Author
kiky-hetharie
View
228
Download
0
Embed Size (px)
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
1/21
Laporan Kasus Tuberkulosis Paru Pada Anak
Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
FAMILY FOLDER
Stien Julia Risky Hetharie
102010266
PEMBIMBING : Dr.dr.A. Aris Susanto, Ms, Sp.Ok
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2010
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
2/21
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis),
yang disebut juga basil tahan asam. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat sistemik, yang dapat
bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat sistemik ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Masalah
Di Asia Tenggara, selama 10 tahun, diperkirakan bahwa jumlah kasus baru adalah 35,1 juta, 8%
di antaranya (2,8 juta) disertai infeksi HIV. Menurut WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ketiga
dalam jumlah kasus baru TB (0,4 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta kasus) dan Cina (1,1 juta kasus).
Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak berusia < 15 tahun.
Tujuan
Diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan family folder yaitu kunjungan ke rumah pasien
Puskesmas Grogol I, dapat meningkatkan pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit,
mencegah komplikasi akut maupun kronis, serta mengoptimalkan kualitas hidup pasien dan
keluarganya.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
3/21
BAB II
ISI
Laporan Kasus
Pengumpulan Data
Puskesmas : Grogol I, Jln Nurdin I. No. 35
Tanggal kunjungan : 10 Juli 2013
Data Riwayat Keluarga :
I. Identitas Pasien :a. Nama : Anak Suqrob. Umur : 1 tahun 11 bulan 25 haric. Jenis kelamin : Laki-lakid. Pekerjaan : -e. Pendidikan : -f.
Alamat : Jl. Semeru RT008/RW10g. Telepon : -
II. Riwayat Biologis Keluarga :a. Keadaan kesehatan sekarang : Baikb. Kebersihan perorangan : Burukc. Penyakit yang sering diderita : Maag, hipertensi, pusingd. Penyakit keturunan : Tidak adae. Penyakit kronis/ menular : Tidak adaf. Kecacatan anggota keluarga : Tidak adag. Pola makan : Sedangh. Pola Istirahat : Baik
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
4/21
i. Jumlah anggota keluarga : 9 orang.
III. Psikologi Keluarga :a. Kebiasaan buruk : Merokok, jarang mandib. Pengambilan keputusan : Bapakc. Ketergantungan obat : -d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmase. Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan Rumah/ Lingkungan :a. Jenis bangunan : Gubukb. Lantai rumah : Papanc. Luas rumah : 3x3 m2d. Penerangan : Kurange. Kebersihan : Kurangf. Ventilasi : Kurangg. Dapur : Adah.
Jamban keluarga : Tidak ada
i. Sumber air minum : Air tanah, air galonj. Sumber pencemaran air : Adak. Pemanfaatan pekarangan : Tidak adal. Sistem pembuangan air limbah : Tidak adam. Tempat pembuangan sampah : Adan. Sanitasi lingkungan : Kurang
V. Spritual Keluarga :a. Ketaatan beribadah : Sedangb. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
5/21
VI. Keadaan Sosial Keluarga :a. Tingkat Pendidikan : Rendahb. Hubungan antar anggota keluarga : Baikc. Hubungan dengan orang lain : Sedangd. Kegiatan organisasi sosial : Buruke. Keadaan ekonomi : Kurang
VII. Kultural Keluarga :a. Adat yang Berpengaruh : Jawab. Lain-lain : -
VIII. Daftar Anggota Keluarga :No Nama Hub dgn
KK
Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan
kesehatan
Keadaa
n gizi
KB
1 Samsudin Ayah
Rokayah
50 thn SD Marbot
Mesjid
Islam Baik Baik
2 Darsinah Ibu
Rokayah
45thn SD Marbot
Mesjid
Islam Baik Baik -
3 Adim Suami 34
thn
SMP Wirausaha Islam Baik Baik
4 Rokayah Istri 27
thn
SMP Ibu Rumah
Tangga
Islam Baik Baik Sunt
bula
5 Surya Anak
Pertama
3 thn
10
bulan
- - Islam Sedang
sakit
Cukup
6 Suqro Anak
Kedua
1 thn
11 bln
- - Islam Sedang
sakit
Cukup
7 Siti Maimunah Saudara I
Rokayah
25 thn SD - Islam Baik Baik -
8 M. Nurarifin Saudara II
Rokayah
20
thn
SMP - Islam Baik Baik
9 Siti Nurseha Saudara III
Rokayah
17 thn SMA - Islam Baik Baik -
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
6/21
IX. Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa anak sering batuk yang tidak pernah sembuhdisertai BB yang tidak sesuai dengan usia.
X. Keluhan Tambahan: Anak sering menangis dan tidak mau makan makanan berkuah .XI. Riwayat Penyakit Sekarang : Anak yang sakit sekarang dirawat di rumah. Ibu
mengatakan bahwa setelah dua bulan minum obat, BB anak bertambah dari yang
semula 6kg sekarang menjadi 9kg. Sekarang anak rutin meminum obat yang diambil di
Puskesmas setiap 2 minggu sekali yaitu Rimfampisin dalam bentuk tablet larut air. Obat
diminum rutin setiap hari, ibunya mengaku memasang alarm pada handphone sebagai
pengingat.
XII. Riwayat Penyakit dahulu : Sebelumnya, ibu mengatakan bahwa anak sering sekalimenderita batuk pilek, disertai muntah. Namun, ibu mengira bahwa anak hanya
menderita flu biasa..
XIII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : compos mentis, anak bergerak aktif, suhu badan 35,10CXIV. Diagnosis Penyakit : Tuberkulosis Paru pada anak.XV. Diagnosis Keluarga : Baik.
XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :a. Promotif : Memberikan penyuluhan dan pengertian kepada pasien tentang penyakit
tuberkulosis, komplikasi yang mungkin terjadi, pola makan yang benar dan sehat dalam
rangka perbaikan gizi. Pembuatan ventilasi yang lebih banyak dan tidak menggantung
pakaian jemuran di dalam rumah agar pertukaran udara lebih baik. Disarankan pula agar
rumah dibersihkan seperti disapu dan memasang lampu lebih banyak lagi agar rumah
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
7/21
tidak terlalu lembab dan gelap. Pakaian kotor dan pakaian bersih dipisah, botol minum
anak sebaiknya tidak dibiarkan tergeletak di lantai begitu saja, debu dibersihkan setiap
hari, menjauhkan tempat sampah dari meja makan, dan membeli rak piring agar piring
dan gelas yang bersih tidak diletakan di dalam ember.
b. Preventif : Anak disarankan agar dimandikan 2x sehari, diberikan susu formula danmakanan yang banyak sayurannya. Jika anak tidak ingin makan sayur, ibu bisa
menghaluskan dan membuatnya dalam bentuk perkedel.
c. Kuratif : Minum obat TB yang sudah diberikan RS secara teratur sampai pengobatanselesai yaitu 6 bulan. Obat yang sekarang dikonsumsi adalah Rimfampisin.
d. Rehabilitatif : disarankan agar setelah pengobatan 6 bulan, anak dicek kesehatannya diRS dan diminta untuk ke Puskesmas agar dapat memperoleh PMT guna perbaikan gizi ke
arah yang lebih baik.
XVII. Prognosis :a. Penyakit : dubiaat malamb. Keluarga : dubia at bonamc. Masyarakat : dubia at bonam
XVIII. Resume :Dari hasil kunjungan rumah tanggal 9 Juli 2013, didapatkan bahwa pasien anak tersebut
adalah penderita tuberculosis paru. Keadaan pasien anak baik dan beraktivitas lincah
seperti biasa serta ibu secara rutin memeriksakan pasien ke Puskesmas dan meminum obat
tuberkulosis. Keadaan rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari
kebersihan rumah dan ventilasi di rumahnya. Kebersihan rumah dan ventilasi sangat buruk,
tidak dapat pencahayaan yang baik, banyak terdapat tumpukan barang, pakaian maupun
alat-alat makan. Kamar tidur digunakan sebagai tempat jemuran baju, dengan alasan tidak
ingin menjemur di luar rumah. Rumah tampak kotor dan berantakan karena jarang
dibersihkan disertai debu yang banyak. Dapur berada di lantai dasar dengan pencahayaan
yang lebih kurang lagi. Dapur disatukan dengan tempat untuk mencuci dan kamr mandi.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
8/21
Rumah tidak terdapat jamban. jika ingin BAB keluarganya akan pergi ke WC umum yang
berjarak 10m dari lokasi rumah, dan kamar mandi digunakan juga untuk mencuci piring.
Ibunya mengaku pada awalnya, anak Suqro hanya didiagnosis gizi buruk oleh kader
setempat. Hal disebabkan karena BB anak Suqro yang tidak sesuai dengan TB. Semua ini
diketakui dari hasil KMS milik anak Suqro setiap kali ibu Rokayah membawanya ke
Puskesmas ataupun Posyandu. Dari hasil inilah, Suqro kemudian diberikan tablet asam folat
oleh kader setempat. Setelah pemberian asam folat, BB Suqro tetap tidak membaik,
padahal sebelumnya Suqro jarang sakit. Setelah beberapa minggu, Suqro menderita batuk
pilek. Karena panik, Rokayah membawa ke Puskesmas, namun setelah diobati, batuk Suqro
tidak kunjung membaik. Bahkan batuk disertai dahak dan muntah. Terdapat flek berwarna
merah kehitaman. Karena tidak kunjung sembuh, Rokayah meminta rujukan dari Puskesmas
ke RS. Setelah sampai di RS, Suqro kemudian diambil darah untuk dilakukan uji Tes
Mantoux. Karena menunggu hasil terlalu lama, ibu pasien meminta rujukan untuk
dirontgen. Setelah hasil rontgen diterima, Suqro didiagnosis menderita tuberkolosis.
Dari hasil wawancara, diketahui pula bahwa Sarif (3 tahun 10 bulan) juga menderita
tuberkolosis paru. Ibu Rokayah mengaku bahwa anaknya sudah diimunisasi lengkap. Ketika
ditanya, apakah di keluarga ada juga yang batuk atau pernah sakit, ibu mengaku bahwa
keluarganya sehat-sehat saja kecuali Sarif dan Suqro yang menjadi penderita tuberculosisparu. Menurut ibu Rokayah, dokter spesialis yang mengobati Suqro dan Sarif meminta ibu
Rokayah utnuk memberhentikan ASI. Suqto sudah menjalani pengobatan TB selama 2 bulan
dan Surya selama 5 bulan lebih.
Dari hasil wawancara, ibu disarankan untuk datang ke puskesmas secara teratur untuk
kesehatan dan gizi dari Suqro dan Sury serta tetap mengatur pola makan, antara lain
dengan mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan pemberian sayuran hijau wajib. Jika
anak tidak mau makan sayur, ibu bisa membuat dalam bentuk perkedel ataupun diblenderterlebih dahulu. Hal ini disarankan sebab ibu Rokayah berkata bahwa kedua anaknya lebih
suka makan nasi hanya dengan menggunakan kecap. Anak yang sakit dianjurkan utnuk
dibangunkan setiap pagi, dimandikan serta jangan dibiarkan bermain dengna tidak memakai
celana maupun alas kaki. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
9/21
pula oleh kondisi rumah dan keadaan keluarga yang harmonis. Oleh karena itu ibu
disarankan untuk menjaga kebersihan rumah dan lebih berkomunikasi dengan baik antar
keluarga agar tercipta keluarga yang harmonis.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
10/21
BAB III
Tinjauan Pustaka
Tuberkulosis Paru pada Anak
I. DEFINISITuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis),
yang disebut juga basil tahan asam. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
II. EPIDEMIOLOGISejak akhir tahun 1990-an, dilakukan deteksi terhadap beberapa penyakit yang kembali muncul
dan menjadi masalah terutama di negara maju. Salah satu diantaranya adalah TB. World health
organization memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M.
tuberculosis, dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru,
merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju.
Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas, baik di
negara berkembang maupun di negara maju.
III.
PREVALENSMorbiditas dan mortalitas
Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun
adalah 5-6% dari total kasus TB. Berdasarkan laporan tahun 1985, dari 1261 kasus TB anak berusia
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
11/21
menjadi 8,8 juta kasus (152 kasus per 100.000 penduduk) pada tahun 1995, menjadi 10,2 juta kasus (163
kasus per 100.000 penduduk) pada tahun 2000, dan akan mencapai 11,9 juta kasus pada tahun 2005.
Total insidens TB selama 10 tahun, dari tahun 1990-1999, diperkirakan sebanyak 88,2 juta
penyandang TB, 8 juta di antaranya berhubungan dengan infeksi HIV. Pada tahun 2000 terdapat 1,8 jutakematian akibat TB, 226.000 di antaranya berhubungan dengan HIV. Selama tahun 1985-1992,
peningkatan TB paling banyak terjadi pada usia 25-44 tahun (54,5%), diikuti oleh usia 0-4 tahun (36,1%),
dan 5-12 tahun (38,1%). Pada tahun 2005, diperkirakan kasus TB naik 58% dari tahun 1990, 90% di
antaranya terjadi di negara berkembang.
Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak berusia 0-4 tahun adalah 19%,
scdangkan pada usia 5-15 tahun adalah 40%. Di Asia Tenggara, selama 10 tahun, diperkirakan bahwa
jumlah kasus baru adalah 35,1 juta, 8% di antaranya (2,8 juta) disertai infeksi HIV. Menurut WHO(1994), Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru TB (0,4 juta kasus baru), setelah
India (2,1 juta kasus) dan Cina (1,1 juta kasus). Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak
berusia < 15 tahun.
IV. FAKTOR RESIKOTerdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya penyakit TB
pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi
menjadi penyakit (resiko penyakit).
1. Resiko infeksi TBFaktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan
TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan
sanitasi yang tidak membaik), tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti perawatan
lain) yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum
banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat
terutama sirkulasi udara yang kurang baik.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
12/21
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini
dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam sekret endobronkial pasien anak. Hal tersebut
karena:
a.
Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi karena imunitas anak masihlemah jumlah yang sedikit tersebut sudah mampu menyebabkan sakit.
b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB primer biasanya terjadi didaerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi produksi sputum.
c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor batuk di daerahparenkim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada TB anak.
2. Resiko sakit TBAnak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB.
a. UsiaAnak berusia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB
karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini
akan berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun memiliki
risiko lebih tinggi mengalami TB diseminata (seperti TB milier dan meningitis TB). Pada bayi, rentang
waktu antara terjadinya infeksi dan timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya
timbul gejala yang akut.
a. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi positif)dalam 1 tahun terakhir.
b. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang, pengangguran,pendidikan yang rendah.
c. Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromais (misalnya pada infeksi HIV, keganasan, transplantasiorgan dan pengobatan imunosupresi).
d. Virulensi dari M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
13/21
V. PATOGENESIS DAN PERJALANAN ALAMIAHParu merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat
kecil, kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup setelah melewati barier mukosa basil TB akan
mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme
imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian
kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan
seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan
tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam
makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat
tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer).
Melalui saluran limfe kuman akan menyebar menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe
yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi
di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak
di bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahiler, sedangkan jika
fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelnjar para trakeal. Gabungan antara
fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer.
Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya komplek primer secara
lengkap) bervariasi antara 4-8 minggu. Pada saat terbentuknya komplek primer inilah, infeksi TB primer
terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yaitu
timbulnya respon positif terhadap uji tuberkulin.
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru dapat mengalami salah satu
hal sebagai berikut, mengalami resolusi secara sempurna, atau membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami
fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.
Komplek primer dapat juga mengalami komplikasi yang disebabkan oleh fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis dan
pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis pengkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar
melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau
paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi akan membesar karena reaksi inflamasi
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
14/21
yang berlanjut, sehingga bronkus dapat terganggu yaitu obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan
eksternal yang akan menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Dapat juga terjadi obstruksi total
yang menyebabkan atelektasis.
Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi penyebaran secarahematogen dan limfogen. Pada penyebaran limfogen kuman menyebar ke kelenjar limfe regional
membentuk komplek primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk kedalam
sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh dan disebut penyakit sistemik. Penyebaran hematogen
sering tersamar (occult hematogenic spread) sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB
kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh dan biasanya yang dituju adalah organ yang
mempunyai vaskularisasi baik terutama apek paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut
kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan
membatasi pertumbuhannya, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman dan bisa terjadi reaktivasi jika
daya tahan tubuh pejamu turun.
Bagan I. Patogenesis Tuberkulosis.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
15/21
Catatan:
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic spread). Kuman TB
kemudian membuat focus koloni di berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi
mengalami reaktivasi di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), lirntangitis (2), dan limladenitis regional (3).
3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran hematogen, terbentuknya
kompleks primer dan imunitas selular spesifik, hingga pasien mengalami infeksi TB dan dapat menjadi
sakit TB primer.
4 Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pascaprimer karena mekanismenya bisa melalui proses
reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau reinfeksi (infeksi sekunder dan seterusnya) oleh kuman TB dari
luar (eksogen).
VI. DIAGNOSISDiagnosis pasti TB ditegakkan dengan menemukan M.TB pada pemeriksaan sputum atau bilasan
lambung, cairan cerebrospinal, cairan pleura atau pada biopsi jaringan. Jumlah kuman TB di sekret
bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa karena lokasi kerusakan jaringan TB paru primer
terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. Selain itu tingkat kerusakan parenkim
paru tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA baru dapat dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya paling
sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml dahak.
Kesulitan kedua, pengambilan spesimen/sputum sulit dilakukan. Pada anak, walaupun batuknya
berdahak, biasanya dahak akan ditelan sehingga diperlukan bilasan lambung yang diambil melalui NGT.
Dahak yang representatif untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah dahak yang kental dan
purulen, berwarna hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml.
Karena alasan di atas, diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan radiologis yang
keduanya seringkali tidak spesifik. Kadang-kadang TB anak ditemukan karena adanya TB dewasa di
sekitarnya. Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang
seperti uji tuberkulin positif, dan foto paru yang mengarah pada TB (sugestif TB) merupakan bukti kuat
yang menyatakan anak telah sakit TB.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
16/21
Selain itu, manifestasi klinis TB sangat bervariasi tergantung padaa beberapa faktor yaitu jumlah
kuman, virulensi kuman dan daya tahan tubuh host. Manifestasi klinis TB dibagi 2 yaitu manifestasi klinis
dan manifestasi spesifik organ. Yang termasuk manifestasi klinis antara lain; 1) deman lebih dari 2
minggu dengan penyebab yang tidak jelas yang dapat disertai keringat malam hari, 2) nafsu makan tidak
ada (anoreksia) yang dapat disertai penurunan berat badan, 3) batuk lama lebih dari 3 minggu, 4)
malaise dan 5) diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare. Sedangkan yang
termasuk manifestasi spesifik organ antara lain; 1) TB kelenjar superfisial yang paling banyak mengenai
kelenjar kolli, 2) Tuberkulosis otak dan saraf (menigitis Tb dan tuberkuloma), 3) tuberkulosis skeletal
(spondilitis, gonisitis), 4) tuberkulosis kulit (skrodulodermal).
Kesulitan dalam mendiagnosis TB anak karena gejalanya tidak khas, dibuatlah sistem skoring
yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pembobotan tertinggi ada pada uji
tuberkulin dan adanya kontak TB dengan BTA positif, karena berdasarkan penelitian akan menularkan
sekitar 65% orang di sekitarnya.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
17/21
Berikut tabel 2. sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak
jelas
- Laporan
keluarga, BTA
(-), tidak
tahu/tidak
jelas
BTA (+)
Uji tuberkulin Negatif - - Positif (10
mm, atau 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan/keadaan gizi - BB/TB
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
18/21
Tidak jelas
Keterangan : anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6, ( skor maksimal 13).
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Uji TuberkulinTuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik yang kuat. Jika
disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB (telah ada kompleks primer
dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas selular terhadap TB), maka akan terjadi reaksi berupa
indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin dan
terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan. Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak
dapat menentukan tingkat aktivitas dan beratnya proses penyakit.
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-232TU atau PPD S
5TU, secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 4872 jam setelah
penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi/eritemanya.
Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai dengan pulpen,
kemudian diameter transversal indurasi diukur dengan alat pengukur transparan, dan hasilnya
dinyatakan dalani milimeter. Jika tidak timbul indurasi sama sekali, hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm,
jangan hanya dilaporkan sebagai negative. Secara umum, hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi >
10 mm dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya.
Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 1015 mm dinyatakan uji
tuberkulin positif, kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh
BCGnya. Akan tetapi, bila ukuran indurasi >15 mm, hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB
alamiah. Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun (imunokompromais), maka cut off-pointhasil positif yang digunakan adalah 5 mm.
Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada tiga keadaan sebagai berikut:
1. Infeksi TB alamiah
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
19/21
a. infeksi TB tanpa sakit TB (infeksi TB laten)
b. infeksi TB dan sakit TB
c. TB yang telah sembuh.
2. lmunisasi BCG (infeksi TB buatan).
3. Infeksi mikobakterium atipik.
Uji tuberkulin negatif dapat dijumpai pada tiga keadaan berikut:
1. Tidak ada infeksi TB.
2. Dalam masa inkubasi infeksi TB.
3. Anergi.
2. RadiologisGambaran foto toraks pada TB tidak khas; kelainan-kelainan radiologis pada TB dapat juga dijumpai
pada penyakit lain. Sebaliknya, foto toraks yang normal (tidak terdetek secara radiologis) tidak dapat
menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain mendukung. Secara umum
gambaran radiologis yang sugestif TB adalah : pembesaran kelenjar hilus dengan/tanpa infiltrate,
konsolidasi segmental, milier, kalsifikasi dengan infiltrate, atelektasis, infiltrate, efusi pleura,
tuberkuloma.
3. MikrobiologisDiagnosis pasti TB ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan mikrobiologis. pemeriksaan
mikrobiologis yang dilakukan terdiri dari dua macam: pemeriksaan mikrobiologis apusan langsung untuk
BTA dan pemeriksaan biakan kuman M. tubercuosis
VIII.TATALAKSANA TB PADA ANAKBeberapa hal penting dalam penatalaksanaan TB anak adalah:
Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan dalam monoterapi Pemberian gizi yang kuat Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
20/21
Tatalaksana medikamentosa TB anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis
(pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis TB diberikan pada
anak yang kontak TB (profilaksis primer atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis
sekunder)).
Paduan Obat Terapi TB Anak
Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu relatif lama (6-
12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai
fase lanjutan (4 bulan kecuali pada TB berat). Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan
pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kekambuhan. OAT diberikan setiap hari dengan paduan obat yaitu rifampisin, isoniazid danpirazinamid. Pada fase intensif diberikan rifampisin, isoniazid dan pirazinamid. Sedangkan pada fase
lanjutan diberikan rifampisin dan isoniazid. Untuk kasus TB tertentu yaitu : TB milier, efusi pleura TB,
perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison)
dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu
dengan dosis penuh dilanjutkan taffering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid
adalah untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadinya perlekatan jaringan.
Berikut tabel 3. Dosis OAT yang biasa digunakan.
Nama obat Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis
maksimal
(mg/hari)
Efek samping
Isoniazid 5-15 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan tubuh
berwarna oranye kemerahan.
8/14/2019 Tuberkulosis Anak FF.docx
21/21
Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hepar, artralgia,
gastrointestinal
Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastriintestinal
Streptomisin 15-40 1000 Ototoksisk, nefrotoksik
KESIMPULAN
TB masih merupakan masalah mortalitas dan morbiditas di negara-negara berkembang.
TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG pada anak dan
pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita Tb dewasa. Disamping itu dengan adanya penyakit
karena HIV, maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Diagnosis TB pada anak
sering sulit karena gambaran rontgen paru dan gambaran klinis tidak selalu khas dan sedangkan
penemuan basil TB sulit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hardiono, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Ed.I. 2004. Jakarta: Badan PenerbitIDAI.
2. Setyanto Budi,D., 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Ed.1 . Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta3. WHO Indonesia. 2008. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten/Kota. Alih bahasa: Tim Adaptasi Indonesia. Jakarta: Depkes