27
1 MENINGOENSEFALITIS TUBERCULOSIS A. Anatomi Meninges dan Encephalon Meningens merupakan selaput atau membran yang terdiri atas jaringan ikat yang melapisi dan melindungi otak. Selaput otak atau meningens terdiri dari tiga bagian yaitu: 1. Durameter Durameter dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara konvensional durameter ini terdiri atas dua lapis, yaitu endosteal dan lapisan meningeal. Kedua lapisan ini melekat dengan rapat, kecuali sepanjang tempat-tempat tertentu, terpisah dan membentuk sinus- sinus venosus. Lapisan endosteal sebenarnya merupakan lapisan periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan meningeal merupakan lapisan durameter yang sebenarnya, sering disebut dengan cranial durameter. Lapisan meningeal ini terdiri atas jaringan fibrous padat dan kuat yang membungkus otak dan melanjutkan menjadi durameter spinalis setelah melewati foramen magnum yang berakhit sampai segmen kedua dari os sacrum. Lapisan meningeal membentuk septum ke dalam, membagi rongga cranium menjadi ruang-ruang yang saling berhubungan dengan bebas dan menampung bagian-bagian otak. Fungsi septum ini adalah untuk menahan pergeseran otak. Adapun empat septum itu antara lain: a. Falx cerebri adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang terletak pada garis tengah diantara kedua hemisfer cerebri. Ujung bagian anterior melekat pada crista galli. Bagian posterior melebar, menyatu

LP Meningoensefalitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: LP Meningoensefalitis

1

MENINGOENSEFALITIS TUBERCULOSIS

A. Anatomi Meninges dan Encephalon

Meningens merupakan selaput atau membran yang terdiri atas jaringan ikat yang

melapisi dan melindungi otak. Selaput otak atau meningens terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Durameter

Durameter dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara konvensional durameter ini

terdiri atas dua lapis, yaitu endosteal dan lapisan meningeal. Kedua lapisan ini

melekat dengan rapat, kecuali sepanjang tempat-tempat tertentu, terpisah dan

membentuk sinus-sinus venosus. Lapisan endosteal sebenarnya merupakan lapisan

periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan meningeal

merupakan lapisan durameter yang sebenarnya, sering disebut dengan cranial

durameter. Lapisan meningeal ini terdiri atas jaringan fibrous padat dan kuat yang

membungkus otak dan melanjutkan menjadi durameter spinalis setelah melewati

foramen magnum yang berakhit sampai segmen kedua dari os sacrum.

Lapisan meningeal membentuk septum ke dalam, membagi rongga cranium menjadi

ruang-ruang yang saling berhubungan dengan bebas dan menampung bagian-bagian

otak. Fungsi septum ini adalah untuk menahan pergeseran otak. Adapun empat

septum itu antara lain:

a. Falx cerebri adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang terletak pada

garis tengah diantara kedua hemisfer cerebri. Ujung bagian anterior melekat pada

crista galli. Bagian posterior melebar, menyatu dengan permukaan atas tentorium

cerebelli.

b. Tentorium cerebelli adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang menutupi

fossa crania posterior. Septum ini menutupi permukaan atas cerebellum dan

menopang lobus occipitalis cerebri.

c. Falx cerebelli adalah lipatan durameter yang melekat pada protuberantia

occipitalis interna.

d. Diapharma sellae adalah lipatan sirkuler kecil dari durameter, yang mmenutupi

sella turcica dan fossa pituitary pada os sphenoidalis. Diafragma ini memisahkan

pituitary gland dari hypothalamus dan chiasma opticum. Pada bagian tengah

terdapat lubang yang dilalui oleh tangkai hypophyse.

Page 2: LP Meningoensefalitis

2

Pada pemisahan dua lapisan durameter ini, terdapat sinus duramatris yang berisi

darah vena. Sinus venosus/duramatris ini menerima darah dari drainase vena pada

otak dan mengalir menuju vena jugularis interna. Dinding dari sinus-sinus ini dibatasi

oleh endothelium. Sinus pada calvaria yaitu sinus sagitalis superior. Sinus sagitalis

inferior, sinus transverses dan sinus sigmoidea. Sinus pada basis crania antara lain:

sinus occipitalis, sinus sphenoidalis, sinus cavernosus, dan sinus petrosus.

Pada lapisan durameter ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah yang

berasal dari arteri carotis interna, a. maxilaris, a.pharyngeus ascendens,a.occipitalis

dan a.vertebralis. Dari sudut klinis, yang terpenting adalah a. meningea media (cabang

dari a.maxillaris) karena arteri ini umumnya sering pecah pada keadaan trauma

capitis. Pada durameter terdapat banyak ujung-ujung saraf sensorik, dan peka

terhadapa rgangan sehingga jika terjadi stimulasi pada ujung saraf ini dapat

menimbulkan sakit kepala yang hebat.

2. Arachnoid

Lapisan ini merupakan suatu membran yang impermeable halus, yang menutupi

otak dan terletak diantara piameter dan durameter. Mebran ini dipisahkan dari

durameter oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale dan dari piameter oleh cavum

subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid. Cavum subarachnoid (subarachnoid

space) merupakan suatu rongga/ruangan yang dibatasi oleh arachnoid dibagian luar

dan piameter pada bagian dalam. Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh

mesothelial cell yang pipih. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol ke dalam sinus

venosus membentuk villi arachnoidales. Agregasi ini berfungsi sebagai tempat

perembesan cerebrospinal fluid ke dalam aliran darah.

Arachnodi berhubungan dengan piameter melalui untaian jaringan fibrosa halus

yang melintasi cairan dalam cavum subarachnoid. Struktur yang berjalan dari dan ke

otak menuju cranium atau foraminanya harus melalui cavum subarachnoid.

3. Piameter

Lapisan piameter berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang belakang,

mengikuti tiap sulcus dan gyrus. Piameter ini merupakan lapisan dengan banyak

pembuluh darah dan terdiri atas jaringan penyambung yang halus serta dilalui

pemmbuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.

Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir sebagai end

feet dalam piameter untuk membentuk selaput pia-glia Selaput ini berfungsi untuk

mencegah masuknya bahan-bahan yang merugikan ke dalam susunan saraf pusat.

Page 3: LP Meningoensefalitis

3

Piameter membentuk tela choroidea, atap ventriculus tertius dan quartus dan

menyatu dengan ependyma membentuk plexus choroideus dalam ventriculus lateralis,

tertius dan quartus.

Sedangkan encephalon adalah bagian sistem saraf pusat yang terdapat di dalam

cranium; terdiri atas proencephalon (disebut juga forebrain yaitu bagian dari otak yang

berkembang dari anterior tiga vesikel primer terdiri atas diensefalon dan telensefalon);

mesencephalon (disebut juga brainstem yaitu bagian dari otak yang berkembang dari

bagian tengah tiga vesikel primer, terdiri atas tektum dan pedunculus); dan

rhombencephalon (disebut juga hindbrain,terdiri atas metensefalon (serebelum dan pons)

dan mielensefalon (medulla oblongata).

Gambar 3. jaringan otak (encephalon)

B. DEFINISI MENINGOENCEPHALITIS

Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan

meningens. Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis,

encephalomeningitis, dan meningocerebritis.

Meningoencephalitis merupakan infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sel

parenkim otak. Meningoencephalitis biasanya diawali oleh meningitis yang kemudian

menyebar ke otak dan/atau spinal cord

C. ETIOLOGI MENINGOENCEPHALITIS

Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang jarang

disebabkan oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada meningitis yang

Page 4: LP Meningoensefalitis

4

disebabkan oleh virus tetapi terdapat kasus yang menunjukan gambaran yang sama yaitu

pada meningitis yang disebabkan organisme lain (lyme disease, sifilis dan tuberculosis);

infeksi parameningeal (abses otak, abses epidural, dan venous sinus empyema); pajanan

zat kimia (obat NSAID, immunoglobulin intravena); kelainan autoimn dan penyakit

lainnya.

Bakteri yang sering menyebabkan meningitis bacterial sebelum ditemukannya vaksin

Hib, S.pneumoniae, dan N. meningitidis. Bakteri yang menyebabkan meningitis neonatus

adalah bakteri yang sama yang menyebabkan sepsis neonatus.

Tabel 1. Bakteri penyebab meningitis

Golongan usia Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis

Bakteri yang jarang menyebabkan meningitis

Neonatus Group B streptococcus Staphylococcus aureusEscherichia coli Coagulase-negative staphylococciKlebsiella Enterococcus faecalisEnterobacter Citrobacter diversus

SalmonellaListeria monocytogenesPseudomonas aeruginosaHaemophilus influenzae types a, b, c, d,e, f, dan nontypable

>1 bulan Streptococcus pneumonia H. influenzae type bNeisseria meningitides Group A streptococci

Gram-negatif bacilliL. monocytogenes

Virus yang menyebabkan meningitis pada prinsipnya adalah virus golongan

enterovirus dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses, echovirus dan pada

pasien yang tidak vaksinasi (poliovirus). Virus golongan enterovirus dan arbovirus (St.

Louis, LaCrosse, California vencephalitis viruses) adalah golongan virus yang paling

sering menyebabkan meningoencephalitis. Selain itu virus yang dapat menyebabkan

meningitis yaitu HSV, EBV, CMV lymphocytic choriomeningitis virus, dan HIV. Virus

mumps adalah virus yang paling sering menjadi penyebab pada pasien yang tidak

tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan virus yang jarang menyebabkan meningitis yaitu

Borrelia burgdorferi (lyme disease), B. hensalae (cat-scratch virus), M. tuberculosis,

Toxoplasma, Jamus (cryptococcus, histoplasma, dan coccidioides), dan parasit

(Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri, Acanthamoeba).

Page 5: LP Meningoensefalitis

5

Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada parenkim otak yang biasanya

merupakan suatu proses akut, namun dapat juga terjadi postinfeksi encephalomyelitis,

penyakit degeneratif kronik, atau slow viral infection. Encephalitis merupakan hasil dari

inflamasi parenkim otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral. Encephalitis sendiri

dapat bersifat difus atau terlokalisasi. Organisme tertentu dapat menyebabkan encephalitis

dengan satu dari dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung pada parenkim otak

atau (2) sebuah respon yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent immune-

mediated response) pada sistem saraf pusat yang biasanya bermula pada beberapa hari

setelah munculnya manifestasi ekstraneural.

Tabel 2. Virus penyebab meningitis

Akut SubakutAdenoviruses HIV1. Amerika utara JC virus

Eastern equine encephalitisWestern equine encephalitis

Prion-associated encephalopathies(Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)

St. Louis encephalitisCalifornia encephalitis

West Nile encephalitisColorado tick fever

2. Di luar amerika utara Venezuelan equine encephalitis Japanese encephalitis Tick-borne encephalitis Murray Valley encephalitis

EnterovirusesHerpesviruses

Herpes simplex viruses Epstein-Barr virus Varicella-zoster virus Human herpesvirus-6 Human herpesvirus-7

HIVInfluenza virusesLymphocytic choriomeningitis virus Measles virus (native atau vaccine) Mumps virus (native atau vaccine) Virus rabiesVirus rubella

Page 6: LP Meningoensefalitis

Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis juga dapat

merupakan hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik dan gangguan

neoplastik. Penyebab yang paling sering menyebabkan encephalitis di U.S adalah

golongan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California, West nile encephalitis viruses),

enterovirus, dan herpesvirus. HIV adalah penyebab penting encephalitis pada anak dan

dewasa dan dapat berupa acute febrile illness.

PATOFISIOLOGI DARI MENINGOENCEPHALITIS

Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri, invasi

organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Proses ini berlangsung secara

hematogen dari saluran pernafasan atas dimana di dalam lokasi tersebut sering terjadi

kolonisasi bakteri. Walaupun jarang, penyebaran dapat terjadi secara langsung yaitu dari

fokus yang terinfeksi seperti (sinusitis, mastoiditism, dan otitis media) maupun fraktur

tulang kepala.

Penyebab paling sering pada meningitis yang mengenai pasien < 1 bulan adalah

Escherichia colli dan streptococcus group B. Infeksi Listeria monocytogenes juga dapat

terjadi pada usia < 1 bulan dengan frekuensi 5-10% kasus. Infeksi Neisseria meningitides

juga dapat menyerang pada golongan usia ini. Pada golongan usia 1-2 bulan, infeksi

golongan streptococcus grup B lebih sering terjadi sedangkan infeksi enterik karena

bakteri golongan gram negatif frekuensinya mulai menurun. Streptococcus pneumonia,

Haemophilus influenzae, dan N. Meningitidis akhir-akhir ini menyebabkan kebanyakan

kasus meningitis bakterial. H. influenzae dapat menginfeksi khususnya pada anak-anak

yang tidak divaksinasi Hib.

Organisme yang umum menyebabkan meningitis (seperti N.Meningitidis,

S.pneumoniae, H. influenzae) terdiri atas kapsul polisakarida yang memudahkannya

berkolonisasi pada nasofaring anak yang sehat tanpa reaksi sistemik atau lokal. Infeksi

virus dapat muncul secara sekunder akibat penetrasi epitel nasofaring oleh bakteri ini.

Selain itu melalui pembuluh darah, kapsul polisakarida menyebabkan bakteri tidak

mengalami proses opsonisasi oleh pathway komplemen klasik sehingga bakteri tidak

Page 7: LP Meningoensefalitis

terfagosit.

Page 8: LP Meningoensefalitis

Terdapat bakteri yang jarang menyebabkan meningitis yaitu pasteurella multocida,

yaitu bakteri yang diinfeksikan melalui gigitan anjing dan kucing. Walaupun kasus jarang

terjadi namun kasus yang sudah terjadi menunjukan morbiditas dan mortalitaas yang

tinggi. Salmonella meningitis dapat dicurigai menyebabkan meningitis pada bayi berumur

< 6 bulan. Infeksi bermula saat ibu sedang hamil.

Pada perjalanan patogenesis meningitis bakterial terdapat fase bakterial dimana pada

fase ini bakteri mulai berpenetrasi ke dalam cairan serebropsinal melalui pleksus choroid.

Cairan serebrospinal kurang baik dalam menanggapi infeksi karena kadar komplomen

yang rendah dan hanya antibody tertentu saja yang dapat menembus barier darah otak.

Dinding bakteri gram positif dan negatif terdiri atas zat patogen yang dapat memacu

timbulnya respon inflamasi. Asam teichoic merupakan zat patogen bakteri gram positif

dan lipopolisakarida atau endotoksin pada gram negatif. Saat terjadinya lisis dinding sel

bakteri, zat-zat pathogen tersebut dibebaskan pada cairan serebrospinal.

Terapi antibiotik menyebabkan pelepasan yang signifikan dari mediator dari respon

inflamasi. Adapun mediator inflamasi antara lain sitokin (tumor necrosis factor,

interleukin 1, 6, 8 dan 10), platelet activating factor, nitric oxide, prostaglandin, dan

leukotrien. Mediator inflamasi ini menyebabkan terganggunya keseimbangan sawar darah

otak, vasodilatasi, neuronal toxicity, peradangan meningeal, agregasi platelet, dan aktifasi

leukosit. Sel endotel kapiler pada daerah lokal terjadinya infeksi meningitis bacterial

mengalami peradangan (vaskulitis), yang menyebabkan rusaknya agregasi vaskuler.

Konsekuensi pokok dari proses ini adalah rusaknya mekanisme sawar darah otak, edema

otak, hipoperfusi aliran darah otak, dan neuronal injury.

Akibat kerusakan yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi, agen anti-

inflamasi berbagai telah digunakan dalam upaya untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas meningitis bakteri. Hanya deksametason yang telah terbukti efektif.

Meningitis viral atau meningitis aseptik adalah infeksi umum pada sebagian besar

infeksi sistem saraf pusat khususnya pada anak-anak < 1 tahun. Enterovirus adalah agen

penyebab paling umum dan merupakan penyebab penyakit demam tersering pada anak.

Patogen virus lainnya termasuk paramyxoviruses, herpes, influenza, rubella, dan

adenovirus. Meningitis dapat terjadi pada hampir setengah kejadian dari anak-anak < 3

bulan dengan infeksi enterovirus. infeksi enterovirus dapat terjadi setiap saat selama

tahun tetapi dikaitkan dengan epidemi di musim panas dan gugur. Infeksi virus

menyebabkan respon inflamasi tetapi untuk tingkat yang lebih rendah dibandingkan

Page 9: LP Meningoensefalitis

dengan infeksi bakteri. Kerusakan dari meningitis viral mungkin karena adanya

ensefalitis terkait dan tekanan intrakranial meningkat.

Meningitis karena jamur jarang terjadi tetapi dapat terjadi pada pasien

immunocompromised; anak-anak dengan kanker, riwayat bedah saraf sebelumnya, atau

trauma kranial, atau bayi prematur dengan tingkat kelahiran rendah. Sebagian besar kasus

pada anak-anak yang menerima terapi antibiotik dan memiliki riwayat rawat inap.

Etiologi meningitis aseptik yang disebabkan oleh obat belum dipahami dengan baik.

Namun jenis meningitis ini jarang terjadi pada populasi anak-anak.

Ensefalitis adalah penyakit yang sama dari sistem saraf pusat. Penyakit ini adalah

suatu peradangan dari parenkim otak. Seringkali, terdapat agen virus yang bertanggung

jawab sebagai promotor. Masuknya virus terjadi melalui jalur hematogen atau neuronal.

Ensefalitis yang sering terjadi adalah ensefalitis yang ditularkan oleh gigitan nyamuk dan

kutu yang terinfeksi virus. Virus berasal dari, Flavivirus, dan Bunyavirus keluarga

Togavirus. Jenis ensefalitis yang paling umum terjadi di Amerika Serikat adalah La

Crosse virus, ensefalitis virus kuda timur, dan St Louis virus. Seringkali, penyebab

ensefalitis ini menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang sama. Konfirmasi dan

diferensiasi berasal dari pengujian laboratorium. Namun, manfaatnya terbatas pada

sejumlah patogen diidentifikasi.

Virus West Nile adalah menjadi penyebab utama ensefalitis, disebabkan oleh

arbovirus dari keluarga Flaviviridae. Nyamuk dan migrasi burung merupakan peantara

dalam penyebaran infeksi virus ini. Nyamuk menggigit manusia dan manusia adalah

dead-end host bagi virus. Sebagian besar manusia tidak menularkan infeksi ini. Sekitar 1

infeksi bergejala berkembang untuk setiap 120-160 orang tanpa gejala. Namun pada

orang dewasa beresiko terkena penyakit bergejala. Hal ini telah menjadi masalah

kesehatan publik yang lebih besar, mengingat bahwa penyebaran terjadi karena migrasi

burung. Kasus pertama diidentifikasi di New York City pada tahun 1999, dengan kasus

tambahan yang diidentifikasi dalam tahun-tahun berikutnya di seluruh Amerika Serikat.

Ensefalitis dapat ditularkan dengan cara lain. Ensefalitis Herpetic dan rabies adalah

dua contoh, di mana penularan masing-masing terjadi melalui kontak langsung dan

gigitan mamalia. Dalam kasus ensefalitis herpes, terdapat bukti reaktivasi virus dan

transmisi intraneuronal sehingga menyebabkan ensefalitis.

D. MANIFESTASI SECARA KLINIK

Page 10: LP Meningoensefalitis

neurologis. Kejang yang umum pada presentasi. Anak-anak dengan ensefalitis juga

9

Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme

penyebab infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala

spesifik.

- Pada bayi muda temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:

a. Hipotermia atau mungkin bayi demam

b. Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku

kuduk tapi biasanya temuan ini muncul lambat.

- Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.

a. tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig

positif dan Brudzinski juga positif)

Gambar 4. Gambar pemeriksaan brudzinski dan kernig

b. tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang

berhubungan dengan prognosis yang buruk

c. Kejang terjadi pada 30% anak dengan meningitis bakteri

d. Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan

lebih sering dengan meningitis pneumokokus.

- Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan

mengeluhkan sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf

cerebral keenam, anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-

tanda tekanan intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang

terjadi, kecuali ada oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak.

- Pada infeksi ensefalitis akut biasanya didahului oleh prodrome beberapa hari gejala

spesifik, seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan keluhan perut,

yang diikuti dengan gejala khas kelesuan progresif, perubahan perilaku, dan defisit

Page 11: LP Meningoensefalitis

10

mungkin memiliki ruam makulopapular dan komplikasi parah, seperti fulminant

coma, transverse myelitis, anterior horn cell disease (polio-like illness), atau

peripheral neuropathy. Selain itu temuan fisik yang umum ditemukan pada ensefalitis

adalah demam, sakit kepala, dan penurunan fungsi neurologis. Penurunan fungsi saraf

termasuk berubah status mental, fungsi neurologis fokal, dan aktivitas kejang. Temuan

ini dapat membantu mengidentifikasi jenis virus dan prognosis. Misalnya akibat

infeksi virus West Nile, tanda-tanda dan gejala yang tidak spesifik dan termasuk

demam, malaise, nyeri periokular, limfadenopati, dan mialgia. Selain itu terdapat

beberapa temuan fisik yang unik termasuk makulopapular, ruam eritematous;

kelemahan otot proksimal, dan flaccid paralysis.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jika dicurigai bakteri meningitis dan encephalitis, pungsi lumbal harus dilakukan.

Pungsi lumbal harus dihindari dengan adanya ketidakstabilan kardiovaskular atau tanda-

tanda tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal rutin termasuk

hitung WBC, diferensial, kadar protein dan glukosa, dan gram stain. Bakteri meningitis

ditandai dengan pleositosis neutrophilic, cukup dengan protein tinggi nyata, dan glukosa

rendah. Viral meningitis ditandai dengan protein pleositosis limfositik ringan sampai

sedang, normal atau sedikit lebih tinggi, dan glukosa normal. Sedangkan pada

encephalitis menunjukkan pleositosis limfositik, ketinggian sedikit kadar protein, dan

kadar glukosa normal. Peningkatan eritrosit dan protein CSF dapat terjadi dengan HSV.

Extreme peningkatan protein dan rendahnya kadar glukosa menunjukan infeksi

tuberkulosis, infeksi kriptokokus, atau carcinomatosis meningeal. Cairan serebrospinal

harus dikultur untuk mengetahui bakteri, jamur, virus, dan mikobakteri yang menginfeksi.

PCR digunakan untuk mendiagnosis enterovirus dan HSV karena lebih sensitif dan lebih

cepat dari biakan virus. Leukositosis adalah umum ditemukan. Kultur darah positif pada

90% kasus.

Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat mengkonfirmasi komponen

ensefalitis. EEG adalah tes definitif dan menunjukkan aktivitas gelombang lambat,

walaupun perubahan fokal mungkin ada. Studi neuroimaging mungkin normal atau

mungkin menunjukkan pembengkakan otak difus parenkim atau kelainan fokal.

Serologi studi harus diperoleh untuk arbovirus, EBV, Mycoplasma pneumoniae, cat-

scratch disease, dan penyakit Lyme. Sebuah uji IgM serum atau CSF untuk infeksi virus

West Nile tersedia, tetapi reaktivitas silang dengan flaviviruses lain (St Louis ensefalitis)

Page 12: LP Meningoensefalitis

kondisi Tekanan Leukosit(/μL)

Protein(mg/dL)

Glukosa(mg/dL)

keterangan

Normal 50-180 <4; 60-70% 20-45 >50 atau 75%mm H2O limfosit, glukosa darah

30-40%monosit,1-3% neutrofil

Meningitis Biasanya 100-60,000 +; 100-500 Terdepresi Organismebakterial akut meningkat biasanya apabila dapat dilihat

beberapa ribu; dibandingkan pada GramPMNs dengan stain danmendominasi glukosa kultur

darah;biasanya <40

Meningitisbakterial

Normalatau

1-10,000;didominasi

>100 Terdepresiatau normal

Organismenormal dapat

yang sedang meningkat PMNs tetapi dilihat;menjalani mononuklear pretreatmentpengobatan sel biasa dapat

mungkin menyebabkanmendominasi CSF sterilApabilapengobatan

11

dapat terjadi. pengujian serologi tambahan untuk patogen kurang umum harus dilakukan

seperti yang ditunjukkan oleh perjalanan, sosial, atau sejarah medis. Selain pengujian

serologi, sampel CSF dan tinja dan usap nasofaring harus diperoleh untuk biakan virus.

Dalam kebanyakan kasus ensefalitis virus, virus ini sulit untuk mengisolasi dari CSF.

Bahkan dengan pengujian ekstensif dan penggunaan tes PCR, penyebab ensefalitis masih

belum ditentukan di satu pertiga dari kasus.

Biopsi otak mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif dari penyebab ensefalitis,

terutama pada pasien dengan temuan neurologik fokal. Biopsi otak mungkin cocok untuk

pasien dengan ensefalopati berat yang tidak menunjukkan perbaikan klinis jika diagnosis

tetap tidak jelas. HSV, rabies ensefalitis, penyakit prion-terkait (Creutzfeldt-Jakob

penyakit dan kuru) dapat didiagnosis dengan pemeriksaan rutin kultur atau biopsi

patologis jaringan otak. Biopsi otak mungkin penting untuk mengidentifikasi arbovirus

dan infeksi Enterovirus, tuberkulosis, infeksi jamur, dan penyakit non-menular, terutama

primer SSP vasculopathies atau keganasan.

Tabel 3. Temuan pada pemeriksaan cairan

serebrospinal pada beberapa gangguan sistem

saraf pusat

Page 13: LP Meningoensefalitis

Tuberculous Biasanya

sebelumnya telah lama dilakukan10-500; PMNs 100-500; <50 usual; Bakteri tahan

meningitis meningkat mendominasi lebih menurun asam mungkin: dapat pada awalnya tinggi khususnya dapat terlihatsedikit namun khususnya apabila padameningkat kemudian saat pengobatan pemeriksaankarena limfosit dan terjadi tidak adekuat usap CSF;bendunga monosit blokn cairan mendominasi cairanserebrospi pada akhirnya serebrospinal pada naltahaptertentu

Fungal Biasanya 25-500; PMNs 20-500 <50; Budding yeastmeningkat mendominasi menurun dapat terlihat

pada awalnya khususnyanamun apabilakemudian pengobatanmonosit tidak adekuatmendominasipada akhirnya

Viralmeningitis

Normalatau

PMNsmendominasi

20-100 Secara umumnormal; dapat

12

atau meningoencefa litis

Abses (infeksi parameningeal)

meningkat tajam

Normal atau meningkat

pada awalnya namun kemudian monosit mendominasi pada akhirnya ;jarang lebih dari1000 sel kecuali pada eastern equine0-100 PMNs kecuali pecah menjadi CSF

terdepresi hingga 40pada beberapa infeksi virus (15-20% dari mumps)

20-200 Normal Profil mungkin normal

F. DIAGNOSIS BANDING MENINGOENCEPHALITIS

Beberapa diagnosis banding untuk meningoencephalitis adalah

1. Kejang demam

2. Meningitis

3. Encephalitis

4. Intracranial abscess

Page 14: LP Meningoensefalitis

5. Sekuele dari edema otak

6. Infark cerebral

7. Perdarahan cerebral

8. Vaskulitis

9. Measles

10. Mumps

G. PENANGANAN MENINGOENCEPHALITIS

Initial Antimicrobial Therapy by Age for Presumed BacterialMeningitis

Age Recommended Treatment Alternative TreatmentsNewborns (0-28 days) Cefotaxime or ceftriaxone plus

ampicillin with or without gentamicin

Gentamicin plus ampicillin

Ceftazidime plus ampicillinInfants and toddlers (1 mo-4 yr)Children and adolescents (5-13 yr) and adults

Ceftriaxone or cefotaxime plus vancomycinCeftriaxone or cefotaxime plus vancomycin

Cefotaxime or ceftriaxone plus rifampinAmpicillin plus chloramphenicol

H. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS MENINGOENCEPHALITIS

- Sindrom hormon antidiuretik dapat mempersulit meningitis dan memerlukan

monitoring output urin dan administrasi cairan yang bijaksana, menyeimbangkan

kebutuhan pemberian cairan untuk hipotensi dan hipoperfusi.

- Demam persisten umum terjadi selama pengobatan meningitis, tetapi juga mungkin

terkait dengan infeksi atau kekebalan efusi perikardial atau immune complex-

mediated, tromboflebitis, demam obat, atau infeksi nosokomial.

- Di antara korban, gejala biasanya menyelesaikan selama beberapa hari untuk 2 sampai

3 minggu. Meskipun kebanyakan pasien dengan bentuk epidemi ensefalitis menular

Page 15: LP Meningoensefalitis

(St Louis, California, dan infeksi Enterovirus) di AS sembuh tanpa gejala sisa, kasus

Page 16: LP Meningoensefalitis

yang parah menyebabkan kematian atau gejala sisa neurologis yang substansial dapat

terjadi dengan hampir semua virus ini Neurotropik. Angka kematian keseluruhan

untuk ensefalitis menular adalah sekitar 5%. Sekitar dua pertiga dari pasien sembuh

sebelum dibuang dari rumah sakit. Sisanya menunjukkan residua klinis yang

signifikan, termasuk kelumpuhan atau spastisitas, gangguan kognitif, kelemahan,

ataksia, dan kejang berulang. Kebanyakan pasien dengan gejala sisa neurologis

ensefalitis menular pada saat dikeluarkan dari rumah sakit secara bertahap

memulihkan beberapa atau semua fungsi mereka.

Page 17: LP Meningoensefalitis

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous (1). 2007. Ensefalitis. (Online, h tt p :// ww w . m e d i cas t ore . co m , diakses tanggal 27Januari 2007)

Anonimous (2). 2007. Enchepalitis. (Online, h tt p :// ww w . m ayo c li n i c.co m / hea l t h/ en c epha l i ti s / DS00226 / DS E C T IO N = 9 , diakses tanggal 27 Januari 2006).

Anonimous (4). 2007. What is meningitis? What is encephalitis? (Online, h tt p :// ww w .n i nds.n i h.gov / d i sorders / encep h a l i ti s_ m en i n g iti s / d e t a il _en c epha l iti s_ m e n i ng i ti s.h t m , diakses tanggal 26 Januari 2007)

Homeier, Barbara P. 2005. Encephalitis. (Online, h tt p : // ww w .k i dshea lt h.o r g / p aren t / i nf e c ti ons / b ac t e r i a l _ v i ra l / encep h a l i ti s.h t ml , diakses tanggal 27 Januari 2007).

Saanin, Syaiful. 2006. Infeksi pada Sistem Saraf Pusat. (Online, h tt p :// ww w .ange l f i re.c o m/ n c / neurosu r gery / V i rus.h tm l , diakses tanggal 20 Januari2007)

SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.

Widodo, Dwi Putro. 2004. Ensefalitis. (Online, h tt p : // ww w . m a il - arch i ve . co m/ b a l i t a- anda @ ba l it a - anda.co m /m sg45164.h t m l , diakses tanggal 27 Januari 2007).