Upload
surya-gilbert
View
185
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis Pengaruh Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Produk Berlabel Halal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi Kasus Pada Kosmetik Martha Tilaar)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan tren kecantikan di Indonesia begitu pesat. Mulai dari
bahan-bahan kosmetik yang alami hingga bahan-bahan yang halal. Hal ini
tentu menjadikan seorang produsen kosmetik berfikir keras untuk melakukan
inovasi produk. Selain itu, konsumen kosmetikpun juga menjadi lebih kritis
dalam memutuskan untuk membeli sebuah produk kecantikan.
Dengan jumlah populasi masyarakat Muslim di Indonesia mencapa 90%
dari total jumlah penduduk (BPS, 2010). Tentu hal ini peluang bagi konsumen
untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan syariat Islam. Fenomena pada
konsumen kosmetik di Indonesia, dimana masyarakat Muslim hampir
sepenuhnya bergantung pada produk kosmetik yang dibuat oleh non-Muslim
dan kesadaran serta pengetahuan mereka terhadap produk halalmasih
tergolong rendah (Syed dan Nazura, 2011). Terlihat bahwa pengetahuan
tentang kosmetik halal di Indonesia sangat minim dan tidak juga pastinya
banyak dari penduduk Indonesia menggunakan produk yang tidak berlabel
halal. Meskipun produk-produk yang tidak berlabel halal bisa dikatakan
haram. Karena MUI tidak mengharamkan suatu produk.
Menurut Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan
Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOMMUI) ingredient produk
kosmetik yang paling banyak digunakan dan beredar dipasar Indonesia saat ini
1
seperti kolagen, ekstrak plasenta, cairan amnion, serta sodium heparin yang
berasal dari bahan haram bertentangan dengan Syariat Islam dan 95% produk
kosmetik di Indonesia tidak mempunyai sertifikasi halal menurut syariat
Islam, padahal terdapat 112.545 produsen kosmetik yang terdaftar hingga Mei
2011 (Perkosmi). Dengan demikian isu penggunaan bahan tidak halal dalam
sebuah kosmetik akan sangat mempengaruhi penjualannya.
Saat Martha Tilaar Group merupakan pemimpin pasar untuk merek lokal
produk kosmetik. diukur dari pangsa pasar Martha Tilaar Group yang
menempati peringkat kedua untuk kosmetik berwarna (13,6%) dan keempat
untuk perawatan kulit dan rambut (5,7%) diantara produk lokal dan asing di
Indonesia. Saat ini, ada banyak merek kosmetik di Indonesia dan kebanyakan
produk tersebut adalah produk asing. Dan diantara banyaknya produk
kosmetik yang ada, Martha Tilaar Group merupakan merek lokal terbesar
dibandingkan perusahaan kosmetik lokal lain di Indonesia.
Seperti yang dikatakan Syed dan Nazura bahwa pengetahuan masyarakat
Indonesia tentang produk kosmetik tergolong rendah, sehingga pembelian
kosmetik berlabel halal tidak menjadi prioritas utama dalam pembeliannya.
Meskipun Martha Tilaar sudah dikenal dengan penggunaan bahan alami dan
digunakan di banyak kegiatan yang berkaitan dengan media, tetapi tidak dapat
dipungkiri persepsi masyarakat tentang Martha Tilaar belum dikenal dengan
label halalnya di banding produk pesaingnya seperti Wardah yang menjadi
pelopor kosmetik halal di Indonesia di tahun 1995
2
Dari uraian diatas terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
keputusan pembelian seperti faktor psikologis dan label halal dalam
menggunakan produk kosmetik Martha Tilaar. Maka berdasarkan hal tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Produk Berlabel
Halal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi Kasus Pada Kosmetik
Martha Tilaar)”.
B. Perumusan Masalah
Peneliti ingin mengulas bagaimana Martha Tilaar melayani keinginan dari
para konsumen yang berkaitan dengan psikologis konsumen (faktor internal)
dan label halal yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
(faktor eksternal).
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui apakah motivasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada
kosmetik Martha Tilaar
b) Untuk mengetahui apakah persepsi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada
kosmetik Martha Tilaar
3
c) Untuk mengetahui apakah pembelajaran secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal pada kosmetik Martha Tilaar
d) Untuk mengetahui apakah sikap secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada
kosmetik Martha Tilaar
e) Untuk mengetahui apakah motivasi, persepsi, pembelajaran,
sikap dan subbudaya agama secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal pada
kosmetik Martha Tilaar
2. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap setelah penelitian ini bisa diambil pelajaran mengapa
seseorang bisa tertarik dengan suatu produk dan peneliti juga ingin
memberikan efek kesadaran kepada pembaca khususnya pemakai produk
kosmetik agar tidak mengesampingkan label halal dalam mengambil
keputusan khususnya kepada umat Muslim agar tetap menggunakan
produk halal sehingga terhindar dari keraguan ketika sudah menggunakan
produk kosmetik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor Psikologis
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:53), faktor psikologis merupakan
faktor yang paling mendasar dalam diri seorang individu yang mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen dan perilaku konsumsi. Faktor psikologis
ini mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di mana kebutuhan ini
timbul dari suatu keadaan fisiologis. Pilihan barang yang dibeli seseorang
lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologis, diantaranya:
a. Motivasi
Schiffman dan Kanuk (2010:106) menyatakan bahwa motivasi adalah
“The driving force within individuals that impels them to action.” Dapat
diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya tenaga pendorong yang ada
dalam diri individu yang memaksa mereka untuk
bertindak. Tenaga pendorong tersebut muncul karena konsumen merasakan
keadaan tertekan (state of tension) yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk
mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka harapkan akan
memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan
mereka dari tekanan yang mereka rasakan.
5
Menurut Mowen dan Minor (2002) terdapat 5 dimensi penggerak
motivasi, dimensi tersebut adalah:
1. Rangsangan, baik dari dalam maupun luar konsumen untuk mengubah
suasana dan selanjutnya karena terjadinya perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dengan keadaan aktual maka akan menimbulkan kebutuhan.
2. Pengenalan kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan ekspresif yaitu
keinginan untuk memenuhi persyaratan sosial dan estetika dalam rangka
pemeliharaan konsep diri seseorang dan kebutuhan utilitarian yaitu
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang mendasar.
3. Dorongan, yaitu faktor yang membentuk keadaan afektif (emosi dan
psikologis lainnya) yang mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang.
4. Perilaku berdasarkan tujuan, merupakan tindakan seseorang yang
dilakukan untuk
meringankan keadaan atau kebutuhan (proses kesadaran konsumen).
5. Insentif konsumen misalnya produk, jasa, informasi, dan bahkan orang
lain yang diperkirakan konsumen akan memuaskan kebutuhan.
b. Persepsi
Menurut Kotler dan Keller (2009:179), persepsi adalah proses bagaimana
seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Dengan kata
lain, persepsi tidak hanya bergantung pada stimulus fisik, tapi juga bergantung
pada stimulus terhadap lingkungan dan kondisi disekitar kita.
6
Engel, Blackwell dan Miniard (1995) dalam Khairina (2009) mengutip
pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap
pengolahan informasi sebagai dimensi pembentuk persepsi konsumen, yaitu:
1. Pemaparan. Pemaparan stimulus, yang menyebabkan konsumen
menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya.
2. Perhatian. Kapasitas pengolahann yangdialokasikan terhadap stimulus
yang masuk.
3. Pemahaman. Interpretasi terhadap makna stimulus.
4. Penerimaan. Dampak persuasif stimulus kepada konsumen.
5. Retensi. Pengalihan makna stimulus dan persuasif ke ingatan jangka
panjang
c. Pembelajaran
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210), pembelajaran adalah “The
process by which individuals acquire the purchase and consumption
knowledge and experience that they apply to future related behavior.” Dapat
diartikan bahwa pembelajaran konsumen itu merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan berubah dan menghasilka pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Kotler (2004:198), Proses belajar seseorang merupakan hasil
yang saling mempengaruhi dari empat unsur dasar, yaitu :
1. Dorongan, yaitu rangsangan internal (dalam diri konsumen) yang muncul
karena adanya kebutuhan sehingga memaksa mereka untuk bertindak.
Konsumen yang ingin membeli rumah baru akan terdorong untuk mencari
7
informasi apapun mengenai hal yang berkaitan dengan rumah, misalnya
lokasi hunian, bentuk dan tipe rumah, harga, cara pembayaran, lingkungan
hunian, dan sebagainya.
2. Isyarat, yaitu stimulus yang menentukan kapan, dimana, dan bagaimana
tanggapan seseorang. Iklan, kemasan produk, harga, dan produk adalah
stimulus atau isyarat yang akan mempengaruhi konsumen untuk
memenuhi kebutuhannya.
3. Respon, merupakan reaksi perilaku seseorang terhadap dorongan dan
isyarat yang diperoleh. Belajar terjadi ketika konsumen bereaksi terhadap
isyarat tersebut.
4. Penguatan, adalah kondisi yang terjadi apabila perilaku individu terbukti
dapat memperoleh kepuasan. Ini berarti, perilaku individu yang sama akan
terulang apabila penguatan tersebut positif dan sebaliknya tidak terulang
jika negatif.
d. Sikap
Schiffman dan Kanuk (2010:246), mendefinisikan “Sikap adalah
kecenderungan yang dipelajari dalam bentuk perilaku dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu.”
Sedangkan menurut Nugroho (2003:214) mendifenisikan sikap sebagai
“Konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial
kontemporer. Sikap juga merupakan satu konsep yang paling penting yang
digunakan pemasar untuk memahami konsumen.”
8
Schiffman dan Kanuk (2010:249-251), menyatakan bahwa terdapat 3
komponen penentu sikap, komponen tersebut adalah:
1. Komponen kognisi. Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui
kombinasi dari pengalaman langsung dan persepsi yang diperoleh melalui
kombinasi dari pengalaman langsung dari objek sikap dan informasi yang
terkait yang didapat dari berbagai sumber.
2. Komponen afeksi. komponen ini muncul didasarkan atas perasaan dan
emosi yang muncul dari penilaian konsumen secara langsung dan
menyeluruh. Di mana seseorang menilai obyek sikap dengan perasaan
suka atau tidak suka, menyenangkan atau tidak.
3. Komponen Konasi. Komponen ini berhubungan dengan keinginan
konsumen untuk melakukan pembelian.
B. Label Halal
a. Label
labeling berkaitan erat dengan pemasaran. label merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual.
Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan
etiket (tanda pengenal) yang menempel atau melekat pada produk. Secara
garis besar terdapat tiga macam label (Stanton, et.al (1994) dalam Tjiptono,
2001: 107), yaitu:
9
1) Brand Label, yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau
dicantumkan pada kemasan.
2) Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif
mengenai penggunaan, konsruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan
kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang
berhubungan dengan produk.
3) Grade Label, label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk
dengan suatu huruf, angka, atau kata.
Menurut Krasovec & Klimchuk (2006:158) dalam bukunya Desain
Kemasan: Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari konsep
sampai penjualan, label diartikan secara umum;
“Label biasanya terbuat dari kertas, laminasi kertas atau film plastik
dengan atau tanpa tambahan perekat (sensitif terhadap tekanan), label dapat
mencakup keseluruhan kemasan atau hanya setempat saja, dapat dipotong
dalam berbagai bentuk berbeda untuk melengkapi kontur suatu bentuk
kemasan”
Label mempunyai fungsi (Kotler, 2003: 29), yaitu:
1) Identifies (mengidentifikasi) : label dapat menerangkan mengenai produk.
2) Grade (nilai/kelas) : label dapat menunjukan nilai kelas dari produk.
Produk buah Peach kalengan diberi nilai A, B, dan C menunjukan tingkat
mutu.
3) Describe (memberikan keterangan) : label menunjukkan keterangan
mengenai siapa produsen dari produk, dimana produk dibuat, kapan
10
produk dibuat, apa komposisis dari produk dan bagaimana cara
penggunaan produk secara aman.
4) Promote (mempromosikan) : label mempromosikan produk lewat gambar
dan warna yang menarik.
b. Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak
terikat”. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan
karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya.
Sertifikat halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam.
Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman
label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang.
Adapun yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi
syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, (Burhanuddin, 2011:140), yaitu:
1) Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi;
2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan-
bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotorankotoran, dan
lain sebagainya;
3) Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut
tata cara syariat Islam;
4) Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat
pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi.
11
Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya
terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut
syariat Islam;
5) Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.
Produk kosmetik memang tidak dimakan dan masuk ke dalam tubuh.
Oleh karena itu kosmetik biasanya dikaitkan dengan masalah suci atau najis.
Produk tersebut bisa dikatakan haram jika produk kosmetik tersebut
mengandung bahan-bahan najis, seperti turunan hewan (kolagen) atau pun
bagian dari tubuh manusia, misalnya plasenta. (www.republika.co.id).
Dalam sebuah hadist dijelaskan :
Terjemah hadits
“Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak
diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti
dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang
terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara
yang diharamkan “. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Dalam hadist di atas jelas bahwa nabi Muhammad SAW, mengajarkan
kepada kaumnya untuk menghindari perkara subhat. Perkara subhat adalah
perkara yang tidak jelas halal-haramnya. Bagi umat Islam sangat dianjurkan
untuk menjauhi perkara subhat.
12
c. Label Halal
Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang label
halal dan iklan pangan menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai
pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain
yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan.
Gambar: Label halal resmi MUISumber : www.halalmui.org
Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas
dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label
pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Label dimaksud tidak mudah
lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta, terletak pada
bagian kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca.
Menurut Peraturan Pemerintah Pasal 10 Nomor 69, setiap orang yang
memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah
Indonesia untik diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal
bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan
wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.
13
C. Keputusan Pembelian
Pada saat memutuskan pembelian konsumen akan memilih suatu produk
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setelah itu,
konsumen akan mencari informasi tentang produk tersebut sehingga akan
terbentuk keputusan pembelian suatu produk. Menurut Kotler & Keller
(2009:184), proses keputusan pembelian yang spesifik terdiri dari urutan
kejadian sebagai berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian
informasi,evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilakupasca
pembelian. Adapun model dari tahaptahap keputusan pembelian dapat dilihat
pada Gambar 1. Bagi pemasar tahap keputusan pembelian adalah tahap yang
sangat penting untuk dipahami karena akan berhubungan dengan keberhasilan
pemasar di dalam dunia bisnis.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:483) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian, diantaranya:
a. Psikologis konsumen. Proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh unsur
psikologis yang menentukan tipe pembelian yang dibuat oleh konsumen
Unsur-unsur psikologis tersebut meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepribadian, dan sikap.
b. Lingkungan sosial-budaya meliputi keluarga, kelompok referensi, sumber
non-komersial, kelas sosial, dan subbudaya.
c. Bauran pemasaran adalah paduan unik dari produk, distribusi, promosi,
dan strategi harga yang dirancang untuk menghasilkan hubungan yang
saling menguntungkan dengan target market.
14
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor
psikologis dan label halal terhadap pembelian produk kosmetik Martha
Tilaar akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.
D. Penelitian Terdahulu
Nama, Judul, dan Tahun Penelitian
Variabel Yang Diteliti Hasil Penelitian
Dewi Urip Wahyuni, Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat, 2008
Motivasi, Persepsi, Sikap dan Keputusan Pembelian
Ada pengaruh yang signifikan dari motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di Kawasan Surabaya Barat
Mashadi, Pengaruh Motivasi, Persepsi, Sikap, Dan Pembelajaran Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Kemasan Merek “Teh Botol Sosro” Di Kawasan Depok, 2009
Motivasi, Persepsi, Sikap, Pembelajaran dan Keputusan Pembelian
Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap dan pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada minuman kemasan bermerek “Teh Botol Sosro” di kawasan Depok. Juga erdapat pengaruh yang signifikan antara agama dan perilaku pembelian konsumen
Nama, Judul, dan Variabel Yang Diteliti Hasil Penelitian
15
Tahun PenelitianMuthia Rahma Dianti, Pengaruh Faktor Psikologis dan Subbudaya Agama Terhadapa Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah di Kota Padang, 2012
Psikologis- Motivasi- Persepsi- Pembelajaran- Sikap
Subbudaya Agama
Variabel motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Motivasi konsumen Muslim dalam memilih produk kosmetik halal dikarenakan produk kosmetik tersebut halal dalam Syariah
E. Kerangka Pemikiran
16
BAB III
17
- Motivasi (X1)- Persepsi (X2)- Pembelajaran (X3)- Sikap (X4)- Label halal (X5)
Keputusan Pembelian (Y)
Analisis Regresi Berganda
Uji Normalitas
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji HeteroskedastisitasUji Multikolinieritas
Uji Asumsi Klasik
Adjusted R Square Uji F (simultan) Uji t (parsial)
Kesimpulan
Mahasiswa UIN Jakarta
METODOLOGI PENELTIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk melihat
dan mengukur pengaruh antara variable independen dengan variable
dependen nya. Jenis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2003 : 142).
Agar penelitian dapat berjalan efektif dan efisien, maka peneliti
membatasi ruang lingkupnya hanya pada populasi yang ada di sekitar UIN
Syarif Hidayatullah yaitu mahasiswa-mahasiswa yang pernah
menggunakan produk Martha Tilaar. Alasan dipilihnya mahasiswa sebagai
responden adalah karena saat ini penampilan merupakan sebuah tuntutan
gaya hidup khusus nya bagi kaum muda termasuk pemilihan jenis
kosmetik yang digunakan. Sebagai kampus yang bernafaskan islami dan
produk yang diteliti sudah memiliki nama yang besar. Saya rasa akan
sangat efektif untuk melihat seberapa jauh pengaruh antara variable
dengan menggunakan responden mahasiswa mahasiwa UIN Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
18
a. Populasi
Sugiyono (2006:55) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang dimaksud dalam penelitian adalah para
mahasiswa-mahasiswa di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
b. Sampel
Menurut Sugiarto (2001:2) Sampel adalah sebagian anggota dari populasi
yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan
dapat mewakili populasinya. Sampel yang diambil adalah para mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan
sebanyak 30 sampel, yang dirasakan sudah cukup untuk mewakili populasi.
Teknik pengambilan sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik purphosive sampling. Teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu yaitu orang yang pernah membeli produk Martha
Tilaar.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non
probability sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel karena pertimbangan tertentu. Yang menjadi syarat
pertimbangan dalam non probability sampling pada penelitian ini adalah
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menggunakan produk
19
kosmetik Martha Tilaar. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini berupa purposive sampling dengan pembagian berdasarkan
program studi dan angkatan yang masih terdaftar sebagai mahasiswa.
C. Metode Pengumpulan Data
a. Kuesioner (Angket)
Dalam melakukan penelitian, data yang dikumpulkan akan digunakan
untuk memecahkan masalah yang ada sehingga data–data tersebut harus
benar–benar dapat dipercaya dan akurat. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh melalui metode kuesioner yaitu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi kuesioner atau seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2001).
Dalam kuesioner ini nantinya terdapat rancangan pertanyaan yang secara logis
berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan
jawaban–jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesa.
Peneliti menggunakan skala Likert yang dikembangkan oleh Ransis
Likert. Skala likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2001). Skala ini banyak digunakan karena mudah dibuat, bebas
memasukkan pernyataan yang relevan, realibilitas yang tinggi dan aplikatif
pada berbagai aplikasi. Penelitian ini mengunakan sejumlah statement dengan
skala 5 yang menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap statement
tersebut.
20
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = netral (ragu-ragu)
4 = setuju
5 = sangat setuju
Skala ini mudah dipakai untuk penelitian yang terfokus pada responden
dan obyek. Jadi peneliti dapat mempelajari bagaimana respon yang berbeda
dari tiap–tiap responden.
b. Studi Kepustakaan
Kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian
yang berasal dari jurnal-jurnal ilmiah, literatur-literatur serta publikasi-
publikasi lain yang layak dijadikan sumber
D. Metode Analisis Data
a. Analisis Kuantitatif
Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka-
angka dan perhitungan dengan metode statistik. Untuk mempermudah data
dapat di analisis dengan menggunakan program SPSS 20.0, maka data tersebut
harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-
tabel tertentu. Dalam analisis kuantitatif terdapat beberapa tahapan dalam
pengolahan data, antara lain (Sugiyono, 2009:206):
- Proses Editing, merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang
diperlukan terhadap data penelitian yang telah dikumpulkan dari hasil
21
kuesioner di lapangan untuk memudahkan proses selanjutnya dengan
teknik statistika. Tujuannya adalah untuk menjamin kelengkapan,
konsistensi, dan kesiapan data dalam proses.
-. Proses Coding, merupakan proses identifikasi dan penelitian ke dalam skor
numerik atau karakter simbol.
-. Proses Scoring, merupakan suatu proses mengubah data yang bersifat
kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif. Dalam penelitian ini, urutan
pemberian skor menggunakan skala Likert. Sugiyono (2012;93)
menyatakan bahwa skala Likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif/sangat setuju sampai sangat
negatif/sangat tidak setuju. Jawaban dari penelitian ini dapat diberi skor antara
lain :
Sangat Tidak Setuju (STS) : Diberi skor 1
Tidak Setuju (TS) : Diberi skor 2
Ragu-ragu (R) : Diberi skor 3
Setuju (S) : Diberi skor 4
Sangat Setuju (SS) : Diberi skor 5
22
-. Proses Tabulating, merupakan proses pengelompokkan, membuat suatu
urutan, serta data sehingga mudah untuk dibaca dan dimengerti.
1. Uji Validitas
Valid berarti insrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur (Ferdinand, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
(content validity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan
apa yang akan diukur (Ferdinand, 2006). Biasanya digunakan dengan
menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan skor total
(Sugiyono, 2004). Dalam melakukan pengujian validitas, digunakan alat ukur
berupa program komputer yaitu SPSS for Windows, dan jika suatu alat ukur
mempunyai korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya
maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid (Ghozali, 2001).
Jika suatu alat ukur mempunyai taraf korelasi minimal 0,30 maka
dikatakan signifikan, dan antara skor item terhadap skor totalnya alat skor
tersebut adalah valid (Priyatno, 2008;17).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001). Uji reliabilitas adalah tingkat
kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala/kejadian.
Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat
23
pengukur tersebut. Dalam melakukan perhitungan Alpha, digunakan alat bantu
program komputer yaitu SPSS for Windows dengan menggunakan model
Alpha. Sedangkan dalam pengambilan keputusan reliabilitas, suatu instrumen
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali,
2001).
b. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias
dan efisiensi, maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi
normal (Ghozali,2001). Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data
normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data
adalah (Ghozali,2001):
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
24
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas artinya antar variabel independen yang terdapat dalam
model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan satu). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di
antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah
koefisien variabel tidak menentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau
tidak terhingga (Priyatno, 2009;152).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model
regresi pada penelitian ini, pengujian yang bisa digunakan adalah dengan
melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Variabel yang
menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih
kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daropada nilai 10 (Hair
dalam Priyatno, 2009;156).
3. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Adanya
25
heterokedastisitas berarti menunjukkan adanya varian variabel dalam metode
yang tidak sama (konstan). Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
heterokedastisitas (Priyatno, 2009:160). Untuk mendeteksi gejala
heterokedastisitas, ada atau tidaknya pola yang terjadi pada nilai residu pada
model, metode yang dapat digunakan seperti metode grafik, park, gleyser,
white, dan rank spearman.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode grafik dengan
melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di-standardized (Priyatno, 2009;164). Dasar analisanya adalah :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka
digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Regression). Analisis
26
regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi
rata-rata populasi atau nilainilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel
independen yang diketahui (Ghozali, 2005).
Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih,
regresinya disebut juga regresi berganda. Oleh karena variabel independen
diatas mempunyai variabel yang lebih dari dua, maka regresi dalam penelitian
ini disebut regresi berganda. Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas
yaitu Motivas (X1), Persepsi (X2), Pembelajaran, Sikap (X4) dan Label halal
(X5) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Rumus matemastis dari regresi
berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y =Keputusan Pembelian
A =constanta
b1 =Koefisien regresi antara motivasi konsumen dengan keptutusan
pembelian
b2 =Koefisien regresi antara persepsi konsumen dengan keptutusan
pembelian
b3 =Koefisien regresi antara pembelajaran konsumen dengan keptutusan
pembelian
27
b4 =Koefisien regresi antara sikap konsumen dengan keptutusan pembelian
b5 =Koefisien regresi antara label halal konsumen dengan keputusan
pembelian
X1 = Variabel motivasi konsumen
X2 = Variabel persepsi konsumen
X3 = Variabel pembelajaran konsumen
X4 = Variabel sikap konsumen
X5 = Variabel label halal konsumen
E = error disturbances
d. Uji Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai
dengan Goodness of Fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari
nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan
statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak), sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima
(Ghozali, 2001).
1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa koefisien determinasi
majemuk dalam populasi, R2, sama dengan nol. Uji signifikansi meliputi
28
pengujian signifikansi persamaan regresi secara keseluruhan serta koefisien
regresi parsial spesifik. Uji keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan
statistik F . Statistik uji ini mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasan k
dan (nk- 1) (Malhotra, 2006). Jika hipotesis nol keseluruhan ditolak, satu atau
lebih koefisien regresi majemuk populasi mempunyai nilai tak sama dengan 0.
Uji F parsial meliputi penguraian jumlah total kuadrat regresi Ssreg menjadi
komponen yang terkait dengan masing-masing variabel independen. Dalam
pendekatan yang standar, hal ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa
setiap variabel independen telah ditambahkan ke dalam persamaan regresi
setelah seluruh variabel independen lainnya telah disertakan. Kenaikan dari
jumlah kuadrat yang dijelaskan, yang disebabkan oleh penambahan sebuah
variabel independen Xi , merupakan komponen variasi yang disebabkan
variabel tersebut dan disimbolkan dengan SSxi . Signifikansi koefisien regresi
parsial untuk variabel, diuji dengan menggunakan sebuah statistik F
inkremental (Malhotra, 2006) .
2. Uji Parsial (Uji t)
Uji signifikan parsial (Uji t hitung) digunakan untuk mengetahui apakah
secara parsial X1, X2, X3, X4 berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap
Y (Priyatno, 2008:149). Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan
2 sisi. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ho : Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat
29
Ha :Variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat
Langkah-langkah uji hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis
Hipotesis Motivasi
Ho : Variabel Motivasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
Ha : Variabel Motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
b. Menentukan tingkat signifikansi
Taraf signifikansi = 5% (0,05)
c. Menentukan t hitung
Berdasarkan hasil output SPSS 20.0 pada tabel koefisien regresi
d. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = n – k –
1 (jumlah kuesioner – jumlah variabel independen – 1)
e. Kriteria pengujian
Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
30
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penentuan
variabel pada dasarnya merupakan operasionalisasi terhadap konstruk,
yaitu upaya mengurangi abstraksi konstruk sehingga dapat diukur. Definisi
operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan konstruk, sehingga memungkinkan bagi peneliti
yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama
atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 69).
Model operasional variabel dalam penelitian ini dapat ditunjukan
sebagai berikut:
-. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya
variabel terikat (Sugiyono, 2003 : 33
-. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2003 : 33).
31
a. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas:
X1: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar.
X2: Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar.
X3: Pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk halal kosmetik Martha Tilaar.
X4: Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik kosmetik Martha Tilaar
X5: Label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk halal kosmetik Martha Tilaar.
2. Variabel Terikat (Y): Keputusan Pembelian
b. Definisi Konseptual Variabel
1. Variabel bebas
- Motivasi (X1) - Schiffman dan Kanuk (2010:106) menyatakan bahwa
motivasi adalah “The driving force within individuals that impels them to
action.” Dapat diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya tenaga
pendorong yang ada dalam diri individu yang memaksa mereka untuk
bertindak
- Persepsi (X2) - Menurut Kotler dan Keller (2009:179), persepsi adalah
proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan
32
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan
gambaran keseluruhan yang berarti.
- Pembelajaran (X3) - Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210),
pembelajaran adalah “The process by which individuals acquire the
purchase and consumption knowledge and experience that they apply to
future related behavior.” Dapat diartikan bahwa pembelajaran konsumen
itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berubah dan
menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.
- Sikap (X4) – Schiffman dan Kanuk (2010:246), mendefinisikan “Sikap
adalah kecenderungan yang dipelajari dalam bentuk perilaku dengan cara
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu.”
Sedangkan menurut Nugroho (2003:214) mendifenisikan sikap sebagai
“Konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalampsikologis
sosial kontemporer. Sikap juga merupakan satu konsep yang paling
penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.”
- Label halal (X5) - Kotler dan Keller (2009:166), menyatakan bahwa
“Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota
mereka.” Subbudaya yang terdiri dari kelompok kebangsaan, keagamaan,
ras, dan wilayah geografis. Menurut Shiffman dan Kanuk (2010:400),
para anggota dari semua kelompok agama cenderung membuat keputusan
pembelian yang dipengaruhi oleh identitas keagamaan mereka. Pada
33
umumnya, perilaku konsumen secara langsung dipengaruhi oleh agama
dalam hal pemilihan dan pembelian produk.
Untuk melihat pengaruh dari motivasi,persepsi, pembelajaran, sikap dan
label halal terhadap keputusan pembelian kosmetik Martha Tilaar dapat
digambarkan dalam kerangka konseptual berikut :
Gambar 1: Kerangka Konseptual
Gambar 1 menunjukkan kerangka konseptual pada penelitian ini, yang terdiri
dari lima variabel bebas yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran,sikap dan label
halal dan keputusan pembelian sebagai variabel terikat. Dengan demikian, peneliti
mengemukakan lima hipotesis berdasarkan kerangka konseptual untuk menguji
pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumusan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
H1: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar.
34
KeputusanPembelian
(Y)
Label Halal(X5)
Sikap(X4)
Pembelajaran(X3)
Persepsi(X2)
Motivasi (X1)
H2: Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar.
H3: Pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk halal kosmetik Martha Tilaar.
H4: Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar.
H5: Label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar.
35
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Pengertian Indikator Skala
Motivasi
(X1)
Motivasi (X1) - Schiffman dan Kanuk
(2010:106) menyatakan bahwa motivasi
adalah pendorong yang ada dalam diri
individu yang memaksa mereka untuk
bertindak
- Rangsangan
- Pengenalan kebutuhan
- Dorongan
- Perilaku berdasarkan tujuan
- Insentif konsumen
Ordinal
Persepsi
(X2)
Persepsi (X2) – Menurut Kotler dan Keller
(2009:179), persepsi adalah proses
bagaimana seseorang menyeleksi,
mengatur, dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang
berarti
- Pemaparan
- Perhatian
- Pemahaman
- Retensi
Ordinal
Pembelajara
n (X3)
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210)
pembelajaran adalah suatu proses yang
berkelanjutan yang berubah dan
menghasilkan pengetahuan dan
pengalaman
- Dorongan
- Isyarat
- Respon
- Penguatan
Ordinal
36
Variabel Pengertian Indikator Skala
Sikap (X4) Schiffman dan Kanuk (2010:246),
mendefinisikan “Sikap adalah
kecenderungan yang dipelajari dalam
bentuk perilaku dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan
terhadap objek tertentu
- Kognisi (pengetahuan dan
persepsi)
- Afeksi (perasaan dan emosi)
- Konasi (keinginan melakukan
pembelian)
Ordinal
Label Halal
(X5)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 1999 tentang label dan iklan
pangan menyebutkan, label adalah setiap
keterangan mengenai suatu produk yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada produk, dimasukkan ke
dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian kemasan produk.
- Gambar
- Tulisan
- Kombinasi gambar dan tulisan
- menempel pada kemasan
Ordinal
37
BAB IV
PENGARUH PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PRODUK BERLABEL HALAL DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
a. Sejarah Martha Tilaar
Martha Tilaar Group dipelopori oleh DR. (H.C.) Martha Tilaar pada tahun
1970 dengan membuka sebuah salon kecantikan Martha di kediaman
orangtuanya, Yakob Handana, di Jalan Kusuma Atmaja No.47 Menteng,
Jakarta Pusat.
Berikut perkembangan Martha Tilaar Group dari masa ke masa:
Tahun 1970. DR. Martha Tilaar memulai usahanya di garasi kediaman
orangtuanya, Yakob Handana, di Menteng, Jakarta Pusat.
Tahun 1972. Pembukaan salon kecantikan kedua DR. Martha Tilaar, yaitu
Martha Griya Salon di Menteng. Di salon inilah, untuk pertama kalinya
perawatan kecantikan tradisional berbasis tanaman herbal dan bisnis
kecantikan dimulai.
Tahun 1977. PT Martina Berto didirikan oleh DR. Martha Tilaar bersama
mitra usaha yaitu Bernard Pranata (almarhum) dan Theresia Harsini
Setiady.
38
Tahun 1977. Bekerjasama dengan Theresia Harsini Setiady yang
merupakan pendiri Kalbe Group, PT Martina Berto meluncurkan brand
Sariayu sebagai produk kecantikan dan jamu modern.
Tahun 1981. PT Martina Berto mendirikan pabriknya sendiri di kawasan
industri Pulogadung.
Tahun 1983. PT Martina Berto kembali mendirikan pabrik keduanya di
Pulogadung.
Tahun 1983. Di tahun yang sama, PT SAI Indonesia yang sebelumnya
adalah PT Sari Ayu Indonesia didirikan untuk mendukung PT Martina
Berto dalam mendistribusikan produk-produk kosmetiknya.
Tahun 1988-1990. PT Martina Berto melahirkan merek-merek kosmetika
baru seperti Cempaka, Jamu Martina, Pesona, Biokos Martha Tilaar,
Caring Colours Martha Tilaar, dan Belia Martha Tilaar.
Tahun 1993-1995. Terjadi proses akuisisi oleh sejumlah perusahaan ke
dalam PT Martina Berto.
Tahun 1996. PT Martina Berto menjadi pabrik kosmetika pertama di
Indonesia yang mendapatkan sertifikat mutu ISO 9001.
Tahun 1999. PT Martina Berto membeli saham Kalbe Group, dan sejak
saat itu Kalbe Group sepenuhnya berada di bawah manajemen Martha
Tilaar Group.
Tahun 2000. PT Martina Berto mendapatkan sertifikat ISO 14001.
39
Tahun 2001-2009. PT Martina Berto menambahkan merek-merek baru di
segmen pasar berbeda, yaitu Professional Artist Cosmetics (PAC), Dewi
Sri Spa, Jamu Garden dan sebagainya.
Tahun 2010. Martha Tilaar Group memasuki usia 40 tahun.
Tahun 2011. PT Martina Berto menjadi PT Martina Berto Tbk.
Tahun 2011. Martha Tilaar Group terpilih menjadi salah satu dari 55
perusahaan dunia yang menjadi anggota Global Conpact Lead PBB di
Davos, Switzerland.
Tahun 2012. PT Martina Berto Tbk menerima penghargaan sebagai
Pioneer in Technology dari Kementrian Industri, yang diserahkan oleh
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Tahun 2012. PT Martina Berto Tbk mendapat penghargaan dalam Asia
Responsible Entrepreneurship Awards 2012 untuk kategori Green
Leadership.
Kini, Martha Tilaar Group terdiri atas PT Martina Berto Tbk, PT
Cedefindo (strategi pemasaran dan produksi), PT SAI Indonesia (distributor
produk-produk Martha Tilaar Group), PT Martha Beauty Gallery
(pelayanan konsultasi dan pendidikan kecantikan, seperti Puspita Martha
School of Beauty), Martha Tilaar Spa, Cipta Busana, Art and Beauty
Martha Tilaar, PT Cantika Puspa Pesona (manajemen waralaba domestik
dan internasional untuk Martha Tilaar Salon Day Spa, Easter Garden Spa
Martha Tilaar), PT Creative Style (perusahaan agensi periklanan), PT Kreasi
40
Boga (agensi tenaga kerja), dan PT Mahligai Citra Bangsa (jasa wedding
organizer dan produksi majalah).
B. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Jakarta yang menjadi
konsumen baik yang pernah memakai atau yang sedang memakai kosmetik
Martha Tilaar yang berjumlah 30 respnden. Berdasarkan hasil penelitian kepada
30 orang responden melalui kuesioner yang disebarkan telah didapat gambaran
karakteristik responden sebagai berikut:
Tabel 4.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
1 <20 tahun 14 46,7%
2 21 – 30 tahun 16 53,3%
3 31 – 40 tahun 0 0%
4 >41 0 0%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah 21-
30 tahun dengan jumlah 16 responden (53,3%) dan usia <20 tahun dengan
jumlah 14 responden (46,7%). Jadi usia konsumen produk Martha Tilaar
didominasi oleh konsumen yang berusia 21-30 tahun.
41
Tabel 4.2Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1 Laki-laki 0 100%
2 Perempuan 30 0%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan
mendominasi pemakaian kosmetik sebesar 30 responden (100%). Meskipun
pada penelitian yang dilakukan oleh Martha Tilaar bahwa pengguna kosmetik
laki-laki meningkat sekita 7%. Tetapi hal ini tidak ditemukan didaerah sekita
lingkungan mahasiswa UIN Jakarta.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan
Pekerjaan
Karena penelitian ini menggunakan purposive sampling yang samplenya
itu dikriteriakan sebagai mahasiswa UIN Jakarta, maka tingkat pendidikan
respondennya adalah Perguruan Tinggi sebanyak 30 responden (100%)
42
Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
No Pengeluaran Jumlah Presentase
1 < Rp 1.000.000 / bulan 23 76.7%
2 Rp 1.000.001 – 2.000.000 / bulan 5 16.6%
3 Rp 2.000.001 – 3.000.000 / bulan 2 6.7%
4 > Rp 3.000.000 / bulan 0 0%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data Diolah, 2013
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan
pengeluaran perbulannya sebesar < Rp 1.000.000,- per bulan berjumlah 23
respomdem (76,7%), sedangkan di pengeluaran Rp 1.000.001 – 2.000.000,- per
bulan berjumlah 5 responden (16,6%) dan responden dengan pengeluaran Rp
2.000.001 – 3.000.000,- per bulan berjumlah 2 responden (6,7%) . Terlihat bahwa
pengguna kosmetik Martha Tilaar didominasi oleh konsumen yang
pengeluarannya sebesar < Rp 1.000.000,- per bulan.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian peneliti menggunakan 30 kuesioner dengan 17
pertanyaan di dalamnya. Kuesioner dibagi menjadi 4 variabel utama, yaitu
motivasi (X1) sebanyak 4 pertanyaan, persepsi (X2) sebanyak 4 pertanyaan,
pembelajaran (X2) sebanyak 5 pertanyaan, sikap (X4) sebanyak 4 pertanyaan.
43
a. Uji Validitas
Uji validitas akan menguji masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, dimana keseluruhan variabel penelitian memuat 17 pertanyaan
yang harus dijawab oleh responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam
menentukan valid tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (Suharso 2009:108):
a. Tingkat kepercayaan 95% (a=5%)
b. Jumlah responden sebanyak 20 orang
c. Dibandingkan dengan nilai r > 0,3
Tabel 4.4Hasil Uji Validitas Motivasi
Item-Total StatisticsScale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Motivasi
14.20 .441 .329 .
Motivasi
24.23 .323 .329 .
Nilai Corrected Item- Total Correlation masing-masing indikator Motivasi
menunjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu dapat
di simpulkan bahwa indikator-indikator yang di gunakan adalah valid.
44
Tabel 4.5Hasil Uji Validitas Persepsi
Item-Total StatisticsScale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Persepsi1 7.47 1.637 .476 .590
Persepsi2 7.67 1.264 .398 .764
Persepsi3 7.13 1.568 .657 .411
Nilai dari corrected item-Total Correlation masing-masing indikator
persepsi menunjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena
itu dapat di simpulkan bahwa indikator-indikator tersebut adalah valid.
45
Tabel 4.6Hasil Uji Validitas Pembelajaran
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pembelajaran2 7.37 1.551 .550 .658
Pembelajaran3 7.70 1.666 .590 .640
Pembelajaran4 8.13 1.016 .602 .638
Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator
Pembelajaran menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah
valid.
Tabel 4.7Hasil Uji Validitas Sikap
Item-Total Statistics
46
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Sikap2 7.17 2.006 .676 .743
Sikap3 7.03 2.171 .642 .775
Sikap4 7.00 2.207 .693 .727
Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator Sikap
menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah valid.
Tabel 4.8Hasil Uji Validitas Label Halal
47
Item Statistics
Mean Std.
Deviation
N
Label1 4.20 .664 30
Label2 4.20 .664 30
Label3 3.47 .860 30
Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator Label
menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah valid.
Tabel 4.9Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian
48
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KPembelian
17.43 1.357 .392 .535
KPembelian
27.17 1.661 .453 .482
KPembelian
37.47 1.223 .422 .496
Nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing indikator Keputusan
pembelian menununjukan angka-angka yang lebih besar dari 0,3. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Salah satu ukuran
reliabilitas adalah koefisien Cronbach’a Alpha, yang jika dinilai Cronbach’a
Alpha > 0,6 menunjukkan instrumen
tersebut reliabel (Gazali, 2009:46). Perhitungan Cronbach’s Alpha dilakukan
dengan menggunakan software SPSS versi 16.
Tabel 5.0
49
Hasil Uji Reliabilitas Motivasi
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa jumlah responden adalah sebesar 30 orang.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.490 2
Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien Cronbach’a
Alpha. Menunjukan nilai yang lebih kecil dari 0,6 yaitu 0,490. Artinya instrument
yang di gunakan adalah tidak reliable atau kuesioner yang digunakan tidak handal.
Tabel 5.2Hasil Uji Reliabilitas Persepsi
50
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah responden adalah 30 orang.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.671 3
Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien
Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,671.
Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang
digunakan handal.
Tabel 5.3Hasil Uji Reliabilitas Pembelajaran
51
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa jumlah responden adalah sebesar 30 orang.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.733 3
Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien
Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,733.
Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang
digunakan handal.
Tabel 5.4Hasil Uji Reliabilitas Sikap
52
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden adalah sebesar 30 orang.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.817 3
Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien
Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,813.
Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang
digunakan handal.
Tabel 5.5Hasil Uji Reliabilitas Label Halal
53
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah respinden adalah sebesar 30 orang.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.674 3
Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien
Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,674.
Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang
digunakan handal.
Tabel 5.6Hasil Uji Reliabilitas Keputusan Pembelian
54
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden adalah sebesar
30 orang.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.603 3
Berdasarkan tabel uji reliabilitas diatas menggunakan koefisien
Cronbach’a Alpha. Menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6 yaitu 0,603.
Artinya instrument yang di gunakan adalah reliable atau kuesioner yang
digunakan handal.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas55
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang
telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.
Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak
terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data
tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil
(Suliyanto, 2011: 69).
Uji Normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan variabel
dependent dan variable independent. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.
Adapun untuk melakukan uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif
dari distribusi normal (Ghozali, 2011:161). Selain dengan melihat grafik
normal probability plot, dalam penelitian ini juga digunakan grafik
histogram.
Berikut adalah hasil uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini:
Tabel 5.7Hasil Uji Normalitas Data
56
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KPembelian
T.184 30 .011 .955 30 .225
a. Lilliefors Significance Correction
Karena responden yang ada adalah kurang dari 50. Maka untuk menentukan
normal atau tidaknya distribusi data, kita harus melihat kolom Sig. pada Shapiro-
Wilk. Data akan Memiliki Distribusi Normal jika p ≥ 0,05.
Hasil intrepretasi tabel diatas adalah keputusan pembelian memiliki p < 0,05
yaitu 0,225. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa distribusi data dari variable
keputusan pembelian adalah normal.
57
Dari grafik di atas dapat dilihat grafik histogram yang menyerupai
lonceng. hal ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal.
58
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa titik yang ada mendekati garis normal. hal
ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas
(Suliyanto, 2011 : 82). Multikolinieritas adalah hubungan liniear antar
variabel independen di dalam regresi berganda. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut
Widarjono (2010 : 75) jika ada multikolinieritas antar variabel independen,
59
estimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) masih
menghasilkan estimator yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang
minimum (BLUE) karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi
terbebas dari masalah multikolinieritas.
Untuk melakukan uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menganalisis matrik korelasi antar variable dependent dan perhitungan
nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -.208 1.401 -.148 .883
MotivasiT .133 .229 .082 .583 .566 .343 2.915
PersepsiT .286 .094 .296 3.046 .006 .717 1.394
PembelajaranT .114 .100 .144 1.138 .266 .424 2.360
SikapT .454 .087 .580 5.198 .000 .543 1.840
SubbudayaT .038 .152 .040 .251 .804 .269 3.718
a. Dependent Variable: KPembelianT
60
tabel Coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance masing-masing
variabel berada adalah lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF berada di bawah
nilai 10, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
modelregresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model
regresi. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas.
Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki
nilai yang sama atau konstan (Suliyanto, 2011 : 95). Heteroskesdastisitas
berarti varian variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah
heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada cross section
dari pada data time series. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas.
Adapun untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variable dependent (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) (Ghazali,
2011:139). Selain dengan analisis grafik, uji heteroskedastisitas dalam
peneltian ini juga dilakukan dengan uji glejser, yaitu dengan mengusulkan
untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variable independen (Gujarati
dalam Ghozali, 2011:142).
61
dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar diantara sumbu x
dan y dengan demikian hal ini dapat disimpuklkan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
E. Analisis Regresi Berganda
1. Adjusted R Square
Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis
regresi dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini
mengukur presentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh
variabel independen di dalam garis regresi. Menurut Sulaiman (2004 : 86)
nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1). Semakin besar R2
(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
62
mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabel dependen.
Berikut in Berikut adalah nilai koefisin determinasi dari model regresi
dalam penelitian ini :
Dari tabel model summary di atas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R
Square adalah 0,837 hal ini berarti kemampuan variabel bebas yang terdiri dari
motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan label halal dapat mempengaruhi
keputusan pembelian produk halal oleh mahasiswa terhadap produk kosmetik
Martha Tilaar, dan pengaruhnya itu sebesar 83,7% sementara sisanya sebesar
16,3% dipegaruhi oleh variabel lain diluar model.
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen
secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Menurut Suliyanto
(2011 : 40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh
63
secara simultan terhadap variabel tergantung, maka model persamaan regresi
masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh
secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not
fit. Menurut Suliyanto (2011 : 61), untuk menyimpulkan apakah model masuk
dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung
dengan nilai F tabel dengan derajat bebas : df: α, (k-1),(n-k), dimana k adalah
jumlah variabel dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara
simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika
F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
64
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 65.203 5 13.041 24.715 .000b
Residual 12.664 24 .528
Total 77.867 29
a. Dependent Variable: KPembelianT
b. Predictors: (Constant), SubbudayaT, SikapT, PersepsiT, PembelajaranT,
MotivasiT
Dari tabel ANOVA di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikasinya adalah
0.000 yang berarti berada dibawah nilai F α sebesar 0,05 sementara nilai F
hitung adalah 24,715 sedangkan nilai F tabel dengan α = 0,05, (5-1), (100-5)
maka diperoleh hasil F tabel adalah sebesar 2,759 yang berarti lebih kecil dari
pada nilai F tabel, dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti bahwa secara simultan variabel independen yang terdiri
dari motivasi, persepsi, pembelajran, sikap dan label halal secara simultan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha
Tilaar
65
3. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh independen secara
individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat
konstan. Nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak.
Uji t dalam penelitian ini dilakuakan dengan memperbandingkan t hitung
dengan t tabel. Adapun nilai t tabel diperoleh dengan df:α,(n,-k) dimana α
adalah tingkat signifikasi yang digunakan, n adalah jumlah pengamatan
(ukuran sampel), dan k adalah jumlah variabel independen. Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak
yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima yang berarti bahwa
variabel Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Suliyanto, 2011 : 63).
Selain membandingkan nilai t tabel dengan t hitung, untuk mengetahui
apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen dalam penelitian ini juga dilakukan dengan melihat nilai probabilitas
masing-masing variabel independen. Apabila nilai probabilitas variabel
independen lebih kecil dari tingkat signifikasi yang digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel dependen terhadap
variabel independen.
66
Uji t yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji 2 arah (two tailed) dan
berikut ini adalah uji t yang dilakukan dalam penelitian ini:
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -.208 1.401 -.148 .883
MotivasiT .133 .229 .082 .583 .566 .343 2.915
PersepsiT .286 .094 .296 3.046 .006 .717 1.394
PembelajaranT .114 .100 .144 1.138 .266 .424 2.360
SikapT .454 .087 .580 5.198 .000 .543 1.840
SubbudayaT .038 .152 .040 .251 .804 .269 3.718
a. Dependent Variable: KPembelianT
1. Uji Variabel Motivasi
Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk motivasi
adalah 0,583 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05, (100-5) =
2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai signifikasinya
adalah 0,556 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan yaitu
0,05 dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti bahwa vairabel motivasi pro secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar
2. Uji Variabel Persepsi
67
Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk
persepsi adalah 3,046 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05,
(100-5) = 2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai
signifikasinya adalah 0,006 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang
digunakan yaitu 0,05 dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti bahwa vairabel persepsi secara parsial
berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik
Martha Tilaar
3. Uji Variabel Pembelajaran
Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk
pembelajran adalah 1,138 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05,
(100-5) = 2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai
signifikasinya adalah 0,256 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang
digunakan yaitu 0,05 dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak yang berarti bahwa vairabel pembelajran secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik
Martha Tilaar
4. Uji Variabel Sikap
Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk sikap
adalah 5,198 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05, (100-5) =
2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai signifikasinya
adalah 0,000 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan yaitu 0,05
dengan demikian dapat mdisimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang
68
berarti bahwa vairabel sikap secara parsial berpengaruh terhadap variabel
keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar
5. Uji Variabel Label Halal
Dari tabel coefficients di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk label
halal adalah 0,251 sementara nilai t tabel dengan df:α,(n,-k) adalah 0,05, (100-5) =
2,329 yang berarti lebih kecil daripada t tabel sementara nilai signifikasinya
adalah 0,804 yang berarti lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan yaitu 0,05
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
berarti bahwa vairabel label halal secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variabel keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar
5. Persamaan Regresi
Dari tabel Coefficients di atas, maka model persamaan regresi yang terbentuk
adalah sebagai berikut : Y = -0,208 + 0,133X1 + 0,286X2 + 0,114X3 + 0,454X4
+ 0,038X5
Persamaan tersebut dapat berarti sebagai berikut
1. Nilai konstanta adalah sebesar -0,208 yang berarti jika nilai X1,X2,X3,X4
dan X5 adalah 0, maka nilai Y adalah sebesar -0,208
2. Kenaikan X1 adalah sebesar 0,133 yang berarti bahwa apabila terdapat
kenaikan X1 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar 0,133 dengan
asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan.
69
3. . Kenaikan X2 adalah sebesar 0,286 yang berarti bahwa apabila terdapat
kenaikan X2 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,286
dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan.
4. Kenaikan X3 adalah sebesar 0,114 yang berarti bahwa apabila terdapat
kenaikan X3 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,114
dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan
5. Kenaikan X4 adalah sebesar 0,454 yang berarti bahwa apabila terdapat
kenaikan X4 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,454
dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan
6. Kenaikan X5 adalah sebesar 0,038 yang berarti bahwa apabila terdapat
kenaikan X5 sebesar 1 satuan maka akan menaikkan nilai Y sebesar ,0,038
dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai tetap atau konstan
6. Pengaruh Variabel Dominan
Dengan melihat tabel coefficients maka dapat dilihat bahwa nilai standardized
coefficients yang terbesar adalah nilai dari X4 yaitu dengan nilai 0,580 yakni
variabel sikap
70
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan telah dilakukannya penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Produk Berlabel Halal
dengan variabel motivasi, persepsi, sikap, pembelajaran dan label halal
sebagai variabel independen dan keputusan pembelian produk halal
sebagai variabel dependen dan dengan menggunakan analisis regresi
berganda, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Hasil dari uji F menunjukan bahwa variabel motivasi, persepsi,
pembelajran, sikap dan label halal secara simultan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian produk halal pada kosmetik Martha
Tilaar
2. Hasil dari uji t menunjukan bahwa secara parsial variabel persepsi dan
sikap berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk halal pada
kosmetik Martha Tilaar
3. Nilai adjusted R square dari penelitian ini adalah 0,837 yang berarti
bahwa kemampuan variabel dependen yang terdiri dari motivasi,
persepsi, pembelajran, sikap dan label halal dalam penjelaskan
keputusan pembelian produk halal kosmetik Martha Tilaar oleh
mahasiswa sebesar 83,7% sementara sisanya sebesar 16,3% dijelaskan
oleh variabel lain
71
4. Dari seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
maka variabel sikap adalah variabel independen yang paling dominan
dalam mempengaruhi variabel dependen keputusan pembelian produk
halal kosmetik Martha Tilaar dan mengalahkan variabel label halal.
B. IMPLIKASI
Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa implikasi
dari penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti-bukti empiris terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
terhadap produk-produk halal. Penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Para Pelaku Usaha
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
kepada para pelaku bisnis mengenai perilaku konsumen terhadap
keputusan pembelian produk-produk berlebel halal, khusus nya
kosmetik.
72
C. SARAN
Dengan telah dilakukannya penelitian ini maka penulis memberikan
beberapa saran untuk para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian serupa dengan penelitian ini :
1. Penelitian ini menggunakan variabel tingkat motivasi, persepsi, sikap
dan pembelajaran sebagai variabel independen dan keputusan
pembelian mahasiswa terhadap produk halal sebagai variabel
dependen, penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain
yang lebih beragam
2. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa analisis regresi
berganda, penelitian selanjutnya dapat menggunakan alat analisis yang
berbeda sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang lebih
variatif.
3. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 mahasiswa UIN Jakarta,
penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel yang lebih banyak dan
lebih beragam lagi dengan responden-responden yang berasal dari luar
kampus UIN sehingga hasil yang di dapat lebih bervariasi
73
DAFTAR PUSTAKA
Assadi Djamchid. (2003). “Do Religions Influence Customer Behavior?
Confronting religious rules and marketing concepts.” Cahiers du CEREN
Journal. No.5, pp 2-13
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponogoro. 2009
LPPOM-MUI. (2012). Daftar Belanja ProdukHalal. Edisi No. 93 / Januari -
Februari 2012. Pp 41-88.
Kotler, P. (2004). Manajemen Pemasaran.Jilid-1. Edisi Milenium. Jakarta:
PT.Prehalindo
Kotler, Phillip,. “Manajemen Pemasaran”. Edisi Kesebelas Jilid 1, Alih Bahasa:
Hendra
Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo, 2005.
Kotler, Philip, Keller Kevin Lane. “Manajemen Pemasaran”. Edisi 12. Jilid 2.
Jakarta: PT
Indek, 2007.
74
Kotler, Philip & Kevin L. Keller. “Manajemen Pemasaran”. Edisi 13. Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Mowen, J.C., & Minor,M. (2002). Perilaku Konsumen. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Priyatno, Duwi. “5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS.17”. Jakarta: Penerbit
Andi. 2010
Perkosmi. (2011). Daftar Peraturan Kosmetika di Indonesia. Jakarta:
PT. Media Data
Schiffman, L., & Kanuk, L.L. (2007). Consumer Behavior. 9thEdition. New
Jersey:
Pearson Prentice Hall. (2010).
_________________________Consumer Behavior. 10thEdition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Shaari, J., & Shahira, Nur (2010). “Dimension of Halal Purchase Intention: A
Preliminary Study.” International Review of Business Research Papers
No.4/Vol.6 pp 444-456
75
Soesilowati Endang (2010).”Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global
Perilaku Konsumen Muslim Dalam Konsumsi
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Cv Alfabeta. 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Martha_Tilaar. “ Profil Perusahaan Martha Tilaar”
http://www.marthatilaargroup.com/. “Profil Perusahaan Martha Tilaar
Tjiptono, Afandy. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Kotler, Philip, Keller, Kavin Lane. 2003. Manajemen Pemasaran:Analisis,
Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian (Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Krasovec, Sandra A. & Klimchuk, Marianne Rosner. 2006. Desain Kemasan:
Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan
(Bob Sabran. Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Burhanuddin. 2011. Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikat
Halal. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang
Label dan Iklan.
76