13
REFERAT PRESBIKUSIS Oleh: Muhnandar Kurniawan H1AP09033 Pembimbing: dr. Syabriansyah, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. YUNUS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015

refrat presbikusis nandark

Embed Size (px)

DESCRIPTION

file pdfnyo iko

Citation preview

  • REFERAT

    PRESBIKUSIS

    Oleh:

    Muhnandar Kurniawan

    H1AP09033

    Pembimbing:

    dr. Syabriansyah, Sp.THT-KL

    KEPANITERAAN KLINIK TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. YUNUS

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS BENGKULU

    2015

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan

    proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Presbikusis terjadi pada nada

    tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat berupa penurunan pendengaran

    jenis sensorineural yang bilateral pada kedua telinga dan simetris yang disebabkan oleh

    perubahan degeneratif telinga bagian dalam.5

    Angka insidensi dari gangguan pendengaran akibat prebikusis pada lansia di Amerika

    Serikat dilaporkan sebesar 25-30% untuk kelompok umur 65-70 tahun, sedangkan angka

    insidensi untuk umur lebih dari 75 tahun sebesar 50%. Menurut hasil survei, jumlah

    pemakai alat bantu dengar sampai saat ini di Amerika mencapai 20 juta orang.5

    Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting

    bagi manusia. Jika manusia mengalami gangguan pendengaran maka hal itu akan sangat

    berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini sudah tersedia teknik penanganan

    gangguan pendengaran yang baru dan lebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang

    efektif telah terbukti menghasilkan efek positif terhadap kualitas hidup.8

    Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas

    hidup terutama pada pasien presbiakusis. Tujuan utama dari alat bantu dengar adalah untuk

    memaksimalkan sisa pendengaran.9

  • 2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1. ANATOMI TELINGA

    Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani, dan telinga dalam

    atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus (MAE)/ liang

    telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal pars petrosa yang

    dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang pendengaran. Telinga dalam berisi labirin

    tulang (vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea) dan labirin membranasea (utrikulus

    dan sakulus di dalam vestibulum, tiga duktus semisirkularis di dalam kanalis semisirkularis,

    dan duktus koklearis di dalam koklea), sesuai dengan yang ditampilkan pada Gambar 1.1

    Gambar 1: Anatomi telinga luar, tengah dan dalam.

    II. 2. PRESBIKUSIS

    Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat proses

    degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara

    progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan

    yang mendasari selain proses menua secara umum.5

  • 3

    II. 3. EPIDEMIOLOGI

    Berdasarkan definisinya, prevalensi presbiakusis meningkat seiring bertambahnya

    usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbiakusis dialami sekitar 30-35%

    pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi

    pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan prevalensi presbiakusis antar

    ras belum diketahui secara pasti.6

    II. 4. ETIOLOGI

    Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi.

    Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis adalah

    Degenerasi sel rambut di koklea, degenerasi fleksibilitas dari membran basiler, berkurangnya

    neuron pada jalur pendengaran, perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak,

    degenerasi jangka pendek dan auditory memory, menurunnya kecepatan proses pada pusat

    pendengaran di otak (central auditory cortex ).5,7

    Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana

    seseorang tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini

    dibandingkan dengan orang desa. Diduga kejadian presbikusis usia mempunyai hubungan

    dengan faktor-faktor herediter, metabolism (DM, hiperkolesterol), arterosklerosis

    (Hipertensi,), infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor(Merokok, riwayat bising).8

    II. 5. KLASIFIKASI

    Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi

    presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan

    dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. Prevalensi terbanyak menurut

    penelitian adalah jenis metabolic 34,6%, jenis lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan

    sensorik 11,9%.6

    Presbikusis sensorik adalah atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel

    penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar

    ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan.

    Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal dari basal koklea dan

    proses berjalan dengan lambat. Ciri khas adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-

    tiba pada frekuensi tinggi (slooping downn). Jenis sensori adalah tipe noise-induced hearing

    loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki dengan riwayat bising.6,7

  • 4

    Presbikusis Neural merupakan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.

    Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena

    dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap

    frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata

    yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum

    terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut

    sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-

    sel neuron ini sesuai dengan normal speech discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang

    di bawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis.

    Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Gambaran

    klasik: speech discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis

    (cookie-bite).7

    Presbikusis Metabolik/(Strial presbyacusis) keadaan ini dihasilkan dari atrofi stria

    vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik dan

    kimiawi dan juga keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari stria ini menyebabkan

    hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva pendengaran yang mendatar

    (flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata dijumpai. Proses ini

    berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan lambat dan

    mungkin bersifat familial. Penderita dengan kasus kardiovaskular (heart attacks, stroke,

    intermittent claudication) dapat mengalami prebikusis tipe ini serta menyerang pada semua

    jenis kelamin namun lebih nyata pada perempuan.5,8

    Presbikusis Mekanik ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari

    membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan

    atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang

    sangat lambat.5,6

    II. 6. PATOGENESIS

    Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel rambut dan

    elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran menyebabkan penurunan pada

    frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi stria vaskularis yang memberikan

    gambaran audiometri nada murni berbentuk flat. Kekakuan membran basal juga memberikan

    gambaran penurunan audiometri nada murni yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa

    juga mengenai nervus koklearis. Kerusakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh

    infeksi atau penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak.5,7,8

  • 5

    II. 7. GEJALA KLINIS

    Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan

    dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui

    pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat

    mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan

    dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila

    intensitas suara ditinggikan akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor

    kelemahan saraf (recruitment).8

    II. 8. DIAGNOSIS

    Pada anamnesis Penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, bersifat

    sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap suara atau

    nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan telinga hidung tenggorok,

    seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari. Penderita menjadi depresi dan lebih

    sensitif. Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu persepsi munculnya suara baik di telinga

    atau di kepala. Faktor risiko presbikusis adalah: 1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-

    obatan, 4) hipertensi, dan 5) riwayat keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat

    bising, tempat rekreasi yang bising, dan penembak (tentara) akan mengalami kehilangan

    pendengaran pada frekuensi tinggi. Penggunaan obat-obatan antibiotik golongan

    aminoglikosid, cisplatin, diuretik, atau anti inflamasi dapat berpengaruh terhadap terjadinya

    presbikusis.8

    Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan serumen yang

    merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran terbanyak.

    Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga suram, dengan

    mobilitas yang berkurang. Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne positif Hantaran Udara

    Hantaran Tulang, Uji Weber, Uji Schwabach memendek.5

    Audiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan. Pemeriksaan

    audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada tinggi bilateral dan

    simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan perurunan ambang dengar nada

    murni yang menunjukkan gambaran tuli sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan

    yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan

    pendengaran jenis sensorik dan neural. Kedua jenis ini paling sering ditemukan.5,7

  • 6

    Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar,

    kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Semua jenis presbikusis

    tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.5

    Audiometri tutur Menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech

    discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan

    koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang kata yang

    didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti koklea, pasien sulit untuk

    membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi umtuk

    membedakan kata tersebut. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien

    dalam pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar.5

    Gambar 2 : audiogram presbikusis

    II. 9. PENATALAKSANAAN

    Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan

    pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu

    dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar

    (auditory training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech

    therapist)2.

    II.9.a Definisi Hearing Aid

    Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,

    yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan

    lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:9

  • 7

    Tabel 1 : komponen ABD

    Komponen Fungsi

    Microphone bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah

    sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya

    ke amplifier.

    Amplifier berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi

    listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver.

    Receiver atau

    loudspeaker

    mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi

    energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang telinga

    Batere sebagai sumber tenaga.

    Gambar 3 : komponen ABD

    Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan

    apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang

    profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi

    pendengaran). 10

    Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan

    pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat

    bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan kemampuan mendengar

    penderita, aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis,

    penampilan, harga.10

  • 8

    Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar

    Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital, artinya

    sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi kode-kode digital,

    yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.5,9

    Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik

    memanipulasi sinyal contohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan sinyal bising.

    Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam memproses) lebih

    baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar yang ada di beberapa tahun

    lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.10

    Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa frekuensi dan

    mengamplifikasi tergantung dari settingan/program yang diberlakukan pada alat bantu

    dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode algoritma

    juga memungkinkan untuk membedakan jumlah amplifikasi antara suara yang pelan,sedang

    dan keras. Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara

    yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi). Dan pemrosesan digital

    memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar

    menghasilkam kualitas suara yang bagus.9,10

    Gambar 4 : Mekanisme Kerja ABD

    Kandidat pemakai alat bantu dengar

    Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harus

    mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangat

    dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harus

  • 9

    dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum dikelompokkan

    menjadi Mild Hearing Loss (20-40 dB), Moderate Hearing Loss (45-65 dB), Severe Hearing

    Loss (70-85 dB), Profound Hearing Loss (>85 dB).8,9

    Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu

    diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar, antara lain

    umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum, motivasi pasien (Bukan

    keluarga atau pihak lain), kondisi keuangan pasien, pertimbangan kosmetis, kebutuhan pasien

    akan komunikasi, terutama dalam kehidupan dan pekerjaan.9

    Implan Koklea

    Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan

    menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi

    pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan

    semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea

    pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah

    dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.8

    Tabel 2 : Indikasi dan Kontra indikasi implant Koklea

    IMPLAN KOKLEA

    Indikasi Kontra Indikasi

    - keadaan tuli saraf berat bilateral atau

    tuli total bilateral (anak maupun

    dewasa) yang tidak / sedikit mendapat

    manfaat dengan alat bantu dengar

    konvensional,

    - usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak

    ada kontraindikasi medis

    - calon pengguna mempunyai

    perkembangan kognitif yang baik.

    - tuli akibat kelainan pada jalur saraf

    pusat (tuli sentral),

    - proses penulangan koklea

    - koklea tidak berkembang

    Cara kerja implan koklea

    Perangkat implan koklea terdiri dari Komponen luar (Mikrofon, Speech processor,

    kabel pengubung), komponen dalam (Receiver dan Multi-channel electrode). Prinsip kerja

    dari cochlear implant pertama kali gelombang suara masuk pada mikrofon yang ditempatkan

  • 10

    pada headpiece, suara dikirim ke speech processor melalui sebuah kabel tipis yang

    menghubungkan headpiece ke speech processor, the speech processor mengubah suara

    tersebut menjadi sebuah sinyal khusus yang dapat ditafsirkan oleh otak. Perubahan ini

    diselesaikan dengan suatu program yang disebut speech processing strategies, sinyal khusus

    tersebut dikirim kembali melalui kabel yang sama ke headpiece dan dikirim melewati kulit

    melalui gelombang radio ke alat yang ditanam tersebut, sinyal tersebut berjalan melalui

    barisan elektroda di dalam pusat telinga dan merangsang saraf pendengaran.9,10

    Saraf pendengaran kemudian mengirim sinyal sinyal listrik ke otak dimana siyal

    sinyal listrik tersebut ditafsirkan sebagai suara.

    Gambar 5 : Implant koklea

  • 11

    BAB III

    KESIMPULAN

    Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65 tahun akibat

    proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi

    secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada

    kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Banyak faktor yang mempunyai

    hubungan dengan presbikusis seperti herediter, metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya

    hidup atau bersifat multifactor. Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan

    patogenesis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler,

    seperti faktor gen, stress oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal. Klasifikasi presbikusis

    menjadi 4 jenis: Sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy),

    dan koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Diagnosis ditegakkan berdasarkan

    anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Presbiakusis tidak dapat

    disembuhkan dan tujuan penatalaksanaanya adalah untuk memperbaiki kemampuan

    pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat Bantu Dengar (ABD) adalah

    suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang

    masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di

    sekitarnya. mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melalui mikrofon, pengerasan

    suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker yang mana

    keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai. Selain itu juga dapat dengan

    menggunakan implan koklea untuk alat bantu dengar pasien dengan presbikusis.

  • 12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC; 2000.

    P: 230-240.

    2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 2nd ed. Stuttgart: Georg

    Thieme Verlag; 2006. P: 357-483.

    3. Junqueira LC. Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC;

    2004. P: 30-40.

    4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 1996. P:

    135-278.

    5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

    Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 1. 43-45.

    6. Muyassaroh, M. 2013. Faktor Risiko Presbikusis - Health Science Journals. Diunduh

    dari: indonesia.digitaljournals.org/index.php/.../1187. [Diakses pada 11 Juni 2014]

    7. Dewi, Afriani. 2011. Presbiakusis. Diunduh dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

    content/uploads/2009/05/presbiakusis.pdf. [Diakses pada 14 Juni 2015]

    8. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July 27,

    2013. [Diakses pada 14 Juni 2015]

    9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

    Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 93-97.

    10. http://medicastore.com/penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html

    [Diakses pada 14 Juni 2015]