portofolio meningoensefalitis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    1/12

    1

    BORANG LAPORAN KASUS MEDIK

    Topik : Meningoensefalitis

    Tanggal (kasus) : 22 Oktober 2014 Presenter : dr. Mahyudin

    Tanggal Presentasi : Oktober 2014 Pendamping : dr. Retno Suryani S

    Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah

    Objektif Presentasi :

    Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

    Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

    Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

    Deskripsi :

    Bayi laki-laki, usia 1 bulan, kejang 3 kali dengan penurunan kesadaran, sejak 3

    hari yang lalu, riwayat imunisasi BCG 3 hari yang lalu.

    Tujuan : Menegakkan diagnosis meningitis, ensefalitis, KDS, dan KDK

    Bahan

    Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

    Cara

    Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

    Data Pasien :Nama : Ahmad Fathur, , 1

    bulan, BB : 4,2 kgNo. Registrasi : 0070473

    Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah Telp : (0733) 451902 Terdaftar sejak :

    Data Utama untuk Bahan Diskusi :

    1. Diagnosis / Gambaran Klinis : os MRS dengan keluhan kejang 3 kali, sejak 3 hari yang

    lalu, kejang pertama 3 hari yang lalu bersifat fokal, lengan kanan, lama kejang 15 menit, os

    tidak sadar selama kejang, setelah kejang os langsung menangis, kejang kedua bersifat fokal

    pada lengan kanan dan tungkai kanan, lama kejang 10 menit, os tidak sadar selama kejang,

    post ictal os menangis, kejang terakhir seluruh tubuh, lama > 30 menit, os tidak sadar selama

    kejang. Tidak ada riwayat infeksi sebelumnya dari alloanamnesis. 3 hari sebelumnya os ada

    riwayat imunisasi BCG.

    Pem fisik : GCS: E2M4V3 (9), penurunan kesadaran, demam, kejang, uub menonjol,

    konjungtiva anemis, refleks patologis babinski +/+.

    2. Riwayat Pengobatan : os kiriman dari dr. Zainal M, Sp.A

    3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

    4.

    Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    2/12

    2

    5. Riwayat Pekerjaan : (-)

    6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.

    7. Riwayat Imunisasi : Polio 1 dan Hep B 0

    8.

    Lain-lain : Riwayat lahir di bidan, spontan dan langsung menangisDaftar Pustaka :

    1.

    Kliegmen RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman, RE. 2007. Nelson Essentials of

    pediatrics, fifth edition. Elsevier Inc, Section XVI Infectious Diseases; meningitis.

    2. Nelson. 1996. Ilmu kesehatan anak nalson. Vol. 1. E/5. Phidelpia: W. B. Saunders

    Company.

    3. Gilroy, John. 2005. Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, Hauser,Stephen,L (ed).

    Harrisons , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill, Philadelphia.

    4. Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius

    Fakultas Kedokteran UI.

    5. Taslim S. Soetamenggolo, Sofyan Ismael. 1999.Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta, IDAI.

    6.

    Orgogozo, MD, J.-M., et al. 2003. "subakut meningoencephalitis dalam subset dari pasien

    dengan AD setelah imunisasi A42" (. Neurologi American Academy of Neurology )61(1):

    46-54. DOI : 10.1212/01.WNL.0000073623.84147.A8 . PMID 12847155.

    7.

    Lazoff M, Hemphill RR, Pritz T. 2001. Encephalitis. (Online).

    http://emedicine.medscape.com/article/791896-overview

    8. Tunkel AR et al. 2008. The Management of Encephalitis: Clinical Practice Guidelines by

    the Infectious Diseases Society of America. Clinical Infectious Diseases 47:30327.

    Hasil Pembelajaran :

    1. Menegakkan diagnosis meningitis, ensefalitis, KDS, dan KDK

    Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

    Subjektif :

    Keluhan Utama: kejang 3 kali dengan penurunan kesadaran, sejak 3 hari yang lalu

    os MRS dengan keluhan kejang 3 kali, sejak 3 hari yang lalu, kejang pertama 3 hari

    yang lalu bersifat fokal, lengan kanan, lama kejang 15 menit, os tidak sadar selama

    kejang, setelah kejang os langsung menangis, kejang kedua bersifat fokal pada lengan

    kanan dan tungkai kanan, lama kejang 10 menit, os tidak sadar selama kejang, post

    ictal os menangis, kejang terakhir seluruh tubuh, lama > 30 menit, os tidak sadar

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    3/12

    3

    selama kejang.

    Tidak ada riwayat infeksi sebelumnya dari alloanamnesis.

    Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada

    3 hari sebelumnya os ada riwayat imunisasi BCG.

    Riwayat lahir di bidan, spontan dan langsung menangis

    Os merupakan rujukan dari spesialis Anak

    1. Objektif :

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum : tampak sakit berat

    Kesadaran : somnolen, GCS: E2M4V3(9)

    Tekanan Darah : -

    Nadi : 130 x/menit

    Frekuensi Nafas : 30 x/ menit

    Suhu : 37,8 0C

    Status Internus

    Kepala : Ubun-ubun menonjol

    Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

    Kulit : Turgor kulit baik

    Thoraks

    o Paru

    Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan

    Palpasi : -

    Perkusi : -

    Auskultasi : suara napas pokok vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

    o Jantung

    Inspeksi : Iktus jantung terlihat di ICS V LMCS

    Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicularis sinistra IC V

    Perkusi : -

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    4/12

    4

    Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada

    Abdomen

    Inspeksi : Tidak tampak membuncit

    Palpasi : -

    Perkusi : Timpani

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Ekstremitas :Refilling capillerbaik, edema pretibial (-/-).

    Status Neurologis

    GCS E2M4V3

    Kepala : pupil isokor 3 mm, refleks cahaya + | + normal.

    Tanda rangsang meningeal:

    o Kaku kuduk (-)

    o Kernig sign - | -

    o Brudzinski I sign, sulit diperiksa

    o Brudzinski II sign, sulit diperiksa

    Nervus kranialis sulit dievaluasi

    Sistem motorik: b.d.d, kekuatan otot sulit dievaluasi

    Refleks fisiologis

    o Refleks biceps + | + normal

    o Refleks triceps + | + normal

    o Refleks patella tidak diperiksa

    o Refleks achilles tidak diperiksa

    Refleks patologis

    o Refleks Hoffman tidak dilakukan

    o Refleks Trommer tidak dilakukan

    o Refleks Babinski + | +

    o Refleks Chaddock tidak dilakukan

    o Refleks Oppenheim tidak dilakukan

    o Klonus - | -

    Laboratorium:

    Tanggal 22 Oktober 2014

    Hb : 5,3 gr/dl

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    5/12

    5

    SDM : 1,76 juta/mm

    Leukosit : 7.200/mm3

    Trombosit : 187.000/mm3

    LED : 12

    Hematokrit : 15,9%

    Gol. Darah : B/+

    Hitung Jenis : Eosinofil 0%, basofil 0%, Segmen 47%, Limposit 45%, Monosit

    5%

    DDR Malaria : (-)

    Widal Test : Paratyphi H (-), Paratyphi O (-), Thypi H (-), Thypi O (-).

    2. Assesment (penalaran klinis) :

    Ahmad Fathur, laki-laki , usia 1 bulan dengan BB : 4,2 kg, dibawa ke IGD RSUD

    Siti Aisyah dengan kejang 3 kali disertai penurunan kesadaran (GCS 9), sejak 3 hari yang

    lalu, dari alloanamnesis tidak ada riwayat infeksi sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit

    dengan keluhan yang sama sebelumnya, os mendapatkan imunisasi BCG 3 hari yang lalu,

    dari alloanamnesis didapatkan bahwa, sejak mendapatkan imunisasi, sekitar 10 jam kemudian

    os mengalami kejang, dan tidak disertai dengan demam.

    Kejang pertama 3 hari yang lalu bersifat fokal, lengan kanan, lama kejang 15 menit, os

    tidak sadar selama kejang, setelah kejang os langsung menangis, kejang kedua bersifat fokal

    pada lengan kanan dan tungkai kanan, lama kejang 10 menit, os tidak sadar selama kejang,post ictal os menangis, kejang terakhir seluruh tubuh, lama > 30 menit, os tidak sadar selama

    kejang. Riwayat lahir di bidan, spontan dan langsung menangis. Os merupakan rujukan dari

    spesialis Anak.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, dengan kesadaran

    somnolen, GCS: E2M4V3 (9), nadi : 130 x/menit, RR : 30 x/ menit, suhu : 37,80C. Dari

    pemeriksaan kepala didapatkan ubun-ubun menonjol, dan pada pemeriksaan mata,

    didapatkan konjungtiva anemis. Dari pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kaku kuduk,

    dll, sistem motorik, pupil isokor 3 mm, refleks cahaya +/+ normal, N. kranialis yang lain

    sulit dinilai. Refleks bisep dan trisep normal, reflex patologis Babinski +/+. Dari laboratorium

    didapatkan Hb; 5,3 gr/dl, anemia berat, HT menurun, leukosit dan trombosit normal,

    pemeriksaan golongan darah B/+, DDR malaria (-), dan widal test negatif baik untuk

    paratyphi maupun thypi.

    Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan diagnosis

    Meningoensefalitis, hal ini didukung dari alloanamnesis bahwa pada saat kejang tidak disertai

    demam, ataupun bukan gejala demam yang mendahului sebelum terjadinya kejang. Jika

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    6/12

    6

    demam terjadi terlebih dahulu dan terjadi kejang, menurut ILAE, bisa diklasifikasikan ke

    kejang demam sederhana atau kejang demam kompleks tergantung dari kriteria lamanya

    kejang apakah lebih dari 15 menit, kejang fokal/parsial, dan kejang berulang dalam 24 jam.

    Maka dari itu menurut ILAE, anak yang mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang

    kembali karena demam, lebih disebabkan oleh meningitis bakterial atau viral dan

    mempunyai kecendrungan ke arah epilepsi. Tidak terdapat riwayat ispa, tonsilitis ataupun

    infeksi lain yang mendahului kejadian sebelum kejang, os hanya mempunyai riwayat

    imunisasi BCG, sedikit data yang mendukung untuk terjadinya meningitis setelah pemberian

    imunisasi, hal ini bisa saja terjadi keteledoran dari keluarga dalam menjaga kesehatan

    anaknya, yang bisa saja terjadi infeksi sebelum terjadinya kejadian kejang.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan UUB menonjol, anemia berat, tetapi tidak

    ditemukan gejala kaku kuduk, hal ini dikarenakan usia kurang dari 12 bulan, gejala dan tanda

    meningitis dapat tidak ditemukan dan bukan hanya dari pemeriksaan neurologis, sehingga

    pemeriksaan lumbal pungsi harus dilakukan, untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi SSP,

    sedangkan untuk usia 12-18 bulan dianjurkan untuk dilakukan karena gejala dan tanda

    meningitis minimal. Dan jika diatas usia 18 bulan tidak rutin dikerjakan, kecuali secara klinis

    dicurigai meningitis. Kita harus mengingat kontraindikasi melakukan pemeriksaan lumbal

    pungsi yaitu ketidakstabilan kardiovaskuler dan tanda-tanda peningkatan tekanan

    intrakranial, karena dapat menyebabkan herniasi. Meskipun ensefalitis terutama melibatkan

    parenkim otak, meningen atau selaput otak juga sering terlibat sehingga dikenal istilah

    meningoensefalitis. Gejala utama dari ensefalitis adalah kejang dan penurunan kesadaran,

    gejala tersebut terdapat pada pasien ini.

    Adapun tatalaksana pada pasien ini adalahOksigen Kanul 2 L/menit, pantau TTV dan

    Obs Kejang berulang, drip Diazepam 1 ampul (10 mg) + IVFD D5% NS gtt viii/menit,

    Ceftazidime (iv) 2 x 100 mg, dexamethason (iv) 3 x ampul, phenobarbital 2 x 20 mg (iv),

    transfusi PRC bertahap (75 cc bertahap. Rencana pemeriksaan lanjutan adanalah Lumbal

    Pungsi, analisa CSS, dan konsul spesialis saraf. Pasien mengalami perbaikan dalam

    perawatan di ICU, tanggal 26 oktober 2014, Hb pasien kembali normal, kesadaran sudah

    kompos mentis, dan konjungtiva tidak lagi anemis walaupun ubun-ubun masih menonjol

    minimal jika dibandingkan pada waktu awal masuk. Pada tanggal 27 oktober 2014, os sudah

    pindah ruangan ke bangsal anak dan pulang pada hari perawatan ke 7. Keluarga os diedukasi

    mengenai penyakit anaknya dan disarankan kontrol 3-5 hari setelah pulang dari RS, untuk

    memeriksa apakah terdapat gejala sisa dari infeksi meningen maupun ensefalon. Adapun

    gejala sisa yang ditakutkan adalah gangguan perilaku, gangguan kognitif, gangguan motorik,

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    7/12

    7

    epilepsi, gangguan penglihatan dan pendengaran.

    -------------------------------------------------------------------------------------------------

    Untuk menegakkan diagnosis meningitis, ensefalitis, KDK, dan KDS, harus dimulai

    dari anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat.

    Meningitis

    Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan infeksi

    sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA, mialgia, arthralgia, takikardia,

    hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti; ptechie, purpura, atau ruam macular eritematosa.

    Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri kepala dapat menjalar

    ke tengkuk dan punggung, kejang umum atau fokal, UUB menonjol, paresis, paralisis saraf

    N.III (okulomotorius) dan N.VI (abdusens), strabismus, hipertensi dengan bradikardia, apnea

    dan hiperventilasi, sikap dekortikasi atau deserebrasi, stupor, koma. Tanda Rangsang

    Meningeal seperti : kaku kuduk, brudzinsky 1 & 2, kernig sign, sakit pada leher dan

    punggung, posisi hiperekstensi pada leher & punggung, kelainan N.II, III, VI, VII, VIII.

    Diagnosa meningitis tergantung dari organisme penyebab yang terisolasi dari darah, CSS,

    urin dan cairan tubuh lainnya. Namun terutama berdasar pada pemeriksaan kultur dari cairan

    serebrospinal. Lumbal punksi dilakukan pada setiap anak dengan kecurigaan terjadinya

    sepsis. Pemeriksaan radiologis yaitu foto dada, foto kepala, bila mungkin CT scan.

    Ensefalitis

    Gejala prodromal umum dari ensefalitis virus berlangsung selama beberapa hari dan

    berupa demam, nyeri kepala, mual dan muntah, letargi, dan mialgia. Gejala klasik ensefalitis

    adalah berupa ensefalopati dengan gejala neurologis difus atau fokal termasuk: perubahan

    perilaku dan kepribadian, dengan penurunan derajat kesadaran; kaku kuduk, fotofobia, dan

    letargi; kejang general atau fokal; kebingungan atau amnesia; paralisis flasid. Gejala lain

    termasuk nyeri kepala dan gejala-gejala rangsang meningeal.

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    8/12

    8

    Menurut ILAE, Kejang demam adalah kejang pada anak, biasanya pada usia 6 bulan

    5 tahun, yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal > 38 C ) dan bukan disebabkan

    oleh infeksi SSP atau penyebab lain. Anak yg pernah mengalami kejang tanpa demam

    kemudian kejang kembali karena demam lebih disebabkan meningitis viral/bakterial &

    mempunyai predisposisi ke arah epilepsi. Bentuk kejang yg sering dilaporkan org tua adalah:

    kaku, kelojotan, tatapan mata kosong, nafas berhenti, kebiruan/pucat, mengompol, diikuti

    periode iktal singkat; tidur/ mengantuk.

    Menurut ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis, 1993, KD kompleks

    adalah bila ( salah satu ) :

    1. kejang lama, ( > 15 mnt )

    2. kejang fokal/parsial

    3. kejang berulang dalam 24 jam

    http://hajardaku.files.wordpress.com/2010/05/faga.jpg
  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    9/12

    9

    Pada pemeriksaan fisik jangan lupa dinilai kesadaran, tanda vital, cari tanda-tanda

    kemungkinan infeksi penyebab demam, cari tanda-tanda kemungkinan adanya infeksi

    intrakranial, status neurologis. Pemeriksaaan laboratorium yang dilakukan berdasarkan

    indikasi: mencari penyakit penyebab yg mendasari dan berdasarkan kondisi klinis individu,

    darah rutin: Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis, morfologi sel, kimia darah lengkap tidak

    dianjurkan, glukosa darah, elektrolit serum: Na, K, Ca, Cl, skrining toksikologi. Pungsi

    lumbal tidak dilakukan secara rutin pada setiap anak KD. Bila terdapat kecurigaan meningitis

    harus dilakukan LP.Indikasi pemeriksaan EEG pd KD kompleks:

    1. Demam < 38,5OC

    2. Usia awitan < 1 tahun

    3. Ditemukan defisit post-ictal

    4. Adanya defisit neurologik

    3. Plan :

    DIAGNOSIS KERJA

    Meningoensefalitis

    TERAPI

    Oksigen Kanul 2 L/menit

    Pantau TTV dan Obs Kejang berulang

    Drip Diazepam 1 ampul (10 mg) + IVFD D5% NS gtt viii/menit

    Ceftazidime (iv) 2 x 100 mg

    Dexamethason (iv) 3 x ampul

    Phenobarbital 2 x 20 mg (iv)

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    10/12

    10

    Transfusi PRC bertahap (75 cc bertahap)

    RENCANA : Lumbal Pungsi, analisa CSS, Konsul Spesialis Saraf

    Follow Up Pukul 22.00 WIBKel : Kejang berulang

    Terapi: Diazepam 2 mg (iv)

    Follow up, Tanggal 23 oktober 2014 (Hari Rawatan I) :S / kejang masih berulang

    O/ KU = Tampak sakit berat , Kesadaran = somnolen

    Kepala : konjungtiva anemis

    Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

    Abdomen : distensi (-), BU (+)

    Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

    TTV : HR : 142 x/m

    RR : 28 x/m

    T : 37,6 OC

    SpO2 : 100%

    A/ Meningoensefalitis perawatan hari ke-I

    P/ Th/ teruskan, obs kejang berulang dan TTV

    Follow up, Tanggal 24 oktober 2014 (Hari Rawatan II) :S / kejang masih berulang

    O/ KU = Tampak sakit berat , Kesadaran = somnolenKepala : konjungtiva anemis

    Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

    Abdomen : distensi (-), BU (+)

    Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

    TTV : HR : 138 x/m

    RR : 26 x/m

    T : 37,4 OC

    SpO2 : 100%

    A/ Meningoensefalitis perawatan hari ke-II

    P/ Th/ teruskan, obs kejang berulang dan TTV

    Follow up, Tanggal 25oktober 2014 (Hari Rawatan III) :

    Hb:11 gr/dl post transfusi (25 cc25 cc- 25 cc)S / (-)

    O/ KU = Tampak sakit sedang , Kesadaran = apatis

    Kepala : konjungtiva tidak anemis

    Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

    Abdomen : distensi (-), BU (+)

    Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

    TTV : HR : 124 x/mRR : 24 x/m

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    11/12

    11

    T : 37,2 C

    SpO2 : 100%

    A/ Meningoensefalitis perawatan hari ke-III

    P/ Th/ teruskan, obs kejang berulang dan TTV

    Follow up, Tanggal 26 oktober 2014 (Hari Rawatan IV) :

    S / (-)

    O/ KU = Tampak sakit sedang , Kesadaran = CM

    Kepala : konjungtiva anemis

    Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

    Abdomen : distensi (-), BU (+)

    Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

    TTV : HR : 140 x/m

    RR : 25 x/m

    T : 37,6 OC

    SpO2 : 100%A/ Meningoensefalitis dengan perbaikan, perawatan hari ke-IV

    P/ Th/ Pindah ruangan

    Terapi teruskan, obs kejang berulang dan TTV

    Follow up, Tanggal 27 oktober2014 (Hari Rawatan V) :

    S / demam

    O/ KU = Tampak sakit sedang , Kesadaran = CM

    Kepala : konjungtiva anemis

    Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

    Abdomen : distensi (-), BU (+)Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

    TTV : HR : 144 x/m

    RR : 28 x/m

    T : 38,8 OC

    SpO2 : 100%

    A/ Meningoensefalitis dengan perbaikan perawatan hari ke-V

    P/ Th/ Parasetamol, 3 x 4cc (p.r.n)

    Terapi teruskan, obs kejang berulang dan TTV

    Follow up, Tanggal 28 oktober 2014 (Hari Rawatan VI) :

    S/ (-)

    O/ KU = Tampak sakit ringan , Kesadaran = CM

    Kepala : konjungtiva tidak anemis

    Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

    Abdomen : distensi (-), BU (+)

    Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

    TTV : HR : 128 x/m

    RR : 28 x/m

    T : 37,2 OCSpO2 : 100%

  • 8/10/2019 portofolio meningoensefalitis

    12/12

    12

    A/ Meningoensefalitis dengan perbaikan perawatan hari ke-VI

    P/ Th/ Pulangkan Pasien

    Pendidikan :

    Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yangdideritanya dan menjelaskan tindakan yang seharusnya diambil jika anggota

    keluarga yang lain mengalami gejala-gejala awal Meningoensefalitis

    Konsultasi : spesialis saraf untuk melihat apakah terdapat gejala sisa dari penyakit

    meningoensefalitis.

    Kontrol :

    Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan

    Memeriksa apakah terdapatsekuele (gejala sisa) post

    meningoensefalitis. (pem fisik)

    3-5 hari setelah pulangdari bangsal

    Tidak terdapat gejala sisa, karenasudah diberi terapi yang adekuat.

    Nasihat Setiap hari di bangsal

    dan kunjungan ulang

    setelah selesai

    pengobatan rawat inap

    Edukasi tanda-tanda bahaya dan

    gejala awal dari bayi/anak yang

    menderita meningitis, ensefalitis

    ataupun meningoensefalitis.