41
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan sejarahnya, serta proses-proses yang terjadi di dalamnya. Geologi juga mempelajari fenomena yang terjadi saat ini dan bagaimana proses yang mengakibatkan hal tersebut, melalui intepretasi bukti-bukti yang ada dan terekam di permukaan bumi ini. Dalam memahami ilmu-ilmu yang tercakup dalam geologi, seperti geomorfologi, mengikuti perkuliahan saja tidaklah cukup. Teori yang didapat di perkuliahan biasanya bersifat ideal, sedangkan pada pengaplikasiannya apa yang kita lihat tidak demikian. Pemahaman ilmu geologi, menuntut secara langsung untuk dapat meneliti kenampakan objek-objek geologi yang terdapat di lingkungan. Karena itu, perlu dilakukan kuliah lapangan, khususnya dalam mendalami geomorfologi dengan kegiatan kuliah lapangan geomorfologi di Bantarujeg dan sekitarnya. 1.2. Maksud dan Tujuan LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012 KELOMPOK 2 GEOLOGI C 1

Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

di Bantarujeg dan sekitarnya semester 2, tahun 2012

Citation preview

Page 1: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan sejarahnya, serta

proses-proses yang terjadi di dalamnya. Geologi juga mempelajari fenomena yang

terjadi saat ini dan bagaimana proses yang mengakibatkan hal tersebut, melalui

intepretasi bukti-bukti yang ada dan terekam di permukaan bumi ini.

Dalam memahami ilmu-ilmu yang tercakup dalam geologi, seperti

geomorfologi, mengikuti perkuliahan saja tidaklah cukup. Teori yang didapat di

perkuliahan biasanya bersifat ideal, sedangkan pada pengaplikasiannya apa yang kita

lihat tidak demikian. Pemahaman ilmu geologi, menuntut secara langsung untuk dapat

meneliti kenampakan objek-objek geologi yang terdapat di lingkungan. Karena itu,

perlu dilakukan kuliah lapangan, khususnya dalam mendalami geomorfologi dengan

kegiatan kuliah lapangan geomorfologi di Bantarujeg dan sekitarnya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Kuliah lapangan geomorofologi ini diadakan dengan maksud dan tujuan,

diantaranya:

1. Membuktikan dan mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari dalam

perkuliahan,

2. Mengamati secara langsung berbagai macam roman permukaan bumi,

3. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan

mengintepretasi morfologi suatu daerah.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 1

Page 2: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

1.3. Waktu

Kuliah lapangan ini dilaksanakan selama satu hari, yakni pada hari Minggu,

27 Mei 2012. Kegiatan ini dilaksanakan di daerah Bantarujeg dan sekitarnya,

Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Kelompok kami

berangkat pada pukul 06.00 dan tiba kembali di Jatinangor pada pukul 17.30.

1.4. Lokasi

Lokasi penelitian berada di daerah Bantarujeg dan sekitarnya, Kecamatan

Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Koordinat daerah yaitu 108o

13’ 46” BT sampai 108o 17’ 02” BT , 06o 56’ 36” LS sampai 07o 00’ 00” LS. Secara

administratif, Bantarujeg termasuk dalam kabupaten Majalengka, dimana sebelah

utara berbatasan dengan kecamatan Maja, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan

Lemahsugih, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Talaga, dan sebelah selatan

berbatasan dengan kabupaten Ciamis.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 2

Page 3: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

BAB II

GEOLOGI UMUM

II.1. Geomorfologi

Geomorfologi lokasi kuliah lapangan yang terletak di Bantarujeg dan sekitarnya ini,

terbentuk dengan adanya pengaruh dari kondisi geografis daerahnya. Kondisi geografis

kecamatan Bantarujeg secara umum diantaranya memliki iklim agak basah (menurut Schmidt

Ferguson) atau iklim sedang (Junghuhn); kondisi tanahnya berjenis latosol, litosol dan

podsolik merah kuning; keadaan hidrologinya secara umum sungainya memiliki pola aliran

dendritik; dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh pertanian, perkebunan, dan

peternakan sedangkan sisanya untuk lahan bangunan.

Bentukan geomorfologi ysng terdapat di kecamatan Bantarujeg yaitu berupa bentukan

denudasional. Adapun denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga

denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Denudasi cendurung akan

menurunkan bagian permukaan bumi yang positif hingga mencapai bentuk permukaan bumi

yang hamper datar membentuk dataran nyaris (pineplain). Denudasi meliputi dua proses

utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh

proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting). Bentukan denudasional di Bantarujeg

terbentuk karena proses gradasi yang meliputi proses degradasi dan aggradasi – dimana

proses yang dominan terjadi adalah degradasi berupa pelapukan, erosi dan longsor. Adapun

pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau dekat

permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material; erosi adalah proses terlepsnya agrerat

material (tanah atau batuan lapuk) dan terpindahkannya material tersebut ke tempat lain; dan

longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah

dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

II.2. Geologi Struktur

Seperti yang kita ketahui dalam konsep dasar Geomorfologi, struktur geologi

merupakan faktor dominan dalam pembentukan bentang alam. Keberadaan struktur geologi

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 3

Page 4: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

di suatu daerah tentu memiliki pengaruh terhadap kenampakan roman permukaan bumi di

daerah tersebut. Struktur Geologi terbagi mencakup berbagai skala dan dimensi, dari mulai

struktur mikro sampai struktur makro. Struktur geologi yang dikenal secara umum adalah:

1. Sesar / patahan (fault).

2. Lipatan (fold).

3. Kekar (joint).

Van Bemmelen (1949) telah membagi Jawa Barat menjadi beberapa jalur fisiografi

dan struktural dimana daerah pemetaan termasuk pada jalur struktur geologi Zona Bogor

bagian timur yang telah terlipat kuat sehingga menghasilkan antiklinorium dengan sumbu

berarah barat timur. Di bagian utara zona ini, keadaan struktur geologinya berarah utara

karena adanya tekanan dari arah selatan. Gaya tersebut mengakibatkan perlipatan dan sesar

naik. Inti dari perlipatan ini terdiri atas batuan sedimen berumur Miosen sedangkan sayapnya

terdiri dari batuan sedimen Pliosen.

Menurut Van Bemmelen (1949) Zona Bogor telah mengalami dua kali masa periode

tektonik yaitu :

a) Periode intra Miosen atau Miosen Pliosen.

b) Periode Pliosen – Plistosen.

Pada periode tektonik intra tektonik Miosen, berlangsung pembentukan geantiklin

jawa, akibat gaya tekanan dari arah selatan terbentuk struktur lipatan dan sesar pada sedimen

di utara. Peristiwa ini terjadi setelah Formasi Cidadap diendapkan pada Miosen Tengah. Pada

Miosen Atas atau Miosen - Pliosen antklinorium ini mengalami intrusi dasit dan andesit

hornblenda, disamping itu terjadi pula ekstrusi Breksi Kumbang di ujung timur Zona Bogor.

Ketidakselarasan antara Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu yang berumur Pliosen

Bawah (Silitonga, 1973) yang terjadi pada Zona Bogor bagian utara, menandakan bahwa

pada periode Miosen – Pliosen tersebut terjadi proses perlipatan pada keseluruhan Zona

Bogor bagian utara.

Pada periode tektonik Pliosen – Pleistosen, terjadi proses perlipatan dan sesar yang

diakibatkan oleh terjadinya amblesan dibagian utara Zona Bogor yang kemudian

menimbulkan gangguan tekanan yang kuat pada Zona Bogor. Pada kala Pliosen – Pleistosen

bagian barat Zona Bogor mengalami pengangkatan dan membentuk Kaliglagah Beds yang

terdiri dari endapan klastik dan lignit dan selanjutnya Cigintung Beds terendapakan. Semua

formasi tersebut menutupi batuan terdahulu secara selaras semu (pseudo conformable).

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 4

Page 5: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Kegiatan tektonik Pliosen – Pleistosen didaerah ini mengakibatkan terjadinya sesar

terobosan komplek kromong yang andesitis dasitis. Setelah berakhir kegiatan tersebut

terbentuklah Tambakan Beds yang berumur Pleistosen Bawah dan menutupi satuan lainya

secara tidak selaras. Tidak adanya batuan yang berumur Pliosen Atas di daerah ini

menunjukan adanya kekosongan pengendapan batuan. Pada kala Pleistosen Tengah sampai

Atas di Zona Bogor bagian tengah dan timur terbentuk endapan Vulkanik tua (Gunung

Slamet tua) dan Vulkanik muda dari Gunung Ciremai, selanjutnya disusul oleh aktifitas pada

Pleistosen Atas yang menghasilkan Linggopodo Beds dan diikuti lagi oleh kegiatan Vulkanik

Resen dari Gunung Ciremai sehingga terbentuk endapan Vulkanik muda ke bagian utara

zona tersebut. Tekanan tersebut menimbulkan struktur perlipatan dan sesar naik dibagian

Zona Bogor yang dikenal sebagai “Baribis thrust”.

Struktur geologi yang berkembang di daerah Bantarujeg dan sekitarnya terdiri dari

sesar naik, yaitu : sesar naik Cengal, sesar naik, sesar naik Cirelek, sesar naik Cikuya, sesar

naik Cipeteuy, sesar naik Cilutung serta sesar Mengiri Cilutung, sesar Mengiri Cipeteuy, dan

Antilklin Cisuluheun sebagai struktur penyerta.

Adapun sesar adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang jelas. Pergeseran

ini dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter dan panjangnya dapat

mencapai beberapa desimeter hingga ribuan meter. sesar dapat terjadi pada segala jenis

batuan. akibat terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah perkembangan topografi,

mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi batuan dan sebagainya;

sesar naik adalah sesar yang hanging wall-nya relatif bergerak naik terhadap footwall; sesar

mengiri adalah sesar yang salah satu blok batuan bagian kiri relatif bergerak terhadap

pengamat; antiklin adalah salah satu jenis lipatan yang terjadi akibat gaya bukling atau yang

searah dengan perlapisan.

III.3. Stratigrafi

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi

perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.

Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih

lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 5

Page 6: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas

penyebaran lapisan batuan.

Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum

dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah penelitian dan

diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.

Stratigrafi daerah Bantarujeg dan sekitarnya dikelompokkan menjadi delapan satuan,

yakni:

1. Satuan batupasir-batulempung A yang disebandingkan dengan anggot formasi

Cinambo

2. Satuan batulempung-batupasir A yang disebandingkan dengan batulempung

formasi Cinambo

3. Satuan breksi-batupasir yang disebandingkan dengan formasi Cantayan

4. Satuan batupasi-batulempung B yang disebandingkan dengan formasi Kaliwangu

5. Satuan batulempung-batupasir B yang disebandingkan dengan formasi Subang

6. Satuan Intrusi

7. Satuan BreksiVolkanik yang disebandingkan dengan formasi Citalang

8. Endapan alluvial

Van Bemmelen (1949) telah mengurutkan stratigrafi Zona Bogor bagian tengah

dan timur dengan batuan tertua Anggota Pemali Bawah yang berumur Oligosen

sampai Miosen Bawah, dengan fosil penunjuk foraminifera besar Spiroclypeus sp.

Ciri litologinya adalah perlapisan batulempung, napal, serpih dengan sisipan batupasir

kuarsa dan batugamping.

Di atas formasi itu diendapkan batuan dari Formasi Pemali Anggota Atas yang

dikenal dengan kompleks Annulatus (Annulatus Complex), yang berumur Miosen

Bawah bagian atas sampai Miosen Tengah bagian bawah. Formasi ini terbagi kedalam

fasies utara dan fasies selatan. Fasies utara terdiri dari batupasir kuarsa, napal,

batulempung, serpih, tuff, dan batugamping Kelapanunggal. Sedangkan fasies selatan

terdiri dari batupasir kuarsa, lapisan tipis batubara, batugamping napalan, dan sisipan

hasil erupsi gunungapi. Batuan-batuan tersebut sebagian besar diperkirakan berasal

dari Dataran Sunda,yang interlikasi dengan batuan volkanik dari selatan. Dalam

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 6

Page 7: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Fasies tersebut banyak ditemukan fosil foraminifera besar cycloclypeus /

Katacycloclypeus Annulutus MARTIN, cycloclypeus sp.,Lepidocyclina sp.,dan

Miogypsina sp..

Di atas Formasi Pemali secara selaras diendapkan Formasi Cidadap atau disebut juga

Formasi Halang bagian atas, yang terdiri dari batulempung, serpih dengan fasies laut

yang tersebar di bagian utara, breksi volkanik, dan batupasir tufaan yang tersebar di

bagian selatan. Ketebalan lapisan ini diperkirakan 1200 – 1500 meter di Zona bogor

bagian tengah, dan sekitar 1500 – 2500 meter di Zona Bogor bagian timur.

Mengandung fosil Lepidocylina sp., yang berumur Miosen Tengah bagian atas.

Di atas Formasi Cidadap diendapkan secara tidak selaras batuan yang merupakan

hasil kegiatan volkanik yang disertai dengan intrusi-intrusi hornblenda, andesit, dasit,

diorit, dan kuarsa yang dikenal dengan nama Breksi Kumbang yang berumur Miosen

Atas.

Secara selaras diatas Breksi Kumbang diendapkan Formasi Kaliwangu yang terdiri

dari serpih, batulempung, napal, batupasir tuffan, andesitik, dasitik, konglomerat, dan

breksi, serta lapisan tipis batubara muda, berumur Pliosen Bawah. Fosil yang

ditemukan adalah Molusca chirebonian dan fauna vertebrata Cijulang bagian atas.

Secara selaras diatas Formasi Kaliwangu diendapkan Formasi Ciherang yang

berumur Pliosen Atas. Diatas Formasi Ciherang diendapkan secara tidak selaras

Formasi Tambakan yang merupakan hasil gunungapi yang berumur Pleistosen

Bawah.

Produk termuda dari stratigrafi ini adalah endapan aluvium yang diendapkan diatas

formasi – formasi lainnya.

Djuri (1973), dalam Peta Geologi Lembar Arjawinangun menyebutkan dari batuan

tertua sampai yang termuda sebagai berikut : Formasi Cinambo, Batugamping

Kompleks Kromong, Formasi Halang, Formasi Subang, Formasi Kaliwangu, Formasi

Citalang, Breksi terlipat, Hasil Gunungapi Tua, Hasil Gunungapi Muda, dan Aluvium.

Formasi tertua adalah Formasi Cinambo, yang berdasarkan kandungan fosil

foraminifera adalah berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. Formasi ini

dibagi dua, yaitu: Anggota Batupasir (bagian bawah), dan Anggota Serpih (bagian

atas). Angota Batupasir terdiri dari graywake, yang mempunyai ciri perlapisan tebal

dengan sisipan serpih, batulempung tipis, batupasir gampingan, tuf, batulempung, dan

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 7

Page 8: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

batulanau. Anggota Serpih terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir,

batugamping, batupasir gampingan, dan batupasir tufaan.

Diatas Formasi Cinambo diendapkan secara selaras Batugamping Kompleks

Kromong, yang terdiri dari batugamping, batulempung, batupasir gampingan, dan

batupasir tufaan. Formasi ini berumur Miosen Tengah.

Secara selaras diatas Batugamping Kompleks Kromong diendapkan Formasi Halang,

yang terdiri dari Anggota Halang Bawah, dan Anggota Halang Atas. Anggota Halang

Bawah terdiri dari breksi gunungapi yang bersifat andesitik sampai basaltik,

batulempung, tuf dan konglomerat. Anggota Halang Atas terdiri dari batupasir tufaan,

batulempung, dan konglomerat. Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen

Atas.

Diatas Formasi Halang secara selaras diendapkan Formasi Subang, yang terdiri dari

batulempung yang mempunyai sisipan batugamping yang berwarna abu-abu tua dan

kadang-kadang dijumpai sisipan batupasir glaukonit yang berwarna hijau. Formasi ini

berumur Miosen Atas.

Kemudian secara tidak selaras diatas Formasi Subang diendapkan Formasi

Kaliwangu, yang terdiri dari batulempung yang mengandung moluska, konglomerat

dengan lensa-lensa batupasir dan sisipan batupasir tuffan dan kadang-kadang

ditemukan lapisan batupasir gampingan, dan batugamping. Formasi ini berumur

Pliosen Bawah.

Diatas Formasi Kaliwangu secara selaras diendapkan Formasi Citalang yang terdiri

batugamping koral, batupasir, batupasir tufaan, batulempung tufaan, konglomerat, dan

kadang-kadang dijumpai lensa-lensa batupasir gampingan yang padu. Formasi ini

berumur Pliosen Tengah sampai Pliosen Atas.

Diatas Formasi Citalang secara tidak selaras terdapat Breksi terlipat yaang terdiri dari

breksi gunungapi yang bersifat andesitik, breksi tufaan, batupasir kasar, batulempung

tufaan, dan graywacke. Batuan ini berumur Pleistosen Bawah.

Kemudian Endapan Hasil Gunungapi Tua menutupi Breksi Terlipat secara selaras.

Endapan Gunungapi Tua terdiri dari breksi lahar, lava andesitik sampai basaltik.

Endapan ini berumur Pleistosen Tengah sampai Pleistosen Atas.

Kemudian secara selaras diatas Endapan Gunungapi Tua diendapkan Endapan

Gunungapi Muda yang terdiri dari breksi lahar, batupasir tufaan, lapili, lava andesitik

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 8

Page 9: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

sampai basaltik. Endapan ini diperkirakan hasil dari produk Gunungapi Ciremai, dan

Gunungapi Tampomas. Batuan ini berumurPleistosen Atas sampai Holosen Bawah.

UMUR STRATIGRAFI LITOLOGI

HO

LO

SE

N

BAWAHAluvium hasil

gunungapi muda

Lempung, lanau, pasir, kerikil, lava, batuan

gunungapi tak teruraikan.

PL

IST

OS

EN

ATAS

Hasil gunungapi tuaLava, breksi, breksi kompleks Kromong, batuan

gunungapi tua tak teruraikan.TENGAH

BAWAH

Batupasir tuffan,

lempung,dankonglo

merat dataran pantai

Lapisan – lapisan batupasir tuffan, pasir, lanau

tuffan, lempung, konglomerat,breksi tuffan

mengandung batuapung

PL

IOS

EN

ATAS

Formasi Citalang

Batupasir tuffan berwarna coklat muda,

lemoung tuffan, konglomerat, kadang – kadang

ditemukan lensa – lensa batupasir gampingan

yang keras, lensa gamping, batugamping koral

berwarna kuning sampai coklat.

TENGAH

BAWAH Formasi Kaliwangu

Batulempung dengan sisipan batupasir tuffan,

konglomerat, kadang – kadang ditemukan

lapisan – lapisan batupasir gampingan dan

batugamping

MIO

SE

N

ATAS

Formasi Subang

Anggota batulempung – batulempung

mengandung lapisan batugamping abu – abu tua

kadang – kadang ditemukan sisipan batupasir

glaukonit hijau.

Formasi Halang

Batupasir tuffan, lempung, konglomerat,

batupasir merupakan bagian yang utama, breksi

gunungapi yang bersifat andesit dan basalt

ditemukan tuff, lempung, serta konglomerat

TENGAH

ATAS Batugamping

Kompleks Kromong

Batugamping terumbu, berwarna kuning kotor

sampai kecoklatan.

BAWAH

Formasi Cinambo

Batulempung dengan selingan batupasir dan

gamping, batupasir gampingan, dan batupasir

tuffan ( 400 – 500 m ) Anggota batupasir

greywacke dengan timbulan tinggi, batupasir

gampingan, tuffalempung, lanau greywacke

mempunyai ciri lapisan tebal.

BAWAH ATAS

Tabel 2.3.1 Tabel Formasi lembar Arjawinangun (Djuri, 1973)

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 9

Page 10: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

BAB III

OBSERVASI LAPANGAN

III.1. Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada kuliah lapangan Geomorfologi ini adalah bentuk

geomorfologinya, meliputi bentang alam maupun proses-proses geomorfologi yang

diperkirakan terjadi di daerah penelitian.

III.2. Langkah-Langkah Penelitian

Secara garis besar pelaksanaan penelitian kuliah lapangan ini dibagi kedalam lima

tahapan, yaitu :

1. Tahap persiapan,

2. Tahap pekerjaan kuliah lapangan,

3. Tahap penyusunan laporan

III.2.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan sebelum kuliah lapangan dilaksanakan. Pada tahap

persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah oleh masing-masing kelompok adalah

mempersiapkan peralatan lapangan dan menyusun laporan awal kuliah lapangan

untuk masing-masing anggota kelompok supaya saat dilakukan kuliah lapangan

sudah ada gambaran umum mengenai objek-objek yang ada di stasiun-stasiun

tersebut.

III.2.2 Tahap pekerjaan kuliah lapangan

Dalam pelaksanaan kuliah lapangan, terdapat beberapa langkah yang

dilakukan. Yang pertama, kelompok kami menentukan koordinat lokasi tempat

stasiun dengan menggunakan GPS, supaya kelompok kami dapat mengetahui posisi

stasiun-stasiun tersebut di peta. Setelah mengetahui koordinat stasiun, kelompok

kami memulai pengamatan. Tahap ini meliputi banyak kegiatan seperti

mendengarkan pengarahan dan penjelasan mengenai bentang alam yang ada dan

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 10

Page 11: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

mencatat data keterangan yang telah dijabarkan untuk menjadi dasar dalam

pengamatan. Setelah itu, bentang alam yang diamati diambil fotonya secara

menyeluruh. Lalu digambar pula sketsa bentang alam tersebut dengan

mencantumkan desktripsi dan keterangan yang diperoleh dalam pengamatan

tersebut. Di samping itu, dilakukan juga diskusi jika memungkinkan dengan rekan

kelompok kuliah lapangan tentang interpretasi kenampakan bentang alam yang ada.

III.2.3 Tahap Penyusunan Laporan

Setelah melaksanakan kuliah lapangan, kelompok kami harus menyusun laporan

dengan terlebih dahulu mengumpulkan data dari semua catatan lapangan tiap anggota

kelompok dan mendiskusikan data hasil pengamatan. Setelah didiskusikan, hasil dari

data digunakan untuk bahan pembuatan laporan kemudian laporan kuliah lapangan

dibuat sasuai format yang telah ditentukan.

III.3. Alat-Alat yang Digunakan

Dalam kuliah lapangan geomorfologi ini diperlukan beberapa macam alat,

diantaranya adalah alat tulis dan buku catatan lapangan untuk menulis data , deskripsi dan

berbagai informasi yang diperoleh di lapangan dan untuk menggambar sketsa; kamera untuk

mendokumentasikan bentang alam yang ada di setipa stasiun; Global Position Sytem (GPS)

untuk menentukan posisi koordinat stasiun di peta; dan papan dada untuk alas menulis atau

clipboard.

III.4. Jalur Penelitian dan Kesampaian Lokasi

Kuliah lapangan Geomorfologi ini berawal dari daerah Bantarujeg dengan koordinat

lokasi kuliah lapangan adalah 108o 13’ 46” BT sampai 108o 17’ 02” BT , 06o 56’ 36” LS

sampai 07o 00’ 00” LS (sebagian lembar peta BAKOSURTANAL lembar 1309-112 dan

1309-121) yang kemudian dilanjutkan ke daerah-daerah lain yang berada sepanjang

perjalanan ke Jatinangor melalui Majalengka.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 11

Page 12: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Lokasi kuliah lapangan ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau bus selama

4 jam dari jatinangor sampai stasiun pertama dan dilanjutkan ke stasiun-stasiun berikutnya

dengan rute sekaligus kembali ke Jatinangor. Stasiun pertama berada di jembatan yang

memotong sungai Cijurey , Desa Bantarujeg, Majalengka. Di stasiun pertama ini diamati

perbukitan antiklin, bentang alam hogback dan cuesta, serta sungai Cijurey. Lalu perjalanan

dilanjutkan ke stasiun kedua yang tidak jauh dari stasiun pertama. Di stasiun kedua ini

terdapat lapisan sedimen yang terlipatkan. Stasiun ini berada di pinggir aliran hulu sungai

Cilutung. Lalu tidak jauh dari stasiun kedua, di stasiun ketiga diamati intrusi di dekat Gunung

Ciremai dan Gunung Selak. Lalu stasiun keempat relatif sedikit jauh dari stasiun ketiga. Di

stasiun ini terdapat intrusi dan batugamping terumbu yang terangkat. Stasiun ini berlokasi di

Desa Panyingkiran, Majalengka. Lalu stasiun kelima juga berjarak relatif jauh dari stasiun

keempat dan terdapat Gunung Congkang yang merupakan breksi yang terlipat dan tererosi.

Secara umum, kondisi jalan utama yang dilalui relatif baik. Dalam mobilisasi ke beberapa

area di stasiun-stasiun, hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, dengan kondisi jalan

yang relatif sempit dan licin.

Gambar 1.1. Peta lokasi kuliah lapangan

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 12

Page 13: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

III.5. Waktu Pelaksanaan Kuliah Lapangan

Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan harian selama kuliah lapangan dengan perincian

sebagai berikut :

Tabel 3.5. Susunan acara

Minggu, 27 Mei 2012

06.00 – 10.00 Menuju ke Lapangan

10.00 – 14.00 Stasiun 1- Stasiun 4 + Shalat

14.30 – 16.00 Menuju stasiun 5

16.00 – 17.30 Kembali ke Jatinangor

Jadwal yang telah disusun di atas adalah jadwal sebenarnya, walaupun tidak sesuai

dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya oleh panitia disebabkan adanya

halangan berupa perjalanan yang lebih lama daripada perkiraan, adanya perubahan rute

stasiun dan lain-lain. Pelaksanaan di lapangan secara umum berjalan dengan cukup lancar.

Namun dengan jumlah peserta kuliah lapangan yang relatif sangat banyak (sekitar 220 orang)

, pengkondisian pengamatan di beberapa stasiun berjalan kurang efektif.

BAB IV

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 13

Page 14: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

PEMBAHASAN

IV.1. Stasiun 1

Stasiun pertama berada di jembatan yang melintasi Sungai Cijurey, Desa Bantarujeg.

Stasiun ini berada pada koordinat ??????????????????????. Penulis tiba di stasiun pertama

pada pukul 09.55 dengan kondisi cuaca yang cerah. Pada stasiun ini, ada tiga hal yang

menjadi objek penelitian penulis yakni bentang alam terlipat tersesarkan, bentang alam

volkanik, dan bentang alam sungai.

Yang pertama, bentang alam terlipat dan tersesarkan ditunjukkan dengan adanya

perbukitan antiklin yang berada di sebelah utara. Perbukitan antiklin ini belum tersesarkan.

Perbukitan ini membujur dengan arah barat-timur, permukaannya ditutupi vegetasi hutan dan

batuan penyusunnya relatif kasar.

Gambar 4.1.1. Foto Perbukitan Antiklin

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 14

Page 15: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.1.2. Sketsa Perbukitan Antiklin

Lalu yang kedua ialah bentang alam vulkanik. Bentang alam volkanik ini

ditunjukkan dengan adanya pegunungan vulkanik di sebelah selatan. Bentang alam ini

membujur dengan arah barat-timur. Permukaan gunungnya ditutupi oleh vegetasi hutan.

Adanya bentang alam vulkanik ini juga ditandai oleh adanya banyak alluvial yang

terbawa oleh sungai Cijurey.

Batuan penyusun gunung berupa breksi yang merupakan material hasil

ledakannya. Batuan penyusun bagian kaki gunung didominasi oleh batulempung. Batuan

atau meterial penyusun pegunungan vulkanik yang relatif ringan dan kurang resisten akan

mengalami erosi dan terbawa oleh sungai Cijurey. Sementara material yang relatif berat

dan resisten, tidak berpindah sampai terbawa sungai, hanya sampai kaki gunung, sehingga

menghasilkan bentuk pegunungan yang khas.

Pada bentang alam ini terdapat kenampakan khas berupa hogback dan cuesta.

Hogback yang berada pada arah timur, sedangkan cuesta berada di sebelahnya pada arah

barat. Adapun hogback sendiri adalah lereng dengan bentuk yang keduanya sama-sama

terjal, dengan kemiringan perlapisan sekitar 45o. Sedangkan cuesta adalah bentukan

lereng yang tidak sama terjal, tetapi satu landai dan satu terjal. Bentukan khas ini

merupakan bagian dari bentang alam daerah terlipatkan, sehingga dapat diperkirakan

bahwa pegunungan vulkanik ini selain terbentuk karena aktivitas tektonik dan intrusi

magma, juga dipengaruhi oleh gaya-gaya endogen yang menyebabkan pegunungan

mengalami proses yang menghasilkan bentukan hogback dan cuesta.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 15

Page 16: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.1.3. Foto Bentang Alam Vulkanik dan kenampakan hogback dan cuesta

Gambar 4.1.4. Sketsa bentang Alam Vulkanik dan kenampakan hogback dan cuesta

Lalu selain itu, diamati pula sungai Cijurey yang mengalir dari arah selatan ke

arah utara. Aktivitas tektonik mengakibatkan sungai Cijurey memiliki pola yang khas

dan dengan ukuran yang relatif lebih lebar di bagian hulu. Sungai Cijurey ini

mengangkut banyak material vulkanik yang tererosi sehingga terdapat banyak endapan

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 16

Page 17: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

alluvial sepangan aliran sungai Cijurey akibat banyak terdapat alluvium dari gunung-

gunung vulkanik di sekitar.

Pada sungai Cijurey dapat dilihat bahwa terdapat blok breksi vulkanik,

sheeting joint, lipatan seret, offset, dan keterdapatan pelapisan-pelapisan yang

tersingkap. Hal- hal tersebut merupakan bukti akan adanya aktivitas tektonik yang

aktif di daerah itu.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 17

Page 18: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.1.5. Sungai Cijurey

Gambar 4.1.6. Sketsa Sungai Cijurey

IV.2. Stasiun 2

Stasiun ini berada pada koordinat S 6˚ 57’ 50.4” dan E 108˚ 15’ 37” . Penulis tiba di

stasiun kedua pada pukul 11.30 dan dengan cuaca yang cerah. Di stasiun ini terdapat

perlapisan sedimen yang tererosi, ditunjukan oleh vegetasi penutup perlapisannya yang

sebagian telang hilang. Selain tererosi, dapat dilihat juga bahwa perlapisan ini telah

terlipatkan dan telah mengalami offset, terlihat dari lipatannya yang hampir tegak dan

terdapat pergeseran lapisan pada bagian terlipatkan. Lipatan pada perlapisan ini sudah ada

yang tererosi oleh sungai Cilutung yang mengalir tepat di sebelahnya, merupakan sungai

bagian hulu dan mengalir dari arah selatan ke utara. Erosi ini menyebabkan banyak material

batulempung yang terbawa sungai Cilutung dan banyak ditemukan di sungai Cijurey.

Pada lereng perlapisan ini juga terdapat salah satu bentukan yang merupakan bagian

dari bentang alam daerah terlipatkan, yakni cuesta. Bentang alam cuesta mencerminkan

adanya struktur akibat gaya buckling dari kanan (sebelah utara) lebih besar daripada gaya

dari kiri (sebelah selatan). Selain itu ditunjukkan juga dengan arah aliran sungainya yang

mengalir dari selatan ke utara. Bentukan ini membuat lereng di bagian utara relatif terjal

sedangkan lereng bagian selatan relatif lebih landai.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 18

Page 19: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Bagian lereng yang terjal ini memiliki arah kemiringan yang memotong perlapisan

dan mempunyai resiko erosi yang relatif besar. Bagian lereng yang lebih landai memiliki arah

kemiringan yang sejajar perlapisan sehingga menyebabkan bagian ini lebih resisten terhadap

erosi.

Batuan penyusun cuesta ini relatif mudah tergerus, sehingga dapat dikatakan

merupakan indikator morfovulkanik yang memiliki perlapisan yang terdiri dari perselingan

batupasir dan batulempung; dengan jumlah dominan batupasir. Selain itu, terdapat juga

dragfold yang ditopang batupasir, karena itu relatif tidak mudah tererosi dibanding

batulempung. Adanya dragfold ini merupakan tanda pertemuan tektonik yang besar di sungai

cijurey dan cilutung.

Gambar 4.2.1. Foto Perlapisan Sedimen yang Terlipatkan

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 19

Page 20: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.2.2. Sketsa Perlapisan Sedimen yang Terlipatkan

IV.3. Stasiun 3

Stasiun berikutnya yaitu stasiun tiga berada di depan gunung Ciremai. Saat sampai di

stasiun ketiga dengan pada posisi koordinat S 648’12,4” dan E 10811’09,1” penulis sampai

pada pukul 11.40 dengan cuaca didaerah tersebut yang cerah. Pada stasiun ketiga ini terdapat

produk tua dari peristiwa vulkanik, yakni intrusi. Adapun produk muda proses vulkanik ialah

breksi, tuff, dan sebagainya.

Intrusi di stasiun ketiga ini ditemukan pada dua titik. Pada di intrusi pertama di

sebelah utara, intrusi menembus batuanlempung yang teksturnya kasar, yang merupakan

formasi cinambo atas. Adapun formasi cinambo atas ini merupakan dominasi batulempung

menyerpih. Batu lempung ini relatif lapuk dan mudah tererosi, sehingga intrusi pada

batulempung ini dapat tersingkap karena batulempung yang ditembusnya telah tererosi.

Intrusinya mengandung silika menengah dan menembus tegak lurus perlapisan, maka disebut

juga intrusi dyke andesit. Sedangkan intrusi yang kedua adalah intrusi di sebelah selatan

dengan ukuran yang relatif lebih kecil dan tidak tampak perbedaan yang kontras dengan

lapisan yang ditembusnya, seperti pada intrusi yang pertama. Dapat diperkirakan bahwa

lapisan batuan yang ditembus oleh intrusi ini sebagian besar telah tererosi hingga hampir

tidak terlihat lagi. Dengan mudahnya erosi yang terjadi dapat diperkirakan bahwa batuan

yang ditembus intrusi kedua juga sama dengan intrusi yang pertama, yakni batulempung.

Intrusi di stasiun ketiga ini disebut juga Intrusi Majalengka.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 20

Page 21: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Munculnya intrusi merupakan tanda yang mengindikasikan adanya rekahan yang

diakibatkan adanya sesar. Hal ini membuktikan bahwa di daerah ini juga terdapat aktivitas

tektonik yang aktif. Pada intrusi ini, sesar yang terjadi adalah sesar minor. Intrusi ini

magmanya berasal dari dapur magma yang sama dengan Gunung Ciremai. Adapun dapur

magma Gunung Ciremai sama dengan Gunung Cakrabuana dan Gunung Tampomas, dan

ketiga gunung ini merupakan penghasil breksi vulkanik. Pada kaki gunung Ciremai juga

diketahui terdapat banyak pirit. Karena pirit memang banyak terbentuk di daerah yang masih

dangkal, dapat diperkirakan bahwa intrusi ini menembus sampai permukaan lapisan

batuanlempung.

Gambar 4.3.1. Foto Intrusi Majalengka

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 21

Page 22: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.3.2. Sketsa Intrusi Majalengka

IV.4. Stasiun 4

Stasiun selanjutnya adalah stasiun keempat. Stasiun keempat ini berlokasi di daerah

Desa Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Kami tiba di stasiun ini pada pukul 14.00

dengan posisi koordinat S 6 °48’12,2” dan E 108°11’8,9” dan cuaca yang cerah.

Daerah stasiun ini merupakan daerah alluvium yang dicirikan dengan adanya pedataran

di dekat sungai. Daerah ini sebagian masih berupa hutan dan sebagian telah dimanfaatkan

oleh warga sekitar untuk daerah persawahan. Daerah ini merupakan daerah gunung api muda

yang menyebabkan daerah ini menjadi subur dan berkembang dengan sumberdaya air dan

sumberdaya lainnya yang melimpah.

Ke arah utara dapat ditemukan area perbukitan kecil yang relatif sudah tererosi.

Perbukitan yang tampak beberapa dari formasi citalang, berupa batu pasir, breksi dan

konglomerat. Di daerah perbukitan tersebut ke arah barat, terdapat intrusi berupa dyke

dengan sifat andesitik. Intrusi ini relatif kecil dan memotong batulempung Subang berumur

miosen. Intrusi magma ini berasal dari dapur magma yang juga membentuk gunung di

sebelah barat.

Lalu di sebelah timur terdapat batugamping terumbu yang mengalami pengangkatan

akibat aktivitas tektonik dan proses geomorfologi sehingga batugamping terumbu ini

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 22

Page 23: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

terangkat dan tersingkap di permukaan bumi. Batugamping ini merupakan lensa dalam

batupasir yang berasal dari laut dangkal. Batugamping ini adalah formasi Citalang dan

batupasirnya berasal dari formasi Subang, berarti batupasir memiliki umur yang lebih tua

daripada batugampingnya.

Adapun batugamping terbagi menjadi 2 jenis, yang pertama adalah batugamping

terumbu, yang merupakan batugamping yang berasal dari laut dangkal. Tersingkap apabila

telah mengalami pengangkatan. Yang kedua adalah batugamping klastik, batu gamping

klastik ini terbentuk karna proses sedimentasi namun sudah jarang ditemukan karena mudah

tererosi oleh sungai.

Ke arah selatan perbukitan terdapat hutan dan diantara perbukitan dan hutan terdapat

sungai dari hulu gunung Ciremai. Di sebelah selatan lagi juga akan ditemukan depresi yang

penyebabnya masih menjadi perdebatan. Depresi ini diduga disebabkan oleh meteroid impact

karena ada debu dari unsur luar angkasa. Selain ini diduga juga akibat adanya sesar naik.

Adanya intrusi dyke andesitik dan batugamping terumbu yang terangkat di stasiun ini

merupakan indikasi adanya sesar yang menyebabkan munculnya rekahan yang menjadi jalan

keluarnya magma. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas tektonik yang berlangsung di

stasiun ini.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 23

Page 24: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.4.1. Foto intrusi dan batugamping terumbu di Desa Panyingkiran

Gambar 4.4.2. Sketsa intrusi dan batugamping terumbu di Desa Panyingkiran

IV.5. Stasiun 5

Stasiun terakhir ini adalah stasiun kelima, yang berada di

koordinat ???????????????????? . kami tiba pada pukul 15.40 dan dengan cuaca yang cerah.

Di stasiun ini ada dua bentang alam yang diperhatikan, yaitu gunung Congkang dan pola

aliran sungai Cimanuk.

IV.5.1. Gunung Congkang

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 24

Page 25: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gunung Congkang merupakan breksi yang terlipatkan. Gunung ini hanya sebagian

tertutup oleh vegetasi. Komponen breksi ini berasal dari material hasil erupsi Gunung

Tampomas, Gunung Ciremai, dan Gunung Cakrabuana yang menghasilkan breksi vulkanik.

Breksi di Gunung Congkang sebagian besar merupakan breksi sedimen hasil

longsoran bawah laut di lereng samudra yang jatuh menggelinding ke lempung yang belum

terlitifikasi. Lalu setelah terlitifikasi mengalami erosi yang di akibatkan oleh Sungai

Cimanuk. Breksi yang terlipatkan ini seberannya ada yang ke arah selatan , contohnya Pasir

Cadas Ginting dan Pasir Paregleg. Banyak terdapat perbukitan yang membentuk punggungan

dan dekat punggungan umumnya selalu ada lembahan.

Dari penelitian di stasiun ini dapat diketahui bahwa bentang alam yang lebih tinggi

morfologinya disusun oleh batuan yang lebih keras dan lebih menonjol

IV.5.2. Sungai Cimanuk

Di stasiun ini, telah diketahui bahwa terdapat punggungan dan lembahan. Di

lembahan ini mengalir sungai Cimanuk yang memiliki pola aliran anastomatik , yaitu sungai

yang memiliki ciri :

a. Banyak meandering

b. Semakin ke hilir semakin menyatu kelokannya ( terdapat oxbow lake )

c. Erosi lateral makin berkembang

d. Arah aliran cabang tidak jelas

Sungai berpola anastomotik Anastomatik memiliki :

-Point break : Pengendapan yang berada di tengah tengah pertemuan antara 2 sungai

-Sin Break : Pengendapan di sisi sungai

Diketahui juga bahwa sungai Cimanuk pernah meluap, oleh karena itu daerah

persawahan di sekitarnya subur. Ditemukan juga banyak alluvium yang bercampur dengan

hasil tambang pasir di daerah penelitian. Sungai Cimanuk mengerosi Gunung Congkang dan

gunung di selatannya.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 25

Page 26: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.5.1. Foto Gunung Congkang dan Aliran sungai Cimanuk

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 26

Page 27: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Gambar 4.5.2. Sketsa Gunung Congkang dan Aliran sungai Cimanuk

Gambar 4.5.3. Sketsa Perkiraan Proses terbentuknya Gunung Congkang

Gambar 4.5.4. Sketsa Aliran Sungai Cimanuk di sekitar stasiun 5

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan kelompok kami dapat memberikan beberapa kesimpulan.

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 27

Page 28: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Pada stasiun pertama terlihat adanya bentang alam terlipat & tersesarkan (perbukitan

antiklin) yang membujur dari barat sampai timur serta bentang alam vulkanik yang

memperlihatkan adanya hogback dan cuesta . Pada stasiun satu ini juga kelompok kami

mengamati adanya endapan alluvium di sungai Cijurey serta terdapat blok breksi volkanik ,

shheting joint , drag fold , offset dan keterdapatan perlapisan batuan yang membuktikan

adanya gerakan tektonik aktif di daerah itu .

Pada stasiun kedua terdapat perlapisan batuan sedimen yang tererosi ditunjukkan

oleh vegetasi yang sebagian hilang serta terlihat adanya lipatan yang tersesarkan atau yang

mengalami offset . Terlihat juga ada cuesta serta drag fold yang ditopang olehbatu pasir.

Pada stasiun ketiga terlihat adanya intrusi andesit yang merupakan formasi Cinambo

atas . Munculnya intrusi merupakam tanda yang mengindikasikan adanya rekahan ,yang

diakibatkan adanya sesar minor .

Pada stasiun keempat terliahat merupaka daerah alluvium yang yang dicirikan oleh

daerah pedataran yang dimanfaatkan sebagai sawah . Di stasiun keempat ini juga terlihat

adanya intrusi andesit berupa dyke serta terlihat adanya batu gamping terumbu yang

mengalami pengangkatan .

Pada stasiun kelima terlihat adanya Gunung Congkang yang komponen batuanya

terdiri dari breksi sedimen . Di stasiun ini juga terlihat adanya Sungai Cimanuk yang

memiliki pola anastomatik ( banyak mengandung meandering) . Terlihat bahwa arahaliran

cabang ini tidak jelas .

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada lima stasiun , kelompok kami dapat

menyimpulkan bahwa pada kelima stasiun terlihat adanya berbagai macam bentang alam

yang berbeda-beda dan memiliki beberapa kesamaan formasi stratigrafi di beberapa daerah

diantaranya diantaranya formasi Citalang , Subang , Kaliwangu, dan Cinambo .

DAFTAR PUSTAKA

Gena, Yunita Theresia. 2008. Geologi dan Analisis Struktur Geologi daerah Bantarujeg dan Sekitarnya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Bandung : Central Library Institute Technology Bandung. (digilib. itb. ac. id )

Haryanto, Iyan. 2003. Geologi Struktur. Jatinangor :Geologi Universitas Padjajaran

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 28

Page 29: Laporan Kuliah Lapangan Geomorfologi (isi)

Herdiana, Cendy. 2009. Laporan Geologi Lanjut dan Kajian Khusus :Geologi dananalisis struktur Geologi Daerah Bantarujeg dan sekitarnya, KecamatanBantarujeg, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Jatinangor

Musadrifai. 2007. Profil Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggung. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (www. pu. go. id )

Putra, Rio, et. al. 2006. Laporan Kuliah Lapangan Geologi Fisik 2006 Kec.Bantarujeg, Kab. Majalengka, Prop. Jawa Barat. FMIPA :JurusanTeknik Geologi

Sulaksana, Nana dan Emi Sukiyah. 2001. Diktat Geomorfologi Jilid I. FMIPA Unpad : Lab GeomorfologidanPengindraanJauh

Whitten, D.G.A dan J.R.V. Brooks. The Penguin Dictionary of Geology. Great Britain :Hazell Watson &Viney Ltd.

Wijaya, Jajang Sukma. 2011. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Tembakau di Kec. Bantarujeg, Kab. Majalengka. UPI : Jurusan Geografi-FPIPS

LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOMORFOLOGI 2012KELOMPOK 2 GEOLOGI C 29