37
REFERAT THT TUMOR TONSIL DISUSUN OLEH : Cindikia Ayu S. 1102011065 PRESEPTOR dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, Sp. THT-KL dr. Elananda Mahendrajaya, Sp.THT-KL

tumor tonsil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tht

Citation preview

Page 1: tumor tonsil

REFERAT THT

TUMOR TONSIL

DISUSUN OLEH :

Cindikia Ayu S.

1102011065

PRESEPTOR

dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, Sp. THT-KL

dr. Elananda Mahendrajaya, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

RSU Dr. SLAMET GARUT

Page 2: tumor tonsil

PERIODE 20 JULI 2015 – 21 AGUSTUS 2015

1

Page 3: tumor tonsil

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul

“TUMOR TONSIL” yang disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan di bagian THT

RSU dr. Slamet Garut.

Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, SpTHT-KL selaku kepala SMF dan konsulen THT RSU dr.

Slamet Garut yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu kepada penyusun.

2. dr. Elananda Mahendrajaya, SpTHT-KL selaku Konsulen THT RSU dr. Slamet Garut yang

telah banyak membimbing dan memberikan ilmu kepada penyusun.

3. dr. Aroyan, SpTHT dosen Ilmu Kedokteran THT FK Universitas YARSI yang telah memberi

bimbingan serta pengajaran kepada penyusun selama ini.

4. Para perawat di poliklinik THT yang telah banyak membantu penyusun dalam kegiatan klinik

sehari-hari.

5. Orang tua dan keluarga yang tidak pernah berhenti memberi kasih sayang, mendoakan dan

memberi dukungan kepada penyusun.

6. Teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan inspirasi dan dukungannya.

Penyusun menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan

kritik serta saran.Semoga dengan adanya referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi

semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Garut, 11 Agustus 2015

Penulis

2

Page 4: tumor tonsil

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................…........................................................................1

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................3

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL......................................................................................4

1 Anatomi..........................................................................................................................................4

2 Fisiologi.........................................................................................................................................8

BAB III TUMOR TONSIL ......................................................................................................................10

1 Definisi.........................................................................................................................................10

2 Etiologi ........................................................................................................................................11

3 Klasifikasi ..................................................................................................................................12

4 Patofisiologi ...............................................................................................................................16

5 Manifestasi Klinis .......................................................................................................................18

6 Diagnosis .....................................................................................................................................18

7 Tatalaksana .................................................................................................................................19

8 Prognosis......................................................................................................................................21

BAB IV KESIMPULAN ...........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................23

3

Page 5: tumor tonsil

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai

faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali

normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan

tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk

berbagai tumor ganas dan leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.

Tumor ganas tonsil merupakan tumor ganas di saluran napas bagian atas yang umumnya

berasal dari epitel dan jaringan limfoir. Bentuk karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan

yang terbanyak 70%, sedangkan limfoma malignum 25% dan kelenjar liur 5%.

Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi,

anatomi fisiologi, etiologi, pemeriksaan, dan penanganan pada tumor tonsil.

4

Page 6: tumor tonsil

BAB II

ANATOMI TONSIL

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer

merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina,

tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).

A) Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada

kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot

palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil

mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi

seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil

terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

5

Page 7: tumor tonsil

Lateral – muskulus konstriktor faring superior

Anterior – muskulus palatoglosus

Posterior – muskulus palatofaringeus

Superior – palatum mole

Inferior – tonsil lingual (Wanri A, 2007)

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau

kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang

kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik

difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di

seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya

memperlihatkan pusat germinal (Anggraini D, 2001).

Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus,

batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot

konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008).

Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus

ke IX yaitu nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu:

1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina

asenden;

2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;

3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;

4) arteri faringeal asenden.

Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian

posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri

tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina

desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring.

Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal

(Wiatrak BJ, 2005).

6

Page 8: tumor tonsil

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda

(deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke

kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah

bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada (Wanri A, 2007).

Persarafan

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus

glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk

kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi

adalah sel plasma yang matang. (Wiatrak BJ, 2005)

Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen

komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. (Eibling DE, 2003)

Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular,

area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid

(Wiatrak BJ, 2005).

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi

limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:

1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;

2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik

(Hermani B, 2004).

B) Tonsil Faringeal (Adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama

dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu

segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun

mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.

Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan

adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat

meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada

7

Page 9: tumor tonsil

masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7

tahun kemudian akan mengalami regresi. (Hermani B, 2004)

C) Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada

apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).

8

Page 10: tumor tonsil

FISIOLOGI TONSIL

Tonsil mempunyai peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi

mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa parenkim tonsil mampu menghasilkan antibodi. Tonsil

memegang peranan dalam menghasilkan Ig-A, yang menyebabkan jaringan lokal resisten

terhadap organisme patogen.

Sewaktu baru lahir, tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum germinativum,

biasanya ukurannya kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran

tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa anak-anak dianggap normal dan dapat

dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu pubertas atau sbelum masa pubertas,

terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi.

Terdapat dua mekanisme pertahanan, yaitu spesifik dan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Non-Spesifik

Mekanisme pertahanan spesifik berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk

menghancurkan mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini sangat tipis,

sehingga menjadi tempat yang lemah dalam pertahanan dari masuknya kuman ke dalam jaringan

tonsil. Jika kuman dapat masuk ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini dapat ditangkap oleh

sel fagosit. Sebelumnya kuman akan mengalami opsonisasi sehingga menimbulkan kepekaan

bakteri terhadap fagosit.

Setelah terjadi proses opsonisasi maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri dan

memakannya dengan cara memasukkannya dalam suatu kantong yang disebut fagosom. Proses

selanjutnya adalah digesti dan mematikan bakteri. Mekanismenya belum diketahui pasti, tetapi

diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang diperlukan untuk pembentukan superoksidase

yang akan membentuk H2O2, yang bersifat bakterisidal. H2O2 yang terbentuk akan masuk ke

dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian membunuh bakteri dengan proses

oksidasi.

Di dalam sel fagosit terdapat granula lisosom. Bila fagosit kontak dengan bakteri maka membran

lisosom akan mengalami ruptur dan enzim hidrolitiknya mengalir dalam fagosom membentuk

rongga digestif, yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri dengan proses digestif.

9

Page 11: tumor tonsil

Mekanisme Pertahanan Spesifik

Merupakan mekanisme pertahanan yang terpenting dalam pertahanan tubuh terhadap udara

pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi Ig-A yang

akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping itu tonsil

dan adenoid juga dapat menghasilkan Ig-E yang berfungsi untuk mengikat sel basofil dan sel

mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu

histamin.

Bila ada alergen maka alergen itu akan bereaksi dengan Ig-E, sehingga permukaan sel

membrannya akan terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses ini menyebabkan

keluarnya histamin, sehingga timbul reaksi hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis,

urtikaria, dan angioedema.

Dengan teknik immunoperoksidase, dapat diketahui bahwa Ig-E dihasilkan dari plasma sel,

terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil.

Mekanisme kerja Ig-A adalah mencegah substansi masuk ke dalam proses immunologi, sehingga

dalam proses netralisasi dari infeksi virus, Ig-A mencegah terjadinya penyakit autoimun. Oleh

karena itu Ig-A merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk menghambat

proses bakteriolisis.

10

Page 12: tumor tonsil

BAB III

TUMOR TONSIL

1. Definisi Tumor Tonsil

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai

faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali

normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan

tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk

berbagai tumor ganas dan leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.

Tumor adalah kata yang biasa digunakan, tetapi non-spesifik, istilah untuk neoplasma. Kata

tumor hanya mengacu pada sebuah massa. Ini adalah istilah umum yang mengacu jinak

(umumnya tidak berbahaya) atau ganas.

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa

(solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan

tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini timbul

sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel yang

tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan genetik

yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel. Beberapa

mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi

tersebut disebabkan agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen. Mutasi

dapat terjadi secara spontan (diperoleh) maupun diwariskan.

Tumor adalah massa abnormal jaringan. Tumor adalah tanda klasik dari peradangan, bisa

jinak atau ganas (kanker). Diagnosis tergantung pada jenis dan lokasi tumor. Tes penanda tumor

dan pencitraan dapat digunakan; beberapa tumor dapat dilihat (misalnya, tumor pada bagian luar

kulit) atau merasa (teraba dengan tangan).

Tumor ganas tonsil merupakan tumor ganas di saluran napas bagian atas yang umumnya

berasal dari epitel dan jaringan limfoir. Secara histopatologi terdapat tiga bentuk keganasan

tonsil yang dapat dikenali:

1. Karsinoma sel skuamosa

2. Limfoma malignum

11

Page 13: tumor tonsil

3. Tumor kelenjar liur yang berasal dari kelenjar liur mino di palatum mole, uvula, atau kapsul

tonsil.

Bentuk karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan yang terbanyak 70%, sedangkan

limfoma malignum 25% dan kelenjar liur 5%.

2. Etiologi Tumor Tonsil

Menurut National Cancer Institute, faktor risiko karsinoma sel skuamosa termasuk merokok

dan penyalahgunaan etanol. Baru ± baru ini ada indikasi bahwa etiologi virus juga harus

dipertimbangkan. Meskipun virus Epstein Barr (EBV) merupakan pertimbangan utama pada

karsinoma nasofaring,

Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti sebagai ancaman.

Beberapa studi telah mengidentifikasi indikasi kehadiran HPV pada sekitar 60% dari

karsinoma tonsil.Bila tonsil termasuk dalam studi wilayah orofaring, maka faktor risiko meliputi:

- Diet rendah buah dan sayuran

- Infeksi HPV

- Merokok 

- Alkohol

HPV adalah virus DNA rantai ganda yang menginfeksi sel ± sel basal epitel dan

dapatditemukan sampai dengan 36% dari karsinoma sel skuamosa orofaring.Meskipun lebih dari

100strain yang telah diisolasi, HPV tipe 16 dan 18 paling sering dikaitkan dengan kanker. Kode

genom virus untuk. Oncoproteins E6 dan E7, yang telah meningkatkan aktivitas di strain

yang bersifat onkogenik. Oncoprotein E6 menyebabkan degradasi tumor suppressor p53.

Oncoprotein E7 merupakan tumor suppressor retinoblastoma (Rb). Hilangnya pRB menyebakan

akumulasi p16, yang biasanya akan menghambat perkembangan siklus sel melaluisiklin D1 dan

CDK4 / CDK6. Karena akumulasi ini, p16 dapat digunakan sebagai penanda aktivitas HPV.

Faktor risiko dalam meningkatkan jenis kanker ini adalah merokok dan sering minum

minuman alkohol. Jika merokok dan minum alkohol dilakukan sering dan bersamaan, maka akan

meningkat risiko yang lebih jauh.

Kanker tonsil telah dikaitkan oleh human papilloma virus (HPV). Ada beberapa jenis HPV.

Beberapa penyebab kutil pada daerah genitalia atau kulit. Jenis lain meningkatkan risiko

beberapa jenis kanker termasuk kanker serviks, vagina, vulva, penis dan anus. Para peneliti telah

12

Page 14: tumor tonsil

menemukan bahwa jenis HPV yang meningkatkan risiko kanker tersebut juga meningkatkan

risiko kanker orofaring termasuk kanker tonsil. Jenis HPV disebut HPV16.

Para peneliti mencari bagaimana HPV mulut ditularkan. Ada beberapa bukti yang

menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui kontak seksual melalui seks oral tetapi juga dapat

ditularkan melalui kontak mulut ke mulut atau dengan cara lain.

3. Klasifikasi Tumor Tonsil

a. Tumor Tonsil Jinak

1) Kista Tonsil

Kista epitel tonsil merupakan jenis yang cukup sering. Permukaannya berkilau, halus, dan

berwarna putih atau kekuningan. Kista ini tidak memberikan gejala apapun, akan tetapi kista

yang lebih besar akan menyebabkan suatu benjolan di tenggorokan dan mungkin perlu di

operasi.

Gambar 8. Kista Tonsil

2) Papiloma Tonsil

Papilloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula, tonsil atau pilar. Tampak

massa bergranular yang timbul dari pilar anterior pada bagian posteriornya.

13

Page 15: tumor tonsil

Gambar 9. Papilloma Tonsil

3) Polip Tonsil

Massa tonsil tersebut menunjukkan gambaran polip pada pemeriksaan histologi.

Gambar 10. Polip Tonsil

14

Page 16: tumor tonsil

b. Tumor Tonsil Ganas

1) Karsinoma Sel Skuamosa Tonsil

Karsinoma sel skuamosa tonsil menunjukkan pembesaran dan ulserasi dari tonsil, tapi bisa juga

tidak selalu disertai dengan ulserasi. Tampilannya hampir sama dengan limfoma dan hanya dapat

dibedakan dengan pemeriksaan histologis. Sekitar 90% kanker tonsil adalah karsinoma sel

skuamosa. Tumor ini relatif sering terjadi terutama pada usia 50 dan 70. Perbandingan laki – laki

dan perempuan adalah 3 – 4 : 1 dan sering dikaitkan dengan perokok dan peminum alcohol. 60%

pasien datang dengan metastase ke serviks bilateral sebanyak 15%, sedangkan metastase jauh

ditemukan sekitar 7%.

Sub bagian Onkologi THT FKUI RSCM penentuan stadium dan pengobatan tumor ganas tonsil

merujuk berdasarkan guidelines yang dikeluarkan National Comprehensive Cancer Network

(NCCN) tahun 2011:

T (tumor primer)

To

Tis

T1

T2

Tidak jelas ada tumor primer

Karsinoma in situ

Tumor dengan garis tengah terbesar 2 cm atau

kurang

Tumor dengan garis tengah terbesar 2-4 cm

15

Page 17: tumor tonsil

T3

T4a

T4b

Tumor dengan garis tengah terbesar lebih dari

4 cm

Tumor telah menginvasi laring, otot lidah,

pterigoid medial, palatum durum atau tulang

mandibular

Tumor telah menginvasi otot pterigoid lateral,

tulang pterigoid, lateral nasofaring, dasar

tengkorak atau arteri karotis

N (kelenjar limfa regional)

Nx

No

N1

N2a

N2b

N3

Tidak menemukan metastasi kelenjar limfe

regional

Tidak ada metastasis kelenjar lemfe regional

Metastasis regional dengan diameter terbesar

kurang dari 3 cm

Metastasis single ipsilateral dengan diameter

terbesar 3 cm tapi kurang 6 cm

Metastasis ipsilateral dengan dimensi terbesar

kelenjar getah bening kurang dari 6 cm

Metastasis kelenjar regional dengan diameter

terbesar kelenjar getah bening lebih dari 6 cm

M (metastasis jauh)

Mx

Mo

M1

Tidak ditemukan metastasis jauh

Tidak ada metastasis jauh

Terdapat metastasis jauh

16

Page 18: tumor tonsil

4. Patofisiologi Tumor Tonsil

Karsinogenesis adalah proses pembentukan neoplasma atau tumor ganas danterjadinya

melalui tiga tahap:

1. Inisiasi kanker

Tahap ini menggambarkan perubahan genetik dalam sebuah sel somatik normal tunggal via

mutasi dan masuk ke dalam jalur/mekanisme perkembangan abnormal yang berpotensi

neoplastik. Sel target proses ini umumnya mempunyai karakteristik sel seperti sel stem dan

terjadi dalam waktu singkat. Sel terinisiasi antara lain karena mutasi titik pada DNA atau

kerusakan yang lebih besar pada kromosom seperti delesi, duplikasi, translokasi atau aneuploidi. 

Pada tahap inisiasi sudah terjadi perubahan permanen di dalam genom sel akibat kerusakan DNA

yang berakhir pada mutagenesis. Sel yang telah berubah ini tumbuh lebih cepat dibandingkan

dengan sel normal di sekitarnya. Pada tahap ini proses mutasi akan mengaktivasi atau

menghambat proto-onkogen. Yang mengubah fungsi proto-onkogen dan tumor suppressor gene

antara lain adalah karsinogen yang mengubah struktur DNA, radiasi yang memicu pembentukan

spesies kimia reaktif dan radikal bebas, dan virus. Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai

beberapa hari.

2. Tahap Promosi Kanker 

Promosi kanker yang merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi membentuk klon

melalui pembelahan; berinteraksi melalui komunikasi sel ke sel; stimulasimitogenik, faktor

diferensiasi sel, dan proses mutasi dan non mutasi (epigenetik) yang semuanya mungkin

berperan dalam tahap awal pertumbuhan pra-neoplastik. Pada tahap ini sel mengalami sejumlah

perubahan tambahan dalam genom yang berpotensi mengakselerasi ketidakstabilan genom sel.

Promosi membutuhkan waktu beberapa tahun. 

Tahap promosi berlangsung lama bisa lebih dari sepuluh tahun. Suatu proses panjang yang

disebabkan oleh kerusakan yang melekat dalam materi genetik di dalam sel. Melalui mekanisme

epigenetik akan terjadi ekspansi sel-sel rusak membentuk premalignansi dari populasi

multiseluler tumor yang melakukan proliferasi. Senyawa-senyawa yang merangsang pembelahan

sel disebut promotor atau epigenetic karsinogen.

17

Page 19: tumor tonsil

3. Tahap Progresi Kanker 

Tahap ini diawali dari transformasi malignansi yang menggambarkan perubahan genomik yang

cepat dimana populasi klonal sel yang berevolusi akan mengarah pada perkembangan

malignansi/keganasan jika tidak dihambat oleh lingkungan mikro dalam sel. Progresi malignansi

sebagai fase karsinogenik dengan perbanyakan sel yang telah mengalami transformasi yang

relatif tertunda sampai mengalami peningkatan keganasan dan mampu untuk bermigrasi ke

jaringan normal di sekitarnya dan yang lebih jauh (metastasis). Kanker yang dapat dideteksi

secara klinis membutuhkan waktu beberapa tahun bergantung pada perkembangan vaskularisasi

kanker, proses inflamasi dan interaksi dengan lingkungan mikro dan komunitas seluler di sekitar

sel transforman berada. Progresi adalah tahap karsinogenesis yang paling dekat dengan data

klinis. 

Pada tahap perkembangan (progression), terjadi insta-bilitas genetik yang menyebabkan

perubahan-perubahan mutagenik dan epigenetik. Proses ini akan menghasilkan klon baru sel-sel

tumor yang memiliki aktivitas proliferasi, bersifat invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya

meningkat. Selama tahapan ini, sel-sel maligna berkembang biak menyerbu jaringan sekitar,

menyebar ke tempat lain. Jika tidak ada yang menghalangi pertumbuhannya, akan terbentuk

dalam jumlah yang cukup besar untuk mempengaruhi fungsi tubuh, dan gejala-

gejala kanker muncul. Tahap terakhir ini berlangsung selama lebih dari satu tahun, sehingga

seluruh karsinogenesis dapat berlangsung selama dua puluh tahun. 

18

Page 20: tumor tonsil

5. Manifestasi Klinis Tumor Tonsil

Pasien dengan karsinoma tonsil mungkin tampak dengan massa pada leher. Hal ini karena

karsinoma muncul jauh di dalam kriptus. Sebuah karsinoma sel skuamosa mungkin berasal dari 1

atau lebih lokasi dari tonsil itu sendiri. Selain itu tonsil juga dapat membesar dan menonjol ke

dalam rongga mulut yang menjadikan tanda pada penderita. Tonsil kaya akan kelenjar limfoid

berlimpah yang membantu akses neoplasma dan bermetastase ke kelenjar leher. Semua faktor itu

menjelaskan mengapa pasien datang dengan massa leher.

Pembesaran kelenjar getah bening dengan tumor primer yang tersembunyi harus segera

diperiksa lebih lanjut pada tonsilnya. Karsinoma sel skuamosa primer tersembunyi yang

bermanifestasi sebagai limfadenopati leher adalah masalah umum yang dihadapi oleh ahli THT.

Sakit tenggorokan, sakit telinga, sensasi benda asing di tenggorokan dan perdarahan

semuanya mungkin terjadi. trismus adalah sebuah tanda yang mengindikasikan keterlibatan

parafaring. Jika massa leher tidak jelas pada pemeriksaan biasa, palpasi mungkin diarahkan ke

bagian belakang yang dapat menunjukkan adanya limfadenopati servikal.

Jika tumor telah melibatkan dasar lidah, kelenjar kontra lateral mungkin sudah terlibat.

Tumor tonsil primer dapat tumbuh sepenuhnya di bawah permukaan. Oleh karena itu, dokter

harus dapat melihat apapun yang mencurigakan atau mungkin hanya melihat sedikit peningkatan

ukuran tonsil .

Tanda dan gejala berupa penurunan berat badan dan kelelahan bukan merupakan hal yang

umum pada tumor ini.

6. Diagnosis Tumor Tonsil

Diagnosis keganasan tonsil dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinik

serta makroskopik dan perabaan. Pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan CT Scan atau MRI

dan biopsy jaringan tumor. Diagnosis pasti dibuat berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi

dari hasil biopsy jaringan tonsil. Biopsy dapat dilakukan dengan cara eksisional biopsy.

Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk melihat perluasan tumor ke jaringan tulang dan adanya

destruksi tulang disamping untuk melihat adanya metastasis ke kelenjar getah bening servikal

sedangkan pemeriksaan magnetic resonansi imaging (MRI) lebih superior melihat perluasan

tumor ke jaringan lunak sekitarnya.

19

Page 21: tumor tonsil

7. Tatalaksana Tumor Tonsil

Dokter anda akan menawarkan terapi ini untuk kanker orofaringeal:

1. Pembedahan

2. Radioterapi

3. Kemoterapi

Anda akan mendapatkan pembedahan atau radioterapi untuk tatalaksana kanker tonsil awal.

Yang berarti tumor tonsil yang masih terisi oleh tonsil. Jika kanker yang lebih besar, telah

berkembang pada seluruh tonsil, atau telah berkembang keluar dari tonsil, disarankan untuk

pembedahan yang diikuti oleh radioterapi. Kanker tonsil stadium lanjut yang berkembang lebih

besar dari tonsil perlu untuk dikecilkan terlebih dahulu sebelum diambil. Kemoterapi atau

radioterapi atau keduanya dapat mengecilkan kanker tersebut. Inilah disebut sebagai down

staging. Jika penyusutan telah dilakukan, maka kanker tersebut bisa diambil dengan

pembedahan.

Kanker pada stadium lanjut menyebabkan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan

menelan maka diperlukan radioterapi atau kemoterapi atau keduanya untuk membantu kontrol

gejala tersebut.

Adapula pengobatan lainnya yang masih diselidiki, yaitu photodynamic therapy (PDT).

Terapi Photodynamic (PDT) adalah pengobatan yang menggunakan obat photosensitizing (obat

yang menjadi diaktifkan oleh paparan cahaya) dan sumber cahaya untuk mengaktifkan obat

diterapkan. Hasilnya adalah sebuah molekul oksigen aktif yang dapat menghancurkan sel-sel

kanker di dekatnya.

Operasi

Operasi dilakukan untuk mengangkat bagian dari tenggorokan yang terdapat kanker. Ada

berbagai jenis operasi. Bagian dari tenggorokan akan diangkat tepat pada daerah kanker tersebut

tumbuh. Jika kanker sangat kecil, mungkin hanya perlu operasi yang sangat sederhana. Hal ini

dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal atau dengan operasi laser, dan tidak perlu

menginap di rumah sakit.

20

Page 22: tumor tonsil

Untuk kanker yang lebih besar dan luas mungkin memerlukan operasi lebih rumit dan harus

dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Untuk operasi yang paling rumit adalah bagian

langit-langit lunak (palatum mole) dan bagian belakang lidah diangkat. Dokter bedah akan

membangun kembali bagian dengan jaringan yang diambil dari bagian lain dari tubuh.

Semua jenis perawatan memiliki efek samping. Kadang-kadang operasi untuk tenggorokan

menyebabkan banyak pembengkakan di sekitarnya dan membuat sulit untuk bernapas normal.

Jika hal ini terjadi maka dokter bedah perlu membuat lubang di tenggorokan, di pangkal leher.

Trakeostomi ini akan memungkinkan untuk bernapas sementara pembengkakan ada. Hal ini

biasanya hanya bersifat sementara dan akan diangkat setelah luka sembuh.

Radioterapi

1. Mengobati kanker tonsil kecil

2. Baik sebelum atau setelah operasi untuk mengobati kanker lebih besar

3. Untuk membantu meringankan gejala kanker tonsil lanjut

Kemoterapi

Kemoterapi menggunakan anti kanker (sitotoksik) obat untuk menghancurkan kanker.

Kemoterapi tidak selalu menjadi pilihan perawatan untuk kanker tonsil. Tapi penelitian terbaru

menunjukkan bahwa menggabungkan kemoterapi dengan radioterapi dapat membantu banyak

operasi untuk kanker besar kepala dan leher, termasuk kanker tonsil.

Kemoterapi dilakukan sebelum pengobatan utama dilakukan, karena kemoterapi ini dapat

membantu dalam penyusutan ukuran kanker tersebut. Pengobatan ini disebut pengobatan neo

adjuvant. Penyusutan kanker ini sebelum terapi lebih lanjut disebut sebagai down staging. Obat

yang biasa digunakan pada kanker tonsil adalah cisplatin dan flourouracil. Obat ini memberikan

keefektivan yang maksimal apabila digunakan keduanya secara bersamaan.

21

Page 23: tumor tonsil

8. Prognosis Tumor Tonsil

Banyak factor yang menentukan prognosis tumor ganas tonsil yaitu stadium tumor, jenis

histopatologi tumor dan pengobatan yang diberikan. Pada tumor stadium lanjut umumnya

prognosis buruk.

Stage I 80%, stage II 70%, stage III 40%, dan stage IV 30%. Kelangsungan hidup dari

karsinoma tonsil secara historis dianggap buruk, terutama untuk stage III dan IV. Namun,

literatur yang lebih baru telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan terapi bedah

karsinoma tonsil bahkan untuk stadium yang lanjut. Moore dkk melaporkan sebanyak 94%

bertahan hidup pada stadium III dan IV karsinoma tonsil yang diobati dengan reseksi transoral

dan terapi adjuvan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan

tepat dapat memiliki kelangsungan hidup yang baik, meskipun secara historis hasilnya buruk.

22

Page 24: tumor tonsil

BAB IV

KESIMPULAN

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan

massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna

tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini

timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel

yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan

genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel.

Faktor risiko dalam meningkatkan jenis kanker ini adalah merokok dan sering minum

minuman alkohol. Jika merokok dan minum alkohol dilakukan sering dan bersamaan, maka akan

meningkat risiko yang lebih jauh.

Kanker tonsil telah dikaitkan oleh human papilloma virus (HPV). Ada beberapa jenis

HPV. Beberapa penyebab kutil pada daerah genitalia atau kulit. Jenis lain meningkatkan risiko

beberapa jenis kanker termasuk kanker serviks, vagina, vulva, penis dan anus. Para peneliti telah

menemukan bahwa jenis HPV yang meningkatkan risiko kanker tersebut juga meningkatkan

risiko kanker orofaring termasuk kanker tonsil. Jenis HPV disebut HPV16.

Penatalaksanaan pada tumor tonsil terbagi menjadi pembedahan, radioterapi, dan

kemoterapi. Pemberian terapi tergantung pada stadium pada tumor tonsil tersebut.

Banyak factor yang menentukan prognosis tumor ganas tonsil yaitu stadium tumor, jenis

histopatologi tumor dan pengobatan yang diberikan. Pada tumor stadium lanjut umumnya

prognosis buruk.

23

Page 25: tumor tonsil

DAFTAR PUSTAKA

1. Pathology.jhu.edu. What Are Tumors? [Internet]. 2015 [cited 10 August 2015]. Available

from: http://pathology.jhu.edu/pc/BasicTypes1.php?area=ba

2. MedicineNet. Tumor [Internet]. 2015 [cited 10 August 2015]. Available from:

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=5863

3. Soepardi, Prof. Dr. Efiaty Arsyad, Sp.THT-KL(K), dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

4. Emedicine.medscape.com. Malignant Tonsil Tumor Surgery: Background, History Of The

Procedure, Problem [Internet]. 2015 [cited 10 August 2015]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/848034-overview#a8

5. Kreimer AR, Clifford GM, Boyle P, Franceschi S. Human papillomavirus types in head and

neck squamous cell carcinomas worldwide: a systematic review. Cancer Epidemiol

Biomarkers Prev. Feb 2005;14(2):467-75

6. Moore EJ, Henstrom DK, Olsen KD, Kasperbauer JL, McGree ME. Transoral resection of

tonsillar squamous cell carcinoma. Laryngoscope. Mar 2009;119(3):508-15

7. Cancerresearchuk.org. Tonsil cancer | Cancer Research UK [Internet]. 2015 [cited 11 August

2015]. Available from:

http://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/cancers-in-general/cancer-questions/tonsil-

cancer

24