Upload
tanti-chen
View
292
Download
1
Embed Size (px)
7/29/2019 Refrat Tonsil
1/37
BAB I
PENDAHULUAN
Amandel yang lebih dikenal oleh masyarakat awam, nama sebenarnya adalah
Tonsil yaitu Kelenjar Getah bening yang berada di kanan dan kiri tenggorokan.
Peradangan akibat infeksi kuman, disebut dengan Tonsillitis. Istilah umum dari
"tonsil" diambil dari palatin tonsil, yang dapat kita lihat di belakang tenggorokan.
Seperti juga organ (sistem limfatik) lainnya, Tonsil berperan sebagai sistem
kekebalan tubuh (sistem Imunitas), yaitu sistem yang melindungi tubuh dari
serangan infeksi kuman, terutama terhadap infeksi tenggorokan, serta infeksi
lainnya yang menyerang saluran pernapasan atas.1
Perjalanan pertumbuhan Tonsil, sesuai dengan pertumbuhan anak, sampai
masa pubertas atau akil balik, yang mana akan mencapai besar yang maksimal,
kemudian perlahan lahan mengecil terus, sampai tidak nampak lagi. terkadang besar
maksimal dapat dicapai semasa masih kanak- kanak.1
Tonsilitis atau Radang amandel adalah infeksi yang terjadi pada tonsil. Hal
ini disebabkan oleh salah satu virus atau bakteri (biasanya bakteri yang dikenal
sebagai streptococcus). Tonsilitis atau Radang amandel sering terjadi pada anak-
anak.2
Tonsil adalah sepasang organ kecil berbentuk almond yang terletak di kedua
sisi tenggorokan pada mulut. Dulu dokter percaya bahwa tonsils tidak memiliki
kegunaan yang jelas dan seringkali mereka membuangnya untuk menghindari
tonsillitis atau radang amandel. Namun sekarang tonsil dan adenoid diyakini
memiliki peranan sebagai "baris pertama pertahanan" terhadap kuman-kuman yangmenyebabkan penyakit yang masuk ke tubuh melalui hidung, mulut, atau
tenggorokan.2
Tonsil dan adenoid melindungi tubuh terhadap kuman pada masa anak-anak
dengan memproduksi antibodi (yaitu sejenis protein yang dibuat di dalam tubuh
1
7/29/2019 Refrat Tonsil
2/37
untuk memerangi infeksi dan menghancurkan organisme berbahaya seperti virus dan
bakteri). Dengan menyerang virus dan bakteri, antibody berperan penting dalam
sistem kekebalan tubuh. Masalahnya adalah bahwa dalam proses perlindungan tubuh
tersebut, tonsil dan adenoid sendiri dapat terinfeksi.2
Ketika anak-anak tumbuh dan berkembang, tonsil dan adenoid pada akhirnya
mulai menyusut dan mungkin tidak lagi penting dalam melindungi tubuh terhadap
kuman yang menyebabkan penyakit. Bahkan pada anak-anak, menghilangkan tonsil
dan adenoid yang terinfeksi tampaknya tidak melemahkan pertahanan
tubuh. Ada banyak sel-sel di dalam tubuh yang merupakan bagian dari sistem
kekebalan. Jaringan ini, dikenal sebagai jaringan lymphoid, juga membuat antibodi
untuk memerangi infeksi.2
Pada tonsilitis atau radang amandel dijumpai abscess atau kantung nanah,
yang terbentuk di sekitar tonsil atau amandel (dikenal sebagai quinsy). Ketika tonsil
semakin membesar sehingga suara anak berubah, yaitu yang disebut dengan istilah
suara "hot potato", itulah yang menjadi salah satu tanda bahwa tonsil harus diangkat
atau dibuang.2
Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi belum ada.Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama 5 tahun terakhir (1999-2003)
menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi. Sedangkan
data dari rumah sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir (2002-2004) menunjukkan
kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi.3
2
http://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/08/tonsilitis-atau-radang-amandel.htmlhttp://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/08/tonsilitis-atau-radang-amandel.html7/29/2019 Refrat Tonsil
3/37
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
II.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI TONSIL
Gambar 1. Tonsil
(sumber: http://www.besthealth.com/besthealth/bodyguide/reftext/images/tonsil.jpg)
Tonsil palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris
di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin waldeyer.
Tonsil palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya
diutupi oleh kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripta.4
Kripta tonsil berbentuk saluran tidak sama panjang dan masuk ke bagian
3
http://www.besthealth.com/besthealth/bodyguide/reftext/images/tonsil.jpghttp://www.besthealth.com/besthealth/bodyguide/reftext/images/tonsil.jpg7/29/2019 Refrat Tonsil
4/37
dalam jaringan tonsil. Umumnya berjumlah 8 20 buah dan kebanyakan terjadi
penyatuan beberapa kripta. Permukaan kripta ditutupi oleh epitel yang sama dengan
epitel permukaan medial tonsil. Saluran kripta ke arah luar biasanya bertambah luas;
hal ini membuktikan asalnya dari sisa perkembangan kantong brakial II. Secara
klinik kripta dapat merupakan sumber infeksi, baik local maupun umum karena
dapat terisi sisa makanan, epitel yang terlepas, kuman.4
Permukaan lateral tonsil yang tersembunyi ditutupi oleh suatu membran
jaringan ikat disebut kapsul; walaupun para ahli anatomi menyangkal adanya kapsul
ini, tetapi para pakar klinik menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih
yang menutupi 4/5 bagian tonsil. Plika triangularis atau plika retrotonsilaris atau
plika transversalis merupakan struktur normal yang telah ada sejak masa embrio.
Plika triangularis terletak di antara pangkal lidah dengan bagian anterior kutub
bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot palatofaringeus. Fossa
tonsil atau sinus tonsil yang di dalamnya terletak tonsil palatina, dibatasi oleh otot
otot orofaring:4
a) Batas anterior adalah otot palatoglossus, disebut plika anterior,
b) Batas posterior adalah otot palatofaringeus, disebut plika posterior,c) Batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior.
Plika posterior adalah otot vertikal yang ke atasa mencapai palatum mole,
tuba eustachius dan dasar tengkorak. Ke arah bawah meluas hingga dinding lateral
esofagus. Plika anterior dan plika posterior ini bersatu di atas di palatum mole. Ke
arah bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral
faring. Di bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.
Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.4
Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang a.karotis eksterna yaitu:4
4
7/29/2019 Refrat Tonsil
5/37
a) A.maksilaris eksterna (a. fasialis) yang mempunyai cabang a.
tonsilaris dan a. palatina asenden
b) A.maksilaris interna dengan cabangnya yaitu a. palatina desenden
c) A.lingualis dengan cabangnya yaitu a.lingualis dorsal dan a. faringeal
asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas di bagian luar m. konstriktor superior dan
memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden,
mengirimkan cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil.
Arteri faringeal ansenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar
m. konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim
cabangnya ke tonsil, plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau
a. palatina posterior atau lesser palatine artery memberi vaskularisasi tonsil dan
palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina asenden.
Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring.4
Aliran getah bening dari daerah tonsil menuju ke rangkaian getah bening
servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah m.sternokleidomastoideus. Selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktuli
torasikus. Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh elalui perjalanan aliran getah
bening. Inervasi tonsil bagian atas berasala dari serabut saraf V melalui ganglion
sphenopalatina dan bagian bawah dari saraf glossofaringeus (N. IX).4,5
Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:5
a) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
b) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T
dengan antigen spesifik.
5
7/29/2019 Refrat Tonsil
6/37
Gambar 2. Anatomi Tonsil
(sumber http://www.kabarindonesia.com/gbrberita/20080125161248.jpg)
Morfologi tonsila palatina :4
a) Kripte dan epitel tonsil
Susunan kripte tubuler di bagian dalam menjadi salah satu
karakteristik tonsila palatina. Tonsila palatina memiliki 10 30 kripte dan
luas permukaan 300 cm2. Masing masing kripte tidak hanya bercabang tapi
juga saling anastomosis. Bersama dengan variasi bentuk dan ukuran folikel
limfoid menyebabkan keragaman bentuk tonsil. kripte berisi sel degenerasi
dan debris selular. Epitel kripte adalah modifikasi epitel skuamosa
berstratifikasi yang menutupi bagian luar tonsil dan orofaring. Derajat
retikulasi (jumlah linfosit intraepitel) epitel sangat bervariasi. Retikulasi
epitel kripte berperan penting dalam inisiasi imun respon pada tonsila
palatina. Pada kripte antigen lumen diambil oleh sel khusus dari retikulasi
epitel skuamasa yang menyerupai membran sel internal peyer`s patches atau
yang dikenal sel M.
Sel M melakukan endositosis antigen, mentraspor antigen ke dalam
vesikel di basolateral membran dan eksositosis ke rongga intra dan subepitel
tempat terjadinya kontak dengan jaringan limfoid. Sel M tonsil terdiri dari
sedikit sel epitel kripte dan memiliki mikrovili khusus di bagian apeks.
6
7/29/2019 Refrat Tonsil
7/37
Fungsi transpor sel M tidak hanya menyediakan sampling antigen tapi juga
sebagai gateaway bagi infeksi mukosa atau imunisasi. Sel M memiliki
relevansi klinis karena beragam antigen menggunakn sel M sebagai pintu
masuk untuk menginvasi host.
Sel T dan sel B dapat ditemukan di semua bagian epitel tanpa pola
distribusi tertentu. Sebagian makrofag dan dendritic cells juga
berkonstribusi terhadap populasi sel non epitel. Sel plasma dominan terdapat
di sekitar kapiler intraepitel. Banyaknya sel immunokompeten dalam epitel
kripte membentuk satu mikrokompartemen limfoid tersendiri dalam tonsila
palatina.
b) Folikel limfoid
Folikel limfoid primer tampak di tonsil dari minggu ke 16 kehamilan,
dan sentrum germinativum dibentuk segera setelah lahir. Folikel limfoid di
tonsila palatina berbentuk bulat atau elips, terletak di bawah epitel dan sisi
dengan intensitas maturasi dan diferensiasi sel B sebaik aktivasi sel T.
Folikel limfoid sekunder berisis sentrum germinativum terdiri dari
zona gelap, dengan sejumlah besar proliferasi B blast atau sentroblast, zonaterang (bagian basal dan apeks) terisi sebagian besar oleh sentrosit dan
sebuah mantle zone berisi nave B cells. Dengan menggunakan teknik
antibodi monoklonal, lima kelas sel B (Bm 1 nave B cells sampai Bm 5 =
memory B cells) telah diidentifikasi pada tonsil manusia. Folikel limfoid
tonsil berisi jaringan follicular dendritic cells (FDC) dan sebuah kelas khusus
sel dendritik sentrum germinativum yang mengaktivasi sel T di sentrum
germinativum. FDC mampu menahan sejumlah besar kompleks imun di
membran plasma untuk jangka lama dan dengan cara beraksi sebagai antigen
presenting cells yang memberikan lingkungan yang sesuai untuk proliferasi
dan diferensiasi sel B di sentrum germinativum. Selanjutnya FDC berperan
dalam modulasi kerentanan terhadap apoptosis sel B di folikel limfoid.
7
7/29/2019 Refrat Tonsil
8/37
Secara ultrastruktur teridentifikasi 7 populasi FDC berbeda namun belum
jelas apakah mereka memiliki fungsi yang berbeda. Seperti sel B, FDC
sebagian besar terletak dalam dark zone, sedangkan proliferasinya terbanyak
terletak pada light zone.
c) Daerah ekstrafolikuler
Daerah ekstrafolikuler berisi sel T (terutama fennotip helper, CD 4),
interdigitating dendritic cells (IDC), makrofag, dan venula khusus yang
dikenal high endothelial venules (HEV). HEV diperlukan sebagai pintu
masuk sel T dan B dari darah ke dalam tonsil. dalam zona ekstrafolikuler,
terdapat sel penghasil sitokin spesifik (IL-1 dan TNF dari makrofag sebaik
IDC, IL1 dan IFN-dari sel T) dan produksi antibodi.
Gambar 3. Diagram of a Tonsil
(sumberhttp://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/r7_tonsillitis.jpg)
8
http://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/r7_tonsillitis.jpghttp://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/r7_tonsillitis.jpg7/29/2019 Refrat Tonsil
9/37
II.2 PERANAN TONSIL TERHADAP SISTEM IMUN
Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan patogen,
selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar tonsil
ditemukan pada usia 3 10 tahun. Pada usia lebih dari 60 tahun Ig-positif sel B dan
sel T sangat berkurang di semua kompartemen tonsil. selain itu juga terjadi pada
sejumlah IDC dan FDC yang merupakan age-dependent tonsilar involution.4
Gambaran struktur imunologis tonsil menunjukkan seluruh elemen yang
dibutuhkan untuk system imunologi mukosa. Bakteri, virus atau antigen makanan
akan diabsorpsi secara selektif oleh makrofag, sel HLA (+) dan sel M dari tipe tonsil.
Selanjutnya, antigen ditranspor dan dipresentasikan ke sel T di area ekstra folikuler
dan ke sel B di sentrum germinativum oleh FDCs.4
Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC akan
mengakibatkan terjadinya peristiwa biokimia dalam sel T berupa peningkatan kadar
ion Ca++ dalam sitoplasma dan mengaktifkan enzim kinase protein C yang
merupakan sebagian signal untuk mengaktifkan sel T. Dua faktor tersebut belum
cukup untuk mengaktifkan sel T karena ada faktor ke tiga yaitu IL-1 yang disekresioleh APC.
Sel T yang telah aktif ditandai dengan sekresi IL-2 dan ekspresi reseptor IL-2
sehingga akan :4
a) Meningkatkan jumlah klon sel T sendiri.
b) Meningkatkan perbanyakan limfosit lain yang telah diaktifkan oleh antigen
yang sama atau mirip, namun tidak dapat menghasilkan IL-2 (sel CD8+).
c) Meningkatkan jumlah sel limfosit yang telah dirangsang sebelumnya tetapi
memiliki reseptor IL-2 (sel memori yang tidak spesifik terhadap antigen yang
merangsangnya).
d) Meningkatkan pertumbuhan sel sel bukan limfosit T tetapi memiliki m IL-2
(limfosit B dan natural killer cell NK).
9
7/29/2019 Refrat Tonsil
10/37
Hubungan antara ekspresi reseptor IL-2 dengan kadar ion Ca++ intraseluler
dibuktikan oleh komada dkk (1987) yang mendapatkan ekspresi maksimum reseptor
IL-2 sesuai dengan kadara maksimum ion Ca++ intrasel.4
Aktifasi limfosit B oleh antigen menjadi sel yang mampu menghasilkan
bantuan sel Th. Terhadap sel B selain IL-2 yang bertindak sebagai aktiftator dan
promotor pembelahan, sitokin lain yang berpengaruh adalah IL-4 sebagai aktifator
linfosit B istirahat, IL-5 sebagai faktor pertumbuhan limfosit B aktif dan IL-6
sebagai faktor diferensiasi akhir yang mampu menjadikan sel B melepaskan
immunoglobulin.4
Plasma sel didistribusikan pada zona ekstrafolikuler dan epitel kripte,
selanjutnya immunoglobulin disekresikan ke dalam kripte. Maka dari itu, tonsil
berperan penting dalam memelihara flora normal dalam kripte orang sehat. Selain itu
tonsil juga akan mensekresikan IgA ke dalam lumen kripte dan juga bertindak
sebagai sumber sel B IgA dengan rantai J positif dimmer untuk area lain pada sistem
respirasi atas seperti kelenjar parotis, lakrimalis, mukosa hidung dan mukosa telinga
tengah.4
Secara sistematik proses imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadianyaitu:4
a) Respon imun tahap I.
Respon imun tahap I terjadi ketika antigen memasuki orofaring
mengenai epitel kripte yang merupakan kompartemen tonsil pertama sebagai
barrier imunologis. Sel M tidak hanya berperan mentranspor antigen melalui
barier epitel tapi juga membentuk kompartemen mikro intraepitel spesifik
yang membawa bersamaan material asing, limfosit dan APC seperti
makrofag dan sel dendritik dalam konsentrasi tinggi. Interaksi sel M dengan
sel yang berbeda dalam system imun di mikrokompartemen selama inisiasi
respon imun selular atau humoral belum dipahami.
Sel limfoid ditemukan dalam ruang epitel kripte tonsila palatina
10
7/29/2019 Refrat Tonsil
11/37
terutama tersusun atas limfosit B dan sel T helper (CD4+). Respon imun
membutuhkan bantuan sitokin. Sitokin adalah peptida yang terlibat dalam
regulasi proses imun dan dihasilkan secara dominan oleh stimulasi antigen
local limfosit intraepitel, sel limfoid lain atau sel non limfoid. Sel T
intraepitel menghasilkan berbagai sitokin antara lain IL-2, IL-4, IL-6,TNF-,
TNF- / LT-, INF , dan TGF-.
Diperkirakan 50 90% limfosit intraepitel adalah sel B berupa mature
memory cells B dengan potensial APC yang memungkinkan terjadinya
kontak antara antigen presenting B cells dan T cells, menyebabkan respon
antibodi yang cepat. Beragam isotipe Ig dihasilkan dalam tonsila palatina,
82% dari sentrum germinativum menghasilkan Ig D, 55% Ig M, 36% Ig G
dan 29% IgA.
IgA merupakan komponen substansial system imun humoral tonsila
palatina. Produksi J-chan oleh penghasil Ig melalui komponen sekretoris
transmembran. Distribusi J-chan itu sendiri tergantung dari lokasi sel (29%
IgA dihasilkan di sentrum germinativum dan 59% IgA dihasilkan di regio
ekstrafolikular)). Ig terbentuk secara pasif ditranspor ke dalam kripte.
b) Respon imun tahap II.
Respon imun tonsila palatina tahap ke dua terjadi setelah antigen
melalui epitel kripte dan mencapai daerah ekstrafolikuler atau folikel limfoid.
Di daerah ekstrafolikuler, IDC dan makrofag memproses antigen dan
menampakkan antigen terhadap CD4+ limfosit T. Sel Tfh kemudian
menstimulasi limfosit B folikel sehingga berproliferasi dan bermigrasi dari
dark zone ke light zone, mengembangkan suatu antibodi melalui sel memoriB dan antibodi melalui sel plasma. Sel plasma tonsil juga menghasilkan lima
kelas Ig (Ig 65%, IgA 20%, sisanya IgM, IgD, IgE) yang membantu melawan
dan mencegah infeksi. Lebih lanjut, kontak antigen dengan sel B memori
dalam folikel limfoid berperan penting untuk menghasilkan respon imun
11
7/29/2019 Refrat Tonsil
12/37
sekunder. Meskipun jumlah sel T terbatas namun mampu menghasilkan
beberapa sitokin (missal IL-4) yang menghambat apoptosis sel B.
c) Migrasi limfosit.
Respon imun berikutnya berupa migrasi limfosit yang berlangsung
terus menerus dari darah ke tonsil melalui HEV dan kembali ke sirukulasi
melalui limfe. Tonsil berperan tidak hanya sebgai pintu masuk tapi juga
keluar bagi limfosit, beberapa molekul adesi (ICAM-I dan L-selectin),
kemokin, dan sitokin. Kemokin yang dihasilkan kripte akan menarik sel B
untuk berperan di dalam kripte.
BAB III
12
7/29/2019 Refrat Tonsil
13/37
TONSILITIS
III.1 ETIOLOGI
III.1.1 TONSILITIS AKUT
Tonsilitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta
hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus
terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali terjadi
mendadak pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1 4 0C.6,7
Tonsilitis bakterial supurutifa akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A, meskipun pneumokokus, stafilokokus, dan
Haemophilus influenza juga virus patogen dapat dilibatkan. Kadang kadang
streptokokus non hemolitikus san streptokokus viridans mungkin dibiakan dari
tenggorokan orang yang sehat, khususnya pada bulan bulan musim dingin, dan
pada saat epidemi infeksi pernapasan akut, streptokokus hemolitikus dapat
ditemukan dalam tenggorokan orang yang kelihatannya sehat.8
III.1.2 TONSILITIS MEMBRANOSA
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa
beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septik, serta Angina Plaut
Vincent.6
a) Tonsilitis difteri
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu
bakteri gram positif pleomorfik. Penghuni saluran pernapasan atas yang
dapat menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila
terinfeksi bakteriofag.
b) Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemik. Oleh karena itu
13
7/29/2019 Refrat Tonsil
14/37
perlu adanya pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.
c) Angina Plaut Vincent
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi
vitamin C serta kuman spirilum dan basil fusi form.
III.1.3 TONSILITIS KRONIK
Bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut ,
namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.7
III.2 GEJALA DAN TANDA
III.2.1 TONSILITIS AKUT
Penderita mengaluh sakit tenggorokan dan beberapa derajat disfagia dan,
pada kasus yang berat, penderita dapat menolak untuk minum atau makan melalui
mulut. Penderita tampak sakit akut dan pasti mengalami malaise. Suhu biasanya
tinggi, kadang kadang mencapai 1040F. Napasnya bau. Mungkin terdapat otalgia
dalam bentuk nyeri alih. Kadang kadang otiitis media merupakan komplikasi
peradangan pada tenggorokan. Seringkali terdapat adenopati servikalis disertai nyeritekan.8
Tonsila membesar dan meradang. Tonsila biasanya bercak-bercak dan
kadang diliputi oleh eksudat. Eksudat ini mungkin keabu abuan atau kekuningan.
Eksudat ini dapat berkumpul dan membentuk membran, dan pada beberapa kasus
dapat terjadi nekrosis jaringan lokal.8
Gejala pada tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa
nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus epstein barr. Hemofilus
influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka luka kecil
pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.6
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada tonsilitis bakterial adalah nyeri
14
7/29/2019 Refrat Tonsil
15/37
tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa
lesu, rasa nyeri di sendi sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia).
Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (reffered pain) melalui saraf
n.glosofaringeus (n.IX). pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis
dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan. Masa inkubasi 2 4 hari.6
Gambar 4. Perbedaan Tonsilitis Bakterial dan Viral.
(Sumber : http://drzeze.files.wordpress.com/2008/07/tonsillitis.jpg)
III.2.2 TONSILITIS MEMBRANOSA
a) Tonsilitis difteri
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5
15
7/29/2019 Refrat Tonsil
16/37
tahun. Penularan melalui udara, benda atau makanan yang
terkontaminasai dengan masa inkubasi 2-7 hari.6,7
Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu :7
1. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu
tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan
lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.
2. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak
putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk
membran semu. Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus dan dapat menyumbat saluran
napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila
diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila
infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak
sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck)
atau disebut juga Burgemeester`s hals.
3. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapatterjadi miokarditis sampai decompensatio cordis, mengenai saraf
cranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot otot
pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.
b) Angina Plaut Vincent
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri
kepala, badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa
nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.6,7
III.2.3 TONSILITIS KRONIK
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dan beberapa kripti terisi oleh
detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan
16
7/29/2019 Refrat Tonsil
17/37
napas berbau.6
III.3 PATOFISIOLOGI
III.3.1 TONSILITIS AKUT
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi,
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.7
III.3.2 TONSILITIS MEMBRANOSA
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada
permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu
pembuluh darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2
fragmen yaitu aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal
yang disatukan melalui ikatan disulfide.9
III.3.3 TONSILITIS KRONIKKarena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfa submandibula.6
III.4 PENATALAKSANAAN
III.4.1 TONSILITIS AKUT
Pada umumnya, penderita dengan tonsilitis akut serta demam sebaiknya tirah
17
7/29/2019 Refrat Tonsil
18/37
baring, pemberian cairan adekuat dan diet ringan. Aplikasi lokal seperti obat
tenggorokan, dianggap mempunyai arti yang relatif kecil. Analgesik oral efektif
dalam mengendalikan rasa tidak enak.8
Obat kumur, efektivitas obat kumur masih dipertanyakan. Apakah benar
bahwa kegiatan berkumur tidak membawa banyak cairan berkontak dengan dinding
faring, karena dalam beberapa hal cairan ini tidak mengenai lebih dari tonsila
palatina. Walaupun, pengalaman klinis menunjukkan bahwa berkumur yang
dilakukan dengan rutin menambah rasa nyaman pada panderita dan mungkin
mempengaruhi beberapa tingkat perjalanan penyakit.8
Kecuali kalau diinstruksikan khusus, penderita mungkin merasa bahwa
pengobatan telah selesai jika satu gelas cairan obat kumur hangat telah digunakan.
Hal ini tidak adekuat. Penderita sebaiknya diberi petunjuk untuk menggunakan tiga
gelas penuh cairan obat kumur setiap kali. Gelas pertama sebaiknya hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dengan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapat
lebih hangat. Dianjurkan untuk memberikan petunjuk secara khusus pada penderita
untuk meggunakan cairan obat kumur setiap dua jam. Hal yang praktis adalah
memberikan daftar waktu untuk setiap pengobatan sehingga penderita dapatmencoret setiap pengobataan yang telah dilakukan sampai selesai. Hal ini akan
meyakinkan bahwa sejumlah besar instruksi telah diselesaikan dengan tepat.
Mungkin bahwa panas dari cairan obat kumur lebih efektif dibandingkan isi obat
obatan di dalamnnya.8
Cairan cairan berikut, juga ramuan obat tersedia yang dijual bebas, juga
berguna:8
a) Cairan saline isotonik (setengah sendok teh garam dalam 8 ounces air
hangat).
b) Bubuk sodium perborat (satu sendok teh garam dalam 8 ounces air
hangat). Hal ini berguna pada infeksi Vincent atau penyakit
mulut. (1 ounce = 28 gram).
18
7/29/2019 Refrat Tonsil
19/37
Antibiotik. Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang akan
berperan dalam proses penyembuhan. Antibiotik oral perlu dimakan selama
setidaknya 10 hari. Antibiotika spektrum lebar penisilin, eritromisin. Antipiretik dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.6,10
Tindakan operasi. Tonsilektomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika anak
mengalami tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami
tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, amandel membengkak dan berakibat
sulit bernafas, adanya abses.10
III.4.2 TONSILITIS MEMBRANOSA
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur
dengan dosis 20.000 100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit.
Antibiotika penisilin atau eritromisin 25 50 mg per kg berat badan dibagi dalam 3
dosis selama 14 hari.6
Kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan per hari. Antipiretik untuk
simptomatis. Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan harus
istirahat di tempat tidur selama 2 -3 minggu.
6
III.4.3 TONSILITIS KRONIK
Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur
atau obat isap. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak
berhasil.6,7
Pengobatan pasti untuk tonsillitis kronis adalah pembedahan pengangkatan
tonsil. tindakan ini dilakukan pada kasus kasus di mana penatalaksanaan medis
atau yang lebih konservatif gagal untuk meringankan gejala gejala.
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi
tenggorokan sehari hari, dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan
alat irigasi gigi atau oral. Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan
19
7/29/2019 Refrat Tonsil
20/37
infeksi kronis atau berulang.8
III.5 PERITONSILAR ABSES
Peritonsillar abscess (PTA) merupakan kumpulan atau timbunan
(accumulation) pus (nanah) yang terlokalisir atau terbatas (localized) pada jaringan
peritonsilar yang terbentuk sebagai hasil dari supuratif tonsilitis.11
Akumulasi nidus berlokasi diantara kapsul tonsil palatinus dan otot-otot
konstriktor pharynx. Pillar anterior dan posterior, torus tubarius (superior), dan
pyriform sinus (inferior) membentuk batas-batas potential peritonsillar space.11
III.5.1 ETIOLOGI
Mikroorganisme apapun yang menyebabkan tonsillitis akut dan kronis dapat
juga menjadi organisme kausatif PTA. Umumnya, organisme gram-positif aerob dan
anaerob yang dapat diidentifikasi dengan kultur. Pada pasien dengan PTA umumnya
ditemukan biakan (cultur) mikroorganisme group A beta-hemolytic streptococci.
Yang paling umum berikutnya adalah organisme jenis staphylococci, pneumococci,
dan Haemophilus. Selain itu, mikroorganisme lainnya yang dapat juga dibiakkantermasuk lactobacilli, berbagai bentuk filamentous seperti: Actinomyces species,
micrococci, Neisseria species, diphtheroids, Bacteroides species, dan bakteri
nonsporulating.11
III.5.2 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi PTA belum diketahui sepenuhnya. Namun, teori yang paling
banyak diterima adalah kemajuan (progression) episode tonsillitis eksudatif pertama
menjadi peritonsillitis dan kemudian terjadi pembentukan abses yang sebenarnya
(frank abscess formation).11
Selain itu, PTA terbukti dapat timbul de novo tanpa ada riwayat tonsilitis
kronis atau berulang (recurrent) sebelumnya. PTA dapat juga merupakan suatu
20
7/29/2019 Refrat Tonsil
21/37
gambaran (presentation) dari infeksi virus Epstein-Barr (yaitu: mononucleosis).11
III.5.3 GEJALA DAN TANDA11
Ada riwayat faringitis akut disertai tonsillitis dan rasa tidak nyaman pada
tenggorokan atau faring unilateral yang kian memburuk (worsening
unilateral pharyngeal discomfort).
Rasa tak enak badan (malaise).
Kelelahan (fatigue) atau merasa cepat lelah.
Sakit kepala atau pusing (headaches).
Demam (fever).
Bentuk batang leher tidak simetris (asymmetric throat fullness).
Dapat disertai nyeri saat menelan (odynophagia), sulit menelan
(dysphagia), dan a hot potatosounding voice.
Adanya trismus (terbatasnya kemampuan untuk membuka rongga mulut)
menunjukkan terjadi peradangan (inflammation) dinding faring lateral
dan pterygoid musculature.
Bila ada nyeri di leher (neck pain) dan atau terbatasnya gerakan leher(limitation in neck mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan
peradangan otot tengkuk (cervical muscle inflammation).
Banyak juga yang dalam keadaan ipsilateral menunjukkan gejala otalgia
with swallowing.
Kebanyakan penderita merasakan nyeri yang hebat (severe pain).
Pemeriksaan rongga mulut menunjukkan adanya warna kemerahan
(erythema), ketidaksimetrisan pada langit-langit lunak (asymmetry of the
soft palate), tonsillar exudation, dan anak lidah atau tekak (uvula) yang
mengalami contralateral displacement.
PTA biasanya unilateral dan terletak di superior pole dari tonsil yang
terkena (affected tonsil), di supratonsillar fossa. Mukosa di lipatan
21
7/29/2019 Refrat Tonsil
22/37
supratonsillar tampak pucat dan bahkan seperti bintil-bintil kecil (small
pimple).
Palpasi daerah soft palate seringkali menunjukkan seperti bergelombang
(area of fluctuance). Flexible nasopharyngoscopy dan laryngoscopy
direkomendasikan untuk penderita yang mengalami gangguan pernafasan
(airway distress).
III.5.4 PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis11
Pasien dengan dehidrasi memerlukan cairan intravena sampai
masalah peradangan (inflammation) terpecahkan, sehingga tubuh
pasien dapat memperoleh kembali intake cairan per oral yang cukup
(adequate oral fluid intake). Antipiretik dan analgesik dapat
digunakan untuk mengurangi kegelisahan atau ketidaknyamanan atau
meredakan demam.
Terapi antibiotik sebaiknya dimulai setelah biakan (culture)
diperoleh dari abses. Penggunaan penisilin intravena dosis tinggisecara empiris tetap merupakan pilihan yang baik untuk mengobati
PTA.
Sebagai alternatif, karena sifat polymicrobial dari nanah yang
dibiakkan (cultured pus), agent yang dapat mengobati atau
melenyapkan copathogen dan melawan beta-lactamase telah
direkomendasikan sebagai pilihan pertama.
Cephalexin atau cephalosporin lainnya (dengan atau tanpa
metronidazole) merupakan pilihan pertama yang terbaik (the best
initial option). Sebagai alternatifnya antara lain:
a) cefuroxime atau cefpodoxime (dengan atau tanpa
metronidazole),
22
7/29/2019 Refrat Tonsil
23/37
b) clindamycin,
c) trovafloxacin, atau
d) amoxicillin atau clavulanate.
Pasien dapat diberi resep antibiotik oral sekali oral intake
dapat ditoleransi tubuh dengan baik; durasi pengobatan sebaiknya
antara 7-10 hari. Penggunaan steroids masih kontroversial. Penelitian
terbaru yang dilakukan Ozbek mengungkapkan bahwa penambahan
dosis tunggal intravenous dexamethasone pada antibiotik parenteral
telah terbukti secara signifikan mengurangi waktu opname di rumah
sakit (hours hospitalized), nyeri tenggorokan (throat pain), demam,
dan trismus dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi
antibiotik parenteral
2. Terapi Bedah (Surgical Therapy)11
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai PTA sebaiknya
melibatkan seorang otolaryngologist atau ahli bedah (surgeon) yang
telah berpengalaman menangani kasus ini.Rujukan dini perlu
dipertimbangkan jika diagnosisnya tidak jelas dan tampak airwayobstruction pada pasien.
3. Insisi dan drainage 11
Intraoral incision dan drainage dilakukan dengan mengiris
mukosa overlying abses, biasanya diletakkan di lipatan supratonsillar.
Drainage atau aspirate yang sukses menyebabkan perbaikan segera
gejala-gejala pasien.
III.6 PROGNOSIS
Sebagian besar pasien yang diobati dengan antibiotik dan drainage yang
memadai di rongga abses mereka pulih dalam beberapa hari. Sejumlah kecil pasien
lainnya yang masih mendapat abses, memerlukan tonsillectomy.11
23
7/29/2019 Refrat Tonsil
24/37
BAB IVTONSILEKTOMI
IV.1 INDIKASI DAN KONTRAINDKASI
IV.1.1 INDIKASI
24
7/29/2019 Refrat Tonsil
25/37
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan kebanyakan
anak anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukurannya akan menurun sejalan
dengan perlambatan usia.12
Tonsilektomi dilakukan jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :12
a) Menderita tonsillitis berulang
b) Hipertrofi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi
c) Serangan otitis media purulens berulang
d) Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang terjadi
dalam kalbunya dengan pembesaran konal dan adenoid
e) Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa
f) Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3
kali, hyperplasi setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam
rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotik.
g) Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau
dengan anestesi lokal, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.
Saat ini indikasi tonsilektomi masih beragam. Di abad ke 20 tonsilektomidilakukan karena tonsil merupakan fokus infeksi untuk penyakit sistemik seperti
reumatisme. Menurut Ballenger (1997), tidak ada rumusan baku untuk indikasi
tonsilektomi. Grey (1994) dan Simpson (1967) membagi indikasi tonsilektomi
menjadi indikasi local, fokal, dan umum, sedangkan Boies (1997) atas indikasi relatif
dan indikasi absolut. Royal College Paediatric Child Health / RCPCH (2000) dan
Scottish Intercollegiate Guideline Network / SIGN (2001), tidak membagi indikasi
tonsilektomi menjadi indikasi relatif dan indikasi absolut.4
Antoni W (2002) menyatakan bahwa Kriteria pasien dirujuk untuk
tonsilektomi adalah :4
a) Ada riwayat abses peritonsiler,
b) Ada riwayat obstruki akibat hipertrofi tonsil,
25
7/29/2019 Refrat Tonsil
26/37
c) Ada riwayat empat atau lebih episode faringitis streptokokal yang telah
dikonfirmasi laboratorium dalam 1 tahun atau sakit tenggorokan kronik
dengan adenopati yang tidak responsif terhadap terapi selama 6 bulan
atau lebih,
d) Ada episode sakit tenggorokan yang menggangu fungsi normal.
Rekomendasi kriteria rujukan indiksai tonsilektomi pada tonsillitis dari
Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN) adalah adanya semua kriteria
berikut:4
a) Sakit tenggorokan disebabkan tonsilitis,
b) Lima atau lebih episode sakit tenggorokan tiap tahun,
c) Gejala sekurangnya 1 tahun,
d) Episode sakit tenggorokan menganggu dan membatasi fungsi normal.
Indikasi yang menjadi perdebatan adalah definisi tonsillitis kronis dan
tonsilitis rekuren, di samping itu sampai sekarang belum ada definisi praktis tonsilitis
yang jelas dan diterima secara luas. Hal ini menyulitkan penelitian mengenai
tonsilitis. Paradise et al. (2003) mendefinisikan secara klinis sebagai :4
a) Sakit tenggorok dengan suhu oral 28,3
0
Cb) Eksudat tonsil atau faring,
c) Pembesaran > 2 cm atau nyeri tekan pada Limfadenopati servikal dan
d) Swab tenggorok menunjukkan Streptokokus hemolitikus grup A
(SBHGA).
Capper dan Canter menyatakan bahwa kesepakatan gambaran diagnostik
tonsilitis dan indikasi tonsilektomi sangat rendah. Indikasi yang paling banyak dianut
adalah tonsilitis rekuran dan obstruksi traktus aerodigestif. Perbedaan definisi antara
peneliti menyebabkan banyak penlitian sulit dibandingkan.4
Simpson et al. (1967) dan Gray (1992) membedakan indikasi tonsilektomi
dalam indikasi lokal, fokal dan general (umum).4
a) Yang termasuk indikasi lokal :
26
7/29/2019 Refrat Tonsil
27/37
1. Abses peritonsil,
2. Tonsillitis rekuren,
3. Tonsilitis kronis,
4. Tonsil sebagai karier Streptococcus Beta Hemolyticus Group A
(SBGA),
5. Hipertrofi tonsil sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas dan
saluran makanan yang gagal diatasi secara konservatif,
6. Untuk pengambilan procesus styloideus pada neuralgia,
7. Kecurigaan keganasan jika biopasi tidak cukup.
b) Yang termasuk inidkasi fokal adalah:
1. Adenitis servikal menetap,
2. Infeksi saluran napas atas berulang,
3. Rematik akut berulang yang dihubungkan dengan tonsilitis,
4. Glomerulonefritis akut yang dihubungkan dengan tonsilitis,
5. Radang dan infeksi, konjungtiva, sendi dan fascia yang dihubungkan
dengan tonsilltis.
c) Yang termasuk indikasi umum adalah: berat badan tidak bertambah,malaise.
Indikasi tonsilektomi menurut Adam (1996) dibagi atas indikasi absolut dan
indikasi relatif.4
a) Indikasi absolut adalah:
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas kronis,
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindrom apnea waktu tidur,
3. Hipertrofi berlebihan menyebabkan disfagi dan penurunan berat
badan,
4. Biopsy eksisi kecurigaan keganasan,
5. Abses peritonsil berulang atau abses yang meluas ke jaringan
sekitarnya.
27
7/29/2019 Refrat Tonsil
28/37
b) selain itu ada indikasi relatif yang masih dapat diterima yaitu:
1. Serangan tonsilitis berulang yang tercatat, tonsilitis terkait
streptokokus menetap dan patogenik (keadaan karier),
2. Hipertrofi tonsil dengan obstruksi fungsional,
3. Riwayat demam rematik,
4. Radang tonsil kronis tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.
Rekomendasi indikasi tonsilektomi dari Scottish Intercollegiate Guidelines
Network (SIGN) adalah pasien yang memenuhi semua criteria berikut :4
a) Sakit tenggorokan disebabkan tonsilitis,
b) Lima atau lebih episode sakit tenggorok tiap tahun,
c) Gejala sekurangnya 1 tahun,
d) Episode sakit tenggorokan mengganggu dan membatasi fungsi normal.
Pasien jarang dirujuk ke spesialis dalam kondisi akut, oleh sebab itu pisode
sakit dan disability pasien harus dikonfirmasi. Dianjurkan periode 6 bulan
pengamatan untuk menentukan pola gejala sakit tenggorokan dan memberi
kesempatan pasien mempertimbangkan secara penuh implikasi operasi. Saaat
keputusan tonsilektomi diambil, seharusnya segera dilakukan saat keuntunganmaksimal sebelum penyembuhan alami terjadi.4
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini.
Dulu tonsilektomi di indikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini
indikasi utama adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil. Berdasarkan the
American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun
1995 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi : 5,13
a) Indikasi absolut :
1. Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas
atas,disfagia berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi
kardiopulmonal.
28
7/29/2019 Refrat Tonsil
29/37
2. Abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan
drainase, kecuali jika dilakukan fase akut.
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi
b) Indikasi relatif :
1. Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak
diberikan pengobatan medik yang adekuat.
2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap
pengobatan medik.
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap
-laktamase.
IV.1.2 KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi :5,8
a) Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang.
b) Infeksi sistemik atau kronis.c) Demam yang tidak diketahui penyebabnya.
d) Pembesaran tonsil tanpa gejala gejala obstruksi.
e) Rhinitis alergika.
f) Asma.
g) Diskrasia darah.
h) Ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh.
i) Tonus otot yang lemah.
j) Sinusitis.
IV.2 TEKNIK OPERASI
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang
29
7/29/2019 Refrat Tonsil
30/37
masih menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam. Pemilihan
jenis teknik operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan
perioperatif dan pasca operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilektomi
dan peralatan baaru ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar. Di Indonesia
teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik Guillotine dan
diseksi.5
Macam macam teknik operasi tonsilektomi :5
a) Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untu mengangkat tonsil secara
cepat dan praktis. Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan
untuk melepas tonsil beserta kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat
sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya terangkat atau timbul perdarahan
yang hebat.
b) Teknik Diseksi
Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi.
Metode pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukandalam anestesi. Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan
ditarik kearah medial, sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang.
Dengan menggunakan sickle knife dilakukan pemotongan mukosa dari
pilar tersebut.
c) Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil
disertai kauterisasi untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik
transfer energi berupa radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan efek
pada jaringan. Frekuensi radio yang digunakan dalam spektrum
elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz. Penggunaan gelombang
pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi saraf atau
30
7/29/2019 Refrat Tonsil
31/37
jantung.
d) Radiofrekuensi
Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung
kejaringan. Densitas baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk
membuka kerusakan bagian jaringan melalui pembentukan panas. Selama
periode 4 6 minggu, daerah jaringan yang rusak mengecil dan total
volume jaringan berkurang.
e) Skapel harmonik
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk
memotong dan mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan
minimal.
f) Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang
untuk karena dapat memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang
terionisasi untuk mengikis jaringan. Mekanisme kerja dari coblation ini
adalah menggunakan energi dari radiofrekuensi bipolar untuk mengubah
sodium sebagai media perantara yang akan membentuk kelompok plasmadan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma tersebut akan
mengandung suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma
dengan partikel yang terionisasi yang akan memecah ikatan molekul
jaringan tonsil. Selain memecah ikatan molekuler pada jaringan juga
menyebabkan disintegrasi molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%,
sehingga dapat meminimalkan kerusakan jaringan sekitar.
g) Intracapsular partial tonsillectomy
Intracapsular tonsilektomi merupakan tensilektomi parsial yang
dilakukan dengan menggunakan microdebrider endoskopi.
Microdebrider endoskopi bukan merupakan peralatan ideal untuk
tindakan tonsilektomi, namun tidak ada alat lain yang dapat menyamai
31
7/29/2019 Refrat Tonsil
32/37
ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan jaringan tonsil
tanpa melukai kapsulnya.
h) Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP
(Potassium Titanyl Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat
jaringan tonsil. Tehnik ini mengurangi volume tonsil dan menghilangkan
recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi kronik dan rekuren.
IV.3 KOMPLIKASI TONSILEKTOMI
Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi
lokal maupun umum, sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan
komplikasi tindakan bedah dan anestesi.5
a) Komplikasi anestesi
Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien.
Komplikasi yang dapat ditemukan berupa :
Laringosspasme
Gelisah pasca operasi Mual muntah
Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan
henti jantung
Hipersensitif terhadap obat anestesi.
b) Komplikasi Bedah
Perdarahan
Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus).
Perdarahan dapat terjadi selama operasi,segera sesudah operasi atau
dirumah. Kematian akibat perdarahan terjadi pada 1:35. 000 pasien.
sebanyak 1 dari 100 pasien kembali karena perdarahan dan dalam
32
7/29/2019 Refrat Tonsil
33/37
jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.
Nyeri.
BAB V
KESIMPULAN
Amandel yang lebih dikenal oleh masyarakat awam, nama sebenarnya adalah
Tonsil yaitu Kelenjar Getah bening yang berada di kanan dan kiri tenggorokan.
Peradangan akibat infeksi kuman, disebut dengan Tonsillitis. Tonsil berperan
sebagai sistem kekebalan tubuh (sistem Imunitas), yaitu sistem yang melindungi
33
7/29/2019 Refrat Tonsil
34/37
tubuh dari serangan infeksi kuman, terutama terhadap infeksi tenggorokan, serta
infeksi lainnya yang menyerang saluran pernapasan atas. Perjalanan pertumbuhan
Tonsil, sesuai dengan pertumbuhan anak, sampai masa pubertas atau akil balik, yang
mana akan mencapai besar yang maksimal, kemudian perlahan lahan mengecil terus,
sampai tidak nampak lagi. terkadang besar maksimal dapat dicapai semasa masih
kanak- kanak.
Pada tonsilitis atau radang amandel dijumpai abscess atau kantung nanah,
yang terbentuk di sekitar tonsil atau amandel (dikenal sebagai quinsy). Ketika tonsil
semakin membesar sehingga suara anak berubah, yaitu yang disebut dengan istilah
suara "hot potato", itulah yang menjadi salah satu tanda bahwa tonsil harus diangkat
atau dibuang.
Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi belum ada.
Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama 5 tahun terakhir (1999-2003)
menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi. Sedangkan
data dari rumah sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir (2002-2004) menunjukkan
kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi.
Tonsil palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilarisdi kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin waldeyer.
Tonsil palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain.
Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu
menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; dan sebagai organ
utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
Secara sistematik proses imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian
yaitu: Respon imun tahap I ; Respon imun tahap II ; dan Migrasi limfosit.
Etiologi pada Tonsilitis akut lebih disebabkan oleh kuman grup A
Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan
34
http://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/08/tonsilitis-atau-radang-amandel.htmlhttp://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/08/tonsilitis-atau-radang-amandel.html7/29/2019 Refrat Tonsil
35/37
Streptokokus piogenes. Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Pada
tonsillitis membranosa beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri (oleh
Corynebacterium diphteriae), Tonsilitis septic (oleh Streptokokus hemolitikus),
Angina Plaut Vincent karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta
kuman spirilum dan basil fusi form. Pada tonsillitis kronis bakteri penyebabnya
sama halnya dengan tonsillitis akut , namun terkadang bakteri berubah menjadi
bakteri golongan Gram negatif.
Gejala dan tanda, penderita mengaluh sakit tenggorokan, disfagia, penderita
menolak untuk minum atau makan melalui mulut. suhu tinggi, napasnya bau. Tonsila
membesar dan meradang. Tonsila biasanya bercak-bercak dan kadang diliputi oleh
eksudat. rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi, dan
gusi berdarah. Patofisiologi dari Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet.
Dalam penatalaksanaannya sebaiknya tirah baring, obat kumur, dan antibiotik
jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang akan berperan dalam
proses penyembuhan. Antibiotik oral perlu dimakan selama setidaknya 10 hari.
Antibiotika spektrum lebar penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur yang
mengandung desinfektan, serta tindakan operasi. Tonsilektomi biasanya dilakukanpada anak-anak jika anak mengalami tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam
setahun, anak mengalami tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, amandel
membengkak dan berakibat sulit bernafas, adanya abses. Pada tonsillitis membranosa
sebaiknya diberikan segera Anti Difteri Serum (ADS) tanpa menunggu hasil kultur
dengan dosis 20.000 100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit, dan
kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan per hari.
Pengobatan pasti untuk tonsillitis kronis adalah pembedahan pengangkatan
tonsil. tindakann ini dilakukan pada kasus kasus di mana penatalaksanaan medis
atau yang lebih konservatif gagal untuk meringankan gejala gejala.
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan
sehari hari, dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi
35
7/29/2019 Refrat Tonsil
36/37
atau oral. Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronis
atau berulang.
Sebagian besar pasien yang diobati dengan antibiotik dan drainage yang
memadai di rongga abses mereka pulih dalam beberapa hari. Sejumlah kecil pasien
lainnya yang masih mendapat abses, memerlukan tonsillectomy.
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan kebanyakan
anak anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukurannya akan menurun sejalan
dengan perlambatan usia. Tonsilektomi dilakukan jika pasien mempunyai masalah-
masalah berikut dimana menderita tonsillitis berulang, hipertrofi tonsil dan adenoid
yang dapat menyebabkan obstruksi, serangan otitis media purulens berulang, diduga
kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang terjadi dalam kalbunya
dengan pembesaran konal dan adenoid, kecurigaan keganasan tonsil pada orang
dewasa muda dan dewasa, indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang
kambuh lebih dari 3 kali, hyperplasi setelah infeksi mononukleus dan riwayat
demam rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotik, tonsilektomi pada orang dewasa dapatdikerjakan dalam narkose atau dengan anestesi lokal, pada anak biasanya dilakukan
dalam narkose.
Kontraindikasi pada tonsilektomi yaitu infeksi pernapasan bagian atas yang
berulang, infeksi sistemik atau kronis, demam yang tidak diketahui penyebabnya,
pembesaran tonsil tanpa gejala gejala obstruksi, rhinitis alergika, asma, diskrasia
darah, ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh, tonus otot yang
lemah, sinusitis.
Teknik operasi (tonsilektomi) yang optimal dengan morbiditas yang rendah
sampai sekarang masih menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per
sekundam. Pemilihan jenis teknik operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri,
36
7/29/2019 Refrat Tonsil
37/37
perdarahan perioperatif dan pasca operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik
tonsilektomi dan peralatan baaru ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik
Guillotine dan diseksi.