Upload
rian
View
268
Download
3
Embed Size (px)
KLINIKAL MEDIKAL BEDAH
Tentang
MYOCARDIAC INFARK
Disusun Oleh :
Nama : Hevy Mustika Yeni
NIM : 05 10 096 130 223
Semester : VI (Enam)
Dosen Pengampu Mata Kuliah KMB : Aguspairi, SKp, M.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HARAPAN IBU - JAMBI
2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Klinikal
Medikal Bedah tentang „ Myocardiac Infark“.
Syalawat beriring salam tidak henti-hentinya penulis limpahkan kepada suri tauladan
kita Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang dengan penuh perjuangan mempertahankan
Islam seperti yang kita rasakan seperti sekarang ini.
Pada kesempatan kali ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Aguspairi, SKp,
M.Kep selaku Dosen Pengampu Mata kuliah Klinikal Medikal Bedah yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada penulis, serta semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari kalau pada penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekhilafan dikarenakan keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis menerima saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan masalah ini.
Akhirnya, penulis mengaharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua. Terima Kasih.
Penulis
Hevy Mustika yeni
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I Pendahuluan..........................................................................................
A. Anatomi Jantung.............................................................................
B. Sistem Hantaran Jantung................................................................
C. Fisiologi Jantung.............................................................................
BAB II Pembahasan Materi..............................................................................
A. Definisi...........................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................
C. Patofisiologi....................................................................................
D. Mekanisme Klinis...........................................................................
E. Komplikasi......................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang..................................................................
G. Penatalaksanaan..............................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD.......
A. Pengkajian Fisik..............................................................................
B. Pemeriksaan Fisik...........................................................................
C. Diagnosa Keperawatan...................................................................
D. Intervensi........................................................................................
E. Rasionalisasi...................................................................................
F. Evaluasi...........................................................................................
G.
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Anatomi Jantung
Daerah di pertengahan dada diantara kedua paru disebut dengan mediastinum.
Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantung
fibrosa tipis yang disebut pericardium.
Pericardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik.
Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam pericardium berisi sejumlah kecil
cairan, yang melumasi permukaan dan mengurangi gesekan selama kontraksi otot jantung.
Kamar Jantung. Sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun atas dua kamar, atrium
dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Ventrikel
adalah kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah
yang dating dari vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah
dikosongkan ke ventrikel.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beben kerja
yang dibutuhkan oleh tiap kamar. Dinding atrium lebih tipis dari dinding ventrikel karena
rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian
menyalurkannya ke ventrikel. Karena vantrikel kiri mempunyai beban kerja yang lebih berat
diantara dua kamar bawah makatebalnya sekitar 2½lebih tebal dibanding dinding ventrikel
kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahanan sistemis yang tinggi, sementara
ventrikel kanan melawan tekanan rendah pembuluh darah paru.
Katup atrioventrikularis. Katup yang memisahkan atrium dan ventrikel disebut sebagai
katup atrioventrikularis. Katup trikuspidalis, dinamakan demikian karena tersusun dari 3
kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup mitral atau
bikuspidalis (dua kuspis) terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri. Otot papilaris adalah
bundle otot yang terletak di sisi dinding ventrikel. Korda tendinea adalah pita fibrosa yang
memanjang dari otot papilaris ke tepi bawah katup. Berfungsi menarik tepi bebas katup ke
dinding ventrikel. Kontraksi otot papilaris mengakibatkan korda tendinea menegang. Hal ini
menjaga daun katup menutup selama sistolik, mencagah aliran balik darah. Katup
semilunaris.
Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis, katup
antara ventrikel kiri dan aorta disebut katup aorta. Arteri koronaria adalah pembuluh darah
yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap O2
dan nutrisi. Jantung menggunakan 70%-80% O2 yang dihantarkan melalui arteri koronaria.
Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya di ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung
disuplai dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yeng kemudian
terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri desendens anterior sinistra) dan
melintang (arteri sirkumfleksia) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok oleh arteri koronaria
dekstra.
Otot jantung merupakan jaringan otot khusus yang secara mikroskopis mirip dengan
otot lurik yang dibawah control kesadaran. Namun secara fungsional menyerupai otot polos
karena sifatnya volunteer.
B. Sistem Hantaran Jantung
Kontraksi teratur dari atrium dan ventrikel yang terjadi secara metodis
membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik ke sel-sel miokardium. Nodus sinoatrial
(SA) terlatak antara sambungan vena cava superior dan atrium kanan, adalah awal mula
system hantaran dan normalnya berfungsi sebagai pace maker ke seluruh miokardium. Besar
impuls yang dihasilkan 60-100 impuls/menit. Nodus Atrioventrikuler (AV) terletak di dinding
atrium kanan dekat katup trikuspidalis menghasilkan impuls 40-60 impuls/menit. Setelah dari
AV Node impuls dihantarkan melalui serabut otot halus (bundle his) yang berjalan di dalam
septum yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri yang kemudian berakhir sebagai serabut
pukinje.
C. Fisiologi Jantung
Selintas elektrofisiologi. Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan
Natrium, Kalium, Kalsium)bergerak menembus membrane sel. Perbedaan muatan listrik yang
tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi, artinya
terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membrane yang bermuatan negative
dan bagian luar yang bermuatan positive. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya impuls
listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membrane sel berubah dan ion bergerak
melintasinya. Dengan bergeraknya ion kedalam sel, maka bagian dalam sel akan menjadi
positive. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan
mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetangganya mengalami depolarisasi. Depolarisasi
sebuah sel system hantaran khusus yng memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan
kontraksi sel miokardium. Repolarisasi terjadi saat sel kembali ke keadaan dasar (menjadi
lebih negative) dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influk natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi, permeabilitas
membrane sel terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan kalsium,
yang terjadi selama fase plateau repolarisasi, jauh lebih lambat dari Natrium dan berlangsung
lebih lama. Interaksi antara perubahan voltase membrane dan kontraksi otot dinamakan
kopling elektro mekanikal.
Otot jantung tidak seperti otot lurik atau polos, mempunyai periode refraktori yang
panjang pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut melindungi
jantung dari kontraksi berkepanjangan yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak.
Kopling elektomekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstitial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada gilirannya
tergantung pada komposisi darah. Meke perubahan komposisi kalsium dapat mempengaruhi
kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium darah juga penting, karena
kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. DEFINISI
Infark Miokard Akut adalah suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi
klinis berupa perasaan tidak enak di dada atau gejala – gejala lain sebagai akibat iskemia
miokard. AMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran
darah ke bagian otot jantung terhambat. AMI merupakan penyebab kematian utama bagi laki-
laki dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark miokard
setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini. Untungnya saat ini
terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack yang dapat menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan yang disebabkannya. Pengobatan paling efektive bila dimulaai dalam 1
jam dari permulaan gejala.
AMI adalah kerusakan atau nekrosis sel jantung yang terjadi mendadak karena
terhentinya aliran darah koroner yang sebagian besar disebabkan oleh thrombus yang
menyumbat arteri koronaria di tempat rupture plak aterosklerosis (Pedoman Tata Laksana
Miokardium Akut, 2000). AMI adalah nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan arteri koroner (Pedoman Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2004).
Infark miokardium adalah kematian sebagian otot jantung (miokard) secara mendadak
akibat terhentinya sirkulasi koroner yang ditandai dengan adanya sakit dada yang khas lebih
dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat dan dengan pemberian antiangina (nitrogliserin).
(Rokhaeni, et. Al. 2001).Infark miokardium mengacu pada proses Rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Smeltzer &
Bare, 2002).
Acute myocard infark merupakan kaeadaan berat yang menyerang jantung yang
disebabkan oleh oklusi mendadak pembuluh koroner atau cabangnya yang mengalami
sklerosis. Atau suatu penyempitan, pembuntuan, dan spasme yang lama dari pembuluh darah
koroner sehingga dinding jantung menjadi kekurangan oksigen dan sel-selnya. Infark
miokardial (IM) diartikan sebagai matinya atau nekrosis sel-sel miokardial, dapat terjadi pada
semua umur, tetapi angka kejadian meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Kejadian
IM tergantung pada faktor-faktor predisposisi aterosklerosis (hiperlepidemi, diabetes mellitus,
hipertensi, merokok, pria, dan keluarga yang mempunyai riwayat penyakit aterosklerotik
arteria) (Bajzer, diakses tahun 2004).
B. ETIOLOGI
AMI disebabkan oleh karena atherosklerosis atau penyumbatan total atau sebagian
oleh emboli dan atau thrombus.Adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya AMI
adalah :1. Faktor resiko yang dapat diubaha. MayorMerokok, hipertensi, obesitas,
hiperlipidemia, hiperkolesterolemia dan pola makan (diit tinggi lemak dan tinggi kalori).b.
MinorStress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) dan inaktifitas fisik2.
Faktor resiko yang tidak dapat diubaha. Hereditas/keturunanb. Usia lebih dari 40 tahunc. Ras,
insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitamd. Sex, pria lebih sering terjadi daripada wanita
Intinya AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa
hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai
sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah
diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis.
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal
antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau
nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.
b. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh
tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor
pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun
isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis, maupun
trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put (COP). Penurunan COP
yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak
tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
c. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya
angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan
pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang
menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia,
dan polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi
diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi
jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada
akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat,
sedangkan suplai oksigen tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu
banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karea semakin
banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksien menurun akibat dari
pemompaan yang tidak efektive.
Acute myocard infark juga disebabkan oleh beberapa faktor
a) Faktor predisposisi
- Usia ( diatas 40 tahun)
- Seks ( Pria : wanita sebagai 3:1 )
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
- Hiperkolestrolemia
- Rokok
b) faktor pencetus
1. Berkurangnya aliran darah koroner misalnya karena
- Aritmia
- Gagal jantung
- Anemia
- Hipoksia
- Udara dingin
2. Kerja jantung yang meningkat karena
- Kerja fisik yang berlebihan
- Ketegangan jiwa (stress)
3. Gejala - gejala :
a) Nyeri yang sangat hebat, terutama di tengah-tengah dada yang mrnjalar
kepunggung, bahu, leher dan lengan kiri.
b) Gelisah
c) Pusing dan keringat dingin
d) Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare)
e) Syok sehingga tekanan darah rendah, nadi cepat dan kecil
f) Adanya aritmia (ekstrasistrol ventrikel,takikardia ventrikular paroksimal)
g) Pada auskultasi suara jantung yang lemah dan jauh, kadang-kadang terdengar suara
berderap, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung kiri
Patoflowdiagram
Etiologi : -aterosklerosis - penyumbatan /oklusi total arteri-Spasme pembuluh darah - koroner karena emboli/trombus
Berkurangnya aliran darah koroner
Keseimbangan antara kebutuhan dan supply o2 kejaringan miokard
Metabolisme anaerob gangguan rasa nyaman nyeri dadagangguan perfusi jaringan miokard
intoleransi aktivitas
Ischemika
Injury
Infark
kehilangan facia notot yang efektif gangguan konduksi
gangguan kontraktilitas disritmia resti penurunan O2
stroke volume menurun
cardiac output menurun
perfusi jaringan organ menurun
kulit ginjal otak
cyanosis RBF menurun,GFR menurun ischemikdingin Oliguri hipoksia infark
lembab
WOC Infark Miokard Akut
Faktor Resiko
Aterosklerosis arteri koronaria
Penyumbatan Trombus
Iskemik dinding miokard
Metabolisme anaerob pada sel
Kenaikan Asam Laktat
Iskemik > 3 – 4 jam
Penurunan kontraktil jantung
Penurunan Curah Jantung
Nyeri
Merangsang syaraf nervus vagus
Mual, muntah
Nutrisi <<
Intoleransi Aktivitas
Defisit Perawatan Diri
Transudasil cairan ke jaringan intertisial paru
Gangguan pertukuran Gas
Pola nafas tidak efektif
4. Faktor Resiko
Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena
AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa
dimodifikasi.
a. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
Merupakan factor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu
maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan
aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan
tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-
3 kali disbanding yang tidak merokok.
Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga
moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi
adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi
semuanya masih controversial
Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis
alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia,
hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan
penyebab umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan
penyakit koroner aterosklerotik
Hipertensi sistemik.
Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak
langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan
memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after
load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.
Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah,
peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat
aktivitas yang rendah.
Kurang olahraga
Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit
jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.
Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2-
4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa.
Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,
hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi
platelet dan peningkatan trombogenesis).
b. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Merupakan factor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya:
Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
(umumnnya setelah menopause)
Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogn
yang bersifat protective pada perempuan.
Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare
dengan laki pada wanita setelah masa menopause
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun
merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK.
Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan
ini.
Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset
penderita PJK pada keluarga dekat
RAS
Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih
tinggi dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah
terdapat pada RAS apro-karibia
Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan
bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air,
merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.
Kelas social
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki
terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter,
pengacara dll).
Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk
mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja
professional/non-manual.
C. PATOFISIOLOGI
Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih faktor
resiko seperti : obesitas, merokok, hipertensi dan lain-lain. Faktor-faktor ini disertai dengan
proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima yang dapat menyebabkan interaksi
fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah korner.Interaksi
tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak fibrosa.
Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada
pembuluh darah dan apabila ruptur dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat
pembuluh darah menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplay O2 yang diangkut
dara ke jaringan miokardium berkurang yang anaerob yang berakibat penumpukan asam
laktat. Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang
menyebabkan perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia.Iskemik yang
berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan
kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau
nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari
intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot
jantung yang infark mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung
yang mengalami infark tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut
berhenti. Dalam jangka waktu 2 4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan
yang disertai infiltrasi leukosit.Infark miokardium akan menyebabkan fungsi vertrikel
terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang iskemik disekitarnya juga
mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara fungsional infark miokardium akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding abnormal,
penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan
penurunan volume akhir diastolik vertrikel.Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan
jantung dalam memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke
belakang adalah terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru
dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan COP
sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan kelelahan.
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45
menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena
infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan
oleh penyakit arteri koroner/coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi
lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronaria
(arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat rupture sehingga
menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi
cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri
koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai bagian
otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung.
Jika sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, otot jantung yang rusak itu akan mulai mati.
Selain disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa terjadi
pada orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner
berperan dalam beberapa kasus ini. Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara
lain: mengkonsumsi obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu
dingin yang ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik
sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika terlambat
dalam penangananya
Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah
ke jantung. Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian
arteri koroner kiri bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri.
Arteri koronaria Desenden Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah afeks
jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian besar
apeks, dan ventrikel kiri anterior.
Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner kiri kearah dinding lateral
kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi atrium kiri, seluruh dinding posterior,
dan sepertiga septum intraventrikel posterior. Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari
aorta sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior jantung.
Bagian jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV,
septum interventrikel posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan diafragmatik
ventrikel kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan
disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark inferior bisa
disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan.
Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan
menjadi infark transmural dan subendokardial. Kerusakan pada seluruh lapisan miokardiom
disebut infark transmural, sedangkan jika hanya mengenai lapisan bagian dalam saja disebut
infark subendokardial. Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang
nekrosis akan kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi
(disekeliling daerah infark).
Secara fungsional infark miokardium menyebabkan perubahan-perubahan sebagai
berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark
akan menonjol keluar saat yang lain melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding
ventrikel; Penurunan volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi
Gangguan fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini:
Ukuran infark jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi
Infark dinding anterior mengurangi fungsi mekanik jantung lebih besar dibandingkan jika
terjadi pada bagian inferior;
Sirkulasi kolateral berkembang sebagai respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi
regional untuk memperbaiki aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga semakin
banyak sirkulasi kolateral, maka gangguan yang terjadi minimal;
Mekanisme kompensasi bertujuan untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi
perifer. Gangguan akan mulai terasa ketika mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi
dengan baik.
Dua jenis komplikasi AMI terpenting adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia.
Segera setelah terjadi AMI, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan
sistolik (diskineisa_ dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (SV) dan
peningkatan akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Peningkatan tekanan atrium kiri
diatas 25 mmHg yang lama akan mengakibatkan transudasi cairan ke jaringan intestisium
paru (gagal jantung). Perburukan hemodinamik ini bukan saj disebabkan karena daerah infark.
Tetapi juga daerah iskemik dan sekitarnya. Sebagian akibat dari AMI sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun
noninfark. Perubahan tersebut menyebabkan regenerasi ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel, timbulnya aritmia dan prognosis. Daerah diskinetik akibat
AMI akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Terjadinya
mekanisme seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel
akan memperburuk faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan penyulit AMI yang
tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah rangsangan. Hal
ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan
terhadap rangsang.
D. MEKANISME KLINIS
Tidak semua serangan mulai secara tiba-tiba disertai nyeri yang sangat parah seperti
yang sering kita lihat pada tayangan TV atau sinema. Tanda dan gejala dari serangan jantung
tiap orang tidak sama. Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau
perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent
heart attack)
Akan tetapi pada umumnya serangan AMI ini ditandai oleh beberapa hal berikut:
1. Nyeri Dada
Mayoritas pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan dengan
nyeri pada angina adalah nyer pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan
pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan
istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai
dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Meskipun AMI memiliki ciri nyeri
yang khas yaitu menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada
orang tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi.Pada infark
yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang
bermakna c. Gejala GastrointestinalPeningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan
muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak
inferior juga bisa menyebabkan cegukan d. Gejala LainTermasuk palpitasi, rasa pusing, atau
sinkop dari aritmia ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia
ekstrimitas)
E. Komplikasi
Kemungkinan akanmunculnya komplikasi pada AMI ini tidak sedikit jika terjadi penanganan yang salah, berikut ini komplikasi yang mungkin muncul yakni :
a. Aritmia
b. Oedema paru akut
c. Gagal jantung
d. Syok kardiogenik
e. Efusi prekardial
f. Rupture miokard
g. Stroke
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan prbadi
dan kelarga, serta hasil test diagnostic.
a. EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menghasilkan perubahan
gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan
iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi
ST.
1. Perubahan EKG :
· elevasi segmen ST min 1 pada ≥2 sandapan ekstremitas
· elevasi segmen ST min 2 pada ≥ 2 sandapan prekordial yang berurutan
· perubahan kompleks QRS : gelombang Q lebih lebar dari normal, biasanya > 0,03
detik pada daerah nekrosis atau amplitude responden menurun atau gelombang
menghilang pada > 1 sadapan prekordial
2. Lokasi infark dan sadapan EKG-nya
· infark anterior : elevasi ST pada v1-v4 menandakan oklusi pada arteri desenden
anterior kiri
· infark inferior : elevasi ST pada II,III,AVF, menandakan oklusi pada arteri koronaria
kanan
· infark ventrikel kanan : elevasi ST pada II,III,AVF,V4R, menandakan oklusi pada
arteri koronaria kanan
· infark lateral : elevasi ST pada I,AVL,V5,V6, menandakan oklusi pada arteri
sirkumfleksi kiri dapat merupakan bagian dari berbagi sisi infark
· infark posterior : depresi segmen ST disadapan V1-V2 dengan gelombang responden
meningkat menandakan oklusi pada arteri koronaria kanan atau arteri sirkumfleksi kiri
atau keduanya dapat merupakan bagian dari sisi infark yang lain termasuk inferior.
Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk
repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk,
dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area
nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan
menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjasi lagi. Pada awal infark miokard,
elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari
berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q
menetap dan segmen ST kembali normal.
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark Perubahan EKG
Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan
resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan
resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF,
terutama gelombang R pada V1 – V2.
Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior
b. Test Darah
elama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu
keluar masuk aliran darah.
1. Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB terdetekai setelah 6-8 jam,
mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
2. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24
jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2
minggu.Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan
klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita
ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung
juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
3. Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera otot jantung,
terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih
tetap tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap
selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai
normal.
c. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan
pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada
arteri koroner. Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua
jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi
koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada
aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang
melewati pembuluh darah dan jantung Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang
dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut.
Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga
arteri tetap terbuka.
d. Stratifikasi klinik (killip) untuk menentukan prognosis
Killip kelas I : penderita AMI tanpa S3 atau ronchi basal. Angka kematian ±8
Killip kelas II : ditemukan ronchi pada < ½ lapang paru, dengan atau tanpa S3 AK ±30%
Killip kelas III : ronchi pada >½ lapang paru, biasanya dengan edema paru, AK ±44%
Killip kelas IV : penderita dengan syok kardiogenik, AK ±60%
e. Enzim jantung
Pemeriksaan laboratorium untuk nkonfirmasi AMI adalah enzim kreatinin kinase
(CKMB) enzim ini meningkat 4-8 jam setelah AMI dan menurun 2-3 hari berikutnya.
Troponin T (cTnT) dan troponin I (nTnI) merupakan pertanda baru untuk AMI. cTnT
meningkat sampai hari ke-7 dan cTnI sampai hari ke 13-14 LDH meningkat mulai 24-48 jam
setelah AMI mencapai puncak pada hari ke 3-6 dan kembali normal pada hari ke 8-14, rasio
LDH 1 atau LDH 2 > 1,0, membantu menegakkan diagnosa AMI
TRIASE AMI : 1. Nyeri dada
2. Gambaran EKG (ST elevasi)
3. Perubahan enzim jantung
G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitroglyserin, baik secara
intra vena maupun sublingual. Efek samping vasodilator yaitu dapat menurunkan
preload, beban kerja jantung dan afterload
b. Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan utama, heparin bekerja memperpanjang waktu
pembekuan darah sehingga mencegah pembentukan thrombus. Obat- obatan ini
mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah pada arteri. Missal:
heparin dan enoksaparin
c. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil
penyumbatan dan meluasnya infark, trombolitik yang biasa digunakan adalah
streptokinase, aktifalti plasminogen jaringan (5-14) dan amistrptelase. Obat-obatan
ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah koroner,
sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini
digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu
paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak
boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien
diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase
d. Analgetik
Pemberian dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat
dan antikoagulan, analgetik pilihan adalah morfin sulfat secara IV
e. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
InhibitorsObat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada
otot jantung. Misalnya captropil
f. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
InhibitorsObat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada
otot jantung. Misalnya captropil
g. Beta Blocker
Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung
tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia. Terdapat
dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non-
cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol)
2. Pemberian sediaan O2 sesuai dengan kebutuhan/kondisi
3. Bed rest bertahap sesuai dengan kondisi
4. Tindakan/intervensi pembedahan (medis)
a. Percutaneus Coronary Intervensi (PCI)
Dilakukan biasanya bersama PTCA atau sesuai dengan kondisin pasien.
Dengan menggunakan katerisasi jantung plak ateroma/thrombus pen yebab
penyumbatan pada arteri koroner dipecah dan dilarutkan pembuangan sehingga
dapat memperbaiki vaskulariaisi koroner
b. Revaskularisasi koroner
Intervensi bedah jantung dengan melakukan tandur pintas arteri koroner
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan
perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung
(memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang melimpah
untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L
/menit melalu binasal kanul.
pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam
jam-jam pertama pasca serangan
Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga mencegah
kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan
kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri
Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi yang
diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa
nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga
bisa membebani jantung.
Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin
(antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi
terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan memperbaiki
aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia
Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian
nitrogliserin.
Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat mendepresi
aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat
gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin
Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan serangan
jantung, segera hubungi 118 untuk mendapatkan pertolongan segera. Karena terlambat 1-2
menit saa nyawa korban mungkin tidak terselamatkan lagi.
Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung., maka
dapat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain
a. Angioplasti
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang
tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya
dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian
balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian
dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan tabung
kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa
stent biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada
arteri.
b. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain
kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang
tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot
jantung.
Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan: Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-
obatan maupn mengikuti program rehabilitasi. Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat
yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain:
menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas fisik.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD
A. PENGKAJIAN FISIK
Data dasar pengkajian pasien
· Aktivitas
Ø Gejala : - kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
- pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak teratur
Ø Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas
· Sirkulasi
Ø Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, diabetes mellitus
Ø Tanda : tekanan darah dapat normal atau naik-turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi dapat normal penuh atau tidak kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel
· Integritas ego
Ø Gejala : - menyangkal gejala penting atau kondisi
- takut mati, perasaan ajal sudah dekat
- marah pada penyakit atau perawatan
- kuatir tentang keluarga, kerja, keuangan
Ø tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri.
· Eliminasi
Ø Tanda : normal atau bunyi usus menurun
· Makan atau cairan
Ø Gejala : mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakarØ Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah, penurunan BB
· Hygiene
Ø Gejala atau tanda : kesulitan untuk melakukan perawatan diri
· Neurosensorik
Ø Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
Ø Tanda : perubahan mental, kelemahan
· Nyeri atau ketidakmampuan
Ø Gejala : - nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atu nitrogliserin
- lokasi tipikal pada dada anterio substernal prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah
Ø Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, respon osmatik, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit, kesadaran.
· Pernafasan
Ø Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dyspnea nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi spuitum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Ø Tanda : peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, pucat atau cyanosis, bunyi nafas : bersih atau cracles atau mengi, sputum : bersih, merah muda kental
· Interaksi social :
Ø Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada
Ø Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (marah, takut), menarik diri dari keluarga
· Penyuluhan atau pembelajaran
Ø Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung atau AMI, DM, stroke, hipertensi, penyakit vaskuler perifer, penggunaan tembakau ( merokok).
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tampilan Umum
Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan.
Pasien juga tampak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam
pasca infarkb. Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada
sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan pemberian analgesic yang adekuat.Denyut
jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai
komplikasi dari infark. Peningkatan TD moderat merupakan akibat dari pelepasan
kotekolamin.Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari
aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.
b. Pemeriksaan jantung
Terdangar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard jarang
terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai
gambatan dari sindrom Dressler.
c. Pemeriksaan paru
Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat gambaran
edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi
infark luas, biasanya anterior.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya:
1. Ketidakefektifan pola nafas bd.
KecemasanHiperventilasi
2. Penurunan cardiac out put bd
Gangguan stroke volume (preload, afterload, kontraktilitas)
3. Nyeri akut bd
Agen injuri (fisik)
4. Nyeri dada
nyeri dada tipikal ( angina ) merupakan gejala kardinal pasien infark miokard akut dgn sifat nyeri dada sbg berikut :
• Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial
• Sifat nyeri : rasa sakit spt ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir
• Penjalaran ; biasanya ke lengan kiri, dpt jg ke leher,rahang bawah, gigi, punggung, perut dan dpt jg ke lengan kanan
• Nyeri membaik atau hilang dgn istirahat atau obat nitrat
• Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin dan sesudah makan
• Gejala yg menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas dan lemas
• Nyeri dada yang khas dan gambaran ekg adanya elevasi st ≥ 2 mm, minimal pada 2 sandapan pre kordial yg berdampingan atau ≥ 1mm pada 2 sandapan ekstremitas.
• Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin t yg meningkat
• Pemeriksaan ck-mb ( creatine kinase – myocardial band )
• Pasien yg datang dg nyeri dada perlu anamnesis cermat apakah nyeri berasal dari dlm atau luar jantung
• Perlu Dianamnesis Pula Apakah Ada Riwayat Ima Seblmnya Serta Faktor – Faktor Resiko Spt Hipertensi, Dm, Dislipidemia, Merokok, Stress Serta Riwayat Jantung Koroner Pd Keluarga
5. Nyeri akut b.d
iskemia miokard
6. Penurunan COP b.d
perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal
7. Perubahan perfusi jaringan b.d
penurunan COP
8. Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan suplai O2
9. Ansietas b.d
ancaman kematian, perubahan status kesehatan
10. Resiko Tinggi terhadap kelebihan volume cairan b.d
penurunan perfusi organ (ginjal),
peningktan natrium/retensi urin,
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma
D. INTERVENSI
1. Nyeri dada b.d berkurangnya aliran darah koroner
Hasil yang diharapkan :
· Menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol
· Mendemonstrasikan penggunaan tehnik relaksasi
· Menunjukan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak
2. Cemas b.d takut akan kematian
Hasil yang diharapkan :
· Mengenal perasaannya
· Mengidentifikasi
· Penyebab, factor yang mempengaruhi
· Menyatakan penurunan ansietas
· Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah yang positive
· Mengidentifikasi sumber secara tepat
3. Potensial gangguan perfusi jaringan b.d turunnya CO
Hasil yang diharapkan :
Klien mendemonstrasikan perkusi adekuat secara individual
4. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Setelah dilakukan intervensi diharapkan pola nafas dapat efektif.
Kriteria hasil :
- Dispnea (-), takikardia (-), gelisah (-)
- Sesak nafas hilang
- RR= 18-24x/mnt- N=80-100x/mnt
5. Nyeri akut b.d iskemia miokard
Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien dapat mengontrol nyeri
Kriteria hasil :
- Tampak rileks,
- skala nyeri berkurang,
- klien dapat istirahat
- klien mampu menggunaan metode distraksi
- TD =110/80mmHg
– 130-90mmHg
- Hasil EKG = normal
- N = 80-100/mnt
6. Penurunan COP b.d perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal
Setelah dilakukan intervensi diharapkan curah jantung adekuat
Kriteria hasil :
- Status hemodinamik
- Tidak ada sianosis
- Akral hangat
- Kap.refill < 3dtk- haluaran urine adekuat
- Toleransi terhadap aktifitas
7. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan COP
Setelah dilakukan intervensi selama …, diharapkan perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil :
- Capillary refill < 3 detik
- HR = 80-100x/mnt
- SaO2 = 100%
- EKG : sinus rhytm- Intake dan output seimbang
- TD 110/70-140/90 mmHg
8. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai O2
Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien mampu melakukan aktifitas secara
bertahap
Kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan aktifitas sesuai dengan toleransi
- Tidak ada respon nyeri pada saat aktifitas
- Tidak ada perubahan hemodinamik ekstrim pada saat aktifitas
- ADL mandiri
9. Ansietas b.d ancaman kematian, perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan intervensi kecemasan dapat terkontrol
Kriteria hasil :
- Mengekspresikan perasaan tenang
- tampak rileks- klien kooperatif
- Menyatakan penurunan rasa cemas
- HR = 80-100x/mnt
- TD = 110/80-130/90mmHg
10. Resiko Tinggi terhadap kelebihan volume cairan b.d penurunan perfusi organ
(ginjal), peningktan natrium/retensi urin, peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma
Kriteria hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh TD dalam batas
normal
- Tak ada distensi vena perifer/vena dan edema dependen
- Paru bersih dan berat badan stabil.
E. RASIONALISASI
a. Nyeri dada
1.Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal dan respon
hemodinamik
Variasi penampilan dan perilaku pasien area nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeir dan b.d cemas
2.Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri termasuk lokasi intensitas, lamanya kualitas dan
penyebaran
Nyeri sebagai pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien
3.Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau AMI
Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi
komplikasi
4.Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri atau menurunkan peningkatan
dosis
5.Berikan lingkungna yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman
Menurunkan rangsangan eksternasl dimana ansietas dan regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini
6.Bantu klien melakukan tehnik relaksasi
Membantu dalam penurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan control situasi,
meningkatkan perilaku positive
7. Hipotensi atau depresi pernapasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkotik
periksaTTV sebelum dan sesudah obat narkotik
b. Cemas
1. Identifikasi dan ketahui persepsi klien terhadap ancaman atau situasi.
Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut
Koping terhadap nyari dan trauma emosi AMI sulit.
Pasien dapat takut mati atau cemas tentang lingkungan
2.catat adanya kegelisahan, menolak dan menyangka
Penelitian terhadap frekuensi hidup antara individu tipe A atau B dan tampak
penolakann telah berarti 2. *-sprtesi marah atau gelisah peningkatan resiko AMI
3.Mempertahankan gaya percaya
Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan kecemasan
4.Kaji tanda verbal atau nonverbal, kecemasan dan tinggal dengan pasien
Pasien mungkin tidak menunjukan masalah secara langsung, tapi kata-kata atau tindakan
dapat menunjukan rasa agitasi, mara dan gelisah
5.Terima tapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari kofrontasi
Menyangkal dapat menguntungkan dalam menurunkan cemas tapi dapat menunda
penerimaan terhadap kenyataan situasi saat itu
6.Orientasi pasie atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
Perkiraan dan informasi dapat menurunka kecemasan pasien dan keluarga
7.Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten, ulangi sesuai
indikasi
Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut
c. Potensial gangguan Perpusi jaringan
1.Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu seperti cemas, bingung,
letargi, pingsan
Perfusi cerebral secara langsung b.d curah jantung dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Hypoxia
2.Lihat pucat, cyanosis, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer
Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit atau nadi
3.Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi)eritema, edema
Indicator trombosis vena
4.Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebitis
5.Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernafasan
6.Kaji fungsi gastrointestinal, catat anorexia penurunan atau tidak ada bising usus, mual
atau muntah, distensi abdomen, konstipasi
Penurunan aliran darah ke mesenterikus dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal,
contoh : kehilangan peristaltic
7. Pemantauan pemasukan dan catat perubahan haluaran urin. Catat BJ sesuai indikasi
Dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang berdampak negative pada
perfusi dan fungsi organ
5. Nyeri akut b.d iskemia miokard
1.Berikan anti angina vasodilator (nitrogliserin) penyebar adrenergik, antikoagulan,
trombolitik, analgetik
2. istirahatkan klien
3. Berikan O2 tambahan
4. pantau hasil EKG ulang
5. Pantau dan observasi respon verbal dan non verbal terhadap nyeri
6. Pantau respon hemdinamik TD, nadi
7. Berikan posisi yang nyaman
8.Anjurkan untuk menggunakan teknik manajemen nyeri (relaksasi, distraksi, nafas
dalam)
6. Penurunan COP b.d perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal
1. Ukur TD, evaluasi kualitas nadi, sesuai indikasi
2. Berikan O2 tambahan
3. istirahatkan klien
4. Cek laboratorium terhadap peningkatan CK-MB
5. Anjurkan untuk istirahat (bedrest)
6. Catat respon terhadap aktifitas dan peningkatan istirahat dengan tepat
7. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan COP
1. Pantau perubahan perfusi (pucat, sianosis, akral dingin, capillary refill)
2. Pantau karakteristik respirasi
3. pantau SaO2
4. Pantau intake dan output, catat BJ sesuai indikasi
5. Pantau TD dan nadi
6. Lakukan latihan kaki aktif dan pasif
8. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai O2
1. Kaji tingkat aktifitas yang masih dapat ditoleransi
2. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
3. Awasi TTV< warna kulit selama periode aktifitas/istirahat
4. Pantau EKG setiap 6 jam
5. Tingkatkan aktifitas klien secara bertahap
6. Batasi pengunjung pasien
7. Berikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari
9. Ansietas b.d ancaman kematian, perubahan status kesehatan
1. Identifikasi persepsi ancaman, jelaskan tujuan dan prosedur
2. Beri kesempatan dan dorong klien untuk mengekspresikan perasaan
3. Dorong keluarga atau teman dekat untuk menganggap klien seperti sebelumnya
4. Kolaborasi pemberian sedatif, transquilizer sesuai indikasi
5. Bantu klien menemukan koping yang positif
6. Anjurkan keluarga/ teman dekat untuk selalu berada di sisi klien
10. Resiko Tinggi terhadap kelebihan volume cairan b.d penurunan perfusi organ
(ginjal), peningktan natrium/retensi urin, peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma
1. Auskultasi bunyi napasmuntuk adanya krekels
2. Ukur masukan / haluaran, catat penurunan pengeluaran, siat konsentrat. Hitung
keseimbangan cairan dan berat badan setiap hari
3. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/jam dalam toleransi kardiovaskuler
4. Kolaborasi dalam pemberian diuretik, pantau kalium sesuai indikasi
5. Berikan diet natrium rendah / minuman
F. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Purnawan,Iwan. S,kep, Ns. 17 09 2007. Infark Myocard Acute . www.google.com
Rofiqahmad. Acute Myocard Infark. www.google.com
-----, Rencana Asuhan Keperawatan Akut Myocard Infark. www.Google.com
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.