31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. 1

Makalah Aksiologi Kelompok 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aksiologi

Citation preview

Page 1: Makalah Aksiologi Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan

ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan

mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban

manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia

seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah

kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa

merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,

komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk

membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan

penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu

pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya,

pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun

kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan

malapetaka bagi umat manusia itu sendiri. Disinilah ilmu harus di letakkan

proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika

ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan

malapetaka.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan

diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi

1

Page 2: Makalah Aksiologi Kelompok 3

yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si

ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan

pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika

keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang

ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab

akademis, dan tanggung jawab moral.

B. Rumusan Masalah

Dari tinjauan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan: “Apakah yang

dimaksud Aksiologi, Ilmu dan moral, Tanggung jawab sosial ilmuwan dan

keterkaitannya dengan ilmu biologi (Rekayasa Genetika)?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi aksiologi,

ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuwan dan keterkaitannya dengan ilmu

biologi (Rekayasa Genetika).

2

Page 3: Makalah Aksiologi Kelompok 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aksiologi

Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan

logos artinya teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19)

aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian

tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi

adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di

peroleh. Jadi aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan

bagaimana suatu ilmu digunakan.

Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa

permasalahan utama mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang

dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang

dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika

dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan

bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat

dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi

baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi

yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang

pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan

fenomena di sekelilingnya.

1. Teori tentang Nilai

1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai

Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan

sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa

kita sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis

pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal

3

Page 4: Makalah Aksiologi Kelompok 3

sebagai value bound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas

pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?

Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan

ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam

melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan

maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan bagi ilmuwan penganut faham

nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya. karena

dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.

Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas

nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya

menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian

penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah

carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah

yang melahirkan Goethe”.

2. Hakikat Nilai

Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan

atau pendapatnya:

a. Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme.

b. Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme

c. Nilai berasal dari kepentingan.

d. Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference).

e. Nilai berasal dari kehendak rasio murni.

3. Kriteria Nilai

Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis.

a. Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan yang

dijabarkan oleh individu atau masyarakat.

4

Page 5: Makalah Aksiologi Kelompok 3

b. Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.

c. Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok ukur.

4. Status Metafisik Nilai

a. Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman manusia.

b. Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau subsistensi,

bebas dari keberadaannya yang dikenal.

c. Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat

integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik. (mis:

theisme).

5. Karakteristik Nilai

a. Bersifat abstrak; merupakan kualitas

b. Inheren pada objek

c. Bipolaritas yaiatu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah.

d. Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian, nilai

kekudusan.

2. Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Pengetahuan

pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek

tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari

pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lain

seperti seni dan agama.

Secara aksiologi pengetahuan yang dimiliki manusia yang berupa ilmu itu

digunakan untuk kepentingan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia yang terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman.

3. Ilmu

5

Page 6: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Ilmu merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui

sesuatu dengan memperhatikan objek (ontologi), cara (epistemologi), dan

kegunaannnya (aksiologi). Berangkat dari tiga kerangka tersebut, dengan

memanfaatkan kemampuan akal untuk memahami fenomena alam semesta

(keseluruhan ciptaan atau makhluk Allah) sebagai objek pemahaman yang pada

akhirnya hasil pemahaman tersebut dipergunakan untuk memberikan nilai

manfaat sebesar-besarnya bagi kemanusiaan.

Adapaun kegunaan ilmu itu adalah sebagai berikut :

1) Mencapai nilai kebenaran (ilmiah)

2) Memahami aneka kejadian

3) Meramalkan peristiwa yang akan terjadi

4) Menguasai alam untuk memanfaatkannya.

Dalam perkembangannnya ilmu mengalami dua tahap (Jujun S.Suriasumantri,

1996), sebagai berikut :

1. Tahap pengembangan konsep.

2. Tahap penerapan konsep.

Dalam tahap pengembangan konsep, ilmu dipelajari secara metafisik,

ilmuan melakukan penelitian-penelitian dalam rangka mempelajari alam

sebagaimana adanya. Pada tahap ini ilmu bersifat kontemplatif, yaitu ilmu

bertujuan mempelajari gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan

pemahaman.

Dalam tahap pengembangan konsep tujuan kegiatan keilmuan bukannya

demi kemajuan ilmu itu sendiri, melainkan untuk memecahkan masalah-masalah

praktis dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Atau dengan

kata lain dalam tahap ini ilmu bersifat manipulatif, dimana faktor-faktor yang

terkait dengan gejala-gejala alam tersebut dimanipulasi untuk dikontrol dan

6

Page 7: Makalah Aksiologi Kelompok 3

diarahkan proses yang terjadi demi pemecahan persoalan-persoalan praktis yang

dihadapi manusia.

Hasil-hasil kegiatan keilmuan dalam tahap ini dialih ragamkan

(ditransformasikan) menjadi bahan, atau piranti, atau prosedur, atau teknik

pelaksanaan sesuatu proses pengalolaan atau produksi yang nantinya akan

menghasilkan sesuatu yang kita sebut teknologi. Jadi bisa dikatakan teknologi

dikembangkan pada tahap ini. Kearah mana dan terhadap apa teknologi

digunakan, amat tergantung pada kepentingan si penguasa teknologi itu dan nilai-

nilai moral etikanya.

a. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan

objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.

Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang

melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat

individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif,

apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi

tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan

berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan

mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan

diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu

faktor yang membedakan antara pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah

terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris

dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya.

Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas

melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuwan bekerja dia hanya

tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil

dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat

pada nilai subjektif

7

Page 8: Makalah Aksiologi Kelompok 3

b. Ilmu dan Moral

Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan

masalah moral. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan

teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa

“bumi yang berputar mengelilingi matahari“ dan bukan

sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka

timbulah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada

ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya (netralitas ilmu),

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu

mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang

terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai

moral), seperti agama.

Sejak dalam tahap-tahap pertumbuhannya ilmu sudah

dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan

untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama

manusia. Berbagai macam senjata pembunuh berhasil

dikembangkan dan berbagai teknik penyiksaan diciptakan. Ilmu

bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia

mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan

hidup itu sendiri (Jujun.S.Sumantri,1996).

Masalah normal tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia

untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan

kebenaran dan terlebih – lebih lagi untuk mempertahankan

kebenaran, diperlukan keberanian moral.

Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmuwan abad 20 tidak

boleh tinggal diam, si pemilik ilmu ini harus mempunyai sikap.

Ilmuwan harus mampu menilai antara yang baik dan yang buruk,

yang pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan

mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa landasan moral

8

Page 9: Makalah Aksiologi Kelompok 3

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan

prostitusi intelektual.

c. Tanggung jawab sosial ilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang

dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat.

Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan

penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Seorang Ilmuwan

mempunyai tanggung jawab sosial, karena fungsinya selaku

ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara

individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk

keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat demi

kemaslahatan bersama.

Di bidang etika tanggung jawab seorang ilmuan adalah bersifat objektif,

terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian

yang dianggap benar dan berani mengakui kasalahan. Ilmu menghasilkan

teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya

dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi

bencana bagi manusia. Disinilah pemanfataan pengetahuan dan teknologi

diperhatikan sebaik-baiknya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut tanggung jawab terhadap

hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-

masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan

bebas manusia dalam kegiatannya. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik

alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu

menjaga agar apa yang diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan

perubahan yang terbaik bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.

Berkaitan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses

ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, ilmuwan terbagi

9

Page 10: Makalah Aksiologi Kelompok 3

dalam dua golongan pendapat (Jujun.S.Sumantri,1996), sebagai

berikut :

Golongan I

Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat

netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun

aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengatahuan dan

terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah pengetahuan itu

dipergunakan untuk tujuan yang baik, ataukah dipergunakan untuk tujuan yang

buruk.

Golongan II

Ilmuwan golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu

terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan,

sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek

penelitian, maka kegiatan keilmuwan harus berlandaskan asas-

asas moral.

Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal, yakni:

(1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang

dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-

teknologi keilmuwan.

(2).Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin eksoterik sehingga kaum

ilmuwan lebih mengetahui tentang akibat-akibat yang mungkin terjadi bila terjadi

salah penggunaan.

(3). Ilmu telah berkembang sedemikian rupa sehingga terdapat kemungkinan

bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki

seperti kasus revolusi genetika.

Berdasarkan ketiga hal diatas maka golongan kedua berpendapat bahwa

ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa

merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusian.

10

Page 11: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada

masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang

ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar, untung dan rugi, baik dan

buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Dengan

kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini

masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari.

Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi masyarakat, ilmuwan yang

elitis dan esoteric, dia harus berbicara dengan bahasa yang dapat dicerna oleh

orang awam. Untuk itu ilmuwan bukan saja mengandalkan pengetahuannya dan

daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.

Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir

dengan teratur dan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak dan menerima sesuatu

secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Disinilah kelebihan seorang

ilmuwan dibandingkan dengan cara berpikir orang awam. Kelebihan seorang

ilmuwan dalam berpikir secara teratur dan cermat. Inilah yang menyebabkan dia

mempunyai tanggung jawab sosial. Dia mesti berbicara kepada masyarakat

sekiranya ia mengetahui bahwa berpikir mereka keliru, dan apa yang membuat

mereka keliru, dan yang lebih penting lagi harga apa yang harus dibayar untuk

kekeliruan itu.

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penelitian

atau penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang

mempergunakan bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat para ilmuwan bangkit

dan bersikap terhadap politik pemerintahnya yang menurut anggapan mereka

melanggar asas-asas kemanusiaan. Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan

yang dapat dipakai untuk kemasalahatan manusia atau sebaliknya dapat pula

disalah gunakan. Untuk itulah tanggung jawab ilmuwan haruslah “dipupuk” dan

berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan tanggung jawab

moral.

B. Rekayasa Genetika Ditinjau dari Aspek Aksiologis

11

Page 12: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Rekayasa genetika adalah puncak perkembangan teknologi dalam bidang

biologi saat ini, perkembangan genetika diawali dengan semangat Darwinisme

yang mengungkapkan bahwa terdapat gen penurunan sifat pada setiap organisme

yang dapat berubah dalam jangka waktu yang lama. Darwin (disetujui maupun

tidak) telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menopang

perkembangan keilmuan biologi hingga dapat melaju sedemikian pesat.

Teknologi rekayasa genetika dibutuhkan untuk berkembang selama dalam

koridor tanggung jawab moral dan sosial para ilmuwan yang mengembangkannya,

diperlukan ilmuwan yang bijak dalam upayanya mengembangkan keilmuan

namun dengan tetap mengindahkan keseimbangan ekologis (saat ini disponsori

PBB telah ditandatangani Protocol Cartagena) untuk melindungi biodiversitas

ekosistem, namun juga tetap memberikan tempat bagi para ilmuwan untuk terus

berkiprah meningkatkan kehidupan yang lebih baik.

Dalam pemanfaatan lingkungan awam, diperlukan opini publik bahwa

penggunaan produk rekayasa genetika harus memiliki aturan tertentu yang

dituangkan dalam bentuk undang undang yang mengikat dan menyeluruh.

1. Kegunaan Rekayasa Genetika

Rekayasa Genetika dipandang dari segi apapun tetap memiliki manfaat dan

mudharat, penerapan teknologi seringkali memunculkan permasalahan baru, hal

ini terjadi karena seringkali pemanfaatan teknologi tidak mampu diimbangi oleh

perkembangan moral dan pertimbangan stabilitas tatanan kehidupan alamiah,

beberapa Teknologi Rekayasa Genetika sebenarnya telah banyak menguntungkan

bagi manusia, beberapa hal diantaranya adalah:

a. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan-bahan

pemberantasan penyakit dengan aman dan harga murah, vaksin yang

diperoleh dari rekayasa genetika memiliki kemurnian mendekati 100%,

pengembangan dunia kedokteran maju dengan pesat, pada teknologi

kedokteran masa depan, diharapkan tidak dibutuhkan lagi donor bagi pasien

yang membutuhkan cangkok organ.

12

Page 13: Makalah Aksiologi Kelompok 3

b. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan bagi dunia tumbuhan dan hewan,

pemilihan bibit unggul, perbanyakan dengan mudah, murah dan terjamin

kualitas, dapat mengimbangi kebutuhan manusia dalam menjamin

ketersediaan bahan pangan di masa depan.

c. Rekayasa Genetika membantu memprmudah kesulitan manusia dalam

memecahkan berbagai masalah keturunan, penghilangan gen yang

dikehendaki dapat dilakukan dengan mudah, sehingga diharapkan keturunan

berikutnya tidak lagi memiliki kekurangan pada penyakit tertentu, dan lain-

lain.

2. Kerugian dan Penyimpangan Keilmuan

Perkembangan teknologi selalu diimbangi dengan munculnya berbagai

masalah baru, rekayasa genetika menimbulkan beberapa masalah yang merugikan

manusia dalam jangka waktu yang panjang diantaranya:

a. Terjadinya perkembangbiakan yang tidak terkendali dari jenis

bakteri/organisme ciptaan baru di laboratorium, baik yang berhasil ataupun

gagal mempunyai potensi yang sangat merugikan.

b. Terjadinya ketidakseimbangan ekologis, disebabkan keseragaman individu

hasil cloning terhadap ketahanan penyakit, respons ekosistem dan perilaku

lain yang menyebabkan biodiversitas bumi terancam gagal.

3. Etika dalam Rekayasa Genetika

a. Etika teleologis

Teleologis merupakan salah satu etika normatif yang terkemuka, dalam etika

ini akan di bahas tiga teori yang menjadi titik tolak dari pembahasan yang akan

kita bahas untuk menuju kebahagiaan. Etika teleologi dari kata Yunani, telos yaitu

tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh

tindakan itu.

13

Page 14: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan

baik buruknya  suatu tindakan dilakukan, Teleologi mengerti benar mana yang

benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih

penting adalah tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut

hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.

Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan

demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut

hukum. Perbincangan baik dan jahat harus diimbangi dengan benar dan

salah. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme,

ketika yang baik itu dipersempit menjadi yang baik bagi diri sendiri.

1) Teori hedonisme

Hedonisme ialah suatu teori yang mengatakan bahwa kenikmatan atau

akibat-akibat yang nikmat dalam dirinya sudah mengandung kebaikan (Kattsoff,

2004: 349). Jadi dapat di simpulkan bahwa hedonisme termasuk dalam etika

teleologis yaitu suatu ajaran etika yang mendasarkan diri pada suatu tujuan akhir

yaitu kebahagiaan atau kenikmatan.

Untuk mempermudah pembahasan kita tentang hedonisme dan

mempersempit pembahasan maka harus di bedakan antara hedonisme psikologis

dan hedonisme etis. Hedonisme psikologis adalah teori yang mengatakan bahwa

manusia dalam kenyataannya mencari kenikmatan sedangkan hedonisme etis

adalah teori yang berprinsip bahwa manusia seharusnya mencari kenikmatan.

Paham ini berlawanan dengan pandangan yang mengatakan bahwa satu-satunya

prinsip kesusilaan ialah “kebahagiaan yang sebesar mungkin bagi jumlah manusia

yang sebanyak mungkin” suatu pendirian yang dinamakan hedonisme altruistis

atau utilitarianisme. (Kattsoff, 2004: 349 )

Contoh tokoh yang dapat kita ambil dari hedonisme adalah David hume

salah satu filsuf pencerahan, ia lahir di Edinburgh pada tahun 1711. Etika david

hume sesuai dengan sifatnya yang empiristik sama seperti filsuf-filsuf inggris

yang lain seperti Spinoza dan Leibniz. Sistem etika david hume menolak segala

14

Page 15: Makalah Aksiologi Kelompok 3

sesuatu yang tidak berdasarkan fakta-fakta dan pengamatan-pengamatan empiris.

Pendekatan empiris yang dilakukan hume membawa pengertian bahwa tidak ada

dasar untuk berbicara tentang keharusan moral. Hume berangapan bahwa sesuatu

yang sangat kita setujui harus kita setujui atau harus kita usahakan, begitu pula

bahwa sesuatu yang kita benci, yang menimbulkan perasaan jijik itu harus kita

tolak atau wajib kita hindari (Magnis-suseno, 1997: 126) hume termasuk tokoh

etika moral sentiment theoris, ia berangapan etika merupakan hal perasaan yang

unsur bersama dari sifat-sifat tersebut adalah nikmat dan kegunaan. Sesuatu itu

kita nilai baik apabila memberikan nikmat atau bermanfaat (Magnis-suseno, 1997:

127)

2) Teori pengembangan diri

Bila hedonisme berangapan bahwa kebahagiaan akan tercapai apabila

mendapatkan atau mencapai nilai yang lebih tinggi yaitu kenikmatan, lain halnya

dengan teori pengembangan diri. Menurut teori pengembangan diri kita tidak akan

mencapai kebahagiaan apabila kita hanya berfiksasi pada nikmat saja, melainkan

manusia harus aktif dengan bakat-bakat serta potensi-potensi yang dimilikinya,

menurut teori pengembangan diri kita tidak akan mencapai kebahagiaan apabila

kita hanya berdiam diri tidak mengerjakan suatu kegiataan apapun untuk

mencapai kebahagiaan. Teori ini berangapan bahwa orang yang hidupnya

berlimpah harta, dengan pelayanan yang maksimal serta tidak mengerjakan

apapun, bermalas-malasan akan cepat sekali mengalami kebosanan. Jadi teori

pengembangan diri menyatakan bahwa yang membahagiakan ialah kalau kita

mengembangakan diri sedemikian rupa hingga bakat-bakat yang kita punya

menjadi kenyataan. Manusia adalah makhluk yang mempunyai banyak potensi,

tetapi potensi-potensi itu baru menjadi nyata apabila kita merealisasikanya.

(Magnis-Suseno,1987: 119).

3) Teori utilitirianisme

15

Page 16: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Utilitirianisme berasal dari kata latin “Utilis” yaitu berguna, utilitirianisme

diangap sebagai etika yang menitikberatkan perbuatan moral dengan manfaat

yang di timbulkan dari perbuatan moral tersebut. Utilitirianisme juga di angap

sebagai etika sukses yaitu etika yang menilai kebaikan orang dari apakah

perbuatanya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak. (Magnis-suseno,

1987:122) Etika sukses merupakan penyelewengan dari etika sebenar-benarnya,

karna angapan etika sukses yang mendasari bahwa mutu pada tindakan moral

tergantung pada tujuanya. Namun maksud sebenarnya dari utilitirianisme adalah

bahwa kita harus selalu bertindak untuk kebahagiaan orang sebanyak mungkin.

Yang khas dari pemikiran utulitirianisme adalah akibat baik tidak di lihat dari

kepentingan-kepentingan diri pribadi melainkan untuk kepentingan umum atau

semua orang yang terkena oleh tindakan pelaku. Nampak jelas bahwa etika

utulitirianisme tidak bersifat egois namun universal karna mengakui adanya

kewajiban terhadap semua orang.

b. Rekayasa genetika menurut etika Teleologis.

Di akhir abad 20 hampir seluruh negara di dunia menyusun strategi dan

mengembangkan teknologi secara menyeluruh mulai dari teknologi mesin hinga

teknologi kimia, walaupun kebijakan strategi teknologi ini menuai pro dan kontra

namun strategi ini semakin menjadi di tengah hegemoni perkembangan kekuatan-

kekuatan negara di dunia. Di negara yang sedang berkembang seperti di

indonesia mempelajari dan memulai strategi teknologi merupakan sebuah

keharusan dan satu-satu nya cara untuk menjadikan bangsa indonesia dapat

bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia.

16

Page 17: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Namun akibat yang di timbulkan dari teknologi ini terkadang bertentangan

dengan nilai-nilai kemanusiaan yang kalau tidak di pahami dan di gunakan secara

bijaksana dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradapan manusia.

Contoh yang dapat kita ambil dari permasalahan ini adalah kekecewaan Albert

Einsten terhadap pengunaan penemuan hukum fisika modern karena akibat yang

ditimbulakan oleh rekayasa teknologi yang mengikutnya yaitu jatuhnya bom

atom di Hirosima, jepang. Bahkan Albert Einsten pernah melontarkan perkataan

“Kekuatan selalu mempunyai daya tarik bagi manusia-manusia bermoral rendah”.

Dengan demikian rekayasa teknologi kalau tidak di gunakan secara bijak dapat

mengaibatkan bukan hanya degradasi moral melainkan hancurnya peredapan

manusia. Etika rekayasa dipahami sebagai:

Etika rekayasa merupakan introduksi normative terhadap isu-isu dasar pada

problem moral yang di hadapi manusia dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan,

teknologi beserta rekayasanya. Terutama karena rekayasa telah membuat manusia

seolah-olah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam usaha pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Manusia menjadi saingan Sang pencipta, karena manusia seolah-olah

berkemampuan mengembangkan otonominya melampaui batas kewenangan sebagai

makhluk.(Zubair, 1997:13).

Permasalahan yang akan diangkat sebagai contoh kasus dalam

perkembangan etika rekayasa genetika ialah:

“Air susu ibu (ASI) seharusnya berasal dari tubuh seorang manusia. Tapi ilmuwan

China melakukan modifikasi genetik pada sapi perah agar bisa memproduksi air

susu seperti manusia.”

17

Page 18: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Pada kasus di atas menurut perspektif teleologis bila betujuan untuk

membahagiakan manusia serta bermanfaat dapat dibenarkan, hedonisme misalnya

kasus di atas bila membawa manusia menuju kenikmatan dapat dibenarkan, missal

seorang ibu yang tidak ingin memberian ASI kepada anaknya karna kesibukanya

sebagai pekerja, nikmat di sini dapat berupa apa saja. Hedonisme memberi titik

berat pada kenikmatan atau kebahagiaan.

Dari perspektif teori pengembangan diri kasus di atas dapat di benarkan

karna teori ini lebih menekankan kepada usaha manusia untuk mengembangakan

dirinya. teori pengembangan diri menyatakan bahwa yang membahagiakan ialah

kalaw kita mengembangakan diri sedemikian rupa hingga bakat-bakat yang kita

punya menjadi kenyataan.

Sama halnya dengan hedonisme dalam perspektif utilitirianisme bila kasus

di atas dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia hal ini dapat di benarkan. Dari

kasus di atas dapat kita lihat bahwa ASI yang di hasilkan oleh sapi dapat

membantu manusia, missal seorang ibu yang karna penyakit atau kesibukan tidak

dapat memberikan asi kepada anaknya, tidak sedikit ibu yang menjadi pekerja.

Dengan mengunakan ASI yang berasal dari hewan sapi yang berkualitas sama

dengan ASI yang di hasilkan oleh manusia hal tersebut dapat menguntungkan

serta bermanfaat bagi semua ibu yang sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini tidak

bertentangan dengan prinsip utilitirianisme yang universal yaitu angapan bahwa

kebahagian untuk sebanyak-banyanya umat manusia.

Perubahan jaman yang terjadi membuat manusia sebagai “creator” yang

kadangkala melampaui penemuannya. Dalam hal ini telah menjadikan manusia

menjadi tidak percaya atau meragukan nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi

pengendali dan sekaligus pedoman kepurusan-keputusan tindakanya. Di satu sisi

dapat mempermudah kehidupan mansia namun di sisi lain dapat menghilangkan

makna terdalam dari hidupnya.

18

Page 19: Makalah Aksiologi Kelompok 3

BAB III

PENUTUP

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, aksiologi adalah

suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan.

Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi

dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi

juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan

teknologi harus diperhatikan sebaik – baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi

meninjaunya dari segi aksiologi keilmuan.Seorang ilmuwan mempunyai tanggung

jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

masyarakat.

Setiap teori mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dalam etis serta

pendekatan yang di lakukan namun ketiga teori tersebut menuju satu angapan

bahwa tujuan kehidupan adalah kebahagiaan, oleh karena itu ketiga etika

19

Page 20: Makalah Aksiologi Kelompok 3

teleologis tersebut menitikberatkan pada prinsip dasar untuk mencapai

kebahagiaan.

Perbedaan antara ketiga teori tersebut adalah teori hedonisme dan teori

pengembangan diri mau mengusahakan kebahagiaan bagi orang yang bertindak

itu sendiri, teori ini bersifat egoisme etis, sedangkan teori utilitarianisme menuntut

kebahagiaan di usahakan untuk semua orang yang terkena oleh tindakan kita.

Maka teori utilitirianisme di masukan kedalam teori universialisme etis.

Perbedaan dari teori hedonisme dan teori pengembangan diri adalah bila

teori hedonisme hanya mau mencari nikmat teori pengemabangan diri

menyangkal bahwa dengan cara tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan.

Persamaan dari ketiga teori tersebut adalah tujuan yang akan di capai yaitu suatu

tindakan yang baik yaitu apabila mau mengusahakan kebahagiaan yang dalam hal

ini disebut etika teleologis.

DAFTAR PUSTAKA

Arya. 2013. Aksiologi Pengetahuan. (Online) http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/aksiologi-pengetahuan/. Diakses tanggal 01 Oktober 2014.

Kattsoff, Louis.2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Magnis-suseno.1987. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Magnis-suseno.1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Octaria, Dina. 2012. Aksiologi Pengetahuan. (Online)

http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/14/aksiologi-pengetahuan/. Diakses pada 01 Oktober 2014.

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

20

Page 21: Makalah Aksiologi Kelompok 3

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Zubair, Achmad Charris.1997. Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

21