Upload
shinta-andi-sarasati
View
217
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refrat antibiotik sefalosforin
Citation preview
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. DEFINISI
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos (cocok
untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan
semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat
antibiotik sinetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis
mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa,
anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan
antibiotik dalam membunuh bakter (Elander, 2003).
Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri. Maka dari itu
antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant
karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar
bagi kuman. Sedangkan kerja dari antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif
dalam arti dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
B. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas antibiotik, aktivitas
dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat antibiotik tersebut.
Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik spektrum luas dan
spektum sempit. Istilah luas mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat membunuh banyak
jenis bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit hanya digunakan untuk membunuh bakteri
yang spesifik yang telah diketahui secara pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila
identifikasi kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula
bakteri flora normal dalam tubuh.
Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi Bactericidal dan
Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal membunuh bakteri target dan
cenderung lebih efektif serta tidak perlu menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat
perlu digunakan pada pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal
adalah β-lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host obat bakteriostatik yang
khas adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline, dan clindamycin (Pichichero, 2006).
Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
A. Penghambatan sintetis dinding bakteri
B. Penghambat membran sel
C. Penghambatan sintetis protein di ribosom
D. Penghambatan sintetis asam nukleat
E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik,
farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini menyebabkan
perbedaan kegunaan di dalam klinik Karena perbedaan ini juga maka mekanisme resisistensi
dari masing-masing golongan juga mengalami perbedaan.
Gambar 1. Tempat Kerja dari Masing-Masing Golongan Antibiotik
Makalah refrat ini akan membahas mengenai antibiotik golongan sefalosforin dan quinolon.
C. ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSFORIN
Sefalosporin merupakan salah satu antibiotik yang memiliki cincin β-laktam dalam
strukturnya sehingga tergolong antibiotik β-laktam bersama-sama dengan penisilin,
monobaktam, dan karbapenem. Sefalosporin tergabung dalam cephem, subgrup antibiotik β-
laktam bersama dengan sefasimin. Seperti halnya semua senyawa metabolit sekunder,
antibiotik sefalosporin dihasilkan dalam industri bioproses yang melibatkan mikroorganisme
(Andes, 2006).
1. Struktur Kimia dan Sifat-sifat Sefalosporin
Senyawa sefalosporin memiliki gugus inti 7-aminocephalosporanic acid (7-ACA),
yang mengandung gugus β-laktam (sebuah cincin dengan 2 atom C, 1 gugus karbonil, dan 1
atom N) dan cincin dihidrothiazin. Secara keseluruhan nama ilmiah sefalosporin adalah asam
3-asetoksimetil-7-asilamino-3-cephem-4-karboksilat.
Berbagai senyawa lainnya dapat diperoleh dengan mengganti R1 dan R2 pada
struktur gugus inti sefalosporin tersebut, sehingga dapat menghasilkan sifat-sifat senyawa
yang berbeda-beda. Beberapa contoh senyawa turunan sefalosporin yaitu
No. Senyawa turunan R1 R2
1. Cefacetril CH3COOCH2- -CH2-CN
2. Cefalexin CH3-
3. Cefatrizin
Struktur gugus inti sefalosporin
Secara umum, sefalosporin dikelompokkan dalam 5 generasi, berdasarkan sifat
antibakterial, spektrum antibiotik, stabilitas terhadap laktamase, dan aktivitas intrinsik (Duan,
2009)
1. Generasi 1, bersifat lebih efektif dalam menghadapi infeksi staphylococcal dan
streptococcal (bakteri gram positif), stabil terhadap asam, sedikit aktif dalam melawan
bakteri gram negatif. Beberapa obat yang tergolong dalam sefalosporin generasi pertama
yaitu cefadroxil, cefazolin, cephalexin, cephaloridine, cephalothin, cephapirin, dan
cephradine.
2. Generasi 2, memiliki spektrum bakteri gram negatif yang lebih luas, akan tetapi lebih
lemah dalam melawan bakteri gram positif dibanding generasi pertama. Kelompok ini
juga lebih resistan terhadap β-laktamase. Sefalosporin yang termasuk generasi kedua
adalah cefaclor, cefoxitin, cefprozil, dan cefuroxime.
3. Generasi 3, memiliki aktivitas terhadap bakteri gram negatif yang jauh lebih besar, yang
disertai dengan berkurangnya aktivitas terhadap bakteri gram negatif. Kelompok ini
meliputi cefdinir, cefixime, cefotamine, ceftriaxone, ceftazidime, dan cefoperazone.
4. Generasi 4, memiliki spektrum yang lebih seimbang, sehingga aktif dalam melawan
bakteri gram positif dan gram negatif. Generasi 4 sefalosporin merupakan antibiotik yang
paling potensial di antara obat-obat dalam mengobati beberapa infeksi serius pada
manusia. Cefepime, cefluprenam, cefozopran, cefpirome, dan cefquinome merupakan
obat-obat yang tergolong dalam generasi 4 ini.
5. Generasi 5, merupakan kelompok terbaru yang diidentifikasi meliputi ceftobiprole dan
ceftaroline, meskipun pengelompokannya masih belum diterima secara universal.
Ceftaroline memiliki aktivitas yang sangat baik dalam melawan bakteri gram positif.
2. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja antimikrobanya dengan menghambat sintesis dinding sel
mikroba (sintesis peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya).
Daya kerja sefalosporin ialah bakterisida. Jadi yang dihambat ialah reaksi transpeptidase
tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Aktivitas antimikroba
sefalosforin ialah dengan menghambat sisitesa dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah
reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negative tetapi spektrum
antimikroba berbeda untuk masing-masing derivatnya (Nigam, 2007).
Golongan sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif dibandingkan
dengan generasi pertama terhadap kokus gram positif tetapi jauh lebih aktif terhadap
enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase.
3. Penggolongan Sefalosforin
No. Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba
1. Cefadroxil 1 Oral Aktif terhadap kuman gram positif
dengan keunggulan dari Penisilin
aktivitas nya terhadap bakteri penghasil
Penisilinase
2. Cefalexin 1 Oral
3. Cefazolin 1 IV dan IM
4. Cephalotin 1 IV dan IM
5. Cephradin 1 Oral IV dan IM
6. Cefaclor 2 Oral Kurang aktif terhadap bakteri gram postif
dibandingkan dengan generasi pertama,
tetapi lebih aktif terhadap kuman gram
negatif; misalnyaH.influenza, Pr.
Mirabilis, E.coli, dan Klebsiella
7. Cefamandol 2 IV dan IM
8. Cefmetazol 2 IV dan IM
9. Cefoperazon 2 IV dan IM
10. Cefprozil 2 Oral
11. Cefuroxim 2 IV dan IM
12. Cefditoren 3 Oral Golongan ini umumnya kurang efektif
dibandingkan dengan generasi pertama
terhadap kuman gram positif, tetapi jauh
lebih efektif terhadap Enterobacteriaceae,
termasuk strain penghasil Penisilinase.
13. Cefixim 3 Oral
14. Cefotaxim 3 IV dan IM
15. Cefotiam 2 IV dan IM
16. Cefpodoxim 3 Oral
17. Ceftazidim 3 IV dan IM
18. Ceftizoxim 3 IV dan IM
19. Ceftriaxon 3 IV dan IM
20. Cefepim 4 Oral IV dan IM Hampir sama dengan generasi ketiga
Dewasa ini sefalosforin yang lazim digunakan dalam pengobatan ialah
sefalosporin generasi ketiga Salah satu sediaan yang sering digunakan untuk diare
persisten adalah seftriakson (Muniz, 2007)
4. Kegunaan obat golongan sefalosforin
Seperti halnya antibiotik β-laktam lainnya, sefalosporin dapat digunakan dalam
melawan infeksi oleh bakteri dengan mengikat dan menjadi inhibitor enzim pembentuk
dinding peptidoglikan bakteri. Dibandingkan dengan penisilin yang juga merupakan
antibiotik β-laktam, sefalosporin memiliki sifat resistan terhadap enzim β-laktamase yang
dihasilkan oleh bakteri untuk memutus ikatan pada cincin β-laktam (Kim, 2001)
Sefalosporin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi oleh bakteri,
seperti infeksi saluran pernapasan (pneumonia, bronkitis, tonsillitis), infeksi kulit, dan
infeksi saluran urin. Pemberian sefalosporin kadang-kadang bersamaan dengan antibiotik
lain. Sefalosporin juga umum digunakan dalam pembedahan atau surgery, untuk
mencegah infeksi selama pembedahan.
Berbagai jenis sefalosporin yang dihasilkan juga memberikan berbagai fungsi
berbeda dari masing-masing sefalosporin. Sefalosporin generasi pertama seperti sefalotin
dan sefalexin merupakan yang paling aktif dalam melawan staphylococci dan
nonenterococcal streptococci, dan merupakan antibiotik alternatif dari penisilin untuk
pasien dengan endocarditis, osteomyelitis, septic arthritis, dan cellulitis. Dikatakan
sebagai antibiotik alternatif karena adanya pasien yang kemungkinan alergi terhadap
penisilin ataupun karena adanya infeksi campuran oleh bakteri gram positif dan gram
negatif. Meskipun obat-obat ini sudah terbukti dapat mengatasi infeksi seperti
bacteriemias, infeksi saluran kencing, dan pneumonia, yang disebabkan bakteri gram
negatif, penggunaan sefalosporin ini sebagai agen tunggal tidak disarankan, karena
aktivitas melawan bakteri gram negatif masih lemah dan tidak dapat diprediksi.
Sefalosporin generasi pertama telah digunakan secara luas dalam pencegahan
cardiovascular, orthopedic, biliary, pelvis, dan intra-abdominal surgery. Sefazolin, yang
memiliki waktu paruh lebih lama dibanding sefalosporin generais pertama lainnya,
merupakan pilihan utama untuk pencegahan dakam pembedahan.
Sefuroxime efektif dalam melawan Haemophilus influenzae penyebab penyakit
sejenis pneumonia yang kebal terhadap ampisilin. Sefoxitin digunakan untuk mengobati
infeksi campuran aerobik-anaerobik termasuk infeksi pelvis, intra-abdominal, dan
nosocomial aspiration pneumonia. Sefonicid, karena waktu paruhnya yang panjang juga
banyak digunakan dalam berbagai jenis infeksi seperti saluran kencinga dan jaringan
kulit.
Sementara itu, sefalosporin generasi ketiga dapat digunakan untuk melawan
bakteri gram positif. Biasanya pengobatan infeksi tidak menggunakan sefalosporin
generasi ketiga, melainkan obat lainnya. Pengecualian berlaku bagi pengobatan
meningitis. Sefotaxime, seftriaxone, dan seftazidime terbukti efektif dalam mengobati
meningitis, terutama bagi anak-anak di mana Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, dan Neisseria meningitidis merupakan penyebab utamanya. Seftriaxone
sekarang merupakan agen pilihan untuk mengobati berbagai infeksi yang disebabkan
strain kebal penisilin.
Berikut generasi sefalosforin dan kegunaannya dalam klinis (Muniz, 2007) :
1. Generasi I : digunakan per oral pada infeksi saluran kemih ringan dan sebagai obat
pilihan kedua pada infeksi saluran napas dan kulit yang tidak begitu parah dan bila
terdapat alergi untuk penisilin. Jangkauan terapi generasi ini meliputi bakteri yang
memproduksi penisilin, streptokokus dan stafilokokus.Generasi ini memiliki
kemampuan melawan kuman Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae dan Proteus
mirabilis, namun tidak dapat bekerja melawan Bacteroides fragilis, enterococci,
methicillin-resistant staphylococci, Pseudomonas, Acinetobacter, Enterobacter,
indole-positif Proteus, atau Serratia.
Generasi ini umumnya digunakan untuk terapi infeksi kulit, jaringan lunak, dan
saluran kemih. Mampu untuk terapi infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
olehStreptococcus pneumoniae pencillin-sensitif namun tidak untuk Hemophilus
influenzae dan Moraxella catarrhalis
Contoh : cefadroxil, cefalexin
2. Generasi II atau III : digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap
amoksisilin dan sefalosporin generasi I, juga terkombinasi dengan aminoglikosida
(gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Begitu
pula profilaksis pada antara lain bedah jantung, usus dan ginekologi. Sefoksitin dan
sefuroksim (generasi ke II) digunakan pada gonore (kencing nanah) akibat gonokok
yang membentuk laktamase. Terbagi atas 2 grup yaitu 'true' generasi kedua
sefalosporin (cefuroxime) dan sefamisin (cefocetan). "True" sefalosporin lebih baik
dibandingkan generasi pertama untuk terapi kuman Hemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis, Neisseria meningitidis, dan beberapa Enterobacteriaceae.
Generasi kedua dapat digunakan untuk terapi infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh kuman Hemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus
pneumoniae; dan infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh
kuman Escherichia coli. Sefamisin dapat digunakan untuk terapi infeksi
aerob/anaerob kulit, jaringan lunak, intrabdomen, dan infeksi kebidanan
Contoh : cefuroxim, cefaclor
3. Generasi III : Seftriaxon dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat pilihan
pertama untuk gonore, terutama bila telah timbul resistensi terhadap senyawa
fluorkuinon (siprofloksasin). Sefoksitin digunakan pada infeksi bacteroides fragilis.
Beberapa jenis antibiotik generasi ini memiliki kemampuan kurang untuk penanganan
kuman gram positif. Generasi ini mampu mengatasi infeksi nosokomial (diperoleh di
RS), mampu menembus sistim saraf pusat sehingga dapat menangani meningitis
(infeksi selaput otak) akibat kuman pneumokokus, meningokokus, H.Influenza,
E.coli,Klebsiella, dan penicillin-resistant N. gonorrhoeae.
Dapat digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh kuman gram negatif
terutama infeksi nosokomial, infeksi saluran pernapasan, infeksi darah, intraabdomen,
kulit, jaringan lunak, saluran kemih. Dapat digunakan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal.
Contoh : ceftriakson, cefoperazone, ceftazidim, cefotaxim, ceftizoxim
4. Generasi IV : Generasi keempat ini memiliki spektrum luas dengan kemampuan
melawan bakteri gram positif sama seperti generasi pertama, mampu melawan kuman
gram negatif, dapat melewati barier otak, dan efektif dalam menangani meningitis.
Contoh : cefepime, cefpirome
Sefalosporin generasi V : Ceftobiprole sudah dideskripsikan sebagai sefalosporin
generasi ke-5 meskipun terminologinya masih belum dapat diterima secara universal.
5. Efek Samping
Obat oral dapat menimbulkan terutama gangguan lambung-usus (diare, nausea, dan
sebagainya), jarang terjadi reaksi alergi (rash, urticaria). Alergi silang dengan derivat penislin
dapat terjadi. Nefrotoksisitas terutama terdapat pada beberapa senyawa generasi ke 1, khususnya
sefaloridin dan sefalotin (dosis tinggi). Senyawa dari generasi berikutnya jauh kurang toksis bagi
ginjal daripada aminoglikosida dan polimiksin. Beberapa obat memperlihatkan reaksi disulfiram
bila digunakan bersama alkohol, yakni sefamandol dan sefoperazon (Duan, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Andes, D. and Craig, W.A. (2006). Pharmacodynamics of a New Cephalosporin, PPI-0903 (TAK-559), Active Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus in Murine Thigh and Lung Infection Models: Identification of an In Vivo Pharmacokinetic-Pharmacodynamic Target. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. Vol 40 No: 4, April 2006, 1376-1383.
Duan, Haixia (2009). Study on the Treatment Process of Wastewater from Cephalosporin Production. Journal of Sustainable Development. Vol 2 No: 2, Juli 2009. 133-136
Elander, R.P. (2003). Industrial Production of Β-lactam Antobiotics. Journal of Application Microbiology Biotechnology, 61, 3 April 2003, 385-392.
Kim, Youngsoo and Hol, Wim G.J. (2001). Structure of Cephalosporin Acylase in Complex with Glutaryl-7-aminocephalosporanic acid and Glutarate: Insight into the Basis of Its Substrate Specificity. Chemistry & Biology. Vol 8 No: 12, November 2001, 1253-1264.
Muniz, Carolina Campos, et al (2007). Penicllin and Cephalosporin Production: A Historical Perspective. Journal of Microbiology. Vol 49 No: 3-4, December 2007, 88-98.
Nigam, Vinod Kumar, et al (2007). Influence of Medium Constituents on the Biosynthesis of Cephalosporin-C. Journal of Biotechnology. Vol 10 No: 2, 15 Aptil 2007.
Pichichero, Michael E. (2006). Cephalosporins Can Be Prescribed Safely For Penicllin-Allergic Patients. Applied Evidence.Vol 55 No: 2, 23 Januari 2006, 106-112.
Saravanne, R. and Lavanya, M . (2006). Anaerobic Stabilization and Recalcitrant Antibiotic Transformation Under Acclimed Inoculum-Substrate Matrix. Water Environment. 1739-1746.
Srivastava, Pradeep, et al (2006). Process Strategies for Cephalosporin C Fermentation. Journal of Scientific & Industrial Research. Vol 65, July 2006, 599-602.