BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan sejarahnya, serta
proses-proses yang terjadi di dalamnya. Geologi juga mempelajari fenomena yang
terjadi saat ini dan bagaimana proses yang mengakibatkan hal tersebut, melalui
intepretasi bukti-bukti yang ada dan terekam di permukaan bumi ini.
Dalam memahami ilmu-ilmu yang tercakup dalam geologi, seperti
geomorfologi, mengikuti perkuliahan saja tidaklah cukup. Teori yang didapat di
perkuliahan biasanya bersifat ideal, sedangkan pada pengaplikasiannya apa yang kita
lihat tidak demikian. Pemahaman ilmu geologi, menuntut secara langsung untuk dapat
meneliti kenampakan objek-objek geologi yang terdapat di lingkungan. Karena itu,
perlu dilakukan kuliah lapangan, khususnya dalam mendalami geomorfologi dengan
kegiatan kuliah lapangan geomorfologi di Bantarujeg dan sekitarnya.
1.2. Maksud dan Tujuan
Kuliah lapangan geomorofologi ini diadakan dengan maksud dan tujuan,
diantaranya:
1. Membuktikan dan mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari dalam
perkuliahan,
2. Mengamati secara langsung berbagai macam roman permukaan bumi,
3. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan
mengintepretasi morfologi suatu daerah.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 1
1.3. Waktu
Kuliah lapangan ini dilaksanakan selama satu hari, yakni pada hari Minggu,
27 Mei 2012. Kegiatan ini dilaksanakan di daerah Bantarujeg dan sekitarnya,
Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Kelompok kami
berangkat pada pukul 06.00 dan tiba kembali di Jatinangor pada pukul 17.30.
1.4. Lokasi
Lokasi penelitian berada di daerah Bantarujeg dan sekitarnya, Kecamatan
Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Koordinat daerah yaitu 108o
13’ 46” BT sampai 108o 17’ 02” BT , 06o 56’ 36” LS sampai 07o 00’ 00” LS. Secara
administratif, Bantarujeg termasuk dalam kabupaten Majalengka, dimana sebelah
utara berbatasan dengan kecamatan Maja, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan
Lemahsugih, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Talaga, dan sebelah selatan
berbatasan dengan kabupaten Ciamis.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 2
BAB II
GEOLOGI UMUM
II.1. Geomorfologi
Geomorfologi lokasi kuliah lapangan yang terletak di Bantarujeg dan sekitarnya ini,
terbentuk dengan adanya pengaruh dari kondisi geografis daerahnya. Kondisi geografis
kecamatan Bantarujeg secara umum diantaranya memliki iklim agak basah (menurut Schmidt
Ferguson) atau iklim sedang (Junghuhn); kondisi tanahnya berjenis latosol, litosol dan
podsolik merah kuning; keadaan hidrologinya secara umum sungainya memiliki pola aliran
dendritik; dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh pertanian, perkebunan, dan
peternakan sedangkan sisanya untuk lahan bangunan.
Bentukan geomorfologi ysng terdapat di kecamatan Bantarujeg yaitu berupa bentukan
denudasional. Adapun denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Denudasi cendurung akan
menurunkan bagian permukaan bumi yang positif hingga mencapai bentuk permukaan bumi
yang hamper datar membentuk dataran nyaris (pineplain). Denudasi meliputi dua proses
utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh
proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting). Bentukan denudasional di Bantarujeg
terbentuk karena proses gradasi yang meliputi proses degradasi dan aggradasi – dimana
proses yang dominan terjadi adalah degradasi berupa pelapukan, erosi dan longsor. Adapun
pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau dekat
permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material; erosi adalah proses terlepsnya agrerat
material (tanah atau batuan lapuk) dan terpindahkannya material tersebut ke tempat lain; dan
longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
II.2. Geologi Struktur
Seperti yang kita ketahui dalam konsep dasar Geomorfologi, struktur geologi
merupakan faktor dominan dalam pembentukan bentang alam. Keberadaan struktur geologi
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 3
di suatu daerah tentu memiliki pengaruh terhadap kenampakan roman permukaan bumi di
daerah tersebut. Struktur Geologi terbagi mencakup berbagai skala dan dimensi, dari mulai
struktur mikro sampai struktur makro. Struktur geologi yang dikenal secara umum adalah:
1. Sesar / patahan (fault).
2. Lipatan (fold).
3. Kekar (joint).
Van Bemmelen (1949) telah membagi Jawa Barat menjadi beberapa jalur fisiografi
dan struktural dimana daerah pemetaan termasuk pada jalur struktur geologi Zona Bogor
bagian timur yang telah terlipat kuat sehingga menghasilkan antiklinorium dengan sumbu
berarah barat timur. Di bagian utara zona ini, keadaan struktur geologinya berarah utara
karena adanya tekanan dari arah selatan. Gaya tersebut mengakibatkan perlipatan dan sesar
naik. Inti dari perlipatan ini terdiri atas batuan sedimen berumur Miosen sedangkan sayapnya
terdiri dari batuan sedimen Pliosen.
Menurut Van Bemmelen (1949) Zona Bogor telah mengalami dua kali masa periode
tektonik yaitu :
a) Periode intra Miosen atau Miosen Pliosen.
b) Periode Pliosen – Plistosen.
Pada periode tektonik intra tektonik Miosen, berlangsung pembentukan geantiklin
jawa, akibat gaya tekanan dari arah selatan terbentuk struktur lipatan dan sesar pada sedimen
di utara. Peristiwa ini terjadi setelah Formasi Cidadap diendapkan pada Miosen Tengah. Pada
Miosen Atas atau Miosen - Pliosen antklinorium ini mengalami intrusi dasit dan andesit
hornblenda, disamping itu terjadi pula ekstrusi Breksi Kumbang di ujung timur Zona Bogor.
Ketidakselarasan antara Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu yang berumur Pliosen
Bawah (Silitonga, 1973) yang terjadi pada Zona Bogor bagian utara, menandakan bahwa
pada periode Miosen – Pliosen tersebut terjadi proses perlipatan pada keseluruhan Zona
Bogor bagian utara.
Pada periode tektonik Pliosen – Pleistosen, terjadi proses perlipatan dan sesar yang
diakibatkan oleh terjadinya amblesan dibagian utara Zona Bogor yang kemudian
menimbulkan gangguan tekanan yang kuat pada Zona Bogor. Pada kala Pliosen – Pleistosen
bagian barat Zona Bogor mengalami pengangkatan dan membentuk Kaliglagah Beds yang
terdiri dari endapan klastik dan lignit dan selanjutnya Cigintung Beds terendapakan. Semua
formasi tersebut menutupi batuan terdahulu secara selaras semu (pseudo conformable).
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 4
Kegiatan tektonik Pliosen – Pleistosen didaerah ini mengakibatkan terjadinya sesar
terobosan komplek kromong yang andesitis dasitis. Setelah berakhir kegiatan tersebut
terbentuklah Tambakan Beds yang berumur Pleistosen Bawah dan menutupi satuan lainya
secara tidak selaras. Tidak adanya batuan yang berumur Pliosen Atas di daerah ini
menunjukan adanya kekosongan pengendapan batuan. Pada kala Pleistosen Tengah sampai
Atas di Zona Bogor bagian tengah dan timur terbentuk endapan Vulkanik tua (Gunung
Slamet tua) dan Vulkanik muda dari Gunung Ciremai, selanjutnya disusul oleh aktifitas pada
Pleistosen Atas yang menghasilkan Linggopodo Beds dan diikuti lagi oleh kegiatan Vulkanik
Resen dari Gunung Ciremai sehingga terbentuk endapan Vulkanik muda ke bagian utara
zona tersebut. Tekanan tersebut menimbulkan struktur perlipatan dan sesar naik dibagian
Zona Bogor yang dikenal sebagai “Baribis thrust”.
Struktur geologi yang berkembang di daerah Bantarujeg dan sekitarnya terdiri dari
sesar naik, yaitu : sesar naik Cengal, sesar naik, sesar naik Cirelek, sesar naik Cikuya, sesar
naik Cipeteuy, sesar naik Cilutung serta sesar Mengiri Cilutung, sesar Mengiri Cipeteuy, dan
Antilklin Cisuluheun sebagai struktur penyerta.
Adapun sesar adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang jelas. Pergeseran
ini dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter dan panjangnya dapat
mencapai beberapa desimeter hingga ribuan meter. sesar dapat terjadi pada segala jenis
batuan. akibat terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah perkembangan topografi,
mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi batuan dan sebagainya;
sesar naik adalah sesar yang hanging wall-nya relatif bergerak naik terhadap footwall; sesar
mengiri adalah sesar yang salah satu blok batuan bagian kiri relatif bergerak terhadap
pengamat; antiklin adalah salah satu jenis lipatan yang terjadi akibat gaya bukling atau yang
searah dengan perlapisan.
III.3. Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih
lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 5
relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.
Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah penelitian dan
diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.
Stratigrafi daerah Bantarujeg dan sekitarnya dikelompokkan menjadi delapan satuan,
yakni:
1. Satuan batupasir-batulempung A yang disebandingkan dengan anggot formasi
Cinambo
2. Satuan batulempung-batupasir A yang disebandingkan dengan batulempung
formasi Cinambo
3. Satuan breksi-batupasir yang disebandingkan dengan formasi Cantayan
4. Satuan batupasi-batulempung B yang disebandingkan dengan formasi Kaliwangu
5. Satuan batulempung-batupasir B yang disebandingkan dengan formasi Subang
6. Satuan Intrusi
7. Satuan BreksiVolkanik yang disebandingkan dengan formasi Citalang
8. Endapan alluvial
Van Bemmelen (1949) telah mengurutkan stratigrafi Zona Bogor bagian tengah
dan timur dengan batuan tertua Anggota Pemali Bawah yang berumur Oligosen
sampai Miosen Bawah, dengan fosil penunjuk foraminifera besar Spiroclypeus sp.
Ciri litologinya adalah perlapisan batulempung, napal, serpih dengan sisipan batupasir
kuarsa dan batugamping.
Di atas formasi itu diendapkan batuan dari Formasi Pemali Anggota Atas yang
dikenal dengan kompleks Annulatus (Annulatus Complex), yang berumur Miosen
Bawah bagian atas sampai Miosen Tengah bagian bawah. Formasi ini terbagi kedalam
fasies utara dan fasies selatan. Fasies utara terdiri dari batupasir kuarsa, napal,
batulempung, serpih, tuff, dan batugamping Kelapanunggal. Sedangkan fasies selatan
terdiri dari batupasir kuarsa, lapisan tipis batubara, batugamping napalan, dan sisipan
hasil erupsi gunungapi. Batuan-batuan tersebut sebagian besar diperkirakan berasal
dari Dataran Sunda,yang interlikasi dengan batuan volkanik dari selatan. Dalam
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 6
Fasies tersebut banyak ditemukan fosil foraminifera besar cycloclypeus /
Katacycloclypeus Annulutus MARTIN, cycloclypeus sp.,Lepidocyclina sp.,dan
Miogypsina sp..
Di atas Formasi Pemali secara selaras diendapkan Formasi Cidadap atau disebut juga
Formasi Halang bagian atas, yang terdiri dari batulempung, serpih dengan fasies laut
yang tersebar di bagian utara, breksi volkanik, dan batupasir tufaan yang tersebar di
bagian selatan. Ketebalan lapisan ini diperkirakan 1200 – 1500 meter di Zona bogor
bagian tengah, dan sekitar 1500 – 2500 meter di Zona Bogor bagian timur.
Mengandung fosil Lepidocylina sp., yang berumur Miosen Tengah bagian atas.
Di atas Formasi Cidadap diendapkan secara tidak selaras batuan yang merupakan
hasil kegiatan volkanik yang disertai dengan intrusi-intrusi hornblenda, andesit, dasit,
diorit, dan kuarsa yang dikenal dengan nama Breksi Kumbang yang berumur Miosen
Atas.
Secara selaras diatas Breksi Kumbang diendapkan Formasi Kaliwangu yang terdiri
dari serpih, batulempung, napal, batupasir tuffan, andesitik, dasitik, konglomerat, dan
breksi, serta lapisan tipis batubara muda, berumur Pliosen Bawah. Fosil yang
ditemukan adalah Molusca chirebonian dan fauna vertebrata Cijulang bagian atas.
Secara selaras diatas Formasi Kaliwangu diendapkan Formasi Ciherang yang
berumur Pliosen Atas. Diatas Formasi Ciherang diendapkan secara tidak selaras
Formasi Tambakan yang merupakan hasil gunungapi yang berumur Pleistosen
Bawah.
Produk termuda dari stratigrafi ini adalah endapan aluvium yang diendapkan diatas
formasi – formasi lainnya.
Djuri (1973), dalam Peta Geologi Lembar Arjawinangun menyebutkan dari batuan
tertua sampai yang termuda sebagai berikut : Formasi Cinambo, Batugamping
Kompleks Kromong, Formasi Halang, Formasi Subang, Formasi Kaliwangu, Formasi
Citalang, Breksi terlipat, Hasil Gunungapi Tua, Hasil Gunungapi Muda, dan Aluvium.
Formasi tertua adalah Formasi Cinambo, yang berdasarkan kandungan fosil
foraminifera adalah berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. Formasi ini
dibagi dua, yaitu: Anggota Batupasir (bagian bawah), dan Anggota Serpih (bagian
atas). Angota Batupasir terdiri dari graywake, yang mempunyai ciri perlapisan tebal
dengan sisipan serpih, batulempung tipis, batupasir gampingan, tuf, batulempung, dan
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 7
batulanau. Anggota Serpih terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir,
batugamping, batupasir gampingan, dan batupasir tufaan.
Diatas Formasi Cinambo diendapkan secara selaras Batugamping Kompleks
Kromong, yang terdiri dari batugamping, batulempung, batupasir gampingan, dan
batupasir tufaan. Formasi ini berumur Miosen Tengah.
Secara selaras diatas Batugamping Kompleks Kromong diendapkan Formasi Halang,
yang terdiri dari Anggota Halang Bawah, dan Anggota Halang Atas. Anggota Halang
Bawah terdiri dari breksi gunungapi yang bersifat andesitik sampai basaltik,
batulempung, tuf dan konglomerat. Anggota Halang Atas terdiri dari batupasir tufaan,
batulempung, dan konglomerat. Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen
Atas.
Diatas Formasi Halang secara selaras diendapkan Formasi Subang, yang terdiri dari
batulempung yang mempunyai sisipan batugamping yang berwarna abu-abu tua dan
kadang-kadang dijumpai sisipan batupasir glaukonit yang berwarna hijau. Formasi ini
berumur Miosen Atas.
Kemudian secara tidak selaras diatas Formasi Subang diendapkan Formasi
Kaliwangu, yang terdiri dari batulempung yang mengandung moluska, konglomerat
dengan lensa-lensa batupasir dan sisipan batupasir tuffan dan kadang-kadang
ditemukan lapisan batupasir gampingan, dan batugamping. Formasi ini berumur
Pliosen Bawah.
Diatas Formasi Kaliwangu secara selaras diendapkan Formasi Citalang yang terdiri
batugamping koral, batupasir, batupasir tufaan, batulempung tufaan, konglomerat, dan
kadang-kadang dijumpai lensa-lensa batupasir gampingan yang padu. Formasi ini
berumur Pliosen Tengah sampai Pliosen Atas.
Diatas Formasi Citalang secara tidak selaras terdapat Breksi terlipat yaang terdiri dari
breksi gunungapi yang bersifat andesitik, breksi tufaan, batupasir kasar, batulempung
tufaan, dan graywacke. Batuan ini berumur Pleistosen Bawah.
Kemudian Endapan Hasil Gunungapi Tua menutupi Breksi Terlipat secara selaras.
Endapan Gunungapi Tua terdiri dari breksi lahar, lava andesitik sampai basaltik.
Endapan ini berumur Pleistosen Tengah sampai Pleistosen Atas.
Kemudian secara selaras diatas Endapan Gunungapi Tua diendapkan Endapan
Gunungapi Muda yang terdiri dari breksi lahar, batupasir tufaan, lapili, lava andesitik
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 8
sampai basaltik. Endapan ini diperkirakan hasil dari produk Gunungapi Ciremai, dan
Gunungapi Tampomas. Batuan ini berumurPleistosen Atas sampai Holosen Bawah.
UMUR STRATIGRAFI LITOLOGI
HO
LO
SE
N
BAWAHAluvium hasil
gunungapi muda
Lempung, lanau, pasir, kerikil, lava, batuan
gunungapi tak teruraikan.
PL
IST
OS
EN
ATAS
Hasil gunungapi tuaLava, breksi, breksi kompleks Kromong, batuan
gunungapi tua tak teruraikan.TENGAH
BAWAH
Batupasir tuffan,
lempung,dankonglo
merat dataran pantai
Lapisan – lapisan batupasir tuffan, pasir, lanau
tuffan, lempung, konglomerat,breksi tuffan
mengandung batuapung
PL
IOS
EN
ATAS
Formasi Citalang
Batupasir tuffan berwarna coklat muda,
lemoung tuffan, konglomerat, kadang – kadang
ditemukan lensa – lensa batupasir gampingan
yang keras, lensa gamping, batugamping koral
berwarna kuning sampai coklat.
TENGAH
BAWAH Formasi Kaliwangu
Batulempung dengan sisipan batupasir tuffan,
konglomerat, kadang – kadang ditemukan
lapisan – lapisan batupasir gampingan dan
batugamping
MIO
SE
N
ATAS
Formasi Subang
Anggota batulempung – batulempung
mengandung lapisan batugamping abu – abu tua
kadang – kadang ditemukan sisipan batupasir
glaukonit hijau.
Formasi Halang
Batupasir tuffan, lempung, konglomerat,
batupasir merupakan bagian yang utama, breksi
gunungapi yang bersifat andesit dan basalt
ditemukan tuff, lempung, serta konglomerat
TENGAH
ATAS Batugamping
Kompleks Kromong
Batugamping terumbu, berwarna kuning kotor
sampai kecoklatan.
BAWAH
Formasi Cinambo
Batulempung dengan selingan batupasir dan
gamping, batupasir gampingan, dan batupasir
tuffan ( 400 – 500 m ) Anggota batupasir
greywacke dengan timbulan tinggi, batupasir
gampingan, tuffalempung, lanau greywacke
mempunyai ciri lapisan tebal.
BAWAH ATAS
Tabel 2.3.1 Tabel Formasi lembar Arjawinangun (Djuri, 1973)
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 9
BAB III
OBSERVASI LAPANGAN
III.1. Objek Penelitian
Objek yang diteliti pada kuliah lapangan Geomorfologi ini adalah bentuk
geomorfologinya, meliputi bentang alam maupun proses-proses geomorfologi yang
diperkirakan terjadi di daerah penelitian.
III.2. Langkah-Langkah Penelitian
Secara garis besar pelaksanaan penelitian kuliah lapangan ini dibagi kedalam lima
tahapan, yaitu :
1. Tahap persiapan,
2. Tahap pekerjaan kuliah lapangan,
3. Tahap penyusunan laporan
III.2.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan sebelum kuliah lapangan dilaksanakan. Pada tahap
persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah oleh masing-masing kelompok adalah
mempersiapkan peralatan lapangan dan menyusun laporan awal kuliah lapangan
untuk masing-masing anggota kelompok supaya saat dilakukan kuliah lapangan
sudah ada gambaran umum mengenai objek-objek yang ada di stasiun-stasiun
tersebut.
III.2.2 Tahap pekerjaan kuliah lapangan
Dalam pelaksanaan kuliah lapangan, terdapat beberapa langkah yang
dilakukan. Yang pertama, kelompok kami menentukan koordinat lokasi tempat
stasiun dengan menggunakan GPS, supaya kelompok kami dapat mengetahui posisi
stasiun-stasiun tersebut di peta. Setelah mengetahui koordinat stasiun, kelompok
kami memulai pengamatan. Tahap ini meliputi banyak kegiatan seperti
mendengarkan pengarahan dan penjelasan mengenai bentang alam yang ada dan
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 10
mencatat data keterangan yang telah dijabarkan untuk menjadi dasar dalam
pengamatan. Setelah itu, bentang alam yang diamati diambil fotonya secara
menyeluruh. Lalu digambar pula sketsa bentang alam tersebut dengan
mencantumkan desktripsi dan keterangan yang diperoleh dalam pengamatan
tersebut. Di samping itu, dilakukan juga diskusi jika memungkinkan dengan rekan
kelompok kuliah lapangan tentang interpretasi kenampakan bentang alam yang ada.
III.2.3 Tahap Penyusunan Laporan
Setelah melaksanakan kuliah lapangan, kelompok kami harus menyusun laporan
dengan terlebih dahulu mengumpulkan data dari semua catatan lapangan tiap anggota
kelompok dan mendiskusikan data hasil pengamatan. Setelah didiskusikan, hasil dari
data digunakan untuk bahan pembuatan laporan kemudian laporan kuliah lapangan
dibuat sasuai format yang telah ditentukan.
III.3. Alat-Alat yang Digunakan
Dalam kuliah lapangan geomorfologi ini diperlukan beberapa macam alat,
diantaranya adalah alat tulis dan buku catatan lapangan untuk menulis data , deskripsi dan
berbagai informasi yang diperoleh di lapangan dan untuk menggambar sketsa; kamera untuk
mendokumentasikan bentang alam yang ada di setipa stasiun; Global Position Sytem (GPS)
untuk menentukan posisi koordinat stasiun di peta; dan papan dada untuk alas menulis atau
clipboard.
III.4. Jalur Penelitian dan Kesampaian Lokasi
Kuliah lapangan Geomorfologi ini berawal dari daerah Bantarujeg dengan koordinat
lokasi kuliah lapangan adalah 108o 13’ 46” BT sampai 108o 17’ 02” BT , 06o 56’ 36” LS
sampai 07o 00’ 00” LS (sebagian lembar peta BAKOSURTANAL lembar 1309-112 dan
1309-121) yang kemudian dilanjutkan ke daerah-daerah lain yang berada sepanjang
perjalanan ke Jatinangor melalui Majalengka.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 11
Lokasi kuliah lapangan ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau bus selama
4 jam dari jatinangor sampai stasiun pertama dan dilanjutkan ke stasiun-stasiun berikutnya
dengan rute sekaligus kembali ke Jatinangor. Stasiun pertama berada di jembatan yang
memotong sungai Cijurey , Desa Bantarujeg, Majalengka. Di stasiun pertama ini diamati
perbukitan antiklin, bentang alam hogback dan cuesta, serta sungai Cijurey. Lalu perjalanan
dilanjutkan ke stasiun kedua yang tidak jauh dari stasiun pertama. Di stasiun kedua ini
terdapat lapisan sedimen yang terlipatkan. Stasiun ini berada di pinggir aliran hulu sungai
Cilutung. Lalu tidak jauh dari stasiun kedua, di stasiun ketiga diamati intrusi di dekat Gunung
Ciremai dan Gunung Selak. Lalu stasiun keempat relatif sedikit jauh dari stasiun ketiga. Di
stasiun ini terdapat intrusi dan batugamping terumbu yang terangkat. Stasiun ini berlokasi di
Desa Panyingkiran, Majalengka. Lalu stasiun kelima juga berjarak relatif jauh dari stasiun
keempat dan terdapat Gunung Congkang yang merupakan breksi yang terlipat dan tererosi.
Secara umum, kondisi jalan utama yang dilalui relatif baik. Dalam mobilisasi ke beberapa
area di stasiun-stasiun, hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, dengan kondisi jalan
yang relatif sempit dan licin.
Gambar 1.1. Peta lokasi kuliah lapangan
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 12
III.5. Waktu Pelaksanaan Kuliah Lapangan
Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan harian selama kuliah lapangan dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 3.5. Susunan acara
Minggu, 27 Mei 2012
06.00 – 10.00 Menuju ke Lapangan
10.00 – 14.00 Stasiun 1- Stasiun 4 + Shalat
14.30 – 16.00 Menuju stasiun 5
16.00 – 17.30 Kembali ke Jatinangor
Jadwal yang telah disusun di atas adalah jadwal sebenarnya, walaupun tidak sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya oleh panitia disebabkan adanya
halangan berupa perjalanan yang lebih lama daripada perkiraan, adanya perubahan rute
stasiun dan lain-lain. Pelaksanaan di lapangan secara umum berjalan dengan cukup lancar.
Namun dengan jumlah peserta kuliah lapangan yang relatif sangat banyak (sekitar 220 orang)
, pengkondisian pengamatan di beberapa stasiun berjalan kurang efektif.
BAB IV
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 13
PEMBAHASAN
IV.1. Stasiun 1
Stasiun pertama berada di jembatan yang melintasi Sungai Cijurey, Desa Bantarujeg.
Stasiun ini berada pada koordinat ??????????????????????. Penulis tiba di stasiun pertama
pada pukul 09.55 dengan kondisi cuaca yang cerah. Pada stasiun ini, ada tiga hal yang
menjadi objek penelitian penulis yakni bentang alam terlipat tersesarkan, bentang alam
volkanik, dan bentang alam sungai.
Yang pertama, bentang alam terlipat dan tersesarkan ditunjukkan dengan adanya
perbukitan antiklin yang berada di sebelah utara. Perbukitan antiklin ini belum tersesarkan.
Perbukitan ini membujur dengan arah barat-timur, permukaannya ditutupi vegetasi hutan dan
batuan penyusunnya relatif kasar.
Gambar 4.1.1. Foto Perbukitan Antiklin
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 14
Gambar 4.1.2. Sketsa Perbukitan Antiklin
Lalu yang kedua ialah bentang alam vulkanik. Bentang alam volkanik ini
ditunjukkan dengan adanya pegunungan vulkanik di sebelah selatan. Bentang alam ini
membujur dengan arah barat-timur. Permukaan gunungnya ditutupi oleh vegetasi hutan.
Adanya bentang alam vulkanik ini juga ditandai oleh adanya banyak alluvial yang
terbawa oleh sungai Cijurey.
Batuan penyusun gunung berupa breksi yang merupakan material hasil
ledakannya. Batuan penyusun bagian kaki gunung didominasi oleh batulempung. Batuan
atau meterial penyusun pegunungan vulkanik yang relatif ringan dan kurang resisten akan
mengalami erosi dan terbawa oleh sungai Cijurey. Sementara material yang relatif berat
dan resisten, tidak berpindah sampai terbawa sungai, hanya sampai kaki gunung, sehingga
menghasilkan bentuk pegunungan yang khas.
Pada bentang alam ini terdapat kenampakan khas berupa hogback dan cuesta.
Hogback yang berada pada arah timur, sedangkan cuesta berada di sebelahnya pada arah
barat. Adapun hogback sendiri adalah lereng dengan bentuk yang keduanya sama-sama
terjal, dengan kemiringan perlapisan sekitar 45o. Sedangkan cuesta adalah bentukan
lereng yang tidak sama terjal, tetapi satu landai dan satu terjal. Bentukan khas ini
merupakan bagian dari bentang alam daerah terlipatkan, sehingga dapat diperkirakan
bahwa pegunungan vulkanik ini selain terbentuk karena aktivitas tektonik dan intrusi
magma, juga dipengaruhi oleh gaya-gaya endogen yang menyebabkan pegunungan
mengalami proses yang menghasilkan bentukan hogback dan cuesta.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 15
Gambar 4.1.3. Foto Bentang Alam Vulkanik dan kenampakan hogback dan cuesta
Gambar 4.1.4. Sketsa bentang Alam Vulkanik dan kenampakan hogback dan cuesta
Lalu selain itu, diamati pula sungai Cijurey yang mengalir dari arah selatan ke
arah utara. Aktivitas tektonik mengakibatkan sungai Cijurey memiliki pola yang khas
dan dengan ukuran yang relatif lebih lebar di bagian hulu. Sungai Cijurey ini
mengangkut banyak material vulkanik yang tererosi sehingga terdapat banyak endapan
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 16
alluvial sepangan aliran sungai Cijurey akibat banyak terdapat alluvium dari gunung-
gunung vulkanik di sekitar.
Pada sungai Cijurey dapat dilihat bahwa terdapat blok breksi vulkanik,
sheeting joint, lipatan seret, offset, dan keterdapatan pelapisan-pelapisan yang
tersingkap. Hal- hal tersebut merupakan bukti akan adanya aktivitas tektonik yang
aktif di daerah itu.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 17
Gambar 4.1.5. Sungai Cijurey
Gambar 4.1.6. Sketsa Sungai Cijurey
IV.2. Stasiun 2
Stasiun ini berada pada koordinat S 6˚ 57’ 50.4” dan E 108˚ 15’ 37” . Penulis tiba di
stasiun kedua pada pukul 11.30 dan dengan cuaca yang cerah. Di stasiun ini terdapat
perlapisan sedimen yang tererosi, ditunjukan oleh vegetasi penutup perlapisannya yang
sebagian telang hilang. Selain tererosi, dapat dilihat juga bahwa perlapisan ini telah
terlipatkan dan telah mengalami offset, terlihat dari lipatannya yang hampir tegak dan
terdapat pergeseran lapisan pada bagian terlipatkan. Lipatan pada perlapisan ini sudah ada
yang tererosi oleh sungai Cilutung yang mengalir tepat di sebelahnya, merupakan sungai
bagian hulu dan mengalir dari arah selatan ke utara. Erosi ini menyebabkan banyak material
batulempung yang terbawa sungai Cilutung dan banyak ditemukan di sungai Cijurey.
Pada lereng perlapisan ini juga terdapat salah satu bentukan yang merupakan bagian
dari bentang alam daerah terlipatkan, yakni cuesta. Bentang alam cuesta mencerminkan
adanya struktur akibat gaya buckling dari kanan (sebelah utara) lebih besar daripada gaya
dari kiri (sebelah selatan). Selain itu ditunjukkan juga dengan arah aliran sungainya yang
mengalir dari selatan ke utara. Bentukan ini membuat lereng di bagian utara relatif terjal
sedangkan lereng bagian selatan relatif lebih landai.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 18
Bagian lereng yang terjal ini memiliki arah kemiringan yang memotong perlapisan
dan mempunyai resiko erosi yang relatif besar. Bagian lereng yang lebih landai memiliki arah
kemiringan yang sejajar perlapisan sehingga menyebabkan bagian ini lebih resisten terhadap
erosi.
Batuan penyusun cuesta ini relatif mudah tergerus, sehingga dapat dikatakan
merupakan indikator morfovulkanik yang memiliki perlapisan yang terdiri dari perselingan
batupasir dan batulempung; dengan jumlah dominan batupasir. Selain itu, terdapat juga
dragfold yang ditopang batupasir, karena itu relatif tidak mudah tererosi dibanding
batulempung. Adanya dragfold ini merupakan tanda pertemuan tektonik yang besar di sungai
cijurey dan cilutung.
Gambar 4.2.1. Foto Perlapisan Sedimen yang Terlipatkan
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 19
Gambar 4.2.2. Sketsa Perlapisan Sedimen yang Terlipatkan
IV.3. Stasiun 3
Stasiun berikutnya yaitu stasiun tiga berada di depan gunung Ciremai. Saat sampai di
stasiun ketiga dengan pada posisi koordinat S 648’12,4” dan E 10811’09,1” penulis sampai
pada pukul 11.40 dengan cuaca didaerah tersebut yang cerah. Pada stasiun ketiga ini terdapat
produk tua dari peristiwa vulkanik, yakni intrusi. Adapun produk muda proses vulkanik ialah
breksi, tuff, dan sebagainya.
Intrusi di stasiun ketiga ini ditemukan pada dua titik. Pada di intrusi pertama di
sebelah utara, intrusi menembus batuanlempung yang teksturnya kasar, yang merupakan
formasi cinambo atas. Adapun formasi cinambo atas ini merupakan dominasi batulempung
menyerpih. Batu lempung ini relatif lapuk dan mudah tererosi, sehingga intrusi pada
batulempung ini dapat tersingkap karena batulempung yang ditembusnya telah tererosi.
Intrusinya mengandung silika menengah dan menembus tegak lurus perlapisan, maka disebut
juga intrusi dyke andesit. Sedangkan intrusi yang kedua adalah intrusi di sebelah selatan
dengan ukuran yang relatif lebih kecil dan tidak tampak perbedaan yang kontras dengan
lapisan yang ditembusnya, seperti pada intrusi yang pertama. Dapat diperkirakan bahwa
lapisan batuan yang ditembus oleh intrusi ini sebagian besar telah tererosi hingga hampir
tidak terlihat lagi. Dengan mudahnya erosi yang terjadi dapat diperkirakan bahwa batuan
yang ditembus intrusi kedua juga sama dengan intrusi yang pertama, yakni batulempung.
Intrusi di stasiun ketiga ini disebut juga Intrusi Majalengka.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 20
Munculnya intrusi merupakan tanda yang mengindikasikan adanya rekahan yang
diakibatkan adanya sesar. Hal ini membuktikan bahwa di daerah ini juga terdapat aktivitas
tektonik yang aktif. Pada intrusi ini, sesar yang terjadi adalah sesar minor. Intrusi ini
magmanya berasal dari dapur magma yang sama dengan Gunung Ciremai. Adapun dapur
magma Gunung Ciremai sama dengan Gunung Cakrabuana dan Gunung Tampomas, dan
ketiga gunung ini merupakan penghasil breksi vulkanik. Pada kaki gunung Ciremai juga
diketahui terdapat banyak pirit. Karena pirit memang banyak terbentuk di daerah yang masih
dangkal, dapat diperkirakan bahwa intrusi ini menembus sampai permukaan lapisan
batuanlempung.
Gambar 4.3.1. Foto Intrusi Majalengka
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 21
Gambar 4.3.2. Sketsa Intrusi Majalengka
IV.4. Stasiun 4
Stasiun selanjutnya adalah stasiun keempat. Stasiun keempat ini berlokasi di daerah
Desa Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Kami tiba di stasiun ini pada pukul 14.00
dengan posisi koordinat S 6 °48’12,2” dan E 108°11’8,9” dan cuaca yang cerah.
Daerah stasiun ini merupakan daerah alluvium yang dicirikan dengan adanya pedataran
di dekat sungai. Daerah ini sebagian masih berupa hutan dan sebagian telah dimanfaatkan
oleh warga sekitar untuk daerah persawahan. Daerah ini merupakan daerah gunung api muda
yang menyebabkan daerah ini menjadi subur dan berkembang dengan sumberdaya air dan
sumberdaya lainnya yang melimpah.
Ke arah utara dapat ditemukan area perbukitan kecil yang relatif sudah tererosi.
Perbukitan yang tampak beberapa dari formasi citalang, berupa batu pasir, breksi dan
konglomerat. Di daerah perbukitan tersebut ke arah barat, terdapat intrusi berupa dyke
dengan sifat andesitik. Intrusi ini relatif kecil dan memotong batulempung Subang berumur
miosen. Intrusi magma ini berasal dari dapur magma yang juga membentuk gunung di
sebelah barat.
Lalu di sebelah timur terdapat batugamping terumbu yang mengalami pengangkatan
akibat aktivitas tektonik dan proses geomorfologi sehingga batugamping terumbu ini
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 22
terangkat dan tersingkap di permukaan bumi. Batugamping ini merupakan lensa dalam
batupasir yang berasal dari laut dangkal. Batugamping ini adalah formasi Citalang dan
batupasirnya berasal dari formasi Subang, berarti batupasir memiliki umur yang lebih tua
daripada batugampingnya.
Adapun batugamping terbagi menjadi 2 jenis, yang pertama adalah batugamping
terumbu, yang merupakan batugamping yang berasal dari laut dangkal. Tersingkap apabila
telah mengalami pengangkatan. Yang kedua adalah batugamping klastik, batu gamping
klastik ini terbentuk karna proses sedimentasi namun sudah jarang ditemukan karena mudah
tererosi oleh sungai.
Ke arah selatan perbukitan terdapat hutan dan diantara perbukitan dan hutan terdapat
sungai dari hulu gunung Ciremai. Di sebelah selatan lagi juga akan ditemukan depresi yang
penyebabnya masih menjadi perdebatan. Depresi ini diduga disebabkan oleh meteroid impact
karena ada debu dari unsur luar angkasa. Selain ini diduga juga akibat adanya sesar naik.
Adanya intrusi dyke andesitik dan batugamping terumbu yang terangkat di stasiun ini
merupakan indikasi adanya sesar yang menyebabkan munculnya rekahan yang menjadi jalan
keluarnya magma. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas tektonik yang berlangsung di
stasiun ini.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 23
Gambar 4.4.1. Foto intrusi dan batugamping terumbu di Desa Panyingkiran
Gambar 4.4.2. Sketsa intrusi dan batugamping terumbu di Desa Panyingkiran
IV.5. Stasiun 5
Stasiun terakhir ini adalah stasiun kelima, yang berada di
koordinat ???????????????????? . kami tiba pada pukul 15.40 dan dengan cuaca yang cerah.
Di stasiun ini ada dua bentang alam yang diperhatikan, yaitu gunung Congkang dan pola
aliran sungai Cimanuk.
IV.5.1. Gunung Congkang
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 24
Gunung Congkang merupakan breksi yang terlipatkan. Gunung ini hanya sebagian
tertutup oleh vegetasi. Komponen breksi ini berasal dari material hasil erupsi Gunung
Tampomas, Gunung Ciremai, dan Gunung Cakrabuana yang menghasilkan breksi vulkanik.
Breksi di Gunung Congkang sebagian besar merupakan breksi sedimen hasil
longsoran bawah laut di lereng samudra yang jatuh menggelinding ke lempung yang belum
terlitifikasi. Lalu setelah terlitifikasi mengalami erosi yang di akibatkan oleh Sungai
Cimanuk. Breksi yang terlipatkan ini seberannya ada yang ke arah selatan , contohnya Pasir
Cadas Ginting dan Pasir Paregleg. Banyak terdapat perbukitan yang membentuk punggungan
dan dekat punggungan umumnya selalu ada lembahan.
Dari penelitian di stasiun ini dapat diketahui bahwa bentang alam yang lebih tinggi
morfologinya disusun oleh batuan yang lebih keras dan lebih menonjol
IV.5.2. Sungai Cimanuk
Di stasiun ini, telah diketahui bahwa terdapat punggungan dan lembahan. Di
lembahan ini mengalir sungai Cimanuk yang memiliki pola aliran anastomatik , yaitu sungai
yang memiliki ciri :
a. Banyak meandering
b. Semakin ke hilir semakin menyatu kelokannya ( terdapat oxbow lake )
c. Erosi lateral makin berkembang
d. Arah aliran cabang tidak jelas
Sungai berpola anastomotik Anastomatik memiliki :
-Point break : Pengendapan yang berada di tengah tengah pertemuan antara 2 sungai
-Sin Break : Pengendapan di sisi sungai
Diketahui juga bahwa sungai Cimanuk pernah meluap, oleh karena itu daerah
persawahan di sekitarnya subur. Ditemukan juga banyak alluvium yang bercampur dengan
hasil tambang pasir di daerah penelitian. Sungai Cimanuk mengerosi Gunung Congkang dan
gunung di selatannya.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 25
Gambar 4.5.1. Foto Gunung Congkang dan Aliran sungai Cimanuk
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 26
Gambar 4.5.2. Sketsa Gunung Congkang dan Aliran sungai Cimanuk
Gambar 4.5.3. Sketsa Perkiraan Proses terbentuknya Gunung Congkang
Gambar 4.5.4. Sketsa Aliran Sungai Cimanuk di sekitar stasiun 5
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan kelompok kami dapat memberikan beberapa kesimpulan.
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 27
Pada stasiun pertama terlihat adanya bentang alam terlipat & tersesarkan (perbukitan
antiklin) yang membujur dari barat sampai timur serta bentang alam vulkanik yang
memperlihatkan adanya hogback dan cuesta . Pada stasiun satu ini juga kelompok kami
mengamati adanya endapan alluvium di sungai Cijurey serta terdapat blok breksi volkanik ,
shheting joint , drag fold , offset dan keterdapatan perlapisan batuan yang membuktikan
adanya gerakan tektonik aktif di daerah itu .
Pada stasiun kedua terdapat perlapisan batuan sedimen yang tererosi ditunjukkan
oleh vegetasi yang sebagian hilang serta terlihat adanya lipatan yang tersesarkan atau yang
mengalami offset . Terlihat juga ada cuesta serta drag fold yang ditopang olehbatu pasir.
Pada stasiun ketiga terlihat adanya intrusi andesit yang merupakan formasi Cinambo
atas . Munculnya intrusi merupakam tanda yang mengindikasikan adanya rekahan ,yang
diakibatkan adanya sesar minor .
Pada stasiun keempat terliahat merupaka daerah alluvium yang yang dicirikan oleh
daerah pedataran yang dimanfaatkan sebagai sawah . Di stasiun keempat ini juga terlihat
adanya intrusi andesit berupa dyke serta terlihat adanya batu gamping terumbu yang
mengalami pengangkatan .
Pada stasiun kelima terlihat adanya Gunung Congkang yang komponen batuanya
terdiri dari breksi sedimen . Di stasiun ini juga terlihat adanya Sungai Cimanuk yang
memiliki pola anastomatik ( banyak mengandung meandering) . Terlihat bahwa arahaliran
cabang ini tidak jelas .
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada lima stasiun , kelompok kami dapat
menyimpulkan bahwa pada kelima stasiun terlihat adanya berbagai macam bentang alam
yang berbeda-beda dan memiliki beberapa kesamaan formasi stratigrafi di beberapa daerah
diantaranya diantaranya formasi Citalang , Subang , Kaliwangu, dan Cinambo .
DAFTAR PUSTAKA
Gena, Yunita Theresia. 2008. Geologi dan Analisis Struktur Geologi daerah Bantarujeg dan Sekitarnya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Bandung : Central Library Institute Technology Bandung. (digilib. itb. ac. id )
Haryanto, Iyan. 2003. Geologi Struktur. Jatinangor :Geologi Universitas Padjajaran
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 28
Herdiana, Cendy. 2009. Laporan Geologi Lanjut dan Kajian Khusus :Geologi dananalisis struktur Geologi Daerah Bantarujeg dan sekitarnya, KecamatanBantarujeg, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Jatinangor
Musadrifai. 2007. Profil Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggung. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (www. pu. go. id )
Putra, Rio, et. al. 2006. Laporan Kuliah Lapangan Geologi Fisik 2006 Kec.Bantarujeg, Kab. Majalengka, Prop. Jawa Barat. FMIPA :JurusanTeknik Geologi
Sulaksana, Nana dan Emi Sukiyah. 2001. Diktat Geomorfologi Jilid I. FMIPA Unpad : Lab GeomorfologidanPengindraanJauh
Whitten, D.G.A dan J.R.V. Brooks. The Penguin Dictionary of Geology. Great Britain :Hazell Watson &Viney Ltd.
Wijaya, Jajang Sukma. 2011. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Tembakau di Kec. Bantarujeg, Kab. Majalengka. UPI : Jurusan Geografi-FPIPS
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 29