referat skizofren

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 referat skizofren

    1/44

    R E F E R A T

    PEMBIMBING

    Dr. Soehendro sp.KJ

    Disusun Oleh :

    Andi Dian Reski

    0810221002

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

    Rumah Sakit Raden Said Sukanto

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta2010

  • 7/28/2019 referat skizofren

    2/44

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 LATAR BELAKANG

    Pada dasarnya, setiap manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang tenang,

    tentram dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut tercapai.

    Sebab sudah menjadi sunnatullah bahwa kegundahan, kekalutan, kegelisahan dan

    berbagai bentuk gangguan psikologis lainnya merupakan bagian yang akan selalu

    menyertai kehidupan manusia.1

    Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh

    dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern

    dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada

    gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu

    penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia. 2

    Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak

    tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926)

    menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekokyaitu suatu istilah yang

    menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah

    skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk

    menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emosi dan perilaku pada

    pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari

    skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan

    Ambivalensi.3

    Skizofrenia merupakan gangguan mental yang kompleks dan banyak aspek

    tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat dipahami sepenuhnya. Sebagai suatu

    sindrom, pendekatan skizofrenia harus dilakukan secara holistik dengan melibatkanaspek psikososial, psikodinamik, genetik, farmakologi, dan lain-lain.4

    Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial ekonomi rendah.

    Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu

    faktor penyebab terjadinya skizofrenia.5 75% penderita skizofrenia mulai

    mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko

    tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat

    disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap

    penyesuaian diri.6

  • 7/28/2019 referat skizofren

    3/44

    I.2 TUJUAN

    a. Tujuan Umum

    Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti program studi

    Kepaniteraan Klinik Kesehatan Jiwa RUMKIT POLPUS RS. SUKANTO.

    b. Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui dan memahami mengenai skizofrenia.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    4/44

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1 DEFINISI

    Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau

    pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau

    ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom

    skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom

    negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. 3

    Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak

    belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

    deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan

    pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

    Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari

    pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul

    (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual

    biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang

    kemudian. 8

    II.2 EPIDEMIOLOGI

    Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu

    waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk

    atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar

    sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau

    sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. 3

    Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari

    1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun.

    Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia

    menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab

    umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah

    mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor

    risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi

    premorbid yang tinggi.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    5/44

    Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30%

    sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar

    penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk

    karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal

    yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3

    kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok

    membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan

    metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan

    mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah

    tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi

    terhadap Skizofrenia.4

    Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya

    terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun

    sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki

    dibandingkan wanita. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota

    keluarga sedarah.3

    II.3 ETIOLOGI

    Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab

    skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang

    mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa

    individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetik herediter. Penelitian

    Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan

    perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum

    ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain

    Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus

    frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang

    khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai

    struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk

    skizofrenia.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    6/44

    Gambar 1

    www. Cerebromente. Org .br

    Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan

    penderita skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisiklainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita

    skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk

    gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada :

    1. Tanda dan gejala yang ada

    2. Rriwayat psikiatri

    3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan

    putus obat akut.

    Penyebab skizofrenia dapat diuraikan sebagai berikut :

    1. Model Diatesis-stres

    Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan

    lingkungan yang merupakan model diatesis. Model ini mendalilkan bahwa seseorang

    mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) ada kemungkinan lingkungan

    akan menimbulkan stres. Pada model diatesis-stres yang paling umum maka diatesis

    atau stres dapat berupa biologis atau lingkungan atau keduanya.

    Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis

    (sebagai contohnya, situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian orang

    terdekat).

    Dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh

    epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma.5

  • 7/28/2019 referat skizofren

    7/44

    2. Faktor Neurobiologi

    Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya

    kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana

    hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu dengan munculnya simptom

    skizofrenia.

    Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat

    seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan

    ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada

    satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal

    yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis

    muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan

    dan sosial. 3

    3. Faktor Biologi

    Komplikasi kelahiran

    Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami

    skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap

    skizofrenia.

    Infeksi

    Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah

    dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa

    terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang

    menjadi skizofrenia.

    Hipotesis Dopamin

    Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap

    gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal

    menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem

    dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas

  • 7/28/2019 referat skizofren

    8/44

    dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem

    dopaminergik. 4

    Hipotesis Serotonin

    Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia

    menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan karena terlalu banyaknya aktivitas

    dopaminergik. Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, Clozapine,

    dinyatakan mempunyai khasiat dan potensi anti psikotik serta berhubungan dengan

    kemampuannya untuk bertidak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2 (D2).

    Kedua, obat-obatan yang meningkatkan dopaminergik, yang paling jelas adalah

    amfetamin, yang merupakan salah satu psikotomimetik.

    Hipotesis tersebut memiliki dua masalah. Pertama, antagonis dopamin efektif

    dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien yang teragitasi berat, tidak

    tergantung pada diagnosis. Dengan demikian tidak mungkin menyimpulkan bahwa

    terjadi hiperaktivitas dopaminergik. Sebagai contohnya antagonis dopamin digunakan

    juga untuk mengobati mania akut. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan

    bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya

    sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat anti psikotik. Data

    tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien ini mungkin melibatkan

    keadaan hipodominergik. 5

    Struktur Otak

    Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan

    ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang

    normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi

    peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan

    jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada

    masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak

    setelah lahir.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    9/44

    Gambar 2

    Sehat-enak.blogspot.com

    Genetika

    Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari

    populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat

    pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.

    Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek /

    nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar

    identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembardizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu

    orang tua 12%. 4

  • 7/28/2019 referat skizofren

    10/44

    Gambar 3

    Loss of brain volume associated with schizophrenia is clearly shown by magnetic resonance imaging(MRI) scans comparing the size of ventricles (butterfly shaped, fluid-filled spaces in the midbrain) of

    identical twins, one of whom has schizophrenia (right). The ventricles of the twin with schizophreniaare larger. This suggests structural brain changes associated with the illness. Note that such MRI scans

    cannot be used to diagnose schizophrenia in the general population, due to normal genetic variation inventricle size -- many unaffected people have large ventricles.

    Source: Daniel Weinberger, M.D. NIMH Clinical Brain Disorders Branch

    Faktor Psikososial

    1 Teori Tentang Individu Pasien

    - Teori Psikoanalitik

    Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan,

    yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik

    antara id dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar.

    Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap

    munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia

    merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk. Konflik

    intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta kerusakan ego yang

    mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk turut memperparah symptom

    skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek

    dan regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain.

    Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh

    kesulitan interpersonal yangyang terjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan

    dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.

    Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan ego

  • 7/28/2019 referat skizofren

    11/44

    mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari

    dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam

    hubungan timbal balik ibu dan anak. Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki

    makna simbolis bagi masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat

    mungkin mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur.

    Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk

    menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan ketakutan

    atau harapan terdalam yang dimilikinya.

    - Teori Psikodinamik

    Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik

    setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus.

    Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase

    perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam hubungan

    interpersonal.

    Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan

    onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan

    adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan

    karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam

    hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin

    juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar. Tanpa memandang model

    teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa

    symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham

    kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu,

    menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal yang

    menakutkan bagi pengidap skizofrenia.

    - Teori Belajar

    Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia

    belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak

    rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah

    emosional.

    2. Teori Tentang Keluarga

    Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami

    nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang

  • 7/28/2019 referat skizofren

    12/44

    patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi

    oleh pasien skizofrenia. Antara lain:

    - Double Bind

    Konsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk menjelaskan

    keadaan keluarga dimana anak menerima pesan yang bertolak belakang dari orangtua

    berkaitan dengan perilaku, sikap maupun perasaannya. Akibatnya anak menjadi

    bingung menentukan mana pesan yang benar, sehingga kemudian ia menarik diri

    kedalam keadaan psikotik untuk melarikan diri dari rasa konfliknya itu.

    - Schims and Skewed Families

    Menurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat perpecahan yang

    jelas antara orangtua, salah satu orang tua akan menjadi sangat dekat dengan anak

    yang berbeda jenis kelaminnya. Sedangkan pada pola keluarga skewed, terjadi

    hubungan yang tidak seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang

    melibatkan perebutan kekuasaan antara kedua orangtua, dan menghasilkan dominasi

    dari salah satu orang tua.

    - Pseudomutual and Pseudohostile Families

    Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress ekspresi

    emosi dengan menggunakan komunikasi verbal yang pseudomutual atau

    pseudohostile secara konsisten. Pada keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang

    unik, yang mungkin tidak sesuai dan menimbulkan masalah jika anak berhubungan

    dengan orang lain di luar rumah.

    - Ekspresi Emosi

    Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, kejam dan

    sangat ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian menunjukkan

    keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun

    maksud perkataan) meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia

    3. Teori Sosial

    Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak

    berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun

    penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya

    onset dan keparahan penyakit. 9

  • 7/28/2019 referat skizofren

    13/44

    II.4 GAMBARAN KLINIS

    Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal,

    fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non

    spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset

    psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi

    sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan

    perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman,

    mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase

    prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktifgejala positif / psikotik

    menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai

    gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak

    mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat

    mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase

    residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /

    psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase

    diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan

    berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,

    konsentrasi, hubungan sosial). 4

    Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu

    primer dan sekunder.

    Gejala-gejala primer :

    1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).

    Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang

    terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan,

    sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya

    tani tetapi dikatakan sawah.

    Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila

    dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering

    tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari,

    jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada

    skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan

    inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    14/44

    Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal,

    umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada

    disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.

    Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini

    dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-

    kadang sampai beberapa hari.

    Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain

    didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran

    atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan

    olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.

    Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi

    sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada

    efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada

    pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.

    2. Gangguan afek dan emosi

    Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :

    Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita

    menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan

    keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.

    Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada

    penderita timbul rasa sedih atau marah.

    Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.

    Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity

    of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.

    Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,

    umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi

    mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk

    skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :

    Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti

    penderita yang sedang bermain sandiwara.

    Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk

    melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu

    sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    15/44

    Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan

    mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu

    orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini

    dinamakan ambivalensi pada afek.3. Gangguan kemauan

    Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan.

    Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu

    keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat,

    umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran

    terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.

    Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan.

    Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.

    Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu

    permintaan.

    Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang

    sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk

    berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk

    kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi

    sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.

    Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga

    dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

    4. Gejala psikomotor

    Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok

    gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder

    sebab didapati juga pada penyakit lain.

    Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila

    gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes

    atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan

    sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-

    kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita

    mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia

    bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan

  • 7/28/2019 referat skizofren

    16/44

    penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin

    mengatakan apa-apa lagi.

    Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan

    hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-

    kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.

    Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi;

    umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok

    piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai

    beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat

    diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang

    dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.

    Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang

    lama. Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan

    seperti pada lilin.

    Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang

    disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan

    lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana

    ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata

    yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau

    pergerakan orang lain).

    Gejala-gejala sekunder :

    1. Waham

    Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre.

    Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan

    tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang

    bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main

    dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar.Mayer

    gross membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham

    sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional

    interpretations).

    Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari

    luar. MenururMayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia.

    Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan

  • 7/28/2019 referat skizofren

    17/44

    dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia

    melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.

    Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara

    bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan

    menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran,

    waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.

    2. Halusinasi

    Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini

    merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada

    keadaan skizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia,

    bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman

    (olfaktorik), halusinasi cita rasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil).

    Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang

    menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya

    Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut

    yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka biasanya pada

    stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka

    orang yang menakutkan. 3

    . Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia

    luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang

    terjadi di sekitarnya. Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme

    digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi

    karena sangat terganggunya afek dan kemauan.

    Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku. Gejala

    skizofrenia dalam tiga kategori sebagai berikut :

    Gejala positif

    - Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa

    dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal,

    berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki

    keyakinan agama yang berlebihan.

    - Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang

    sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat

  • 7/28/2019 referat skizofren

    18/44

    menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin menganggap

    suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk atau memberikan perintah tertentu.

    - Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada

    seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti, percaya

    ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke planet lain.

    Gejala negatif

    - Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada

    semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan

    hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan rumah.

    - Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan

    ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa

    terisolasi.

    Gejala kognitif

    - Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga

    tidak bisa mendengarkan musik/ menonton televisi lebih dari beberapa menit. sulit

    mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.

    - Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal

    hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru.

    - Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat

    mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk

    melakukannya. 10

    Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai symptom / gejala klinis

    skizofrenia adalah :

    1. tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untuk skizofrenia.

    Artinya tidak ada symptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia.

    Tiap symptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau

    gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat

    ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien

    merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.

    2. symptom/gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu.

    Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipe mungkin

    berubah.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    19/44

    3. Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar

    belakang sosial budaya pasien. Sebab prilaku atau pola pikir masyarakat dari

    sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi

    budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa

    namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selainitu hal yang

    tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan

    intelektual dan pendidikan pasien. 11

    II.5 KRITERIA DIAGNOSIS

    Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala

    atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

    (a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

    kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

    kulitasnya berbeda; atau

    - Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam

    pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

    (withdrawal); dan

    - Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum

    mengetahuinya;

    (b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

    tertentu dati luar; atau

    - delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

    tertentu dari luar; atau

    - delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

    suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan

    tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

    - delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna

    sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

    (c) Halusinasi auditorik :

    - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,

    atau

    - Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

    berbicara), atau

  • 7/28/2019 referat skizofren

    20/44

    - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

    (d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

    tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik

    tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu

    mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

    Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

    (e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

    waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif

    yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,

    atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

    menerus;

    (f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),

    yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

    (g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh

    tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

    (h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

    respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

    penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas

    bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

    Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

    bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

    Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

    keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal

    behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

    berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan

    diri secara sosial.4,8,9

    MenurutDiagnostic and statistical manual of Mental Disorders Fourth Text Revised

    (DSM-IV-TR) :

    A. Terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini selama 1 bulan atau kurang dari

    sebulan jika pengobatan berhasil

    1. Waham

    2. Halusinasi

    3. Bicara disorganisasi

    4. Perilaku disorganisasi/katatonik yang jelas

  • 7/28/2019 referat skizofren

    21/44

    5. Symptom negative (afek datar, alogia, avolition)

    Catatan = dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre/halusinasi dengar

    B. Disfungsi social/pekerjaan

    C. Durasi gangguan terus menerus selama 6 bulan

    D. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum

    E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum

    F. Jika terdapat gangguan perkembangan parsive, diagnosis tambahan

    skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol 11

    II.6 KLASIFIKASI

    Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka,

    dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai

    spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai

    berikut :

    1. Skizofrenia Paranoid

    Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia Sebagai tambahan : Halusinasi dan atau

    waham harus menonjol :

    (a)Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

    halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau

    bunyi tawa.

    (b)Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain

    perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

    (c)Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion

    of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of

    passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling

    khas.

    Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik

    secara relatif tidak nyata / menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya

    berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika

    mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir

    usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat

    membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung

    lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid

  • 7/28/2019 referat skizofren

    22/44

    menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional,

    dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

    Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak

    ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik

    paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam

    situasi sosial. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis

    mereka dan tetap intak.

    2. Skizofrenia Hebefrenik

    Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;

    Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

    dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid

    menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak

    harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang

    menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan

    lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang

    benar bertahan :

    Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

    mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku

    menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

    Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh

    cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-

    absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai

    (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

    hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

    Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)

    serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses

    pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya

    tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan

    kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran

    ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku

    tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu

    preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan

    tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran

  • 7/28/2019 referat skizofren

    23/44

    pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe

    terdisorganisasi.

    3. Skizofrenia Katatonik

    Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari

    perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

    (a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam

    gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

    (b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak

    dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

    (c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

    mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

    (d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua

    perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang

    berlawanan);

    (e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

    menggerakkan dirinya);

    (f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan

    tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

    (g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis

    terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

    Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan

    katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti

    yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan

    bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia.

    Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau

    alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif. Selama

    stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan

    yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain.

    Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan,

    hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

    4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).

  • 7/28/2019 referat skizofren

    24/44

    Seringkali, pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan

    kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe

    tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

    Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

    Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

    katatonik.

    Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca

    skizofrenia.

    5. Depresi Pasca-Skizofrenia

    Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

    (a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum

    skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

    (b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi

    gambaran klinisnya); dan

    (c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit

    kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2

    minggu.

    Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi

    episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,

    diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

    6. Skizofrenia Residual

    Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi

    semua:

    (a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

    psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan

    inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal

    yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi

    tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

    (b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang

    memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

  • 7/28/2019 referat skizofren

    25/44

    (c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan

    frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang

    (minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;

    (d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi

    kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

    Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus

    adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau

    gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional,

    penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran

    asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau

    halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek

    yang kuat.

    7. Skizofrenia Simpleks

    Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung

    pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : gejala

    negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,

    waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai dengan

    perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai

    kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan

    penarikan diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya

    dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul

    pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah

    kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya

    sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya

    perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang

    memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama

    ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi

    pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan

    menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

    8. Skizofrenia lainnya

    9. Skizofrenia YTT

  • 7/28/2019 referat skizofren

    26/44

    Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang

    tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :

    Bouffe delirante (psikosis delusional akut).

    Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama

    gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis

    gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa

    kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya

    dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.

    Skizofrenia laten.

    Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat

    konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat

    sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi

    diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat

    dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten

    sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan

    skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh

    atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala

    psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline

    schizophrenia) di masa lalu.

    Oneiroid.

    Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin

    sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat.

    Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagi pasien skizofrenik yang

    khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan

    keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus

    berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau

    neurologist dari gejala tersebut.

    Parafrenia.

    Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid.

    Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang

    memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti

  • 7/28/2019 referat skizofren

    27/44

    ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam

    mengkomunikasikan informasi.

    Pseudoneurotik.

    Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti

    kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala

    gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas,

    panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak

    seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami

    kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang.

    Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan

    parah.

    Skizofrenia Tipe I.

    Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif

    yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya

    pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang

    relatif baik terhadap pengobatan.

    Skizofrenia tipe II.

    Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom

    negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi

    pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya

    motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian.

    Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk

    terhadap pengobatan. 9

    II.9 PENATALAKSANAAN

    2.3.1 Terapi Somatik (Medikamentosa)

    ----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

    Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang

    terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik

    sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok

    bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan

  • 7/28/2019 referat skizofren

    28/44

    terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3

    kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :

    antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

    a. Antipsikotik Konvensional

    ----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

    konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan

    efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :

    1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)

    2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

    3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

    4. Prolixin (fluphenazine)

    ----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

    konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

    antipsycotic.

    ----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada

    pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan

    antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli

    merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua,

    bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat

    diberikan dalam jangka waktu yang lama ( long acting) dengan interval 2-4 minggu

    (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan

    terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot

    formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

    b.Newer Atypcal Antipsycotic

    ----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya

    berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

    antipsikotik konvensional.

    Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

    Risperdal (risperidone)

    Seroquel (quetiapine)

  • 7/28/2019 referat skizofren

    29/44

    Zyprexa (olanzopine)

    Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien

    dengan Skizofrenia.

    c. Clozaril

    ----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang

    pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil)

    dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek

    samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),

    Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan

    infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel

    darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila

    paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

    Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

    No Nama Generik Sediaan Dosis

    1 Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg

    Injeksi 25 mg/ml

    150-600 mg/hari

    2 Haloperidol Tablet 0,5 mg,1,5 mg,

    5mg

    Injeksi 5mg/ml

    5-15 mg/hari

    3 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12-24 mg/hari

    4 Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari

    5 Flufenazin Dekanoat Injeksi 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu

    6 Levomeprazin Tablet 25 mg

    Injeksi 25 mg/ml

    25-50 mg/hari

    7 Trifluperazin Tablet 1 mg, 5 mg 10-15 mg/hari

    8 Tioridazin Tablet 50 mg, 100 mg 150-600 mg/hari

    9 Sulpirid Tablet 200 mg

    Injeksi 50mg/ml

    300-600 mg/hari

    10 Pimozid Tablet 1 mg, 4 mg 1-4 mg/hari

    11 Risperidon Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg 2-6 mg/hari

  • 7/28/2019 referat skizofren

    30/44

    Obat Antipsikosis yang Mempunyai Efek Samping Gejala Ekstrapiramidal

    Obat antispikosis dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai

    berikut:

    Antipsikosis Dosis (mg/hr) Gej. ekstrapiramidal

    Chlorpromazine

    Thioridazine

    Perphenazine

    trifluoperazine

    Fluphenazine

    Haloperidol

    Pimozide

    Clozapine

    Zotepine

    Sulpride

    Risperidon

    Quetapine

    Olanzapine

    Aripiprazole

    150-1600

    100-900

    8-48

    5-60

    5-60

    2-100

    2-6

    25-100

    75-100

    200-1600

    2-9

    50-400

    10-20

    10-20

    ++

    +

    +++

    +++

    +++

    ++++

    ++

    -

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet trihexyphenidyl 3-

    4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari

    Cara penggunaan

    Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

    sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

    Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan

    dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    31/44

    Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

    sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat

    psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya

    dimana profil efek samping belum tentu sama.

    Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

    antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek

    sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang

    Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

    o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

    o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

    o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

    o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

    (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

    kualitas hidup pasien

    Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai

    dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila

    perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

    diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

    (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

    minggu) stop

    Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan

    dapat diberikan palong sedikit selama 5 tahun.

    Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah

    dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

    Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

    sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis

    reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun

    waktu 2 minggu - 2bulan.

    Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

    diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil

    sekali.

    Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

  • 7/28/2019 referat skizofren

    32/44

    gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini

    akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg

    IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

    Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak

    mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.

    Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan

    menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi

    stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

    Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik

    pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan

    mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)

    ----

    Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

    ----Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia

    episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk

    terkena tardivedyskinesia lebih rendah.

    ----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai

    bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat

    lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih

    lama pada Clozaril)

    Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

    ----Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting

    untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang

    penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat

    tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk

    efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih

    rendah.

    ----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti

    obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu.

    Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

    ----Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai

    anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan

    yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal

    antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal

  • 7/28/2019 referat skizofren

    33/44

    lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan

    obat-obatan diatas gagal.

    Pengobatan Selama fase Penyembuhan

    ----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah

    sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat

    setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan

    pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama

    12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita

    Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama

    membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian

    pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

    Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

    ----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,

    sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin

    masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

    konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

    samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan

    kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan

    akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah

    tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat

    antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk

    mencegah atau mengobati efek samping ini.

    ----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi

    pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,protruding tongue, danfacial grimace.

    Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan

    dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan

    antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan

    mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

    ----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,

    sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan

    tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif

    terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya

    lebih sedikit.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    34/44

    ----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang

    memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik

    atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

    ----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,

    dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

    menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini

    membutuhkan penanganan yang segera.

    Terapi Psikososial

    a. Terapi perilaku

    ----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial

    untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan

    praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian

    atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa

    dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

    menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur

    tubuh aneh dapat diturunkan.

    b. Terapi berorintasi-keluarga

    ----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam

    keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan

    manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

    pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses

    pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam

    cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk

    melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut

    berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang

    keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti

    skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah

    menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam

    penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan

    tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

    c. Terapi kelompok

    ----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,

    dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara

  • 7/28/2019 referat skizofren

    35/44

    perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi

    kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

    meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

    cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi

    pasien skizofrenia.

    d. Psikoterapi individual

    ----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan

    skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek

    terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien

    skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.

    Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional

    antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan

    oleh pasien.

    ----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

    pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan,

    pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan

    kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika

    seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah

    sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah

    lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama

    yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah

    tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau

    eksploitasi.

    Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

    ----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

    menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,

    prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

    ----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

    antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang

    dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga

    mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

    ----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

    menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

    keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

  • 7/28/2019 referat skizofren

    36/44

    pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah

    kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan

    di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan

    termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

    membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

    Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di

    rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo

    cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum

    diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran

    listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus.

    Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.

    Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:

    Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.

    Penderita harus puasa

    Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan

    Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.

    Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras.

    Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis)

    dibersihkan.

    Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien menggigitnya

    Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:

    2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari

    2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan

    Maintenance tiap 2-4 minggu

    Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak dianut

    lagi

    ----Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien

    karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya

    perbaikan setelah pemberian antipsikotik .

    ----Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma

    aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas

  • 7/28/2019 referat skizofren

    37/44

    otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak

    adalah tumor otak.

    ----Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada

    vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi

    sel-sel otak. 12

    II.10 PROGNOSIS

    Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan.

    Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat

    kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar

    25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.

    Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan

    ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

    1.Keluarga

    Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tapi

    juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang paling

    terkena dampak dari hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian dari

    masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang

    mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

    gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

    2.Inteligensi

    Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan

    lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah. Karena

    orang yang mempunyai inteligensi tinggi biasanya mudah diberi pemahaman, mudah

    mengerti akan pentingnya pengobatan.

    3.Pengobatan

    Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien

    (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi

    mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek

    merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri

    obat Risperidone serta Clozapine.

    4.Reaksi Pengobatan

  • 7/28/2019 referat skizofren

    38/44

    Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih

    bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap

    pemberian obat.

    5.Stressor Psikososial

    Dengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan

    mempengaruhi juga pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Biasanya negara

    berkembang, penderita skizofrenia bisa lebih cepat disembuhkan karena adanya

    dukungan dari masyarakat sekitar. Sedangkan pada Negara-negara maju, prognosis

    lebih susah dikarenakan, biasanya pada Negara-negara maju masyarakatnya

    cenderung individual, tidak mengenal tetangga, dan tidak perdui terhadap lingkungan

    sekitar.

    Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak

    yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau

    dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan

    bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau

    akan bertambah parah.

    6.Kekambuhan

    penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan

    seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system yang

    ada pada dirinya.

    7.Gangguan Kepribadian

    Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah

    dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung

    menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan

    sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat

    besar terhadap kesembuhan.

    8.Onset

    Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan

    akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.

    9.Proporsi

    Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis

    yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

    10.Perjalanan penyakit

  • 7/28/2019 referat skizofren

    39/44

    Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik

    dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

    11.Kesadaran

    Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang

    menunjukkan prognosisnya baik nantinya. 13

    Prognosis Baik3 Prognosis Buruk3

    Onset lambat

    Faktor pencetus yang

    jelas

    Onset akut

    Riwayat sosial, seksual

    dan pekerjaan

    premorbid yang baik

    Gejala gangguan mood

    (terutama gangguan

    depresif)

    Menikah

    Riwayat keluarga

    gangguan mood

    Sistem pendukung yang

    baik

    Gejala positif

    Onset muda

    Tidak ada factor pencetus

    Onset tidak jelas

    Riwayat social dan pekerjaan premorbid

    yang buruk

    Prilaku menarik diri atau autistic

    Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

    Sistem pendukung yang buruk

    Gejala negatif

    Tanda dan gejala neurologist

    Riwayat trauma perinatal

    Tidak ada remisi dalam 3 tahun

    Banyak relaps

    Riwayat penyerangan

  • 7/28/2019 referat skizofren

    40/44

    II.11 DIAGNOSA BANDING

    Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat

    Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan

    medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau

    katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,

    diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,

    atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis

    nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum

    perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan

    berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,

    bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan

    neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita

    akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat

    membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.

    Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman

    umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup

    agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya

    gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara.

    Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap,

    termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus

    mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada

    pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia

    mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan

    gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.

    Berpura-pura dan Gangguan buatan

    Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis

    yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak

    menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan

    diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi

    gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut

    biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien

    yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi

    diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan

  • 7/28/2019 referat skizofren

    41/44

    skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk

    mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

    Gangguan Psikotik Lain

    Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang

    terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan

    skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama

    (durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan.

    Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala

    berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak

    kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis

    yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan

    gejala utama skizofrenia.

    Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh

    (nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia

    lainnya atau suatu gangguan mood.

    Gangguan Mood

    Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting

    karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi.

    Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala

    primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus

    menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya

    membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.

    Gangguan Kepribadian

    Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri

    skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan

    kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti

    skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan

    selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.

  • 7/28/2019 referat skizofren

    42/44

    BAB III

    KESIMPULAN

    Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial ekonomi rendah.

    Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu

    faktor penyebab terjadinya skizofrenia.75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya

    pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena

    tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari

    keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian

    diri.

    Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum

    diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)

    yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,

    fisik, dan sosial budaya.

    Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab

    skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang

    mempunyai gejala-gejala serupa

  • 7/28/2019 referat skizofren

    43/44

    Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

    fase aktif dan fase residual. Terdapat beberapa jenis skizofrenia yaitu skizofrenia

    paranoid, skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, depresi pasca skizofrenia,

    skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia tak terinci, skizofrenia lainnya

    dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.

    Terapi skizofrenia meliputi 2 hal yaitu psikofarmaka dan psikoterapi. Terapi

    psikofarmaka digunakan golongan antipsikosis.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hamdani, M, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar pustaka baru,

    Yogyakarta, 2004

    2. Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan

    Kesehatan Jiwa, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997

    3. Yumizone. Wordpress. Com/category/kesehatan-jiwa, diunduh tanggal 16

    November 2010

    4. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari

    http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 16 November

    2010

    5. Sani, Ayub prof.dr. Splitting Personality. PT Dian Ariesta. Jakarta. 2002

    6. Skizofrenia. Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/skizofrenia pada

    tanggal 15 November 2010

    7. www.docstoc.com/wahyunirautami. diunduh tanggal 16 November 2010

    http://id.wikipedia.org/wiki/skizofreniahttp://www.docstoc.com/wahyunirautamihttp://id.wikipedia.org/wiki/skizofreniahttp://www.docstoc.com/wahyunirautami
  • 7/28/2019 referat skizofren

    44/44

    8. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan

    Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika

    Atmajaya, Jakarta, 2001

    9. Skizofrenia. Naruto. blogspot. Com/2009/12 diunduh tanggal 16

    November 2010

    10. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia diunduh

    tanggal 15 November 2010

    11. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri,

    ed 7, vol 1, Binarupa aksara, 1997

    12. Yayakhnaakhyar. Files. Wordpress. Com/ penatalaksanaan-skizofrenia,

    diunduh tanggal 15 November 2010

    13. itsnasahma. Blogspot. Com/2008/04/prognosis-skizofrenia.html, diunduh

    tanggal 16 November 2010

    http://www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofreniahttp://www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia