Download docx - Lapsus Fraktur Femur

Transcript
Page 1: Lapsus Fraktur Femur

BAB I

LAPORAN KASUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Femur adalah tulang yang paling panjang dan paling berat di dalam tubuh manusia.

Panjang tulang ini sepertiga tinggi badan seseorang manusia dan bisa menyokong berat

sehingga 30 kali lipat berat tubuh badannya. Femur, sama halnya dengan tulang yang

lainnya di dalam tubuh, terdiri atas badan (corpus) dan dua ekstremitas. (1)

Gambar Femur Dextra. Anterior et Posterior surface

1

Page 2: Lapsus Fraktur Femur

Ekstremitas atas (proximal extremity) terdiri dari kepala(head/caput), leher(neck/collum),

trochanter major dan trochanter minor.(1)

Upper extremity of right femur viewed from behind and above

Caput femoris

Kepala dari femur yang membentuk lebih kepada bentuk dua pertiga sphere, diarahkan

keatas, medial dan sedikit kedepan. Sebagian besar kecembungannya berada di atas dan di

depan. Permukaan caput femoris licin karena dilapisi oleh kartilago bersendi, kecuali pada

bagian fovea capitis femoris, cekungan yang terletak sedikit bawah di caput femoris, yang

merupakan tempat perlekatan ligamentum teres.

Collumfemoris

Collum femoris menghubungkan caput femoris dengan corpus femur. Collum femoris

mendatar dari belakang caput femoris, mengecil di tengah, dan melebar ke arah lateral.

Diameter bagian ini adalah kurang lebih tiga perempat dari caput femoris. Permukaan

anterior dari collum femoris mempunyai banyak foramen pembuluh darah. Permukaan

posterior licin, lebih lebar dan lebih konkaf dari bagian anterior. Di sini juga merupakan

tempat perlekatan dari bagian posterior dari kapsul persendian pinggul, kurang lebih 1 cm di

atas intertrochanteric crest. Batas superior pendek dan tebal dan berujung di lateral di

2

Page 3: Lapsus Fraktur Femur

trochanter major; permukaannya dilalui oleh foramen yang besar. Batas inferiornya panjang

dan sempit, melengkung sedikit kebelakang ke arah ujung trochanter minor.(1)

Trochanter

Trochanter adalah penonjolan yang merupakan tempat perlekatan bagi otot-otot yang

berfungsi untuk member pergerakan memutar untuk femur. Terdapat dua trochanter;

trochanter major dan trochanter minor. Trochanter major adalah prominensia (penonjolan)

yang paling lateral di femur, sedangkan Trochanter minor pula adalah ekstensi dari bagian

terendah dari collum femoris yang berbentuk kon. Kedua trochanter ini dihubungkan oleh

crista intertrochanteric di bagian belakang dan linea intertrochanteric di bagian depan.(1)

VaskularisasiProximal Femur

Sirkulasi caput femoris muncul dari tiga sumber yaitu intraosseus cervical vessels yang

melintasi ruang sumsum dari bawah, arteri dari ligamentum teres yang dikenalsebagai medial

epiphyseal vessels dan retinacular vessels yaitu percabangan cincin arteri ekstra kapsuler,

yang berjalan sepanjang collum femoris di bawah sinovium. Apabila terjadi fraktur di collum

femoris, vaskularisasi dari intraosseus cervical vessels terganggu sehingga caput femoris

terpaksa bergantung dari vaskularisasi yang dari dua sumber lainnya lagi.(2)

3

Page 4: Lapsus Fraktur Femur

Vaskularisasi Proximal Femur

2.2 Definisi

2.3 Epidemiologi

Insiden patah tulang leher femur, salah satu dari kecederaan trauma paling sering

terjadi kepada pasien lanjut usia dan kasus ini sering bertambah setiap tahun. Orang tua

adalah kelompok usia yang paling cepat berkembang di dunia dan jumlah tahunan patah

tulang pinggul akan bertambah seiring dengan penuaan populasi penduduk di dunia.3

Bahkan menurut penelitian baru-baru ini, setengah dari patah tulang femur proksimal

adalah fraktur intraartikular dari leher femoralis. Sebagian besar patah tulang pinggul Terjadi

Setelah jatuh. Sekarang perkiraan risiko untuk patah tulang pinggul menurut jenis kelamin

adalah 23,3% untuk laki-laki dan 11,2% untuk perempuan. 3

Hoogendoorn antara penulis yang lain menunjukkan bahwa ada peningkatan insiden

pada kejadian usia tertentu yang mungkin disebabkan oleh osteoporosis, Volume otot

berkurang dan respon neuromuskular. Selain itu, banyak pasien dalam kondisi lemah terus

beraktivitas , bahkan setelah penyakit serius, operasi dan pengobatan patah tulang. Akibatnya

mereka terpapar (lagi) untuk jatuh.4

Insiden patah tulang leher femur jarang terjadi di kalangan orang muda dan ini

terbukti dengan kasus insiden serendah hanya 2% pada pasien di bawah usia 50

tahun .Insiden meningkat dengan usia, dan setelah 50 tahun adalah dua kali lipat untuk setiap

periode dekade berikutnya, dan 2-3 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada

pria.80% dari patah tulang pinggul terjadi pada perempuan dan 90% pada orang yang lebih

tua dari 50 tahun.3

2.3 Etiopatologi

Fraktur adalah suatu keadaan diskontinuitas jaringan (korteks) pada tulang, paling sering

disebabkan oleh trauma, namun bisa juga karena faktor patologi atau karena penyakit terentu yang

mendasari. Fraktur Neck Femur adalah adanya diskontinuitas jaringan korteks pada daerah collum

femur. sering terjadi pada tulang rangka, jika tulang mengalami benturan yang melebihi tahanan

normal yang dapat diterima oleh tulang, dapat menyebakan fraktur pada tulang tersebut. Ketika terjadi

fraktur maka periosteum, pembuluh darah, korteks dan jaringan sekitarnya mengalami kerusakan

jaringan di ujung tulang. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya hematoma yang menyebabkan

jaringan sekitar tulang akan mengalami kematian sebab suplay nutrisi ke daerah tersebut jadi

terhambat. Jika keadaan ini terus menerus terjadi maka akanmenyebabkan nekrosis pada jaringan ini

4

Page 5: Lapsus Fraktur Femur

yang nantinya merangsang kecenderungan untuk terjadi peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi

, pengeluaran plasma dan leukosit, serta infiltrasi dari sel-sel daraah putih yang lain.5

Pada usia lanjut, biasanya paling sering karena mekanisme trauma, misalnya jatuh terduduk yang

menyebabkan tekanan yang berlebihan pada pelvis dan juga dapat berefek pada fraktur collum femur,

sedangkan pada usia yang lebih muda, fraktur pada collum femur juga karena trauma, tetapi

kebanyakan pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas dengan posisi hip joint abduksi. 6

2.4 Klasifikasi fraktur femur

2.4.1 Berdasarkan Letak anatominya, ada 4 jenis fraktur femur, yakni:

- Capital : Fraktur pada Caput Femoris

- Subcapital : Fraktur pada bagian bawah caput femoris

- Transcervical : Fraktur pada Collum Femoris

- Basicervical : Fraktur pada bagian ujung lateral collum femoris.7

2.4.2 Menurut Green (Garden bukan kak??), Fraktur femur diklasifikan berdasarkan tingkat

pergeseran patahannya, yang terbagi menjadi:8

Gambar 1 (7)

- Garden I : adalah fraktur inkomplit atau impacted -

Garden II : adalah fraktur komplit tanpa tanpa displacement - Garden III : adalah fraktur komplit dengan partial displacement - Garden IV : adalah fraktur komplit dengan total displacement 7

2.4.3 Menurut Pauwel, fraktur femur diklasifikan berdasarkan sudut fraktur yang terbentuk.

5

Page 6: Lapsus Fraktur Femur

Gambar 2 (9)

- Tipe I adalah fraktur 30” dari horisontal

- Tipe II adalah fraktur 50” dari horisontal

- Tipe III adalah fraktur 70”dari horisontal 9

2.4.4 Menurut???? (menurut siapa ini kak)??

Ekstrakapsular: yakni fraktur yang terjadi pada daerah luar dari kapsul femur mulai

dari trochanters, metafisis femur dan distal femur.

Intertrochanteric, Fraktur jenis ini terletak antara Collum femoris dan Trochanter

minor. Trochanter minor merupakan tempat perlekatan dari salah satu otot

pinggul. Fraktur intertrochanteric umumnya menyeberang di daerah antara

Trochanter minor dan Trochanter mayor.(9,10)

Gambar 3 (4)

6

Page 7: Lapsus Fraktur Femur

Pembahagian klasifikasi fraktur intertrochanter dilakukan mengikut klasifikasi Evans

1949:

1. Fraktur obliq standrar

2. Fraktur obliq bertentangan 7

Subtrochanteric, Fraktur jenis ini terletak di bawah Trochanter minor, pada daerah

antara Trochanter minor dan sekitar 2 ½ inchi ke bawah.(18) referensi yg mn ini

kak?

Gambar Klasifikasi Fraktur Femur Berdasarkan Russel-Taylor

Klasifikasi fraktur subtrokhanter dikenalkan oleh Russell-Taylor.

Klasifikasi ini membagi fraktur subtrokhanter menjadi dua tipe utama, yaitu

tipe 1 dan tipe 2. Fraktur tipe 1 tidak melibatkan fossa piriformis dan dibagi

kedalam subtype A, untuk fraktur di bawah trokanter minor, dan tipe B yang

melibatkan trokanter minor. Sedangkan fraktur tipe 2 melibatkan fossa

piriformis. Tipe 2A memiliki  buttress medial stabil dan tipe 2B tidak

memiliki stabilitas korteks medial 7

2.5 Diagnosis

2.5.1 Anamnesia:

Anamnesis adalah sesuatu bentuk pertanyaan yang terusun direka untuk mengarahkan

kepada puncak suatu penyakit. Anamnesis dimulai dengan identitas pasien seperti nama

pasien, dan tanggal lahir pasien. Tujuannya adalah sebagai tanda pengenalan pasien. Tanggal

lahir dan nantinya dapat membantu mengarahkan keluhan pasien ke diagnosis penyakitnya.

Selain itu, pasien juga ditanyakan kapan mulainya keluhan, bagaimana terjadi, dan

penanganan non-medikamentosa yang dilakukan sebelum pasien datang kerumah sakit. Hal

7

Page 8: Lapsus Fraktur Femur

ini penting agar gambaran awal jenis fraktur, pemeriksaan fisis dan penunjang yang perlu

dilakukan, rencana penatalaksanaan, dan gambaran komplikasi yang mungkin terjadi dapat

dilakukan. Pada kasus fraktur leher femur umur pasien dapat mengarahkan jenis fraktur yang

dialaminya apakah fraktur fisiologis seperti fraktur yang disebabkan oleh trauma atau fraktur

patologis yang didahului oleh penyakit lain terkait. Insidens fraktur leher femur meningkat

berbanding lurus dengan peningkatan usia terkait dengan kehilangan densitas tulang. Insidens

bagi pasien yang berusia kurang dari 60 tahun lebih sering pada pria namun lebih tinggi pada

wanita pada usia lebih 60 tahun. Konsumsi obat-obatan juga harus ditanyakan pada pasien

teruma golongan corticosteroid, thyroxine, phenytoin dan furosemide. Hal ini Karena pasien

dengan pengambilan beberapa jenis obat tertentu lebih rentan untuk terkena fraktur leher

femur. 11

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Setelah dilakukan anamnesis atau history taking pada pasien, bisa dilanjutkan dengan

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang biasanya didapatkan pada pasien dengan fraktur

di bagian femur mencakupi inspeksi dan palpasi.

Inspeksi, Untuk mengenal atau mendeteksi pasien yang suspek fraktur bisa dilihat

dari fisik pasien itu sendiri. Pasien yang terdeteksi fraktur mungkin menghadapi

masalah dalam berjalan atau tidak bisa berjalan sama sekali dan ekstremitas yang

bermasalah biasanya mengalami rotasi eksternal dan memendek. Jika tiada rotasi

eksternal yang terlihat, itu bisa mengarahkan diagnosis bahwa pasien tersebut

mungkin mengalami fraktur undisplaced. Ini juga bisa terlihat pada pasien yang

mengalami fraktur pada leher atau intertrochanter femur. Pada fraktur yang displaced

di valgus, tidak ada pemendekan dari ekstremitas bawah, malah bisa juga ekstremitas

tersebut mengalami sedikit pemanjangan12

Palpasi, Titik yang mengalami nyeri maksimal, dan semakin memburuk apabila

dipalpasi atau ditekan, merupakan satu petanda yang penting untuk mendiagnosa area

fraktur. Nyeri pada groin adalah tipikal pada fraktur leher femur. Nyeri yang

diprovokasi dengan mengetuk tumit bisa disyaki fraktur impacted.Namun untuk

menegakkan diagnosis pada pasien yang diduga fraktur pada femur, biasanya pasien

akan dirujuk ke bagian radiologi untuk pengambilan foto konvensional.12

2.5.3 Pemeriksaan penunjang

Pada kasus-kasus fraktur, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, diperlukan juga

pemeriksaan penunjang lainnya, termasuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

8

Page 9: Lapsus Fraktur Femur

radiologi khususnya untuk lebih memastikan diagnosis terhadap penyakit tersebut. Adapun

pemeriksaan penunjang radiologi yang dibutuhkan:

Laboratorium, Tidak ada laboratorium khusus mempelajari bantuan dalam diagnosis

gangguan ini. Namun, diperlukan dari hasil pemeriksaan sebelum operasi adalah

beberapa tes standar laboratorium (misalnya, kimia darah, hemoglobin dan hematokrit

nilai, dan profilkoagulasi). Hanya ketika patah tulang insufisiensi diduga, hasil

pemeriksaan medis harus mencakup pencarian untuk kelainan metabolik, termasuk

kalsium abnormal, fosfat, dan nilai-nilai alkali fosfatase. Jika arthritis septik pinggul

yang dicurigai, tingkat protein C-reaktif, tingkat sedimentasi eritrosit, dan jumlah WBC

dengan diferensial harus membantu menyingkirkan proses infeksi.13

FotoKonvensional / X-Ray Imaging, Patah tulang leher femur dapat disebabkan oleh

kerusakan yang signifikan tetapi juga dapat terjadi secara spontan dan dalam trauma

minor di wanita tua karena osteoporosis. Fraktur ini mungkin berada baik di bawah

kepala femoral (subcapital; yang paling umum), melalui leher (transervikal), atau di

dasar (basicervical). Fraktur seperti ini bisa digolongkan kedalam complete fracture

atau incomplete fracture serta displaced, nondisplacedatau impacted. Untuk fraktur dari

femur umumnya, filem dari posisi AP (anteroposterior) dan lateral yang diperlukan.

Filem dari posisi AP digunakan sebagai perbandingan sisi yang terlibat dengan sisi

lainnya, yang bisa membantu dalam mendiagnosis fraktur displaced atau undisplaced.

Filem dari posisi lateral diperlukan untuk mencari komminusi posterior di leher femur

dan proximal femur.14 Filem AP diambil dengan posisi pasien supine dan kedua

ekstremitas bawah diposisikan sejajar dengan garis tengah tubuh dalam 10-20 derajat

rotasi internal. Dengan ini, trochanter minor akan diprojeksi di atas diaphysis. Titik

tengah kaset haruslah 3 cm di bawah tengah garis antara symfisis dan spinailiaca antero

superior. Titik ini berkorespon dengan titik tengah dari kepala femur. Sinar x-ray harus

diletakkan di tengah-tengah kaset filem. 13 Untuk foto lateral, ekstremitas tetap di posisi

sama seperti untuk filem AP, tetapi sedikit abduksi. Tiub x-ray yang diposisikan

horizontal diibaharahnya ke arah leher femur supaya sinar tengah membentuk sudut

40 derajat dengan aksis longitudinal dari paha. Ini menunjukkan titik tengah dari leher

femur. Jika sinar tidak diarahkan secara 90 derajat dengan leher femur, trochanter major

akan diprojeksi di atas kepala femur dan leher femur akan tidak tervisualisasi. Dari

filem AP, antara kesan yang akan dilihat adalah diskontinuitas dari Shenton’s line.

Seringkali, klasifikasi Garden dipakai untuk menetukan derajat fraktur intrakapsular

sama ada complete atau incomplete fracture.15

9

Page 10: Lapsus Fraktur Femur

MRI / CT-Scan Imaging, MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat juga

menunjukkan fraktur yang lain jika ada seperti frakturcincin pelvis, kontusio jaringan

lunak sekitarnya dan sebagainya. Namun, bagi pasien yang terkontraindikasi dengan

pemeriksaan MRI contohnya pasien yang menggunakan pacemaker, ataupun apabila

modalitas MRI tidak terjangkau, radio nuclide bone scanning adalah berguna.Namun,

pemeriksaan ini insensitive pada pasein yang sudah berumur untuk mendeteksi fraktur

yang masih dalam 72 jam pertama. Setelah 72 jam pertama, sensitivitas MRI untuk

deteksi fraktur pada pasien golongan ini adalah 90%. CT scan juga bisa digunakan pada

deteksi akut atau terlambat, namun modalitas ini kurang sensitive dibandingkan dengan

MRI. 16

Foto MRI

10

Page 11: Lapsus Fraktur Femur

Foto CT-Scan

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan dari pengobatan patien dengan patah tulang femur adalah untuk

mempromosikan penyembuhan, mencegah komplkasi, dan mengembalikan fungsinya.

Tujuan utama dari manajemen fraktur adalah mengembalikan pasien ke tingkat premorbid

nya fungsi. Pengobatan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan terapi non

bedah dan bedah.15 Seperti dengan semua patah tulang , manajemen nyeri harus menjadi

perhatian utama . Seringkali , acetaminophen atau NSAID diresepkan untuk nyeri akut

patah tulang . Namun , tambahan untuk menghilangkan rasa sakit mungkin diperlukan

jika pasien tidak bisa hanya dengan asetamonofen dan NSAID. Dalam hal ini , candu

mungkin diperlukan , terutama untuk nyeri hebat. Penyesuaian obat nyeri mungkin

diperlukan , terutama pada fase akut .17

Berikut ini obat-obat yang dapat diberikan pada pasien:

Analgesik, Kontrol nyeri sangat penting bagi kualitas perawatan pasien, analgesik

dapat memastikan kenyamanan dan menenangkan pasien 17

Asetaminofen, Asetaminofen merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

yang. Penggunaan asetaminofen dapat menghilangkan atau mengurani nyeri ringan

11

Page 12: Lapsus Fraktur Femur

sampai sedang. Biasanya analgesik sering dikombinasikan dengan NSAID untuk efek

analgesik. Dosis yang digunakan, dewasa 300mg- 1g perkali, dengan maksimum 4 g

perhari: untuk anak-anak 6-12 tahun: 150-300mg/kali, dengan maksimum1.2g/hari.

Untuk anak 1-6 tahun: 60-120 mg/kali dan bayi dibawah 1 tahun 60mg/kali.18

Ibuprofen (Motrin, Ibuprin), Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang

diperkenalkan pertama kali di banyak Negara , obat ini bersifat analgesik dengan daya

antiinflamasi tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Absorpsi

ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah

1-2 jam. Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal

pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum

oleh wanita hamil dan menyusui.19

Oxycodone (OxyContin, Percocet, Roxicet, Roxilox, OxyIR, Tylox, Roxiprin) ,

Oksikodon adalah salah satu opioid semi sintesis yang disintesis dari tebain.

Oksikodon digunakan untuk obat penghilang rasa nyeri (analgesik) yang efek

kecanduannya lebih kecil dibandingkan morfin dan heroin. Opioid menimbulkan

analgesia dengan cara berikatan dengan reseptor opioid yang terutama di sistem SSP

dn medula spinalis yang berperan dalam transmisi nyeri.20

Teknik teknik yang digunakan dalam pengobatan dapat digologkan sebagi berikut. 19

1. Reduksi tertutup

Fraktur sederhana pada sebuah tulang panjang yang sedikit atau tidak menyebabkan

pergeseran tulang dapat diterapi dengan teknik reduksi tertutup. Biasanya sebelum

dilakukan reduksi tertutup dilakukan anestesi spinal atau blok. Fraktur direduksi

melalui manipulasi manual, dibantu oleh fluoroskopi dan diimobilisasi dengan gips

dan diimobilisasi melalui traksi kulit atau tulang.21

2. Fiksasi eksternal

Fiksasi eksternal memberikan stabilisasi yang kaku pada tulang melalui alat alat

eksternal jika bentuk lain imobilisasi, karena berbagai alsan, dianggap tidak sesuai.

Teknik ini paling sering digunakan untuk fraktur yang disertai kerusakan jaringan

lunak yang cukup banyak.21

3. Reduksi terbuka dan fiksasi internal

Reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah metode yang digunakan untuk terapi

fraktur. Metode ini memerlukan reduksi pembedahan terbuka dan pemasangan pin,

12

Page 13: Lapsus Fraktur Femur

sekrup, kawat,paku,batan dan atau lempeng untuk mempertahankan reduksi.

Perangkat fiksasi internal tersedia dalam berbagai bentuk dan konfigurasi untuk

digunakan pada berbagai ukuran tulang dan jenis fraktur.6 Indikasi reduksi terbuka

fiksasi internal meliputi reduksi fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang

apabila diterapi dengan metode lain terapinya tidak memuaskan. Selain itu digunakan

pada fraktur-fraktur yang terjadi di fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah

distal.dan fraktur intrartikular disertai pergeseran. Adapun jenis-jenis dari reduksi

terbuka fiksasi internal sebagai berikut.21

a. fiksasi pin dan kawat

b. sekrup (kortikal,maleolar,lag)

c. lempeng

Untuk fiksasi internal , sebagian besar ahli bedah ortopedi memilih salah satu sekrup

pinggul dinamis ( DHS ) atau beberapa sekrup cannulated ( MCS ) . Osteosynthesis

dengan fiksasi MCS adalah teknik yang kurang invasif dan mengurangi hilangnya

darah secara berlebihan dan pengelupasan jaringan lunak . Dengan penggunaan DHS

sistem sekrup - piring mencapai kondisi yang lebih stabil . Deneka et al, menerbitkan

sebuah perbandingan biomekanik teknik fiksasi internal untuk pengobatan

basicervical patah tulang leher femur tidak stabil . Hasil mendukung penggunaan

DHS, Kelemahan adalah sayatan kulit besar , diseksi jaringan lunak yang lebih luas,

kebutuhan yang lebih besar untuk transfusi darah, dan tinggal lebih lama di rumah

sakit.22

13

Page 14: Lapsus Fraktur Femur

BAB III

DISKUSI

Resume klinis

Pasien Tn.FR masuk ke rumah sakit pada tanggal 19 November 2014 dengan keluhan

nyeri pada paha kanan. Pasien merasa nyeri di bagian paha kanan sejak 1 hari yang lalu

akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien sedang mengendarai sepeda motor kemudian

bertabrakan dengan motor lain dari arah berlawanan. Pasien jatuh kea rah kanan dengan

sepeda motor menimpa paha dan kaki kanannya. Pasien tidak ada riwayat benturan di kepala,

riwayat pengsan, riwayat mual, dan riwayat muntah. Pasien tidak pernah mengalami keluhan

serupa sebelumnya dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada. Dari hasil

anamnesis secara alloanamnesis dan autoanamnesis tersebut ditemukan salah satu etiologi

dari fraktur batang femur. High Energy Trauma merupakan faktor penyebab tersering yang

dapat menyebabkan fraktur ini. Namun disini, sangat jelas etiologi penyakit dari pasien ini.

Dari hasil pemeriksaan fisis didapatkan pasien sakit sedang, gizi baik, kesadaran

compos mentis GCS 15 (E4M6V5). Tanda vital: tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 84

x/menit, suhu: 36,7°C, pernapasan: 22 x/menit, skala nyeri: VAS 4. Daripada inspeksi

ditemukan deformitas, hematoma dan edema manakala daripada palpasi ditemukan nyeri

tekan setempat pada regio femoris dextra. Pada pergerakkan ditemukan gerakan aktif dan

pasif hip joint tidak dapat dievaluasi karena nyeri. Gerak aktif dan pasif knee joint tidak

dapat dievaluasi karena nyeri . Berdasarkan referensi yang ada, pada pemeriksaan fisik untuk

pasien-pasien dengan fraktur batang femur biasanya pada inspeksi tampak deformitas

bervariasi bergantung pada tingkat fraktur dalam kaitannya dengan perlekatan otot dan

aksinya. Pada palpasi ditemukan adanya nyeri tekan pada area yang mengalami kerusakan.

Data yang ditemukan dari status pasien tertulis bahwa ada deformitas dan nyeri tekan pada

area femoris dextra. Dari data ini dapat sedikit membantu untuk mengakkan diagnosis ke arah

fraktur batang femur, meskinpun belum mutlak, sebab masih dibutuhkan data dari hasil

pemeriksaan penunjang lainnya.

Karena Anamnesis dan Pemeriksaan fisik belum mampu memastikan diagnosis secara

pasti maka pada kasus yang dicurigai fraktur batang femur, diusul untuk melakukan

pengambilan foto Radiologi dan Laboratorium. Untuk hasil pemeriksaan laboratotium sendiri

semua dalam keadaan normal, sedangkan dari pemeriksaan radiologi pada foto femur AP/

Lateral (Pre-operasi) dan Foto Pelvis /Panggul AP( Pre- Operasi) ditemukan kesan Fraktur

kominutif 1/3 medial os femur dextra dengan displaced ke arah craniomedioposterior .

14

Page 15: Lapsus Fraktur Femur

Berdasarkan teori klasifikasi fraktur batang femur menurut menurut garis frakturnya, patah

tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit (termasuk fisura dan greenstick

fracture), tranversa, oblik, spiral, kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu dan

impaksi (termasuk impresi dan inklavasi. Untuk kasus ini fraktur batang femur yang

didapatkan adalah fraktur komunitif. Menurut lokasi patahan ditulang, fraktur dibagi menjadi

fraktur epifisis, metafisis, dan diafisis. Untuk kasus ini pula adalah fraktur diafisis. Setelah

hasil radiologi pasien ini ada dengan kesan positif ada fraktur batang femur, maka selanjutnya

dilakukan tindakan sebagai tatalaksana untuk fraktur femur. Secara teori tatalaksana fraktur

batang femur adalah operasi. Ada beberapa teknik operasi untuk kasus-kasus

musculoskeletal, tetapi khusus untuk fraktur femur teknik yang digunakan adalah Open

Reduction Internal Fixation (ORIF). Pada pasien ini, setelah didiagnosis fraktur batang

femur, diambil keputusan untuk dilakukan tindakan ORIF. Setelah operasi, dilakukan

pengambilan foto kembali dibagian radiologi dengan posisi yang sama sebelum operasi.

Kemudian setelah itu, pasien kemudian kembali dilakukan perawatan rutin pasca operasi

guna membantu pasien kembali pulih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moore KL. Clinically Orinted Anatomy : Seventh Edition. 2013.

2. James D. Heckman MD, Robert W. Bucholz MD, Charles M. Court Brown MD FEO,

MD PTI. Rockwood and Green's Fractures in Adults : Seventh Edition. 2009.

3. Orlin Filipov,Epidemiology and social burden of femoral neck fractures, Department

of Geriathic orthopedics, Vitosha Hospital - Sofia, Bulgaria ,Journal of IMAB. 2014,

vol. 20, issue 4

4. Ernst L.F.B. Raaymaker , Fractures of the Femoral Neck: A Review and Personal

Statement , Surgical Clinic, Section Traumatology, Academisch Medish Centrum ,

Amsterdam, Netherlands, ACTA CHIRURGIA ORTHOPAEDICAE ET

TRAUMATOLOGIAE ČECHOSL., 73, 2006, p. 45–59

5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK32595/ access on Sunday, 26th October

2014, 09.25 AM

6. http://radiopaedia.org/articles/femoral-neck-fracture / access on Saturday 24th

October 2014, 09.02 AM

15

Page 16: Lapsus Fraktur Femur

7. Prof .Chairudin Rasjad , MD. , PhD; Pengantar Ilmu Bedah Ortopedik, Edisi Ketiga,

Cetakan Keenam, Yarsif Watampone

8. Paul J. Evans, PA-C , Brian J. McGrory, MD, Paul J. Evans, PA-CBrian J. McGrory,

MD, Fractures of the Proximal Femur, Hospital Physician April 2002,p.30-28

9. T. LEIN, P. BULA, J. JEFFRIES, K. ENGLER, F. BONNAIRE; Fractures of the

Femoral Neck, ACTA CHIRURGIAE ORTHOPAEDICAE,ET

TRAUMATOLOGIAE ČECHOSL., 78, 2011, p. 10–19

10. B.-C. LINK, R. BABST; Current Concepts in Fractures of the Distal Femur,

Department of Trauma Surgery, Cantonal Hospital Lucerne, Lucerne, Switzerland,

ACTA CHIRURGIAE ORTHOPAEDICAE ET TRAUMATOLOGIAE ČECHOSL.,

79, 2012, p. 11–20

11. Marincek B, Dondelinger R. Emergency Radiology Imaging And Intervention 2007.

12. Jeno Manninger, Ulrich Bosch, Peter Cserhati, Karoly Fekete, Kazar G. Internal

Fixation of Femoral Neck Fractures: An Atlas. 2007

13. Wildstein M, Schutte H, F T. Femoral Neck Stress and Insufficiency, Fractures

Workup. 2013. Medcsape

14. Babhulkar Sudhir DDT. Proximal Femoral Fractures. 2013.

15. Rajat Chowdhury, Iain Wilson, Christopher Rofe, Lloyd-Jones G. Radiology at a

Glance. 2013.

16. B. J. Manaster, David A. May, Disler DG. Musculoskeletal Imaging, The Requisites

(Expert Consult-Online Consult-Online and Print). 2013.

17. Medscape Femoral Neck Fracture Medication Author: Gerard A Malanga, MD 2013

18. Departemen farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran universitas indonesia.

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI:2011. P. 237-238

19. Departemen farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran universitas indonesia.

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI:2011. P. 240

20. Departemen farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran universitas indonesia.

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI:2011. P. 211

21. Gruendemann Barbara J, Fernsebner Billie. Buku ajar Keperawatan Perioperatif

Volume 1.Jakarata:EGC:2005. P.

22. Schwartsmann, Carlos Roberto. Dynamic Hip Screw for the Treatment of Femoral

Neck Fractures: A Prospective Study with 96 Patients. Volume 2014 (2014), Article

ID 257871, 7 pages

16