24
1 MAKALAH WASTING SYNDROME atau CACHEXIA BLOK ENDOKRIN-I DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 TUTOR: dr. Diah Andriana, SpB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2012

Makalah kelompok 3

  • Upload
    selapon

  • View
    2.723

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah kelompok 3

1

MAKALAH

WASTING SYNDROME atau CACHEXIA

BLOK ENDOKRIN-I

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

TUTOR: dr. Diah Andriana, SpB

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2012

Page 2: Makalah kelompok 3

2

MAKALAH

WASTING SYNDROME / CACHEXIA

BLOK ENDOKRIN 1

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

M. Fathan Rasyid. A 209.121.0003

Septian Ifriansyah 209.121.0008

Mucahamad Zubaid 209.121.0011

Dian Ayu Sri Utami 209.121.0018

Devi Kurniyanti Ningsih 209.121.0021

Ananda Arantika W.A 209.121.0028

Ahmad Haerul Umam 209.121.0029

Prajatiwi Novia Dilla 209.121.0036

Arista Kautsar Rahman 209.121.0037

M. Sukri 209.121.0045

Iffah Nadhiefah 209.121.0054

Hanis Putriana 209.121.0055

Zahrotun Nisa 209.121.0060

Baiq Sholatia 209.121.0063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2012

Page 3: Makalah kelompok 3

3

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik

dan hidayah-Nya pada kami selaku tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan pembuatan

makalah kelompok BLOK ENDOKRIN-I ini dengan lancar.

Makalah ini berisi tentang MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS, PENEGAKAN

DIAGNOSA DAN DEFERENTIAL DOAGNOSE, PATOFISIOLOGI, dan PENATALAKSANAAN

serta REHABILITASI. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai

panduan belajar dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu

diperbaiki untuk meningkatkan fungsinya sebagai laporan tugas bagi mahasiswa, suatu

kebanggaan bagi kami apabila para pembaca makalah ini dapat memberikan saran, kritik dan

masukan kepada kami untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah-makalah

berikutnya.

Demikian pengantar dari kami, semoga laporan makalah kelompok mahasiswa ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Juni 2012

Atas Nama Penyusun

Kelompok 3

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, UNISMA,

Angkatan 2009

Page 4: Makalah kelompok 3

4

DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................ 1

Nama Anggota Kelompok ………………………………………………... 2

Kata Pengantar ……………………………………………………... ….. 3

Daftar Isi ………………………………………………………………… 4

Bab I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang ........................................................................... 5

I.2.Rumusan Masalah ..………………………………………..….. 5

I.3.Tujuan ......................…………………………………………… 5

I.4. Manfaat ....................………………………………….............. 6

Bab II.Tinjauan Pustaka

II.1. Epedemiologi …………………………………………………… 7

II.2. Etiologi …………………………………………………………. 7

II.3. Patofisiologi …………………………………………………… 8

II.4. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium …………… 15

II.5. Penegakan Diagnosa dan Differential Diagnosa ………………. 16

II.6. Penatalaksanaan dan Rehabilitasi……………………………….. 18

Bab III. Penutup

III.1. Kesimpulan ….………………………………………………… 24

III.2.Saran …………………………………………………………… 24

Page 5: Makalah kelompok 3

5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Cachexia berasal dari bahasa Yunani “kakos” dan “hexis” yang berarti “keadaan yang

buruk”. Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan

dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan

dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi

metabolism serta imunitas.

Asthenia merupakan gejala yang menonjol dengan gambaran kelemahan secara

umum, baik fisik maupun mental dimana sering dijumpai kehilangan massa otot. Cachexia

kanker ditemukan pada >80% pasien yang menderita keganasan tahap lanjut dan menjadi

penyebab kematian pada >20% kasus. Untuk itu pentingnya pengetahuan yang rinci

mengenai Cachexia menjadi dasar dari pembuatan makalah ini.

I.2. RUMUSAN MASALAH

I.2.1. Bagaimana epidemiologi dari Cachexia?

I.2.2. Apa etiologi dari Cachexia?

I.2.3. Bagaimana patofisiologi Cachexia?

I.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari

Cachexia?

I.2.5. Bagaimana penegakan diagnosa dan differential diagnosa?

I.2.6. Bagaimana penatalaksanaan dan rehabilitasi pada Cachexia?

I.3. TUJUAN

I.3.1. Mengetahui epidemiologi dari Cachexia.

Page 6: Makalah kelompok 3

6

I.3.2. Mengetahui etiologi dari Cachexia.

I.3.3. Mengetahui patofisiologi dari Cachexia.

I.3.4. Mengetahui manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari

Cachexia.

I.3.5. Mengetahui penegakan diagnosa dan differential diagnosa.

I.3.6. Mengetahui penatalaksanaan dan rehabilitasi Cachexia.

I.4. MANFAAT

Setelah pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan

baik bagi penulis ataupun pembaca, yang nantinya akan bermanfaat untuk kepentingan klinis.

Page 7: Makalah kelompok 3

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. EPIDEMIOLOGI

Cachexia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan berat badan yang

parah, anoreksia, cepat kenyang, kelemahan dan edema. Cachexia hampir selalu ditemukan

pada penyakit kronis termasuk kanker, penyakit paru obstruktif kronik, gagal

jantung kronis, gagal ginjal kronis, gagal hati kronis, artritis rematoid dan AIDS.

Cachexia kanker dialami oleh 80% pasien kanker stadium lanjut, khususnya mereka

dengan keganasan gastrointestinal, pankreas, toraks, kepala dan leher. Cachexia berkaitan

dengan 20% kematian kanker. Kehilangan berat badan sering diamati sebagai tanda pertama

pada pasien kanker, kira-kira pada 30% sampai 80% pasien. Kehilangan berat badan parah (>

10%) diamati pada kira-kira 15% pasien. Pada sebagian pasien kanker, kehilangan berat badan

merupakan gejala paling sering, dan sampai 66% pasien menjadi kurus kering selama perjalanan

penyakit. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat sebelum sakit dapat terjadi pada

sampai 45% pasien rawat-inap dewasa dengan kanker.

II.2. ETIOLOGI

a. Kanker

b. AIDS

c. Usia Lanjut

d. Tumor

e. PPOK

f. Gagal ginjal kronik

g. Gagal jantung kongestif

Page 8: Makalah kelompok 3

8

II.3. PATOFISIOLOGI

3.1. Sitokin

Sitokin merupakan protein yang diproduksi oleh sel inflamasi yang berfungsi

sebagai mediator antar sel parakrin. Inflamasi sistemik dimediasi melalui cidera sel

sehingga menyebabkan aktivasi system imun yang hasil akhirnya memicu respon

inflamasi akut dan menyebabkan elaborasi sitokin yang berlebih. Sitokin memainkan

peran utama dalam immunomodulator dan telah terlibat dalam penyebab anoreksia,

penurunan berat badan, disfungsi kognitif, anemia, dan kelelahan. Elaborasi berlebihan

sitokin proinflamasi seperti interleukin 1, interleukin 2, interferon y, dan tumor necrosis

faktor alfa diduga merupakan penyebab paling umum dari cachexia yang diamati pada

pasien yang mengalami inflamsi akut.(Gambar. 1)

Sitokin mengaktifasi faktor transkripsi kB nuklir (NF-kB) yang menyebabkan

penurunan sintesis muskulus. Aktifasi sitokin juga menurunkan produksi protein MyoD,

dimana MyoD yang bertanggung jawab sebagai faktor transkripsi yang memodulasi jalur

sinyal yang terlibat dalam perkembangan muskulus dengan cara mengikat myosin rantai

IIb daerah promoter yang di perlukan untuk ekspresi myosin dalam kecepatan gerak otot.

TNF-alfa dan interferon y secara sinergis menghambat aktivasi dari messenger RNA

untuk sintesis rantai myosin. Selain itu TNF-alfa dan Interferon y juga sangat spesifik

untuk merangsang proteolisis rantai myosin.

Page 9: Makalah kelompok 3

9

Sitokin juga mengaktifasi system ubiquitin-dimediasi proteolitik, dimana system

ini terlibat dalam penyakit yang berhubungan dengan hiperkatabolisme. Ubiquitin

merupakan susunan 76 asam amino yang membentuk polipeptida sebagai target spesifik

dalam muskulus yang dapat menyebabkan proteolisis otot. Proteolisis otot ini selanjutnya

menghasilkan asam amino dan oligopeptida yang akan dimetabolisme di hepar untuk

sintesis protein seperti protein C-reaktif dan peptide amiloid serum. System ubiquitin-

protease juga secara tidak langsung memodulasi sintesis protein melalui penghambatan

degradasi k protein regulasi B (IKB) gen NF-Kb. Selain itu sitokin juga merangsang

pelepasan hormone kortisol dan ketokolamin dari kelenjar adrenal. Hormone kortisol

selanjutnya menyebabkan aktivasi system ubiquitin-protease, dan ketokolamin dapat

meningkatkan resting metabolic rate. Sitokin juga menginduksi lipolisis dan Beta-

oksidasi, lemak dan lipoprotein dalam hepar juga mengalami penurunan aktivasi. Terjadi

peningkatan aktivasi reseptor LDL di dalam hepatosit. Hal ini menyebabkan peningkatan

sintesis VLDL dan lipoprotein menurun, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Semua

proses ini menghasilkan keseimbangan energy negative dan penurunan berat badan,

dengan manifestasi klinis lemah, letih, lesu, malaise,dan anhedonia. Keadaan seperti ini

harus ditangani dengan asupan makanan yang tinggi kalori dan beberapa obat yang

bersifat antagonis sitokin seperti pada tabel berikut :

Page 10: Makalah kelompok 3

10

3.2. Testosteron

Testosterone dapat menstimulasi myoblast dan meningkatkan sel satelit, sehingga

dapat terjadi peningkatan sintesis protein dalam memperbaiki sel otot yang rusak.

Testosterone juga dapat menghambat pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa,

IL-1beta, dan IL-6 dan menstimulasi produksi IL-10 sebagai sitokin anti inflamasi. Kadar

hormone testosterone dapat menurun pada keadaan penuaan dan akibat peningkatan

kadar leptin serum, dimana leptin merupakan hormone anorectic dan lipolitik yang di

hasilkan oleh sel lemak. Perubahan ini diduga sebagai penyebab anoreksia, penurunan

berat badan, dan chachexia pada beberapa pria hipogonadisme.

3.3. Insulin Growth Faktor I (IGF-1)

IGF-1 sangat sensitive terhadap asupan makanan, yang akan meningkat tajam

selama puasa. Status gizi, komposisi mikro dan makronutrien dari asupan makanan juga

menentukan konsentrasi IGF-1. IGF-1 meningkatkan sintesis protein otot dengan

meningkatkan konsentrasi hormone pertumbuhan dan testosterone. Kadar IGF-1 yang

rendah pada manusia yang mengalami kekurangan gizi dapat menjadi tanda dalam

pathogenesis cachexia.

3.4. Myostatin

Myostatin adalah hormone yang diproduksi dalam otot yang menekan

pertumbuhan otot dengan menghambat proliferasi myoblast. Namun untuk bukti bahwa

pengaruh myostatin dalam pathogenesis cachexia masih berada di tingkat preklinis

dengan menghapus gen myostatin pada hewan coba sehingga menyebabkan hipertrofi

otot pada hewan coba.

3.5. Hormon Adrenal

Page 11: Makalah kelompok 3

11

Glukokortikoid menekan penyerapan glukosa dan asam amino otot melalui

inhibisi transport tingkat seluler. Glukokortikoid memiliki efek pada regulasi dari

messenger RNA dan selanjutnya berefek pada system ubiquitin-protease dalam otot.

Glukokortikoid juga menghambat sintesis protein dan menyebabkan glukoneogenesis,

yang berkontribusi terhadap steroid-induced miopathy dan toleransi glukosa.

Glukokortikoid meningkat pada pasien kurus yang dapat menyebabkan proteolitik yang

sedang berlangsung dan menyebabkan gangguan sintesis protein.

3.6. Penyakit Jantung pada Cachexia

Adanya peningakatan kadar sitokin proinflamasi sistemik terlibat dalam penyakit

jantung cachexia. Dalam penelitian Framingham, subyek lansia tanpa riwayat infark

miokard atau gagal jantung kongestif mengalami peningkatan signifikan resiko gagal

jantung kongestif perkenaikan konsentrasi sitokin (60% untuk TNF-alfa dan 68% untuk

serum IL-6). Data juga menunjukkan peningkatan kadar TNF-alfa berhubungan dengan

status sosial ekonomi yang rendah dengan gagal jantung kongestif.

Page 12: Makalah kelompok 3

12

3.7. Gagal Ginjal Kronis

Lebih dari 25% pasien yang melakukan hemodialisis adalah malnutrisi. 2 tipe dari

malnutrisi terjadi pada gagal ginjal kronis yaitu kelaparan dan cachexia.

pada kelaparan hanya terjadi kekuranga energy, sebaliknya pada cachexia

dikaitkan dengan adanya peradangan sistemik, proteolisis, stress oksidatif yang

berlebihan.

3.8. Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penurunan berat badan pada pasien ini dikaitkan dengan kelemahan otot,

disfungsi diafragma, gagal nafas, dan kualitas hidup yang menurun, bahkan kematian.

Hal ini dapat disebabkan karena faktor-faktor seperti hiperkatabolisme, obat, anoreksia,

dan pengaruh efek termis asupan dan pengeluaran energy total. Pasien dengan PPOK

secara signifikan terjadi peningkatan kadar TNF-alfa yang endingnya dapat

menggannggu sintesis protein dan menjadi salah satu penyebab cachexia.

3.9. Anorexia-Cachexia Sindrom pada Kanker

Page 13: Makalah kelompok 3

13

Peningkatan kadar sitokin pada keganasan dapat meningkatkan corticotrophin,

agen anorectic, dan menginduksi prostaglandin dapat menekan produksi agen

neuropeptida y orexigenic. Proteolisis terjadi pada otot akibat aktivasi system proteosom

dan faktor transkripsi NF-kB. Sitokin juga dapat menunda pengosongan lambung,

menurunkan konsentrasi albumin, dan meningkatkan liposlisis.

Page 14: Makalah kelompok 3

14

3.10. Reumatoid Arthritis dan Cachexia

RA berhubungan dengan peningkatan sitokin proinflamasi yang berlebih sehingga

terjadi mekanisme seperti yang di jelaskan di atas terutama TNF-alfa dan IL-beta.

3.11. Cachexia Terkait AIDS

3.12. Penuaan dan Penurunan Berat Badan

Penuaan dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi TNF-alfa, IL-6,IL1 antagonis

reseptor diduga sebagai penyebab utama. Selain itu juga terjadi peningkatan C-reaktif

protein dan serum amyloid A yang menandakat terjadinya kaskade inflamasi.

Penurunan berat badan pada penuaan juga dikaitkan secara fisiologis yang

dikaitkan dengan usia dismotilitas lambung, dan gangguan fundus yang menyebabkan

rasa kenyang. Faktor yang lain berkaitan dengan cholesistokinin dan peningkatan

Page 15: Makalah kelompok 3

15

konsentrasi amylin. Anoreksia bisa juga diakibatkan oleh adanya hyperleptinemia pada

pria hipogonadism dan wanita pascamenopouse.

II.4. MANIFESTASI KLINIS dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM

II.4.1. Manifestasi Klinis

Cachexia merupakan penyakit yang pada umumnya ditandai dengan kelemahan

dan penurunan berat badan. Cachexia biasa dihubungkan dengan penyakit berat seperti

kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir. Pada dasarnya pasien Cachexia

mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk melindungi tonjolan tulang

dari tekanan ( Potter & Perry, 2005).

Gejala klinis pada pasien Cachexia diantaranya :

4.1.1. Anoreksia

Menurunnya asupan makanan dilaporkan berkaitan dengan kelainan

pengecapan dan pada pusat kontrol nafsu makan. Dasar dari kelainan metabolik

ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun diduga peranan faktor tertentu di

dalam darah misalnya Tumor Necrosis Factor ( TNF ) dan Interleukin-1 ( IL-1 )

yang dikeluarkan oleh makrofag aktif, mungkin berperan. Tumor Necrosis Factor

( TNF ) berperan menekan nafsu makan dan menghambat kerja lipoprotein lipase,

yang menghambat pembesaran asam lemak bebas dari lipoprotein.

4.1.2. Nyeri

Terjadinya nyeri pada pasien Cachexia diduga akibat adanya kerusakan sel

yang menyebabkan pengeluaran mediator – mediator inflamasi serta diduga pula

nyeri timbul akibat penyakit kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir

yang menyertai pasien kakeksia.

4.1.3. Penurunan Berat Bandan

Page 16: Makalah kelompok 3

16

Pada pasien Cachexia, misalnya akibat dari penyakit kanker pada

umumnya terjadi penurunan asupan makanan namun pengeluaran kalori tetap

tinggi, dan laju metabolisme basal meningkat. Akibat adanya ketidakseimbangan

ini menyebabkan pasien mengalami penurunan berat badan.

4.1.4. Kelemahan Otot

Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada sel – sel otot

yang mengakibatkan sel – sel otot melakukan metabolisme anaerob sehingga

terjadi penumpukan asam laktat dan terjadi kelemahan otot.

II.4.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pasien dengan wasting syndrome mengalami malnutrisi berat. Pasien dengan

status nutrisi buruk biasanya mengalami hipoalbuminemia (level albumin serum di bawah

3g/100ml) dan anemia (penurunan level hemoglobin). Albumin adalah ukuran variabel

yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Walaupun kadar albumin

serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan

prediktor malnutrisi yang terbaik. Nutrisi buruk juga dapat mengakibatkan gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit.

II.5. PENEGAKAN DIAGNOSA dan DIFFERENTIAL DIAGNOSE

II.5.1. Penegakan Diagnosa

Penyebab terjadinya sindrom wasting sangat kompleks kompleks, sehingga untuk

mendiagnosisnya yang pertama dilakukan adalah meyingkirkan efek dari obat infeksi

oportunistikk (TB, MAC, kriptosporidiosis dan mikrosporidiosis). Jika sudah

disiningkirkan, maka perlu dipikirkan mengenai penyebab terjadinya sindrom wasting

seperti gangguan metabolisme, hipogonadisme, gizi buruk dan sindrom malabsorpsi.

Page 17: Makalah kelompok 3

17

Dalam penegakan diagnose sindrom wasting, riwayat pasien secara menyeluruh

sangat bermanfaat. Harus digali lagi mengenai Apakah pasien memiliki diet yang

normal? Bagaimana pemberian makanan setiap harinya? Apakah pasien mengalami

depresi? Apakah pasien pernah mengkonsumsi obat ART?

Penurunan berat badan yang signifikan juga sering terjadi pada gangguan

interferon (Garcia-Benayas 2002), tetapi cepat sembuh setelah melakukan pengobatan.

Selain itu, penyakit hipogonadisme dapat disingkirkan dengan pengukuran testosteron.

Meskipun ada beberapa tes sederhana untuk sindrom malabsorpsi, namun lebih efektif

untuk melakukan pengujian albumin serta tingkat TSH dan kolesterol lebih dulu.

Pemeriksaan lebih lanjut seperti pemyerapan D-xilosa atau biopsi dari usus kecil

hanya dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis. Tes lain, seperti

DEXA, densitrometry, analisis impedansi bioelectrical, harus dilakukan di pusat-pusat

penelitian yang lebih berpengalaman untuk mendiagnosis sindrom wasting pada pasien

AIDS untuk menentukan komposisi tubuh pasien.

II.5.2. Differential Diagnosa

Sindrom berkurangnya masa otot mengacu pada hilangnya masa tubuh atau pun

ukurannya, khususnya masa otot (biasanya mengacu pada menghilangnya kemak pada

masa tubuh). Biasanya terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini mungkin terjadi pada

orang yang kehilangan berat badan tetapi tidak kehilangan masa otot. Juga mungkin

terjadi pada kehilangan masa otot tetapi tidak kehilangan berat badan.

Berkurangnya protein dalam darah mungkin terjadi pada sebagian orang jika

seseorang tidak mengkonsumsi protein ketika mereka sakit tubuh segera

mengkompensasinya dengan mengambil sebagian sumber protein dari tubuh yaitu otot.

Jadi hipoproteinemia, dan terjadi bergantung pada energy yang dibutuhkan tubuh, berapa

lama sakitnya berlangsung.

Ada dua jenis sindrom yaitu tipe pertama tipe dimana periode tubuh kehilangan

berat badan dan masa otot secara cepat. Biasanya terdapat pada pasien dengan infeksi

Page 18: Makalah kelompok 3

18

oportunis seperti tuberculosis atau Pneumocytis pneumonia (PCP). Tipe kedua

kehilangan keduanya yaitu kehilangan baik masa otot dan berat badan. Tidak seperti tipe

pertama, tipe ini terjadi pada penderita AIDS dan terjadi pada saat yang bersamaan.

Beberapa diagnose lain yang ditemukan antara lain :

a) Mual

b) Muntah

c) Anoreksia

d) Hiponatremi

e) Malabsorbsi

f) Diare

g) Lemas

h) Anemia

i) Demam

Beberapa tahun yang lalu, sejumlah penelitian yang focus terhadap masalah

metaabolisme yang menyebabkan kehilangan masa otot. Metabolism mereka menjadi

turun baik itu katabolisme untuk pembentukan energy atau anabolisme untuk pemecahan

energy. Pada pasien HIV, meningkatnya level gula dalam darah dan hyperlipidemia. Juga

ditemukan negatifnya keseimbangan nitrogen (marker kehilangan masa otot).

Pada penderita HIV terjadi penurunan hormonal seperti penurunan produksi

insulin-like growth factor (precursor dari hormone pertumbuhan) dan testosterone.

Penurunan testosterone (hypogonadisme) yang biasanya ditemukan pada pasien HIV.

II.6. PENATALAKSANAAN dan REHABILITASI

II.6.1. Penatalaksanaan

Pada umumnya terapi pada cachexia dilakukan terapi yang memungkinkan

mendasari penyebab kanker. Namun pada sebuah studi disebutkan bahwa terapi yang

diberikan lebih baik bersifat paliatif dari pada kuratif. Terdapat berbagai macam terapi

Page 19: Makalah kelompok 3

19

baik yaitu diet, farmakologi dan non-farmakologi. Sebelum kita melakukan terapi diet

sebelumnya kita harus mengetahui skor malnutrisi dari seorang pasien dengan keluhan

cachexia. Selanjutnya dapat diberikan terapi farmakologi sesuai dengan tabel 4.

Page 20: Makalah kelompok 3

20

Page 21: Makalah kelompok 3

21

II.6.2. Rehabilitasi

6.2.1. Maintenance Kebutuhan Makronutrien

Kebutuhan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) penderita

kanker sangat individual beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50-60%

penderita kanker rawat inap mengalami abnormalitas resting energy expenditur

Page 22: Makalah kelompok 3

22

(REE) yang sangat bervariasi sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan kalori

secara umum (Baron, 2005). Untuk menentukan kebutuhan kalori, harus

ditetapkan lebih dahulu tujuan dari terapi nutrisi dan mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhinya seperti status nutrisi, jenis tumor, terapi tumor yang

diberikan, adanya infeksi dan lamanya penyakit. Kebutuhan kalori untuk tujuan

maintenance adalah 115 – 130% dari REE, sedangkan untuk meningkatkan BB

diperlukan sampai 150% REE (Boediwarsono, 2006). Pengukuran REE

berdasarkan rumus Harnis Benedict: untuk pria REE (kcal/hari) = 666 + (13,7 x

BB) + (5 x TB)-(6,8 x umur); wanita REE (kcal/hari) = 655 + (9,5 x BB) + (1,8

x TB) – (4,7 x umur). BB adalah berat badan dalam kilogram, TB adalah tinggi

bdan dalam cm, umur dalam tahun. Pada penderita dapat ditambahkan sekitar 20-

50% dari REE yang diberikan dalam bentuk kalori non protein untuk memenuhi

energy expenditur selama aktivitas atau sehubungan dengan penyakitnya.

Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan cara perkalian sebagai berikut

: BB x 30 – 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 – 1,2 gram per kg BB

perhari. Pada penderita dengan malnutrisi dapat diberikan 1,5 g/kg BB/

hari. Diperlukan polyunsaturated fatty acid (linoleic acid) sekitar 2-4% dari total

kalori dan kolesterol < 200 mg/hari (Baron, 2005; Boediwarsono, 2006).

6.2.2. Maintenance Kebutuhan Mikronutrien

Mikronitrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace elemen. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin tertentu, mineral dan frace

elemen berhubungan dengan penyakit kanker tertentu. Anjuran konsumsi

vitamin adalah : Vitamin C 300–400 mg/hari namun beberapa peneliti

menganjurkan intake Vitamin C 300–1000 mg menurunkan resiko dari penyakit

kanker, Vitamin A (β – carotene) sebagai anti oksidan 25.000–50.000 IU,

Vitamin E 100–400 unit/hari sebagai antioksidan. Anjuran konsumsi

kalium, natrium dan khlorida masing-masing 45 – 145 meq/hari, kalsium 60

meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron,

2005).

Page 23: Makalah kelompok 3

23

Panduan terkini untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umum,

antara lain ;

a) Makanlah makanan yang kaya gizi, dalam batasan kalori yang

tepat.

b) Jagalah berat badan yang sehat.

c) Olah raga teratur.

d) Makanlah berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi-padian,

dan produk susu rendah-lemak setiap hari.

e) Kurangi konsumsi lemak dan hindari asam lemak jenis trans

(lemak trans).

f) Sering mengkonsumsi padi-padian, buah-buahan, dan sayuran

yang kaya serat.

g) Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam.

Pilih lebih banyak makanan yang kaya potasium (seperti

pisang, bayam dan kentang).

h) Mereka yang meminum minuman beralkohol tidak boleh

mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang terlalu banyak.

Bahkan, orang tertentu harus menghindari alkohol sama sekali.

i) Jagalah keamanan makanan saat membuat, menyimpan dan

menyajikan makanan.

Page 24: Makalah kelompok 3

24

BAB III

PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan

dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan

dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi

metabolism serta imunitas. Kehilangan berat badan yang parah pada ODHA ini bisa

menyebabkan otot menjadi kisut sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini bisa saja terjadi

meskipun tidak ada infeksi lain.

Cachexia kanker ditemukan pada lebih dari 80% pasien yang menderita keganasan

stadium lanjut dan menjadi penyebab kematian pada lebih dari 20% kasus.

III.2. SARAN

Pada pasien, pemeriksaan secara anamnesis sangat penting, penyebab atau kausa harus

disembuhkan terlebih dahulu agar tidak terjadi komplikasi lain dan komplikasi yang lebih parah.

Dan untuk penatalaksanaan lanjutan juga harus memperhatikan variable-variabel lain yang

mempengaruhinya.