56
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Blum mengidentifikasi empat faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku. Genetik termasuk dalam faktor utama, karena sifat genetik diturunkan oleh orang tua kepada keturunannya. Sifat genetik ini sebagian bertanggung-jawab terhadap kapasitas fisik dan mental keturunannya. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan fisik dapat menjadi kekuatan yang buruk dan merusak kesehatan manusia. Ketidaksetaraan dalam organisasi sosial mendorong terjadinya kemiskinan yang secara langsung memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan. Bagaimana masalah-masalah kesehatan dipecahkan sangat tergantung pada pengorganisasian dan pelaksanaan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan (health behaviour) berperan besar dalam menentukan status kesehatan. Perubahan perilaku menuju ke arah hidup yang kondusif untuk kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan promosi kesehatan. 0

Tugas Preceedproceed Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Preceedproceed Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Blum mengidentifikasi empat faktor utama yang berpengaruh

terhadap status kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan dan

perilaku. Genetik termasuk dalam faktor utama, karena sifat genetik

diturunkan oleh orang tua kepada keturunannya. Sifat genetik ini sebagian

bertanggung-jawab terhadap kapasitas fisik dan mental keturunannya.

Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan fisik dapat

menjadi kekuatan yang buruk dan merusak kesehatan manusia.

Ketidaksetaraan dalam organisasi sosial mendorong terjadinya kemiskinan

yang secara langsung memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah

kesehatan. Bagaimana masalah-masalah kesehatan dipecahkan sangat

tergantung pada pengorganisasian dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Perilaku kesehatan (health behaviour) berperan besar dalam menentukan

status kesehatan. Perubahan perilaku menuju ke arah hidup yang kondusif

untuk kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan promosi kesehatan.

Promosi kesehatan berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan cara

memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari

agenda, baik secara perorangan maupun kelompok. Oleh karena itu aspek

promosi kesehatan yang mendasar adalah melakukan pemberdayaan sehingga

individu lebih mampu mengontrol aspek-aspek kehidupan mereka yang

mempengaruhi kesehatan (Ewles dan Simnett, 1994).

Banyak model yang dikembangkan untuk mencoba menerangkan

bagaimana faktor-faktor dapat mempengaruhi kesehatan serta bagaimana

pengetahuan membantu memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi

kesehatan. Salah satu model promosi kesehatan yang dapat

0

Page 2: Tugas Preceedproceed Fix

mengoperasionalisasikan promosi kesehatan adalah model PRECEDE-

PROCEED (Schmidt dkk., 1990; Simnett, 1994).

Model PRECEDE-PROCEED terdiri dari sembilan langkah. PRECEDE

(Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis

and Evaluation) dikembangkan oleh Green dan Kauter pada tahun 1980,

digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah,

penetapan prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan PROCEED

digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta

implementasi dan evaluasi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa pengertian, sasaran, strategi, ruang lingkup promosi kesehatan?

2. Bagaimana perencanaan promosi kesehatan?

3. Apa pengertian model PRECEDE-PROCEED?

4. Apa saja langkah-langkah model PRECEDE-PROCEED?

1.3. Tujuan

Tujuan dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Menjelaskan pengertian, sasaran, strategi, ruang lingkup promosi

kesehatan.

2. Menjelaskan apa saja yang harus diketahui tentang perencanaan promosi

kesehatan.

3. Menjelaskan pengertian model PRECEDE-PROCEED.

4. Menjelaskan langkah-langkah model PRECEDE-PROCEED.

1

Page 3: Tugas Preceedproceed Fix

1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini:

1. Menambah pengetahuan tentang pengertian, sasaran, strategi, ruang

lingkup promosi kesehatan.

2. Menambah pengetahuan tentang perencanaan promosi kesehatan.

3. Menambah pengetahuan tentang pengertian model PRECEDE-

PROCEED.

4. Menambah pengetahuan tentang langkah-langkah model PRECEDE-

PROCEED

2

Page 4: Tugas Preceedproceed Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan

2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan

Istilah promosi kesehatan selama ini selalu dihubungkan dengan

penjualan (sales), periklanan (advertising), dan dipandang sebagai

pendekatan propaganda yang didominasi oleh penggunaan media

massa. Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki

kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan menempatkan

kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun

kelompok. Determinan pokok promosi kesehatan adalah aspek

ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seringkali berada di luar kontrol

perorangan atau masyarakat secara kolektif.

Oleh karena itu aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah

melakukan pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol

aspek-aspek kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan (Ewles

dan Simnett, 1994). Menurut pengertian tersebut terdapat dua unsur

tujuan dan proses kegiatan promosi kesehatan dan memiliki kontrol

yang lebih besar terhadapnya (aspek-aspek kehidupan mempengaruhi

kesehatan). Definisi WHO, berdasarkan piagam Ottawa (Otawa

Charter, 1986) mengenai promosi kesehatan sebagai berikut:

“health promotion is the process of enabling people to control

over and improve their health. To reach a state of complete physical,

mental, and social well-being, an individual or group must be able to

identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope

with the environment.”

Berdasarkan definisi di atas WHO menekankan bahwa promosi

kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan

3

Page 5: Tugas Preceedproceed Fix

individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan

kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri

sendiri (self empowerment).

Batasan ini menekankan bahwa promosi kesehatan adalah

program masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya perubahan

perilaku, melainkan juga perubahan lingkungan. Perubahan perilaku

tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif dan juga dapat

dipastikan tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu promosi

kesehatan bukan hanya mengubah perilaku, tetapi juga mengharapkan

perubahan lingkungan, system dan kebijakan kesehatan.

Gambar 1. Proses promosi kesehatan (Sumber: Depkes RI, 2007)

2.1.2. Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran Promosi Kesehatan diarahkan pada individu atau

keluarga, masyarakat atau lintas sektoral atau politis atau swasta, dan

petugas atau pelaksana program.

1. Individu / keluarga

a) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik

langsung maupun melalui media massa).

b) Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,

meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.

c) Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

4

Page 6: Tugas Preceedproceed Fix

d) Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan

dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.

2. Masyarakat

a) Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya

kesehatan.

b) Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat.

3. Pemerintah / lintas sektoral / politisi / swasta

a) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam

mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.

b) Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di

bidang kesehatan.

4. Petugas / pelaksana program

a) Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap

program promosi kesehatan.

b) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang member

kepuasan kepada masyarakat.

2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan

Penerapan promosi kesehatan dalam program-program

kesehatan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global,

yang dijabarkan dala berbagai kegiatan. Strategi global dari WHO

(1984) dikenal dengan strategi ABG (A, Advokasi Kesehatan; B, Bina

Suasana; G, Gerakan Masyarakat).

a) Advokasi kesehatan

Upaya pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil

keputusan supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan

semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan.

b) Bina suasana (social support)

Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang

pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk

melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

5

Page 7: Tugas Preceedproceed Fix

c) Gerakan masyarakat (empowerment)

Upaya memandirikan individu, kelompok dan masyarakat

agar berkembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan di bidang

kesehatan atau agar secara proaktif, masyarakat mempraktikkan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Ketiga strategi di atas merupakan satu kesatuan meskipun

ruang masing-masing memiliki fokus yang berbeda. (Tabel 1.1)

Tabel 1. Sasaran Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan

Tatanan PHBS Sasaran primer Sasaran sekunder Sasaran tersier Program prioritas

Rumah tangga Anggota rumah

tangga yang

memiliki masalah

kesehatan,

terutama ibu, bayi

dan balita

KK, Orang

tua/mertua, kader,

toma/toga, LSM,

petugas kesehatan

Ketua RT/RW,

kepala desa

KIA, gizi,

kesehatan,

lingkungan, gaya

hidup, JPKM,

Institusi

pendidikan

Siswa dan

mahasiswa

Guru, karyawan,

BP, Organisasi

siswa/mahasiswa

Kepala sekolah,

pemilik

Kesling, gaya

hidup, gizi, JPKM

Tempat kerja Karyawan,

manajer, serikat

kerja

Karyawan,

manajer/pengelola,

Direktur,

pemilik/pimpinan

perusahaan

Kesling, gaya

hidup

Tempat-tempat

umum

Pengunjung,

pengguna jasa,

masyarakat

Petugas kesehatan Kepala daerah,

direksi

Kesling, gaya

hidup

Sasaran/institusi

kesehatan

Pasien, pengantar,

keluarga pasien

Pimpinan/direktur

RS, Ka Daerah,

Bappeda, DPRD

Kesling, gaya

hidup

(Sumber: Depkes RI, 2000)

2.1.4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

6

Page 8: Tugas Preceedproceed Fix

Berdasarkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di

Ottawa, Kanada tahun 1986 yang menghasilkan Piagam Ottawa,

promosi kesehatan dikelompokkan menjadi lima area berikut:

a) Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public

policy)

Kegiatan ditujukan bagi para pembuat keputusan atau penentu

kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam

bidang apapun harus mempertimbangkan dampak kesehatan bagi

masyarakat.

b) Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang

mendukung (create partnership and supportive environment)

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan

dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini

ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola

tempat-tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya

terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan

masyarakat.

Tabel 2. Fokus Strategi Promosi Kesehatan

Fokus Strategi

1. Advokasi kesehatan

Sasaran tersier dengan output adanya

kebijakan

2. Bina suasana

Sasaran sekunder dengan iuran adanya

kemitraan dan suasana yang

mendukung

3. Pemberdayaan masyarakat

Sasaran primer dengan iuran adanya

kegiatan masyarakat

Strategi promosi tersebut diarahkan untuk

Mengembangkan kebijakan guna mewujudkan

masyarakat yang sehat

Membina suasana, iklim, dan lingkungan yang

mendukung

Memperkuat, mendukung, dan mendorong

kegiatan masyarakat

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan

perorangan

Mengupayakan pembangunan kesehatan yang

lebih memberdayakan masyarakat

7

Page 9: Tugas Preceedproceed Fix

c) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung

jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi

pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai

subjek (melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang

dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri.

Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada

pemberdayaan masyarakat. Bentuk-bentuk pemberdayaan

masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

bervariasi, mulai dari terbentuknya LSM yang pedul kesehatan,

baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis, sampai

upaya-upaya swadaya masyarakat.

d) Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri

atas, kelompok keluarga dan individu. Kesehatan masyarakat

terwujud bila kesehatan kelompok, keluarga dan individu terwujud.

Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau

individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan masyarakat memelihara dan meningkatkan

kualitas kesehatannya.

e) Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action)

Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif

jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak

bersama-sama. Memperkuat keguatan masyarakat berarti

memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di

masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Di samping itu

tindakan ini memberikan kesempatan masyarakat untuk

berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta aktif

dalam pembangunan kesehatan.

Berbagai hasil penelitian memberikan bukti yang

meyakinkan mengenai hasil kerja promosi kesehatan. Pendekatan

8

Page 10: Tugas Preceedproceed Fix

yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan, dengan

menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif

dibandingkan dengan menggunakan pendekatan tunggal.

Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi

penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat

penting untuk melestarikan bnerbagai upaya. Masyarakat harus

menjadi subjek dalam promosi kesehatan dan pengambilan

keputusan. Akses pendidikan dan informasi sangat penting untuk

mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

2.1.5. Kode Etik Praktik Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan

strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No.

1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi

dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan lainnya

mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat

menuju Visi Indonesia Sehat.

Visi Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1193/Menkes/SK/X/2004 adalah “Perilaku Hidup Bersih &

Sehat 2010” atau “PHBS 2010”. Yang dimaksud dengan “PHBS

2010” adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga

(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam rangka :

a. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan

lainnya

b. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

d. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat

9

Page 11: Tugas Preceedproceed Fix

Misi Promosi kesehatan guna pencapaian visi yang telah ditetapkan

antara lain:

a. Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok

dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan

keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan

masyarakat

b. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi

terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat

c. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan

serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) dalam

rangka :

- Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan

perundang-undangan yang berwawasan kesehatan

- Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya

pemberdayaan masyarakat, dalam program-program

kesehatan

- Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan

masyarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha.

- Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan

pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya

2.1.6. Hambatan-Hambatan dalam Penyelenggaraan Promosi Kesehatan

Penelitian tentang tujuan kesehatan selama tahun 1990-an (di

Amerika) memperlihatkan semakin pentingnya promosi kesehatan.

Kurangnya program promosi kesehatan tampaknya merupakan alasan

masih banyaknya hambatan yang muncul. Menurut Taylor, hambatan

dalam penyelenggaraan tersebut diuraikan berikut ini:

a) Struktur dan sikap

Medical establishment berarti lebih mendorong penyembuhan

daripada pencegahan, akibatnya upaya pendidikan, pencegahan dan

10

Page 12: Tugas Preceedproceed Fix

promosi kesehatan diabaikan. Lebih lanjut kadang menemukan

orang yang berisiko memerlukan waktu serta biaya dan bagi

seorang dokter lebih mudah memberikan pengobatan bagi para

pasien untuk menurunkan tekanan darah daripada meyakinkan

pasien untuk berhenti merokok.

b) Hambatan individual

Hal ini berkaitan dengan kebiasaan dan persepsi. Kebiasaan

kesehatan yang dipelajari sejak kecil terkadang sulit diubah,

demikian halnya juga dengan persepsi.

c) Jaring koperasi dan perencanaan yang rumit

Hal ini mencakup pelaku riset dan praktisi dari berbagai disiplin

ilmu yang berbeda, serta policy maker (pembuat kebijakan) pada

masing-masing tingkat.

2.2. Model Perencanaan Promosi Kesehatan

Banyak model yang dikembangkan untuk mencoba menerangkan

bagaimana faktor-faktor dapat mempengaruhi kesehatan serta bagaimana

pengetahuan membantu memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi

kesehatan. Terdapat tiga jenis model yang termasuk dalam pengertian model

kesehatan antara lain model kesehatan, model perilaku kesehatan, dan model

pendidikan dan promosi kesehatan (Schmidt dkk., 1990; Simnett, 1994).

Dalam memahami kontribusi perilaku manusia untuk mengembangkan

dan memelihara kesehatan dan kesakitan, terjadi perubahan dari pendekatan

faktor tunggal, menjadi pendekatan yang lebih interaktif serta komprehensif.

Para ahli kesehatan setuju bahwa kita perlu mengadopsi sebuah model yang

mampu mengenal hubungan timbal balik dan interaksi dinamis antara faktor

fisiologis, kognitif, perilaku, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi

kesehatan. Hal ini dikenal dengan istilah biopsikososial.

11

Page 13: Tugas Preceedproceed Fix

Gambar 2. Perubahan model linier ke multifactorial-systemic model

(Sumber: adaptasi dari Van Oost, 1991 dalam Smet 1994)

Satu masalah yang berkaitan dengan aplikasi promosi kesehatan

adalah mengoperasionalisasikan tujuan dan metode ke dalam kampanye

yang sesuai dan efektif. Terdapat banyak upaya untuk mengubah promosi

kesehatan menjadi konsep yang lebih operasional. Secara umum model

untuk operasionalisasi promosi kesehatan (Schmidt dkk., 1990; Simnett,

1994) adalah model kesehatan terapan dan model PRECEDE-PROCEED.

Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri

dari tiga fase yaitu: a) perencanaan, b) implementasi, dan c) evaluasi, di

mana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi hasil.

a) Perencanaan promosi kesehatan Suatu fase di mana secara rinci

direncanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul

b) Implementasi

Suatu waktu di mana perencanaan dilaksakan. Kesalahan-kesalahan

sewaktu membuat perencanaan akan terlihat semasa proses

implementasi, demikian pula halnya dengan kekuatan dan kelemahan

yang muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari

proses perencanaan.

12

Page 14: Tugas Preceedproceed Fix

c) Fase evaluasi

Suatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome) dari

promosi kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan

implementasi yang telah dilaksanakan dapat dilanjutkan. Selain itu

evaluasi diperlukan untuk pemantauan efisiensi dari promosi kesehatan

dan sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.

2.3. Model Precede-Proceed

Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun

1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan

dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE

(Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis

and Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu

perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai

pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi

model PRECEDE-PROCEEDE. PROCEEDE merupakan singkatan dari

Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and

environmental Development. Gambar 1 meringkas gambaran model

PRECEDE-PROCEED.

Green menganalisis perilaku manusia dimulai dari tingkat kesehatan,

bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (non behavior

causes). Meskipun model ini mendasarkan diri pada Model Kepercayaan

Kesehatan atau Health Belief Model dan sistem-sistem konseptual lain,

namun model Precede merupakan model sejati, yang lebih mengarah kepada

upaya-upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada sekedar upaya

pengembangan teori. Green dan rekan-rekannya menganalisis kebutuhan

kesehatan komunitas dengan cara menetapkan lima diagnosis berbeda, yaitu

diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi, diagnosis perilaku, diagnosis

pendidikan, dan diagnosis administrasi/ kebijakan.

13

Page 15: Tugas Preceedproceed Fix

Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama

dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan

pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program,

sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria

kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk, model ini paling

banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-

program komprehensif dalam banayak susunan yang berlainan, serta model

ini dianggap lebih berorientasi praktis. Berdasarkan pemikiran tersebut,

Lawrence Green mengusulkan perencanaan promosi kesehatan melalui

PRECEDE framework dan PROCEED framework sebagai terapi terhadap

perilaku lama. Jika PRECEDE merupakan diagnosis, PROCEED adalah

terapi dalam promosi kesehatan.

2.3.1. Pengertian Model PRECEDE-PROCEED

Green (1980) telah mengembangkan suatu model pendekatan

yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi

kesehatan yang dikenal PRECEDE. PRECEDE adalah singkatan

Predisposing (predisposisi), Reinforcing (Memperkuat), Enabling

(Mengaktifkan), Causes (Penyebab), Educational Diagnosis

(Pendidikan Diagnosa) dan Evaluation (Evaluasi). PRECEDE

memberikan serial langkah yang menolong perencana untuk mengenal

masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan

program untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian pada

tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi

PRECEDE-PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory,

Organizational Construct in Educational and Environmental

Development). PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara

bersama.

14

Page 16: Tugas Preceedproceed Fix

2.3.2. Tujuan Model Model PRECEDE-PROCEED

Bagian paling penting dari perencanaan program adalah analisis

komunitas atau yang biasa dikenal sebagai analisis kebutuhan (need

assessment). Keberhasilan program promosi kesehatan tergantung dari

data yang didapat tentang individu, kelompok atau sistem yang akan

menjadi fokus dari program. Berdasarkan data tersebut perencana

program dapat memahami masalah kesehatan yang perlu diatasi dan

sumberdaya yang tersedia. Model Procede dan Proceed juga berperan

penting dalam perencanaan pendidikan dan promosi kesehatan karena

menyediakan bentuk untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

berkaitan dengan masalah kesehatan, perilaku dan pelaksanaan

program.

Model PRECEDE adalah kerangka untuk proses perkembangan

sistematis dan program-program edukasi kesehatan, dikembangkan

antara tahun 1968 - 1974. Tujuan PRECEDE pada fase diagnosis

masalah, menetapkan prioritas masalah dan diagnosis program.

PRECED untuk diagnosa dan perencanaan memimpin edukator

kesehatan untuk berpikir secara deduktif, untuk memulai dengan

konsekuensi final dan bekerja kembali ke penyebab asli. PROCEED

ditambahkan pada model ini pada akhir 1980-an berdasarkan pada

percobaan Lawrence W. Green bersama dengan Marshall Krueter

pada berbagai macam posisi dengan pemerintahan federal dan Kaiser

Family Foundation. Tujuan PROCEED digunakan untuk menetapkan

untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi

dan evaluasi. Kerangka PRECEDE didirikan pada persyaratan dari

empat disiplin:

a) Epidemiologi

b) Ilmu pengetahuan sosial dan tindakan (behaviour),

c) Administrasi

d) Edukasi

15

Page 17: Tugas Preceedproceed Fix

Dalam penerapan PRECEDE, dua proporsi dasar ditekan:

Pertama, kesehatan dan tindakan kesehatan disebabkan oleh faktor-

faktor ganda, dan kedua, karena kesehatan dan tindakan kesehatan

ditentukan oleh faktor-faktor ganda, upaya-upaya edukasi kesehatan

untuk mempengaruhi tindakan harus multidimensional.

2.3.3. Langkah-Langkah Model PRECEDE-PROCEED

Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan

Dilakukan dengan menggunakan kerangka PRECEDE-

PROCEED sesuai gambar 4.1 dan 4.2. PRECEDE digunakan pada

fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah, penetapan

prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan PROCEED

digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta

implementasi dan evaluasi.

Gambar 3. Kerangka PRECEDE-PROCEED

(Sumber: Green, Lawrence, dan Marshall, 1991)

16

Page 18: Tugas Preceedproceed Fix

Gambar 4. Indikator, dimensi, hubungan di antara faktor-faktor yang diidentifikasi pada

fase 1,2,3 pada kerangka PRECEDE-PROCEED

a) Fase 1 (Diagnosis sosial)

Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat

terhadap kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan

kualitas hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi

yang didesain sebelumnya.

Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital

statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara

langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari

masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara:

wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat,

focus group discussion (FGD), nominal group process, dan survei.

Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data

multipel dari aktivitas-aktivitas (hasil wawancara dengan informan,

diskusi kelompok, observasi terhadap partisipan, dan survei), untuk

memahami kebutuhan masyarakat. Fase ini secara subjektif berupaya

mendefinisikan kualitas hidup dalam masyarakat. Fokus pada fase ini

17

Page 19: Tugas Preceedproceed Fix

adalah untuk mengenali dan mengevaluasi permasalahan sosial yang

mempengaruhi kualitas hidup target populasi. Tahap ini membutuhkan

perencana program untuk mendapatkan pengertian dari permasalahan

sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien, konsumen, siswa, atau

komunitas, sebagaimana mereka memandang permasalahan tersebut.

Hal ini diikuti oleh pembentukan penghubung antara permasalah

tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang dapat menjadi fokus

dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam hidup

dan, sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi

permasalahan sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial

dapat menggunakan satu atau beberapa cara pada “Community

Assessment”.

b) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)

Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari

tahap pertama tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada,

baik yang berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Dalam

tahap ini dilihat bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah-masalah

kesehatan tersebut dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda

dan gejala yang ditimbulkan. Dari tahap inilah perencana menetapkan

suatu prioritas masalah yang nantinya akan dibuat suatu perencanaan

yang sistematis.

Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah

kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di

samping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah

kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala

yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi,

perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku).

Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang

didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang

ditimbulkan, serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus

18

Page 20: Tugas Preceedproceed Fix

tergambar pada tujuan program dengan ciri “who eill benefit how much

of what outcome by when”.

Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau

kumpulan data asli untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan

masyarakat serta mempertahankan tujuan dan target dari program.

Praktisi mengamankan dan menggunakan data statistik yang spesifik

dari populasi target dalam rangka mengidentifikasi dan mengurutkan

masalah dan tujuan kesehatan yang dapat memberikan kontribusi

terhadap kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi. Diagnosis

epidemiologi membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan

lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan. Fokus pada

fase ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang

spesifik dan faktor non-medis yang berhubungan dengan kualitas

kehidupan yang buruk. Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut

dapat: 1. membentuk hubungan antara permasalahan kesehatan, kondisi

kesehatan lain, dan kualitas kehidupan; 2. Mendorong penyusunan

prioritas masalah yang akan memandu fokus dari program dan

pemanfaatan sumber daya secara efektif; dan 3. Menyusun kewajiban

yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-prioritas ini dijelaskan

sebagai sebagai sebuah program objektif yang menjelaskan target

populasi (WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan seberapa

banyak (HOW MUCH) keuntungan yang harus didapatkan target

populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut terjadi.

Contoh data-data epidemiologi:

Statistik vital

Usia rentan meninggal

Kecacatan

Angka kejadian

Morbiditas

Mortalitas

19

Page 21: Tugas Preceedproceed Fix

Dari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program

adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi

intervensi-intervensi. Contoh diagnosis epidemiologi dalam promosi

kesehatan diare adalah banyaknya penduduk terutama balita dan anak-

anak yang menderita mencret-mencret/diare dan angka kematian anak

akibat diare cukup tinggi.

c) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan

tujuan atau masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi

atau sosial. Sedangkan diagnosis lingkungan adalah analisis paralel dari

faktor lingkungan sosial dan fisik daripada tindakan khusus yang dapat

dikaitkan dengan perilaku.

Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal

maupun eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap

masalah kesehatan. Fokus fase ini ditujukan pada identifikasi sistematis

praktek kesehatan dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

permasalahan kesehatan yang telah dijelaskan pada fase 2. Faktor-

faktor ini mencakup penyebab non-perilaku (faktor individu dan

lingkungan) yang dapat berkontribusi pada permasalahan kesehatan,

tetapi tidak dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat mencakup

predisposisi genetik, umur, jenis kelamin, penyait yang diderita, iklim,

tempat kerja, ketersediaan fasilitas kesehatan yang adekuat, dan lain-

lain. Perilaku yang menyebabkan permasalahan kesehatan juga dinilai.

Bagian penting lain pada fase ini adalah kecenderungan terjadinya

perubahan pada tiap permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang

kembali untuk membaca literatur-literatur yang telah ada maupun

menerapkan teori-teori yang ada, merupakan elemen penting pada fase

ini.

Matrix Perilaku, untuk membantu mengenali target-target dimana

intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Matriks ini membantu

20

Page 22: Tugas Preceedproceed Fix

dalam mengidentifikasi sasaran dimana tindakan intervensi yang paling

efektif dapat diterapkan. Langkah yang harus dilakukan dalam

diagnosis perilaku dan lingkungan antara lain:

a. Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya

masalah kesehatan.

b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya

masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan

tindakan perawatan/pengobatan, sedangkan untuk faktor

lingkungan dengan mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang

tidak dapat diubah seperti faktor genetis dan demografis.

c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya

pengaruh terhadap masalah kesehatan.

d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan

untuk diubah.

e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.

Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan

yang ingin dicapai program. Indikator masalah perilaku yang

memengaruhi status kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan

kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola

konsumsi akanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan

upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku

yang digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan

range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan sosial,

ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang

digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.

d) Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)

Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan

dan organisasional model Precede memberi penekanan pada faktor-

faktor predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua faktor pertama

berkaitan dengan anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan

21

Page 23: Tugas Preceedproceed Fix

faktor penguat merupakan sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai

dalam analisis perilaku.

Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya

perilaku tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang

menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan,

nilai dan kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi

individu atau kelompok untuk bertindak.

Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu

atau memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk

dalam kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan pelayanan

kesehatan, aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan

kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial serta

adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam

menunjang perilaku tersebut.

Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat

memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor

yang memperkuat suatu perilaku dengan memberikan penghargaan

secara terus menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya

pengulangan. Merupakan faktor yang berperan setelah suatu perilaku

telah dimulai. Faktor ini mendukung pengulangan atau tetapnya

suatu perilaku dengan memberikan suatu penghargaan (reward) atau

insentif secara berkelanjutan serta hukuman (punishmen) sebagai

konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan untuk

memotivasi dan menguatkan perilaku sehat dan outcome.

Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok, seseorang

atau institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga,

guru, akademis, dan lain-lain.

22

Page 24: Tugas Preceedproceed Fix

Hal penting untuk memahami reinforcing factor adalah sejauh

mana ketidakadannya akan berarti kehilangan dukungan untuk

tindakan dari individu atau kelompok. Elemen penting pada fase ini

adalah pemilihan faktor yang dapat dimodifikasi, yang paling dapat

menghasilkan perubahan perilaku Proses pemilihan mencakup

mengidentifikasi, memilah faktor-faktor ini ke dalam kategori-

kategori (positif dan negatif), menempatkan prioritas pada tiap

kategori, dan memprioritaskan salah satu kategori. Prioritas faktor

bergantung kepada tingkat kepentingan (importance) dan

kemampuan untuk diubah (changeability). Learning objectives dari

faktor-faktor terpilih ini kemudian dikembangkan.

Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk

memulai dan menjaga (maintain) perubahan perilaku dilakukan pada

fase ini karena intervensi spesifik juga disusun pada fase ini.

Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk

melihat hal-hal spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan

perilaku-perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

Contoh diagnosis pendidikan dan organinasional:

Predisposing factors

- Kurangnya pengetahuan tentang cara hidup bersih dan sehat

- Kebiasaan MCK di sungai

- Penggunaan air sungai sebagai sumber air minum dan masak

- Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB

- Kurangnya pengetahuan tentang diare

Enabling factors

- Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih

- Terbatasnya fasilitas jamban

- Terbatasnya daya jangkau ke pusat kesehatan

- Kegiatan PKK dan karang taruna yang tidak terlaksana dengan

baik

23

Page 25: Tugas Preceedproceed Fix

Reinforcing factors

- Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contoh

yang baik

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah

diidentifikasi, dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan

faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi elalui

upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

e) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan

peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat

pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis

administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di

organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk

diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan

politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta

pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat

yang kondusif bagi kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE

ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE

digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan

kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya,

PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat

dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

penentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder

terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan

standar yang telah ditetapkan.

Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu:

sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakn program, sumber

24

Page 26: Tugas Preceedproceed Fix

daya yang ada di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksana

program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi

dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang

memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang dapat

mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan

penyakit diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

angka kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).

Sumber Data

Data masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi

kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti :

Dokumen yang ada

Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data

mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan

determinan dari perilaku tersebut,

Petugas kesehatan di lapangan

Tokoh masyarakat

Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah:

a. Key informant approach

Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui

wawancara mendalam atau Focus Group Discussion(FGD) sangat

menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara ini cukup

sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh dapat

mewakili berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain

memberikan data yang dapat digunakan dalam membuat

perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan

promosi kesehatan.

25

Page 27: Tugas Preceedproceed Fix

b. Community forum approach

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data

adalah melalui forum diskusi. Di sini health promotor bersama-

sama masyarakat mendiskusikan masyarakat yang ada.melalui cara

ini dapat dicari jalan keluar dari masalah yang ada. Bila dilihat dari

sudut program, cara ini sangat ekonomis, di samping itu promotor

kesehatan juga dapat memahami masalah dari berbagai sudt

pandang masyarakat.

c. Sample survey appproach

Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat

yang paling valid dan akurat, karena estimasi kesalahan bisa

diseleksi. Namun demikian cara ini merupakan cara yang paling

mahal. Metode yang dapat digunakan adalah wawancara dan

observasi (terutama bila ingin melihat keterampilan atau skill).

f) Fase 6 (Implementasi)

Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada

fase-fase sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita

lakukan adalah menjalankannya. Fase ini hanya berupa pengaturan dan

pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan sebelumnya.

Pada fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan

secara langsung pada masyarakat.

g) Fase 7 (Evaluasi proses)

Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur.

Evaluasi disini berarti apakah kita sedang melakukan apa yang telah

kita rencanakan sebelumnya. Jika, sebagai contoh, kita menawarkan

melakukan pelayanan kesehatan diare tiga hari dalam sepekan pada

daerah pedesaan, apakah dalam kenyataannya kita benar-benar

melakukan pelayanan kesehatan tersebut. Kita juga menetapkan untuk

26

Page 28: Tugas Preceedproceed Fix

memberikan penyuluhan setiap hari senin dan khamis untuk melakukan

penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas berdekatan,

setiap selasa dan rabu melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah

apakah kita benar- benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.

h) Fase 8 (Evaluasi dampak)

Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal

dari upaya kita. Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita

inginkan pada faktor perilaku atau lingkungan yang kita harapkan

untuk berubah. Mengukur efektifitas program dari sudut dampak

menengah dan perubahan-perubahan pada faktor predisposing,

enabling, dan reinforcing. Mengevaluasi dampak dari intervensi pada

faktor-faktor pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri.

Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang

dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk

berperilaku kesehatan, misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu

hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang

manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan

janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan

sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu

untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik

(pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus),

karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini

terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru

maka sering disebut faktor yang memudahkan.

27

Page 29: Tugas Preceedproceed Fix

Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya

makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek suasta

(BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku

pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak

hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja,

melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh

fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes,

bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya

mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau

faktor pemungkin.

Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-

peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait

dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-

kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta

dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh

(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,

lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang

juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai

mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian

intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.

28

Page 30: Tugas Preceedproceed Fix

i) Fase 9 (Evaluasi hasil)

“Apakah intervensi kita sungguh bekerja dalam menghasilkan

outcome yang teridentifikasi pada komunitas pada fase 1 sebelumnya?”.

Intervensi ini mungkin dapat secara sukses dilakukan, prosesnya sesuai

dengan yang direncanakan, dan terjadi perubahan yang memang

diharapkan. Namun, hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki

dampak pada masalah yang lebih luas. Dalam hal ini, kita harus

memulai kembali prosesnya sekali lagi, untuk melihat mengapa faktor

yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat, dan untuk

mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur

perubahan dari keseluruhan objek dan perubahan dalam kesehatan dan

keuntungan sosial atau kualitas kehidupan (outcome) yang menentukan

efek terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan

suatu populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan

hasil, dan mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat

perubahan kualitas hidup pada populasi atau masyarakat.

Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa

tahun atau dekade. Bila outcome tidak terlihat dalam jangka waktu yang

lama, maka kita harus bersabar dan tetap mengawasi proses dan

dampak dari intervensi kita, dengan keyakinan bahwa outcome tersebut

akan terlihat dengan nyata nantinya.

Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan

meliputi hal-hal berikut.

a) Menentukan status kesehatan masyarakat.

b) Menentukan pola pelayanan kesehatan msyarakat yang ada.

c) Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan

kesehatan di masyarakat

d) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi

tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis,

kebiasaan atau perilaku dan kepercayaan yang dianut).

29

Page 31: Tugas Preceedproceed Fix

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

prioritas masalah antara lain beratnya masalah dan akibat yang

ditimbulkan, pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada di

masyarakat.

Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan

A. Menentukan tujuan promosi kesehatan

Pada dasarnya, tujuan utama promosi kesehatan mencakup tiga hal

yaitu peningkatan pengetahuandan atau sikap masyarakat, peningkatan

perilaku masyarakat, dan peningkatan status kesehatan masyarakat.

a) Tujuan Umum

Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka

pengembangan program PHBS percontohan untuk meningkatkan

cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat secara

bertahap dan berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat.

b) Tujuan Khusus

Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota

percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat.

Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan

program PHBS.

Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan

sehat

Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat

Agar tujuan dapat dicapai dan dijalankan sesuai keinginan,

penetapan tujuan harus memenuhi syarat: Specific, Measurable,

Appropriate, Reasonable, Time bound, dan dinyatakan dalam bentuk

performance bukan effort.

30

Page 32: Tugas Preceedproceed Fix

Berdasarkan luang lingkupnya tujuan promosi kesehatan terdiri

atas tiga tingkatan (Green, 1991), yaitu:

a) Tujuan program

Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan

epidemiologi, berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai

dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status

kesehatan.tujuan ini harus mencakup “who will in how much of

what by when”. Tujuan program juga sering disebut sebagai tujuan

jangka panjang. (contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada

pekerja menurun 50% setelah promosi kesehatan berjalan lima

tahun).

b) Tujuan pendidikan

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar

tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga

tujuan jangka menengah. (contohnya cakupan angka kunjungan ke

klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan

berjalan tiga tahun).

c) Tujuan perilaku

Merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran

perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.

Tujuan perilaku berhubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan

(contohnya pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di

tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan

enam bulan).

B. Menentukan sasaran promosi kesehatan

Pada tahap ini, ditentukan sasaran langsung (primer) dan sasaran

tidak langsung (sekuder dan tersier). Sasaran promosi kesehatan adalah

individu dan kelompok, atau keduanya.

31

Page 33: Tugas Preceedproceed Fix

C. Menentukan isi promosi kesehatan

Komponen isi promosi kesehatan berisi bahan yang akan

disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan.

Adapun persyaratan isi promosi kesehatan meliputi berorientasi pada

tujuan (khususnya tujuan jangka pendek), dan harus disusun berdasarkan

masing-masing tujuan jangka pendek paling sedikit jumlahnya sama

dengan tujuan jangka pendek yang dirumuskan.

Isi pesan dapat dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa

setempat sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh sasaran

sehingga mereka merasa pesan tersebut benar-benar ditujukan untuk

mereka dan diharapkan sasaran maumelaksanakan isi pesan tersebut.

D. Menentukan metode yang akan digunakan

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

metode promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Aspek yang akan dinilai

Aspek pengetahuan, metode yang dapat digunakan misalnya

penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk dan penyebaran

pamplet.

Aspek sikap, metode yang dapat digunakan berupa contoh konkret

yang dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran,

misalnya memperlihatkan foto, slide, film, atau video.

Aspek keterampilan, metode yang dapat digunakan berupa

memberi kesempatan kepada sasaran untuk mencoba keterampilan

tersebut.

b) Sumber daya yang dimiliki masyarakat

c) Jenis atau jumlah sasaran

E. Menentukan media yang akan digunakan

Media dibuat untuk memudahkan pemahaman materi yang akan

disampaikan. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,

32

Page 34: Tugas Preceedproceed Fix

tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang

digunakan, dan sumber daya yang ada. Media dapat digunakan di

berbagai tempat antara lainsebagai berikut:

a) Rumah tangga (leaflet, model buku bergambar, benda nyata seperti

buah-buahan, dan sayuran).

b) Tempat kerja dan sekolah (papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku

cerita bergambar, kotak gambar gulung, dan boneka).

c) Masyarakat umum (poster, spanduk, leaflet, flannel graf, dan

wayang).

F. Menyusun rencana evaluasi

Pada tahap ini dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan,

dimana dilaksanankan, kelompok sasaran yang mana yang akan

dievaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi).

G. Menyusun jadwal pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan, yang

biasnya disajikan dalam bentuk Gantt chart.

33

Page 35: Tugas Preceedproceed Fix

BAB III

KESIMPULAN

1. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut

pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk

perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green&

Ottoaon 1995)

2. Sasaran Promosi Kesehatan diarahkan pada individu atau keluarga,

masyarakat atau lintas sektoral atau politis atau swasta, dan petugas atau

pelaksana program.

3. Strategi promosi kesehatan meliputi advokasi kesehatan, bina suasana, dan

gerakan masyarakat (WHO, 1984)

4. Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab

masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan.

5. Model PRECEDE-PROCEED adalah model pendekatan promosi kesehatan

yang dikembangkan oleh Green (1980) dan yang dapat digunakan untuk

membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan

6. PRECEDE adalah singkatan Predisposing (predisposisi), Reinforcing

(Memperkuat), Enabling (Mengaktifkan), Causes (Penyebab), Educational

Diagnosis (Pendidikan Diagnosa) dan Evaluation (Evaluasi). PROCEED

(Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and

Environmental Development).

7. Model PROCEDE-PRECEED memiliki 9 langkah yaitu: diagnosis sosial;

diagnosis epidemiologi; diagnosis perilaku dan lingkungan; diagnosis

pendidikan dan organisasional; diagnosis kebijakan dan administrasi;

implementasi; evaluasi proses; evaluasi dampak; evaluasi hasil

34

Page 36: Tugas Preceedproceed Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Dignan, Mark. B & Carr Patricia, A: Introduction to Program Planning :

A Basic Text for Community Health Education, Lea & Febringer,

Philadelphia, 1981

2. Green, Lawrence & Kreuter, Marshall, W: Health Promotion Planning, An

Educational and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield

Publishing Company, 1991

3. Greene, Walter & Simon-Morton:Introduction to Health Education,

Waveland Press Inc, Prospect Height, Illness, 1990

4. Hartono B. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Cetakan

Pertama, Desember. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

5. Maulana H. Promosi Kesehatan. Cetakan ke-3. Jakarta : EGC; 2010.

6. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi,

September. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.

7. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Cetakan ke-3, Mei. Jakarta : Rineka Cipta; 2008.

8. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta; 2007.

9. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama, Maret.

Jakarta : Rineka Cipta; 2007.

10. Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). http://www.promosikesehatan.com/?

act=program&id=12. Diakses tanggal 10 Mei 2013.

35