Tugas Fix POLTAN

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan. Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditaman pun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam polikultur. Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik. Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab dari usaha tani yang dilakukan, diharapkan dapat mendatangkan hasil yang maksimal. Tidak hanya hasil yang menjadi objek, bahkan keuntungan maksimum dapat didapat dengan tidak mengabaikan pengawetan tanah dan menjaga kestabilan kesuburan tanah. Dalam menentukan pola tanam yang akan diterapkan, petani juga harus memperhatikan karakteristik lahan tersebut. Karakteristik lahan merupakan suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah. Dengan demikian, karakteristik suatu lahan tersebut dapat dibagi menjadi lahan kering dan lahan basah. Pada lahan kering dan lahan basah, poa tanam yang diterapkan petani akan berbeda-beda. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pola tanam yang digunakan sesuai dengan karakteristik lahan tersebut.

1.2 TujuanUntuk mengetahui jenis pola tanam yang digunakan petani sesuai dengan karakteristik lahan yang ada

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pola TanamPola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Menurut Purba (2008) pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak (Andoko, 2008).Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tata tanam adalah:a. IklimKeadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada persediaan airuntuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air untuk tanaman beradadalam jumlah besar, sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan menurun.b. TopografiMerupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut, berpengaruh terhadapsuhu dan kelembaban udara dimana keduanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.c. Debit Air Yang TersediaDebit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada musim kemarau,sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat itu mencukupi jika akan ditanamsuatu jenis tanaman tertentu.d. Jenis TanahYaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanamane. Sosial EkonomiDalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis tanaman.

2.2 Macam Pola Tanama. MonokulturPertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak mantap. Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama dan penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat hama itu akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena tanamannya terserang hama. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain, kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama maupun penyakit.

b. PolikulturPolikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya budaya. Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik. Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin, b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur. c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.

Kekurangan sistem polikultur adalah:a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanamanb. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.

Tanaman polikultur terbagi menjadi :a. Tumpang sari (Intercropping)Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma Keuntungan tumpang sari yaitu: Mencegah dan mengurangi pengangguran musim Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani Adanya pengolahan tanah yang minimal Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogob. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Faktor-faktor tersebut adalah : Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijauContoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ), Merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.e. Tanaman bergiliran ( Sequential Planting)Merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.

Syarat syarat tumpang sari yaitu : Famili harus sama agar pola pertumbuhan dan bahan makanan yang diperlukan sama dan tidak saling menghambat pertumbuhan Bagian tanaman yang dipanen setidaknya harus sama agar hama yang akan menyerang tidak focus pada satu jenis tanaman saja Syarat tumbuh tanaman harus diperhatikan agar tidak saling berebut kebutuhan nutrisi. Sistem perakaran harus berbeda, jika sistem perakaran sama maka tanaman tersebut akan memperebutkan unsur hara yang terkandung dalam tanah yang dapat mengakibatkan penghambatan tubuh tanaman.

Tabel Perbedaan Polikultur dan MonokulturPolikultur

Monokultur

Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari)Tidak terjadi peningkatan efisiensi

Populasi tanaman (berbeda) dapat di atur sesuai yang dikehendakiTidak dapat mengatur populasi, karena hanya terdapat satu jenis

Dalam satu areal diproduksi lebih dari satu komonitasHanya memproduksi satu komonitas

Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagalTidak ada peluang bila satu jenis tanaman yang diusahakan gagal

Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.

c. Rotasi TanamanRotasi atau pergiliran tanaman ialah pengaturan susunan urutan-urutan pertanaman yang sistematis pada suatu tempat tertentu. Lamanya rotasi itu biasanya antara dua sampai lima tahun. Apabila rotasinya dilakukan dalam waktu satu tahun, biasanya disebut tanaman pengisi (succession cropping). Sebagai contoh rotasi, misalnya ialah kentang-kubis-pupuk hijau-kentang.Tujuan dari pada rotasi ini adalah: Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Memberantas nematoda-nematoda jahat dan penyakit yang dapat hidup lama di dalam tanah, yang sulit diberantas dengan cara lain. Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah. Merotasi tanaman budidaya. Menjaga kesuburan lahan atau memperbaiki tekstur tanah. Menghindari peledakan hama atau penyakit tanaman. Penyesuaian lahan dengan setiap musimnya.

Pemilihan jenis tanaman rotasi adalah penting sekali. Kesalahan penggunaan jenis tanaman rotasi dapat menurunkan hasil tanaman berikutnya yang tidak mustahil malah merupakan tanaman inang (host plant) bagi penyakit-penyakit yang justru akan diberantas. Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa hasil tanaman kubis akan rendah apabila ditanam sesudah kedelai, akan tetapi dapat tinggi sesudah jagung, padahal kedelai bersifat menyuburkan tanah. Tetapi sebaliknya tanaman selada, tomat, dan bawang merah, hasilnya akan rendah apabila ditanam sesudah jagung. Tanah-tanah yang mengandung nematoda tidak boleh ditanami Tephrosiaa sp, karena bersifat sebagai tanaman inang. Tanamilah dengan jenis-jenis pupuk hijau lainnya.2.3 Pengertian LahanMenurut FAO, lahan diartikan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari biosfer atmosfer, batuan induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya, hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktivitas manusia pada masa lalu dan sekarang yang menegaskan bahwa variabel itu berpengaruh nyata pada penggunaan manusia saat ini dan akan datang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah lahan bararti tanah terbuka, tanah garapan.Lahan diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, dan lain-lain.Lahan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, tumbuhan, dan makhluk lainnya. Manusia selalu berusaha memiliki dan menguasai lahan, yang ikut menentukan status sosialnya.Kebutuhan hidup manusia yang beragam, penguasaan teknologi, kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat yang berbeda merupakan faktor yang menentukan dalam penggunaan lahan.Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan (jangka panjang).Penggunaan sumber daya lahan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok manfaat dan peranan, yaitu (M. Ardi, dkk : 274) :1. Lahan digunakan untuk tempat tinggal, berusaha, bercocok tanam, dan tambak ikanLahan sebagai kawasan hutan yang menopang kehidupan vegetasi satwa liar2. Lahan sebagai daerah pertambangan yang bermanfaat bagi manusia.3. Besarnya manfaat dan pentingnya peran lahan menyebabkan sering terjadi konflik kepentingan dalam penggunaannya. Namun, bagaimana manusia dapat memanfaatkan dengan baik sumber daya tanah berupa lahan secara seimbang sesuai dengan potensi dan kebutuhannya.

2.4 Jenis-jenis Lahan1. Lahan BasahLahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Lahan basah adalah suatu wilayah yang tergenang air, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, mengalir atau tergenang, tawar asin atau payau, termasuk di dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut paling rendah. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.

Manfaat Lahan Basah, antara lain:1) Mencegah banjir2) Mencegah abrasi pantai3) Mencegah intrusi air4) Menghasilkan material alam yang bernilai ekonomis5) Menyediakan manusia akan air minum, irigasi, mck, dsb.6) Sebagai sarana transportasi7) Sebagai sarana pendidikan dan penelitianBerikut ini adalah jenis-jenis lahan basah, diantaranya :A. SawahSawah adalah sebidang lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. Sebidang sawah dicirikan oleh beberapa indicator, yaitu :1) Topografi selalu rata2) Dibatasi oleh pematang3) Diolah selalu pada kondisi berair4) Ada sumber air yang kontinyu, kecuali sawah tadah hujan an sawah rawa5) Kesuburan tanahnya relative stabil meskipun diusahakan secara intensif, dan6) Tanaman yang utama diusahakan petani padi sawahSawah berdasarkan system irigasinya / pengairan dibedakan menjadi beberapa macam sebagai berikut :1) Sawah pengairan teknis : sawah yang bersumber pengairannya berasal dari sungai, artinya selalu tersedia sepanjang sepanjang tahun, dan air pengairan yang masuk ke saluran primer, sekunder, dan tersier volume terukur. Oleh karena itu, pola tanam pada sawah teknis ini lebih fleksibel dibandingkan dengan sawah lainnya. Ciri sawah jenis ini dalam pola tanamnya sebagian besar selalu padi padi, meskipun ada pola tanam lain biasanya terbatas di daerah daerah yang para petaninya sudah mempunyai orientasi ekonomi yang tinggi.2) Sawah pengairan setengah teknis : sawah yang sumber pengairannya dari sungai, ketersediaan airnya tidak seperti sawah pengairan teknis, biasanya air tidak cukup tersedia sepanjang tahun. Pola tanam pada sawah ini biasanya padi palawija atau palawija padi. 3) Sawah pengairan pedesaan : sawah yang sumber pengairannya berasal dari sumber-sumber air yang terdapat di lembah-lembah bukit yang ada di sekitar sawah yang bersangkutan. Prasarana irigasi seperti saluran, bendungan dibuat oleh pemerintah desa dan petani setempat, serta bendungan irigasi umumnya tidak permanen. Pola tanam pada sawah pengairan pedesaan ini biasanya padi padi, dan padi palawija, atau padi bera. Petani yang melakukan padi padi biasanya terbatas di daerah-daerah yang berdekatan degan sumber air saja, sedangkan yang jauh biasanya hanya ditanami padi sekali saja pada musim hujan dan pada musim kemarau dibiarkan bera. 4) Sawah tadah hujan : sawah yang sumber pengairannya bergantung pada ada atau tidaknya curah hujan. Sawah jenis ini biasanya terdapat di daerah-daerah yang topografinya tinggi dan berada di lereng-lereng gunung atau bukit yang tidak memungkinkan dibuat saluran irigasi. Oleh karena itu, pada sawah semacam ini pola tanamnya adalah padi bera, padi palawija, dan palawija padi.5) Sawah rawa : sawah yang sumber airnya tidak dapat diatur. Karena sawah ini kebanyakan terdapat di daerah lembah dan cekungan atau pantai. Kondisinya selalu tergenang air karena airnya tidak dapat dikeluarkan atau diatur sesuai dengan kebutuhan. Ciri utama sawah rawa adalah diolah atau ditanami pada musim kemarau dan dipanen menjelang musim hujan. Tanaman yang utama adalah padi rawa yang mempunyai sifat tumbuhnya mudah menyesuaikan dengan permukaan air apabila tergenang melebihi batas permukaan atau dilanda banjir. Sawah rawa banyak terdapat di kabupaten Kawarang sebelah utara, kabupaten Indramayu, dan di pulau-pulau luar Jawa, seperti Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan.6) Sawah rawa pasang surut : sawah yang system pengairannya dipengaruhi naik dan turunnya air laut (pasang laut). Ciri khas sawah pasang surut ini adalah bahwa pengolahan tanah sangat sederhana yaitu hanya pembabatan rumput pada musim kemarau menjelang musim hujan tiba dan panen pada musim hujan. Sawah rawa pasang surut ini banyak terdapat sepanjang sungai yang besar besar seperti di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Irian Jaya.7) Sawah Lebak : sawah yang terdapat dikanan-kiri tebing sungai dan di delta-delta sungai yang besar. Sawah ini sumber pengairannya dari sungai yang bersangkutan. Pemasukan airnya dilakukan dengan memakai alat pengeduk seperti timba atau kincir air yang dibuat di sebelah kiri kanan sawah yang bersangkutan. Sawah jenis ini biasanya ada pada musim kemarau ketika air sungai yang bersangkutan surut, pengolahan dan penanaman pada musim kemarau dan panen menjelang musim hujan. Sawah lebak terdapat di Jawa Timur lembah Bengawan Solo, Kali Berantas, dan Delta Musi di Sumatera Selatan.

B. Rawa Rawa merupakan lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis / semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.

C. Hutan mangrove Suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusmana et al, 2003). Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis Mangue dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968 dalam Kusmana et al, 2003). Dalam bahasa inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nybakken, 1998).

D. Terumbu karangSekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae merupakan suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang.

E. Padang lamun Ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Terkadang, vegetasi lamun dijumpai setelah vegetasi mangrove dan fungsinya dapat berperan sebagai filter lumpur /tanah yang hanyut bersama air ke pantai setelah mampu lolos tertahan oleh perakaran vegetasi mangrove. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Di Taman Nasional Komodo, lamun adalah sumber pakan utama duyung.

F. Danau Suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.

G. Sungai Sungai adalah bagian permukaan bumi yang terbentuk secara alami dan letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat / saluran mengalirnya air tawar dari darat menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.

2. Lahan KeringLahan kering adalah lahan yang digunakan untuk usaha petanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang kurang atau peka terhadap erosi terutama bila pengolahannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah.Lahan usahatani kering menurut keadaan fisiknya dapat dibedakan atas :1) Ladang Lahan usahatani kering yang bersifat berpindah-pindah. Cara terbentuknya ladang adalah sebagai berikut, hutan ditebang lalu di bakar, setelah dibakar lalu ditanami pada ladang / huma atau palawija seperti jagung, kacang-kacangan, dll. Baik yang ditanam secara tersendiri maupun dengan cara tumpangsari. Setiap lahan ladang ini biasanya hanya untuk empat sampai enam musim tanam saja, untuk selanjutnya ditinggalkan yang kemudian hari dapat dibuka kembali setelah subur kembali. Biasanya pada waktu akhir ditanami, ladang tersebut ditanami tanaman tahunan seperti karet atau kopi sebagai bukti bahwa ladang tersebut telah ada yang menguasainya, dan berfungsi sebagai batas apabila di kemudian hari akan dibuka kembali.Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan pada lahan ladang ini petani tidak melakukan usaha pelestarian kesuburan lahan. Peningkatan produktivitas lahan terjadi secara alami saja, karena itu apabila pengembalian produktivitas tersebut tidak berjalan dengan baik, maka menimbulkan padang alang-alang secara meluas. Ladang lahan ini banyak terdapat di Sumatera bagian selatan, Lampung, dan Kalimantan Selatan. Sistem usaha berladang (shift-ing cultivation) ini merupakan salah satu usaha pemborosan sumber daya alam tanah.2) Tegalan Kelanjutan dari system berladang, hal ini terjadi apabila hutan yang mungkin dibuka untuk kegiatan usaha pertanian tidak memungkinkan lagi. Lahan usahatani tegalan sifatnya sudah menetap. Pola tanam biasanya campur atau tumpang sari antara padi ladang dan palawija (jagung, kacang-kacangan, ubikayu, dll). Di lahan tegal biasanya hanya diusahakan pada musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau diberakan (dibiarkan) tidak ada tanaman. Pada lahan tegal, usaha pelestarian produktivitas sudah ada dengan cara pemupukan meskipun terbatas pada saat ditanami saja, sedangkan pelestarian selanjutnya berjalan secara alami, atau dibiarkan tumbuh tanaman liar, yang selanjutnya dibabat pada saat akan ditanami kembali dengan dengan tanaman ekonomi. Produktivitas lahan ini umumnya rendah dan tidak stabil karena keadaan topografinya tidak mendatar dan tidak dibatasi oleh pematang atau sengkedan penahan erosi.3) Kebun : lahan pertanian / usahatani yang sudah menetap, yang ditanami tanaman tahunan secara permanen / tetap, baik sejenis meupun secara campuran. Tanaman yang biasa ditanam di lahan kebun antara lain kelapa dan jenis buah-buahan, seperti mangga, rambutan, dll.4) Pekarangan : sebidang lahan usahatani yang ada di sekitar rumah yang dibatasi oleh pagar tanaman hidup atau pagar mati. Tanaman yang bisa ditanami di pekarangan adalah buah-buahan, sayur untuk memelihara ternak unggas atau terbak kecil, seperti kambing dan biri-biri.5) Kolam : lahan usaha basah tetapi ada di lingkungan kering. Kolam dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kolam air diam dan kolam air deras (running water). Kolam biasa digunakan untuk memelihara ikan atau katak hijau. Usahatani di kolam biasanya dilakukan secara kontinyu dengan periode produksi sekitar 3 -6 bulan. Jadi dalam setahun dapat empat atau dua kali panen, ikan yang dipelihara di kolam biasanya secara campur atau secara tunggal / satu jenis ikan. Usahatani ikan di kolam ada yang bersifat komersial dan ada juga bersifat hanya untuk keperluan keluarga saja.6) Tambak : tempat usaha pemeliharaan ikan yang airnya payau (campran ai laut dan air tawar). Lokasi tambak umumnya di daerah pantai. Jenis ikan yang dipelihara di tambak, antara lain bandeng, udang, nila, baik secara tunggal atau campuran.

2.4 Karakteristik LahanKarakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumberdaya lahan pada umumnya disertai deskripsi karakteristik lahan. Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.a. TopografiTopografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2.

Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah ( 700 m dpl). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut.

b. Iklim1. Suhu udaraTanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai dataran tinggi atau suhu rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya.2. Curah hujanData curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1 (satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan 100 mm) dan bulan kering ( 60 %

4. Kedalaman tanahKedalaman tanah, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):Sangat dangkal: < 20 cmDangkal: 20 - 50 cmSedang: 50 - 75 cmDalam: > 75 cm 5. Ketebalan gambutKetebalan gambut, dibedakan menjadi (Ritung, Sofyan et al, 2007):Tipis: < 60 cmSedang: 60 - 100 cmAgak tebal: 100 - 200 cmTebal: 200 - 400 cmSangat tebal: > 400 cm

6. AlkalinitasMenggunakan nilai persentase natrium dapat ditukar (exchangeable sodium percentage atau ESP) yaitu dengan perhitungan (Ritung, Sofyan et al, 2007):

7. Bahaya erosiTingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi.

8. Bahaya banjir/genanganBanjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. (dimana x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir)

9. Kemasaman tanahDitentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm

d. Sosial, Kelembagaan dan PengembanganAspek-aspek sosial (manusia) utamanya aspek sosial kemasyarakatan, kelembagaan dan pengembangan, di kumpulkan dengan menggunakan metode wawancara langsung terhadap pihak instansi, akademisi, pengelola obyek, maupun masyarakat setempat serta pengamatan langsung ke lapangan.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanDengan adanya perbedaan karakteristik lahan, maka lahan dapat di bagi menjadi 2 yaitu lahan basah dan lahan kering. Pada lahan kering, umumnya diterapkan pola tanam monokultur dan polikultur tergantung pada kondisi lahan dan kebutuhan air tiap tanaman sedangkan pada lahan basah umumnya memilih pola tanam monokultur. Kendati hanya sedikit jumlahnya, tetapi ada tanaman tertentu yang dapat bertumbuh dan berproduksi dengan baik di lahan basah. Misalnya padi. Padi sebenarnya bukan tanaman air tetapi padi dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di lahan yang tergenang air. Banyak varietas padi telah dikembangkan dengan spesifikasi yang beragam pula. Ada yang cocok untuk lahan kering, yang sering disebut varietas padi gogo, ada yang cocok untuk lahan basah yang permanen tergenang air, dan ada pula yang cocok untuk lahan kering-basah. Pilihan lain adalah menanam tanaman lain selain padi, seperti tanaman hutan untuk kayu, buah-buahan, dan hias dan obat-obatan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat hidup dengan baik di lahan basah seperti bald cypress, tupelo, sweet-gum, oak, pecan, teratai dan nuts. Alternatif lain yang sangat menjanjikan adalah melakukan budi daya tumpang sari, yaitu melakukan beragam aktivitas pertanian (multikultur) pada waktu dan tempat yang sama sekaligus. Misalnya mina padi, sambil menanam padi, petani juga menabur benih ikan di lahan basah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012. Kualitas dan Karakteristik Lahan. http://samrumi.blogspot.com/2012/07/kualitas-dan-karakteristik-lahan.html. Diakses 24 Maret 2014Anonymous,2013. Pola tanam. http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/01/pengertian-pola-tanam-dan-macam-macam.html. diakses 24 Maret 2014http://sule-gratis.blogspot.com/2013/01/pola-tanam.htmlAritonang, 2013. Jenis-jenis Lahan. http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/10/jenis-jenis-lahan-pertanian berdasarkan.html. Diakses 24 Maret 2014Dewithata, 2013. Tanah dan Lahan. http://tienadewi.blogspot.com/2013/07/pengertian-tanah-dan-lahan.html. Diakses 24 Maret 2014Edem, S.O. and N. U. Ndaeyo. 2007. Fertility status and management implications of wetland. Soils for sustainable crop production in Akwa Ibom State, Nigeria. Springer Science+Business Media B.V. pp. 393 406.

TUGAS POLA TANAMPengaruh Karakteristik Lahan Terhadap Bentuk Pola Tanam

OLEH:KELOMPOK 3MARLINA SIPAYUNG115040200111153

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIMALANG2014