Upload
maulidianaindah
View
256
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
medis
Citation preview
KATA PENGANTAR
Pertama saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “FRAKTUR TERBUKA
KALKANEUS KIRI” ini. Laporan kasus ini saya susun untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dokter - dokter Konsulen yang telah
memberi banyak ilmu dan bimbingan selama kepaniteraan Ilmu Bedah, terutama untuk dr. A.
B. Mulyanto, Sp. OT selaku penguji dan pembimbing. Saya juga mengucapkan terimakasih
kepada orang tua, teman-teman kepaniteraan klinik, dan semua pihak yang telah mendukung
saya dalam menyelesaikan tugas saya.
Saya menyadari laporan ini masih memerlukan banyak kritik dan saran yang
membangun, oleh karena itu saya sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran yang
membangun agar dikemudian hari lebih baik lagi.
Semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca di
kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dan para
pembaca pada umumnya.
Jakarta, 18 September 2015
Penulis
Page | 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan................................................................................................................
Bab II Laporan Kasus...........................................................................................................
Bab III Tinjauan Pustaka......................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi
menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat
/mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat
transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan.
Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur
dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan
tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis dan tulang rawan
sendi. Penyebab utama fraktur karena trauma. Faktur calcaneus disebut juga Lover’s fracture
atau Don Juan fracture merupakan fraktur pada calcaneus yang biasanya disebabkan karena
jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri. Itulah sebabnya pada fraktur calcaneus akibat
jatuh dari ketinggian, perlu diperhatikan ada atau tidak fraktur collum femur dan tulang
belakang penderita. Persentase terjadinya fraktur ini sebesar 2% dari keseluruhan kasus
fraktur dan 60% dari fraktur tulang bagian tarsal. Calcaneus merupakan tulang terbesar dari
tarsal yang terletak di bagian belakang kaki atau lebih dikenal dengan istilah tumit. Tulang ini
bertugas menopang kaki dan penting dalam berjalan. Tendon Achilles berinsersi di daerah
superior, bagian anterior berartikulasi dengan tulang kuboid dan di bagian superior ada tiga
permukaan articular yang berhubungan dengan talus.
Pada makalah ini akan dilaporkan mengenai kasus seorang pria yang terjatuh sehingga
mengakibatkan fraktur terbuka kalkaneus, kemudian akan dibahas mengenai primary survey,
secondary survey, hingga penatalaksanaan dengan harapan dapat membantu penulis dan
pembaca dalam memahami lebih dalam mengenai pengkajian dan penanganan pertama
fraktur tertutup terutama sebagai dokter umum.
Page | 3
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn.L
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Alamat : Jakarta
Status Perkawinan : Menikah
ILUSTRASI KASUS
Pasien laki - laki, usia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kaki kiri setelah terjatuh
dari steger setinggi 7 meter di lokasi pembangunan dengan posisi kaki menginjak permukaan
tanah terlebih dahulu 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
Primary survey
1. Airway and cervical spine control : Saluran napas bebas, pasien dapat berbicara
dengan baik, tidak terdapat gangguan jalan nafas.
2. Breathing and ventilation : Pasien dapat bernafas spontan dan adekuat.
3. Circulation : Akral hangat, tekanan darah 135/80 mmHg, nadi 84x/menit, CRT < 2
detik.
4. Disabillity : GCS 15 (E4V5M6).
Secondary Survey
1. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri akibat luka terbuka dan perdarahan aktif di kaki kiri sejak 30 menit SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 30 menit SMRS, pasien nyeri akibat luka terbuka dan perdarahan aktif di kaki kiri
akibat terjatuh dari steger setinggi 7 meter di lokasi pembangunan dengan posisi kaki
menginjak permukaan tanah terlebih dahulu. Tidak terdapat keluhan lain seperti rasa baal,
kesemutan, pusing, mual maupun muntah. pergelangan dan jari-jari kaki dapat bergerak aktif.
Page | 4
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Trauma terdahulu : (-)
Riwayat Operasi : (-)
RPD
- Darah tinggi : disangkal
- Penyakit Jantung : disangkal
- Kencing manis : disangkal
- Gangguan pembekuan darah : disangkal
- Alergi : disangkal
Riwayat Keluarga
Darah tinggi : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Kencing manis : disangkal
Gangguan pembekuan darah : disangkal
Alergi : disangkal
2. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6).
Keadaan Gizi : BB : 65 kg, TB : 170 cm ; IMT : 22.4 kg/m2
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 135/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Respiratory Rate : 24 kali/menit
Suhu : 36,5o C
Nyeri : VAS 5
Kepala : Normocephal, tidak tampak jejas, tidak teraba hematom
Mata : Konjungtiva anemis -/-; sklera ikterik -/-; pupil isokor 3mm/mm,
RCL +/+
Page | 5
Telinga : Bentuk telinga normal, sekret -/-, darah -/-, gangguan pendengaran
(-), tinnitus (-)
Hidung :Tidak tampak kelainan
Mulut :Bibir tidak sianosis, faring-tonsil tidak hiperemis
Leher :Tidak ditemukan pembesaran KGB, deviasi trakea, dan peningkatan
JVP
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan kiri saat keadaan statis maupun
dinamis, tidak tampak jejas pada dada bagian depan dan belakang
Palpasi : Pergerakan dada simetris kanan kiri saat keadaan statis maupun
dinamis, tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus simetris kiri pada dada bagian
depan dan belakang
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh.
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS IV midclav kiri
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II murni, reguler, tidak terdapat murmur dan gallop.
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak bekas operasi di kuadran kanan bawah.
Palpasi : Tidak teraba massa, nyeri tekan, defans, hepar dan lien.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Terdapat bising usus
Ekskremitas : Lihat status lokalis
Status Lokalis
Regio Pedis Sinistra
Look : Vulnus laceratum ukuran 13 cm x 6 cm, dasar jaringan otot, Terdapat
pembengkakan, Perdarahan aktif (+)
Feel : nyeri tekan, arteri popliteal teraba ,arteri dorsalis pedis teraba kuat,
sensibilitas baik
Move : pergelangan kaki dan jari-jari kaki dapat digerakan.
Page | 6
a. Neuro vascular distal : - Neuro :
Motorik : jari-jari kaki dapat bergerak secara aktif.Sensorik : raba halus, tekan masih dirasakan.
- Vaskular : a. Dorsalis pedis, a. poplitea teraba.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukanDarah rutinHemoglobin 13,4 13 – 18 gr/dlLeukosit 21.460* 4.800 – 10.800/ulEritrosit 4,4 4.3 – 6.0 jutaHematokrit 38 37 – 47 %
Trombosit 259.000150.000 – 400.000/ul
MCV 88 80 – 96 flMCH 31 27 – 32 pgMCHC 35 32 – 36 g/dlKoagulasi
PT
Pasien 10,8 10,2-12,2 detikAPTTPasien 32 29,0-40,2 detikKimia Klinik & SerologiGlukosa Darah sewaktu 104 < 140 mg/dlUreum 33 20 – 50 mg/dlCreatinin 1,0 0.5 – 1.5 mg/dlSGOT (AST) 25 < 35 U/LSGPT (ALT) 20 < 40 U/LNatrium (Na) 141 135 – 147 mmol/LKalium (K) 3,5 3,5 – 5,0 mmol/LKlorida (Cl) 105 95 – 105 mmol/L
Page | 7
Pemeriksaan Radiologi
X Foto Cruris AP Lateral
Tampak garis fraktur pada tulang kalkaneus kiri. tak tampak dislokasi sendi.
Kesan : Open Fracture Kalkaneus Sinistra Undisplace.
Diagnosa Rontgen/x-ray : fraktur kalkaneus sinistra complete garis fraktur komunitif kontak
fragmen 100 % undisplaced
Resume
Laki – laki 40 tahun Sejak 30 menit SMRS, pasien nyeri akibat luka terbuka dan perdarahan
aktif di kaki kiri akibat terjatuh dari steger setinggi 7 meter di lokasi pembangunan dengan
posisi kaki menginjak permukaan tanah terlebih dahulu. Tidak terdapat keluhan lain seperti
rasa baal, kesemutan, pusing, mual maupun muntah. pergelangan dan jari-jari kaki dapat
bergerak aktif. Primary survey tidak menunjukan kelainan, pada secondary survey keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, tanda vital berupa TD 135/80 mmHg,
HR 84 kali/menit, RR 24 kali/menit, suhu 36,5o C, skala nyeri VAS 5. Status generalis dalam
batas normal. Status lokalis Regio Pedis Sinistra tampak gerakan terbatas, nyeri tekan pada
pedis sinistra, gerakan aktif pedis sinistra terbatas karena terasa nyeri. Sendi lutut,
pergelangan kaki, dan jari-jari kaki tidak ada masalah. A. popliteal, a. dorsalis pedis, dan a.
tibialis posterior teraba, sensibilitas distal fraktur baik. Pemeriksaan penunjang laboratorium
darah rutin tidak didapat kelainan yang berarti. Pada x-foto Cruris Sinistra tampak Open
Fracture Kalkaneus Undisplace.
DIAGNOSIS KLINIS
Fraktur Os Kalkaneus Sinistra, komplit , kontak fragmen fraktur 100% , terbuka
Page | 8
grade III a komplikata.
Terapi
A. Evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan
kematian.
B. Pembersihan luka
C. Pemberian analgetik.
D. Eksisi jaringan yang mati
E. Non operatif dengan pemasangan elastic verban. Tanpa menekan kalkaneus dan
segera mobilisasi serta elevasi kaki.
F. Rehabilitasi atau pengembalian fungsi dengan Fisioterapi isometrik (latihan gerakan
berupa mengkontraksikan otot) segera dan isotonik (latihan gerakan berupa
menggerakkan sendi) setelah adanya clinical union (4 – 6 minggu).
Terapi Konservatif
A .
I. Reposisi : Reposisi memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular
dan rotasional. Reposisi manipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktur ekstremitas
distal (tangan, pergelangan tangan. kaki, tungkai), dimana spasme otot tidak berlebihan.
Traksi bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas kulit atau dengan memasang pin
tranversa melalui tulang, distal terhadap fraktur. Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi
tertutup dan reposisi terbuka. Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan
pemendekan, angulasi atau displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan
pemberian analgesik. Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan
reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum.
II. Splint : Penggunaan gips sebagai fiksasi agar fragmen fragmen fraktur tidak
bergeser setelah dilakukan manipulasi / reposisi atau sebagai pertolongan yang
bersifat sementara agar tercapai imobilisasi dan mencegah fragmen fraktur tidak merusak
jaringan lunak disekitarnya. Keuntungan lain dari penggunaan gips adalah murah dan non
toksik, mudah digunakan, dapat dicetak sesuai bentuk anggota gerak, bersifat radiolusen dan
menjadi terapi konservatif pilihan. Pada fraktur t e r buk a de r a j a t I I I d imana
t e r j ad i ke r usaka n j a r i nga n l u nak yan g heba t da n l uka t e rko n t ami nas i
penggunaan gips untuk stabilisasi fraktur cukup beralasan untuk mempermudah
perawatan luka. Setelah luka baik dan bebas infeksi penggunaan gips untuk fiksasi fraktur
Page | 9
dapat dilanjutkan untuk menunjang secondary bone healing dengan pembentukan kalus.
III. Medikamentosa : pemberian analgetik bisa diberikan asam mefenamat.
IV. Antibiotik : pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik
diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi.
Pemberian antibiotik sebaiknya diberikan segera mungkin setelah terjadinya trauma. Antibiotik adalah
yang berspektrum luas yaitu sefalosporin generasi I (cefazolin 1-2 gram) dan dikombinasikan dengan
aminoglikosid (gentamisin 1-2 mg/kg BB tiap 8 jam) selama 5 hari. Selanjutnya perawatan luka
dilakukan setiap hari dengan memperhatikan sterilitas, dan pemberian antibiotik disesuaikan dengan hasil
kultur dan sensitifitas terbaru. Bila dalam perawatan ditemukan gejala dan tanda infeksi, maka dilakukan
pemeriksaan kultur dan sensitivitas ulang untuk penyesuaian ulang pemberian antibiotik yang
digunakan.
V. ATS : semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus.
Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid.
Pemberian anti tetanus diindikasikan pada fraktur kruris terbuka derajat III berhubungan dengan kondisi
luka yang dalam, luka yang terkontaminasi, luka dengan kerusakan jaringan yang luas serta luka dengan
kecurigaan sepsis. Pada penderita yang belum pernah mendapat imunisasi anti tetanus dapat diberikan
gamaglobulin anti tetanus manusia dengan dosis 250 unit pada penderita diatas usia 10 tahun dan dewasa
, 125 unit pada usia 5-10 tahun dan 75 unit pada anak dibawah 5 tahun. Dapat pula diberikan serum anti
tetanus dari binatang dengan dosis 1500 unit dengan tes subkutan 0,1 selama 30 menit. Jika telah
mendapat imunisasi toksoid tetanus (TT) maka hanya diberikan 1 dosis boster 0,5 ml secara
intramuskuler.
B. Kontrol
Kontrol pasien perhatikan keluhan, kondisi umumpasien (anemis, kurang protein) dan
pemeriksaan daerah fraktur, alignment dari tulang tersebut, temperatur daerah operasi,
sakit tekan, gerakan abnormal pada daerah itu, dan gerakan sendi-sendi di dekat tulang
tersebut. Pemeriksaan x-ray dilakukan pasca operasi, pada minggu ke 4, 8, 12 untuk
meninlai pembentukan kalus.
Pasien di edukasi melakukan latihan aktif sendi-sendi disekitar fraktur agar menjaga
lingkup gerak sendi dan mencegah terjadi atrofi otot. Untuk pasien yang dilakukan
reposisi dan terpasang gips perhatikan kulit yang tertekan gips dan sindrom kompartemen
Page | 10
dan pembukaan gips berdasarkan penyembuhan fraktur.
Dilihat dari fraktur yang terjadi pada pasien berumur 40 tahun dan komplikasi yang bisa
terjadi seperti cedera vascular yang dapat menyebabkan osteonekrosis, maka pasien harus
dirujuk ke spesialis ortopedi untuk dilakukan operasi reduksi terbuka dan pemasangan
bone graft.
Indikasi operasi
a. Absolut : fraktur terbuka, fraktur intraartikular, fraktur komplikata, cidera
vascular.
b. Relatif : Permintaan pasien, berhubungan dengan profesi agar dapat segera
produktif kembali.
Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi jika dilakukan terapi konservatif maupun tindakan
operasi :
Konservatif : Cedera pembuluh darah yang dapat menyebabkan gangguan aliran darah
ke kalkaneus maupun delayed union nonunion, atau malunion
Operasi : Infeksi akibat paparan udara bebas pada fraktur saat operasi.
Prognosis
Dalam kasus ini dibutuhkan penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis ortopedi untuk
dilakukan tindakan operasi yaitu reduksi terbuka dan pemasangan bone graft agar
prognosisnya lebih baik. Karena dengan penanganan secara konservatif saja hanya dapat
mengurangi keluhan pasien nyeri, sehingga komplikasi seperti osteonekrosis dapat terjadi
Page | 11
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI TULANG DAN HISTOLOGI TULANG
Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Tulang dalam
garis besarnya dibagi atas :
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna dan humerus,
dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis
disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering ditemukan
adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolik
yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan
perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan
pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal
3. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang costae , tulang skapula, dan tulang
pelvis.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan
bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh
periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang memungkinkan
penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Berdasarkan histologinya tulang terbagi menjadi :
Tulang imatur ( non-lamelar bone, woven bone, fiber bone )
Tulang ini pertama-tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada perkembangan
embrional dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang matur dan
pada umur satu tahun tulang imatur tidak terlihat lagi. Tulang imatur ini
mengandung jaringan kolagen dengan substansi semen dan mineral yang lebih
sedikit dibanding dengan tulang matur.
Tulang matur ( mature bone, lamellar bone )
- Tulang kortikal ( cortical bone , dense bone, compacta bone )
Page | 12
- Tulang trabekular ( cancellous bone, trabecular bone, spongiosa )
Secara histologik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,
jaringan kolagen dan mukopolisakarida. Tulang matur ditandai dengan sistem haversian atau
osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui korteks yang tebal. Tulang
matur kurang mengandung sel dan lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding
dengan tulang imatur.
TULANG SEBAGAI STRUKTUR DAN FISIOLOGI TULANG
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi
utama, yaitu :
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam,
seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru
4. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel-
sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan tulang
berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk perubahan
mikroskopik akibat aktifitas fisiologis tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas :
Substansi organik : 35%
Substansi inorganik : 45%
Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organik intraseluler atau
matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks (90%), sedangkan sisanya
adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi inorganik terutama terdiri atas
kalsium dan fosfor dan sianya oleh magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan flourida.
Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar
mempunyai peranan yang penting dalam produksi organik matriks sebelum terjadi kalsifikasi.
FRAKTUR
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Page | 13
proses terjadinya fraktur
kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar dan tarikan.
Trauma bisa bersifat :
- Trauma langsung
Trauma lansung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan.
- Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
- Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
- Tekanan membengkok yang menyebabkan frakur transversal
- Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi
atau fraktur dislokasi.
- Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya
pada badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-anak
- Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur z
- Fraktur oleh karena remuk
- Trauma karrena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang.
Klasifikasi fraktur
o Klasifikasi Etiologis :
- fraktur traumatik (terjadi karena trauma yang tiba-tiba)
- fraktur patologis (terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang)
- fraktur stress (terjadi karena adanya trauma yang terus menerus padda suatu
tempat tertentu)
o Klasifikasi klinis :
- Fraktur tertutup (simple fracture)
Page | 14
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
- Fraktur terbuka (compund fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from
within (dari dalam) atau from without (dari luar).
Tabel 1. Derajat Fraktur Terbuka menurut Gustilo, Merkow, Templeman
(1990)
Menurut Gustilo, Merkow, Templeman pada derajat III terbagi lagi menjadi
subtipe, yaitu :
Tipe III a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat
laserasi yang hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat segmental
atau komunitif yang hebat.
Tipe III b
fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan
kehilangan jaringan, terdapat pendorongan (stripping) periost,
tulang terbuka, kontaminasi yang hebat serta fraktur komunitif yang
hebat.
Tipe III c
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang
memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan
jaringan lunak.
- Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion,
infeksi tulang.
Page | 15
o Klasifikasi Radiologis
1. Menurut Lokalisasi :
- Diafisial
- Metafisial
- Intra-artikuler
- Fraktur dengan dislokasi
2. Menurut Konfigurasi :
- Fraktur transversal
- Fraktur oblik
- Fraktur spiral
- Fraktur z
- Fraktur segmental
- Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau misalnya fraktur
epikondilus humeri,fraktur trokanter mayor, fraktur patela
- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya pada
tulang tengkorak
- Fraktur impaksi
- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah misalnya
pada fraktur vertebra, patela , talus, kalkaneus
- Fraktur epifisis
3. Menurut Ekstensi :
- Fraktur total
- Fraktur tidak total
- Fraktur buckle atau taorus
- Fraktur garis rambut
- Fraktur green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya :
- Tidak bergeser (undisplaced)
- Bergeser (displaced) :
- bersampingan
- angulasi
Page | 16
- rotasi
- distraksi
- over-riding
- impaksi
proses penyembuhan normal dari frakur
Penyembuhan normal dari fraktur merupakan proses biologi yang menakjubkan,
terutama adalah karena tulang yang mengalami fraktur, tidak seperti jaringan lain yang
mengalami diskontinuitas atau perlukaan, tulang dapat sembuh tanpa bekas luka karena
sembuh sebagai tulang, bukan sebagai jaringan fibrosis. Meskipun faktor mekanik seperti
imobilisasi dari fragmen frakur sangatlah penting untuk berbagaimacam jenis fraktur, namun
faktor biologis sangat penting dalam penyembuhan. Kita harus menghindari “merawat foto x-
ray”, fraktur seperti luka lainnya harus dirawat dengan memperhatikan penyembuhan
biologis. Beberapa faktor penyembuhan dikeluarkan oleh sel-sel sekitar yang berhubungan
dengan penyembuhan fraktur seperti TGF-Beta (Transforming Growth Factor-Beta),
termasuk Insulin-like Growth Factor (IGF), Platelet-derived Growth Factor (PDGF), dan
Bone Morphogenetics Proteins (BMPs). Rh BMP-2 bersifat osteoinductive dimana sel
mesenkimal perivaskular diinduksi untuk membentuk tulang baru pada daerah fraktur.
Interleukin (IL) termasuk dalam kelompok molekul regulasi sel disebut sebagai sitokin, yang
juga meningkatkan perbaikan fraktur. Proses penyembuhan berbeda pada tulang yang
kompak seperti tulang kortikal dan tulang spongiosa seperti tulang trabekular.
Proses Penyembuhan pada Fraktur Tulang Kompak
Pada tulang kortikal (diafisis; tubular) saat terjadi fraktur, pembuluh darah yang ada di
dalam kanalikuli sistem haversian akan robek. Setelah beberapa saat setelah perdarahan
internal, akan terjadi bekuan darah untuk membuat anastomosis pembuluh darah di dalam
tulang. Maka, osteosit pada lakuna yang berjarak bebrapa milimeter dari daerah fraktur akan
kekurangan aliran darah kemudian mati; sehingga akan terbentuk cicin avaskular dari tulang
yang mati pada setiap permukaan fraktur beberapa saat setelah terjadi fraktur. Pada akhirnya
daerah yang mati ini akan digantikan oleh tulang yang hidup melalui proses resorpsi dan
deposisi tulang baru, namun jelas bahwa pada mulanya kedua permukaan tulang yang mati
tidak dapat berkontribusi dalam penyembuhan fraktur tahap awal.
Pada fraktur yang relatif tidak bergeser pada tulang panjang, sebagian besar dari
perdarahan internal pada dan di sekitar tempat fraktur berasal dari arteri nutrisional yang
Page | 17
terkoyak atau cabang-cabangnya dan dari pembuluh darah periosteal sehingga fraktur
hematom terlokalisir pada daerah ujung tulang. Saat fragmen fraktur bergeser secara
signifikan dan periosteal rusak berat, pembuluh darah yang lebih besar disekitar otot dan
lemak juga ikut terkoyak, menyebabkan hematoma masif yang menyebar ke jaringan lunak
sekitar.
Daerah hematoma fraktur adalah daerah awal yang mengalami penyembuhan, sel-sel
yang memperbaiki fraktur adalah sel osteogenik yang berproliferasi dari lapisan dalam atau
kambium dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal dan dalam porsi yang lebih
sedikit membentuk kalus internal. Pada tahap awal penyembuhan fraktur, ledakan populasi
sel osteogenik menghasilkan pertumbuhan yang sangat cepat dari jaringan osteogenik, lebih
cepat dari pertumbuhan keganasan tulang. Setelah beberapa minggu, kalus fraktur
membentuk bungkusan berupa lapisan osteogenik yang tebal. Pada tahap ini kalus tidak
mengandung tulang dan bersifat radiolusen, sehingga tidak tampak pada foto x-ray. Pada
mulanya, kalus lembut dan hampir seperti cairan, menjadi lebih keras secara progresif seperti
lem yang mulai mengeras, dan tempat fraktur menjadi lebih lengket dan lebih tidak mobile.
Secara histologis, stadium dimana terjadi maturasi kalus ditandai dengan adanya
pembentukan tulang baru pada kalus osteogenik. Bermula dari bagian periosteum yang masih
memiliki aliran darah yang baik serta tempat dimana lebih sedikit pergerakan, disini sel
osteogenik kan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Semakin dekat dengan daerah fraktur,
dimana supply darah lebih buruk dan lebih banyak pergerakan, sel osteogenik berdiferensiasi
menjadi kondroblas dan kartilago.
Kalus interna dan eksterna sementara, mengandung tulang imatur dan kartilago,
mengelilingi daerah fraktur, membentuk “perekat biologis” yang secara bertahap mengeras
seiring dengan komponen kartilagenous dari kalus diganti oleh tulang melalui proses osifikasi
endochondral. Saat kalus sudah cukup kuat dimana pergerakan sudah tidak ada pada daerah
fraktur, fraktur dikatakan sudah bersatu secara klinis (clinical union), namun ini tidak berarti
telah kembali ke kekuatan sebelumnya. Pemeriksaan radiografi menunjukkan bukti adanya
tulang pada kalus tetapi garis fraktur masih tetap ada. Pemeriksaan histologis menunjukkan
berbagai jumlah dari tulang imatur primer, serta kartilago dalam proses osifikasi endokonral.
Seiring berjalannya waktu, kalus primer atau sementara, secara bertahap digantikan
oleh tulang lamelar matur, dan kalus yang berlebih secara bertahap diserap. Beberapa bulan
setelah fraktur, saat semua tulang imatur dan kartilago telah digantikan oleh tulang lamelar
matur, fraktur disebut terkonsolidasi (radiographic union). Setelah kesatuan tulang telah
ditegakkan, kelebihan masa dari kalus secara bertahap diserap, dan tulang akhirnya kembali
Page | 18
ke hampir dimeter sebelumnya. Ujung tajam dari residual angulasi, pergeseran, atau
overriding menjadi lebih halus atau terbentuk ulang melalui proses stimulasi deposisi tulang
dan resorpsi.
Meskipun sudut dari residu angulasi deformitas menjadi lebih halus, perubahan
keselarasan cenderung tetap ada, kecuali pada keadaan khusus selama masa kanak-kanak
dimana pertumbuhan epifisis masih dapat memperbaiki ketidakselarasan tersebut secara
spontan.
Penyembuhan fraktur tulang kortikal dengan fiksasi internal
Saat fraktur tulang kortikal telah di reduksi dengan operasi terbuka, dan fragmen fraktur
telah dikompresi dan ditahan dengan fiksasi internal dengan alat metalik (osteosintesis),
daerah fraktur telah terlindungi dari stress dan tulang hampir tidak menyadari bahwa pernah
terjadi fraktur. Pada keadaan ini, tidak ada stimulus untuk memproduksi baik kalus eksternal
maupun internal dari periostemum dan endosteum sehingga penyembuhan fraktur muncul
langsung pada korteks masing-masing fragmen fraktur yang disebut sebagai penyembuhan
fraktur tulang primer, berlawanan dengan penyembuhan sekunder yang melibatkan kalus
internal dan eksternal. Tepat pada area kontak, osteoklastik memotong tempat fraktur secara
mikroskopik dan diikuti dengan pembentukan jembatan-jembatan osteon baru. Meskipun ada
sedikit celah, penyembuhan langsung oleh pembentukan osteon baru yang menuju sistem
harvesian melalui aksis tulang.
Selama alat metalik tetap pada tempatnya, tulang tetap terlindung dari stress, sehingga
tulang pada regio ini cenderung terjadi osteporosis yang terkadang disebut sebagai “stress
relief osteoporosis”. Maka setelah sembuh, alat metalik perlu dikeluarkan untuk
menghantikan proses osteoporosis ini. Namun, saat ini pengeluaran alat metalik sudah tidak
rutin dilakukan.
Penyembuhan Fraktur Tulang Spongiosa
Korteks yang mengelilingi tulang spongiosa, relatif tipis merepresentasikan sebagian
kecil fraksi dari area tulang ini, yang dianggap sebagai pipa kosong dengan dinding tebal
terbentuk dari tulang kortikal. Perbedaan struktur tulang kompak dan spongiosa berdampak
pada proses penyembuhan yang berbeda pula.
Penyembuhan tulang spongiosa secara prinsip dimulai dengan pembentukan kalus
internal dari endosteal, meskipun kalus eksternal dari periosteal yang mengelilingi kulit
korteks juga berperan penting, terutama pada anak-anak. Karena aliran darah yang kaya pada
Page | 19
tulang spongiosa yang tipis, dan ada area luas dari tulang yang terkena fraktur. Dengan
demikian, fraktur yang secara relatif tidak bergeser dan fraktur yang fraktur yang tereduksi
dengan baik melalui tulang spongiosa, union dari fragmen berlangsung dengan cepat dari
pada pada tulang kompak. Sel osteogenik dari endosteal menutupi proliferasi trabekular
untuk membentuk tulang imatur primer pada hematom internal. Hasilnya, kalus internal
mengisi ruang terbuka pada tulang spongiosa dan menyebar keseluruh tempat fraktur
dimanapun ada kontak yang baik.
Pada awal mula penyembuhan pada tulang spongiosa, dimulai dengan adanya kontak
langsung antara permukaan fraktur tulang spongiosa. Setelah union terbentuk pada titik
kontak, fraktur telah bersatu secara klinis (clinical union). Kemudian tulang imatur
digantikan oleh tulang lamelar sehingga fraktur menjadi terkonsolidasi. Akhirnya pola
trabekular terbentuk oleh remodeling internal. Tulang spongiosa tidak seperti tulang kompak,
yang lebih tahan terhadap kompresi atau fraktur crush-type. Dampak dari fragmen spongiosa
membentuk permukaan yang luas untuk penyembuhan fraktur. Apabila permukaan yang
terkompresi ini terpisah (selama reduksi fraktur), ada jarak atau celah, penyembuhan
tertunda, dan berikutnya akan runtuh pada tempat fraktur sebelum union tulang
terkonsolidasi.
Waktu penyembuhan fraktur
Waktu penyembuhan dari fraktur sangat bervariasi secara individual dan berhubungan
dengan beberapa faktor penting pada penderita, antara lain :
1. Usia
Angka kesembuhan tulang bervariasi lebih banyak karena usia daripada penyembuhan
pada jaringan lain, terutama pada masa kanak-kanak. Pada saat lahir, penyembuhan fraktur
sangatlah cepat, tetapi kecepatannya berkurang seiring bertambahnya usia tahun demi tahun.
Mulai dari awal masa dewasa, angka penyembuhan fraktur relatif konstan. Nampaknya
kecepatan penyembuhan tulang berhubungan erat dengan aktivitas osteogenik dari
periosteum dan endosteum yang berperan dalam proses normal remodeling tulang.
Contohnya, fraktur tulang femur pada saat lahir membutuhkan waktu penyembuhan 3
minggu, dibandingkan pada anak usia 8 tahun fraktur femur akan menyatu kembali setelah 8
minggu, pada usia 12 tahun setelah 12 minggu, dan pada usia 20 tahun keatas akan menyatu
setelah kira-kira 20 minggu.
2. Letak dan Konfigurasi Fraktur
Fraktur tulang yang dikelilingi oleh otot sembuh lebih cepat daripada fraktur yang
Page | 20
berada pada subkutan atau diantara persendian. Fraktur pada tulang spongiosa sembuh lebih
cepat daripada pada tulang kompak, dimana separasi epifisis sembuh kira-kira dua kali lebih
cepat dari tulang metafisis pada tulang yang sama pada kelompok usia yang sama. Fraktur
oblik pada tulang panjang dan fraktur spiral, karena memiliki permukaan fraktur yang luas,
sembuh lebih mudah daripada fraktur transversum yang memiliki permukaan fraktur yang
lebih sempit.
3. Pergeseran Awal Fragmen Fraktur
Fraktur yang tidak bergeser, memiliki sarung periosteal yang intak, sembuh kira-kira
dua kali lebih cepar daripada fraktur yang sarung periostealnya robek.
4. Aliran Darah pada Fragmen Fraktur
Bila kedua fragmen fraktur memiliki asupan darah yang baik dan hidup, fraktur akan
sembuh tanpa komplikasi. Bila, bagaimanapun, satu fragmen fraktur tidak mendapatkan
asupan darah dan mati, fragmen hidup harus bersatu dengan fragmen mati sebagai bone graft
untuk fragmen yang mati. Penyatuan akan lambat dan dibutuhkan imobilisasi fraktur. Bila
kedua fragmen avaskular, penyatuan tidak dapat terjadi hingga ada pembentukan vaskular
baru, walapun telah dilakukan imobilisasi fragmen fraktur.
5. Reduksi Serta Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik
dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan
pembuluh darah yang akan mengganggu dalam penyembuhan fraktur.
6. Waktu Imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,
maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
7. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periost, maupun otot atau jaringan
fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
8. Faktor adanya infeksi
Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misalnya pada operasi terbuka fraktur tertutup
atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.
9. Cairan sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.
10. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak
Page | 21
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah
fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Tabel 2. Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa
Lokalisasi Waktu penyembuhan
Falang / metakarpal/ metatarsal/ kosta 3-6 minggu
Distal radius 6 minggu
Diafisis ulna dan radius 12 minggu
Humerus 10-12minggu
Klavikula 6 minggu
Panggul 10 – 12 minggu
Femur 12 – 16 minggu
Kondilus femur / tibia 8 – 10 minggu
Tibia/fibula 12 – 16 minggu
Vertebra 12 minggu
Prinsip Dasar Penanganan Fraktur
1. Revive; Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada
hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar
pernafasan lancar.
2. Review; Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan
pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya
fraktur.
3. Repair; Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif.
Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah
yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan traksi.
4. Refer; Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan hati-
hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita.
5. Rehabilitation; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.
Page | 22
Metode – metode pengobatan fraktur
- Fraktur tertutup
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam :
1. konservatif
2. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-wire
3. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis
- Fraktur terbuka
Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka :
1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan
2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat
menyebabkan kematian
3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi
4. Segera dilakukan debridemen dan irigasi yang baik
5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya
6. Stabilisasi fraktur
7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari
8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya
9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena
Tahap – tahap pengobatan fraktur terbuka
1. Pembersihan luka
Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara
mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)
Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan
bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak,
fasia, otot dan fragmen-fragmen yang lepas
Page | 23
3. Pengobatan fraktur itu sendiri
Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka
dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi
eksterna
4. Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya
kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila penutupan
membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan
drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka
dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat
ditutup kembali disebut delayed primary closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah
penutupan kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang
5. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis
yang adekuat sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi.
6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan tetanus dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan
tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian
toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin.
Komplikasi fraktur
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan
di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
Page | 24
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun,
usia 70 sampai 80 fraktur tahun.
Fraktur Kalkaneus
Fraktur kalkaneus dapat berupa :
1. isolatic crack atau adanya fraktur kecil tanpa pergeseran fraktur
2. fraktur kompresi yang menyebabkan tulang kalkaneus terpilah-pilah
Mekanisme trauma
Hampir semua fraktur kalkaneus terjadi karena jatuh dari ketinggian dengan tumit terlebih dahulu sehingga dapat terjadi fraktur pada kedua kalkaneus. Beratnya fraktur tergantung dari ketinggian dan trauma yang terjadi.
Klasifikasi
1. fraktur kalkaneus ekstraartikuler
2. fraktur kalkaneus intraartikuler
3. fraktur kalkaneus komunitif
4. fraktur avulsi tuberositas kalkaneus
Gambaran klinis
Fraktur kalkaneus biasanya didahului dengan trauma jatuh dari ketinggian disertai pembengkakan, kebiruan pada daerah tumit serta nyeri.
Page | 25
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat diketahui apakah fraktur bergeser, komunitif, atau hanya berupa suatu fraktur sederhana (simple crack).
Pengobatan
1. konservatif
Fraktur dengan simple crack cukup dengan pemberian verban elastis, tanpa menekan kalkaneus dan segera mobilisasi serta elevasi kaki.
2. operatif
- tindakan operatif berupa reduksi terbuka dan pemasangan bone graft terutama untuk fraktur yang bergeser dan mengenai permukaan sendi
- reduksi dengan mempergunakan pin kecil untuk elevasi fraktur
Komplikasi
1. kekakuan pada sendi subtalar dan sendi midtarsal
2. osteoartritis sendi subtalar
3. malunion
4. nyeri karena kaki berbentuk ceper
Page | 26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC, 2012.
2. Murthy VL. Terapi dan rehabilitasi fraktur. Jakarta: EGC, 2011.
3. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta:
1998.
4. Calcaneal Reconstruction for The Late Complication Of Calcaneus Fracture. Ki Won
Young, MD; Kyung Tai Lee, MD; Young Koo Lee, MD; Mun Suk Jang, MD; Jun
Hee Yoon, MD; Jun Ho Kim, PHD. Diunduh dari
http://www.healio.com/~/media/Journals/ORTHO/2011/12_December/10_3928_0147
7447_20110826_03/10_3928_01477447_20110826_03.pdf,
5. Rasjad, Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, edisi kedua, PT. Yarsif
Watampone. Jakarta : 2007.
6. Treatment of Displaced Calcaneus Fractures Using a Minimally Invasive Sinus Tarsi
Approach. Paul Hospodar, MD; Camilo Guzman, MD; Paul Johnson, MD; Richard
Uhl, MD. Diunduh dari
http://www.healio.com/orthopedics/foot-ankle/journals/ORTHO/%7B51F0D237-
9A72-4C88-B0B4-EC91EFB30998%7D/Treatment-of-Displaced-Calcaneus-
Fractures-Using-a-Minimally-Invasive------Sinus-Tarsi-Approach?full=1
Page | 27