41
Ujian Referat Esotropia OD Pembimbing: Dr. Vanessa Maximiliane Tina, Sp.M Disusun oleh: Fransisca Hilda Carolina Pratiwi 11.2014.222 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA PERIODE 8 Juni s/d 11 Juli 1

Referat Dr Vanessa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dsda

Citation preview

Ujian ReferatEsotropia OD

Pembimbing:Dr. Vanessa Maximiliane Tina, Sp.M

Disusun oleh:Fransisca Hilda Carolina Pratiwi11.2014.222KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

PERIODE 8 Juni s/d 11 JuliRS FAMILY MEDICAL CENTER (FMC), SENTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : April 2015

SMF ILMU PENYAKIT MATA

Rumah Sakit Family Medical Center-SentulTanda Tangan

Nama

: Fransisca Hilda Carolina P

NIM

: 11-2014-222

.............................Dr. Pembimbing: dr. Vanessa M T Sp.M

.............................STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama

: An . ESUmur

: 16 tahunJenis Kelamin: perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan: -

Tanggal Pemeriksaan : 29 Juni 2015

II. ANAMNESIS

Dilakukan Alloanamnesis dan autoanamnesis pada tanggal 29 Juni 2015

Keluhan Utama:

Mata kanan terlihat juling sejak usia 1 tahun.Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien perempuan usia 16 tahun datang ke poli mata FMC dengan keluhan mata kanan terlihat juling, juling ini mulai terlihat ketika anak berusia 1 tahun. Ibu pasien mengaku sejak kecil pasien sering mengalami sakit panas namun kejang disangkal. Pasien juga mengeluh buram jika membaca sejak usia 15 tahun, pasien juga mengaku sering memicingkan mata jika melihat jauh. Riwayat trauma disangkal, dikeluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Umum Asthma

: tidak ada Alergi

: tidak ada

b. Mata

Riwayat sakit mata sebelumnya: tidak ada

Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada

Riwayat operasi mata

: tidak ada

Riwayat trauma mata sebelumnya: tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:

Penyakit mata serupa : tidak ada

Penyakit mata lainnya: tidak ada

Darah tinggi

: tidak ada

Kencing Manis: tidak ada

Asthma

: tidak adaMaag

: tidak adaAlergi

: tidak ada

I. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum: BaikKesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital: Tekanan Darah: 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi: 80 kali/menit

Frekuensi Nafas: 20 kali/menit

STATUS OPHTALMOLOGIS

KETERANGAN

OD

OS

1. VISUS

Visus0,8 ph 0,91.0

KoreksiS+1,00 C -0,50 Ax 90 1.0

Addisi

Distansi pupil5858

Kacamata Lama--

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

EksoftalmosTidak adaTidak ada

EnoftalmosTidak adaTidak ada

DeviasiTidak adaTidak ada

Gerakan Bola MataBebas ke segala arahBebas ke segala arah

StrabismusEsotropia Tidak ada

NistagmusTidak adaTidak ada

3. SUPERSILIA

WarnaHitamHitam

SimetrisSimetrisSimetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

EdemaTidak adaTidak ada

Nyeri tekanTidak adaTidak ada

EktropionTidak adaTidak ada

EntropionTidak adaTidak ada

BlefarospasmeTidak adaTidak ada

TrikiasisTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

PtosisTidak adaTidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

HematomaTidak adaTidak ada

HiperemisTidak adaTidak ada

KrepitasiTidak adaTidak ada

FolikelTidak adaTidak ada

PapilTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

AnemisTidak adaTidak ada

LithiasisTidak adaTidak ada

Korpus alienumTidak adaTidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

SekretTidak adaTidak ada

Injeksi KonjungtivaTidak adaTidak ada

Injeksi SiliarTidak adaTidak ada

Pendarahan SubkonjungtivaTidak adaTidak ada

PterigiumTidak adaTidak ada

PinguekulaTidak adaTidak ada

Nevus PigmentosusTidak adaTidak ada

Kista DermoidTidak adaTidak ada

7. SKLERA

WarnaPutihPutih

IkterikTidak AdaTidak ada

8. KORNEA

KejernihanJernihJernih

PermukaanRataRata

SensibilitasBaikBaik

InfiltratTidak adaTidak ada

Keratik PresipitatTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

UlkusTidak adaTidak ada

PerforasiTidak adaTidak ada

Arkus SenilisTidak adaTidak ada

EdemaTidak adaTidak ada

9. BILIK MATA DEPAN

KedalamanDalam Dalam

KejernihanJernihJernih

HifemaTidak adaTidak ada

HipopionTidak adaTidak ada

10. IRIS

WarnaCoklatCoklat

Kripte--

SinekiaTidak adaTidak ada

KolobomaTidak adaTidak ada

11. PUPIL

LetakDitengahDitengah

BentukBulatBulat

Ukuran3 mm3 mm

Refleks Cahaya Langsung++

Refleks Cahaya Tak Langsung++

12. LENSA

KejernihanJernihJernih

LetakDi tengahDi tengah

Shadow testNegatifNegatif

13. BADAN KACA

KejernihanJernihJernih

14. FUNDUS OKULI

BatasTegasTegas

WarnaOrangeOrange

EkskavasioTidak adaTidak ada

Rasio Arteri :Vena2:32:3

C/D Ratio0,30.3

Reflex Makula++

EksudatTidak adaTidak ada

PerdarahanTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

AblasioTidak adaTidak ada

15. PALPASI

Nyeri TekanTidak adaTidak ada

Massa TumorTidak adaTidak ada

Tensi OkuliN/palpasiN/palpasi

Tonometri Schiotz--

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG-III. RESUME

Anamnesis

Pasien perempuan usia 16 tahun datang ke poli mata FMC dengan keluhan mata kanan terlihat juling, juling ini mulai terlihat ketika anak berusia 1 tahun. Ibu pasien mengaku sejak kecil pasien sering mengalami sakit panas namun kejang disangkal. Pasien juga mengeluh buram jika membaca sejak usia 15 tahun, pasien juga mengaku sering memicingkan mata jika melihat jauh. Riwayat trauma disangkal, dikeluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama. ODOS

0,8 ph 0,9Visus1,0

S +1,00 C-0,50 Ax 90 1,0Koreksi

Esotropia StrabismusTidak ada

IV. DIAGNOSIS KERJA Esotropia + astigmat hipermetrop compositus OD V. PENATALAKSAANAstigmat hipertmetrop compositus OD diberikan kaca mata dengan hasil koreksi S+1,00 C-0,50 Ax90Medika mentosa C cenfresh ED 4-6x ODS

Citicoline VI. PROGNOSIS

OD

OS

Ad Vitam

:bonam

bonam

Ad Fungsionam:bonam

bonam

Ad Sanationam:bonam

bonam

BAB I

PENDAHULUAN Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai manfaat sangat besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya adalah strabismus. Strabismus ini terjadijika ada penyimpangan dari penjajaran okular yang sempurna. Strabismus mempunyai pola keturunan, jika salah satu atau kedua orang tuanya strabismus, sangat memungkinkan anaknya akan strabismus. Anak-anak disarankan untuk dilakukanpemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Strabismus menyebabkan posisi kedua mata tidak lurus maka akan mengakibatkan penglihatan binokuler tidak normal yang akan berdampakpada berkurangnya kemampuan orang tersebut dalam batas tertentu.

Strabismus adalah kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadipusat perhatian. Satu mata bisa terfokus pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapatbergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Penyebab juling yang pasti belum seluruhnya diketahui. Enam otot mata, yang mengontrolpergerakan bola mata, melekat pada bagian luar masing-masing mata. Pada setiap mata, dua otot menggerakkan ke kanan dan ke kiri. Empat otot lainnya menggerakkan ke atas, ke bawah, dan memutar. Agar kedua mata lurus dan dapat berfokus pada satu obyek yang menjadi pusatperhatian, semua otot pada setiap mata harus seimbang dan bekerja secara bersama-sama.Ada macam-macam klasifikasi dari strabismus antara lain esotropia, eksotropia, hipotropia, hipertropia. Esotropia merupakan suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial. Eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral. Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah). Hipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior (atas).

BAB IIPEMBAHASAN

Anatomi Mata ( Ekstraokular )

Struktur ekstraokularBeberapa struktur yang ada dalam kategori struktur luar mata adalah orbit, otot ekstraokular konjungtiva, sistem lakrimal, dan kelopak mata. Berbagai fungsi yang terkait dengan struktur ini meliputi perlindungan dan pelumasan.

Orbit

Orbit adalah struktur berbentuk kerucut (Rongga piramidal dengan 4 sisi) yang terdiri dari basis (margin orbital) yang terbuka ke garis tengah wajah, puncak, ujung sempit ke arah posterior kepala, dan 4 dinding.

Pada orang dewasa, orbit dibentuk oleh 7 tulang: (1) frontal, (2) zygoma, (3) maxilla, (4) ethmoid, (5) sphenoid, (6) lacrimalis, dan (7) palatina. Tulang frontal, ethmoid, dan sphenoid adalah 3 tulang orbit yang tidak berpsangan. Margin orbital (basis) yang dibentuk oleh, tulang maksilar, zygomatic, frontal, dan lacrimal. Sayap yang lebih kecil dari tulang sphenoid dan frontal membentuk atap orbit, sedangkan maksilar, zygomatic, dan palatina membentuk lantai orbit. Dinding medial dibentuk oleh tulang sphenoid ,ethmoid, lacrimalis, dan maksilar. Dinding lateral dibentuk oleh sayap yang lebih besar dari tulang sphenoid dan zygomatic.

Orbit memiliki volume 30 mL, diukur 4 cm secara horizontal, 3.5 cm secara vertikal, dan memiliki kedalaman (secara anteroposterior) 4,5 cm. Terkait dengan orbit adalah foramina dan fisura (lihat Tabel 1, di bawah), yang penting dalam transmisi saraf, arteri, dan vena. Fungsi utama dari orbit adalah untuk melindungi mata dari luka fisik.Otot luar mata secara histologis berbeda dari kebanyakan otot rangka lainnya karena mereka terdiri dari 2 jenis sel otot yang berbeda. Setiap sel otot terdiri dari kelompok myofibril yang disebut sarkomer. Fibril otot Fibrillenstruktur (atau kedutan-cepat) fibril otot menghasilkan gerakan mata yang cepat dan terdiri dari miofibril yang terlihat jelas dengan sarkomer yang berkembang dengan baik . Fibril otot Felderstruktur menghasilkan gerakan mata lambat atau tonik dan terdiri dari miofibril yang tidak jelas terlihat dengan sarkomer kurang berkembang

Motor neuron kolinergik memasok kedua jenis serat otot. Persarafan ke fibril fibrillenstruktur tebal dan sangat bermyelin, dengan en plaque tunggal sambungan neuromuskular, sedangkan persarafan ke fibril felderstruktur tipis, dengan kumpulan menyerupai buah anggur dar sambungan neuromuskuler.Otot Penggerak Mata: (2,4)1. m. rectus medial menggerakkan mata ke arah dalam atau mendekati hidung (adduction)

dipersarafi N. III (Oculomotor)2. m. rectus lateral menggerakan mata ke arah luar atau menjauhi hidung (abduction)

dipersarafi N. VI (Abducens)3. m. rectus superior menggerakkan mata ke atas (elevation)

membantu otot superior oblique memutarkan bagian atas mata kearah mendekati hidung (intorsion)

membantu otot medial rectus melakukan gerakan adduction

dipersarafi N. III (Oculomotor)4. m. rectus inferior menggerakkan mata ke bawah (depression)

membantu otot inferior oblique memutarkan bagian tas mata ke arah menjauhi hidung (extorsion)

membantu otot lateral rectus melakukan gerakan abduction.

dipersarafi N. III (Oculomotor)5. m. oblique superior memutarkan bagian atas mata mendekati hidung (intorsion)

membantu gerakan depression dan abduction

dipersarafi N. IV (Trochlear)6. m. oblique inferior memutarkan bagian atas mata menjauhi hidung (extorsion)

membantu gerakan elevation dan abduction.

dipersarafi N. III (Oculomotor)Otot rektus(2,4)Otot Rektus HorizontalOtot rektus medial dan lateral berasal dari anulus Zinn. Mereka melakukan perjalanan sepanjang dinding anterior orbit, dan masuk masing-masing 5,5 mm dan 6,9 mm dari limbus,. (Lihat gambar di bawah.)

Otot Rectus VerticalOtot rectus superior dan inferior juga berasal dari anulus Zinn. Mereka melakukan perjalanan anterior dan lateral pada sudut 23 dengan sumbu visual dari mata dalam posisi utama. Mereka memasukkan 7,7 mm dan 6,5 mm dari limbus, masing-masing.

Otot oblique(2,4)Otot superior oblique berasal dari apeks orbit di atas anulus dari Zinn dan melewati sepanjang dinding anterior orbit superomedial. Tendon dari otot oblik superior melewati troklea (yang terletak di tepi nasal oblique superior) dan ini tercermin inferior, posterior, dan lateral pada sudut 51 terhadap sumbu visual dengan mata dalam posisi primer. Tendon melewati bawah otot rektus superior sebelum masuk di posterior equator pada aspek superior dan lateral bola mataOtot inferior oblique berasal dari tulang maksilar di belakang fossa lacrimalis, sedikit ke tepi posterior orbit. Melewati posterior dan lateral di orbit, membentuk sudut 51 dengan sumbu visual dari mata dalam posisi utama, sebelum melewati bawah otot rektus inferior dan masukkan posterior equator pada aspek inferior dan lateral bola mataVaskularisasi otot ekstraokular(2,4)Suplai darah utama mata berasal dari arteri oftalmik. Cabang otot lateral arteri oftalmik memasok rektus lateral, rektus superior, dan superior oblique. Cabang medial memasok rektus inferior, rektus medial, dan oblique inferiorCabang medial dan lateral arteri menimbulkan 7 pembuluh silier anterior, yang berjalan dengan 4 otot rektus untuk memberikan sirkulasi untuk segmen anterior mata. Setiap otot rektus memiliki 2 pembuluh silier anterior, kecuali untuk otot rektus lateral, yang hanya memiliki 1 pembuluh. Kapal ini melewati anterior episclera dan memasok segmen anterior mata, termasuk sklera, limbus, dan konjungtiva.Otot-otot Intrinsik Bola Mata(2,3,4)1. M.ciliaris :

Fungsi : mengatur kecembungan lensa.

Inervasi : Serabut parasimpatis N.III melalui ganglion ciliare.

2. Otot-otot iris:

M.sphincter pupillae :

Mengecilkan ukuran pupil

Inervasi oleh sistem parasimpatis melalui nn.ciliares breves.

M.dilator pupilae:

Melebarkan pupil

Inervasi oleh sistem simpatis

Fisiologi otot ekstraokular

Duksi adalah gerakan monokular. Gerakan mata ke arah nasal adalah adduksi, gerakan ke arah temporal adalah abduksi. Elevasi dan depresi mata dinamakan sursumduksi (supraduksion) dan deorsumduksi (infraduksi). Insikloduksi (intorsi) adalah rotasi ke arah hidung dari meridian vertikal, eksikloduksi (ekstorsi) adalah rotasi ke arah temporal dari meridian vertikal. (Lihat gambar di bawah.)

Agonis dan antagonis otot

Otot utama yang menggerakkan mata ke arah tertentu dikenal sebagai otot agonis . Sebuah otot di mata yang sama yang menggerakkan mata ke arah yang sama dengan agonis dikenal sebagai sinergis, sementara otot di mata yang sama yang menggerakkan mata dalam arah yang berlawanan dari agonis adalah antagonis. Contohnya, dalam abduksi dari mata kanan, otot rektus lateral kanan adalah agonis,otot oblique superior dan inferior kanan adalah sinergis, sedangkan otot medial, superior, dan inferior kanan adalah antagonis. Sesuai dengan hukum Sherrington, peningkatan inervasi ke otot agonis akan diikuti dengan penurunan inervasi dari otot antagonis mata tersebut.

Gerakan mata binokular konjugatGerakan mata binokular adalah baik konjugat (versi) atau diskonjugat (vergensi). Versi merupakan gerakan dari kedua mata ke arah yang sama (misalnya, melirik ke kanan mengakibatkan kedua mata bergerak ke kanan). Dextroversi adalah pergerakan kedua mata ke kanan, dan levoversi adalah pergerakan kedua mata ke kiri. Sursumversi (supraversi) dan deorsumversi (infraversi) masing-masing adalah elevasi dan depresi dari kedua mata

Otot kuk ( Yoke muscle ) adalah otot-otot utama dalam setiap mata yang melakukan versi tertentu (misalnya, untuk melirik ke kanan adalah otot rektus lateral kanan dan otot rektus medial kiri ). Setiap otot ekstraokular memiliki otot kuk di mata yang berlawanan untuk mencapai versi ke setiap posisi tatapan. Sesuai dengan hukum Herring, otot kuk menerima inervasi yang sama dan simultan. Besarnya inervasi ditentukan oleh mata yang terfiksir, yang berarti bahwa sudut deviasi antara mata (strabismus) dapat bervariasi tergantung pada mata yang terfiksir. Deviasi utama adalah misalignment, dengan mata normal yang terfiksir. Jika mata salah satu mata lebih lemah dari yang lainnya, deviasi sekunder berikutnya biasanya lebih besar dari deviasi primer.

Gerakan mata binokular diskonjugatBerbeda dengan versi (di mana kedua mata bergerak ke arah yang sama), vergensi adalah gerakan mata ke arah yang berlawanan. Konvergensi adalah pergerakan kedua mata ke arah nasal, dan divergensi adalah pergerakan kedua mata ke arah temporal. Gerakan vergensi vertikal juga dapat terjadi (yaitu, satu mata bergerak ke atas atau mata lainnya bergerak ke bawah relatif terhadap mata kontralateral). Konvergensi akomodatif adalah konvergensi mata akibat mengakomodasi atau fokus pada target yang dekat.Abnormalitas dari konvergensi akomodatif dengan rasio akomodasi dapat menyebabkan beberapa jenis strabismus. Konvergensi dan divergensi fusional adalah refleks optomotor yang dirancang untuk memposisikan mata agar gambar jatuh pada fovea setiap mata. Fusi motor ini penting untuk menghindari terjadinya diplopia (penglihatan ganda). Bidang aksi dari otot ekstraokular adalah arah rotasi mata ketika itu otot berkontraksi. Istilah ini juga menunjukkan posisi pandangan mata di mana efek dari otot paling mudah ditunjukkan. Pengetahuan tentang bidang aksi penting, karena kejadian strabismus sering meningkat di bidang aksi dari otot mata yang lemah.Kontrol supranuklear dari gerakan mataSistem gerakan mata konjugat utama adalah sistem saccadic dan sistem pengejaran. Sistem saccadic mengontrol gerakan mata cepat dan mempertahankan fiksasi (foveasi) pada objek yang dipandang. Saccades horizontal dikendalikan oleh bidang mata frontal kontralateral di lobus frontalis. Lobus frontalis kanan mengontrol saccades horisontal ke kiri, sedangkan lobus frontal kiri mengontrol saccades horisontal ke kanan.Sistem pengejaran mengontrol pelacakan halus untuk mengikuti obyek yang bergerak lambat. Gerakan mengejar dikendalikan oleh lobus parietalis secara ipsilateral (yaitu, pengejaran ke kanan didorong oleh lobus parietalis kanan, sementara pengejaran ke kiri didorong oleh lobus parietal kiri). Kebanyakan gerakan mata volunter adalah kombinasi dari gerakan mata saccade dan mengejar.

Pengendalian sistem vergensi diduga berada pada tingkat batang otak. Kesenjangan retina diduga merupakan stimulus yang mendorong divergensi atau konvergensi (motor fusi) yang terjadi dalam pemeliharaan fusi sensorik dan stereopsis.Pemeriksaan Oftalmologi

Tes Hischberg :

Tujuan : Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai derajat pengguliran bola mata abnormal dengan melihat refleks sinar pada kornea

Dasar : bila terdapat fiksasi sentral pada satu mata maka refleks sinar yang diberikan pada kornea mata lainnya dapat menentukan derajat deviasi mata secara kasar.

Alat : sentolop

Teknik :

Sentolop disinarkan setinggi mata penderita, sebagai sinar fiksasi

Sentolop terletak 30 cm dari penderita

Refleks sinar pada mata fiksasi diletakkan ditengah pupil

Dilihat letak refleks sinar pada kornea mata yang lain

Nilai : refleks cahaya pada mata yang berdeviasi bila : lebih dekat pertengahan pupil, berarti deviasi 5o-6o , sedang bila pada tepi pupil, berarti deviasi 12-15o (30 prisma dioptri). Bila refleks sinar pada kornea terletak antara pinggir pupil dan limbus, berarti deviasi 25o , dan bila pada pinggir limbus berarti deviasi 45-60o

ACT (Alternative Cover Test)Tujuan : Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah mata melihat dengan binokuler

Dasar : dengan menutup mata bergantian tidak dimungkinkan kedua mata melihat bersama sama . Dengan menutup satu mata akan terjadi disosiasi

Teknik :

penderita melihat jauh 6 meter atau dekat 30 cm

okluder dipindah dari satu mata ke mata lain bergantian

pada setiap penutupan mata diberikan waktu cukup untuk mata lain berfiksasinilai : bila tidak terdapat pergerakan mata berarti mata ortoforia atau ortotropia yaitu mata normal. Bila terjadi pergerakan berarti ada tropia atau foria yaitu mata tersebut juling atau terdapat juling laten

Tes Duksi

Tujuan : Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pergerakan setiap otot mata menurut fungsi gerakan otot tersebut

Dasar : setiap otot penggerak mata mempunyai fungsi khusus pada pergerakan mata

Alat :

okuler

lampu fiksasi

Teknik :

Pemeriksaan ini dilakukan pada jarak dekat atau 30 cm

Mata diperiksa satu persatu mata

Dilihat pergerakan mata dengan menyuruh mata tersebut mengikuti gerakan sinar ke atas, kebawah, kekiri, kekanan, temporal atas, temporal bawah, nasal atas dan nasal bawah

Nilai : bila tidak terlihat kelambatan pergerakan otot disebut fungsi otot normal

Worth Four Dot Test

Tujuan : tes untuk mengetahui adanya supresi, deviasi, ambliopia, dan fusi

Dasar : melihat melalui filter berwarna akan melihat warna benda sesuai dengan warna filter yang dipakai. Warna putih akan dirubah oleh filter sesuai dengan warna filter.

Warna warna lain melalui filter tidak akan terlihat

Alat :

Kaca mata filter merah (pada mata kanan), hijau (pada mata kiri)

Kotak hitam dengan 4 lobang (lebar 2-3cm)susunan ketupat

3 lubang lateral bewarna hijau

1 diatas warna merah

1 dibawah warna putih

Teknik :

Penderita memakai kaca mata , koreksi diberikan sesuai kaca mata dan diberi kaca filter merah pada mata kanan dan hijau pada mata kiri

Pemderita diperiksa pada jarak 6 meter atau 30 cm

Penderita diminta menerangkan apa yang dilihat dengan kedua mataNilai : tidak terdapat diplopia pada setiap sisi berarti normal .

Forced Duction Test

Tujuan : tes untuk mengetahui apakah juling disebabkan karena otot yang lumpuh atau ada jaringan menghambat gerakan otot

Dasar : gangguan pergerakan bola mata disebabkan defisiensi atau kelemahan otot yang terjadi oleh traksi pada otot antagonis. Pergerakan otot akan tertahan pada penjepitan otot, peradangan dan perlengketan otot walaupun dengan bantuan tenaga (forsep) otot ini sukar bergerak

Alat :

Pinset konjungtiva

Anastesi lokal tetes mata

Teknik :

Diberi anastesi lokal pada mata yang akan diperiksa

Pinset bergigi dipakai untuk memegang tenon dan konjungtiva dekat pada insersi otot yang akan diperiksa

Penderita disuruh melihat berlawanan arah dengan letak otot yang akan diperiksa, misalnya dipegang dekat insersi rektus inferior maka mata ini diuruh melihat ke atas.

Waktu penderita melihat ke atas pinset pemeriksa membantu pergerakan mata ke atas

Diraba adanta kelainan pergerakanNilai : Bila tidak terdapat tahanan pada gerakan dengan bantuan pinset berarti otot yang berlawanan paresis atau juling akibat paresis otot. Bila terdapat tahanan berarti otot yang dipegang kaku dan tertahan oleh jaringan bukan otot seperti konjungtiva, tenon, sehingga mengakibatkan mata tersebut juling.

BAB III

STRABISMUS

III.1 Definisi

Strabismus merupakan suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata di mana sumbu penglihatan tidak berpotongan pada titik fiksasi. (10)III.2 Etiologi (5)1. Faktor Keturunan

Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.3. Kelainan Anatomi

Kelainan otot ekstraokuler Over development Under development

Kelainan letak insertio otot.

4. Kelainan pada vascial structure

Adanya kelainan hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat menyebabkanpenyimpangan posisi bola mata.5. Kelainan dari tulang-tulang orbitaa) Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital abnormal,sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.

b) Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.

c) Fovea tidak dapat menangkap bayangan.d) Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.e) Kelainan Sensoris6. Kelainan InervasiGangguan proses transisi dan persepsi

III.3 PatogenesisBila terdapat satu / lebih otot mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot lainnya maka akan terjadi gangguan keseimbangan gerak kedua mata, sumbu penglihatan akan menyilang, mata menjadi strabismus & penglihatan menjadi ganda (diplopia)

1. Gangguan gerakan mata :a) Tonus yang berlebihan.b) Paretik / paralytik.c) Hambatan mekanik.Contoh : parese / paralyse rectus lateralis mata kanan, maka akan terjadi esotropi mata kanan. (10)2. Gangguan Faal Otot Penggerak Bola Mata(4,7,10)Kedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa sehinggabayangan benda yang menjadi perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua fovea sentralis. Otot penggerak kedua bola mata, yang berjumlah dua belas akan selalu bergerak secara teratur; gerakan otot yang satu akan mendapatkan keseimbangan gerak dari otot-otot lainnya. Keseimbangan yang ideal seluruh otot penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu melihat secara binokular.Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot lainnya, maka terjadilah gangguan keseimbangan gerakantara kedua mata, sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar letakbenda yang menjadi perhatiannya dan disebut juling (crossed Eyes). Gangguan keseimbangan gerak bola mata (muscle imbalance) bisa disebabkan oleh hal-hal berikut: Pertama apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak menjadi berlebihan; dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola mata dari kedudukan normal. Apabila otot yang hiperaktif adalah otot yang berfungsi untuk kovergensi terjadilah juling yang konvergen (esotropia). Kedua, adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot penggerak bolamata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau paretik. Bila hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk konvergensi, maka terjadilah juling divergen (ekstropia).Dapatlah dimengerti bahwa ada dua keadaan tersebut di atas, besarnya sudut deviasi adalah berubah-ubah tergantung pada arah penglihatan penderitaan. Keadaanjuling seperti itu disebut sebagai gangguan keseimbangan gerak yang inkomitan. Sebagai contoh adalah suatu kelumpuhan otot rektus lateral mata kanan, maka besar sudut deviasi adalah kecil bila penderita melihat kearah kiri dan membesar bila arah pandang ke kanan. Gangguan keseimbangan gerak bola mata dapat pula terjadi karena suatu kelainan yangbersifat sentral berupa kelainan stimulus pada otot. Stimulus sentral untuk konvergensi bisa berlebihan sehingga akan didapatkan seorang penderita kedudukan bola matanya normal pada penglihatan jauh (divergensi) tetapi menjadi juling konvergen pada waktu melihat dekat (konvergensi); demikian kita kenali : Convergence excessBila kedudukan bola mata penderita normal melihat jauh dan juling ke dalam esotopia pada waktu melihat dekat. Divergence excess

bila kontraksi otot penggerak bola matapenderita normal pada penglihatan dekat, tetapi juling keluar (divergent squint) bila melihat jauh. Convergence insuffiencyBila kedudukan bola mata normal pada pennglihatan jauh tapijuling keluar pada waktu melihat dekat. Divergence insuffience

Bila penderita mempunyai kedudukan bola mata yang normal untuk dekat tetapi juling ke dalam bila melihat jauh.3. AnisometropiaApabila seseorang berbeda derajat hipermetropinya sebanyak dua dioptri atau lebih, maka secara sadar atau tidak ia akan memakai mata dengan derajat hipermetropia yang lebih ringan untuk penglihatan jauh maupun dekat, karena jumlah enersi untuk akomodasi yang diperlukan untuk melihat jelas adalah lebih ringan. Dengan jumlah akomodasi ini mata dengan hipermetropi yang lebih berat tidak pernah melihat dengan jelas, baik untukpenglihatan dekat maupun jauh. Bila keadaan ini terjadi secara dini dalam masaperkembangan penglihatan dan dibiarkan sampai anak berumur lebih dari lima tahun maka kemajuan melihat dari mata dengan hipermetropia yang lebih tidaklah sebaik dibanding mata lainnya. Kelemahan penglihatan yang tidak di dasarkan pada adanya kelainan organik disebut ambilopia.Perbedaan kekuatan miopia antara mata satu dan lainnya pada umumnya tidakmengakibatkan timbulnya ambliopia yang mencolok, disebabkan oleh kerena mata dengan miopia yang lebih berat sifatnya masih dapat melihat berbeda-beda secara jelas untuk dekat tanpa akomodasi, lagi pula kelainan miopia umumnya bersifat progresif dan umumnya belum terdapat secara menyolok pada usia sangat muda.4. AniseikoniaApabila kita melihat ke suatu benda yang berjarak antara satu dan dua meter dihadapan kita, kemudian menutup satu mata berganti, maka kita akan mengetahui bahwa terdapatperbedaan bentuk, tempat maupun besarnya benda yang kita perhatikan. Perbedaanpenglihatan antara mata kanan dan kiri tersebut dikenal dengan nama penglihataan diantara dua mata kita. Disparitas yang ringan memang diperlukan untuk kemampuanpenglihatan stereoskopik.Disparitas penglihatan yang terlalu besar, seperti contohnya seorang dengan afakimonokular yang dikoreksi dengan kaca mata, mengakibatkan kesulitan bagi sistem sarafpusat untuk menyatukan (memfusikan) menjadi satu bayangan tunggal dan benda-benda yang dilihat akan tampak ganda. Disparitas penglihatan yang menimbulkan gangguanberupa penglihatan ganda atau diplopia disebut aniseikonia.

Seseorang yang menderita diplopia sudah barang tentu akan menjadi binggung seperti seorang yang baru belajarmenggunakan mikroskop monokular, secara sadar ataupun tidak akan menutup salah satu matanya agar penglihatan menjadi tunggal kembali. Lama kelamaan orang tersebut akanbelajar mengeliminasi bayangan salah satu matanya dan disebut sebagai image supression dan dalam pembahasan ini akan disebut sebagai supresi.

Supresi dapat dilakukan secara sadar pada kedua mata berganti - ganti menjadi dan disebut Alternating Suppression, tapi dapat pula terjadi secara terus menerus pada mata yang sama dan memilih menggunakan mata lainnya untuk penglihatan. Dalam hal ini maka mata yang dipakai untuk penglihataan sehari-hari disebut sebagai mata yang dominan sedang mata yang mengalami supresi sebagai mata malas (lazy eye). Mata malas dalam keadaan sehari-hari tidak dipakai melihat, maka pada umumnya mata ini mengalami kemunduran-kemunduran fungsional dan menjadi ambliopia bahkan kadang-kadang mengalami deviasi sumbu penglihatan dan menjadi juling.Hukum dalam Strabismus (10)1. Hukum Desmarrens : bila sumbu penglihatan bersilangan maka bayangan tidakbersilangan2. Hukum Donder : Kedudukan bola mata terhadap fiksasi penglihatan ditentukan oleh arah mata. Bola mata berputar pada sumbu penglihatan tanpa disadari atau disengaja.3. Hukum Gullstrand : bila pasien yang sedang berfiksasi jauh digerakkan kepalanya maka reflex kornea pada kedua mata akan bergerak searah dengan arah gerakan kepala atau bergerak ke arah otot yang lebih lemah.4. Hukum Hering : Pada pergerakan bersama kedua bola mata didapatkan rangsanag yang sama dan simultan pada otot-otot mata agonis dari pusat persarafan okulogiri untukmengarahkan kedudukan mata.5. Hukum Listing : bila terjadi perubahan grafis fiksasi bola mata dari posisi primer keposisi yang lainnya maka sudut torsi pada posisi sekunder ini sama seperti bila mata itu kembali pada posisinya dengan berputar pada sumbu yang tetap yang tegak luruspada sumbu permulaan dan posisi akhir dari garis fiksasi.6. Hukum Sherington : otot mata luar seperti pada otot serat lintang menunjukkanpersarafan resiprokal pada otot antagonisnya.

Klasifikasi StrabismusA. EsotropiaEsotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial. Bentuk-bentuk esotropia: Esotropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah pandangan.

Esotropia nonkomitan, yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah pandangan yang berbeda-beda pula. 1. Non Paralytic (Comitant)

Non Akomodatif EsotropiaDibagi menjadi :

a. Esotropia Infantil

Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat batasan, maka terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan. Penyebab belum

diketahui secara pasti.b. Esotropia Didapat

Esotropia Dasar

Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi.

Sudut strabismusnya mula-mula lebih kecil daripada esotropia

kongenital tetapi akan bertambah besar.

Esotropia Miopia

Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk memandang jauh, yang lambat laun akan untuk memandang dekat.Tanda klinik :Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok pada satu mata (anisometropia).

Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua mata.

Akomodatif EsotropiaTerjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi ada divergensi fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata supaya tetap lurus.

Ada 2 mekanisme patofisiologi yang terjadi : Hiperophia tinggi yang memerlukan akomodasi kuat agar bayangan menjadi jelas, sehingga timbul esotropia.

Rasio KA/A yang tinggi, yang mungkin disertai kelainan refraksi.Kedua mekanisme ini dapat timbul pada satu penderita

Esotropia akomodatif karena hiperophia

Hiperophia ini khas, timbulnya pada usia 2-3 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada bayi / usia yang lebih tua Esotropia akomodatif karena rasio KA/A yang tinggi

Terjadi reaksi knvergensi abnormal sewaktu sinkinesis dekat.Kelainan refraksinya mungkin bukan hiperophia, meskipun sering ditemukan hiperophia sedang.

Karena penyebabnya hypermetropia, maka pengobatannya adalah kacamata. Bila pengobatan ditunda sampai dari 6 bulan dari onsetnya,sering terjadi amblypobia. Untuk amblypobia pengobatannya dengan oklusi terlebih dahulu. Kombinasi Keduanya2. Paralytic (Non-Comitant)Pada strabismus selalu ada salah satu / lebih otot ekstra okuler yang paralitik dan otot yang paralitik selalu salah satu otot rectus lateral, biasanya sebagai akibat paralisis syaraf abdusen.

Penyebabnya :

Dewasa : CVA, Tumor (CNS, Nasopharyng), Radang CNS(Central Nervous System), Trauma.

Bayi atau anak-anak : trauma kelahiran, kelainan kongenital.

Pengobatan :

Operasi pada parese yang permanen

Pada orang dewasa yang mengalami strabismus tiba-tiba, karena trauma dapat ditunggu sampai 6 bulan, karena kemungkinan ada perbaikan sendiri. Selama periode ini dapat dilakukan oklusi pada mata yang paralitik untuk menghindari diplopia.

Penyebab esotropia: Faktor refleks dekat

Hipertoni rektus medius kongenital

Hipotoni rektus lateral akuisita

Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak.

B. Exotropia (Eksotropia)Eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral.

Bentuk-bentuk eksotropia:

Eksotropia konkomitan: yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah pandangan

Eksotropia nonkomitan: yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah pandangan yang berbeda-beda.

Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan eksotropia adalah hanya yang konkomitan.

Penyebab-penyebab eksotropia:

Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominant

Optis, tak ada hubungan dengan kelainan terhadap kehilangn penglihatan binokuler

Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang sensori motor

Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon.

C. HipotropiaHipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah).

D. HipertropiaHipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior (atas).

Gangguan tersebut dapat dibedakan dalam gangguan yang bersifat organik dan bersifat fungsional.

Gangguan organik adalah timbulnya kelainan susunan jaringan yang mengakibatkan gangguan penglihatan, sedangkan gangguan fungsional penglihatan adalah gangguan dalam penglihatan yang tidak disebabkan karena kelainaan organik.

Gangguan fungsional yang timbul dalam masa perkembangan disebut sebagai Developmental Arrest Gangguan Faal Otot Penggerak Bola MataKedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua fovea sentralis. Otot penggerak kedua bola mata, yang berjumlah dua belas akan selalu bergerak secara teratur; gerakan otot yang satu akan mendapatkan keseimbangan gerak dari otot-otot lainnya. Keseimbangan yang ideal seluruh otot penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu melihat secara binokular.

Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot lainnya,maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata, sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya dan disebut juling (crossed Eyes). Gangguan keseimbangan gerak bola mata (muscle imbalance) bisa disebabkan oleh hal-hal berikut : Pertama apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak menjadi berlebihan; dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola mata dari kedudukan normal. Apabila otot yang hiperactive adalah otot yang berfungsi untuk kovergensi terjadilah juling yang konvergen (esotropia).

Kedua, adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot penggerak bola mata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau paretik. Bila hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk konvergensi, maka terjadilah juling divergen (ekstropia).Dapatlah dimengerti bahwa ada dua keadaan tersebut di atas, besarnya sudut deviasi adalah berubah-ubah tergantung pada arah penglihatan penderitaan. Keadaan juling seperti itu disebut sebagai gangguan keseimbangan gerak yang inkomitat. Sebagai contoh adalah suatu kelumpuhan otot rektus lateral mata kanan, maka besar sudut deviasi adalah kecil bila penderita melihat kearah kiri dan membesar bila arah pandang ke kanan.

Gangguan keseimbangan gerak bola mata dapat pula terjadi karena suatu kelainan yang bersifat sentral berupa kelainan stimulus pada otot.Stimulus sentral untuk konvergensi bisa berlebihan sehingga akan didapatkan seorang penderita kedudukan bola matanya normal pada penglihatan jauh (divergensi) tetapi menjadi juling konvergen pada waktu melihat dekat (konvergensi); demikian kita kenali :

Convergence excess bila kedudukan bola mata penderita normal melihat jauh dan juling ke dalam esotopia pada waktu melihat dekat.

Divergence excess (aksi lebih konvergensi) bila kontraksi otot penggerak bola mata penderita normal pada penglihatan dekat, tetapi juling keluar (divergent squint) bila melihat jauh.

Convergence insuffiency bila kedudukan bola mata normal pada penglihatan jauh tapi juling keluar pada waktu melihat dekat.

Divergence insuffiency bila penderita mempunyai kedudukan bola mata yang normal untuk dekat tetapi juling ke dalam bila melihat jauh.

32