24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Dokter muda adalah sarjana lulusan perguruan tinggi pendidikan dokter yang menjalankan profesi disarana kesehatan yang telah ditetapkan. Rumah sakit menjadi sarana pasien untuk mencari kesembuhan, namun rumah sakit juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda- benda medis maupun non medis. Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian bagi penderita seperti 1

Tugas Dr.bao Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas dr.Bao

Citation preview

Page 1: Tugas Dr.bao Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

Dokter muda adalah sarjana lulusan perguruan tinggi pendidikan dokter yang

menjalankan profesi disarana kesehatan yang telah ditetapkan. Rumah sakit menjadi

sarana pasien untuk mencari kesembuhan, namun rumah sakit juga merupakan depot bagi

berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang

berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah

sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis.

Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan yang

terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatan

lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas,

dari petugas ke pasien dan antar petugas. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut

dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat

atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Terjadinya infeksi nosokomial

akan menimbulkan banyak kerugian bagi penderita seperti semakin lamanya perawatan

penyakit, semakin menderita pasien oleh sakit dan meningkatnya biaya pengobatan.

Infeksi nosokomial menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak dewasa ini

dan telah banyak perkembangan yang dibuatguna mencari penyabab meningkatnya

angka kejadian infeksi nosokomial. Data WHO pada tahun 2002 menyebutkan angka

terjadinya infeksi nosokomial diseluruh dunia sebesar 8,7 prosen atau sejumlah 1,4 juta

jiwa pasien mendapat infeksi nosokomial ketika dirawat di rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial?

1

Page 2: Tugas Dr.bao Fix

BAB II

ISI

2.1 Definisi dan batasan infeksi nosokomial

Dokter muda adalah sarjana lulusan perguruan tinggi pendidikan dokter yang

menjalankan profesi disarana kesehatan yang telah ditunjuk sebelum memperoleh hak

untuk mendapatkan surat ijin praktek yang ditetapkan konsul kedokteran indonesia.

Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien

dirawat di Rumah Sakit. Infeksi nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebabnya

adalah mikro organisme atau bakteri yang sudah resisten terhadap anti biotika.

Suatu infeksi dapat disebut infeksi nosokomial bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi

tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi

tersebut.

3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak

mulai dirawat.

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.

5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi

terbukti bahwa infeksi didapat penderita pada waktu

2.2 Epidemiologi

Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di

negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi

masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO

menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari

Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi

nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi sedikit

demi sedikit menurunkan resiko infeksi nosokomial. Namun semakin meningkatnya

pasien-pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri yang resisten antibiotik,

super infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif, masih menyebabkan infeksi

nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus setiap tahunnya

2.3 Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial

2

Page 3: Tugas Dr.bao Fix

Sesara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri dari 2

bagian besar yaitu fakktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan

kondisi-kondisi lokal) dan faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok yang

merawat, alat medis, serta lingkungan).

Mekanisme pasien terkena infeksi nosokomial adalah pasien mendapat infeksi

nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi), melalui petugas yang merawat di RS,

melalui pasien yang dirawat ditempat atau diruangan yang sama, melalui keluarga pasien

yang bekunjung, melalui peralatan yang dipakai.

Gambar 2.1

Alur penularan infeksi nosokomial

2.3.1 Agen Infeksi

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah

sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu

menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan

terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada

karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi,

dan banyaknya materi infeksius.

Etiologi infeksi nosokomial secara umum dari tahun ke tahun mengalami

perubahan. Pada tahun 1981 penyebab Infeksi Nosokomial bentuk koken gram positif

mengalami peningkatan yang mencolok. Pada tahun 1979-1980 hanya 2-3 epidemi yang

disebabkan oleh gram positif koken. English Medical Literatur melaporkan pada tahun

1983 sampai akhir tahun 1991 mikroba penyebab infeksi nosokomial dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Gram positif.

3

Page 4: Tugas Dr.bao Fix

Penyebab terbanyak dari infeksi Gram positif adalah MRSA (Methisilin Resisten

Staphylokokus Aureus) diikuti dengan Streptokokus spesies, Staphylokokus aureus,

Enterokokus spesies dan koagulan negatif dari Staphylokokus spesies.

2. Gram negatif

Infeksi Nosokomial yang disebabkan oleh gram negatif juga mengalami

peningkatan dibandingkan pada tahun 1980. Mikroba yang berperan dalam Infeksi

Nosokomial disebabkan oleh Salmonella spesies, Serratia spesies, Pseudomonas spesies

atau Klebsiela spesies.

3. Virus

Infeksi Nosokomial yang disebabkan oleh virus adalah Adenovirus, Rotavirus,

Influenza A, Measles, Hepatitis A.

4. Organisme lain

Organisme lain penyebab Infeksi Nosokomial adalah Scabies, Candida,

Mycobacterium, C. difficile, Legionella.

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat

menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme

yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari

pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit

ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui

makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril.

Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh

mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau

jarang menyebabkan penyakit pada orang normal atau sering disebut flora normal.

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.

Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri

patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut

mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme seperti Escherichia Coli yang

paling sering menjadi penyebab infeksi saluran kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik

maupun endemik. Seperti anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan

gangren, bakteri gram-positif Staphylococcus Aureus yang menjadi parasit di kulit dan

hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh

darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika. Pseudomonas sering sekali

ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan

dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah

4

Page 5: Tugas Dr.bao Fix

dari semua infeksi di rumah sakit. Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius

pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.

Banyak pula kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam

virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis,

suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses

yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan

HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan

untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus

respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi

nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan

varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.

Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang

dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian

obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida

albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

2.3.2 Respon dan toleransi tubuh pasien

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien

dalam hal ini adalah umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan

malnutrisi, penggunaan obat-obatan immunosupresan dan steroid dan intervensi yang

dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap

infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor,

anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini

akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat

opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan

tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti

biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan

resiko infeksi.

2.3.3 Resistensi terhadap antibiotika

Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun

1950-1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan

disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan

berlebihan dan pengunsalahan dari antibiotika. Banyak mikroorganisme yang kini

menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan angka

mortalitas terutama terhadap pasien yang immunocompromised. Resitensi dari bakteri di

5

Page 6: Tugas Dr.bao Fix

transmisikan antar pasien dan faktor resistensinya di pindahkan antara bakteri.

Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan multipikasi

dan penyebaran strain yang resistan. Penggunaan yang irasional tersebut meliputi

penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang

tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat yang

disebabkan oleh kesalahan diagnosa

Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang

resisten terhadap antibiotika, mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap

obat-obatan tersebut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan

profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi. Banyak strains dari pneumococci,

staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotikaa,

begitu juga klebsiella dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten.

Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana

antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia.

2.3.4 Faktor Alat Medis

Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari

kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka

operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti.

Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus.

Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.

Komplikasi tersebut berupa ekstravasasi infiltrat (cairan infus masuk ke jaringan sekitar

insersi kanula, flebitis (terdapat pembengkakan kemerahan dan nyeri sepanjang vena),

septikemia (kuman menyebar hematogen) dan supurasi (bila telah terjadi bentukan pus di

sekitar insersi kanul).

Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula

intravena yaitu: jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang

terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak

mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena

merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus

untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman

pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia.

2.4 Berbagai penyakit yang ditimbulkan infeksi nosokomial

2.4.1 Infeksi saluran kemih

Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial,

80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu

6

Page 7: Tugas Dr.bao Fix

berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan

kematian. Organisme yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus,

Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena

mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang

lama biasanya karena mikroorganisme eksogen.

Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra

yang melekat dengan permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah

1-2 minggu pemasangan kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau

sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan

balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik.

2.4.2 Pneumonia Nosokomial

Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan

ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman

penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan

Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut.

Keberadaan organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh

organisme ke traktus respiratorius bagian bawah.

Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus, influenza virus,

adeno virus, para influenza virus, enterovirus dan corona virus.

Faktor resiko terjadinya infeksi pneumonia ini adalah tipe dan jenis pernapasan,

riwayat merokok, tidak sterilnya alat-alat bantu, obesitas, beratnya kondisi pasien dan

kegagalan organ, tingkat penggunaan antibiotika, penggunaan ventilator dan intubasi dan

penurunan kesadaran pasien.

2.4.3 Bakteremi Nosokomial

Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5 % dari total infeksi nosokomial, tetapi

dengan resiko kematian yang sangat tinggi, terutama disebabkan oleh bakteri yang

resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi dapat muncul di tempat

masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.

2.4.4 Tuberkulosis

Penyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi-drugs resisten. Kontrol

terpenting untuk penyakit ini adalah identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta

tekanan negatif dalam ruangan.

2.4.5 Diarrhea dan Gastroenteritis

Mikroorganisme tersering berasal dari E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan

Clostridium. Selain itu, dari gologan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan

7

Page 8: Tugas Dr.bao Fix

enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan hepatitis A. Bedakan antara diarrhea dan

gastroenteritis. Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik meliuti abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti

achlorhydria, lemahnya motilitas intestinal, dan perubahan pada flora normal. Sedangkan

faktor ekstrinsik meliputi tindakan medis yang diberikan seperti pemasangan nasogastric

tube dan obat-obatan saluran cerna.

2.4.6 Infeksi pembuluh darah

Infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung dan

suntikan. Virus yang dapat menular dari cara ini adalah virus hepatitis B, virus hepatitis

C, dan HIV.

Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:

• Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan

berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain

• Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi

tubuh yang lain.

2.4.7 Dipteri, Tetanus dan Pertusis

Corynebacterium diptheriae, gram negatif pleomorfik, memproduksi endotoksin

yang menyebabkan timbulnya penyakit, penularan terutama melalui sistem pernafasan.

Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk rejan. Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi

muncul sebanyak 50 dalam 100% individu yang tidak imun. Clostridium tetani, gram

positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang otot.

2.4.8 Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak.

Luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar

kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat terjadinya infeksi sistemik. Dari golongan

virus yaitu herpes simplek, varicella zooster, dan rubella. Organisme yang menginfeksi

akan berbeda pada tiap populasi karena perbedaan pelayanan kesehatan yang diberikan,

perbedaan fasilitas yang dimiliki dan perbedaan negara yang didiami.

2.4.9 Infeks lainnya

Tulang dan Sendi

Osteomielitis, infeksi tulang atau sendi dan discus vertebralis

Infeksi sistem Kardiovaskuler

Infeksi arteri atau vena, endokarditis, miokarditis, perikarditis dan mediastinitis

Infeksi sistem saraf pusat

Meningitis atau ventrikulitis, absess spinal dan infeksi intra kranial

8

Page 9: Tugas Dr.bao Fix

Infeksi mata, telinga, hidung, dan mulut

Konjunctivitis, infeksi mata, otitis eksterna, otitis media, otitis interna,

mastoiditis, sinusitis, dan infeksi saluran nafas atas.

Infeksi pada saluran pencernaan

Gastroenteritis, hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi intra abdominal

Infeksi sistem pernafasan bawah

Bronkhitis, trakeobronkhitis, trakeitis, dan infeksi lainnya

Infeksi pada sistem reproduksi

Endometriosis dan luka bekas episiotomi

2.5 Pencegahan Infeksi Nosokomial

2.5.1 pencegahan secara luas

Upaya terpadu pencegahan Infeksi Nosokomial yang dilakukan saat ini adalah

dengan menggunakan Metode Surveillance yaitu pengumpulan data secara rutin,

pemeriksaan mikrobiologik untuk kuman penyebab infeksi pada Rumah Sakit tersebut

dan pemberian obat-obatan antibiotika secara rasional. Apabila Infeksi Nosokomial

tersebut dapat dikendalikan maka secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu

pelayanan Rumah Sakit tersebut. Setiap langkah yang mungkin dikerjakan adalah upaya

untuk menekan resiko terjadiinya Infeksi Nosokomial, sedangkan langkah yang paling

penting adalah kembali ke kaidah sepsis, anti sepsis dan perbaikan sikap (behaviour)

personil Rumah Sakit terutama dokter dan perawat. Langkah-langkah pokoknya adalah:

1. Menetapkan kebijaksanaan

Kebijaksanaan dasar yang menempatkan pengendalian Infeksi Nosokomial

sebagai program prioritas perlu ditetapkan, dari kebijakan itu baru akan dapat dipastikan

bahwa akan ada dukungan sumber daya.

2. Menetapkan struktur organisasi

Pimpinan Rumah Sakit yang mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dasar,

dibantu oleh Sekertariat dan Panitia Medik Pengendalian Infeksi yang bertugas menyusun

prosedur pendidikkan dan pemantauan, yang semua tugas itu dilaksanakan oleh pelaksana

prosedur [UPF] yang di pantau oleh Tim Dalin sbagai

kepanjangan tangan dari Panitia Medik Pengendalian Infeksi.

3. Penyusunan rencana kerja, prosedur kerja

Dalam satu rencana kerja yang perlu ditetapkan adalah menetapkan prioritas

masalah infeksi nosokomial yang akan dikerjakan seperti infeksi luka operasi,

pneunomia, infeksi saluran kemih, sepsis, dll.

4. Pencatatan, pelaporan, dan tindakan

9

Page 10: Tugas Dr.bao Fix

Koreksi terhadap semua tindakan medis perlu dilaksanakan dengan tertib,

terarah, tepat, dan berkesinambungan pelaksanaan pengumpulan data, penyusunan data,

analisis data, penyimpulan data, dan pelaporan/umpan balik yang diberikan, yang

bermanfaat untuk pemecahaan masalah dan perencanaan. Jika terjadi kejadian luar biasa

perlu ditetapkan tata cara untuk melakukan identifikasi masalah, penerapan penyebab,

dan cara pemecahan masalah.

5. Pendidikan Personil

Pendidikan personil sangat penting, karena pencegahan Infeksi Nosokomial

hanya dapat dilakukan apabila terjadi perubahan perilaku, sedangkan untuk terjadi

perubahan perilaku memerlukan motivasi dan pengetahuan, dan kedua hal ini didapatkan

melalui pendidikan.

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang

terintegrasi, monitoring dan program yang dapat dilakukan adalah:

1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci

tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan

disinfektan.

2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang

cukup, dan vaksinasi.

4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

2.5.2 Peran dokter muda

peran dokter dalam pengendalian infeksi nosokomial. Menurut Daschner,

dokter yang menjadi anggota organisasi pengendalian infeksi nosokomial, harus

berkualitas profesional dan merupakan kombinasi antara: ahli penyakit infeksi,

ahli mikrobiologi, ahli epidemiologi, social worker, psikolog, guru, ahli riset, ahli

terapi antibiotika, polisi/investigator, arsitek dan partner baik dari perawatan.

Secara umum dokter tersebut hams memiliki kualifikasi umum : punya interest,

wakil kelompok besar, punya wibawa, komunikatif, ahli dalam bidangnya, dan

tekun; dan secara khusus mempunyai pengetahuan yang cukup dalam bidang :

epidemiologi, bakteriologi - penyakit infeksi, antibiotika, antiseptik - desinfektan,

disposal, hospital architecture, psikologi, dan cukup mengenal masalah UPF;

sehingga secara umum dapat disimpulkan kualitas mereka adalah mempunyai

10

Page 11: Tugas Dr.bao Fix

lima unsur : good manager, good doctor, good scholar, good teacher, good

researcher.

Secara fungsional, dokter mempunyai peran sebagai berikut:

I. Dalam komite : Memimpin untuk : pembuatan kebijakan,

rapat rutin (1 bulan sekali), penentuan keputusan penting dalam

keadaan KLB, dan menghimpun laporan penting.

II. Dalam tingkat team : Memimpin untuk : Penjabaran kebijakan,

pelatihan dan pengajaran staf, Surveilan, Pelaporan

KLB, dan Rapat rutin (1 minggu sekali).

III. Dalam pelaksanaan harian (tingkat UPF) punya peran sebagai berikut :

• Catatan Medis/LPD Khusus

• Pelaksanaan SOP.

Dokter muda berinteraksi langsung dengan pasien, oleh karena itu peran

dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial sangat vital. Upaya-upaya yang

bisa dilakukan dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial adalah sebagai

berikut:

1. Menerapkan universal precaution dalam semua tindakan.

2. Imunisasi guna meningkatkan kekebalan tubuh.

3. Alat perlindungan diri dalam bekerja.

4. Profesionalisme dalam bekerja, menerapkan tindakan septik dan aseptik,

sterilisasi dan disinfektan dengan benar.

5. Managemen setelah terpapar sumber infeksi.

Universal precaution penting perannya dalam mencegah terjadinya infeksi

nosokomial. Dengan waspada terhadap semua pasien membawa suatu penyakit

dalam tubuhnya yang bisa ditularkan melewati berbagai cara akan membuat

dokter muda bertindak dengan waspada terhadap segala sesuatu dari tubuh pasien

baik berupa darah, urin, air liur, fases dan muntahan. Tindakan- tindakan dalam

universal precaution meliputi :

a. Mencuci tangan setelah kontak langsung dengan pasien.

b. Menutup jarum dengan cara yang benar (tidak menggunakan dua

tangan)

11

Page 12: Tugas Dr.bao Fix

c. Mengumpulkan dan membuang jarum, alat tajam pada tempat yang

telah disediakan.

d. Menggunakan sarung tangan ketika kontak dengan cairan tubuh,

kulit yang luka dan membran mukosa.

e. Menggunakan masker, pelindung mata dan gaun ketika

kemunkinan berhadapan dengan derah atau cairan tubah yang

menyembur.

f. Menutup semua luka atau irisan dengan bahan kedap air (linen).

g. Segera dan berhati-hati dalam membersihkan tumpahan darah atau

cairan tubuh yang lain.

Upaya universal precaution diatas diharapkan dokter muda tidak

terinfeksi penyakit dari pasien dan tidak akan menularkan penyakit kepada pasien

lainnya dengan demikian infeksi nosokomial dapat dicegah.

Imunisasi berperan dalam memberikan kekebalan terhadap serangan

penyakit. Profesi dokter muda yang selalu berkontak langsung dengan pasien

sangat rentan terhadap penularan penyakit dari pasien. Imunisasi yang dapat

diberikan kepada dokter muda salah satumya hepatitis B. HBV adalah agen yang

sangat menular diseluruh dunia yang menimbulkan sirosis dan carcinoma hepar.

Pemberian vaksinasi pada dokter muda dapat mencegah penyebaran infeksi HBV

khususnya dan infeksi nosokomial umumnya.

Alat perlindungan diri seperti masker sangat penting dalam mencegah

tertular penyakit pernafasan seperti TB. Alat perlindungan diri harus dipakai oleh

dokter muda guna mencegah terinfeksi dan menularkan penyakit.

Profesionalisme dalam bekerja, tidak melakukan kesalahan dan efektik

dalam segala tindakan medis akan menurunkan resiko tertularnya infeksi dari

penderita. Semisal dalam manajemen luka, tindakan aseptis harus benar dan skill

operator harus sesuai protap agar luka sembuh optimal dan tidak menjadi tempat

masuknya infeksi lainnya. Perlunya pematangan pengetahuan dan skill dokter

muda dalam segala tindakan medis besar perannya dalam mencegah infeksi

nosokomial.

Managemen setelah terpapar sumber infeksi meliputi darah dan cairan dari

pasien atau sumber lainnya besar manfaatnya guna mencegah terinfeksi penyakit.

12

Page 13: Tugas Dr.bao Fix

Darah yang menempel harus dicuci bersih dan antiseptik dipakai guna membunuh

kuman penyakit. Alat – alat setelah selesai dipakai ditempatkan pada cairan

disinfektan dan dilakukan metide disinfeksi yang sesuai guna menghindari adanya

penularan penyakit pada pemakaian selanjutnya.

13

Page 14: Tugas Dr.bao Fix

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di

Rumah Sakit. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian bagi

penderita seperti semakin lamanya perawatan penyakit, semakin menderita pasien oleh

sakit dan meningkatnya biaya pengobatan.

Peran dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial sangat penting mengingat dokter

muda berinteraksi langsung dengan pasien dalam melaksanakan tindakan medis. Upaya

yang dapat dilakukan dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial adalah

menerapkan universal precaution dalam semua tindakan, imunisasi guna meningkatkan

kekebalan tubuh, alat perlindungan diri dalam bekerja, profesionalisme dalam bekerja,

menerapkan tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan dengan benar serta

managemen setelah terpapar sumber infeksi.

Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan infeksi nosokomial dapat dicegah dan

peningkatan pelayanan kesehatan dapat tercapai sesuai tujuan mencapai kesehatan yang

optimal.

3.2 SARAN

1. Perlunya pembelajaran lebih lanjut kepada dokter muda sebelum mulai

bertugas di rumah sakit mengenai infeksi nosokomial.

2. Perlunya pelatihan tindakan septik,aseptik, sterlisasi dan disinfektan.

3. Perlunya vaksinasi kepada dokter muda sebelum mulai bertugas di rumah

sakit.

14

Page 15: Tugas Dr.bao Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. dr. H Santoso Soeroso, SpA (K), MARS, 2010, Kewaspadaan Universal

Pencegahan Infeksi Nosokomial, http://www.infeksi.com/articles.php?

lng=in&pg=16, diakses tanggal 25 januari 2010.

2. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd

edition. World Health Organization. Department of Communicable disease,

Surveillance and Response; 2002

3. Harry Wahyudi, 2006, Infeksi Nosokomial, http://www.ossmed.com/ diakses

tanggal 25 Januari 2010.

4. Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrison’s Principle of

Internal Medicine 15 Edition.-CD Room; 2001

5. Parhusip, 2005, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi

Nosokomial Serta Pengendaliannya Di BHG. UPF. Paru RS. Dr. Pirngadi/Lab.

Penyakit Paru FK-USU Medan.

6. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta;

2001

7. Thamrin Hisbullah,1993, Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan

Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran,

8. Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious

diseases, second ed, Boston; 2002

9. WHO, 2003, Health Care Worker Safety,

http://www.who.int/injection_safety/toolbox/docs/en/AM_HCW_Safety.pdf,

diakses tanggal 25 Januari 2010.

10. WHO, Prevention of Hospital Acquired Infection,

http://www.who.int/csr/resources/publications/whocdscsreph200212.pdf, diakses

tanggal 25 Januari 2010.

15