55
LAPORAN KASUS Meningoensefalitis TB Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI 1920221090 KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA 1

sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

LAPORAN KASUS

Meningoensefalitis TB

Diajukan Kepada:

dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH

Disusun oleh:

BIMAYUDO APRIALDI

1920221090

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

1

Page 2: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

MENINGOENSEFALITIS TB

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik dibagian Ilmu Penyakit Dalam

RSUD AMBARAWA

Disusun oleh:

BIMAYUDO APRIALDI

1920221090

Pembimbing

dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH

2

Page 3: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Meningoensefalitis TB”.

Terselesaikannya laporan kasus ini tentunya tercapai karena adanya

bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada dr. Nurtakdir Setyawan, Sp.S, M.Sc, MH yang telah

membimbing dan seluruh teman-teman kepaniteraan klinik Departemen Ilmu

Kedokteran Saraf atas kerjasama dan bantuan selama penyusunan tugas ini.

Penulis mengetahui banyak kekurangan yang harus diperbaiki dan

mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan

yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri,

pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, 15 Januari 2021

Penulis

3

Page 4: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

BAB I ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. W

No. RM : 197***-****

Umur : 31 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Krajan, Wonokerso

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Status perkawinan : Belum menikah

Tanggal masuk : 12 Januari 2021 Pukul: 13:55

Tanggal keluar :-

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis pada tanggal 15 Januari 2021

di Bangsal Cempaka RSUD Gunawan Mangunkusumo Ambarawa, pasien

merupakan konsul dari dr Alex, Sp.PD.

Keluhan Utama

Penurunan kesadaran

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merupakan seorang buruh di gunung merapi, 2 bulan yang lalu

pasien melakukan kontak langsung setiap hari dengan rekan kerja yang memiliki

gejala batuk-batuk.

Pasien datang ke Rumah Sakit Gunawan Mangunkusumo (RSGM) dengan

keluhan lemas sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan lemas dirasakan

pasien pada seluruh tubuh dimana ketika pasien sudah makan maka rasa lemas

berkurang, lalu pada 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai tidak

4

Page 5: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

merespon dengan baik dan tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Kesadaran pasien mulai menurun secara bertahap hingga pada 2 hari sebelum

masuk RS, pasien mengeluhkan tangan dan kaki terasa berat dan kaku jika ingin

digerakan terutama pada tangan dan kaki kiri. Sulitnya tangan dan kaki

digerakkan menyebabkan pasien lebih banyak berbaring di kasur. Pasien

mengeluhkan nyeri kepala seperti nyutnyutan pada seluruh bagian kepala, sesak

dan batuk berdahak. Sesak berkurang ketika pasien beristirahat total. Hingga

pada 1 jam sebelum masuk RS pasien dibawa keluarganya dengan cara di angkat

oleh 3 orang karena pasien mengalami penurunan kesadaran dan sulit

menggerakan anggota tubuhnya dan diantar menggunakan kendaraan pribadi ke

RSUD Gunawan Mangunkusumo. Selama perjalanan menuju RS kesadaran

pasien mengalami penurunan.

Pada saat pasien datang ke IGD, keluarga pasien mengeluhkan penurunan

kesadaran, nafsu makan pasien menurun pasien hanya makan 6-8 sendok, berat

badan pasien menurun cukup drastis, belum buang air besar (BAB), buang air

kecil (BAK) sedikit, sesak memberat, tetapi pasien menyangkal ketika ditanya

mual dan muntah, pasien dapat membuka mata dan menggerakan tangan dan

kaki walau lemah dan berat. Pasien selanjutnya menjalani rawat inap di bangsal

cempaka dengan diagnosis IGD yaitu penurunan kesadaran, encephalopati susp.

B20 dengan pneumonia susp. TB. Pasien dikonsultasikan ke departemen saraf

untuk menilai kemungkinan adanya penyakit encephalitis pada pasien.

Ditemukan kondisi kesadaran pasien yang menurun, pasien mengigau dan

mengerang, ketika dipanggil pasien dapat memberikan respon tetapi pasien tidak

dapat berbicara, nyeri punggung juga dikeluhkan pasien sebelum datang ke

rumah sakit, demam (+), sesak (+), nyeri kepala ditemukan pada seluruh bagian

kepala, dan juga menurut keluarga pasien terdapat kejang 5 kali dalam sehari.

Kejang berlangsung singkat dan hanya terjadi pada lengan kiri pasien, BAK

pasien menggunakan kateter dan ditemukan jumlahnya sedikit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak

pernah memiliki penyakit gangguan kejang, dan epilepsy. Pasien tidak memiliki

5

Page 6: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

penyakit kencing manis, dan darah tinggi. Pasien tidak memiliki penyakit ginjal,

hati, jantung dan paru. Pasien tidak memiliki alergi. Riwayat asma (-) Riwayat

alergi (-) Riwayat trauma (-) Riwayat pandangan kabur (-) Riwayat batuk lama

(-)

Pasien sempat kontak langsung dengan pasien terdiagnosis TB pada saat

bekerja sebagai buruh di gunung merapi.

Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

Pasien merokok 10 batang perhari. Pasien juga mengakui suka meminum

alcohol seminggu 2 kali bersama teman-temannya. Pasien merupakan anak

pertama dari 2 bersaudara. Pekerjaan pasien adalah seorang buruh di gunung

merapi. Pasien tinggal bersama dengan buruh lainnya dan baru kembali kerumah

3 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit keluarga

- Riwayat penyakit serupa : disangkal

- Riwayat hipertensi : ayah pasien memiliki Hipertensi sejak 2

tahun yang lalu

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat batuk lama : disangkal

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat TB : disangkal

Riwayat Pengobatan

Pasien mengkonsumsi obat antinyeri untuk mengurangi nyeri di punggungnya

ANAMNESIS SISTEM

1. Sistem Serebrospinal

Penurunan kesadaran (+), nyeri kepala (+), kejang (+), muntah (-)

2. Sistem Kardiovaskuler

Riwayat hipertensi (-), riwayat jantung (-)

6

Page 7: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

3. Sistem Respirasi

Sesak napas (+), batuk (-)

4. Sistem Gastrointestinal

Muntah (-), BAB (-)

5. Sistem Muskuloskeletal

Pasien gelisah, kejang pada lengan kiri (+)

6. Sistem Integumen

dbn

7. Sistem Urogenitalia

BAK sedikit, kuning

RESUME ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis. Pasien mengeluhkan lemas 5 hari

SMRS yang selanjutnya 3 hari SMRS pasien mulai kehilangan kesadaran dan

selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit. 2 hari sebelum masuk RS, pasien

mengeluhkan tangan dan kaki terasa berat dan kaku jika ingin digerakan dan juga

nyeri kepala, hingga pada 1 jam sebelum masuk RS pasien dibawa keluarganya ke

RSUD Gunawan Mangunkusumo. Pada saat di IGD, IGD, pasien mengeluhkan

belum BAB sejak 4 hari yang lalu, BAK sedikit, berat badan menurun, batuk (+),

mual (-), muntah (-). Keluarga pasien tidak menyangkal saat ditanya perihal

konsumsi alkohol dan perokok aktif. Terdapat kejang pada tangan kiri. Sesak

nafas. Tidak ada cairan keluar dari hidung dan telinga. BAK (+) sedikit, BAB (-).

Diagnosis awal pasien yaitu encephalitis susp. B20 + Pneumonia susp. TB. Pasien

tidak memiliki riwayat penyakit dahulu atau hal serupa sebelumnya. Riwayat

penyakit keluarga disangkal. Pasien mengkonsumsi obat antinyeri untuk keluhan

di punggungnya.

DIAGNOSIS SEMENTARA

Diagnosis klinik : Penurunan Kesadaran, nyeri kepala, kejang sejak 1

jam SMRS

Diagnosis topis : Meningens dan parenkim otak

Diagnosis etiologi : Infeksi

Diagnosis sekunder : -

7

Page 8: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

DISKUSI PERTAMA

Berdasarkan alloanamnesa, keluarga pasien mengeluhkan pasien dengan

penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran adalah kegawatan neurologi yang

menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai “final common

pathway” dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan

mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Penurunan kesadaran

menjadi pertanda disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan

kegagalan seluruh fungsi tubuh.

Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua

hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS) yang

terdapat dibatang otak. ARAS merupakan suatu rangkaian atau network system

yang dari kaudal berasal dari medulla spinalis menuju rostral yaitu diensefalon

melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai lintasan ARAS tersebut

akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran.

Secara garis besar penyebab penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi

3, yaitu :

1. Penurunan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk

Contoh : gangguan iskemik, gangguan metabolik, intoksikasi, infeksi

sistemis, hipertermia, dan epilepsi

2. Penurunan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk

Contoh : perdarahan subarakhnoid, radang selaput otak dan jaringan otak

(meningoencephalitis)

3. Penurunan kesadaran dengan kelainan fokal

Contoh : tumor otak, perdarahan otak, infark otak, dan abses otak

Berdasarkan gejala kemungkinan penurunan kesadaran yang dialami oleh

pasien saat ini disebabkan karena meningoensefalitis ditemukan adanya

penurunan kesadaran, sesak nafas, nyeri kepala, dan demam. Diagnosis banding

pasien tersebut yaitu stroke, karena ekstremitas pasien sulit untuk digerakkan.

8

Page 9: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

MENINGOENCEPHALITIS

A. Definisi

Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang

menutupi otak dan medula spinalis). Encephalitis adalah peradangan jaringan

otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medulla spinalis.

Meningoencephalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan

otak.

B. Epidemiologi

Meskipun meningitis adalah suatu penyakit yang harus dilaporkan di

banyak negara, insidens sebenarnya masih belum diketahui. Meningitis

bakterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di negara-

negara berkembang. Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa

meningitis virus lebih sering terjadi, sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih

sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bakterial lebih

tinggi, yaitu 45,8 per 100,000 orang setiap tahun. Afrika Sub-Sahara sudah

mengalami epidemik meningitis meningokokus yang luas selama lebih dari

satu abad, sehingga disebut “sabuk meningitis”. Epidemik biasanya terjadi

dalam musim kering (Desember sampai Juni), dan gelombang epidemik bisa

berlangsung dua atau tiga tahun, mereda selama musim hujan. Angka

serangan dari 100–800 kasus per 100.000 orang terjadi di daerah ini yang

kurang terlayani oleh pelayanan medis. Kasus-kasus ini sebagian besar

disebabkan oleh meningokokus. Epidemik terbesar yang pernah tercatat

dalam sejarah melanda seluruh wilayah ini pada 1996–1997, yang

menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian.

Epidemik penyakit meningokokus terjadi di daerah-daerah di mana

orang tinggal bersama untuk pertama kalinya, seperti barak tentara selama

mobilisasi, kampus perguruan tinggi[1] dan ziarah Haji tahunan. Walaupun

pola siklus epidemik di Afrika tidak dipahami dengan baik, beberapa faktor

sudah dikaitkan dengan perkembangan epidemik di daerah sabuk meningits.

9

Page 10: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Faktor-faktor itu termasuk: kondisi medis (kerentanan kekebalan tubuh

penduduk), kondisi demografis (perjalanan dan perpindahan penduduk dalam

jumlah besar), kondisi sosial ekonomi (penduduk yang terlalu padat dan

kondisi kehidupan yang miskin), kondisi iklim (kekeringan dan badai debu),

dan infeksi konkuren (infeksi pernafasan akut).

Ada perbedaan signifikan dalam distribusi lokal untuk kasus

meningitis bakterial. Contohnya, N. meningitides grup B dan C menyebabkan

kebanyakan penyakit di Eropa, sedangkan grup A ditemukan di Asia dan

selalu menonjol di Afrika, di mana bakteri ini menyebabkan kebanyakan

epidemik besar di daerah sabuk meningitis, yaitu sekitar 80% hingga 85%

kasus meningitis meningokokus yang didokumentasikan.

C. Etiologi

Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus

yang jarang disebabkan oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada

meningitis yang disebabkan oleh virus tetapi terdapat kasus yang menunjukan

gambaran yang sama yaitu pada meningitis yang disebabkan organisme lain

(lyme disease, sifilis dan tuberculosis); infeksi parameningeal (abses otak,

abses epidural, dan venous sinus empyema); pajanan zat kimia (obat NSAID,

immunoglobulin intravena); kelainan autoimn dan penyakit lainnya.

Bakteri yang sering menyebabkan meningitis bacterial sebelum

ditemukannya vaksin Hib, S.pneumoniae, dan N. meningitidis. Bakteri yang

menyebabkan meningitis neonatus adalah bakteri yang sama yang

menyebabkan sepsis neonatus.

Tabel 1.1. Bakteri penyebab meningitis

Golongan

usia

Bakteri yang paling

sering menyebabkan

meningitis

Bakteri yang jarang

menyebabkan meningitis

Neonatus Group B streptococcus Staphylococcus aureus

Escherichia coli Coagulase-negative staphylococci

10

Page 11: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Klebsiella Enterococcus faecalis

Enterobacter Citrobacter diversus

Salmonella

Listeria monocytogenes

Pseudomonas aeruginosa

Haemophilus influenzae types a, b,

c, d, e, f, dan nontypable

>1 bulan Streptococcus pneumonia H. influenzae type b

Neisseria meningitides Group A streptococci

Gram-negatif bacilli

L. monocytogenes

Virus yang menyebabkan meningitis pada prinsipnya adalah virus

golongan enterovirus dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses,

echovirus dan pada pasien yang tidak vaksinasi (poliovirus). Virus golongan

enterovirus dan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California vencephalitis

viruses) adalah golongan virus yang paling sering menyebabkan

meningoencephalitis. Selain itu virus yang dapat menyebabkan meningitis

yaitu HSV, EBV, CMV lymphocytic choriomeningitis virus, dan HIV. Virus

mumps adalah virus yang paling sering menjadi penyebab pada pasien yang

tidak tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan virus yang jarang menyebabkan

meningitis yaitu Borrelia burgdorferi (lyme disease), B. hensalae (cat-scratch

virus), M. tuberculosis, Toxoplasma, Jamus (cryptococcus, histoplasma, dan

coccidioides), dan parasit (Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri,

Acanthamoeba).

Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada parenkim otak yang

biasanya merupakan suatu proses akut, namun dapat juga terjadi postinfeksi

encephalomyelitis, penyakit degeneratif kronik, atau slow viral infection.

11

Page 12: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Encephalitis merupakan hasil dari inflamasi parenkim otak yang dapat

menyebabkan disfungsi serebral. Encephalitis sendiri dapat bersifat difus atau

terlokalisasi. Organisme tertentu dapat menyebabkan encephalitis dengan satu

dari dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung pada parenkim otak

atau (2) sebuah respon yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent

immune-mediated response) pada sistem saraf pusat yang biasanya bermula

pada beberapa hari setelah munculnya manifestasi ekstraneural.

Tabel 1.2. Virus penyebab meningitis

Akut Subakut

Adenoviruses HIV

1. Amerika utara

Eastern equine

encephalitis

Western equine

encephalitis

St. Louis encephalitis

California encephalitis

West Nile encephalitis

Colorado tick fever

2. Di luar amerika utara

Venezuelan equine

encephalitis

Japanese encephalitis

Tick-borne

encephalitis

Murray Valley

encephalitis

JC virus

Prion-associated encephalopathies

(Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)

Enteroviruses

Herpesviruses

Herpes simplex

12

Page 13: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

viruses

Epstein-Barr virus

Varicella-zoster virus

Human herpesvirus-6

Human herpesvirus-7

HIV

Influenza viruses

Lymphocytic choriomeningitis virus

Measles virus (native atau vaccine)

Mumps virus (native atau vaccine)

Virus rabies

Virus rubella

Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut.

Encephalitis juga dapat merupakan hasil dari jenis lain seperti infeksi dan

metabolik, toksik dan gangguan neoplastik. Penyebab yang paling sering

menyebabkan encephalitis di U.S adalah golongan arbovirus (St. Louis,

LaCrosse, California, West nile encephalitis viruses), enterovirus, dan

herpesvirus. HIV adalah penyebab penting encephalitis pada anak dan dewasa

dan dapat berupa acute febrile illness.

D. Patofisiologi

Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh

bakteri, invasi organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Proses ini

berlangsung secara hematogen dari saluran pernafasan atas dimana di dalam

lokasi tersebut sering terjadi kolonisasi bakteri. Walaupun jarang, penyebaran

dapat terjadi secara langsung yaitu dari fokus yang terinfeksi seperti

(sinusitis, mastoiditism, dan otitis media) maupun fraktur tulang kepala.

Organisme yang umum menyebabkan meningitis (seperti

N.Meningitidis, S.pneumoniae, H. influenzae) terdiri atas kapsul polisakarida

13

Page 14: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

yang memudahkannya berkolonisasi pada nasofaring anak yang sehat tanpa

reaksi sistemik atau lokal. Infeksi virus dapat muncul secara sekunder akibat

penetrasi epitel nasofaring oleh bakteri ini. Selain itu melalui pembuluh

darah, kapsul polisakarida menyebabkan bakteri tidak mengalami proses

opsonisasi oleh pathway komplemen klasik sehingga bakteri tidak terfagosit.

Pada perjalanan patogenesis meningitis bakterial terdapat fase

bakterial dimana pada fase ini bakteri mulai berpenetrasi ke dalam cairan

serebropsinal melalui pleksus choroid. Cairan serebrospinal kurang baik

dalam menanggapi infeksi karena kadar komplomen yang rendah dan hanya

antibody tertentu saja yang dapat menembus barier darah otak.

Dinding bakteri gram positif dan negatif terdiri atas zat patogen yang

dapat memacu timbulnya respon inflamasi. Asam teichoic merupakan zat

patogen bakteri gram positif dan lipopolisakarida atau endotoksin pada gram

negatif. Saat terjadinya lisis dinding sel bakteri, zat-zat pathogen tersebut

dibebaskan pada cairan serebrospinal.

Terapi antibiotik menyebabkan pelepasan yang signifikan dari

mediator dari respon inflamasi. Adapun mediator inflamasi antara lain sitokin

(tumor necrosis factor, interleukin 1, 6, 8 dan 10), platelet activating factor,

nitric oxide, prostaglandin, dan leukotrien. Mediator inflamasi ini

menyebabkan terganggunya keseimbangan sawar darah otak, vasodilatasi,

neuronal toxicity, peradangan meningeal, agregasi platelet, dan aktifasi

leukosit. Sel endotel kapiler pada daerah lokal terjadinya infeksi meningitis

bacterial mengalami peradangan (vaskulitis), yang menyebabkan rusaknya

agregasi vaskuler. Konsekuensi pokok dari proses ini adalah rusaknya

mekanisme sawar darah otak, edema otak, hipoperfusi aliran darah otak, dan

neuronal injury.

Akibat kerusakan yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap

infeksi, agen anti-inflamasi berbagai telah digunakan dalam upaya untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas meningitis bakteri. Hanya

deksametason yang telah terbukti efektif.

Meningitis viral atau meningitis aseptik adalah infeksi umum pada

sebagian besar infeksi sistem saraf pusat khususnya pada anak-anak < 1

14

Page 15: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

tahun. Enterovirus adalah agen penyebab paling umum dan merupakan

penyebab penyakit demam tersering pada anak. Patogen virus lainnya

termasuk paramyxoviruses, herpes, influenza, rubella, dan adenovirus.

Meningitis dapat terjadi pada hampir setengah kejadian dari anak-anak < 3

bulan dengan infeksi enterovirus. infeksi enterovirus dapat terjadi setiap saat

selama tahun tetapi dikaitkan dengan epidemi di musim panas dan gugur.

Infeksi virus menyebabkan respon inflamasi tetapi untuk tingkat yang lebih

rendah dibandingkan dengan infeksi bakteri. Kerusakan dari meningitis viral

mungkin karena adanya ensefalitis terkait dan tekanan intrakranial meningkat.

Ensefalitis adalah penyakit yang sama dari sistem saraf pusat.

Penyakit ini adalah suatu peradangan dari parenkim otak. Seringkali, terdapat

agen virus yang bertanggung jawab sebagai promotor. Masuknya virus terjadi

melalui jalur hematogen atau neuronal. Ensefalitis yang sering terjadi adalah

ensefalitis yang ditularkan oleh gigitan nyamuk dan kutu yang terinfeksi

virus. Virus berasal dari, Flavivirus, dan Bunyavirus keluarga Togavirus.

Jenis ensefalitis yang paling umum terjadi di Amerika Serikat adalah La

Crosse virus, ensefalitis virus kuda timur, dan St Louis virus. Seringkali,

penyebab ensefalitis ini menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang sama.

Konfirmasi dan diferensiasi berasal dari pengujian laboratorium. Namun,

manfaatnya terbatas pada sejumlah patogen diidentifikasi.

Ensefalitis dapat ditularkan dengan cara lain. Ensefalitis Herpetic dan

rabies adalah dua contoh, di mana penularan masing-masing terjadi melalui

kontak langsung dan gigitan mamalia. Dalam kasus ensefalitis herpes,

terdapat bukti reaktivasi virus dan transmisi intraneuronal sehingga

menyebabkan ensefalitis.

E. Gejala Klinis

Gejala meningoensefalitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan

tekanan intrakranial :

1. Nyeri kepala

2. Muntah

3. Fotofobi

15

Page 16: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

4. Kaku kuduk

5. Demam

6. Kesadaran menurun

7. Kejang

F. Pemeriksaan Fisik

Beberapa hal yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien

dengan meningoencephalitis antaralain:

1. Kesadaran menurun

2. Panas

3. Tanda-tanda kaku kuduk dengan tanda kernig dan Brudzinsky positif

4. Pada anak : adanya fontanella mencembung

5. Bisa dengan parese nervi kranialis

6. Hemiparesis

7. Adanya rash, kemungkinan karena bakteri atau virus

8. Fotofobia

9. Dapat disertai defisit neurologis

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada meningoencephalitis

antaralain:

1. Analisis, kultur, dan tes sensitifitas LCS

Temuan pada pemeriksaan cairan serebrospinal pada beberapa

gangguan sistem saraf pusat dipaparkan pada tabel 1.3.

Tabel 1.3. Temuan pada pemeriksaan cairan serebrospinal

pada beberapa gangguan sistem saraf pusat

16

Page 17: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

17

Kondisi Tekanan Leukosit (/μL) Protein

(mg/dL)

Glukosa

(mg/dL)

ketera

ngan

Normal 50-180

mm H2O

<4; 60-70%

limfosit,

30-40%

monosit,

1-3% neutrofil

20-45 >50 atau 75%

glukosa darah

 

Meningitis

bakterial akut

Biasanya

meningkat

100-60,000 +;

biasanya

beberapa ribu;

PMNs

mendominasi

100-500 Terdepresi

apabila

dibandingkan

dengan

glukosa

darah;

biasanya <40

Organi

sme

dapat

dilihat

pada

Gram

stain

dan

kultur

Meningitis

bakterial yang

sedang

menjalani

pengobatan

Normal

atau

meningkat

1-10,000;

didominasi

PMNs tetapi

mononuklear

sel biasa

mungkin

mendominasi

Apabila

pengobatan

sebelumnya

telah lama

dilakukan

>100 Terdepresi

atau normal

Organi

sme

normal

dapat

dilihat;

pretreat

ment

dapat

menye

babkan

CSF

steril

Tuberculous

meningitis

Biasanya

meningkat

: dapat

sedikit

meningkat

karena

bendunga

n cairan

serebrospi

nal pada

tahap

10-500; PMNs

mendominasi

pada awalnya

namun

kemudian

limfosit dan

monosit

mendominasi

pada akhirnya

100-500;

lebih

tinggi

khususnya

saat

terjadi

blok

cairan

serebrospi

nal

<50 usual;

menurun

khususnya

apabila

pengobatan

tidak adekuat

Bakteri

tahan

asam

mungk

in

dapat

terlihat

pada

pemeri

ksaan

usap

Page 18: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

2. Analisis, kultur, dan tes sensitifitas darah

3. Head CT-Scan

4. Pemeriksaan CRP

H. Penatalaksanaan

1. Perawatan umum

2. Kausal: Lama Pemberian 10–14 hari

Usia Bakteri Penyebab Antibiotika< 50 tahun S. Pneumoniae

N. Meningitidis

L. Monocytogenes

Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari

atau Ceftriaxone 2 g/12 jam +

Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg

BB/IV/hari)

Chloramphenicol 1 g/6 jam +

Trimetoprim/sulfametoxazole 20

mg/kg BB/hari.

Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten Cephalosporin > 2% diberikan :

Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin

1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/hari)

> 50 tahun S. Pneumoniae

H. Influenzae

Species Listeria

Pseudomonas aeroginosa

N. Meningitidis

Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari atau ceftriaxone 2 g/12 jam + ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg BB/IV/hari)

Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten Cephalosporin > 2% diberikan :

Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin 1 g/12 jam/IV (max. 3 g/hari)

Ceftadizime 2 g/8 jam/IV

18

Page 19: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris

sesuai dengan kelompok umur, harus segera dimulai

3. Terapi tambahan :

Steroid

Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4

minggu, dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan

dapat diberikan deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3

minggu.. Dianjurkan hanya pada penderita risiko tinggi, penderita dengan

status mental sangat terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan

Deksametason 0,15 mg/kgBB/6 jam/ IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit

sebelum pemberian antibiotik.

4. Penanganan peningkatan TIK:

- Meninggikan letak kepala 30o dari tempat tidur

- Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol

- Hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 27–30 mmHg

I. Prognosis

Prognosis penyakit ini bervariasi, tergantung pada :

1. Umur : Anak : Makin muda makin bagus prognosisnya

Dewasa : Makin tua makin jelek prognosisnya

2. Kuman penyebab

3. Lama penyakit sebelum diberikan antibiotika

4. Jenis dan dosis antibiotika yang diberikan

5. Penyakit yang menjadi faktor predisposisi.

Pada banyak kasus, penderita meningitis yang ringan dapat sembuh

sempurna walaupun proses penyembuhan memerlukan waktu yang lama.

Sedangkan pada kasus yang berat, dapat terjadi kerusakan otak dan saraf

secara permanen, dan biasanya memerlukan terapi jangka panjang

19

Page 20: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada saat perawatan di Bangsal Cempaka Kamar 101.1

RSGM Ambarawa (13/01/2021 pukul 06.00 WIB)

Status generalis

KU : tampak sakit berat

Kesadaran : Somnolen

GCS E3V3M5

Tanda vital

TD : 170/90 mmHg

N : 88 x/menit

T : 36,7oC

RR : 18 x/menit

SpO2 : 97%

Pemeriksaan Fisik

Kepala: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

(4mm/4mm), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+)

Telinga: Sekret (-/-)

Hidung: Napas cuping hidung (-/-), secret (-/-), septum deviasi (-/-)

Mulut: Bibir sianosis (-), Karies dentis (-)

Leher: Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

dan tiroid

Thorax:

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 jari dari linea

midclavikula sinistra

Perkusi : Pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis

sinistra, batas kanan ICS IV linea parasternalis

dextra, batas kiri ICS V 1 cm medial linea

midclavikularis sinistra

Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)

20

Page 21: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Paru

Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi (-)

Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba

membesar

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Normal, Bising Usus (+)

Ekstremitas Superior : Akral dingin -/-, CRT < 2 detik, Partial Seizures

(+) pada lengan kiri

Inferior : ROM terbatas, Akral dingin -/-, CRT < 2 detik

Kulit : Turgor kulit normal

Status Neurologis

Sikap Tubuh : Simetris

Gerakan abnornal : tidak ada

Cara berjalan : Sulit dinilai

Pemeriksaan Saraf Kranial :

Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri

N. I. Olfaktorius Daya penghidu Tidak dapat

dilakukan

(TDL)

Tidak dapat

dilakukan

(TDL)

N. II. Optikus Daya penglihatan TDL TDL

Pengenalan warna TDL TDL

Lapang pandang TDL TDL

N. III.

Okulomotor

Ptosis TDL TDL

Gerakan mata ke medial TDL TDL

Gerakan mata ke atas TDL TDL

Gerakan mata ke bawah TDL TDL

Ukuran pupil 4 mm 4 mm

21

Page 22: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Bentuk pupil Bulat Bulat

Refleks cahaya langsung + +

Refleks cahaya konsensual + +

N. IV. Troklearis Strabismus divergen TDL TDL

Gerakan mata ke lat-bwh TDL TDL

Strabismus konvergen TDL TDL

N. V. Trigeminus Menggigit TDL TDL

Membuka mulut TDL TDL

Sensibilitas muka TDL TDL

Refleks kornea SDN (Sulit

dinilai)

SDN (Sulit

dinilai)

Trismus TDL TDL

N. VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral TDL TDL

Strabismus konvergen TDL TDL

N. VII. Fasialis Kedipan mata TDL TDL

Lipatan nasolabial Simetris

Sudut mulut Simetris

Mengerutkan dahi TDL TDL

Menutup mata TDL TDL

Meringis TDL TDL

Menggembungkan pipi TDL TDL

Daya kecap lidah 2/3 ant TDL

N. VIII.

Vestibulokokleari

s

Mendengar suara bisik TDL TDL

Mendengar bunyi arloji TDL TDL

Tes Rinne TDL TDL

Tes Schwabach TDL TDL

Tes Weber TDL TDL

N. IX.

Glosofaringeus

Arkus faring TDL TDL

Daya kecap lidah 1/3 post TDL

Refleks muntah TDL

Sengau TDL

Tersedak TDL

22

Page 23: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

N. X. Vagus Denyut nadi 104 x/menit

Arkus faring TDL TDL

Bersuara TDL

Menelan TDL

N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala TDL TDL

Sikap bahu TDL TDL

Mengangkat bahu TDL TDL

Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi

N. XII.

Hipoglossus

Sikap lidah TDL

Artikulasi TDL

Tremor lidah TDL

Menjulurkan lidah TDL TDL

Trofi otot lidah TDL

Fasikulasi lidah TDL

Pemeriksaan Motorik

G K Tn Tr

RF RP Cl

Pemeriksaan Sensibilitas : tidak dilakukan

Pemeriksaan Fungsi Vegetatif :

- Vasomotorik : baik

- Sudomotorik : baik

- Miksi : inkontinentia urine (-), retensio urine (-), anuria (-)

- Defekasi : inkontinentia alvi (-), retensio alvi (-)

Pemeriksaan Koordinasi Langkah Dan Keseimbangan : tidak dilakukan

Pemeriksaan Rangsang Meningeal :

Kaku kuduk : (+)

23

SDN SDN

SDN SDN

SDN SDN

SDN SDN

SDN SDN

SDN SDN

Eu Eu

Eu Eu

+ +

+ +

-

-

- -

- -

Page 24: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Lasegue sign : (+)

Kernig sign : (+)

Brudzinsky I : (+)

Brudzinsky II : (-)

Pemeriksaan Rangsang Radikuler : tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Darah Rutin dan Urin lengkap Tanggal 12 Januari 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

DARAH LENGKAP

Hemoglobin 15,3 13,2 - 17,3 g/dl

Leukosit 17,6 H 3,8-10,5 ribu

Eritrosit 5,43 4,5-5,8 juta

Hematokrit 42,6 37-47 %

Trombosit 379 150-400 ribu

MCV 78,4 L 82-95 fL

MCH 28,2 >27 pg

MCHC 36,0 32-37 g/dl

RDW 14,7 10-15 %

MPV 7,4 7-11 mikro m3

Limfosit 0,28 L 1,0-4,5 103/mikro m3

Monosit 1,16 H 0,2-1,0 103/mikro m3

Eusinofil 0,02 L 0,04-0,8 103/mikro m3

Basofil 0,07 0,02 103/mikro m3

Neutrofil 16,1 H 1,8-7,5 103/mikro m3

Limfosit% 1,6 L 25 - 40 %

Monosit% 6,6 2 - 8 %

Eusinofil% 0,1 L 2 - 4 %

Basofil% 0,4 0 - 1 %

Neutrofil% 91,3 H 50- 70 %

24

Page 25: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

PCT 0,281 0,2 - 0,5 %

PDW 6,7 L 10 - 18 %

ALC 280 L 1000-4500 u/l

NLR 57,5 H <3,13 -

URIN RUTIN

Warna Kuning -

Kekeruhan Jernih -

Protein Urine +- 0.15 Negatif g/L

Glucose Urin Negatif Negatif mmol/L

pH 5,0 5 - 9 -

Bilirubin Urine Negatif Negatif Umol/L

Urobilinogen Negatif Negatif Umol/L

Berat Jenis Urine 1.025 1.000 – 3.000 -

Keton Urine Negatif Negatif mmol/L

Leukosit Negatif Negatif Sel/mL

Eritrosit 2+80 Negatif Sel/mL

Nitrit Negatif Negatif -

Sedimen

Eritrosit 28,4 <6,4 uL

Leukosit 104,2 <5,8 uL

Epitel 6,2 <3,5 uL

Silinder 0,45 <0,47 uL

Bakteri 6,9 <23 uL

Kristal 0,1 Negatif -

Yeast 67,0 Negatif -

Epitel Tubulus 5,2 Negatif -

Silinder Patologis 0,45 Negatif -

Mucus 0,45 Negatif -

Sperma 0,0 Negatif -

Konduktivity 15,0 Negatif -

25

Page 26: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

b. Pemeriksaan Kimia Klinik 12 Januari 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

KIMIA KLINIK

Glukosa Sewaktu 149 H 74 -106 mg/dL

SGOT 32 0 - 50 U/L

SGPT 19 0 – 50 IU/L

Ureum 116 H 10 - 50 mg/dL

Kreatinin 2,36 H 0,62 – 1,1 mg/dL

Albumin 3,77 3,4 – 4,8 g/dL

Elektrolit

Natrium 0,15 10,00-10,30

Kalium +5 Negatif mmol/L

Klorida 0 Negatif uL

SEROLOGI

HbsAg Negatif Negatif -

2. EKG (12 Januari 2021)

3. X-foto thorax AP (12 Januari 2021)

26

Page 27: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Gambar 1.1. X foto thorax AP

Hasil :

- Tidak terdapat pembesaran Cor

- Terdapat infiltrate paru kanan kiri susp. Pneumonia bilateral,

masih mungkin dengan TB milier

4. X Foto BNO 2 Posisi (12 Januari 2021)

27

Page 28: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Hasil

- Dilatasi usus di central sampai tranversus

- Tidak tampak multiple air fluid pada LLD

Hasil dari pemeriksaan penunjang X-foto thorax dikonsulkan

kepada spesialis penyakit dalam, dan dengan jawaban bahwa terdapat

bronkopneumoni.

5. Tes VCT HIV telah dilakukan dengan hasil menunjukkan non reaktif /

negative

6. Tes Cepat TB dilakukan dengan hasil menunjukan terkonfirmasi TB

DISKUSI KEDUA

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran pasien E3M5V (somnolen)

yang menunjukkan penurunan kesadaran. Tanda vital pasien, tekanan darah

tinggi yaitu 175/82, RR 20 x/menit, Suhu 38,2oC menunjukkan keadaan demam.

Pada pemeriksaan jantung, didapatkan hasil dalam batas normal. Pada

pemeriksaan paru, suara kedua paru vesikuler, terdapat suara paru tambahan

ronki. Hal ini menandakan terdapat inflamasi pada parenkim paru, yang

sebelumnya ditandai dengan sesak napas. Hal ini dikonfirmasi pada pemeriksaan

foto thorax bahwa terdapat gambaran infiltrate paru kanan dan kiri.

Pemeriksaan status neurologis pada pasien ditemukan penurunan

kesadaran pasien hingga somnolen (E3M5V3). Pada pemeriksaan saraf kranial,

yang beberapa poin tidak dapat diperiksa karena kesadaran pasien yang

menurun, tidak dijumpai kelainan. Hal ini menunjukkan kemungkinan tidak

adanya lesi pada jaras Nervus kranialis I hingga XII. Pemeriksaan fungsi

motorik ditemukan reflek fisiologis positif di 4 ekstremitas dan refleks patologis

serta klonus tidak ditemukan. Ini menandakan jaras motorik UMN maupun

LMN bebas dari lesi (kelumpuhan). Pemeriksaan fungsi vegetatif normal,

menunjukkan fungsi otonom simpatis parasimpatis yang diatur nervus

kraniosacral dan thoracolumbal berfungsi dengan baik. Pemeriksaan rangsang

meningeal berupa pemeriksaan kaku kuduk positif, Lasegue sign (+), Kernig

sign (-) Brudzinsky I positif yang menunjukkan adanya iritasi pada meningens.

28

Page 29: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Pemeriksaan penunjang laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan penurunan kesadaran tanpa lateralisasi lainnya. Ditemukan

leukosit meningkat (17,6), dan shift-to-the-left yang menunjukkan infeksi,

terutama mengarah ke infeksi bakteri.

Pemeriksaan Ro Thorax mengkonfirmasi dugaan adanya infeksi paru,

yaitu ditemukan infiltrate pada paru kanan dan kiri.

Pada kasus ini diusulkan pemeriksaan Head CT Scan dan Analisis,

kultur, serta tes sensitifitas LCS. Analisis LCS digunakan untuk mengetahui

karakteristik mikroorganisme penyebab infeksi. Kultur digunakan untuk

mengetahui secara pasti mikroorganisme penyebab infeksi. Tes sensitifitas

dilakukan untuk mengetahui terapi antibiotik spesifik pada mikroorganisme

penyebab infeksi.

Semua hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tersebut

mendukung diagnosis meningoensefalitis. Namun untuk kepentingan diagnosis

etiologis pasti dan terapi yang sesuai, diperlukan pemeriksaan penunjang analisis

LCS, kultur, dan tes sensitivitas yang diperoleh dari punksi lumbal. Setelah

dilakukan pemeriksaan tes cepat tuberculosis, ditemukan hasil positif sehingga

dapat ditegakan diagnose pada kasus ini yaitu Meningoensefalitis yang

disebabkan oleh bakteri tuberculosis.

G. DIAGNOSIS AKHIR

Diagnosis Klinis : Meningoensefalitis

Diagnosis Topis : Meningens dan parenkim otak

Diagnosis Etiologi : Infeksi Bakteri Tuberkulosis

Diagnosis Sekunder : Pneumonia TB

H. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Farmakologis:

a. IVFD RL 20 tpm

b. Inf NaCl 100mL

c. Inj. Omeprazole 2 x 1 gr

d. Inj. Mecobalamin 1 x 1 gr

29

Page 30: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

e. Inj. Asam Tranexamat 3 x 500 mg

f. Inj. Cefotaxime 3 x 2 gr

g. Inj. Citicoline 2 x 1 gr

h. Inj. Methylprednisolon 2 x 1 gr

i. PO Azitromycin 1 x 500mg

j. PO Prorenal 3 x 1 gr

k. PO Sucralfat 3 x 15

l. PO Rifampicin 1 x 450 mg

m. PO INH 1 x 300 mg

n. PO Pirazinamid 1 x 1000 mg

o. PO Ethambutol 1 x 1000 mg

p. PO Vit B6 1 x 1 gr

q. PO Curcuma 3 x 1 gr

r. PO Clonidin 3 x 1 gr

s. PO Asam Valproat 2 x 10mL

2. Terapi Non-farmakologis:

a. Rawat di bangsal

b. O2 3 L/menit

c. NGT

d. DC

e. Bed rest

f. Alih baring

g. Diet cair

h. Bekerja sama dengan Sp.PD dan Sp.P : didapatkan informasi bahwa

pasien ada diagnose tambahan yaitu, Bronkopneumonia TB

i. Konsul kepada tim VCT didapatkan hasil infeksi HIV non reaktif

3. Monitoring

- Keadaan umum

- Tanda vital

- GCS

- Defisit neurologis

- Monitoring hasil pemeriksaan penunjang

30

Page 31: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

-

4. Edukasi

- Menjelaskan penyakit kepada keluarga pasien, meliputi definisi,

etiologi, gejala, dan terapi

- Motivasi keluarga tentang prognosis pasien

5. Planning

Foto CT Scan dan MRI Kepala

Pemeriksaan Fungsi CSF

I. PROGNOSIS

Death : dubia ad bonam

Disease : dubia ad bonam

Disability : dubia ad bonam

Discomfort : dubia ad malam

Dissatisfaction : dubia ad malam

Distitution : dubia ad bonam

DISKUSI KETIGA

Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus ini antara lain terapi

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi pada kasus ini adalah :

1. O2 4 L/menit

2. Infus RL 20 tpm

3. Injeksi Omeprazole 2x1gr

Omeprazole merupakan kelompok penghambat pompa proton yang

bekerja dengan cara berelaborasi dengan asam lambung untuk menjadi

senyawa aktif yang bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung

melalui hambatan pada pompa proton H-K ATP-ase. PPI dimetabolisme di

hati oleh enzim CYP2C19 dan 3A4 (Fitriani, 2018).

4. Inj Meticobalamin 1 x 1

Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan

sebagai koenzim dalam proses pembentukan methionin dari homosystein.

Reaksi ini berguna dalam pembentukan DNA, serta pemeliharaan fungsi

saraf. Metilkobalamin berperan pada neuron susunan saraf melalui aksinya

31

Page 32: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

terhadap reseptor NMDA dengan 32 perantaraan S-adenosilmethione (SAM)

dalam mencegah apoptosis akibat glutamate-induced neurotoxicity. Hal ini

menunjukkan adanya kemungkinan peranan metilkobalamin pada terapi

stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson, termasuk juga dapat

dipakai untuk melindungi otak dari kerusakan pada kondisi hipoglikemia dan

status epileptikus (Meliala & Barus, 2008).

5. Injeksi Asam Tranexamat 3 x 500 mg

Sebagai penghenti perdarahan yang bekerja pada kaskade koagulasi, cara

kerja asam tranexamat adalah dengan menghambat fibrinolisis dengan cara

mencegah perubahan plaminogen menjadi plamsin. Selain mengurangi

ekspansi hematoma, asam traneksamat juga dapat menurunkan edema

perhematoma dan respons inflamasi.

6. Injeksi Cefotaxime 3 x 2 gr

Cefotaxim merupakan obat antibiotic golongan beta lactam yang memiliki

mekanisme kerja yaitu dengan menghambat pembentukan dinding sel

bakteri. Efek ini terjdi melalui ikatan antara obat cefotaxime dengan

penicillin binding protein (PBP).

7. Injeksi Citicolin 2x 500mg

Citicoline dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi O2 di otak

pada pengobatan gangguan serebrovaskuler sehingga dapat memperbaiki

gangguan kesadaran. Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari

batang otak, terutama sistem pengaktifanformatio reticularis ascendens yang

berhubungan dengan kesadaran.Citicoline mengaktifkan sistem piramidal dan

memperbaiki kelumpuhan sistem motoris.Citicoline menaikkan konsumsi O2

dari otak dan memperbaiki metabolisme otak.

8. Injeksi Methylprednisolon

Dasar penggunaan obat ini adalah feel antiinflamasi dan kemampuan

menekan reaksi imun. Methylprednisolone adalah salah satu jenis obat

kortikosteroid yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi

reaksi peradangan serta gejalanya, seperti pembengkakan, nyeri, atau ruam.

Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi peradangan (inflamasi) dalam

32

Page 33: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

berbagai penyakit, misalnya penyakit Crohn, kolitis ulseratif, alergi, arthritis

rheumatoid, asma, multiple sclerosis, serta jenis-jenis kanker tertentu5.

Penggunaan dewasa dosisnya yaitu 4-48 mg/hari dalam dosis terbagi

disesuaikan dengan jenis penyakit dan respon pasien, pada anak dosisnya per

oral, IV, IM 0,5-1,7 mg/kgBB/dosis. Sediaan berupa tablet 4, 8, 16 mg, Vial :

125 mg

9. Per Oral Azitromycin 1 x 500mg

10. Per Oral Rifampisin 1 x 450 mg

11. Per Oral Isoniazid 1 x 300 mg

12. Per Oral Pirazinamid 1 x 1000 mg

13. Per Oral Ethambutol 1 x 1000 mg

Kombinasi obat untuk penatalaksanaan tuberculosis, dimana

pengobatan TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap intensif selama 2 bulan

dan tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada tahap intensif pemberian obat harus

mencakup 4 jenis obat sedangkan pada tahap lanjutan dapat diberikan

isoniazid dan rifampisin. Untuk kasus meningitis TB diberikan kortikosteroid

juga. Tujuan pemberian kortikosteroid ini adalah untuk mengurangi proses

inflamasi dan mencegah perlekatan jaringan. (https://www.ichrc.org/482-

tuberkulosis-tatalaksana)

14. Per Oral Prorenal 3 x 1 gram

15. Per Oral Sucralfat 3 x 15

16. Per Oral Vitamin B6 1 x 1 gram

17. Per Oral Curcuma 3 x 1 gram

18. Per Oral Clonidin 3 x 1 gram

19. Per Oral Asam Valproat 2 x 10 mL

Prognosis pasien ini dubia ad bonam. Karena telah dilaksanakan terapi yang

sesuai dan tergantung pada keadaan pasien serta perkembangan pasien dari hari ke

hari. Dan juga pasien sudah diberikan terapi antibiotik sesuai dengan etiologi dari

penyebab terjadinya meningoensefalitis akibat bakteri tuberkulosis sehingga

diharapkan penatalaksanaan yang diberikan dapat menunjang prognosis dari

pasien tersebut. Pasien dapat dipulangkan jika kondisi sudah mencapai stabil dan

33

Page 34: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

kesadaran sudah sadar penuh (Compos Mentis), pemeriksaan fisik kembali stabil

dan penyakit penyerta dapat di kontrol.

J. FOLLOW UP

14/01/2021 S: penurunan kesadaran, mengigau

(+), mengerang (+), kejang pada

lengan kiri (+), memberi respon saat

dipanggil, demam (+), respon bicara

(-), batuk (+)

O: (CEMPAKA)

Kesadaran : Stupor, TD: 225/90, N:

104x/min, RR: 22x/min, SpO2: 97%

O2 NK 4 Lpm, T: 37,8 C GCS :

E2V2M2

A: Penurunan Kesadaran ec

Enchephalitis TB Onset Hari ke 3,

TB Milier, susp. B20

P:

O2 NK 4 lpm

34

Page 35: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Inf. RL 20 tpm

Inf. NaCl 100mL

Inj. Omeprazole 2x1 gr (H3)

Inj. Mecobalamin 1x1 gr (H3)

Inj. Asam Tranexamat 3x500 (H3)

Inj. Cefotaxime 3x2 gr (H2)

Inj. Citicholin 2x1 gr (H3)

Inj. Metilprednisolon 3x20mg (H2)

Inj. Ceftriaxon 2x1 (H2)

PO. Azitromycin 1x500mg (H3)

PO. Prorenal 3x1 (H2)

PO. Sukralfat 3x15 (H2)

15/01/2021 S: Penurunan Kesadaran, gelisah (-),

respon bicara (-), mengantuk, batuk

(-), mual (-), muntah(-), Kejang (+)

O: Kesadaran: stupor, TD: 170/100,

N: 102x/min, RR: 20x/min, T: 37,2C,

SpO2: 98% on NK 4 lpm, GCS

E2V2M2, Kaku Kuduk (+)

A: Penurunan Kesadaran e.c.

meningoensefalitis TB onset hari ke

4, TB milier

P:

O2 NK 4 lpm

Inf. RL 20 tpm

Inf. NaCl 100mL

Inj. Omeprazole 2x1 gr (H4)

Inj. Mecobalamin 1x1 gr (H4)

Inj. Asam Tranexamat 3x500 (H4)

Inj. Cefotaxime 3x2 gr (H3)

Inj. Citicholin 2x1 gr (H4)

Inj. Metilprednisolon 3x20mg (H3)

35

Page 36: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Inj. Ceftriaxon 2x1 (H3)

PO. Azitromycin 1x500mg (H4)

PO. Prorenal 3x1 (H3)

PO. Sukralfat 3x15 (H3)

PO. Rifampisin 1x450mg (H2)

PO. Isoniazid 1x300 mg (H2)

PO. Pirazinamid 1x1000 mg (H2)

PO. Ethambutol 1x1000 mg (H2)

PO. Vitamin B6 1x1gr (H2)

PO. Curcuma 3x1 gr (H2)

PO. Clonidin 3x0,15 mg (H2)

PO Asam Valproat 2x10mL (H2)

16/01/2021 S: Lemas (+), Lemah (+), Respon

Bicara (+), tangan kanan mulai sering

digerakan, mual (-), muntah (-),

Kejang (+)

O: Kesadaran: Somnolen, TD 175/82,

N: 97x/menit, RR: 20x/menit, T:

38,2C, SpO2: 98% on NK 4 Lpm,

GCS: E3V3M5, Kaku Kuduk (+)

A: Meningoensefalitis e.c. TB Onset

hari ke 5, TB Milier

P:

O2 NK 4 lpm

Inf. RL 20 tpm

Inf. NaCl 100mL

Inj. Omeprazole 2x1 gr (H5)

Inj. Mecobalamin 1x1 gr (H5)

Inj. Asam Tranexamat 3x500 (H5)

Inj. Cefotaxime 3x2 gr (H4)

Inj. Citicholin 2x1 gr (H5)

Inj. Metilprednisolon 3x20mg (H4)

36

Page 37: sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewLAPORAN KASUS. Meningoensefalitis TB . Diajukan Kepada: dr.Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, MH. Disusun oleh: BIMAYUDO APRIALDI

Inj. Ceftriaxon 2x1 (H4)

PO. Azitromycin 1x500mg (H5)

PO. Prorenal 3x1 (H4)

PO. Sukralfat 3x15 (H4)

PO. Rifampisin 1x450mg (H3)

PO. Isoniazid 1x300 mg (H3)

PO. Pirazinamid 1x1000 mg (H3)

PO. Ethambutol 1x1000 mg (H3)

PO. Vitamin B6 1x1gr (H3)

PO. Curcuma 3x1 gr (H3)

PO. Clonidin 3x0,15 mg (H3)

PO Asam Valproat 2x10mL (H3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bullock MR, Hovda DA. Introduction to Traumatic Brain Injury. In :

Youman’s (ed) Neurological Surgery 6th.ed. Philadelphia : Elsevier

Saunders. 2011 : 3267-69.

2. Schouton JW, Maas AIR. Epidemiology of Traumatic Brain Injury. In :

Youman’s (ed) Neurological Surgery 6th.ed. Philadelphia : Elsevier

Saunders. 2011 : 3267-69.

3. Fearnside MR, Simpson DA. Epidemiology. In : Head Injury

Pathophysiology and Management. London : Hodder Arnold. 2005 : 3-25.

4. Fane RA, Nassar T, Mazuz A, Waked O, Heyman SN, dkk. Neuroprotection

by glucagon: role of gluconeogenesis. J Neurosurg 114:85-91, 2011.

5. Imron A. Pola pasien cedera otak traumatika di RSHS. 2012.

6. Data Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Tahun 2011.

7. Parmeet K, Shaurabh S. Recent Advances in Pathophysiology of Traumatic

Brain Injury. Curr Neuropharmacol. 2018 Oct; 16(8): 1224–1238.

37