Referat Otitis media kronis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    1/31

    1

    REFERAT

    OTITIS MEDIA KRONIS

    Oleh:

    Aszharil Ramadhan 09700357

    Distama Lisan Hidayat 09700300

    ILMU KEDOKTERAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

    BANGIL

    2014

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    2/31

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba

    Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif

    dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis.

    Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-

    anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun

    pertama masa sekolah1.Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada

    telinga tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga

    terus menerus atau hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah.

    Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK

    tipe maligna2.

    Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis

    yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya

    tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk2. Gejala otitis media supuratif kronis

    antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia,

    tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo1

    .

    1.2 Batasan Masalah

    Referat ini membahas mengenai otitis media supuratif kronik (OMSK) dengan

    komplikasinya meliputi anatomi dan fisiologi telinga, definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis,

    diagnosis, pentalaksanaan dan komplikasi OMSK.

    1.3 Tujuan Penulisan

    I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi OMSK

    I.3.2 M engetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan OMSK

    I.3.3 M engetahui komplikasi dari OMSK

    I.3.4 M engetahui pencegahan dari OMSK

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    3/31

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. DEFINISI

    OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi

    peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi)

    dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,

    bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan.

    Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau

    sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior,

    inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan

    mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-

    perubahan patologis yang ireversibel2,4.

    II. KLASIFIKASI OMSK

    OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

    1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

    Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinikyang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi

    keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafasatas, pertahanan mukosa

    terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu

    campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi

    sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet

    sel, metaplasia dari mukosatelinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

    Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:5

    Fase aktif

    Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan

    infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk

    melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi

    bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip

    yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    4/31

    4

    penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan

    konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan

    atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yangberpulsasi

    diatas kuadran posterosuperior.

    Fase tidak aktif / fase tenang

    Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga

    tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang

    dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

    Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

    Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis

    Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis

    Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang

    terkontaminasi

    Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia

    Otitis media supuratif akut yang berulang

    2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

    Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebihsering

    mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana

    bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa

    amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang

    telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : 6

    1. KongenitalKriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis (1965)

    adalah:

    Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

    Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.Pada mulanya dari jaringan

    embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah

    menjadi epitel skuamous selama perkembangan. Kongenital kolesteatom lebih

    sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    5/31

    5

    petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan

    gangguan keseimbangan.

    2. Didapat.

    Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong retraksi. Jika telah

    terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi dengan komponen telinga tengah,

    kantong tersebut sulit untuk mengalami perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali

    normal. Area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membrane timpani.

    Epitel skuamosa pada membrane timpani normalnya membuang lapisan sel-sel mati dan tidak

    terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal,

    debris keratin akan terkumpul dan pada akhirnya membentuk kolesteatoma. Pengeluaran epitel

    melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat sulit dan lesi tersebut membesar. Membran

    timpani tidak mengalami perforasi dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat

    sangat kecil, merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang

    berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin.

    Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia skuamosa pada mukosa

    telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke

    dalam dari epitel skuamosa di sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal.7

    Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat, yang dapat terjadiakibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel. Granuloma kolesterol tidak memiliki

    hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat

    terjadi secara bersamaan pada telinga tengah atau mastoid.Granuloma kolesterol, disebabkan

    oleh adanya kristal kolesterol dari eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini

    menyebabkan reaksi benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    6/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    7/31

    7

    Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada

    pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

    3. Perforasi atik

    Terjadi pada pars flasida, berhubungan denganprimary acquired cholesteatoma.

    4.

    Perforasi postero-superior

    Menurut luasnya perforasi

    a)

    Perforasi kecil

    b) perforasi sedang

    c) perforasi luas ( subtotal -- total)

    III. EPIDEMIOLOGI

    Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi

    oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo

    dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.

    Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara

    di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik.

    Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang

    jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara

    yang sedang berkembang.1Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi

    dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban

    dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya

    (39200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK

    di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat

    di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.1

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    8/31

    8

    III. ETIOLOGI

    Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

    jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,

    tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba

    Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft

    palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi

    nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.

    Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti

    infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis1,2.

    Penyebab OMSK antara lain1,2,5:

    1. Lingkungan

    2. Genetik

    3. Otitis media sebelumnya.

    4. Infeksi

    5. Infeksi saluran nafas atas

    6. Autoimun

    7. Alergi

    8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

    Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada

    OMSK1,2 :

    Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga

    purulen berlanjut.

    Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

    Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasiepitel.

    Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas

    sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    9/31

    9

    IV. PATOGENESIS

    Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal menemukan bahwa

    adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang

    hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama

    terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media).1

    Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup danakan

    membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan

    udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang

    belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang

    datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah

    menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.1

    Gambar 1. Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa

    Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba

    Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada

    saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang

    dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal

    seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas

    pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya

    peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena

    stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.1

    Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan,

    epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak

    lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel

    yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    10/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    11/31

    11

    tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau

    busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

    timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret

    dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah

    mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.

    Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan

    produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada

    OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena

    rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

    adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

    mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

    2. Gangguan pendengaran

    Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli

    konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan

    sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

    menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli

    konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.

    Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaranmenghasilkan penurunan pendengaranlebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani

    serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe

    maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi

    sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran

    yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.9

    Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena

    penetrasi toksin melalui foramen rotundum atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis

    supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

    menggambarkan sisa fungsi koklea.

    3. Otalgia ( nyeri telinga)

    Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang

    serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

    adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,terpaparnya durameter atau

    dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    12/31

    12

    mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi

    OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

    4. Vertigo

    Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo

    seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh

    kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak

    atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar

    membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan

    suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga

    bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi

    kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul

    labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada

    kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan

    negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga

    tengah.

    VII. TANDA KLINIS

    Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

    2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

    3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

    4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

    VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai

    berikut1,3 :

    Pemeriksaan Audiometri

    Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat

    pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi

    membran timpani serta keutuhan dan mobilitas3

    Derajat ketulian nilai ambang pendengaran

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    13/31

    13

    Normal : -10 dB sampai 26 dB

    Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

    Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

    Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

    Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

    Tuli total : lebih dari 90 dB.

    Pemeriksaan Radiologi.

    1. Proyeksi Schuller

    Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk

    pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen3.

    2.

    Proyeksi Mayer atau Owen,

    Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang

    pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah

    mengenai struktur-struktur3.

    3. Proyeksi Stenver

    Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas

    memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini

    menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya

    pembesaran akibat2,3

    4.

    Proyeksi Chause III

    Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan

    dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan

    tulang oleh karena kolesteatom3.

    Bakteriologi

    Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

    Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H.

    influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,

    Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp1,2.

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    14/31

    14

    IX. PENATALAKSANAAN

    Terapi OMSK memerlukan waktu ama dan harus berulang. Pengobatan penyakit telinga

    kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium

    penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatoma, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat-

    obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.

    Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, dimana pengobatanannya

    dibagi atas:

    Konservatif

    Pembedahan

    OMSK Benigna Tenang

    Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorektelinga,

    air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobatbila menderita

    infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi

    rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksiberulang serta gangguan

    pendengaran.

    OMSK Benigna Aktif

    Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah :

    Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

    Pemberian antibiotika :

    o antibiotika/antimikroba topikal

    o antibiotika sistemik

    Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)

    Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembanganmikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan

    mikroorganisme. Pembersihan kavum timpani dengan menggunakan cairan pencuci telinga

    berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Garam faal agar lingkungan bersifat asam sehingga

    merupakan media yang buruk untuk pertumbuhan kuman.

    Pemberian antibiotik topikal

    Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang

    mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini dikarenakan biasanya ada gangguan

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    15/31

    15

    vaskularisasi ditelinga tengah sehingga antibiotika oral sulit mencapai sasaran optimal. Cara

    pemilihan antibiotika yang paling baik adalah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji

    resistensi.

    Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam bentuk tetes telinga

    dan mengandung antibiotika tunggal atau kombinasi, jika perlu ditambahkan kortikosteroid

    untuk mengatasi manifestasi alergi lokal. Obat tetes yang dijual di pasaran saat ini banyak

    mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus

    menerus lebih dari 1-2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.

    Antibiotika yang sering digunakan untuk OMSK adalah:

    1. Kloramfenikol

    Losin et. al (1983) melakukan penelitian pada 30 penderita OMSK jinak aktif mendapatkan

    bahwa sensistifitas kloramfenikol terhadap masing-masing kuman adalah sebagai berikut:

    Bacteroides sp. (90%), Proteus sp. (73,33%), Bacillus sp. (62,23%), Staphylococcus sp. (60%),

    dan Pseudomonas sp. (14,23%).

    2. Polimiksin B atau Polimiksin E

    Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.coli,Klebsiella, dan

    Enterobakter tetapi tidak efektif (resisten) terhadap kuman Gram positif seperti Proteus dan B.

    Fragilis dan toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.3. Gentamisin

    Gentamisisn adalah antibiotika derivat aminoflikosida dengan spektrum yang luas dan aktif

    untuk melawan organisme Gram positif dan negatif. Saah satu bahaya dari pemberian

    gentamisin tetes telinga adalah kemungkinan terjadinya kerusakan telinga dalam. Telah

    diketahui bahwa pemberian gentamisin secara sistemik akan menyebabkan efek ototoksik.

    4. Ofloksasin

    Ofloksasin mempunyai aktifitas yang kuat untuk bakteri Gram negatif dan positif dan bekerja

    dengan cara menghambat enzim DNA gyrase. Pada OMSK dengan perforasi membrana

    timpani, konsentrasi tinggi ofloksasin telah ditemukan 30 menit setelah pemberian solutio

    ofloksasin 0,3%. Berdasarkan penelitian, pemakain tetes siprofloksasin lebih berhasil dan lebih

    murah dibandingkan tetes kloramfenikol, dan tidak dijumpai efek ototoksik. Keuntungan

    lainnya ofloksasin dapat diberikan secara tunggal tanpa antibiotik oral.

    Antibiotik oral

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    16/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    17/31

    17

    Jenis pembedahan OMSK

    Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik yang dapat dilakukan pada OMSK dengan

    mastoiditis kronis baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1

    1. Mastoidektomi sederhana (simple MAstoidectomy).

    Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak

    sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruangan mastoid dari jaringan

    patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini

    fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1

    2.

    Mastoidektomi Radikal

    Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteotoma yang sudah

    meluas.

    Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum tympani dibersihkan dari semua jaringan patologik

    dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak di perbaiki.

    Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien

    harus dating dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran

    berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

    Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta

    membuat meatoplast yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat

    anatomi, yaitu meatus telinga luar menjadi lebar.

    3.

    Mastoidektomi radikal dengan Modifikasi

    4. Miringoplasti.

    5. Timpanoplasti

    Timpanoplasti adalah prosedur menghilangkan proses patologik didalam telinga tengah dan

    diikuti rekontruksi system konduksi suara pada telinga tengah.Timpanoplasti diajukan pertama

    kali oleh Wullstein tahun 1953 yang kemudian membagi timpanoplasti menjadi V tipe pada

    tahun 1956. Tujuan dari timpanoplasti itu sendiri ialah mengembalikan fungsi telinga tengah ,

    mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran. Tujuan lainnya membersihkan

    semua jaringan patolgis dimana anatomi dari meatus eksternus termasuk sulkus timpani utuh.

    Kavum mastoid dibuka untuk menghindari system aerasi yang tertutup. Aerasi dapat diperoleh

    dengan membersihkan penyumbatan antara kavum tympani, antrum, dan system sel mastoid.

    Indikasi timpanoplasti dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat

    atau OMSK tipe aman yang tidak bias ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

    Pada operasi ini selain rekontruksi membrane tympani sering kali harus dilakukan juga

    rekontruksi tulang pendengaran. Sebelum rekontruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    18/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    19/31

    19

    6.

    Pendekatan ganda timpanoplasti (combined Approach Tympanoplasty)

    Operasi ini merupakan tekni operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe

    bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.

    Tujuan operasi untuk menyembuhkanmenyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran

    tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang

    telinga).

    Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi kavum timpani, dikerjakan melalui dua

    jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan

    timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para

    ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.1

    X. KOMPLIKASI OMSK

    Otitis media supuratif, baik yang akut atau kronis mempunyai potensi untuk

    menjadi serius dan menyebabkan kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasitergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian

    organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan

    komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis

    media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun

    dapat menyebabkan komplikasi1,2.

    Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang

    normal dilewati, sehingga infeksi dapat menjalar ke struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    20/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    21/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    22/31

    22

    subperiosteal terlihat lebih sering pada anak-anak muda dengan OMA, tetapi juga

    ditemukan pada otitis kronis dengan dan tanpa cholesteatoma. Cholesteatoma dapat

    menghalangi aditus ad antrum, mencegah terhubungnya dari isi dari mastoid yang

    terinfeksi dengan ruang telinga tengah dan tuba eustachius. Obstruksi ini meningkatkan

    kemungkinan dekompresi yang infeksius sampai korteks mastoid, menyajikan klinis

    sebagai abses subperiosteal atau abses Bezold.

    Diagnosis

    Seringkali, diagnosis abses subperiosteal dibuat atas dasar klinis. Umumnya, pasien

    akan datang dengan gejala sistemik, termasuk demam dan malaise, bersama dengan tanda-tanda

    lokal, termasuk daun telinga yang menonjol ke arah lateral dan inferior, dan juga terdapat

    daerah yang fluktuatif, eritematosa, dan nyeri di belakang telinga. Bila diagnosis tidak pasti

    pada evaluasi klinis, CT scan kontras dapat menunjukkan abses dan mungkin defek kortikal

    pada mastoid. Sebuah kasus dapat dibuat untuk CT scan kontras dari tulang

    temporal pada semua pasien dengan gejala-gejala ini, untuk membantu dalam perencanaan

    terapi dan untuk menyingkirkan kemungkinan komplikasi lainnya. Mastoiditis tanpa abses,

    limfadenopati, abses superfisial, dan kista sebasea terinfeksi adalah kemungkinan

    lain yang harus disingkirkan.

    2. Abses Bezold

    Abses Bezold adalah abses cervical yang berkembang mirip dengan abses subperiosteal

    secara patologi. Dengan adanya mastoiditis coalescent, jika korteks mastoid terkena pada

    ujungnya, sebagai lawan dari korteks lateral, abses akan berkembang di leher,

    dalam sampai sternokleidomastoid. Abses ini dideskripsikan sebagai massa yang

    dalam dan lembut pada leher. Karena abses berkembang dari sel-sel udara di

    ujung mastoid, ini ditemukan pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, di mana

    pneumatisasi dari mastoid telah diperpanjang sampai ke ujung. Sebagian besar dari abses ini

    adalah hasil dari ekstensi langsung melalui korteks, selain itu adalah dari transmisi melalui

    korteks utuh dengan cara phlebitis vena mastoid. Meskipun abses Bezold adalah komplikasi

    dari OMA dengan mastoiditis yang lebih sering terjadi pada anak-anak, abses ini juga dikenal

    sebagai komplikasi dari OMK dengan cholesteatoma.

    Diagnosis

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    23/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    24/31

    24

    Diagnosis

    Pasien yang memiliki erosi yang signifikan dari labirin klasik ini datang dengan vertigo

    subjektif dan tes fistula yang positif pada pemeriksaan. Sayangnya, gambaran klasik tidak

    sensitif dalam identifikasi preoperatif fistula. Vertigo periodik atau disekuilibrium yang

    signifikan ditemukan pada 62% sampai 64% dari pasien yang memiliki fistula sebelum operasi.

    Tes fistula positif dalam 32% sampai 50% dari pasien yang ditemukan memiliki fistula selama

    eksplorasi bedah. Meskipun kehilangan pendengaran sensorineural ditemukan di

    sebagian besar pasien (68%), itu bukan indikator yang sensitif untuk fistula.

    Meskipun adanya gangguan pendengaran sensorineural, vertigo, atau tes fistula

    positif pada pasien yang memiliki cholesteatoma harus meningkatkan kecurigaan untuk fistula,

    tidak adanya tanda-tanda tadi tidak menjamin labirin tulang utuh. Hal ini sebagai alasan bahwa

    pendekatan bedah yang bijaksana adalah dengan mengasumsikan adanya fistula di setiap kasus

    cholesteatoma, untuk mencegah komplikasi yang tak terduga.

    Walaupun pencitraan universal untuk semua pasien yang memiliki cholesteatoma belum

    standar, tinjauan literatur menunjukkan bahwa penggunaan pencitraan CT pra

    operasi meningkat. Karena ketidakmampuan untuk secara akurat mendiagnosis fistula

    preoperatif atas dasar klinis, peningkatan dalam pencitraan merupakan upaya untuk

    meningkatkan deteksi suatu labirin, nervus facialis , atau dura yang terkena, untuk membantudalam perencanaan operasi. Sayangnya, kemampuan untuk mendeteksi fistula secara akurat

    pada CT pra operasi telah dilaporkan sebagai 57% sampai 60%. Dalam laporan saat ini CT scan

    tidak lebih sensitif daripada anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam mendeteksi fistula labirin.

    Diagnosis definitif untuk fistula hanya dibuat intraoperatif, yang menegaskan kembali

    kebutuhan untuk menangani semua kasus cholesteatoma dengan hati-hati.

    2. Mastoiditis Coalescent

    Mastoiditis adalah spektrum penyakit yang harus didefinisikan dengan tepat untuk

    diterapi secara memadai. Mastoiditis, didefinisikan sebagai penebalan mukosa atau efusi

    mastoid, adalah umum dalam suatu otitis akut atau kronis, dan dilihat secara rutin pada CT

    scan.

    Mastoiditis secara klinis menyajikan postauricular eritema, nyeri, dan edema, dengan

    daun telinga ke arah posterior dan inferior. Pemeriksaan lebih lanjut diindikasikan

    untuk menentukan pengobatan yang paling tepat.

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    25/31

    25

    Diagnosis

    Dengan adanya mastoiditis klinis, CT scan harus dilakukan untuk mengevaluasi abses

    subperiosteal atau mastoiditis coalescent. Mastoiditis Coalescent adalah proses akut,

    infeksi tulang mastoid, dengan kehilangan karakteristik tulang trabekuler. Ini adalah

    komplikasi yang jarang terjadi, dan terlihat biasanya pada anak-anak muda dengan OMA.

    Klasik, mastoiditis coalescent digambarkan sebagai terjadi di mastoid yang

    terpneumatisasi pada OMA yang tidak sempurna diobati, sedangkan otitis kronis

    dan cholesteatoma terjadi pada tulang temporal sklerotik. Namun, sebanyak 25% dari kasus

    mastoiditis coalescent telah dilaporkan terjadi pada tulang temporal sklerotik dengan OMK dan

    cholesteatoma.

    3. Facial Paralysis

    Otogenic yang menyebabkan kelumpuhan saraf wajah termasuk OMA, OMK

    tanpa cholesteatoma, dan cholesteatoma. Yang pertama biasanya terjadi dengan saluran

    tuba pecah dalam segmen timpani, yang memungkinkan kontak langsung mediator inflamasi

    dengan saraf wajah itu sendiri. OMK dengan atau tanpa cholesteatoma dapat

    mengakibatkan kelumpuhan wajah melalui keterlibatan saraf pecah, atau melalui erosi

    tulang. Kelumpuhan wajah sekunder untuk OMA sering terjadi pada anak dengan paresis tidak

    lengkap yang datang tiba-tiba dan biasanya singkat dengan pengobatan yang tepat.Di sisi lain, kelumpuhan sekunder pada OMK atau cholesteatoma sering menyebabkan

    kelumpuhan wajah progresif lambat dan memiliki prognosis yang lebih buruk.

    Diagnosis

    Diagnosis kelumpuhan wajah otogenic dibuat atas dasar klinis. Paresis atau kelumpuhan

    wajah pada OMA, OMK, atau cholesteatoma bukanlah diagnosis yang sulit untuk dibuat hanya

    dengan pemeriksaan sendiri. Peran diagnostik pencitraan CT dipertanyakan.

    Meskipun CT scan tidak diperlukan, dapat berguna dalam perencanaan terapi

    dan konseling pasien. Ketika cholesteatoma melibatkan saluran tuba, juga dapat

    mengikis struktur seperti labirin atau tegmen. Selanjutnya, tingkat erosi tulang dari kanal tuba

    dan derajat keterlibatannya lebih dapat dinilai pada CT.

    Komplikasi Intrakranial

    1. Meningitis

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    26/31

    26

    Meningitis adalah komplikasi intrakranial yang paling umum dari OMK, dan OMA

    adalah penyebab sekunder yang paling umum dari meningitis. Dalam seri terbaru

    komplikasi OMK, meningitis terjadi pada sekitar 0,1% dari subyek. Meskipun ini tetap

    merupakan komplikasi yang signifikan, tingkat kematian akibat meningitis otitic telah menurun

    secara signifikan, dari 35% di era preantibiotic sampai 5% di era postantibiotic. Meningitis

    dapat muncul dari tiga rute otogenic yang berbeda: penyebaran hematogen dari meninges dan

    ruang subarachnoid, menyebar dari telinga tengah atau mastoid melalui saluran yang telah

    terjadi (fisura Hyrtl), atau melalui erosi tulang dan penyuluhan langsung. Dari

    ketiga kemungkinan, meningitis otogenic paling umum adalah hasil dari penyebaran

    hematogen.

    Diagnosis

    Diagnosis cepat meningitis bergantung pada pengenalan dari tanda-tanda peringatan

    oleh dokter. Tanda-tanda bahwa harus meningkatkan kecurigaan komplikasi

    intrakranial termasuk demam persisten atau intermiten, mual dan muntah; iritabilitas, letargi,

    atau sakit kepala persisten. Tanda-tanda yang juga membantu diagnosis proses intrakranial

    meliputi perubahan visual; kejang onset baru, kaku kuduk, ataksia, atau status mental menurun.

    Jika ada tanda-tanda mencurigakan itu terjadi, pengobatan segera dan pemeriksaan lebih lanjut

    sangat penting. Antibiotik spektrum luas, seperti sefalosporin generasi ketiga, harusdiberikan selama tes diagnostik sedang dilakukan. CT scan atau MRI kontras

    akan menunjukkan peningkatan karateristik meningeal dan menyingkirkan komplikasi

    intrakranial tambahan yang dikenal terjadi pada hingga 50% dari kasus ini. Dengan tidak

    adanya efek massa yang signifikan pada pencitraan, pungsi lumbal harus dilakukan untuk

    mengkonfirmasi diagnosis dan memungkinkan untuk kultur dan tes sensitivitas.

    2. Abses Otak

    Abses otak adalah komplikasi intrakranial kedua yang paling umum dari

    otitis media setelah meningitis, tetapi mungkin yang paling mematikan. Berbeda dengan

    meningitis, yang lebih sering disebabkan oleh OMA, otak abses hampir selalu merupakan hasil

    dari OMK. Lobus temporal dan otak kecil yang paling sering terkena dampaknya. Abses ini

    berkembang sebagai hasil dari perpanjangan hematogen sekunder menjadi tromboflebitis di

    hampir semua kasus, tetapi erosi tegmen dengan abses epidural dapat menyebabkan abses lobus

    temporal. Hasil kultur dari abses ini biasanya steril, dan, bila positif, biasanya mengungkapkan

    flora campur, namun Proteus yang lebih sering dikultur daripada patogen lain. Perkembangan

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    27/31

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    28/31

    28

    Diagnosis

    Presentasi klasik dari trombosis sinus sigmoid atau lateral adalah adanya demam tinggi

    yang tajam dalam pola "picket fence", sering terlihat dengan sakit kepala dan malaise umum.

    Seperti banyak komplikasi ini, tingkat kecurigaan yang tinggi diperlukan karena demam

    spiking mungkin tumpul oleh penggunaan antibiotik bersamaan. Dengan adanya demam tinggi

    spiking, atau kepedulian untuk tekanan intrakranial meningkat, CT scan harus dikontraskan

    dilakukan untuk melihat tromboflebitis. Dinding sinus akan lebih cerah dengan kontras dan

    menghasilkan tanda delta karakteristik yang berkaitan dengan trombosis sinus. Dengan

    adanya trombosis sinus signifikan, sebuah Venogram resonansi magnetik MRI dijamin,

    karena mereka dapat digunakan serial untuk mengevaluasi propagasi gumpalan atau

    resolusi.

    4. Abses Epidural

    Adanya abses epidural sering dapat membahayakan dalam perkembangan.

    Abses ini berkembang sebagai hasil dari penghancuran tulang dari cholesteatoma

    atau dari mastoiditis coalescent. Tanda-tanda dan gejala tidak berbeda secara signifikan dari

    yang ditemukan dalam OMK. Kadang-kadang, iritasi dural dapat mengakibatkan peningkatan

    otalgia atau sakit kepala yang berfungsi sebagai tanda menyangkut di latar belakang OMK.Karena komplikasi ini tidak begitu jelas dalam presentasi klinis, sehingga

    sering ditemukan secara kebetulan pada saat operasi cholesteatoma atau CT scan untuk

    keperluan lain.

    Diagnosis

    Tidak seperti komplikasi intrakranial lainnya, tidak ada gejala yang sensitif atau spesifik

    sugestif dari proses penyakit ini. Kecurigaan klinis yang tinggi diperlukan untuk

    mendiagnosis abses epidural sebelum operasi. Kehadiran otalgia meningkat atau

    sakit kepala sebaiknya meningkatkan kecurigaan untuk komplikasi intrakranial. CT scan atau

    MRI kontras cukup untuk mendiagnosis abses ini. Bahkan dengan evaluasi yang cermat,

    diagnosis ini sering dibuat pada saat operasi.

    5. Otitic Hydrocephalus

    Otitic hidrosefalus digambarkan sebagai tanda-tanda dan gejala menunjukkan

    peningkatan tekanan intrakranial dengan LCS yang normal pada pungsi lumbal,

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    29/31

    29

    yang dapat hadir sebagai komplikasi dari OMA, OMK, atau operasi otologic. "Hidrosefalus

    Otitic" sampai sekarang belum dipahami seluruhnya, begitu juga dari sisi patofisiologi Ini

    adalah sebuah ironi karena kondisi ini dapat ditemukan tanpa otitis, dan pasien tidak memiliki

    ventrikel yang melebar menunjukkan tanda hidrosefalus. Symonds, yang menciptakan istilah

    otitic hidrosefalus, merasa bahwa kondisi ini dikembangkan dari infeksi sinus

    (transversal) lateral, dengan perluasan thrombophlebitis ke pertemuan sinus untuk

    melibatkan sinus sagital superior. Peradangan atau infeksi dari sinus sagital superior mencegah

    penyerapan LCS melalui vili arachnoid, sehingga tekanan intrakranial meningkat. Hal ini

    biasanya terjadi tromboflebitis menular sebagai akibat dari infeksi otologic, tetapi beberapa

    kasus juga terdapat pada kasus tanpa operasi otologic atau otitis. Selanjutnya,

    meskipun trombosis sinus lateral biasanya ditemukan pada hidrosefalus otitic, kasus telah

    dilaporkan tanpa trombosis sinus dural.

    Diagnosis

    Diagnosis hidrosefalus otitic membutuhkan tingkat kecurigaan yang tinggi

    untuk mengenali gejala sugestif. Gejala-gejala yang ditemukan pada pasien ini adalah akibat

    dari tekanan intrakranial yang meningkat dan menyebar termasuk sakit kepala, mual, muntah,

    perubahan visual, dan kelesuan. Kehadiran gejala ini memerlukan pemeriksaan

    menyeluruh dan pencitraan. Pemeriksaan fundoscopic harus dilakukan untuk mengevaluasipapilledema sebagai bukti tekanan intrakranial meningkat. MRI dan MRV harus dilakukan

    untuk mengevaluasi untuk pembesaran ventrikel, atau komplikasi intrakranial yang lain, seperti

    trombosis sinus yang signifikan dengan obstruksi. Peningkatan tekanan intrakranial dengan

    gejala klinis dan papilledema tanpa adanya dilatasi ventrikel atau meningitis sudah cukup untuk

    membuat diagnosis ini. MRV akan mengkonfirmasi keberadaan dan tingkat trombosis sinus

    dural, tetapi tidak diperlukan untuk membuat diagnosis hidrosefalus otitic.

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    30/31

    30

    BAB III

    KESIMPULAN

    Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan peradangan atau infeksi kronis yang

    mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan perforasi

    membran timpani, sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. Berdasarkan

    anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan

    anamnesa, pasien mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan yang kumat-kumatan,

    dimana sekret awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau, kemudian menjadi

    agak kental, kekuningan, dan berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri pada

    telinga kanan. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan menurun.

    Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan tulang-

    tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat pula terjadi

    tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran.

    Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena

    daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai dengan efektif ke

    fenestra ovalis.

    Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhandan mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari hasil pemeriksaan

    didapatkan perforasi sentral pada membran timpani. Dalam proses penyembuhannya dapat

    terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke dalam telinga tengah. Kadang-kadang

    perluasan lapisan tengah ini ke daerah atik mengakibatkan pembentukan kantong dan

    kolesteatom. Pembentukan kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga

    mengakibatkan terjadinya destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret yang kental dan berbau.

    Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna tenang adalah tidak memerlukan

    pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga

    sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas.

    Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,

    timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

  • 8/10/2019 Referat Otitis media kronis

    31/31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu

    kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62

    2.

    Adams FL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta; Balai Penerbit

    FKUI; 1997

    3.

    Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar

    N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta:

    FKUI, 2001. h. 63-73

    4.

    Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:

    Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-

    118

    5. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from URL:

    http://www.pediatrics.org/

    6. Thapa N, Shirastav RP. Intrakranial complication of chronic suppuratif otitis media, attico-

    antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39 Available from URL:

    http://www.jneuro.org/

    7. Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M. Effectiveness of ototopical antibiotics for

    chronic suppurative otitis media in Aboriginal children: a community-based,multicentre, double-blind randomised controlled trial. Medical Journal of Australia. 2003.

    Available from URL:http://www.mja.com.au/

    8. Dugdale AE. Management of chronic suppurative otitis media. Medical Journal of Australia.

    2004. Available from URL:http://www.mja.com.au/

    9. Miura MS, Krumennauer RC, Neto JFL. Intrakranial complication of chronic

    suppuratif otitis media in children. Brazillian Journal of Otorhinolaringology. 2005. Available

    from URL:http://www.rborl.org.br/

    10.Vesterager V. Fortnightly review: tinnitusinvestigation and management. BMJ. 1997.

    available from URL: http://www.bmj.org/

    http://www.pediatrics.org/http://www.jneuro.org/http://www.mja.com.au/http://www.mja.com.au/http://www.rborl.org.br/http://www.rborl.org.br/http://www.mja.com.au/http://www.mja.com.au/http://www.jneuro.org/http://www.pediatrics.org/