23
DIFTERIA TONSIL FARING Grace Wonnae Elitae (102009003) Enrico Esbianto (102011216) Marcella Oscar (102012003) Sri Handawati (102012055) Vifin Rotuahdo (102012232) Hilary (102012249) Christy (102012322) Mohamad Soleh (102012442) Brenda Tjoanda (102012470)

Difteri Tonsil Faring

  • Upload
    jhw

  • View
    75

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sistem respiratorius blok 18

Citation preview

Page 1: Difteri Tonsil Faring

DIFTERIA TONSIL FARING

Grace Wonnae Elitae (102009003)

Enrico Esbianto (102011216)Marcella Oscar (102012003)

Sri Handawati (102012055)

Vifin Rotuahdo (102012232)

Hilary (102012249)

Christy (102012322)

Mohamad Soleh (102012442)

Brenda Tjoanda (102012470)

Page 2: Difteri Tonsil Faring
Page 3: Difteri Tonsil Faring

ANAMESIS

Nama Usia Alamat Keluhan utama RPS RPD RPK Keadaan sosial ekonomi

Page 4: Difteri Tonsil Faring

PEMERIKSAAN FISIK

TTV Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Page 5: Difteri Tonsil Faring

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium : apusan tenggorok terdapat kuman

Cornybacterium difteri. Pemeriksaan darah:

Hb, albumin, eritrosit Leukositosis

Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau bawah

membrane lalu dibiak dalam Loeffner, Tellurite dan media blood

Schick tes menentukan ada/tidaknya antibody terhadap

toksin difteri (antitoksin)

Page 6: Difteri Tonsil Faring

DIFTERI

Penyakit infeksi menular, disebabkan oleh Coryneabacterium diphteria

Masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berkembang biak pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas

Penyebaran melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah

Masa inkubasi : 2-5 hari

Page 7: Difteri Tonsil Faring

ETIOLOGI

Batang gram positif Pleomorfik Tersusun berpasangan (palisade) Gerak : - Spora (kapsul): - Aerobic Eksotoksin

Page 8: Difteri Tonsil Faring

EPIDEMILOGI

Terutama di negara miskin Pemukiman padat penduduk Hygiene dan sanitasi jelek Fasilitas kesehatan yang kurang Faktor resiko:

Tidak mendapatkan imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap

Immunocopromised Tinggal pada tempat – tempat yang padat, seperti :

rumah tahanan (penjara), tempat penampungan Sedang melakukan perjalanan (travel) ke daerah –

daerah yang sebelumnya merupakan daerah endemic difteri.

Page 9: Difteri Tonsil Faring

MANIFESTASI KLINIS

Lesu Sakit menelan Anoreksia Demam yang tidak begitu tinggi Pasien keliatan toksik Terbentuk membrane yang berwarna putih

kebiruan dan menyebar sampai ke daerah tonsil dan menutupi hampir seluruh palatum mole

Page 10: Difteri Tonsil Faring

Pucat Nadi cepat Stupor Bias meninggal dalam waktu 6 – 10 hari Bullnect appearance

Page 11: Difteri Tonsil Faring

PATOFISIOLOGI

Terjadi infeksi di lapisan mukosa pernafasan bagian atas

Kuman berkembang biak padamukosa pernapasan lalu menginduksi reaksi radang local

Eksotoksin diuraikan, menyebabkan nekrosis pada jaringan sekitarnya

Toksin tersebut menghambat sintesis protein dan menyebabkan nekrosis jaringan local.

Respons dari peradangan membentuk suatu pseudomembran berwarna keabuan yang terletak diposterior faring

Pseudomembran terdiri dari bakteri, sel-sel epitel yang mengalami nekrotik, sel-sel fagosit, dan fibrin

Page 12: Difteri Tonsil Faring

Imunitas tergantung pada adanya antitoksin dalam tubuh

Antitoksin ini dibentuk sebagai respon terhadap infeksi baik klinik maupun subklinik, atau sebagai akibat imunisasi aktif buatan

Dapat dipindahkan secara alamiah, misalnya secara transplasental dalam uterus, atau secara buatan seperti pada transfuse.

Kekebalan seseorang terhadap toksin difteria dapat diketahui dengan melakukan reaksi Schick test

Page 13: Difteri Tonsil Faring

MEDIKAMENTOSA

Serum Anti Difteri (SAD) Dosis diberikan berdasar atas luasnya membrane

dan beratnya penyakit. a)      40.000 IU untuk difteri sedang, yakni luas

membran menutupi sebagian/seluruh tonsil secara unilateral/bilateral.

b)      80.000 IU untuk difteri berat, yakni luas membran menutupi hingga melewati tonsil, meluas ke uvula, palatum molle dan dinding faring.

c)      120.000 IU untuk difteri sangat berat, yakni ada bull neck, kombinasi difteri laring dan faring, komplikasi berupa miokarditis, kolaps sirkulasi dan kasus lanjut.

Page 14: Difteri Tonsil Faring

Antibiotik a.  Penicillin prokain 100.000 IU/kgBB selama 10

hari. Maksimal 3 gram/hari· b.  Eritromisin (bila alergi PP) 50 mg/kg BB secara

oral 3-4 kali/hari selama 10 hari.

Kortikosteroid a.   Indikasi : Difteri berat dan sangat berat

(membran luas, komplikasi bull neck) b.   Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 3 minggu. c.   Dexamethazon 0,5-1 mg/kgBB/hari seca IV

(terutama untuk toksemia)

Page 15: Difteri Tonsil Faring

NON MEDIKAMENTOSA

Pasien diisolasi untuk menghindari kontak dengan orang sehat.

Bedrest minimal 2 – 3 minggu. Makanan lunak dan cair Kebersihan jalan napas dan penghisapan

lendir. Control EKG secara serial 2 – 3 kali seminggu

selama 4 – 6 minggu untuk mendeteksi miokarditis secara dini.

Page 16: Difteri Tonsil Faring

KOMPLIKASI

Kegagalan napas Berkembang dengan cepat Menimbulkan kesulitan bernapas karena

terjadi sumbatan/hambatan jalan masuknya udara

Terjadi karena oedem pada faring, laring, trakea, maupun bronkus oleh adanya inflamasi pada area tersebut

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesulitan bernapas, takikardi, dan pucat

Page 17: Difteri Tonsil Faring

Miokardiopati toksik Terjadi pada sekitar 10-25% penderita dengan

difteri Terjadi pada minggu ke-2 dan ke-3 sakit ketika

penyakit faring membaik Pemanjangan interval PR dan perubahan pada

gelombang ST pada EKG Neuropati toksik Secara akut atau 2-3 minggu sesudah mulai

radang orofaring Sering terjadi hipestesia dan paralisis local

palatum molle sukar menelan

Page 18: Difteri Tonsil Faring

PENCEGAHAN

Isolasi penderita Pencegahan terhadap kontak Imunisasi

Page 19: Difteri Tonsil Faring

DIFFERENT DIAGNOSA

Abses Retrofaringeal Penimbunan nanah di dalam jaringan tenggorokan

bagian belakang Disebabkan oleh infeksi streptokokus Kadang cedera pada tenggorokan bagian

belakang akibat tertusuk duri ikan juga bisa menyebabkan abses retrofaringeal

Biasanya menyerang anak yang berumur kurang dari 5 tahun

Page 20: Difteri Tonsil Faring

ABSES PERITONSILER

Penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian kepala dan leher

Paling sering terjadi pada umur 20-40 tahun Jarang terjadi pada anak kecuali pada mereka yang

menurun sistem immunnya Infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang

signifikan pada anak-anak

Page 21: Difteri Tonsil Faring

Pria : wanita = 1:1 Predisposisi : tonsilitis kronik atau percobaan multipel

penggunaan antibiotik oral untuk tonsilitis akut Bakteri aerob menyebabkan abses peritonsiler :

Streptococcus pyogenes Staphylococcus aureus Haemophilus influenzae

Bakteri anaerob: Fusobacterium , Prevotella , Peptostreptococcus spp

Diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik

Page 22: Difteri Tonsil Faring

PROGNOSIS

Tergantung pada virulensi organism, umur, status imunisasi, tempat infeksi, dan kecepatan pemberian antitoksin

Bila terjadi komplikasi, angka morbiditas meningkat

Mortalitas hampir 10% untuk difteri saluran pernapasan

Page 23: Difteri Tonsil Faring

KESIMPULAN

Pasien anak laki-laki 3 tahun tahun benar menderita difteri tonsil faring

Hipotesa diterima