Upload
galuh-ajeng-laraswati
View
239
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yuu
1
BAB I
LAPORAN KASUS
Indentitas Pasien
Nama : Bp. Sareng Sukarji
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun Macanan, Muntilan, Magelang
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Datang ke Rumah Sakit pada tanggal : 29 September 2012 pukul 16.00 WIB
Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis pada tanggal 29 September
2012 di IGD Rumah Sakit Tingkat II
Dr.Soedjono Magelang
Subjektif
Keluhan Utama :
Nyeri dada kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri dada mendadak ketika siang hari menebar pupuk di
sawah. Pada pukul 14.00 -15.30WIB. Jam 16.00WIB datang ke IGD keluhan
sudah sedikit mereda. Saat itu rasanya nyeri terus-menerus. Rasanya seperti
pegal yang timbul mendadak di dada. Tidak menyebar. Faktor yang
meringankan keluhannya dengan beristirahat di pematang sawah. Mual (+)
muntah (-) sesak (-) Makan dan minum (N) BAB dan BAK (N)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi : sejak usia 45th
Diabetes : sudah lama menderita diabetes
Asma : Disangkal
2
RPK :
Hipertensi : disangkal
Diabetes : ibu
Riwayat Sosial :
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Olahraga : rutin
Objektif
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 September 2012 di IGD 16.00WIB
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran/GCS : Compos Mentis / 15
Tanda Vital :
• Tekanan Darah : 170/100 mmHg
• Nadi : 100x/menit
• Suhu : 370C
• Respirasi : 37x/menit
Kepala & Leher :
• Konjungtiva anemis -/-
• Sklera ikterik -/-
• Tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax :
• Cor
Inspeksi : Dbn
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea mid clavicularis kiri ICS V
Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternal kanan ICS IV, batas
jantung kiri di linea midclavicularis kiri ICS V
Auskultasi : S1>S2
Bunyi jantung I/II reguler takikardi, mur-mur (-), gallop (-)
• Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : vocal fremitus simetris
3
Perkusi : terdengar sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : supel, Nyeri tekan (-), Hepar Lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
• Edema -/-
• Sianosis -/-
• Akral hangat
• Capillary refill dbn
Daftar Masalah
Dari anamnesis
1. Nyeri dada kiri
2. Mual
3. Riwayat hipertensi
4. Riwayat DM
Dari Pemeriksaan Fisik
5. Tekanan darah tinggi
6. Takikardi
Differential Diagnosis
CAD IMA Anterior
Hipertensi Grade II
Planning Diagnostik
1. EKG
2. Darah lengkap
3. Glukosa
4. SGOT SGPT
4
5. CKMB
Hasil EKG 29 November 2012 di IGD
Hasil lab darah lengkap 29 november 2012
Diff Count
Jenis Hasil Referensi Jenis Hasil Referensi
% Lym 23 % 20-40 # Lym 2,2 103/mm3 1,2-3,2
% Mid 2,9 % 1-15 # Mid 0,2 103/mm3 0,1-0,8
% Gra 74,3 % 50-70 # Gra 7,3 103/mm3 2,0-7,8
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
Gula darah puasa 270 mg/dl 70-115
Kolesterol 227 0-220
Trigliserida 238 0-200
Jenis Pemeriksaan Hasil
WBC 9,7 103/mm3
RBC 6,66 106/mm3
HB 15,8 g/dl
HCT 47,8 %
PLT 158 103/mm3
PCT 0.125 %
MCV 72 um3
MCH 23,8 pg
MCHC 33,1 g/dl
RDW 14,6 %
MPV 7,9 um3
PDW 12,1 %
5
CKMB 42
Urea 37 mg/dl 0-50
Creatinin 1,2 mg/dl 0-1,3
Asam urat 7,1 2,3-82
SGOT 204 U/l 3-35
SGPT 160 U/l 8-41
Total protein 9,6 6,6-8,3
Albumin 4,8 3,8-5,1
Globulin 4,8 2,7-3,5
Bilirubin direct 0,8 0-0,25
Bilirubin total 0,28 0-1,1
Diagnosis
CAD IMA anterior
Hipertensi Grade II
Diabetes Melitus
Dislipidemia
Hiperurisemi
Planning terapi
1. Streptokinase 1,5jt IU
2. Isosorbid dinitrat 1,5mg/jam IU
3. Irbesartan tab 0 0 1
4. Clopidogrel IV 1x1
5. Acetylsalicil acid 1x1tab
6. Pravastatin Na 0 0 1
7. Diazepam 0 0 1
Planning monitoring
1. Masuk ICU
2. Pasang monitor vital sign
3. Cairan RL
6
Hasil EKG 29 November 2012 setelah pemberian streptase
Tanggal 30 Oktober 2012
S :
- Berdebar-debar
- Mual
O :
- Keadaan Umum : terlihat membaik dari saat di IGD
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital Sign
o Tekanan Darah : 128/80 mmHg
o Nadi : 91 x/menit
o RR : 32x/menit
o Suhu : 36,70C
7
- K/L : CA -/-, SI +/+, KGB dbn, JVP dbn
- Thorax
o Cor : Bunyi jantung I/II reguler
o Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
- Abdomen
o Bising usus (+) normal
o Nyeri tekan (-)
- Ekstremitas
Edema -/- -/-
A :
CAD IMA anterior non stable D2, hipertensi terkendali, diabetes, dislipidemia,
hepatitis, hiperurisemia
P :
Terapi :
1. Streptokinase 1,5jt IU
2. Isosorbid dinitrat 1,5mg/jam IU
3. Irbesartan tab 0 0 1
4. Clopidogrel IV 1x1
5. Acetylsalicil acid 1x1tab
6. Pravastatin Na 0 0 1
7. Diazepam 0 0 1
8. Hepatin 2x1
9. Bisoprolol ½ 0 0
10. Alopurinol 3x100
11. O2
12. Inf RL 20t
Hasil EKG 30 November 201
8
Tanggal 1 November 2012
S :
- Tidak ada keluhan
O :
- Keadaan Umum : Semakin membaik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital Sign
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 74 x/menit
o RR : 26x/menit
o Suhu : 36,70C
- K/L : CA -/-, SI +/+, KGB dbn, JVP dbn
- Thorax
9
o Cor : Bunyi jantung I/II reguler
o Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
- Abdomen
o Bising usus (+) normal
o Nyeri tekan (-)
- Ekstremitas
Edema -/- -/-
A :
CAD anterior D3, Hipertensi, DM, dislipidemia, hepatitis
P :
Terapi :
1. Streptokinase 1,5jt IU
2. Isosorbid dinitrat 1,5mg/jam IU
3. Irbesartan tab 0 0 1
4. Clopidogrel IV 1x1
5. Acetylsalicil acid 1x1tab
6. Pravastatin Na 0 0 1
7. Diazepam 0 0 1
8. Hepatin 2x1
9. Bisoprolol ½ 0 0
10. Alopurinol 3x100
11. O2
12. Inf RL 20tpm
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. PENYAKIT JANTUNG KORONER
II. 1. 1. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan yang diberikan
oleh pembuluh darah koroner.
10
Terdapat 4 faktor yang menentukan besarnya kebutuhan oksigen
miokardium : frekuensi denyut jantung, daya kontraksi, masa otot dan tegangan
dinding ventrikel. Bila kebutuhan miokardium meningkat, otomatis kebutuhan
oksigen juga meningkat. Untuk meningkatkan penyediaan oksigen dalam jumlah
yang memadai, aliran pembuluh darah harus di tingkatkan. Rangsangan yang
paling kuat untuk mendilatasi arteri koroner dan meningkatkan aliran koroner
adalah hipoksia jaringan lokal. Pembuluh darah koroner dapat mendilatasi 5-6 kali
dari normal. Namun, hal itu sulit terjadi apabila terjadi stenosis atau sumbatan.
II. 1. 2 Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner
1. Hipertensi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat
perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus
yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti
dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya
akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah
bila mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner dan serebral
serta pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung Hipertensi yang paling
sering adalah Kegagalan Ventrikel Kiri, PJK seperti angina Pektoris dan Miokard
Infark. Dari penelitian 50% penderita miokard infark menderita Hipertensi dan
75% kegagalan Ventrikel kiri akibat Hipertensi. Perubahan hipertensi khususnya
pada jantung disebabkan karena :
a. Meningkatnya tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,
sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri
(faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.
b. Mempercepat timbulnya arterosklerosis.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) Hal ini
11
menyebabkan angina pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih
sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal.
Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara langsung berhubungan dengan
tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap
penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor
pencetus terjadinya angina pectoris dan miokard infark. Juga pada penelitian
tersebut didapatkan penderita hipertensi yang mengalami miokard infark
mortalitasnya 3x lebih besar dari pada penderita yang normotensi dengan miokard
infark.
Pemberian obat yang tepat pada Hipertensi dapat mencegah terjadinya
miokard infark dan kegagalan ventrikel kiri tetapi perlu juga diperhatikan efek
samping dari obat- obatan dalam jangka panjang. oleh sebab itu pencegahan
terhadap hipertensi merupakan usaha yang jauh lebih baik untuk menurunkan
resiko PJK. Tekanan darah yang normal merupakan penunjang kesehatan yang
utama dalam kehidupan, kebiasaan merokok dan alkoholisme. Diet serta
pemasukan Na dan K yang seluruhnya adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan
pola kehidupan seseorang. Kesegaran jasmani juga berhubungan dengan Tekanan
darah sistolik, seperti yang didapatkan pada penelitian Fraser dkk. Orang-orang
dengan kesegaran jasmani yang optimal tekanan darahnya cenderung rendah.
Penelitian di Amerika Serikat melaporkan pada dekade terakhir ini telah terjadi
penurunan angka kematian PJK sebayak 25%. Keadan ini mungkin akibat hasil
dari deteksi dini dan pengobatan hipertensi, pemakaian betablocker dan bedah
koroner serta perubahan kebiasaan merokok.
2. Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena
termasuk faktor resiko utama PJK di samping Hipertensi dan merokok. Kadar
Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk
dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol
darah disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas, stress,
12
alkohol, exercise. Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya
resiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah:
a. Kolesterol Total.
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl, bila > 200 mg/dl
berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat . Kadar kolesterol Total
normal Agak tinggi
(Pertengahan)
Tinggi
< 200 mg/dl 2-239 mg/dl >240 mg/dl
b. LDL Kolesterol.
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) : karena kadar LDL yang
meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL
kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada
kolesterol total.
Kadar LDL Kolesterol
Normal Agak tinggi
(Pertengahan)
Tinggi
< 130 mg/dl 130-159 mg/dl >160 mg/dl
c. HDL Koleserol :
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol
yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) : karena mengangkut
kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga
mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses
arterosklerosis.
Kadar HDL Kolesterol
Normal Agak tinggi
(Pertengahan)
Tinggi
< 45 mg/dl 35-45 mg/dl >35 mg/dl
13
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya
PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan,
menambah exercise dan berhenti merokok.
d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan
4.0 pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin
meningkat resiko PJK.
e. Kadar Trigliserida.
Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh,
Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi
merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.
Kadar Trigliserid
Normal Agak tinggi Tinggi Sangat Sedang
< 150 mg/dl 150 – 250 mg/dl 250-500 mg/dl >500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol
total > 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat
keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.
3. Merokok.
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko
utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. orang yang merokok >
20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama
resiko lainnya.
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada
laki-laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan
perokok 4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah Menyebabkan
beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya
komsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan
Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merubah 5-10 %
Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL
kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang
14
dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok
penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki – laki perokok.
Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai
obesitas dan hipertensi, sehingga orang yan gmerokok cenderung lebih mudah
terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok.
Apabila berhenti merokok penurunan resiko PJK akan berkurang 50 %
pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak
merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.
II. 1. 3. Faktor resiko lainnya
1. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan
perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat
sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-0 tahun ) lebih
rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.
2. Jenis kelamin.
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1
dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai
resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.
3. Geografis.
Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang
paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta
orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini
menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.
4. Ras
15
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat
perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk
Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.
5. Diet.
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di
dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata
mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung
tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan
ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan
resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika. Beberapa peetunjuk diet untuk
menurunkan kolesterol :
• Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh
tinggi.
• Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh.
• Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
• Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan Berserat
• Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan padta
obesitas dan memperbanyak exercise.
6. Obesitas.
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki dan >
21 % pada perempuan . Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan
hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai
melebihi 20 % dari BB ideal. penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang
tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi berat badan melalui
diet ataupun menambah exercise.
7. Diabetes.
16
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai
predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang
menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan
pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.
8. Exercise.
Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat
karena :
• Memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard
• Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-
sama dengan menurunkan LDL kolesterol.
• Membantu menurunkan tekanan darah
• Meningkatkan kesegaran jasmani.
9. Perilaku dan Kebiasaan lainnya.
Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu :
Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar
berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan
tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK
pada tipe A lebih besar daripada tipe B.
10. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.
Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas .
Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak
mendapat stress.
Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang
stress 1 1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat
menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
17
11. Keturunan
Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
II. 1. 4. Etiologi
Aterosklerosis pembuluh darah koroner merupakan penyebab tersering
penyakit jantung koroner. Ateroskelrosis disebabkan oleh adanya penimbunan
lipid di lumen arteri koronaria sehingga secara progress mempersempit lumen
arteri tersebut dan bila hal ini berlanjut, dapat menurunkan kemampuan
penyediaan dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga membahayakan
miokard yang terletak di sebelah distal daerah lesi. Klasifikasi lesi:
1. Fatty streak
Tanda awal pembentukan aterosklerosis. Ditandai adanya penimbunan
makrofag dan sel otot polos yang berisi lemak (terutama kolesterol oleat)
pada daerah fokal tunika intima pembuluh darah. Datar dan bersifat non-
obstruktif
2. Fibrous plaque
Kelanjutan dari fatty streak terjadi penumpukan sel pada tunika intima.
Plak fibrosa terdiri atas inti pusat lipid dan debris sel nekrotik yang
ditutupi oleh jaringan fibromuskular mengandung banyak sel-sel otot
polos dan kolagen. Terdapat pembatasan aliran darah koroner, remodeling
vaskular, dan stenosis luminal sehingga rentan terjadinya ruptur plak yang
memicu trombosis vena
3. Advance (complicated) lession
Jaringan nekrosis yang merupaka inti dari lesi semakin membesar dan
sering mengalami pengkapuran (calcified), fibrous cap menjadi tipis dan
pecah sehingga akan mengalami ulserasi dan trobosis yang menyebabkan
oklusi aliran darah dan dapat menyebabkan infark miokard.
II. 1. 5. Kalsifikasi
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner:
1. Asimtomatik (silent myocardial ischemia)
18
Tidak mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat maupun
beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukan depresi segmen
ST, pemeriksaan fisik dan vitas sign dalam batas normal
2. Angina pektoris
a. Angina pektoris stabil
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas 1-5menit dan hilag saat
istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2bulan). Nyeri terutama di
retrosternal, terasa seperti tekanan benda berat atau terasa panas dan
menjalar ke lengan kiri, leher, maksila, dagu, punggung, dan jarang
menjalar pada lengan kanan. Pada EKG di dapatkan depresi segmen
ST
b. Angina pektoris nonstabil
Sama seperti angina pektoris stabil namun nyeri lebih progresif dan
ferkuensi meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada EKG
biasanya didapatkan deviasi segmen ST.
3. Infark Miokard akut
Sering di dahului dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada
seperti terteka, teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas.
Berlangsung >30menit bahkan sampai berjam-jam. Pemeriksaan pasien
tampak ketakutan, gelisah, tegang, nadi sering menurun. EKG
menunjukan elevasi segmen ST
II. 1. 6. Gejala Klinis
Gejala klinis akan timbul apabila sudah terjadi obstruksi pada arteri
koronaria, dapat diakibatkan oleh plak yang sudah menutupi pembuluh darah atau
plak terlepas membentuk trombosis sehingga perfusi darah ke miokard menjadi
sangat minim dan dapat menimbulkan tanda-tanda infark miokard.
1. Nyeri dada
Miokardium tidak dapat asupan oksigen yang cukup dan hasil
metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina
19
merupaka perasaan sesak didada atau dada di remas. Keadaan dimana
yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak mengalami nyeri
adalah keadaan yang di sebut silent ischemia
2. Sesak nafas
Gejala yang biaasanya ditemukan pada gagal jantuk. Sesak merupakan
akibat masiknya cairan ke dalam rongga udara di paru (kongesti
pulmoner atau edema pulmoner)
3. Kelelahan
Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama
melakukan aktivitas akan berkurang menyebabkan penderita merasa
lemah dan lela. Gejala ini sering bersifat ringan. Untuk, mengatasinya,
penderita biasanya mengurangi aktivitas
4. Palpitasi
5. Pusing dan pingsan
Penurunan aliran darah ke otak
II. 1. 7 Patogenesis
Awal terbentuknya aterosklerosis adanya respon terjadinya cedera dinding
pembuluh darah oleh pajanan seperti faktor-faktor hemodinamik, hiperlipidemia,
derivat rokok dan toksin (homosistein atau LDL-C teroksidasi). Tahapan-tahapan
patogenesis aterosklerosis adalah:
1. Cidera dan disfungsi endotel, terjadi peningkatan perlekatan trombosit
dan leukosit, permeabilitas, koagulasi, inflamasi dan migrasi monosit ke
dalam dinding arteri : LDL-C teroksidasi masuk ke tunika intima
2. Pembentukan bercak lemak, bercak lemah terdiri atas makrofag
mengandung lemak (sel busa) dan limfosit T. Trombosit dan
pengaktivan GF (faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh makrofag
mengakibatkan pertumbuhan dan migrasi otot polos pembuluh darah
dari media ke dalam intima, sehingga proses ini mengubah bercak lemak
menjadi ateroma matur)
3. Pembentukan lesi aterosklerosis komplikata lanjut, bercak lemak
berkembang menjadi intermediet dan lumen pembuluh darah, lesi ini
20
berupa campuran dari leukosit, debris, sel busa, dan lipid bebas yang
nantinya membentuk inti nekrotik
4. Komplikata plak ateromatosa, dimana trombosis terjadi dari perlekatan
trombosit ke tepian ateroma yang kasar
II. 1. 7 Patofisiologi
Berkurangnya kadar oksigen miokardium mengubah metabolisme pada sel-
sel miokardium dari aerob menjadi anaerob. Hasil akhir metabolisme anaaerob
yaitu asam laktat yang akan tertimbun dan dapat mengurangi dan dapat
menurunkan PH sel. Berkurangnya energi yang tersedia dan keadaan asidosis
dapat mengganggu fungsi ventrikel dalam memompa darah, sehingga miokardium
yang mengalami iskemia kekuatannya berkurang, serabut memendek dan daya
serta kecepatannya berkurang. Selain itu dinding segmen yang mengalami iskemia
menjadi abnormal bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel
berkontraksi
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung menyebabkan
perubahan hemodinamika yang bervariasi sesuai tingkat keparahan iskemi dari
miokard. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung
dengan berkurangnya volume sekuncup. Akibatnya tekanan jantung kiri akan
meningkat sehingga terjadi peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung
sebelum timbul nyeri. Iskemia miokardium biasanya disertai dengan 2 perubahan
EKG akibat perubahan elektrofisiologi sel, yaitu gelombang T terbalik dan
depresi segmen ST
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan mengakibatkan
kerusakan sel ireversibel serta nekrosis miokard. Miokard yang mengalami infark
atau nekrosi akan berhenti berkontraksi secara permanen. Terdaoat 2 jenis infark,
infark transmural (mengenai seluruh tebal miokard yang bersangkutan dan infark
subendokardial (terbatas pada separuh bagian dalam endokardium)
II. 1. 8. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif
2. Syok kardiogenik
21
3. Disfungsi m.papilaris
4. Defek septum ventrikel
5. Ruptur jantung
6. Aneurisma ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditis
9. Sindrom dressler
10. Disritmia
II. 1. 9. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
a. Membatasi akses produksi tembakau dengan meningkatkan pajak dan
menegaskan larangan merokok
b. Mengurangi penggunaan garam dalam makanan
c. Mengurangi konsumsi gula dan lemak
d. Meningkatkan aktivitas olahraga
2. Pengobatan
Dapat menggunakan teknik CABG (coronary artery bypass graft) dan
teknik PTCA (percutaneous transluminal coronary angioplasty)
Obat-obat dapat diberikan:
a. Analgetik, biasanya morfin diberikan secara intravena dengan
pengenceran dan diberikan pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0-2,5mg
dapat diulangi jika perlu
b. Nitrat, efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatkan
suplai oksigen
c. Aspirin, sebagai antitrombotik
d. Trombolitik terapi, sebagai perbaikan aliran darah koroner secepat
mungkin (reperfusi). Revaskulasi dilakukan denga obat antitrombolitik
seperti streptokinase, r-TPA, urokinase, ASPAC atau Scu-Pa. Sangat
berguna apabila diberikan pada sejam pertama dari serangan infark.
Masih bermanfaat jika diberikan sampai 12jam dari onset serangan
infark.
22
e. Betablocker, untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan
menurunkan kebutuhan oksigen miokard
II. 2. INFARK MIOKARD AKUT
Biasanya muncul setelah latihan fisik, stress, dan operasi
II. 2. 1. Gejala Klinis
1. Nyeri, nyeri dalam dan viseral. Rasanya seperti berat, diperas, ditusuk, dan
rasa panas, berlangsung lama dari angina pektoris. Lokasi nyeri pada dada
bagian tengah-kiri, epigastrium, dapat menyebar ke tangan bahu dan
punggung. Nyeri berkurang dengan istirahat
2. Lemah, berkeringat, mual, muntah, dan gelisah
II. 2. 2. Temuan fisik
1. Pucat dan keringat dingin pada ekstremitas
2. Nyeri dada substernal >30 menit dan berkeringat
3. 1 jam pertama tekanan darah dan nadi normal pada infark anterior, 1-4
jam kemudian terjadi simpatis hiperaktif pasien menjadi hipertensi dan
takikardi pada infark posterior, 1-4 jam kemudian terjadi parasimpatis
hiperaktif pasien menjadi hipotensi dan bradikardia
4. Pulsasi apeks sulit diraba dan bunyi jantung pertama dan kedua lemah,
sering terdengar suara bising jantung yang disebabkan oleh regurgitasi
melalui katup mitral, akibat disfungsi muskulus papilaris atau sekunder
karena dilatasi ventrikel kiri.
II. 2. 3. Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, diagnosis didasarkan atas karakter, lokasi dan
lamanya sakit dada. Sakit dada yang lebih dari 20 menit dan tak ada hubungannya
dengan aktivitas atau latihan, serta tidak hilang dengan nitrat biasanya dipakai
untuk membedakannya dengan angina pektoris.
23
Adanya perubahan EKG dan didukung oleh tingkat serum enzim yang
abnormal memperkuat diagnosis infark miokard. Diagnosis infark miokard dapat
ditegakkan bila memenuhi 2 dari 3 kriteria: nyeri dada khas infark, peningkatan
serum enzim lebih dari 1 ½ kali nilai normal, dan terdapat evolusi EKG khas
infark.
1. Elektrokardiogram
Gambaran yang khas yaitu timbulnya gelombang Q yang besar, elevasi
segmen ST dan inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari perubahan
EKG ini belum diketahui, diduga perubahan gelombang Q disebabkan oleh
jaringan yang mati, kelainan segmen ST karena injuri otot dan kelainan
gelombang T karena iskemia.
Infark anteroseptal menimbulkan perubahan pada sandapan V1-V3, infark
anterolateral menimbulkan perubahan pada sandapan V4-V6, sandapan I dan aVL.
Infark anterior pada sandapan V1-V4 atau bahkan V6, sandapan I dan aVL. Infark
inferior bila ada perubahan pada sandapan II, III dan aVF.
2. Serum Kreatinin Fosfokinase (CKMB)
Kreatinin fosfokinase terdapat dalam otot jantung, otot skelet dan otak,
meningkat dalam 6 jam setelah infark, mencapai puncaknya dalam 18 sampai 24
jam dan kembali normal setelah 72 jam. Selain pada infark miokard, tingkat
abnormal tinggi terdapat pada penyakit otot, kerusakan serebrovaskular, setelah
latihan otot dan dengan suntikan intramuskular.
3. Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase (SGOT)
Terutama terdapat di otot jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjal.
Sesudah infark, SGOT meningkat dalam waktu 12 jam dan mencapai puncaknya
dalam 24 sampai 36 jam, kembali normal pada hari ke 3 atau ke 5.
4. Serum Lactate Dehydrogenase (LDH)
Enzim ini terdapat di jantung, dan juga di sel darah merah. Meningkat
relatif lambat setelah infark, mencapai puncaknya dalam 24 sampai 48 jam
kemudian, dan tetap abnormal 1 sampai 3 minggu.
24
5. Troponin
Troponin jantung adalah protein miofibril dari serat otot lintang yang
bersifat kardioselektif. Pada saat terjadi kerusakan miokard akibat iskemi,
troponin dalam sitoplasma dilepaskan ke dalam darah. Troponin ini berlangsung
30-90 jam dan setelah itu menurun.
II. 2. 4. Penatalaksanaan
Tatalaksana umum:
1. Oksigen
Apabila O2 <90% pertahankan pemberian oksigen pada 6jam pertama
2. Nitrogliserin sublingual (NTG)
Dosis 0,4mg 3dosis/5menit
Tidak boleh pada pasien yang tekanan sistolenya kurang dari 90
Untuk mengurangi nyeri dada, mengurangi kebutuhan O2 miokard,
mengurangi preload (mengurangi kerja jantung), meningkatkan O2 ke
miokard dengan dilatasi koroner
3. Beta-blocker IV
Metoprolol 5mg/2-5menit 3xdosis
Syarat : frekuensi jantung >60x/mnt
Tekanan darah >100mmhg
4. Terapi reperfusi
a. PCI (percutaneous coronary intervention)
b. Fibrinolitik diberikan pada 2jam pertama
Target terapi reperfusi adalah aliran thrombolysis in myocardial infarction
(TIMI) di grade 3, dimana urutannya:
Grade 0, oklusi total
Grade 1, materi kontras melewati titik obstruksi tetapi tanpa perfusi vaskular
ke distal
Grade 2, menunjukan perfusi pembuluh yang mengalami infark namun
dengan aliran yang lambat
25
Grade 3, menunjukan perfusi penuh pembuluh yang infark, dengan aliran
normal
Streptokinase (SK)
Tissue plasminogen activator (tPA, alteplase)
Reteplase (Retavase)
Tenekteplase (TNKase)
II. 3. DIABETES MELITUS
II. 3. 1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik disebabkan
oleh kekurangan insulin secara relative maupun absolut. Kekurangan insulin
absolute adalah insulin tidak dapat dihasilkan sama sekali oleh pancreas.
Kekurangan insulin relative :
a. Insulin yang disekresikan sedikit
b. Kualitas insulin yang disekresikan buruk
c. Resistensi insulin atau tubuh tidak menggunakan insulin untuk metabolism
glukosa terutama jaringan otot
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia. Glukosa
secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk
di hati dari makanan yang dikonsumsi
II. 3. 2. Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan
anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA) 1997.
Klasifikasi Etiologis Diabetes Mellitus (ADA 1997)
1. Diabetes tipe 1. (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut) :
a. Autoimun
b. Idiopatik
26
2. Diabetes tipe 2. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin).
3. Diabetes tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta :
- Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3
- DNA mitokondria
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
- Pankreatitis
- tumor/pankreatektomi
- pankreatopati fibrokalkulus
d. Endokrinopati
- Akromegali
- sindrom Cushing
- feokromositoma
- hipertiroidisme
e. Karena obat/zat kimia
- vacor, pentamidin, asam nikotinat
- glukokortikoid, hormon tiroid
- tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain.
f. Infeksi
- Rubella kongenital, Cyto-MegaloVirus (CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang
- antibodi anti insulin
h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
- sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, dan lain-lain
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
II. 3. 3. Faktor resiko
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
1. Riwayat keluarga dengan DM
27
2. Umur. Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
3. Riwayat pernah menderita DM gestasional
4. Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir
dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi
yang lahir dengan BB normal.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
1. Berat badan lebih
2. Kurang aktifitas fisik
3. Hipertensi
4. Dislipidemia
5. Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe 2.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
1. Penderita polycictic ovary syndrome (PCOS)
2. Penderita sindroma metabolik
II. 3. 4. Gejala Klinis
Gejala khas DM : polifagia, poliuria, polidipsi, BB turun
Gejala tambahan : kesemutan, gatal, mata kabur, luka sukar sembuh,
impotensi pada pria, pruritus pada vulva
Kriteria diagnostik DM :
1. Gejala khas + GDS >200
2. Gejala khas + GDP >126 (puasa 8jam)
3. Glukosa 2jam TTGO >200
II. 3. 5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup
diabetisi.
28
1. Tujuan penatalaksanaan
a. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
b. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroaniopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan
adalah turunnya morbiditas dan maortalitas dini DM.
2. Pilar penatalaksanaan DM
a. Edukasi
b. Terapi gizi medis
c. Latihan jasmani
d. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama
beberapa waktu ( 2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan Anti Diabetik
Oral (ADO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, ADO dapat
segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat,
stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin
dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan
gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien,
sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,
setelah mendapat pelatihan khusus.
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
• Perjalanan penyakit DM
• Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
• Penyulit DM dan risikonya
• Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan.
• Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain.
29
• Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia).
• Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau
hipoglikemia.
• Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
• Pentingnya perawatan diri.
• Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
b. Terapi gizi medis (TGM)
Setiap diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya
guna mencapai target terapi. Prinsip pengaturan makan pada diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Pada diabetisi perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.
Perencanaan Makanan
- Dengan komposisi seimbang antara KH, protein, dan lemak. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kesegaran jasmani untuk mencapai berat badan ideal.
- Jumlah kalori dihitung seimbang berdasarkan BB idaman x kebutuhan
basal + kebutuhan kalori untuk aktivitas.
Dengan catatan :
- Status Gizi = BB aktual x 100% / TB (cm) – 100
- BB idaman = (TB – 100) – 10%
- Kebutuhan basal 30 kkal/kgBB untuk laki-laki dan 25 kkal/kgBB untuk
wanita
30
- Kebutuhan kalori sesuai aktivitas / kalori yang dikeluarkan dalam
kegiatannya : ringan 30 %, sedang 20 % dan berat 10 %
- Jumlah kandungan kolesterol 300 mg/hari, jumlah kandungan serat +/- 25
g/hari diutamakan serat yang larut. Konsumsi garam dibatasi bila hipertensi
serta pemanis dapat digunakan secukupnya.
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
- Dianjurkan latihan jasmani 3-4 kali tiap minggu selama 30menit (kurang
lebihnya) yang bersifat CRIPE
• Continous, latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus
tanpa henti. Contoh jogging 30 menit tanpa istirahat.
• Rytmical, latihan olahraga harus dipilih yang berirama yaitu otot-otot
berkontraksi dan berelaksasi secara teratur.
• Interval, latihan olahraga selang-seling antara gerak cepat dan lambat.
Contoh : jalan cepat diselangi jalan lambat
• Progressive, latihan secara bertahan sesuai dengan kemampuan dari
intensitas ringan hingga mencapai 30-60 menit. Sasaran Heart rate 75-85%
dari Maksimum Heart Rate dimana Maksimum heart rate = 220-umur
(dalam tahun).
• Endurance, latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan santai/cepat sesuai umur, jogging, berenang
dan bersepeda.
d. Intervensi Farmakologis
31
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan TGM dan latihan jasmani.
Anti Diabetik Oral (ADO)
Berdasarkan cara kerjanya, ADO dibagi menjadi 4 golongan :
o Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue) : sulfonilurea dan
glinid.
o Penambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiaolidindon.
o Penghambat glukoneogenesis : metformin
o Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase .
Insulin
a. Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
Hiperglikemia dengan asidos laktat.
Gagal dengan kombinasi ADO dosis hampir maksimal.
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
TGM.
Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap ADO.
b. Jenis dan lama kerja insulin
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Insulin campuran tetap (premixed insulin)
c. Efek samping terapi insulin
32
Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia. Efek samping
yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat
menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
II. 3. 6. Komplikasi DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.
I. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
2. Hiperosmoral nonketotik
3. Hipoglikemia
II. Penyulit menahun
1. Makroangiopati :
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati :
Retinopati diabetik, Nefropati diabetik
3. Neuropati diabetik
4. Ulkus diabetikum
II. 4.1 Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih
memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain
yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report
of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
33
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2.
II. 4. 2. Patofisiologi
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan
tekanan darah tersebut adalah:
1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok
dan genetis.
2. Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal.
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi.
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin, aldosteron.
II. 4. 3. Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua
kali pengukuran pada masing-masing kunjungan.
Kalsifikasi tekanan darah
Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7
Klasifikasi
Tekanan DarahTDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 90
Hipertensi derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99
34
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
II. 4. 4. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.
II. 4. 5. Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko
tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah
<130/80 mmHg.
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
35
Menghambat laju penyakit ginjal.
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan
asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat badan
di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh
karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan
kontrol hipertensi.
Meningkatkan aktifitas fisik. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko
terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas
fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan
primer dari hipertensi.
Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan,
maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.
Menurunkan konsumsi kafein dan alcohol. Kafein dapat memacu jantung
bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat
meningkatkan risiko hipertensi.
b. Farmakologi
1. Diuretik
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida
sehingga menurunakn volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya
terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Beberapa diuretik juga
bekerja dengan mennurunkan resistensi perifer sehingga memperkuat efek
hipotensinya.
36
a. Golongan tiazid
Golongan ini bekerja dengan menghambat simporter Na-Cl di tubulus
distal ginjal, sehingga meningkatkan eksresi Na+ dan Cl-. Prototipe
golongan ini adalah hidroklorotiazid (HCT). Selain itu juga terdapat
bendroflumetazid, indapamid dll dengan waktu paruh yang berbeda-beda.
HCT sendiri memiliki waktu paruh 10-12 jam. Sampai saat ini tiazid
merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Umumnya efek hipotensi
tiazid baru terlihat setelah 2-3 hari dan mencapai maksimum setelah 2-4
minggu. Efek samping dari tiazid antara lain hipokalemia, hiponatremia,
hipomagnesemia, hiperkalsemia dan hiperurisemia. Tiazid juga dapat
menyebabkan hiperlipidemia, hiperglikemia dan kurang efektif pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
b. Diuretik kuat/loop diuretic
Diuretik kuat bekerja di ansa Henle pars asendens dengan menghambat
kotransporter Na+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan elektrolit.
Diuretik kuat digunakan sebagai antihipertensi terutama pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >2.5 mg/dL) atau gagal
jantung. Termasuk dalam golongan diuretik kuat adalah furosemid,
bumetanid, torasemid dan asam etakrinat. Efek sampingnya antara lain
hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia dan hiperkalsiuria.
c. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium digunakan terutama dalam kombinasi dengan
diuretik lain untuk mencegah hipokalemia. Termasuk dalam golongan ini
adalah amilorid, triamteren, dan spironolakton (antagonis aldosteron).
Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia bila diberikan
37
pada pasien dengan gagal ginjal atau bila dikombinasi dengan ACE-
inhibitor, ARB, β-blocker, AINS atau suplemen kalium.
2. Penghambat adrenoreseptor beta (β-blocker)
β-blocker bekerja dengan menghambat reseptor β1 sehingga menumbulkan
penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard, menghambat
sekresi renin, mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan
peningkatan biosintesis prostasiklin (vasodilator). Efek penurunan tekanan
darah dapat terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi dimulai.
Dari berbagai β-blocker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih (bersifat
kardioselektif). Selain itu terdapat juga labetolol, karvedilol dll yang
umumnya nonselektif. Β-blocker dikontraindikasikan pada penderita asma
bronkial, bradikardia, blokade AV derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome dan
gagal jantung belum stabil. Efek samping β-blocker antara lain bronkopasme,
gangguan sirkulasi perifer, depresi, mimpi buruk, halusinasi dan gangguan
fungsi seksual.
3. ACE-inhibitor
ACE-inbitor merupakan obat yang bekerja dengan menghambat enzim
angiotensin converting enzyme (ACE) yang dalam keadaan normal bertugas
mengaktifkan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 yang berperan dalam
sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, di mana aldosteron berfungsi
mengkonservasi air dalam tubuh. Selain itu ACE-inhibitor juga menghambat
degradasi bradikinin, sehingga bradikinin dapat bekerja meningkatkan
sintesis EDRF/NO dan prostasiklin yang merupakan vasodilator. ACE-
inhibitor juga diduga menghambat pembentukan angiotensin II secara lokal di
endotel pembuluh darah.
Secara umum ACE-inhibitor dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 1) yang
bekerja langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril dan 2) prodrug,
contohnya enalapril, kuinapril dan perindopril. ACE-inhibitor efektif untuk
38
hipertensi ringan hingga berat, hipertensi dengan gagal jantung kongestif,
hipertensi pada diabetes, dislipidemia, obesitas, hipertensi dengan penyakit
jantung koroner, hipertrofik ventrikel kiri dll. Untuk memperkuat efeknya
ACE-inhibitor sering dikombinasikan dengan diuretik, β-blocker atau
vasodilator. ACE-inhibitor dikontraindikasikan pada stenosis arteri renalis
bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal serta pada ibu hamil. Efek
samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi, batuk kering, hiperkalemia,
rash kulit, edema angioneurotik, gagal ginjal akut, dan proteinuria.
4. Penghambat reseptor angiotensin (angiotensin receptor blocker/ARB)
ARB bekerja dengan menghambat efek angiotensin II pada reseptor AT1
(yang terutama terdapat di otot polos pembuluh darah dan otot jantung, selain
itu terdapat juga di ginjal, otak, dan kelenjar adrenal). Efek yang dihambat
meliputi: vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis,
sekresi vasopresin, rangsangan haus, stimulasi jantung, serta efek jangka
panjang berupa hipertrofik otot polos pembuluh darah dan miokard. Efek
yang ditimbulkan ARB mirip dengan efek yang ditimbulkan ACE-inhibitor,
namun ARB tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema.
Losartan merupakan prototip dari golongan ARB, selain itu ada juga
valsartan, irbesartan, dll. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi
dan hiperkalemia. Obat ini dikontraindikasikan pada ibu hamil dan menyusui
serta pada pasien dengan stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada
ginjal tunggal.
5. Antagonis kalsium/calcium channel blocker
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard, menimbulkan efek relaksasi arteriol dan
penurunan resistensi perifer. Berbagai antagonis kalsium antara lain nifedipin,
verapamil, diltiazem, amlodipin, nikardipin, isradipin, dan felodipin.
Golongan dihidropiridin (seperti nifedipin, nikardipin, dll) bersifat
vaskuloselektif , menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi
jantung yang berarti (efek pada nodus SA dan AV minimal). Nifedipin oral
39
sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi darurat (dosis 10mg akan
menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit), namun tidak dianjurkan
untuk hiperensi dengan penyakit jantung koroner. Efek samping antagonis
kalsium antara lain iskemia miokard, hipotensi, edema perifer, bradiaritmia,
dll.
6. Penghambat saraf adrenergic
Penghambat saraf adrenergik meliputi reserpin, guanetidin dan guanadrel.
Reserpin bekerja dengan menghambat uptake dan memecah katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin) di ujung vesikel. Efek yang ditimbulkan adalah
penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping reserpin antara
lain depresi mental, penurunan ambang kejang, bradikardia, hipotensi
ortostatik, dan hiperasiditas lambung yang dapat mengeksaserbasi ulkus
lambung dll. Sedangkan guanetidin dan guanadrel bekerja dengan menggeser
norepinefrin dari vesikel dan mendegradasinya, sehingga menurunkan
tekanan darah melalui penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek
samping guanetidin antara lain hipotensi ortostatik dan diare.
7. Penghambat adrenoreseptor alpha (α-blocker)
Hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula
sehingga menurunkan resistensi perifer. Termasuk ke dalam golongan ini
adalah prazosin, terazosin, bunazosin, dan doksazosin. α-blocker memiliki
keunggulan yaitu efek positif terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi
perifer. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi ortostatik, sakit
kepala, palpitasi, edema perifer, mual dll.
8. Adrenolitik sentral (metildopa dan klonidin)
Metildopa merupakan prodrug dalam susunan saraf pusat yang menggantikan
kedudukan dopa dalam sintesis katekolamin dengan hasil akhir α-
metilnorepinefrin. Efek yang ditimbulkan antara lain mengurangi sinyal
simpatis ke perifer sehingga menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak
40
mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Obat ini efektif bila
dikombinasikan dengan diuretik, dan merupakan pilihan utama untuk
pengobatan hipertensi pada ibu hamil karena terbukti aman bagi janin. Efek
samping yang sering adalah sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering,
sakit kepala, depresi, dll
Klonidin bekerja pada reseptor α-2 di susunan saraf pusat dengan efek
penurunan simpathetic outflow dan menurunkan resistensi perifer dan curah
jantung. Obat ini digunakan sebagai obat kedua atau ketiga jika penurunan
tekanan darah dengan diuretik belum optimal. Efek samping yang sering
timbul antara lain mulut kering, sedasi, dll.
9. Vasodilator (hidralazin, minoksidil, diazoksid)
Hidralazin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol melalui
mekanisme yang belum diketahui. Obat ini biasanya digunakan sebagai obat
kedua atau ketiga setelah diuretik dan β-blocker. Efek samping yang timbul
antara lain sakit kepala, mual, hipotensi, takikardia, dll. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien penyakit jantung koroner dan tidak
dianjurkan pada pasien usia di atas 40 tahun.
Minoksidil bekerja dengan membuka kanal kalium ATP-dependent dengan
akibat terjadinya efluks kalium dan hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh
relaksasi otot polos pembuluh darah dan vasodilatasi. Efek samping yang
timbul antara lain retensi cairan dan garam, refleks simpatis, hipertrikosis,
hiperglikemia dll. Minoksidil harus diberikan bersama dengan diuretik dan
penghambat adrenergik (biasanya β-blocker) untuk mencegah retensi cairan
dan mengontrol refleks simpatis.
Diazoksid merupakan derivat benzotiazid namun tidak memiliki efek diuresis.
Obat ini bekerja dengan mekanisme mirip minoksidil. Diazoksid diberikan
untuk mengatasi hipertensi darurat, hipertensi maligna, hipertensi
ensefalopati, dan hipertensi berat pada glomerulus akut dan kronik. Efek
samping yang ditimbulkan atntara lain retensi cairan dan hiperglikemia
41
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Anamnesa
42
Infark miokard merupakan nekrosis miokard yang disebabkan oleh
tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner. Keluhan
utama adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah sternum, bisa menjalar
ke tangan bahu maupun punggung, bisa juga tidak. Rasa nyeri yang dirasakan
seperti berat pada dada, diremas, ditusuk, atau rasa panas. Nyeri akan berkurang
jika pasien beristirahat. Hal ini biasanya timbul setelah pasien melakukan aktivitas
fisik, stress atau operasi. Bisa disertai adanya keringat, lemah, mual dan muntah.
Pada anamnesis di dapatkan keluhan pasien adalah nyeri mendadak pada
dada kiri ketika berada di sawah menyebar pupuk.
Nyeri dada pada infark miokard biasanya > 30 menit, dan pasien ini
mengeluhkan bahwa nyeri yang dirasakan berlangsung selama 1 jam 30 menit.
Rasa nyerinya seperti pegal di dada, dan terdapat mual. faktor-faktor resiko terjadi
infark miokard juga di dapatkan dari RPD pasien yaitu memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes melitus
Temuan :
- PJK dengan Infark miokard Akut
- Hipertensi
- Diabetes melitus
2. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah : 170/100 mmHg Hipertensi Grade II
Nadi : 100x/menit
Suhu : 370C
Respirasi : 37x/menit
Temuan :
- Hipertensi grade II
3. Pemeriksaan penunjang
EKG:
43
Temuan:
- Infark Miokard Akut Anterior
Pemeriksaan darah:
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
Gula darah puasa 270 mg/dl 70-115
Kolesterol 227 0-220
Trigliserida 238 0-200
CKMB 42
Asam urat 7,1 2,3-82
SGOT 204 U/l 3-35
SGPT 160 U/l 8-41
Total protein 9,6 6,6-8,3
Temuan:
- Diabetes Melitus
- Dislipidemia
- Infark miokard akut
- Hiperurisemia
- Hepatitis
Pengobatan
44
1. Streptokinase 1,5juta IU
Indikasi : trombosis vena profunda, embolisme pulmoner, infark miokard
akut, trombosis perifer akut dan subakut, penyakit arteri oklusi
kronik. Oklusi vena atau arteri retina sentral. Trombosis arteri
perifer akut atau subakut atau kronik
Dosis : Sistemik dewasa 250.000 iu IV infus selama 30 menit, diikuti
dengan dosis pemeliharaan 100.000 iu/jam. Pada infark miokard
akut : terapi diteruskan selama 24jam
Kontra indikasi : Perdarahan, hipertensi berat tak terkendali, diabetes berat
Perhatian : pada pasien defek katup mitral atau fibrilasi atrium
ESO : perdarahan, demam, reaksi alergi ringan
IO : antikoagulan, antiplatelet, meningkatkan resiko perdarahan
2. Isosorbid dinitrat Streptokinase 1,5juta IU
Indikasi : Pengobatan & pencegahan serangan an¬gina pektoris. Terapi
pemeliharaan pasca infark miokard. Infark miokard baru dg gagal
jantung kiri. Gagal ventrikel kiri akut dg edema pulmoner yg sdh
tjd atau akan tjd
Dosis : Tablet: Untuk mengontrol serangan angina 1 tab secara
sublingual. Untuk pencegahan serangan angina 304 tab/hr. Tablet
Retard: 1 tab 2x/hr
Kontra i : TD sangat rendah & kegagalan sirkulasi darah akut; infark
miokard akut dg tekanan pengisian yg rendah, anemia, trauma
kepala, perdarahan serebral, hipotensi atai hipovolemia berat.
ESO : Sakit kepala, vasodilatasi kutaneus, hipotensi postural.
3. Clopidogrel 75mg 1x/hr
Indikasi : mencegah kejadian aterotrombosis pada pasien yang menderita
infark miokard, stroke iskemik, atau penyakit arteri perifer tahap
lanjut, pasien dengan sindrom coroner akut, sindrom coroner akut
tanpa elevasi segmen ST, infark miokard dengan elevasi ST
45
Dosis : 75mg 1x/hr
Pemberian obat : bersamaan dengan atau tanpa makan
Kontra I : perdarahan patologis aktif, misalnya tukak peptik, perdarahan
intrakranial, gangguan hati berat, menyusui
Perhatian : pasien yang mungkin mengalami risiko meningkatnya perdarahan
dari trauma, pembedahan, atau kondisi patologis lainnya,
gangguan ginjal, hamil, stroke iskemik akut
ESO : pusing, sakit kepala, parestesia, ggn GI, gg hematologik, ruam,
pruritus
IO : aspirin, heparin, trombolitik, OAINS, fenitoin, diuretik, ACE-
inhibitor
4. Pravastatin Na 10-20mg 1x/hari
Indikasi : memperlambat terjadinya aterosklerosis koroner dan menurunkan
insiden penyakit jantung pada pasien hiperkolesterolemia. Untuk
menurunkan risiko infark miokard pada pasien
hiperkolesterolemia, untuk revaskularisasi miokard.
Dosis : 10-20mg 1x/hr
Pemberian obat : bersamaan dengan atau tanpa makan
Kontra I : penyakit hati aktif atau peningkatan persisten tes fungsi hati yang
tidak diketahui sebabnya, hamil, laktasi
Perhatian : tes hati dilakukan secara periodik, pada pasien penyakit hati atau
alkoholik berat
ESO : mual, muntah, diare, dispepsia, konstipasi, kembung,
rabdominalis, miopati, sakit kepala
IO : risiko miopati mingkat apabila diberikan bersama fibrat,
siklopsporin, eritromisin, niasin
4. Irbesartan 100mg 1x/hr
46
Indikasi : terapi hipertensi secara tunggal atau kombinasi dengan obat
antihipertensi lain
Dosis : 10-20mg 1x/hr
Pemberian obat : bersamaan dengan atau tanpa makan
Kontra I : hamil, laktasi
Perhatian : pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal
ESO : mual, dispepsia, sakit kepala, kelelahan menyeluruh
5. Acetisalisyl acid 1tab 1x/hr
Indikasi : pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan infark miokard
Dosis : 1tab 1x/hari
Pemberian obat : setelah makan
Kontra I : gangguan perdarahan, asma, ulkus peptikum aktif
Perhatian : dispepsia, disfungsi ginjal dan hati, porfiria, hamil, laktasi, anak
ESO : ulkus peptikum, gangguan GI, peningkatan waktu perdarahan,
hipoprotrombinemia, reaksi hipersensitifitas, pusing, tinitus
IO : alkohol, antikoagulan, probenesid, sulfonilurea
6. Hepatin®, curcuminoid, silymarin phytosome, echinacea, cholin birtrate
Indikasi : untuk mengatasi hepatitis akut kronis, perlemakan hati, sirosis
hati, melindungi dan memulihkan fungsi hati
Dosis : 1cap 2-3x/hr
Pemberian obat : setelah makan
7. Alopurinol
Indikasi : menurunkan asam urat dalam darah, hiperurisemia dan Gout
Dosis : Dosis awal 100 mg sehari dan ditingkatkan setiap minggu sebesar
100 mg sampai dicapai dosis optimal. Dosis maksimal yang
dianjurkan 800 mg sehari.
Kontra I :Alergi terhadap Alopurinol. Penderita dengan penyakit hati dan
"bone marrow suppression"
Perhatian : wanita hamil
47
ESO : Reaksi hipersensitifitas, Demam, eosinofilia, kegagalan hati dan
ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa
logam
8. Bisoprolol
Indikasi :Hipertensi sebagai monoterapi atau terapi kombinasi
Dosis : 1tab 1x/hari 5mg
Pemberian obat : setelah makan
Kontra I : Syok kardiogenik, blok AV grade II dan III, blok SA, bradikardi
Perhatian : gangguan fungsi ginjal dan hati
ESO : mual, munta, diare, konstipasi
9. Diazepam
Indikasi : jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan
untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau
trauma
Dosis : terapi ansietas 2-10mg, 2-4x sehari
Pemberian obat : setelah makan
Kontra I : anak usia < 6bulan, ibu hamil dan menyusui, depresi nafas
ESO : Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan
konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan
neutropenia.