20
Diterima: Juli 2019. Disetujui: Agustus 2019. Dipublikasikan: September 2019. 351 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam Volume 7, Nomor 3, 2019, 351-370 ISSN: 2086-4116(Print), 2685-3760(Online) DOI 10.15575/irsyad.v7i3.78 Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert Sri Wahyuni 1* , Sachri Ramdhan 2 , Aliyudin 3 1 Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 2 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 3 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung *Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi anak asuh yang berkepribadian, proses Komunikasi Konseling dan hasil yang dicapai setelah melakukan komunikasi konseling di Panti Asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil proses komunikasi konseling terhadap anak asuh yang memiliki kepribadian introvert dalam aspek rasa malu dan canggung anak asuh dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam aspek menyendiri anak asuh mulai terbuka dengan pembimbing. Dalam aspek sensitif jika ada kritikan anak asuh dapat menerima dengan lapang nasihat dari pembimbing. Dalam aspek lebih lancar menulis dari pada berbicara anak asuh mulai berani berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Dalam aspek kekhawatiran anak asuh tidak cemas ketika menghadapi permasalahan. Kata Kunci : Komunikasi konseling; Anak asuh; Kepribadian introvert. ABSTRACT The purpose of this study was to determine the condition of introverted foster children, the Counseling Communication process and the results achieved after conducting counseling communication at the Muhammadiyah Orphanage in Bandung Well. The research method used in this study is using descriptive qualitative methods. The results of the counseling communication process for foster children who have an introverted personality in the aspect of shame and awkward foster children can socialize and communicate with others. In the aspect of being alone, foster children begin to open with counselors. In the sensitive aspect, if there is criticism, foster children can receive broadly the advice of the mentor. In the more fluent aspect of writing than talking foster children begin to dare to communicate directly with others. In the aspect of concern foster children are not anxious when facing problems. Keywords: counseling communication; Foster child; Introverted personality.

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Diterima: Juli 2019. Disetujui: Agustus 2019. Dipublikasikan: September 2019. 351

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam

Volume 7, Nomor 3, 2019, 351-370 ISSN: 2086-4116(Print), 2685-3760(Online)

DOI 10.15575/irsyad.v7i3.78

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Sri Wahyuni1*, Sachri Ramdhan2, Aliyudin3

1Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 2Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

3Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung *Email : [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi anak asuh yang berkepribadian, proses Komunikasi Konseling dan hasil yang dicapai setelah melakukan komunikasi konseling di Panti Asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil proses komunikasi konseling terhadap anak asuh yang memiliki kepribadian introvert dalam aspek rasa malu dan canggung anak asuh dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam aspek menyendiri anak asuh mulai terbuka dengan pembimbing. Dalam aspek sensitif jika ada kritikan anak asuh dapat menerima dengan lapang nasihat dari pembimbing. Dalam aspek lebih lancar menulis dari pada berbicara anak asuh mulai berani berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Dalam aspek kekhawatiran anak asuh tidak cemas ketika menghadapi permasalahan.

Kata Kunci : Komunikasi konseling; Anak asuh; Kepribadian introvert.

ABSTRACT The purpose of this study was to determine the condition of introverted foster children, the Counseling Communication process and the results achieved after conducting counseling communication at the Muhammadiyah Orphanage in Bandung Well. The research method used in this study is using descriptive qualitative methods. The results of the counseling communication process for foster children who have an introverted personality in the aspect of shame and awkward foster children can socialize and communicate with others. In the aspect of being alone, foster children begin to open with counselors. In the sensitive aspect, if there is criticism, foster children can receive broadly the advice of the mentor. In the more fluent aspect of writing than talking foster children begin to dare to communicate directly with others. In the aspect of concern foster children are not anxious when facing problems. Keywords: counseling communication; Foster child; Introverted personality.

Page 2: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

352 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan sesuatu yang penting bagi setiap aspek kehidupan apapun bentuk hubungan yang dilakukan, profesi yang ditekuni, kebutuhan yang ingin didapatkan karena komunikasi senantiasa menyertai pada setiap derap langkah kehidupan. Sayangnya, karena dianggap sesuatu yang biasa digunakan dalam setiap sisi kehidupan, komunikasi dilupakan dan dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan tidak perlu dipelajari secara khusus. Dengan demikian, agar dapat berkomunikasi secara efektif maka mempelajari komunikasi merupakan sesuatu yang penting.

Komunikasi tidak bisa dipungkiri kontribusinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam proses interaksi antar manusia. oleh karena itu komunikasi memiliki kontribusi pada setiap sisi kehidupan termasuk ketika seseorang melakukan konseling. Dalam proses konseling, seorang konselor tidak dapat menghindari komunikasi karena komunikasi dijadikan sebagai alat untuk membantu klien, baik dalam proses mengumpulkan informasi mengenai masalah dari klien maupun sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah klien. Karena itu, komunikasi lebih dari sekedar untuk mengumpulkan informasi, namun dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah salah satu faktor determinan bagi suksesnya konseling.

Istilah konseling menurut James F. Adams (dalam Chodijah 2016: 17) adalah ‘Pertalian timbal balik antara dua orang individu, seseorang (konselor) membantu yang lain (konseli), untuk lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.’ Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing (konselor) kepada seseorang konseli (klien, terbimbing, seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara dengan maksud agar klien tersebut mengerti lebih jelas tentang problemnya sendiri dan memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari konselor (Satriah, 2017: 73).

Dalam struktur sosial tatanan yang paling rendah yaitu keluarga. Keluarga merupakan persekutuan hidup yang paling dasar dan pangkal dari kehidupan masyarakat. Jadi mutu kehidupan masyarakat akan sangat tergantung dari mutu keluarga-keluarga yang mendukung kehidupan masyarakat. Sebuah keluarga bahagia, sejahtera lahir dan batin, hidup cinta-mencintai dan kasih mengasihi, dimana suami bisa membahagiakan istri, sebaliknya istri bisa membahagiakan suami, dan keduanya mampu mendidik anak yang shalih dan shalihah, yaitu anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tua, kepada agama, masyarakat dan bangsanya.

Namun berbeda dengan anak-anak yang berada di panti asuhan, panti

Page 3: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 353

asuhan merupakan suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional. Anak yang tinggal di panti asuhan bukan berarti lepas dari permasalahannya yang di tinggalkan ayahnya, ibunya atau bahkan ditinggalkan keduanya. Dengan begitu mereka tentu mempunyai permasalahan yang baru yaitu berbagai permasalahan psikologis bagi anak panti asuhan, karena banyak kebutuhan-kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi seperti kebutuhan rasa aman, kasih sayang, serta harapan yang kabur tentang kehidupan sosialnya. Kebanyakan dari mereka merasa berbeda dengan anak yang lainnya. Mereka akan terasa terbebani dengan nasib yang mereka terima sekarang.

Di panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung terdapat 23 orang anak. Anak-anak tersebut memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Seorang anak dengan anak lain tentunnya memiliki sifat bawaan yang berbeda pula, ada anak yang sopan, penurut, mandiri, pinter, selain itu ada pula anak yang masih manja, hiperaktif dan ada juga anak yang belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru sehingga anak ini selalu menangis histeris karena dia merasa berbeda antara kehidupannya di panti asuhan dengan di rumahnya. Adapun anak yang pesimis, pemalu, pendiam, sulit diajak berkomunikasi, senang menyendiri, tidak suka keramaian itu merupakan salah satu ciri anak yang memiliki kepribadian introvert, dari 23 orang anak di panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung terdapat empat orang anak yang memiliki kepribadian introvert.

Menurut Jung (dalam purwa atmaja 2013: 216) ‘Dikatakan bersikap introvert jika sikap kesadaran seseorang mengarah kedalam dirinya sendiri.’ Manusia yang mempunyai tipe sikap introvert umumnya mempunyai minat pokok pada dunia subjektif yang dijadikan sebagai asas-asas pertimbangan. Selain hal itu, orang dengan sikap bertipe introvert suka tenggelam dalam dirinya sendiri.

Dalam penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan dalam berkomunikasi secara langsung tentang permasalahan yang dihadapi sehingga dapat memperbaiki kepribadian introvert anak panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung. Untuk dapat mengetahui peerubahan ini di lakukan dengan komunikasi konseling dengan pendekatan interpersonal, metode tidak langsung dan metode langsung.

Komunikasi konseling yang dilakukan di panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung bagi anak yang memiliki kepribadian Introvert yaitu melalui

Page 4: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

354 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

komunikasi tidak langsung dengan menggunakan handphone atau media sosial sebagai jembatan untuk berkomunikasi dengan pembimbing. Karena kurangnya keterbukaan dan keberanian anak asuh untuk berkomunikasi langsung maka anak asuh cenderung menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan pembimbing. Setelah metode tidak langsung berjalan dengan baik maka pembimbing mencoba melakukan komunikasi langsung dengan anak asuh mengenai permasalahan yang dialaminya, karena dengan berkomunikasi langsung bukan sikap verbalnya saja yang terlihat akan tetapi sikap non-verbal pun akan terlihat, dan ada pula metode kelompok, metode ini dilakukan dengan membentuk kelompok kecil, pembimbing memberikan materi keagamaan yang dikemas dengan menarik melalui permainan agar anak asuh dapat melakukan komunikasi langsung kepada siapapun.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Khususnya bagi anak panti asuhan yang memiliki kepribadian introvert karena tidak mempunyai kepercayaan untuk berkomunikasi langsung dengan orang lain. Maka dari itu peneliti membuat penelitian mengenai Proses Komunikasi Konseling terhadap Anak Panti yang Memiliki Kepribadian Introvert (Penelitian di panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung Jl. A. H. Nasution no 140 Sukamiskin kota Bandung). Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan-permasalahan yang akan diteliti yaitu menganalisis kondisi anak asuh yang berkepribadian introvert, proses komunikasi konseling dan hasil yang dicapai setelah dilakukan komunikasi konseling terhadap anak asuh yang memiliki kepribadian introvert. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan pengumpulan data berupa observasi, analisis, dan wawancara langsung dengan beberapa anak asuh, kepala panti, dan pembimbing asrama.

LANDASAN TEORITIS

Komunikasi bersumber dari bahasa Latin Communicatio, artinya pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Istilah itu kemudian diadopsi dalam bahasa Inggris communication dan diartikan “hubungan”, selanjutnya dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah komunikasi.

Makna hakiki communicatio (Latin) adalah communis yang berarti sama, atau adanya kesamaan arti, dengan begitu makna asal komunikasi adalah terjadinya kesamaan arti antara orang-orang yang saling berhubungan. Oleh sebab itu, jika diantara orang yang terlibat hubungan tertentu terjadi kesamaan arti mengenai apa yang disampaikannya sebagai sebuah pesan maka dapat dikatakan bahwa komunikasi mereka telah terjadi secara efektif, terlepas apakah lawan mereka setuju atau tidak mengenai apa yang disampaikannya itu, sebab yang paling penting adalah memiliki kesamaan arti atau terjadi kesepahaman makna mengenai apa yang

Page 5: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 355

disampaikannya. Kesamaan arti yang dimaksudkan adalah terjadinya kepahaman diantara orang yang sedang berkomunikasi Effendy, 1992: 3 (dalam buku Enjang AS, 2009: 14). Winkel dalam buku Satriah, (2016: 37) mengemukakan bahwa konseling adalah ‘pemberian saran dan nasihat, pemberian anjuran dalam pembicaraan dalam bertukar pikiran.’

Pilar pokok yang harus diperhatikan agar dapat berjalan lancar dan sukses yaitu: pertama, Konselor, kriteria yang menjadi baiknya konselor di antaranya: a) Menawan hati teutama bagi orang yang hendak berkonseling. b) Memiliki kemampuan bersikap tenang ketika bersama orang lain. c) Memiliki kapasitas untuk berempati, ditambah karakteristik lain yang memiliki makna yang sama, dan kualitas-kualitas tersebut dapat pula diusahakan Rollo May 1997 (dalam buku Enjang AS, 2009: 44). Dalam perspektif Islam, menurut Syukriadi Sambas dan Ahmad Subandi 1999: 59-60 (dalam buku Enjang AS, 2009: 44), seorang konselor (mursyid) yang kredibel adalah ‘konselor (mursyid) yang memiliki tiga sifat’ yaitu: a) Sifat nafsaniyah, yaitu memiliki kepribadian sempurna baik batin dan lahir yang mencerminkan sikap dan perilaku keislaman. b) Sifat jasadiyyah, yaitu memiliki kondisi badan yang sehat dari berbagai penyakit jasmaniyah yang membuat orang lain menjauhkan diri dari pergaulan dengan dirinya. c) Sifat ijtimaiyah, yaitu memiliki kesempurnaan perilaku dalam interaksi dengan orang lain sebagai anggota masyarakat.

Kedua, Konseli adalah individu atau kelompok yang sedang mengalami atau dalam kondisi kesulitan dengan berbagai masalah. Konseli dalam perspektif Al-Quran disebut pula sebagai mursyad bih, yaitu sosok manusia yang hidupnya tidak proporsional (itmihian) tidak berimbang, tarik menarik dari potensi nafs thabiiyah dan nafs bathimiyah-nya, yaitu potensi diri yan cenderung mengikuti kata hati yang baik dan kata hati yang tidak baik. Ketiga, Pesan meliputi pesan moral dan informasi yang dikemas dalam memberikan jalan keluar sebagai pijakan konseli, dan juga sebagai alternatif solusi atas masalah konseli. Alternatif solusi yang disampaikannya bisa masalah agama atau etika. Pesan ini dikemas oleh konselor berdasarkan jenis atau bentuk masalah yang sedang dihadapi konseli.

Keempat, Empati, dalam pandangan Rollo May 1997: 74 (dalam buku Enjang AS, 2009: 45) yang dimaksud dengan empati adalah ‘Suatu kepribadian yang ikut merasa berpikir ke dalam kepribadian lain, sehingga tercapai suatu keadaan teridentifikasi.’ Kelima, Media, Seperti halnya komunikasi, banyak sekali media yang digunakan dalam keefektivitasannya. Dalam hal ini komunikasi massa yang banyak menggunakan jasa media dalam aplikasi komunikasi. Begitu pun tidak jauh berbeda dengan konseling. Jangan dikira konseling tidak menggunakan media. Apalagi dalam dunia saat ini, yang segalanya serba instan dan cepat dengan ditopang oleh kecanggihan teknologi komunikasi.

Ciri-ciri efektifitas komunikasi antarpribadi menurut Kumar (Wiryanto,

Page 6: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

356 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

2005:36) bahwa ciri-ciri komunikasi antarpribadi tersebut yaitu: 1) Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. 2) Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3) Dukungan (Supportiveness), yaitu sistuasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. 4) Rasa positif (Positivines), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. 5) Kesetaraan atau Kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

anak dalam kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai makna yang sangat luas diantaranya “Pertama keturunan yang kedua, contoh ini bukan anaknya tapi cucunya yang kedua, manusia yang masih kecil contoh: anak itu baru berumur enam tahun” (MB. Ali dan T. Deli, 2000: 23). Dari dua arti mengenai anak yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa arti anak yang di maksud adalah manusia atau orang yang berusia antara 6-12 tahun. Pengertian anak menurut buku pedoman, Pelayanan Sosial Anak Terlantar melalui PSAA yaitu, seseorang yag berusia di bawah 18 Th sebagaimana disebutkan dalam undang undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Secara etimologis kata asuh mempunyai pengertian diantaranya berarti: “menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih) supaya dapat sendiri sendiri (mandiri).” (Ali dan Deli 2000: 23). Uraian mengenai anak asuh diatas maka dapat di simpulkan bahwa anak asuh adalah anak yang tengah dalm proses pengasuhan, dengan kata lain (dalam konteks penelitian ini) anak asuh adalah anak yang di biayai hidupnya oleh seseorang atau komunitas tertentu.

secara etimologi, “Kepribadian” berasal dari bahasa Latin, yaitu kata “Persona” yang berarti “Topeng”. Pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh para pemain sandiwara. Kemudian, lambat laun kata ini menjadi suatu istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang. “Dengan kata lain istilah ini sering digunakan untuk melukiskan keadaan atau penampilan fisik sseorang, gaya bicaranya, semangat, dan daya tarik yang dimilikinya” (Rapy Sapuri, 2009: 149)

Secara etimologi introvert berarti tertutup. Dalam pandangan psikologi kepribadian, orang yang memiliki tipe introvert selalu mengarahkan pandangan pada dirinya sendiri. Artinya tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dunia luar baginya tidak banyak berarti dalam bertingkah laku dan sangat sedikit beraktivitas dengan lingkungan dan biasanya dikenal dengan pendiam dan sukar diselami jiwanya (Rapy Sapuri, 2009: 154). Di dalam aktivitas

Page 7: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 357

sehari-hari seseorang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu kepribadian terbagi kedalam beberapa tipe dan memiliki ciri-ciri tertentu sehingga ciri-ciri tersebut ada yang sifatnya terbuka dan ada yang tertutup.

Dengan demikian tipe kepribadian introvert lebih menyenangi membaca buku berjam-jam dari pada berbicara dan bergaul dengan orang lain. Disamping itu, mereka memiliki IQ yang tinggi dan sangat teliti.

“Tipe kepribadian introvert ini banyak diliputi kekhawatiran, pemalu, canggung dan sukar menyesuaikan diri dan mengekspresikan diri. Sebagai orang yang pemalu dan sukar bergaul maka jiwanya tertutup dan kurang menarik hati orang lain” (Rafi Sapuri, 2009: 155)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur Bandung berdiri dengan dilatarbelakangi oleh kondisi sosial masyarakat sekitar Kelurahan kebon pisang kecamatan Sumur Bandung yang berada di daerah padat penduduk dan banyak anak anak yatim, piatu dan dhuafa yag putus sekolah karena terjadinya krisis moneter pada tahun 1996 sehingga banyak orang tua yang di phk sehingga tidak mampu untuk membiayai sekolah anak anaknya. Banyak anak anak yg putus sekolah terutama anak anak yatim piatu di daerah sekitar sumur bandung, disamping itu juga dengan adanya program kristenisasi di daerah cimahi, cianjur selatan dan ranca buaya maka dari itu untuk menanggulangi masalah tersebut maka kami Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sumur Bandung mendirikan panti asuhan pada tanggal 17 Juli 1997, bertempat di JL. Veteran No. 118 dengan Kepala Panti nya Bapak Arif Nurdin Sekretaris Bapak Ngadiono, Bendahara Dedi Junaedi dan Wali sebanyak 21 orang.

Visi dari Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur Bandung adalah “Terwujudnya lembaga sosial yang bermartabat”. Misinya (1) Mengasuh anak dengan kasih sayang; (2) Mendidik anak sesuai perkembangannya; (3) Melatih/membiasakan hidup mandiri. Tujuan PSAA Muhammadiyah adalah untuk membantu anak asuh dalam mencapai kehidupan yang sejahtera dan mandiri. Model pembinaan Muhammadiyah Sumur Bandung diantaranya (1) Character building menjadi pelajaran utama pada jenjang awal pembinaan dengan tujuan dapat mengendalikan moral dan etika anak asuh untuk selalu konsisten berada pada jalan kebaikan dan kebenaran dengan harapan dapat mengantisipasi pengaruh pengaruh negatif dari luar lingkungan Pada saat menjadi anak asuh ataupun setelah terjun mandiridi keluarga dan masyarakat. (2) Pola pembinaan menggunakan morla gabungan antara sistem pendidikan sekolah umum dengan sistem pendidikan pesantren. Penggabungan ini adalah untuk pengembangan manusia secara utuh, karena disini anak asuh dilatih dan dibuna untuk menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan sampai pada tingkat expert yang terpadu

Page 8: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

358 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

dengan materi pelajaran dasar umum serta pembinaan mental spiritual secara intens. Sehingga menghasilkan SDM yang berpendidikan dengan penunjang keimanan dan ketakwaan yang mengakar pada diri setiap anak.

PSAA Muhammadiyah sumur bandung merupakan sarana pelayanan sosial yang salah satu tujuannya membantu pemerintah dalam merealisasikan hak anak untuk mendapatkan penghidupan dan pendidikan yang layak bagi anak yatim, piatu, terlantar dan tidak mampu. Anak asuh di asramakan dan diberikan pendidikan moral, etika dan agama dibawah pengawasan Wali asrama yang ditunjuk oleh ketua PSAA.

Anak asuh harus disekolahkan di sekolah muhammadiyah dengan tujuan menghasilkan kader kader penerus muhammadiyah yang kompeten, tetapi tidak menutupi melainkan memberikan fasilitas kepada anak berprestasi untuk masuk ke sekolah negeri favorit di kota Bandung, dan diwajibkan memilih sekolah pada jam KBM pagi dkarenakan untuk keseragaman program keseluruhan dari PSAA.

Untuk menyempurnakan pendidikan formal, PSAA juga memfasilitasi anak dengan memberikan tambahan pelajaran sekolah di luar jam sekolah (less) untuk mata pelajaran Bahasa inggris dan matematika dan pendidikan kewira usahaan dalam rangka menumbuhkan dan mengasah jiwa wira usaha. Adanya bimbingan konseling sebagai upaya pendekatan psikis dan pengembangan kepribadian anak asuh. Dan yang paling utama dari itu semua pendidikan islam kemuhammadiyahan bahasa arab (ISMUBA) yang dikelola oleh pontren KH. Ahmad Dahlan dengan tujuan membentuk anak asuh berakhalk mulia yang menjunjung tinggi nilai nilai keislaman berbudi pekerti dengan harapan dapat menghasilkan mubaligh mubaligh baru sekaligus kader yang berwawasan pendidikan agama ditangan para pengajar yang profesional.

Dalam penelitian ini komunikasi konseling diberikan kepada anak asuh yang berada di PSAA Muhammadiyah Sumur Bandung dengan tujuan untuk memperbaiki kepribadian anak asuh yang introvert dengan cara membangun hubungan interpersonal yang baik anatara pembimbing dengan anak asuh yang meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraaan. Dalam hal ini, hubungan antara pembimbing dengan anak asuh akan seperti sebuah keluarga. Anak asuh akan merasa nyaman dan dekat dengan pembimbing karena pembimbing merupakan sosok yang bisa menggantikan orang tuanya, serta anak asuh bisa berkomunikasi dengan baik tanpa ada hambatan dari ciri-ciri kepribadian introvert dengan cara koseling melalui metode tidak langsung dan metode langsung yang dikemas dalam beberapa kegiatan, anak asuh bisa memperbaiki kepribadiannya menjadi lebih baik.

Page 9: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 359

Kondisi anak asuh yang berkepribadian introvert

Di dalam aktivitas sehari-hari seseorang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu kepribadian terbagi kedalam beberapa tipe dan memiliki ciri-ciri tertentu sehingga ciri-ciri tersebut ada yang sifatnya terbuka dan ada yang tertutup.

Menurut Rafi Sapuri (2009: 155) dalam bukunya menyebutkan bahwa kepribadian introvert adalah orang yang pendiam, tenang introspektif, lebih senang membaca buku dari pada berhubungan dengan orang lain, menarik diri, mengambil jarak kecuali pada teman dekat berencana jauh kedepan, tidak mengikuti impuls yang muncul pada situasi tertentu, tidak menyukai kegembiraan serius, menyukai hidup yan teratur, menjaga perasaan, tidak mudah marah, jarang bersikap agresif, pesimistik dan mendapat nilai utama pada standar-standar etika.

Orang yang bertipe introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam dirinya. Pikiran, perasaan, serta tindakannya tertuju ke dalam dirinya. Pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. “Bahaya tipe kepribadian introvers ini adalah kalau jarak dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia objektifnya.” (Syamsul Munir A. Juntika, 2011: 77).

Dengan demikian tipe kepribadian introvert lebih menyenangi membaca buku berjam-jam dari pada berbicara dan bergaul dengan orang lain. Disamping itu, mereka memiliki IQ yang tinggi dan sangat teliti. “Tipe kepribadian introvert ini banyak diliputi kekhawatiran, pemalu, canggung dan sukar menyesuaikan diri dan mengekspresikan diri. Sebagai orang yang pemalu dan sukar bergaul maka jiwanya tertutup dan kurang menarik hati orang lain” (Rafi Sapuri, 2009: 155)

Pendapat diatas menjelaskan bahwa ciri-ciri kepribadian introvert memiliki IQ yang tinggi dan sangat teliti seperti kekhawatiran, pemalu, canggung, dan sukar menyesuaikan diri dan mengekspresikan diri. Mereka juga pemalu dan sukar bergaul maka jiwanya tertutup dan kurang menarik hati orang lain.

Kondisi kepribadian introvert anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur bandung sebelum melakukan komunikasi konseling diperoleh dari data hasil observasi, wawancara dan lain-lain menunjukan bahwa anak asuh yang memiliki kepribadian introvert masih kurang dalam berkomunikasi, terutama dalam melakukan komunikasi langsung. Adapun aspek-aspek dari kepribadian introvert diantaranya pamalu atau rasa malu, anak asuh yang memiliki kepribadian introvert masih memiliki rasa malu ketika berkomunikasi, bersosialisasi dan berbicara di depan umum sebelum adanya komunikasi konselingi. Hal ini didapat dari hasil wawancara dengan beberapa

Page 10: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

360 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

anak asuh yang memiliki kepribadian introvert, menuturkan bahwa mereka masih memiliki rasa malu ketika bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu pembimbing juga menuturkan bahwa untuk berkomunikasi denganan anak yang memiliki kepribadian introvert pembimbing awalnya menggunakan media handphone agar anak asuh dapat menyampaikan kebutuhan ataupun keinginannya kepada pembimbing.

Dalam aspek menyendiri, anak asuh yang memiliki kepribadian introvert masih tertutup dan memendam masalah sendiri serta membutuhkan waktu untuk menyendiri. Dari hasil wawancara dengan beberapa anak asuh yang memiliki kepribadian introvert mereka menuturkan bahwa mereka tidak ingin membebani orang lain jika punya masalah mereka memilih untuk menyimpannya sendiri. Ketika mempunyai masalah mereka jarang sekali berbicara kepada pembimbing atau temannya sehingga mereka cenderung membutuhkan waktu sendiri untuk mencari ketenangan dan solusi untuk masalahnya.

Aspek sensitif jika ada kritikan, beberapa anak asuh yang memiliki kepribadian introvert bisa menerima dengan lapang nasihat yang diberikan oleh pembimbing mereka menyadari bahwa perbuatan yang telah dilakukannya itu kurang baik, maka dengan hadirnya pembimbing sebagai orangtua pengganti begitu penting bagi anak asuh sebab mereka membutuhkan perhatian dan pigur dalam bersikap dan bertindak. Adapula anak asuh yang merasa tegang ketika dipanggil oleh pembimbing padahal pembimbing memanggil anak tersebut adalah merupakan sebuah bentuk perhatian kepada anak asuhnya, pembimbing tidak ingin anak asuhnya salah pergaulan maka dai itu pembimbing memberikan nasihat kepada anak asuhnya agar tidak salah dalam bergaul. Dengan adanya pembimbing anak asuh yang memiliki kepribadian introvert merasa diperhatikan dan nyaman berada diingkungan panti karena bagi mereka pembimbing adalah orang tua mereka.

Dari aspek lebih lancar menulis dari pada berbicara, anak asuh yang memiliki kepribadian introvert memiliki hambatan ketika berkomunikasi langsung dengan orang lain. Hasil wawancara dengan beberapa anak asuh menuturkan mereka lebih percaya diri dan mudah berkomunikasi lewat hp, Misalnya ketika ada keinginan dan kebutuhan mereka bisa berkomunikasi dengan mudah tanpa harus bertemu langsung. Ada salah satu anak yang waktu itu kehilangan handphone lalu dia menceritakan hal tersebut kepada pembimbing dan ingin membeli handphone baru, pembimbing tidak memarahinya tapi pembimbing memberi nasihat agar anak bisa menggunakan handphone barunya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya misalnya bertambah pengetahuannya.

Aspek diliputi kekhawatiran, anak asuh yang memiliki kepribadian introvert selalu kepikiran ketika mempunyai masalah dan tidak tenang ketika mendapat

Page 11: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 361

masalah atau hal buruk. Menurut hasil wawancara dengan anak asuh menuturkan bahwa mereka memiliki rasa khawatir dan tidak tenang pada masalah yang berat mereka memerlukan pembimbing untuk membantunya menyelesaikan masalah, berbeda dengan masalah yang ringan anak asuh masih bisa bermain dengan teman-temannya tanpa harus memikirkan masalah yang mengganggu pikirannya. Selain itu pembimbing juga menegaskan bahwasanya anak asuh yang memiliki kepribadian introvert ini jarang berbagi atau bercerita ketika mereka mempunyai masalah, mereka cenderung pendiam dan tidak banyak bicara dengan pembimbing kecuali kalau ditanya baru mereka berbicara dengan pembimbing.

Dari aspek merasa canggung, anak asuh merasa canggung ketika berbicara dengan pembimbing, teman berbeda gender dan lingkungan baru. Anak asuh berani berbicara dan bercerita hanya kepada teman dekatnya saja jarang sekali anak asuh berbagi cerita dengan pembimbing kecuali kalau ditanya oleh pembimbing baru mereka becerita, misalnya ditanya mengenai sekolah. Di sekolah anak asuh tidak terlalu dekat dengan teman berbeda gender hanya seperlunya saja seperti kerja kelompok. Ketika di lingkungan baru mereka lebih banyak diam dan mengamati sekeliling.

Aspek suka membaca, anak asuh yang memiliki kepribadian introvert suka menghabiskan waktu luangnya dengan membaca, merekapun suka menabung untuk membeli buku. Dari hasil wawancara dengan anak asuh mereka menyatakan bahwa membaca dapat menambah ilmu pengetahuan dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Membaca juga dapat memberikan hiburan misalnya dari bacaan komik.

Aspek senang bekerja sendiri, anak asuh senang mengerjakan tugas sendiri daripada tugas kelompok. Dari hasil wawancara dengan anak asuh bahwasanya anak asuh lebih senang belajar kelompok karena belajar kelompok dapat membantu ketika mereka memiliki masalah, misalnya tidak dapat mengerjakan soal karena kurang mengerti maka dapat bertanya kepada temannya sehingga temannya mau membantu dan menyeselesaikan soalnya secara bersama-sama membuat tugas sekolah menjadi ringan.

Proses komunikasi konseling

Komunikasi konseling merupakan salah satu cara yang dijalankan di panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung dalam membangun keakraban antara pembimbing dengan anak asuh yang memiliki kepribadian introvert. Hubungan interpersonal antara pembimbing dengan anak asuh dapat diketahui melalui (hasil wawancara pada Jumat 20 April 2018), Ibu Susanty sebagai pembimbing menuturkan bahwa beliau sebagai pembimbing berusaha membangun hubungan baik dengan anak asuhnya, beliau berusaha agar tidak ada pembatas antara dirinya dengan anak-anak.

Page 12: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

362 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

Dari hasil wawancara dengan pembimbing asrama pada Jumat 20 April 2018, proses komunikasi konseling dengan anak asuh yang memiliki kepribadian introvert dapat dilakukan dengan cara:

Pertama, membangun hubungan interpersonal antara pembimbing dengan anak asuh menurut Kumar (Wiryanto, 2005: 36) ciri-ciri hubungan interpersonal yang efektif seperti: Keterbukaan, ialah kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Anak asuh yang memiliki kepribadian introvert sudah mulai dapat berkomunikasi dengan pembimbing karena anak asuh sudah merasa pembimbing adalah pengganti orangtua mereka sehingga anak asuh tidak perlu sungkan membicarakan apa yang ia butuhkan dan inginkan. Misalnya ketika membicarakan tentang jenjang pendidikan anak asuh memberitahu pengasuh tentang sekolah yang kelak mereka inginkan, dan mulai mendengarkan nasehat yang diberikan oleh pembimbing.

Empati, ialah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Pembimbing di panti asuhan Muhammadiyah adalah sosok yang begitu perasa, jadi apapun yang terjadi pada anak asuhnya beliau selalu peduli, berusaha dekat, membantu dan memberikan kasih sayang yang tulus terhadap anak asuhnya.

Sikap mendukung adalah sistuasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Pembimbing selalu mendukung anak asuhnya dalam hal yang positif. Ada anak asuh yang memilih bekerja dari pada sekolah beliau mendukung anak tersebut dengan memasukan anak asuh untuk ikut pelatihan agar anak tersebut memiliki keterampilan dan untuk sekolahnya pembimbing tetap memerhatikan dengan menyarankan anak tersebut untuk mengikuti sekolah kejar paket C. Lalu ada anak yang menginginkan masuk ke sekolah negeri beliau mendukung pula dengan mendatangkan guru les agar anak tersebut bisa bersaing dengan anak-anak lain dan bisa masuk sekolah negeri. Dan anak yang sudah lulus SMA yang menginginkan masuk kuliah beliau pun memberi dukungan pula dengan mencarikan donatur untuk membiayai anak asuhnya masuk perguruan tinggi negeri.

Sikap positif, seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Pembimbing selalu mengamanatkan kepada anak asuhnya agar tidak melalaikan sholat, setiap adzan berkumandang pembimbing selalu mengajak anak asuhnya untuk sholat berjamaah di mesjid. Tidak boleh ada anak asuh yang sholat di asrama. Selain itu anak asuh juga diajarkan tentang sopan santun menghormati terhadap yang lebih tua, menghargai antar sesama dan menyayangi kepada yang lebih muda.

Kesetaraan, pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Page 13: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 363

Pembimbing tidak membatasi antara dirinya dengan anak asuh, karena apabila ada batas atau sekat anak asuh akan merasa sungkan dan segan terhadap pembimbing. Pembimbing juga tidak membedakan antara anak asuh yang satu dengan yang lainnya, bagi pembimbing semua anak asuh adalah anaknya yang harus beliau didik sampai anak asuh besar dan bisa menglangsungkan kehidupannya dengan lebih baik.

Kedua, Metode tidak langsung. Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal. Anak asuh yang memiliki kepribadian introvert di panti asuhan Muhammadiyah untuk berkomunikasi dengan pembimbing mereka menggunakan handphone melalui media sosial seperti Facebook. Anak asuh yang tidak memiliki keberanian untuk berbicara langsung kepada pengasuh karena sungkan dan canggung biasanya sering mengatakan keinginannya melalui handphone. Walaupun tidak betatap muka langsung handphone telah menjadi salah satu media yang menjembatani komunikasi antara pembimbing dnegan anak asuhnya.

Melalui handphone Pembimbing dapat mengetahui keinginan anak asuhnya. Seperti yang dituturkan oleh ibu Susanty selaku pembimbing di panti asuhan Muhammadiyah, beliau menuturkan bahwa tentang anak asuhnya yang memiliki kepribadian introvert kehilangan Handphone. Pembimbing tidak memarahinya ketika anak tersebut meminta handphone lagi dengan syarat anak tersebut harus hapal surat-surat di juz 30serta setelah mempunyai handphone anak tersebut harus menggunakan handphone itu dalam hal-hal yang positif yang membuat ilmunya bertambah.

Ketiga, Metode langsung. Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi: 1) Metode individual, pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik: Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

Metode individual ini biasanya dilakukan pembimbing terhadap anak asuh yang memerlukan perlakuan khusus dan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Pembimbing memanggil anak asuh secara pribadi dan berkomunikasi dengan tatap muka langsung. Pembimbing tidak memulai dengan perlakuan kepada kelemahan, masalah, atau kesulitan anak asuh. Akan tetapi dimulai dari hal-hal yang membahagiakan anak asuh seperti keberhasilan diri dan keluarga, prestasi hobi, bakat dan minat anak asuh tersebut.

Page 14: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

364 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

Perlakuan seperti ini akan memberikan dorongan kepada anak asuh untuk berbicara bebas dan terbuka serta penuh minat. Maka dari itu pembimbing memulai treatment dari hal yang menggembirakannya, agar anak asuh senang berbicara dengan pembimbing.

Sampai disini secara objektif pembimbing tidak pernah mengungkit masalah anak asuhnya, akan tetapi anak asuhnya yang mengemukakannya. Sehingga pada percakapan selanjutnya beralih pada masalah utama anak asuh yang merupakan titik kelemahan mendasar yang selama ini jarang diungkapkannya kepada siapapun.

Proses konseling diatas terdapat dalam al-Quran surat Saba’: 28

كنا أكث ك إلا كافاة ل لنااس بشيرا ونذيرا ول ٢٨ر ٱلنااس ل يعلمون وما أرسلن

Artinya: dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan.

Metode Kelompok, pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan tenik-teknik: pertama, Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama. Pembimbing mengadakan pengajian bersama anak asuh yang memiliki kepribadian introvert. Pengajian ini biasanya dilakukan ba’da magrib. Adapun meteri yang dipelajari adalah meliputi pelajaran agama seperti baca tulis al-Quran, hadist, fiqih dan sejarah. Pembimbing dalam metode pelajarannya adalah ada suara maka ada orang. Jadi anak asuh yang memiliki kepribadian introvert mau tidak mau harus bersuara atau berbicara.

Misalnya dalam hapalan surat-surat pendek pembimbing biasanya menunjuk setiap anak untuk mengecek hafalannya. Anak di tunjuk dan di suruh maju ke depan dan membacakan ayat-ayat yang telah di hapal. Pembimbing memberikan reward/hadiah pada anak yang sudah banyak hapalannya, hal tersebut dilakukan agar anak-anak bisa terpacu semangatnya dalam menghapal al-Quran. Selain itu dengan metode ada suara ada orang, bisa membantu anak asuh menjadi berani bicara di depan, melatih anak asuh lancar berbicara, dan anak asuh menjadi tidak pemalu lagi ketika berbicara dengan orang lain, karena sudah biasa dan terbiasa. Kedua, Latihan nasyid Selain ada pengajian kelompok, di panti asuhan Muhammadiyah pun ada latihan nasyid yang dilatih oleh guru ngaji. Latihan nasyid ini pun bisa memupuk rasa percaya diri anak asuh karena ketika mereka telah bermain dengan lancar, mereka akan ditampilkan dalam acara-acara tertentu. Dengan begitu anak asuh akan semakin kompak dengan temannya, tidak ada waktu untuk menyendiri, tidak pemalu, tidak canggung dengan teman, dan anak asuh memiliki kemampuan yang disenangi oleh dirinya.

Page 15: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 365

Hasil komunikasi konseling terhadap anak asuh yang mimiliki kepribadian introvert

Dalam jurnal konseling islam: studi terhadap posisi dan peta keilmuan( Tajiri, 2012: 242) memiliki pandangan sendiri, konseling Islam tidak mesti harus memadukan keduanya, karena ingin mencakup keduanya kemudian memberikan penamaan khusus dengan counseling for all. Konseling islam ya konseling islam, tidak menjadi konseling pendidikan atau konseling psikologis. Sejarah kemunculannya bisa saja dipicu oleh karena bangkitnya kesadaran keilmuan dari kalangan sekuler yang tidak bisa menutup mata atas realitas kegersangan spiritual, yang kemudian diduga menjadi akar segala permasalahan umat manusia di zaman modern, juga bisa saja tanpa terkait atau dikaitkan dengan fenomena berkembangan koseling spiritual/bernuansa keagamaan pada lapang keilmuan lain.

Undang undang nomor 23 tahun 2002 pasal 4 dijelaskan bahwa “Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak asuh adalah anak yang awalnya terlantar dan dalam hal ini membutuhkan pengasuhan, perawatan dan pendidikan untuk dirinya. Kebanyakan dari anak asuh berasal dari keluarga yang mempunyai perekonomian yang lemah sehingga tidak mampu memenuhi hak-hak anak.

Anak asuh dengan latar belakang yang berbeda dan kepribadian yang berbeda disatukan dalam sebuah wadah panti sosial memberikan warna dan tantangan bagi pembimbing dalam mendidik anak-anak asuh tersebut, demikian pula terhadap anak yang memiliki kepribadian introvert pembimbing selalu berusaha melakukan pendekatan agar anak asuh tidak merasa canggung. Pembimbing tidak membatasi hubungannya dengan anak asuh, pembimbing berusaha memposisikan dirinya sebagai orangtua pengganti bagi anak-anak asuhnya, sehingga anak asuh bisa merasa nyaman berada di lingkungan Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur Bandung. (Hasil wawancara dengan Ibu Susanty sebagai pembimbing Panti pada Jumat 20 April 2018)

Dari hasil wawancara diatas dengan pembimbing asrama pada Jumat 20 April 2018, proses komunikasi konseling dengan anak asuh yang memiliki kepribadian introvert dapat dilakukan dengan cara pertama, membangun hubungan interpersonal antara pembimbing dengan anak asuh.

menurut Kumar (Wiryanto, 2005: 36) ciri-ciri hubungan interpersonal yang efektif seperti: Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dukungan (Supportiveness), yaitu sistuasi yang terbuka untuk mendukung

Page 16: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

366 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

komunikasi berlangsung efektif. Rasa positif (Positivines), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa efektifitas komunikasi antar pribadi dalam konseling meliputi pertama keterbukan, dimana konseli memiliki niat untuk membuka diri kepada lawan bicara dan merespon lawan bicara. kedua empati, pembimbing sebagai lawan bicara tidak terbawa dengan perasaan lawan bicara dan memahami apa yang dirasakan lawan bicara. ketiga dukungan, pembimbing tidak menghakimi perkataan yang disampaikan oleh lawan bicara. keempat rasa positif, pembimbing memberikan penilaian positif kepada lawan bicara. Kelima kesamaan atau kesetaraan, pembimbing memperlakukan lawan bicara secara horizontal dan positif.

Kedua metode tidak langsung, metode bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal. Anak asuh yang memiliki kepribadian introvert di panti asuhan Muhammadiyah untuk berkomunikasi dengan pembimbing mereka menggunakan handphone melalui media sosial seperti Facebook. Walaupun tidak betatap muka langsung handphone telah menjadi salah satu media yang menjembatani komunikasi antara pembimbing dnegan anak asuhnya. Melalui handphone Pembimbing dapat mengetahui keinginan anak asuhnya. (hasil wawancara dengan ibu Susanty sebagai pembimbing panti pada 20 April 2018)

Ketiga metode langsung, dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Ada metode individual, biasanya dilakukan pembimbing terhadap anak asuh yang memerlukan perlakuan khusus dan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Pembimbing memanggil anak asuh secara pribadi dan berkomunikasi dengan tatap muka langsung. Pembimbing tidak memulai dengan perlakuan kepada kelemahan, masalah, atau kesulitan anak asuh. Akan tetapi dimulai dari hal-hal yang membahagiakan anak asuh seperti keberhasilan diri dan keluarga, prestasi hobi, bakat dan minat anak asuh tersebut. Adapula metode kelompok pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok seperti diskusi kelompok, latihan nasyid dan lain-lain.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses komunikasi konseling yang diberikan oleh panti asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung cukup baik, adanya perubahan sikap pada kepribadian introvert anak asuh yang sesuai dengan

Page 17: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 367

aspek ciri-ciri kepribadian Introvert telah berubah menjadi kepribadian yang lebih baik. Dalam aspek pemalu anak asuh berani ketika bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain, anak asuh berani berkomunikasi dengan pembimbing, anak asuh berani berbicara didepan teman-temanya. Dalam aspek menyendiri anak asuh mulai terbuka dengan masalahnya, anak asuh tidak memerlukan waktu untuk menyendiri. Dalam aspek sensitif jika ada kritikan anak asuh merasa diperhatikan ketika dinasehati oleh pembimbing, dapat menerima dnegan lapang dada nasihat dari pembimbing, dapat menerima kritikan dari temannya. Dalam aspek lebih lancar menulis dari pada berbicara anak asuh mulai berani berbicara dengan melawan rasa malunya. Dalam aspek kekhawatiran anak asuh biasa saja ketika mempunyai masalah. Dalam aspek canggung anak asuh tidak canggung ketika berbicara dengan pembimbing, anak asuh tidak canggung dengan berbicara dengan teman satu gender, anak asuh tidak canggung berbicara dengan teman beda gender. (Hasil wawancara dengan anak asuh pada 4 Mei 2018)

Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan komunikasi konseling yang dialami oleh pembimbing maupun anak asuh. Dari pihak pembimbing dalam melakukan komunikasi konseling adanya kesulitan dalam mengawali komunikasi dengan anak asuh yang memiliki kepribadian introvert karena anak asuh cenderung diam, mendengarkan dan kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anak asuh. Adapun dari pihak anak asuh, ada beberapa hal yang menjadi hambatan dalam mengikuti kegiatan komunikasi konseling diantaranya, anak asuh sulit bergabung dengan anak asuh lainnya karena rasa canggung, anak asuh masih memberi batas antara dirinya dengan pembimbing dan anak-anak asuh yang lainnya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis, observasi dan pembahasan terhadap data yang dikumpulkan selama penelitian, juga mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa proses komuniaksi konseling terhadap anak asuh yang memiliki kepribadian introvert adalah:

Kondisi kepribadian anak asuh sebelum adanya proses komunikasi konseling masih kurang baik, dalam beberapa aspek kepribadiannya seperti: pertama, Aspek rasa malu, anak asuh masih memiliki rasa malu ketika bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan pembimbing. Mereka juga belum berani tampil di depan umum maupun di depan teman-temannya. Kedua, Aspek menyendiri, anak asuh masih tertutup dan suka menyimpan masalah sendiri sehingga membutuhkan waktu untuk menyendiri. Ketiga, Aspek sensitif jika ada kritikan, anak asuh merasa tidak senang ketika ditegur dan dinasehati oleh pembimbing. Keempat, Aspek lebih lancar menulis daripada berbicara, anak asuh

Page 18: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

368 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370

lebih senang menulis daripada berbicara karena anak asuh memiliki hambatan dalam berkomunikasi langsung dengan orang lain. Kelima, Aspek diliputi kekhawatiran, anak asuh merasa tidak tenang ketika mempunyai masalah. Keenam, Aspek canggung, anak asuh masih merasa canggung ketika berkomunikasi dengan pembimbing maupun dengan teman-temannya.

Proses komunikasi konseling ini diberikan oleh pembimbing yang berperan sebagai konselor dan anak asuh sebagai klien. Proses komunikasi konseling ini dilakukan dalam beberapa cara yaitu: pertama, Membangun hubungan interpersonal yang baik anatara pembimbing dengan anak asuh yang meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraaan. kedua, Melakukan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan handphone sebagai media konseling. ketiga, Komunikasi langsung baik secara individu maupun kelompok. Komunikasi langsung secara kelompok dikemas dengan beberapa kegiatan seperti diskusi, belajar kelompok dan latihan nasyid.

Hasil proses komunikasi konseling yang diberikan oleh panti sosial asuhan anak Muhammadiyah cabang Sumur Bandung menurut data yang didapat di lapangan cukup baik. Ada pun perubahan sikap pada kepribadian introvert anak asuh sesuai dengan aspek ciri-ciri kepribadian Introvert sebagai berikut: pertama, Aspek rasa malu, anak asuh sudah berani berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, teman-teman maupun dengan pembimbing asramanya. Kedua, Aspek menyendiri, anak asuh tidak menyendiri lagi dan mulai terbuka dengan pembimbing asrama. Ketiga, Aspek sensitif jika ada kritikan, anak asuh dapat menerima dengan lapang teguran dan nasihat dari pembimbing asrama. Keempat, Aspek lancar menulis daripada berbicara, anak asuh mulai berani berbicara langsung dengan melawan rasa malunya. Kelima, Aspek kekhawatiran, anak asuh biasa saja ketika mempunyai masalah karena tidak dipendam sendiri. KeenamAspek canggung, anak asuh tidak canggung bebicara dengan pembimbing, teman-teman dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

AS, Enjang. 2009. Komunikasi Konsleing. Bandung: Nuansa. Chodijah, Siti. 2016. Pengantar Bimbingan dan Konseling Pendidikan. Bandung: CV.

Mimbar Pustaka. Faqih, Aunur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarya: UII

Press Yogyakarta. Prawira, Purwa atmaja. 2013. Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru. Jogjakarta:

Ar-Ruzz media. Sapuri, Rafy. 2009. Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Satriah, Lilis. 2015. Bimbingan dan Konseling Kelompok Seting Masyarakat. Bandung:

CV. Mimbar Pustaka.

Page 19: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang Memiliki Kepribadian Introvert

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370 369

Tajiri, H. (2012). konseling islam: studi terhadap posisi dan peta keilmuan dalam Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 242.

Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Yusuf, Samsul dan A. Juntika Nurihsan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Page 20: Proses Komunikasi Konseling Terhadap Anak Asuh Yang

S, Wahyuni., S, Ramdhan., Aliyudin

370 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07(3) (2019) 351-370