38
KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK RUMAH SAKIT TNI-AL DR. MINTOHARDJO REFERAT: HEARING AID PADA PRESBIKUSIS OLEH: MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT 030.09.160 PEMBIMBING: dr. DONALD MARPAUNG, Sp.THT 1

referat presbikusis 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

presbiakusis

Citation preview

KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKRUMAH SAKIT TNI-AL DR. MINTOHARDJO

REFERAT:HEARING AID PADA PRESBIKUSIS

OLEH:MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT030.09.160

PEMBIMBING:dr. DONALD MARPAUNG, Sp.THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA, 25 JUNI 2014KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya referat dengan judul Presbiakusis Pada Hearing Aid. Penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Telinga Hidung Tenggorok di RS TNI-AL dr. Mintohardjo periode 2014.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Donald Marpaung, Sp.THT selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua pihak yang turun serta membantu penyusunan makalah ini.Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, 25 Juni 2014

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi referat dengan judulPRESBIAKUSIS PADA HESRING AID

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Telinga Hidung Tenggorok di RS TNI-AL dr. Mintohardjo periode 2juni5 juli 2014.

Jakarta, 25 Juni 2014

dr. Donald Marpaung, Sp.THT

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2Lembar Persetujuan 3Daftar Isi 4

BAB I PENDAHULUAN 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6II. 1. Anatomi Telinga Luar 6II. 2. Histologi Telinga Luar 9II. 3. Fisiologi Telinga Luar 9II. 4. Presbiakusis 11II. 5. Epidemiologi 11II. 6. Etiologi 11II. 7. Klasifikasi 11II. 8. Patogenesis 13II. 9. Gejala Klinis 14II. 10. Diagnosis 14II. 12. Penatalaksanaan Hearing Aid 17II. 14. Prognosis 23

BAB III PENUTUP 24

Daftar Pustaka 26

BAB IPENDAHULUAN

Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Presbikusis terjadi pada nada tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat berupapenurunan pendengaran jenis sensorineural yang bilateral pada kedua telinga dansimetris yang disebabkan oleh perubahan degeneratif telinga bagian dalam.Angka insidensi dari gangguan pendengaran akibat prebikusis pada lansia di Amerika Serikat dilaporkan sebesar 25-30% untuk kelompok umur 65-70 tahun, sedangkan angka insidensi untuk umur lebih dari 75 tahun sebesar 50%. Menurut hasil survei, jumlah pemakai alat bantu dengar sampai saat ini di Amerika mencapai 20 juta orang.Pendengaran yang baikmerupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting bagi manusia. Jika manusia mengalami gangguan pendengaran maka hal itu akan sangat berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini sudah tersedia teknik penanganan gangguan pendengaran yangbaru dan lebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti menghasilkan efek positif terhadap kualitas hidup.Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup terutama pada pasien presbiakusis. Tujuan utama dari alat bantu dengar adalah untuk memaksimalkan sisa pendengaran.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II. 1. ANATOMI TELINGA LUAR

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani, dan telinga dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus (MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal pars petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang pendengaran. Telinga dalam berisi labirin tulang (vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea) dan labirin membranasea (utrikulus dan sakulus di dalam vestibulum, tiga duktus semisirkularis di dalam kanalis semisirkularis, dan duktus koklearis di dalam koklea), sesuai dengan yang ditampilkan pada Gambar 1.1

Gambar 1: Anatomi telinga luar, tengah dan dalam.

Telinga luar, yaitu aurikula dan MAE, membentuk suatu unit anatomis dan fungsional. Batas medial telinga luar ialah kavum timpani. Aurikula dibentuk oleh lempeng kartilago elastis pada bagian lateral telinga luar, dengan bagian medial berupa tulang. Perikondriumnya menyatu dengan dermis aurikula bagian lateral sehingga tidak terdapat jaringan subkutan pada daerah tersebut. Sehingga jika terjadi pembengkakan dan perubahan kulit di daerah tersebut dapat menyebabkan nyeri hebat, gangguan penyerapan, dan destruksi kartilago dengan perubahan permanen pada bentuk aurikula. Gambaran normal aurikula dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2: Aurikula/ daun telinga.

Meatus akustikus eksternus seringkali mengalami gangguan yang menyebar dari aurikula, atau sebaliknya. Dua pertiga lateral dari MAE ialah jaringan fibrokartilago yang menyudut ke bawah dan depan, relatif terhadap sepertiga bagiannya yang terdiri atas tulang. Sehingga pada otoskopi bagian kartilago tersebut harus ditarik ke atas dan belakang. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, sepertiga bagian luar MAE mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan glandula seruminosa, suatu modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan serumen, yaitu sekret lilin semisolid berwarna cokelat kekuningan. Bagian tulang pada MAE dibentuk oleh os temporal pars timpanika. Kulit pada MAE sangat tipis dan langsung melapisi periosteum, sehingga mempengaruhi suhu dan sensitivitas nyeri pada kulit medial MAE. Pada bayi, bagian kartilago MAE lebih pendek daripada bagian tulang, namun setelah mencapai usia 5-6 tahun keduanya menjadi sama panjang. MAE orang dewasa adalah sepanjang 2.5 cm.1,2

Gambar 3: Meatus akustikus eksternus/ liang telinga.

Telinga luar berbatasan dengan organ-organ berikut di sekitarnya. Di anterior, telinga luar berbatasan dengan temporomandibular joint, sehingga trauma pada sendi TMJ dapat menyebabkan perdarahan di liang telinga. Di anterior dan inferior, telinga luar berbatasan dengan kelenjar parotis, sehingga peradangan atau tumor dari sana dapat menjalar lewat fisura Santorini, atau sebaliknya. Di posterior, telinga luar berbatasan dengan mastoid. Bagian posterior dinding tulang liang telinga membentuk bagian anterior dinding mastoid, jika terjadi mastoiditis dapat terjadi sagging pada dinding liang telinga posterosuperior. Di superior berbatasan dengan M. temporalis dan os temporal pars skuamosa. Bagian superomedial bagian tulang liang telinga membentuk lantai epitimpanum di telinga tengah.2Persarafan sensorik telinga luar berasal dari cabang N. aurikularis mayor dari pleksus servikalis, dan N. aurikulotemporalis dari N. trigeminus cabang ketiga. Bagian liang telinga juga disuplai oleh cabang aurikular N. vagus, sehingga stimulasi pada pemeriksaan dapat menginduksi iritasi vagal. Selain itu dipersarafi pula oleh cabang aurikular N. fasialis.1,2

II. 2. HISTOLOGI TELINGA LUAR

Aurikula (pinna) terdiri atas suatu lempeng yang tak teratur di tulang rawan elastis, yang ditutupi secara erat oleh kulit di semua sisinya. MAE merupakan saluran yang agak gepeng dari permukaan sampai ke dalam os temporal, batas dalamnya adalah membran timpani. Dilapisi oleh epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar seruminosa di dalam submukosa, berupa kelenjar tubular bergulung yang menghasilkan serumen. Ujung bagian dalam MAE ialah membran timpani, yang permukaan luarnya dilapisi epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid, yang menyatu dengan lapisan rongga timpani. Di antara kedua lapisan epitel tersebut terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin dan fibroblas.3

II. 3. FISIOLOGI TELINGA LUAR

Fungsi telinga luar ialah sebagai suatu antena akustik yang menghantarkan gelombang suara ke telinga tengah secara diskriminatif. Aurikula dan MAE membentuk suatu pipa akustik yang mengamplifikasi frekuensi tertentu di antara 2-4 kHz. Sehingga jika terjadi bising pada frekuensi tersebut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Proses amplifikasi ini tidak meningkatkan amplitudo gelombang suara melainkan berdasarkan resonansi, berarti membuat suatu panjang gelombang bergetar dengan lebih baik, seperti yang terjadi dalam kolom udara di instrumen pipe organ.2Terdapat dua jalur akustik, direk dan indirek. Jalur direk adalah langsung melalui MAE, jalur indirek adalah melalui heliks dan antiheliks. Jalur indirek mengalami delay sekitar 0.2 milidetik, sehingga berfungsi untuk melokalisasi sumber suara pada bidang vertikal. Aurikula juga berfungsi sebagai pemecah udara, dengan menimbulkan turbulensi udara sehingga menghilangkan efek konstan akustik dari udara yang bergerak.2Rambut dan serumen pada telinga luar juga memiliki fungsi protektif. Migrasi epitel normal dari membran timpani dan MAE membawa debris keratin secara lateral ke arah luar liang telinga, sehingga bila terdapat gangguan pada fungsi ini dapat memudahkan terjadinya kolesteatoma eksternal. Secara umum, fisiologi telinga luar dapat disimpulkan pada Tabel 1.4

Fungsi Telinga Luar

AurikulaMengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke MAE; berperan dalam lokalisasi suara.

MAEMengarahkan gelombang suara ke membran timpani; mengandung rambut-rambut penyaring dan mensekresikan serumen (ear wax) untuk menangkap partikel-partikel asing.

Membran timpaniBergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran di telinga tengah bergetar.4

Tabel 1: Fungsi telinga luar.

II. 4. PRESBIKUSISPresbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.5

II. 5. EPIDEMIOLOGIBerdasarkan definisinya, prevalensi presbiakusis meningkat seiring bertambahnya usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbiakusis dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan prevalensi presbiakusis antar ras belum diketahui secara pasti.6

II. 6. ETIOLOGIUmumnya diketahui bahwa presikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis adalah Degenerasi sel rambut di koklea, degenerasi fleksibilitas dari membran basiler, berkurangnya neuron pada jalur pendengaran, perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak, degenerasi jangka pendek dan auditory memory, menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory cortex ).5,7Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana seseorang tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini dibandingkan dengan orang desa. Diduga kejadian presbikusis usia mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, metabolism (DM, hiperkolesterol), arterosklerosis (Hipertensi,), infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor(Merokok, riwayat bising).8

II. 7. KLASIFIKASIGacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. Prevalensi terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolic 34,6%, jenis lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan sensorik 11,9%. Adapun keempat tipe dari prebikusis adalah sebagai berikut :6Tipe

Presbikusis sensorik atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat. Ciri khas adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping downn). Jenis sensori adalah tipe noise-induced hearing loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki dengan riwayat bising.

Presbikusis Neural atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai dengan normal speech discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang di bawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis. Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Gambaran klasik: speech discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis (cookie-bite).

Presbikusis Metabolik(Strial presbyacusis)Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva pendengaran yang mendatar (flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat familial. Penderita dengan kasus kardiovaskular (heart attacks, stroke, intermittent claudication) dapat mengalami prebikusis tipe ini serta menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih nyata pada perempuan

Presbikusis Mekanik ( Cochlear presbykusis ) Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.

Tabel 2: Klasifikasi PresbikusisII. 8. PATOGENESIS

Faktor herediter, hipertensi, penyakit sistemik, multifaktorTuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel rambut dan elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran menyebabkan penurunan pada frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi stria vaskularis yang memberikan gambaran audiometri nada murni berbentuk flat. Kekakuan membran basal juga memberikan gambaran penurunan audiometri nada murni yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus koklearis. Kerusakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak.5,7,8

Perubahan struktur koklea dan nervus akustikProses degenerasi telinga dalam pada lansia

Atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ corti, perubahan vaskular pada stria vakularis, jumlah dan ukuran sel ganglion saraf menurunPendengaran berkurang secara perlahan, progresif, dan simetris pada kedua telinga

Telinga berdenging, pasien dapat mendengar tapi sulit memahamiBila intensitas suara tinggi dapat timbul nyeri, disertai tinitus dan vertigo

II. 9. GEJALA KLINIS

Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor kelemahan saraf (recruitment).8

II. 10. DIAGNOSISAnamnesisPenurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap suara atau nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan telinga hidung tenggorok, seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari. Penderita menjadi depresi dan lebih sensitif. Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu persepsi munculnya suara baik di telinga atau di kepala. Faktor risiko presbikusis adalah: 1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-obatan, 4) hipertensi, dan 5) riwayat keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat bising, tempat rekreasi yang bising, dan penembak (tentara) akan mengalami kehilangan pendengaran pada frekuensi tinggi. Penggunaan obat-obatan antibiotik golongan aminoglikosid, cisplatin, diuretik, atau anti inflamasi dapat berpengaruh terhadap terjadinya presbikusis.

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan serumen yang merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran terbanyak. Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga suram, dengan mobilitas yang berkurang. Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne positif Hantaran Udara Hantaran Tulang, Uji Weber, Uji Schwabach memendek.

PenunjangAudiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada tinggi bilateral dan simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan perurunan ambang dengar nada murni yang menunjukkan gambaran tuli sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan pendengaran jenis sensorik dan neural. Kedua jenis ini paling sering ditemukan. Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Audiometri tutur Menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang kata yang didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti koklea, pasien sulit untuk membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi umtuk membedakan kata tersebut. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar.

Gambar 4 : audiogram presbikusisII. 11. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pada pasien ini bertujuan untuk memperbaiki efektifitas pasien dalam berkomunikasi dan memaksimalkan pendengaran pasien, atau yang biasa disebut dengan rehabilitasi. Pada penatalaksanaan kali ini akan lebih diterangkan tentang Hearing Aid/Alat bantu dengar.5,7,9II.11.a Definisi Hearing AidAlat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:9KomponenFungsi

Microphonebagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya ke amplifier.

Amplifierberfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver.

Receiver atau loudspeakermengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang telinga

Bateresebagai sumber tenaga.

Tabel 5 : komponen ABD

Gambar 5 : komponen ABDBerdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorangaudiologisbisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran).10Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural.Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan kemampuan mendengar penderita, aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis, penampilan, harga.10

Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu DengarSaat ini sebagian besar alat bantu dengarsudah memakai teknologi digital, artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi kode-kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.5,9 Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik memanipulasi sinyalcontohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan sinyal bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.10Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa frekuensi dan mengamplifikasi tergantung dari settingan/program yang diberlakukan pada alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode algoritma juga memungkinkan untuk membedakan jumlah amplifikasi antara suara yang pelan,sedang dan keras.Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi). Dan pemrosesan digital memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar menghasilkam kualitas suara yang bagus.9,10 Gambar 6 : Mekanisme Kerja ABD

KLASIFIKASI Menurut sistim kerjanyaSecara umum sistim kerja ABD dibedakan menjadi:

AnalogPrinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk telinga melalui komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD ini telah diatur dari pabrik sehingga kemampuan pengaturan yang lebih individual sangat terbatas atau kurang fleksibel. Sistim ini mudah mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian komponen dan rentan terhadap bising di sekitarnya.

DigitalSistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer yang menganalisa suara yang masuk. Setelah suara diamplifikasi, teknologi digital akan memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yang tidak diharapkan (noise). ABD Sistim digital bisa menerima program komputer tertentu yang dapat memilih frekuensi syang spesifik sesuai dengan kebutuhan. ABD Sistim digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi dengan suara yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan.

Tabel 6 : Mekanisme Kerja Menurut bentuknyaSetiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:8,9Jenis alat bantu pendengaranKeuntunganKerugian

Body Worn TypeHarga murahBaterai tahan lama dan mudah didapatFeedback tidak adaAmplifikasi lebih kuatPengaturan manual mudahBentuk besarAda kabelBunyi gesekan dengan kainSelit menangkap suara dari belakangDapat rusak oleh sekret telinga pasien

Behind-the-ear typeAmplifikasi kuatFeedback minimalPengaturan manual relatif

Membutuhkan ear mouldMemberikan efek oklusiDapat rusak oleh sekresi telinga pasien

In-the-ear typeSulit terlihat

Amplifikasi terbatasMembutuhkan ear mould

In-the-canal typeSulit terlihatAmplifikasi cukup baik karena terpasang dalam

Rentan terhadap feedbackPengaturan manual sulit

Completely-in-canalTidak terlihat kecuali melihat langsung ke liang telinga pemakaiPengaturan manual sulitRentan feedbackFitur tertentu tidak dapat digunakan

Spectacle aidSecara kosmetik lebih dapat diterimaLetak receiver menjadi relatif tidak stabil

Open-fit mini BTEBaterai relatif lebih tahanAmplifikasi kuatFeedback minimalPengaturan mudahSulit terlihatTidak perlu ear mouldTidak menimbulkan efek oklusiMemungkinkan keluarnya sekret telinga pasien Harga mahalKetersediaan masih terbatas karena merupakan teknologi baru

Tabel 7 : macam-macam ABDKandidat pemakai alat bantu dengarSetiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harus mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangat dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harus dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum dikelompokkan menjadi Mild Hearing Loss (20-40 dB), Moderate Hearing Loss (45-65 dB), Severe Hearing Loss (70-85 dB), Profound Hearing Loss (>85 dB).8,9Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar, antara lain umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum, motivasi pasien (Bukan keluarga atau pihak lain), kondisi keuangan pasien, pertimbangan kosmetis, kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam kehidupan dan pekerjaan.9

Implan KokleaImplan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.8IMPLAN KOKLEA

IndikasiKontra Indikasi

keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli total bilateral (anak maupun dewasa) yang tidak / sedikit mendapat manfaat dengan alat bantu dengar konvensional, usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak ada kontraindikasi medis calon pengguna mempunyai perkembangan kognitif yang baik. tuli akibat kelainan pada jalur saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea koklea tidak berkembang

Tabel 8 : Indikasi dan Kontra indikasi implant KokleaCara kerja implan kokleaPerangkat implan koklea terdiri dari Komponen luar (Mikrofon, Speech processor, kabel pengubung), komponen dalam (Receiver dan Multi-channel electrode). Prinsip kerja dari cochlear implant pertama kali gelombang suara masuk pada mikrofon yang ditempatkan pada headpiece, suara dikirim ke speech processor melalui sebuah kabel tipis yang menghubungkan headpiece ke speech processor, the speech processor mengubah suara tersebut menjadi sebuah sinyal khusus yang dapat ditafsirkan oleh otak. Perubahan ini diselesaikan dengan suatu program yang disebut speech processing strategies, sinyal khusus tersebut dikirim kembali melalui kabel yang sama ke headpiece dan dikirim melewati kulit melalui gelombang radio ke alat yang ditanam tersebut, sinyal tersebut berjalan melalui barisan elektroda di dalam pusat telinga dan merangsang saraf pendengaran.9,10Saraf pendengaran kemudian mengirim sinyal sinyal listrik ke otak dimana siyal sinyal listrik tersebut ditafsirkan sebagai suara.

Gambar 7 : Implant koklea

VERIFIKASI PEMASANGANPeraturan dari FDA (Foods and Drugs Administration) mengharuskan masa uji coba selama 30 hari untuk alat bantu dengar yang baru, suatu masa untuk mengetahui apakah alat tersebut cocok dan efektif bagi pemakai. Prosedur verifikasi pemasangan ABD pada pasien tersebut antara lain:Assessment of Word Recognition & Sound Qualityklinisi harus melakukan penilaian peningkatan kemampuan pengenalan kata penderita dan kualitas suara ABD baik dalam kondisi yang ramai dan dalam kondisi yang tenang.

Probe Tube MeasurePengukuran dengan probe tube merupakan tindakan noninfasif yang secara cepat menilai kekuatan suara yang diterima pada jarak 5mm dari membran timpani. Yang akan dinilai melalui pemeriksaan ini adalah Dynamic Range dari penderita, yaitu rentang antara Threshold Level dan Loudness Discomfort Level dari penderita. Bila alat pemeriksaan ini tidak ada, dapat juga dilakukan pemeriksaan Functional Gain, yakni selisih dari Threshold penderita tanpa dan dengan ABD.

Subjective Scalingpenilaian subyektif kepuasan pengguna, baik dengan metode menjawab pertanyaan yang sudah disediakan, atau menggambarkan sendiri kondisi dan apa yang dirasakan pengguna setelah pemakaian ABD.

Tabel 8 : Evaluasi ABDII. 12. PROGNOSISAd vitam: BonamAd sanationam: Dubia ad MalamAd funcionam: Dubia ad Malam

BAB IIIPENUTUPIII. 1. RESUMEPresbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Banyak beberapa faktor yang mempunyau hub dengan presbikusis seperti herediter, metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor. Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler, seperti faktor gen, stress oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal.Klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis: Sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Diagnose ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Presbiakusis tidak dapat disembuhkan dan tujuan penatalaksanaanya adalah untuk memperbaiki kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar.Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya. mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melalui mikrofon, pengerasan suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker yang mana keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai. Terdapat berbagai macam jenis ABD: Menurut sistem kerjanya, Menurut jenis hantarannya, dan Menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setelah Pemakaian ABD, perlu dilakukan penilaian ulang untuk menentukan keberhasilan pemakaian ABD dengan beberapa tes, seperti Assessment of Word Recognition & Sound Quality, Probe Tube Measure, dan Subjective Scaling.

III. 2. KESIMPULANPresbiakusis merupakan tuli sensorineural pada usia lanjut yang pada umumnya terjadi mulai usia 65 tahun akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur dan simetris di kedua sisi telinga. Penatalaksanaan dari presbikusis itu sendiri adalah ddengan menggunakan alat bantu dengar / Hearing AID, tetapi tujuan di gunakanya ABD bukan untuk mengobati tetapi untuk memaksimalkan sisa pendengaran pasien agar pasien bisa tetap berkomunikasi dengan baik. ABD mempunyai berbagai macam bentuk mulai dari yang besar terlihat, kecil tidak terlihat dan hingga tersamarkan dengan kaca mata. Pemilihan ABD tergantung dari derajat ketulian pasien hingga kosmetik, pasien dianjurkan berkonsultasi dengan audiologist. Setelah ada yang cocok pasien di lakukan uji coba selama 90 hari apakah alatnya benar-benar cocok dan efektif. Jadi, pemakaian ABD pada presbikusis sangat membantu pasien dalam berkomunikasi dan meningkatkan kualitas hidup psien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC; 2000.2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 2nd ed. Stuttgart: Georg Thieme Verlag; 2006.3. Junqueira LC. Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2004.4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 1996.5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.6. Muyassaroh, M. 2013. Faktor Risiko Presbikusis - Health Science Journals. Diunduh dari: indonesia.digitaljournals.org/index.php/.../1187. [Diakses pada 11 Juni 2014]7. Dewi, Afriani. 2011. Presbiakusis. Diunduh dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/presbiakusis.pdf. [Diakses pada 18 Juni 2014]8. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July 27, 2013. [Diakses pada 11 Juni 2014] 9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.10. http://medicastore.com/penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html [Diakses pada 11Juni 2014]1