Upload
diah-mahareni
View
176
Download
1
Embed Size (px)
BAB I
GAGAL GINJAL KRO NIK
I. PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penuruna n fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila
laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/mnt. Gagal ginjal kronik sesuai dengan
tahapannya, dapat ringan, se dang atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah
tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti.
Insufisiensi ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal yang mena hun tetapi lebih ringan dari
GGK.
Perbedaan ini tida k selalu sama diseluruh dunia, te tapi ada baiknya dibedakan satu
sama lain untuk mencega h kesimpangsiuran. Istilah azot emia menunjukkan peningkatan kadar
ureum da n kreatinin darah, akan t etapi belum ada gejala gagal ginjal yang nyata. Sedangkan
uremia adalah fese simtomatik gagal ginjal dimana gejala gagal ginjal dapat dideteksi dengan
jelas.
II. DEFI NISI
Gagal ginjal ditandai oleh ketidakmampuan ginjal mempertahankan fungsi normalnya untuk
me mpertahankan volum dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron.
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai
macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Bila proses penyakit tidak dihambat, maka
pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun
penyebabnya banyak, ga mbaran klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lain.
1
Kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau
fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filrasi glomerulus (L FG), be rdasarkan :
- Kelainan patologik atau
- Petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau urin, atau
kelainan pada pemeriksaan pencitraan.
2. LFG <60 ml/mnt 1,73 m² ya ng terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
III. KLASI FIKASI
Pada individu dengan PGK, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus (LFG), yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai LFG yang lebih renda h
berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit ginjal.
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu :
Derajat (stage) yaitu berdasarkan L FG dengan rumus Kockroft – Gault.
Pada wanita x 0,85
Klasifikasi atas dasar diagnosis
2
DERAJAT PENJELASAN LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dgn LFG normal atau = 90
2 Kerusaka n ginjal dgn LFG ringan 60 – 89
3 Kerusaka n ginjal dgn LFG ringan 30 – 59
4 Kerusaka n ginjal dgn LFG ringan 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
IV. GAMBARAN KLINIS
Tinjauan mengenai perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat diperole h dengan melihat
hubungan antara bersihan kreatinin dengan laju filtrasi glomerulus sebagai persentase dari
keadaan normal, t erhadap kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN) karena massa
nefron dirusak secara progresif oleh penyakit gagal ginjal kronik.
Perjalanan klinis umum gagal ginjal progresif da pat dibagi menjadi 3 stadium :
Stadium pertama
Disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatini n serum dan kadar BUN
normal, dan pasien asimt omatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan
memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine
yang lama atau dengan mengadakan tes GFR yang t eliti.
Stadium kedua
Perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal , bila lebih dari 75% jaringan yang
berfungsidtelah rusak (GFR besarnya 25% dari normal) . Pada tahap i ni kadar BUN baru
mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda,
bergantung pada kadar protei n dalam maka nan. Pada stadium ini, kadar kreatinin
serum mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan ( kecuali bila
pasien me ngalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi). Pada stadium
insufisiensi ginjal ini mulai timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria ( akibat gangguan
3
kemampuan pemekatan). Gejala – gejala ini timbul sebagai respon t erhadap stress dan
perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Pasien biasanya tidak terlalu
memperhatikan gejala-gejala ini, sehingga gejala tersebut hanya akan terungkap
dengan mengajuka n pertanyaan-pertanyaan yang teliti. Nokturia (berkemih dimalam
hari) didefinisikan sebagai gejala pe ngeluaran urin waktu malam hari yang menetap
sampai sebanya k 700 ml atau pasien terbangun untuk berkemih beberapa kali waktu
malam hari. Nokturia diseba bkan oleh hilangnya pola pemekatan urine di urnal normal
sampai tingkat tertent u dimalam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah
urine siang hari dan malam hari adalah 3:1 atau 4:1. Sudah tent u, nokturia kadang –
kadang dapat terjadi juga sebagai respon kegelisahan atau minum cairan yang
berlebihan, terutama teh, kopi atau bir yang diminum sebelum tidur.
Stadium ketiga
Disebut stadium akhir atau uremia. ESRD (gagal ginjal stadium akhir) terjadi apabila
sekitar 90% dari massa nefron telah ha ncur. Nilai GFR hanya 10% dari normal. Pada
keadaan ini kreatinin dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok. Pasien
mulai mersakan gejala-gejala yang cukup parah. Pasien menjadi oligourik karena
kegagalan glomerulus.
Pada sta dium akhir (sindrom uremik) terjadi kompleks gejala yang berkaitan dengan
retensi metabolit nitrogen.Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada sindrom
uremik. Pertama, gangguan fungsi pengat uran dan ekskresi , kelaina n volum cairan dan
elektrolit, ketidak seimbagan asam basa, retensi metabol it nitrogen dan metabolit
lainnya, serta anemia yang disebabkan oleh defisiensi sekresi ginjal. Kedua, timbul
gejala yang merupakan gabungan kelainan kardi ovaskular, neuromuskular, saluran
cerna dan kelainan lainnya.
V. ETIOLOGI
Umumnya penyakit ginjal kronis disebabkan penyakit ginjal instrinsik difus dan
me nahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir dengan gagal
ginjal kronik. Umumnya penyakit diluar ginjal, misal nefropati obstruktif dapat menye babkan
4
kelainan ginjal intrinsik dan berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis, hipertensi
ese nsial dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik, kira-kira
60%. Penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nef ropati
obstruktif hanya 15-20%.
Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim gagal progresif dan difus, sering
kali berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Glomerul onefritis mungkin berhubungan dengan
penyakit penyakit sist emi (glomerulonefritis sekunder) seperti SLE, poliartritis nodosa,
granulomat osus Wagener. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan diabetes mellitus
(glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan penyakit ginjal kronik.
Glomerulonefritis yang berhubungan de nga n amiloidosis sering dijumpai pada pasien dengan
penyakit menahun seperti tuberculosis, lepra, ost eomielitis, arthritis rheumatoid dan miel oma.
Penya kit ginjal hipertensif (arteriolar nephrosclerosis) merupaka n salah satu penyebab penyakit
ginjal kronik. Insiden hipertensi es ensial berat yang berakhir dengan gagal ginjal kronik <10 %.
Trade off (I ntak nephron)
Trade Off (Intak Nephron)
VI. ASPEK EPIDEMIOLOGI
Kita tidak dapat meng etahui dengan tepat prevalensi GGK sebetulnya oleh karena
banyak pasien yang tidak bergejala atau dirujuk. Angka yang lebih tepat adalah banyaknya
5
pasien GGK yang masuk fase terminal oleh karena memerlukan atau sedang menjalani dialisi s.
Dari data yang didasarkan atas kreatinin serum abnormal, saat ini diperkirakan pasien GGK
adalah sekitar 2000 per juta penduduk (PJP). Kebanyakan diantara pasien ini tidak memerlukan
pengobatan pengganti, karena sudah t erlebih dahulu meninggal oleh sebab lain. Dibandingkan
dengan penyakit jantung koroner, strok, DM, dan kanker, angka ini jauh lebih kecil, akan tetapi
me nimbulkan masalah besar oleh karena biaya pengobatannya amat mahal. Dari data Negara
maju (Australia, Amerika serikat,Inggris, Jepang) didapatkan variasi yang cukup besar pada
insidensi dan prevalensi GGK t erminal. Insidensi berkisar antara 77-283 per juta penduduk
(PJP), seda ngkan Prevale nsi yang menjalani dialisis antara 476-1150 PJP. Perbe daan ini
disebabkan antara lain perbedaan kriteria, geografis, et nik, dan fasilitas kesehatan yang
disediakan.
Data dan studi epidemiologis tentang GGK di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Yang
ada tetapi juga langka, adalah set udi atau data epidemiologis klinis. Pada saat ini tidak dapat
dike mukakan pola prevalensi diIndonesia, demikian pula pola morbiditas dan mortalitas. Data
klinis yang ada, berasal dari RS ruj ukan Nasional, RS rujukan Propinsi, dan RS Swasta
Spesialistik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa data tersebut be rasal dari kelompok
khusus.
VII. DIAGNOSIS GGK
Bila GGK telah bergejala, umumnya diagnosis tidak sukar dit egakkan. Gejala dan tanda
GGK akan dibicarakan sesuai dengan gangguan sistem yang ti mbul.
6
Gangguan Pada Sistem Gastrointestinal
Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan
metabolism prot ein didalam usus, terbentuknya zat -zat toksik akibat
metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine, serta
sembabnya mukosa usus.
Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diuba h oleh
bakteri di mulut menjadi amonia sehingga napas berbau a monia. Akibat yang
lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.
Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui.
Gastritis erosif ulkus peptik, dan kolitis uremik.
Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kunigan akibat penimbunan
urokrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan
kalsium dipori-pori kulit.
Ekimosis akibat gangguan hematologis.
Urea frost : akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat, (jarang dijumpai).
Bekas-bekas garukan karena gatal.
Sistem Hema tologis
Anemia, dapat disebabkan berbagai fact or antara lain :
1. Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada
sumsum tulang menurun.
2. Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksis.
3. Defisiensi besi, asam foiat, dan lain-lain, akibat nafsu makan yang berkurang.
4. Perdarahan, paling sering pada saluran cema dan kulit.
5. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder.
Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.
Mengakibatkan perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang
berkurang serta menurunnya faktor trombosit III dan ADP (adenosin difosfat).
7
Gangguan fungsi leukosit.
Fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga
imunitas juga menurun.
Sistem Saraf dan Otot
Restless leg syndrome
Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan.
Burning feet syndrome
Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak kaki.
Ensefalopati metabolik
Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus,
kejang.
Miopati
Kelemahan dari hipotrofi otot-otot terutama ot ot-otot ekstremitas proksimal.
Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktifitas
sistem renin-agiotensin-aldost eron.
Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit
jantung koroner akibat atrerosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan dan hipertensi.
Gangguan irama jantung akibat at erosklerosis dini, gangguan elektrolit dan
kalsifikasi metastatik.
Edema akibat penimbunan cairan.
Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki akibat
produksi testosteron dan spermatogenesi menurun. Sebab lain juga
dihubungkan dengan metabolik tertent u (seng, hormon paratiroid). Pada wanita
timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 mL/menit), terjadi
8
penurunan klirens metabolik insulin menyebabkan wakt u paruh hormon aktif
memanjang. Keadaan ini da pat menyebabkan kebutuhan obat penurun glukosa
darah akan berkurang.
Ganggguan metabolisme lemak.
Gangguan metabolesme vitamin D.
Gangguan sistem lain
Tulang : ost eodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis,
dan kalsifikasi metastatik.
Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme.
Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.
Karena pada gagal ginjal kronik telah terjadi gangguan keseimbangan homeostatik pada
seluruh tubuh, gangguan pada suat u sistem akan berpengaruh pa da siste m lain, sehingga suatu
gangguan metabolik dapa t menimbulkan kelainan pada berbagai sistem/organ tubuh.
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GGK
Pemeriksaan Laborat orium
Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, Elektrolit (Na,K,Ca,Phospat), Hema tologi
(Hb,Trombosit,Ht,Leukosit), Protein, Antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin).
Pemeriksaan Urine : Warna, PH, BJ, Kekeruhan, Volume, Glukosa, Protein,
Sedi men, SDM, Keton, SDP, TKK/CCT.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia).
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, t ebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal kandung kemih serta prostat.
Pemeriksaan Radiologi
9
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde, Re nal Aretriografi dan
Venogrfi, CT Scan, MRI, Renal biopsi, Pemeriksaan Rontgen dada, pemeriksaan
rontgen tulang, fot o polos abdomen.
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, proten dan fosfat
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatka n urinasi ; alumunium hidroksida
unt uk terapi. Hiperfosfatemia ; anti hipertensi untuk terapi hipert ensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila
terjadi ane mia.
3. Dialisis
4. Transplantasi Ginjal.
Peruba han Fungsi Ginjal.
Ginjal mengendalikan tekana n darah melalui beberapa cara :
- Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan
tekanan darah ke normal.
- Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
- Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan meng hasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembe ntukan hormon angiotensi, yang sela njutnya
akan memicu pelepasan hormon aldost eron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan t ekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada giinjal bisa menyebabkan t erjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya pe nyempitan arteri yang menuju kesalah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bi sa
10
me nyebabkan hipertensi. Peradangan da n cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
me nyebabkan naiknya tekanan darah.
Beberapa komplikasi hipertensi yang t erjadi antara lain :
1. Retinopati hipertensif
2. Penya kit kardiovaskular
3. Penya kit serebrovaskular
4. Penya kit ginjal seperti nefrosklerosis.
X. DIET PENYAKIT GI NJAL KRONIK
Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah unt uk :
1. Mencapai dan memperta hankan status gizi opti mal dengan memperhitungkan sisa
fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2. Mencegah da n menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
3. Mengatur kesei mbangan cairan dan elektrolit
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju filtrasi glomerulus.
Syarat Diet
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
2. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total. Di utamakan lemak tidak
jenuh ganda.
4. Karbohi drat cukup, yaitu kebut uhan energi total dikurangi energi yang berasal dari
protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hepertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g.
6. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria atau anuria.
11
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urine se hari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml)
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folar, vitamin C, dan
vitamin D.
Jenis Diet dan indikasi pembelian
Ada tiga jenis diet ya ng diberikan menurut berat badan pasien, yaitu;
Diet protein rendah I ; 30 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan 50 kg.
Diet protein rendah II : 35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan 60 kg.
Diet protein rendah II I : 40 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan 65 kg.
Karena kebut uhan gisi pasi en penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada keadaan
dan berat badan peroranga n , maka jumlah protei n yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah dari pada standar. Mutu protein dapat ditingkatka n dengan memberikan asam amino
ese nsial murni.
12
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIE N
Nama : Nn. YU
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Alamat : Jln. Kalase Rena Gowa
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
No. RM : 413408
Tgl Masuk : 29 Desember 2009
Ruangan : Lontara 1 Bawah Kelas 3 kamar 5.
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak ± 12 jam SMRS, sesak timbul tiba-tiba. Riwayat
transfusi 4 kantung sebelumnya di RS Gowa, dan sesak timbul saat pasien selesai transfusi.
Sesak terus menerus, pasien dapat tidur dengan satu bantal, sesak disertai dengan jantung
berdebar-debar. Nyeri dada ada, bat uk ada, lendir ada warna putih, darah ada, riwayat
sering nyeri tenggorokan ada. Demam tidak ada, riwayat dema m tidak ada, sakit kepala
tidak ada, lemas ada sejak 2 minggu SMRS, mual ada, muntah ada frek. 2x isi sisa makanan
dan cairan, nyeri ulu hati ada. Nafsu makan menurun dan barat badan osi menurun.
BAB : Biasa
BAK : Lancar warna kuning
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
- Riwayat berobat di dokter prakt ek dan d/ gastritis & anemi
- Riwayat diabetes melitus tidak ada
- Riwayat hiperte nsi ada, saa t kontrol 1 bulan yang lalu didokter TD 170/100
13
- Riwayat BA K berpasir tidak ada
- Riwayat HD regular tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIS
SP : sakit berat/ gizi cukup/ composmentis
Berat Badan : 43 Kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 17,89 kg/m 2
Tanda vital
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Pernapasan : 32x/ menit
Nadi : 112x/ menit
Suhu : 36,8 Co
Kepala: Anemis (+), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : Massa tumor (-). Nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar getah
bening (-), DVS R-2 cmH O2
Thorax :
Inspeksi : Simetris kiri= kanan
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), Vokal fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor kiri= kanan. Batas paru hepar setinggi ICS V kanan
Depan
Auskultasi : BP broncovesikuler, Ronchi +/ +(difus), wh -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis ti dak tampak
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Batas jant ung kanan : Lin. Parasternalis Dextra
14
Batas jantung kiri : Linea Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : Bunyi jant ung I/II murni, regular, bising (-).
Abdomen :
Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), H/L tt b
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Edema +/+
IV. DIAGNOSA SEMENTARA
CKD stage V e.c susp. nefropati hipertensi
V. PENATALAKSANAAN AWAL
O2 2-4 L pm
Diet rendah garam,re ndah purin,rendah kalium,rendah protein 0,8 gr/kgBB/hr
Lasix 1 ampul/IV (ekstra)
Rencana HD
Rencana Peme riksaan:
Urin lengkap
SGOT/SGPT
Ureum/ krea tinin
Albumin, globulin, protein total
HBsAg, Anti HCV, Fe, ADT, TIBC
Elektrolit
Foto thorax PA
USG abdomen
15
VI. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokt er
29/12/09 Perawatan hari 1 : R/
T: 160/100 S: Sesak napas (+), batuk (+), lendir - Diet rendah garam, rendah
mmHg warna putih (+), darah (+ ), demam (-) purin, rendah kalium, rendah
N: 112x/ menit mual (+), muntah (+) frek. 2x, nyeri ulu protein 0,6 gr/kg BB/hr
P: 32x/ menit hati (+). - Lasix 1 amp/IV (ekstra)
S: 36,8 C O: SB/GC/CMo
Anemis (+), DVS R+2 cmH2O Rencana Pemeriksaan:
BP : br.vesikuler Foto Thorax PA
BT : Rh +/+ (difus) Wh -/- USG Abdomen
BJ I/II murni regular CK_CKMB
Peristaltik (+) Urin lengkap
Edema +/+ Konsul ginjal HT
A: Susp. Edema paru akut (keluarga sudah setuju HD )
Ckd stage V e.c nefropati HT
Efusi pleura
Trombositopenia
Peningkatan enzim transaminase
Dislipidemia
Hasil lab : 29-12-09
WBC : 11.190 /µL
RBC : 4,65 10x6
HGB : 13.4 gr/dL
HCT : 38,3 %
PLT : 84.000 /µL
GDS : 74
Ur/Cre : 331/18,9 TKK : 2,79
16
GOT/GPT :149/130
Albumin/Globulin : 3,2/3,3
Khol. Total : 293
HDL : 40
LDL : 179
TGL : 363
Na : 126
K : 5,9
Cl : 93
HBsAg (-) Anti HcV (-)
Fot o t horax :
- Edema paru disertai efusi ple ura
bilateral
USG :
- Ascites
- Efusi pleura kanan
-Gambaran kedua Ginjal : Bentuk,
ukuran dan echoparenkhim dalam
batas normal tidak tampak dilatasi
pelvocalyceal system batu (-).
30/12/09 Perawatan hari 2 : R/
T: 210/100 S: Sesak napas (+), batuk (+), lendir -Diet rendah garam, rendah
mmHg warna putih (+), darah (+), mual (+), purin, rendah kalium, rendah
N: 124x/ menit muntah (+), nyeri ulu hati (+). protein 0,8 gr/kg BB/hr.
P: 32x/ menit O: SB/GC/CM -HD dipersiapkan
S: 36,8 C Anemis (+), DVS R+2 cmH2O -NTG 5 µg/mnto
BP : br.vesikuler
BT : Rh +/+ (difus) Wh -/-
BJ I/II murni regular
17
Peristaltik (+)
Edema +/+
A: Susp. Edema paru akut
Ckd stage V e.c nefropati HT
Imbalance elektrolit
19.00 Jawaban konsul cardiologi : R/
Kesan : Udem paru akut Lasix 12 a mp/12 jam
Usul : O2 6-8 lpm
NTG 10 µg/mnt
Lasix 2 amp/12 jam
Balance cairan
Koreksi elektrolit
31/12/09 Perawatan hari ke- 3 : R/
T: 160/110 S: Sesak napas (+), batuk (+), lendir - Diet rendah garam, rendah
mmHg warna putih (+), darah (+), mual (-), purin, rendah kalium, rendah
N: 96 x/ menit muntah (-). protein 0,8 gr/kg BB/hr
P: 38 x/ menit O: SB/GC/CM - Lasix 2 amp/12 jam IV
S: 36,8 C Anemis (+), DVS R+2 cmH2O - O2 2-4 Lpmo
BP : br.vesikuler - IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
BT : Rh +/+ (difus) Wh -/- cabang NaCl 3% 10 t pm
BJ I/II murni regular - NTG 10 µg/mnt
Peristaltik (+) asit es (+) Awasi TV/jam
Edema +/+ Balance cairan
A: Susp. Edema paru akut
Ckd stage V e.c nefropati HT Rencana pemeriksaan:
Imbalance elektrolit ADT, Fe, TIBC
Trombositopenia e.c ?
18
01/01/2010 Perawatan hari ke- 4 : R/
: Sesak napas , batuk (+), lendir sulitT: 150/100 S - Diet rendah garam, rendah
mmHg dikeluarkan, darah (+), demam (+). purin, rendah kalium, rendah
N: 86 x/ menit O: SS/GC/CM protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 26 x/ menit Anemis (+), DVS R+2 cmH2O - Lasix 2 amp/12 jam IV (bila
S: 37,5 C BP : br.vesikuler TDS = 100 mmHg)o
BT : Rh +/+ Wh -/- - NTG 10 µg/mnt (bila TDS =
BB : 43 BJ I/II murni regular 100 mmHg) (tunda)
BB koreksi : Asites (+) - O2 2-4 Lpm
34,4 Edema +/+ Awasi TV/jam
Balance cairan : A: Edema paru akut Balance cairan
-34 Ckd stage V e.c nfropati HT Rencana HD hari ini
Imbalance elektrolit
Rencana pemeriksaan:
ADT, Fe, TIBC (tunggu hasil)
Kontrol elektrolit
UL
Protein total/albumin
02/01/2010 Perawatan hari ke- 5 : R/
T: 170/110 S: Sesak napas (+), bat uk (+), lendir (+) - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (+). purin, rendah kalium, rendah
N: 96x/ menit O: SS/GC/CM protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 26x/ menit Anemis (+) - Lasix 2 amp/12 jam IV (bila
S: 36,5 C BP : br.vesikuler TDS = 100 mmHg)o
BB : 43 BT : Rh +/+ Wh -/- - NTG 10 µg/mnt (bila TDS =
BB koreksi : BJ I/II murni regular 100 mmHg)
34,4 Asites (+) - O2 2-4 Lpm
Balance cairan : Edema +/+ Awasi TV/jam
-34 Kontrol elektrolit
19
A: Edema paru akut Rencana pemeriksaan:
Ckd stage V e.c nefropati HT ADT, Fe, TIBC
Imbalance elektrolit UL
Protein total/albumin
( Semuanya tunggu hasil )
03/01/2010 Perawatan hari ke- 6 : R/
T: 150/90 S: Sesak , batuk (+) - Diet rendah garam, rendah
mmHg O: SS/GC/CM purin, rendah kalium, rendah
N: 84 x/ menit Anemis (+) protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 24 x/ menit BP : br.vesikuler - IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
S: 36,7 C BT : Rh +/+ Wh -/- - Lasix 2 amp/12 jam IV (bilao
BJ I/II murni regular TDS = 100 mmHg)
Asites (+) - NTG stop
Edema +/+ dorsum pedis - O2 2-4 Lpm
A: Ckd stage V e.c nefropati HT - Restriksi cairan 500 cc + vol
Imbalance elektrolit urin/hr
- Herbesser CD 200 0-1-0
- Balance cairan
-HD reguler
(selasa,kamis,sa btu)
Rencana pemeriksaan:
-ADT, Fe, TIBC (cek ulang
hasil)!
-UL (tunggu hasil)
-Protein total/albumin (sdh
dibuat pengantar)
- Kontrol ele ktrolit (sdh dibuat
pengantar)
20
04/01/2010 Perawatan hari ke- 7 : R/
T: 150/80 S: Sesak napas (+), bat uk (+), lendir (+) - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (+). purin, rendah kalium, rendah
N: 92 x/ menit O: Anemis (+) protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 24 x/ menit BP : br.vesikuler - IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
S: 37,8 C BT : Rh -/+ Wh -/- infus lepaso
BJ I/II murni regular - Lasix 1 amp/12 jam IV (bila
Peristaltik (+) kesan normal TDS = 100 mmHg)
Edema +/+ dorsum pedis - Codein 10 mg 3x1
A: Ckd stage V e.c nefropati HT - Herbesser CD 200 0-1-0
Imbalance elektrolit - Balance cairan
-HD reguler
(selasa,kamis,sa btu)
Rencana pemeriksaan:
Kontrol DR
Ureum/ kreatinin
05/01/2010 Perawatan hari ke- 8 : R/
T: 140/80 S: Sesak napas (+), batuk (+), lendir (+), - Diet rendah garam, rendah
mmHg darah (+) berupa bercak, demam (+) purin, rendah kalium, rendah
N: 96 x/ menit BAK : ± 850 cc/24 jam protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 32 x/ menit O: A nemis (+) - IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
S: 37,9 C BP : br.vesikuler - Lasix 1 amp/12 jam IV (bilao
BT : Rh +/+ Wh -/- TDS = 100 mmHg)
BJ I/II murni regular - Codein 10 mg 3x1
Edema pretibial/dorsum pedis +/+ - Herbesser CD 200 0-1-0
A: Ckd stage V e.c nefropati HT - Balance cairan
-HD regular
(selasa,kamis,sa btu)
21
Rencana pemeriksaan:
DR, elektrolit
Ureum/ kreatinin
06/01/2010 Perawatan hari ke- 9: R/
T: 100/50 S: Sesak napas (-), bat uk (-) berkurang, - Diet rendah garam, rendah
mmHg BAK : vol urine 800/24 jam purin, rendah kalium, rendah
N: 92 x/ menit O: Anemis (+) protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 24 x/ menit BP : br.vesikuler - IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
S: 37,2 C BT : Rh +/+ Wh -/- - Lasix 1 amp/12 jam IV (bilao
BJ I/II murni regular TDS = 100 mmHg)
Peristaltik (+) kesan normal - Codein 10 mg 3x1
Edema pretibial/dorsum pedis +/+ - Herbesser CD 200 0-1-0
A: Ckd stage V e.c nefropati HT - Balance cairan
-HD regular
Hasil Lab : 29-12-2009 (selasa,kamis,sa btu)
CK : 849 (< 167)
CK_MB : 47 (<25) USG :
Trigliserida : 363 Efusi pleura dextra + asit es
Prot. total : 6,5 Rencana pemeriksaan:
(2-01-2010) Kontrol DR, elektrolit
Urine : Sediaan : Ureum/ kreatinin
Protein +3 Ery : 20-30 As. Urat
Blood +3 Leuko : 4-6 ADT (30-12-2009) :
Epitel sel : 6-9 Kesan : leukositosis disertai
tanda-tanda infeksi
trombositopenia
07/01/2010 Perawatan hari ke- 10 : R/
T: 100/60 S: Dema m (-), batuk (-), mual (-), - Diet rendah garam, rendah
mmHg muntah (-), perut kembung (+). purin, rendah kalium, rendah
22
N: 88 x/ menit BAK : Vol. urine ± 500 cc protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 20 x/ menit BAB : belum hari ini - Lasix 1 amp/12 jam IV (bila
TDS = 100 mmHg)S: 36,9 o C O: Anemis (+)
BP : br.vesikuler - Codein 10 mg 3x1 (K/P)
BT : Rh +/+ Wh -/- - Herbesser CD 200 0-1-0
BJ I/II murni regular - Balance cairan
Peristaltik (+) kesan normal - HD regular
Edema dorsum pedis +/+ (selasa,kamis,sa btu)
A: Ckd stage V e.c nefropati HT -Transfusi PRC 2 unit saat HD
Hasil Lab : (6-01-2010)
WBC : 7960
RBC : 2.56 X 10.6
HCT : 21,7
HgB : 7,1
PLT : 87.000
13.00 GH R/
S : Ku : lemah -Rencana cimino
O : SS/GC/CM -Konsul BTK
Anemi (+), ikterus (-), sianosis (-) -USG Doppler/ackovaskuler
A : Ckd stage V e.c nefropati HT -HD regular
(selasa,kamis,sa btu)
08/01/2010 Perawatan hari ke- 11 : R/
T: 110/80 S: Demam (+), batuk (-) berkurang, mual - Diet rendah garam, rendah
mmHg (-), muntah (-), kembung (-) purin, rendah kalium, rendah
N: 88 x/ menit BAK : Vol. urine 800cc/24 jam protein 34,2 gr/kg BB/hr
P: 24 x/ menit BAB : biasa -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
S: 37,6 C O: Anemis (+) - Lasix 1 amp/12 jam IV (bilao
23
TDS = 100 mmHg)BP : br.vesikuler
BT : Rh +/+ Wh -/- - Codein 10 mg 3x1 (K/P)
BJ I/II murni regular - Herbesser CD 200 0-1-0
Peristaltik (+) kesan normal - Balance cairan : (-350)
Edema dorsum pedis +/+ - HD regular (selasa, kamis,
A: Ckd stage V e.c nefropati HT sabtu)
Hasil Lab :( 6-01-2010) Rencana pemeriksaan:
Ureum : 233 Kontrol DR post transfusi
Kreatinin : 10,43
As. Urat : 6,2 (2,4 - 5,7)
El ektrolit :
Na : 128
K : 4,3
Cl : 103
(8-01-2010)
WBC : 8080
HgB : 10,3
HCT : 31,4
PLT : 81.000
09/01/2010 Perawatan hari ke- 12 : R/
T : 130/70 S: De mam (+), batuk (+), lendir (+). - Diet rendah garam, rendah
mmHg BAK : Sedikit, Vol. urine ±500 cc/24 jam purin, rendah kalium, rendah
N : 88 x/mnt O: Anemis (+) protein 34,2 gr/kg BB/hr
P : 24 x/mnt BP : br.vesikuler -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
S : 37,3 ° C BT : Rh +/+ Wh -/- - Lasix 1 amp/12 jam IV
BJ I/II murni regular - Codein 10 mg 3x1
Peristaltik (+) kesan normal - Herbesser CD 200 0-1-0
Edema dorsum pedis +/+ - HD regular
24
A: Ckd stage V e.c nefropat i HT (selasa,kamis,sa btu)
-Rencana pasang cimino
10/01/2010 Perawatan hari ke- 13 : R/
T : 130/70 S: Sesak (-), bat uk (-), sakit dada (-), - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (-). protein 30 gr/kg BB/hr
N : 88 x/mnt O: A nemis (+) -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
P : 24 x/mnt BP : vesikuler - Lasix 1 amp/12 jam IV
S : 36,5 ° C BT : Rh -/- Wh -/- - Codein 10 mg 3x1
BJ I/II murni regular - Herbesser CD 200 0-1-0
Peristaltik (+) kesan normal -Pasang kateter
Edema dorsum pedis -/- -HD regular
A: Ckd stag e V e.c nefropati HT (salasa,kamis,sabt u)
Rencana pemeriksaan:
Ur/Cr, Elektrolit
11/01/2010 Perawatan hari ke- 14 : R/
T : 130/80 S: Sesak (-), bat uk (+), sakit dada (-), - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (+). protein 30 gr/kg BB/hr
N : 90 x/mnt O: A nemis (+) -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
P : 20 x/mnt BP : vesikuler - Lasix 1 amp/12 jam IV
S : 37,4 ° C BT : Rh +/+ Wh -/- - Codein 10 mg 3x1
BJ I/II murni regular - Herbesser CD 200 0-1-0
Urine : Peristaltik (+) kesan normal -HD regular
24 jam: 600 cc Edema dorsum pedis -/- (selasa,kamis,sa btu)
A: Ckd stag e V e.c nefropati HT
Rencana pemeriksaan:
Ur/Cr, Elektrolit
25
12/01/2010 Perawatan hari ke- 15 : R/
T : 140/90 S: Sesak (-), bat uk (-), sakit dada (-), - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (-). protein 30 gr/kg BB/hr
N : 84 x/mnt O: A nemis (-) -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
P : 24 x/mnt BP : vesikuler - Lasix 1 amp/12 jam IV
S : 36,5 ° C BT : Rh -/- Wh -/- - Codein 10 mg 3x1
BJ I/II murni regular - Herbesser CD 200 0-1-0
Peristaltik (+) kesan normal -HD regular
Edema dorsum pedis -/- (selasa,kamis,sa btu)
A: Ckd stag e V e.c nefropati HT
13/01/2010 Perawatan hari ke- 16 : R/
T : 120/80 S: Sesak (-), bat uk (-), sakit dada (-), - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (-), mual (-), muntah (-). protein 30 gr/kg BB/hr
N : 72 x/mnt O: A nemis (-), udem palpebra (+) -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm
P : 20 x/mnt BP : vesikuler - Lasix 1 amp/12 jam IV
S : 36,8 ° C BT : Rh -/- Wh -/- - Codein 10 mg 3x1
BJ I/II murni regular - Herbesser CD 200 0-1-0
Peristaltik (+) kesan normal -HD reguler
Edema dorsum pedis -/- (selasa,kamis,sa btu)
A: Ckd stag e V e.c nefropati HT
Rencana pemeriksaan:
-Ur/Cr, DR
-Konsul B. thorax & Vaskuler
untuk ci mino
10.00 Ku : Baik -Pro cimino (jika keluarga
S : Sesak (-) setuj u)
-Tunggu jadwal
26
14/01/2010 Perawatan hari ke- 17 : R/
T : 120/80 S: Sesak (-), bat uk (-), sakit dada (-), - Diet rendah garam, rendah
mmHg demam (-), mual (-), muntah (-). protein 30 gr/kg BB/hr
N : 76 x/mnt O: A nemis (+), udem palpebra (+) -IVFD NaCl 0,9 % 10 tpm aff
P : 20 x/mnt BP : vesikuler infus
S : 36,9 ° C BT : Rh -/- Wh -/- - Lasix 1 amp/12 jam IV
BJ I/II murni regular stop ganti oral
Peristaltik (+) kesan normal - Furosemid 40 mg 1-0-0
Edema dorsum pedis -/- - Herbesser CD 200 0-1-0
A: Ckd stag e V e.c nefropati HT -HD reguler
(selasa,kamis,sa btu)
VII. RESUME
Perempuan umur 28 tahun mas uk RS dengan keluhan Dyspne u yang dialami sejak ± 12
jam SMRS, dispneu timbul setelah transfusi transfusi 4 ka ntung di RS Gowa. Sesak terus
me nerus, pasien dapat tidur dengan satu bantal, sesak disertai dengan jantung berdebar-debar.
Nyeri dada ada, batuk ada, sput um ada warna putih, darah ada, riwayat sering nyeri
tenggorokan ada. Demam tidak a da, sakit kepala tidak ada, l emas ada sejak 2 minggu SMRS,
mual ada, vomitus yang frek. 2x isi sisa makanan dan cairan, nyeri ul u hati ada, Nafsu makan
me nurun dan barat badan osi menurun. Defekasi biasa, miksi lancar warna kuning. Riwayat DM
tidak ada, riwayat hipertensi ada, saat kontrol satu bulan yang lalu didokt er TD 170/100,
riwayat BAK berpasir tidak ada, riwayat penyakit jant ung tidak ada, riwayat HD regular tidak
ada.
Pada pemeriksaan fisis, status present pasien adalah sakit berat, gizi kucup dan
komposmentis. Pada pemeriksaan tanda vital TD 160/100 mmHg, nadi 112 x/mnt (takikardi),
pernapasan 32 x/mnt, suhu 36,8 °C. Pada pemeriksaan kepala didapatkan anemis (+). Pada
pemeriksaan leher, thorax, jantung, abdomen, dalam bat as normal. Pada ekstremitas
ditemukan edema (+).
27
Pada pemeriksaan laboratorium saat pasien masuk RS, leukosit (WBC : 11.190 x 10³ /µL),
anemi (HgB : 13,4 gr/dl), PLT (84.000), GDS (74), ureum (331), kreatinin (18,9) dengan TKK
(2,79), SGOT/SGPT (149/130), Alb/Glob (3,2/3,3), Chol. T otal (293), HDL (40), LDL (179), Na
(126), K (5,9), Cl (93). Hasil urinalisa dari protein (+3), blood (+3), Pada se diaan eritrosit (20-30),
leukosit (4-6), epitel sel (6-9). Hasil laboratorium kontrol WBC (7.960), HgB (7,1), ureum (233),
kreatinin (10,43).
Hasil USG abdomen menunjukkan a danya acites dan efusi ple ura kanan. Pada CXR
me nunjukkan edema paru dan efusi pleura bilateral.
Berdasarkan hasil ana mnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan laborat orium, serta
pemeriksaan penunja ng CXR dan USG abdomen, maka diagnose yang ditegakkan adalah e dema
paru dan CKD Stage V e.c Nefropati HT.
VII. DISKUSI
Pasien masuk RS de ngan keluhan sesak nafas sejak ± 12 jam SMRS, diperkirakan
kemungkinan beberapa penyakit seperti penyakit paru dan jantung serta penyakit selain
jantung. Dari hasil anamnesis dan fisis pasien, kami me ndiagnosis CKD dengan adanya sesak
tiba-tiba setelah transfusi akibat kerja jantung yang tiba-tiba memberat karena pemberian
beban transfusi, anemis, ronkhi difus, edema (edema paru akut), mual (+), muntah (+),
hipert ensi, penurunan LFG, dengan ini ka mi mengarah ke CKD.
Diketahui penyebab CKD adalah DM tipe I dan II, hipertensi, glomerulonefritis, nefritis
interstitial, kista, penyakit sistemik, dan neoplasma.
Pada CKD terjadi gangguan fungsi ginjal sebagai berikut :
1. Filtrasi,pada pasi en ini kemungkinan terjadi kerusakan ginjal dengan adanya kebocoran
protein di glomerulus sehingga terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan ascites dan
edema ekstremitas. Namun pada pasien ini ti dak dilakukan pemeriksaan albumin sehingga
tidak dapat dibuktikan. A danya ascites pada pasien ini dapat dipikirkan suatu diagnosis
bandi ng sirosis hepatis tetapi tidak ditemukan stigma sirosis (eritema pal maris dan spider
28
nevi) dan tidak dilakukan pemeriksaan USG abdomen, albumin, globulin sehingga diagnosis
ini dapat disingkirkan. Ascites juga disebabkan ol eh asupan makanan yang kurang atau diet
rendah protein. CKD sudah terjadi kerusakan pada glomerulus yang menyebabkan protein
keluar dari ginjal, sehingga tekanan onkotik menurun, tekana n hidrostatik kapiler
meningkat yang menyebabkan cairan menumpuk di ekstraseluler. Edema ekstremitas
(pretibial dan dorsum pedis) terjadi akibat bendungan di jant ung kanan sehingga aliran
balik vena cava inferior meningkat.
2. Reabsorbsi, pada gagal ginjal terjadi reabsorbsi elektrolit termasuk ure um dan kreatinin
sehingga jumlahnya meningkat dalam darah yang dapat menimbulkan sindrom uremik
yang akan menimbulkan gejala dispepsia yaitu mual dan muntah. Penimbunan cairan di
ekstraseluler akan meningkatkan kerja jant ung sehingga lama - kelamaan jantung tidak
mampu lagi berkontraksi dan terjadi kong estif yang aka n menimbulkan aliran balik darah
dari atrium kiri ke jaringan interstitial paru yang dapat menyebabkan edema paru akut
ditandai dengan ronkhi. E dema paru akut yang bermanifestasi klinis sebagai dispneu dan
kadang – kadang bat uk.
3. Sekresi, ginjal mensekresi hormon EPO yang berperan dalam eritropoesis. Pada pasien ini
terjadi defisiensi EPO yang menyebabka n anemia. Pada CKD terjadi uremia yang bersifat
racun yang dapat me nginaktifka n EPO sehingga umur eritrosit lebih pendek, disamping itu
kece nderungan t erjadinya hemolitik. Sekresi renin-angiotensin-aldosteron (RAA) dapat
meningkatkan reabsorbsi Na ,K ,Cl oleh tubulus distal da n tubulus kolektivus, dengan+ + -
de mikian sistem RAA mendorong retensi garam yang menaikan tekanan darah, selain itu
angiotensin II juga merupakan vasokonstrikor kuat bagi arteriol sehingga secara langsung
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer total.
4. Ekskresi,ginjal diharapkan mengatur keseimba ngan elektrolit dan pengeluaran ureum dan
kreatinin. Namun pada pasien ini terjadi peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah,
yang kemungkina n terjadi gangguan ekskresi ureum dan kreatinin dalam urin.
29
Terapi pasien CKD tahap akhir adalah terapi pengganti ginjal seperti berupa hemodialisi
(HD), peritonial dialisa, transplantasi ginjal. Pada pasien ini dilakukan hemodialisa untuk
me nyaring da n mengeluarkan sisa hasil metabolisme dalam tubuh pasien.
Diet yang dianjurkan pada pasien ini :
Pembatasan Asupan protein. Pembatasan asupa n prot ein mulai dilakukan = 60 ml/mnt,
pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein diberikan 0,6 – 0,8/kgBB/hr, yang
0,35 – 0,50 gr diantaranya merupakan prot ein nilai biologi tinggi. Ini dituj ukan unt uk
me ngurangi beban ekskresi sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, t ekanan intra
glomerulus, dan cedera sekunder pada nefron intak
Die t rendah kalium , ditujukan untuk mencegah terjadinya hiperkalemia yang sering
me nyebabkan gangguan irama jantung seperti fibrilasi ventrikel. Dimana pada pasien jumlah
yang diperbolehkan dalam dietnya adalah 40 – 80 mEq/hari.
Die t rendah garam , ditujukan untuk mengurang reabsorbsi Natrium yang bisa menyebabkan
edema dan juga peningkatan tekanan darah. Jumlah natrium yang biasa diperbol ehkan adalah
40-90 mEq/hr (1 hingga 2 gr Na) asupan yang kurang dari optimal dapat menyebabkan
dehidrasi, hipot ensi dan pemburukan fungsi ginjal, asupan natrium dan cairan dan natrium dan
cairan harus diatur sedemikian rupa untuk mencapai kesimbangan.
Die t rendah purin, ditujukan unt uk mencegah terjadinya hiperurisemia ya ng bisa
me mperberat fungsi ginjal.
Terapi Farmakologi
1. Diure tik Kuat,pada pasien ini diberikan injeksi Lasix (furosemide) sebanyak 2 Ampul/12j/IV
(bolus) untuk mengatasi sesak nafas dengan menurunkan e dema paru, furosemide
menyebabkan diuresis cepat dan juga untuk menurunkan beba n preload, unt uk gagal
jantung dan tanda – tanda bendungan sirkulasi seperti peninggian tekanan vena jugular,
edema tungkai dan ascit es. Dengan pe mberian ini keluhan sesak nafas menurun bahkan
berhenti.
30
2. Kalsium Antagonis , pasien ini diberikan Diltiazem (herbesser) HCl 1-0-0 yang merupakan
golongan nondi hiropiridin, yang efeknya akan memperlambat pembent ukan impuls
spontan di nodus SA ya ng membuat denyut jantung sedikit melambat atau menghambat
influks kalsium langsung pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard.
3. Antitusif , pasien ini diberikan kodein 10 mg 1-1-1, dimana perlangsungan batuk pasien
yang mulanya berlendir menjadi batuk kering.
Cimino dilakukan untuk memudahkan akses vaskuler saat HD, yang sebelumnya
dilakukan pemeriksan Doppler untuk menilai vaskuler dan tempat yang baik unt uk pe masangan
cimino.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyono, Slamet, Prof. dr. H. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi Ketiga. Jilid
II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2001
2. Wilson, Lorraine McCarty, RN, PhD. Dkk. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi E nam. Volume Dua. EGC. 2002
3. Rani, A. Aziz. Dkk. Panduan Pelayanan Medik. PB PAPDI FKUI . 2008
4. Almatsier, DR. Sunita. M.Sc. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: PT GPU. 2006
5. http://www.emedicine.com/chronic-kidney-disese.html
6. http://www.wordpress.com/hubunganhipertensidandiabetesmelitusterhadap
gagalginjalkronik.html
7. http://www.blogspot.com/Hipertensi/wikipedia.html
32