dalam kilogram, TB adalah tinggi
bdan dalam cm, umur dalam tahun. Pada penderita dapat ditambahkan sekitar 20-
50% dari REE yang diberikan dalam bentuk kalori non protein untuk memenuhi
energy expenditur selama aktivitas atau sehubungan dengan penyakitnya.
Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan cara perkalian sebagai berikut
: BB x 30 – 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 – 1,2 gram per kg BB
perhari. Pada penderita dengan malnutrisi dapat diberikan 1,5 g/kg BB/
hari. Diperlukan polyunsaturated fatty acid (linoleic acid) sekitar 2-4% dari total
kalori dan kolesterol < 200 mg/hari (Baron, 2005; Boediwarsono, 2006).
6.2.2. Maintenance Kebutuhan Mikronutrien
Mikronitrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace elemen. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin tertentu, mineral dan frace
elemen berhubungan dengan penyakit kanker tertentu. Anjuran konsumsi
vitamin adalah : Vitamin C 300–400 mg/hari namun beberapa peneliti
menganjurkan intake Vitamin C 300–1000 mg menurunkan resiko dari penyakit
kanker, Vitamin A (β – carotene) sebagai anti oksidan 25.000–50.000 IU,
Vitamin E 100–400 unit/hari sebagai antioksidan. Anjuran konsumsi
kalium, natrium dan khlorida masing-masing 45 – 145 meq/hari, kalsium 60
meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron,
2005).
23
Panduan terkini untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umum,
antara lain ;
a) Makanlah makanan yang kaya gizi, dalam batasan kalori yang
tepat.
b) Jagalah berat badan yang sehat.
c) Olah raga teratur.
d) Makanlah berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi-padian,
dan produk susu rendah-lemak setiap hari.
e) Kurangi konsumsi lemak dan hindari asam lemak jenis trans
(lemak trans).
f) Sering mengkonsumsi padi-padian, buah-buahan, dan sayuran
yang kaya serat.
g) Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam.
Pilih lebih banyak makanan yang kaya potasium (seperti
pisang, bayam dan kentang).
h) Mereka yang meminum minuman beralkohol tidak boleh
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang terlalu banyak.
Bahkan, orang tertentu harus menghindari alkohol sama sekali.
i) Jagalah keamanan makanan saat membuat, menyimpan dan
menyajikan makanan.
24
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan
dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan
dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi
metabolism serta imunitas. Kehilangan berat badan yang parah pada ODHA ini bisa
menyebabkan otot menjadi kisut sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini bisa saja terjadi
meskipun tidak ada infeksi lain.
Cachexia kanker ditemukan pada lebih dari 80% pasien yang menderita keganasan
stadium lanjut dan menjadi penyebab kematian pada lebih dari 20% kasus.
III.2. SARAN
Pada pasien, pemeriksaan secara anamnesis sangat penting, penyebab atau kausa harus
disembuhkan terlebih dahulu agar tidak terjadi komplikasi lain dan komplikasi yang lebih parah.
Dan untuk penatalaksanaan lanjutan juga harus memperhatikan variable-variabel lain yang
mempengaruhinya.