Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PETA
PIKIRAN (MIND MAPPING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS
TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA BINA INSANI, TANGERANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
Nurul Hikmah
11140130000024
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PETA
PIKIRAN (MIND MAPPING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS
TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA BINA INSANI, TANGERANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
Nurul Hikmah
11140130000024
Menyetujui:
Pembimbing
Dr. Elvi Susanti, M. Pd.
19680801 200801 2016
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Nurul Hikmah
Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 08 Januari 1997
NIM : 11140130000024
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Peta
Pikiran (Mind Mapping) terhadap Kemampuan
Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Bina
Insani, Tangerang, Tahun Pelajaran 2018/2019.”
Dosen Pembimbing I : Dr. Elvi Susanti, M. Pd.
Dosen Pembimbing II : ..................................
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
i
ABSTRAK
Nurul Hikmah (NIM: 11140130000024). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Peta Pikiran (Mind Mapping) terhadap Kemampuan
Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, Tahun
Pelajaran 2018/2019. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019. Dosen Pembimbing: Dr. Elvi Susanti, M. Pd.
Penelitian ini tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas x
SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran
(mind mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Bina Insani, Tangerang pada kelas X semester I tahun
pelajaran 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-
eksperimen dengan teknik one group pretest posttest design. Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 27 siswa pada kelas X-A sebagai kelas eksperimen.
Instrumen penelitian ini berupa tertulis berbentuk esai (tes subjektif) menulis teks
anekdot. Teknik analisis data menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics
20.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kemampuan
menulis teks anekdot dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
peta pikiran (mind mapping) lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan
menulis teks anekdot dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe peta pikiran (mind mapping). Rata-rata nilai pretest yang diperoleh yaitu
sebesar 65,33. Setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping), maka diperoleh rata-
rata posttest sebesar 80,74. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest
lebih besar dibandingkan nilai pretest siswa yaitu 80,74 > 65,33.
Uji Hipotesis dilakukan dengan cara menghitung uji t dengan bantuan
program IBM SPSS Statistics 20. Hasil uji t pretest dan posttest sebesar 0,000 <
0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan
menulis teks anekdot pada siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun
pelajaran 2018/2019.
Kata Kunci: Model peta pikiran, kemampuan menulis, teks anekdot
ii
ABSTRACT
Nurul Hikmah (NIM: 11140130000024). The Influence of Cooperative
Learning Model Mind Map Type (Mind Mapping) on the Ability of Writing
Anecdotal Text at The Tenth Grade of Bina Insani High School, Tangerang,
in Academic Year 2018/2019. A skripsi of Indonesian Language and Literature
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018. Advisor: Dr. Elvi Susanti, M. Pd.
This study about the influence of cooperative learning model mind map
type (mind mapping) on the ability of writing anecdotal text at the tenth grade of
Bina Insani High School, Tangerang, in academic year 2018/2019. This research
aims to show the influence of cooperative learning model mind map type (mind
mapping) on the ability of writing anecdotal text. The study was conducted in
Bina Insani High School, Tangerang, on 2018/2019. The method used is pre-
experiment by applying a technique one group posttest design. Sample of this
research are 27 of students on X-A class as experimental class. The instrument
were used in this research are essay test (subjective test) to writing a anecdotal
text. Data analysis techniques use the IBM SPSS Statistics 20 program assistance.
Based on posttest result obtained that ability of writing anecdotal text
using the cooperative learning model mind map type (mind mappimg) was higher
than the average ability of writing anecdotal text without using the mind mapping
type of cooperative learning model. The average value of the pretest obtained is
equal to 65.33. After being given treatment by applying the cooperative learning
model of mind map type, then the posttest average was obtained at 80.74. This
shows that the average posttest value is greater than the value of the pretest of
students which is 80.74> 65.33.
Hypothesis test done by trial t and program of IBM SPSS Statistics 20.
The result of trial t on pretest and posttest are 0,000 <0,05 so rejected and
achieved. Its mean have influence of cooperative learning models of mind
mapping on the ability to write anecdotal texts in class X of Bina Insani High
School, Tangerang, on 2018/2019.
Keywords: Model mind mapping, writing ability, anecdotal text
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Peta Pikiran (Mind
Mapping) terhadap Kemampuan Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA
Bina Insani, Tangerang, Tahun Pelajaran 2018/2019”. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga dan
para sahabatnya, serta kita sekalian selaku umatnya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, terimakasih tersebut
disampaikan kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam tempat mengadu dan berlindung.
2. Teristimewa keluarga tercinta, Asroh dan Mu’min selaku orang tua,
Rengga Asdi Monap selaku kakak, Mazhab Habi, Stepano Ardian, dan
Aditya Rifqi Hamizan selaku adik-adik penulis yang selalu memberikan
do’a, cinta, dukungan, materi, semangat, dan motivasi yang luar biasa
kepada penulis setiap waktunya.
3. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Makyun Subuki, M. Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Toto Edidarmo, M.A selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Elvi Susanti, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis selama
proses pembuatan skripsi ini.
iv
7. Dosen penguji, Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A, M.Pd dan Nursyamsiyah,
M.Pd yang telah membantu menyempurnakan penulisan tugas akhir ini.
8. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
mendidik, dan memotivasi selama perkuliahan.
9. Kepala sekolah SMA Bina Insani, Tangerang, Ir. Ady Kahar dan guru
Bahasa Indonesia M. Syarifudin Us, S. Pd., yang telah memudakan penulis
saat mengambil data penelitian serta siswa kelas X-A SMA Bina Insani,
Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019 yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
10. Mia Rahmania, selaku sahabat penulis yang selalu bersedia menemani
penulis dalam mencari referensi dalam penelitian ini.
11. Shindy Octavia, Meta Ajeng, Nurul Ardiyani, Intan Delima, dan Annisa
Hasanah, selaku teman-teman sepembimbingan yang senantiasa saling
bertukar informasi dan tidak pernah bosan saling memberi motivasi setiap
waktunya.
12. Fadilla Insani, Yusrita Rahmi, Helza Rosa Nuraini, Lia Mulya Asih dan
Yuddiyah Liza, selaku sahabat yang sama-sama sedang berjuang untuk
lulus Sarjana dan bersedia berbagi cinta, kasih, sayang kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2014 khususnya PBSI A dan teman-teman lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pahit manis yang saya rasakan
selama perkuliahan bersama kalian, sangatlah indah. Terima kasih selalu
mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Semua pihak yang berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga semua bentuk kebaikan dan dukungan
yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan keberkahan
dari Allah.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Jakarta, 30 April 2019
Nurul Hikmah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
F. Kegunaan Penelitian...................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 7
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ..................................................... 7
2. Ciri Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 8
3. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran .............................................. 9
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Peta Pikiran (Mind Mapping) ......... 11
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif......................................... 11
2. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatf ...................................... 12
3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif ............................................ 13
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ........................... 15
5. Peta Pikiran (Mind Mapping) ............................................................... 15
a. Pengertian Peta Pikiran ................................................................... 15
b. Manfaat Peta Pikiran ...................................................................... 17
vii
c. Langkah-Langkah melakukan Peta Pikiran .................................... 18
d. Contoh Peta Pikiran ....................................................................... 19
C. Kemampuan Menulis .................................................................................. 21
D. Teks Anekdot .............................................................................................. 24
1. Pengertian Teks Anekdot...................................................................... 24
2. Ciri Teks Anekdot ................................................................................ 26
3. Struktur Teks Anekdot ......................................................................... 27
4. Kebahasaan Teks Anekdot ................................................................... 27
5. Langkah-Langkah Menulis Teks Anekdot ........................................... 28
6. Kriteria Menulis Teks Anekdot ............................................................ 28
E. Penelitian Relevan ....................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 31
B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 32
D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 36
G. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Bina Insani ........................................................... 42
B. Deskripsi Penelitian .................................................................................... 45
C. Hasil Analisis .............................................................................................. 48
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 70
B. Saran ............................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain penelitian one group pretest posttest design .................... 32
Tabel 3.2 Populasi target penelitian di SMA Bina Insani, Tangerang, tahun
pelajaran 2018/2019 ..................................................................... 33
Tabel 3.3 Kriteria penilaian kemampuan menulis teks anekdot .................. 36
Tabel 3.4 Penilaian kemampuan menulis .................................................... 37
Tabel 3.5 Kategori nilai kemampuan menulis teks anekdot ........................ 38
Tabel 4.1 Jumlah siswa SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019 ..................................................................................... 45
Tabel 4.2 Daftar nilai pretest siswa ............................................................. 48
Tabel 4.3 Urutan nilai terendah sampai tertinggi pretest kemampuan menulis
teks anekdot siswa ........................................................................ 51
Tabel 4.4 Rangkuman data statistik skor pretest kemampuan menulis teks
anekdot ......................................................................................... 53
Tabel 4.5 Daftar hasil posttest siswa ........................................................... 54
Tabel 4.6 Urutan nilai terendah sampai tertinggi posttest kemampuan menulis
teks anekdot siswa ....................................................................... 56
Tabel 4.7 Rangkuman data statistik skor posttest kemampuan menulis teks
anekdot ......................................................................................... 58
Tabel 4.8 Perbandingan data statistik pretest dan posttest kemampuan
menulis teks anekdot .................................................................... 60
Tabel 4.9 Pembagian skor masing-masing kriteria ...................................... 60
Tabel 4.10 Hasil uji normalitas pretest dan posttest ...................................... 62
Tabel 4.11 Hasil uji hipotesis pretest dan posttest ......................................... 63
Tabel 4.12 Data hasil angket respon siswa dalam pembelajaran menulis teks
anekdot dengan menggunakan model peta pikiran (mind mapping)
....................................................................................................... 68
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh peta pikiran (mind mapping) ........................................... 19
Gambar 2.2 Contoh peta pikiran (mind mapping) ........................................... 20
Gambar 4.1 Grafik frekuensi nilai pretest kemampuan menulis teks anekdot
.............................................................................................................................. 52
Gambar 4.2 Grafik frekuensi nilai posttest kemampuan menulis teks anekdot
.............................................................................................................................. 57
Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata pretest dan posttest kemampuan menulis teks
anekdot ........................................................................................ 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Lampiran 2 : Deskripsi penilaian pretest siswa
Lampiran 3 : Deskripsi penilaian posttest siswa
Lampiran 4 : Kegiatan awal pertemuan pembelajaran
Lampiran 5 : Proses pembelajaran posttest
Lampiran 6 : Angket responden siswa
Lampiran 7 : Surat bimbingan skripsi
Lampiran 8 : Surat izin penelitian
Lampiran 9 : Surat pernyataan penelitian dari sekolah
Lampiran 10 : Uji Referensi
Lampiran 11 : Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis dalam pengertian umum adalah kegiatan menuangkan ide,
gagasan, atau pendapat yang ada dalam pikiran untuk kemudian diolah
menjadi suatu kalimat yang mengandung arti. Menulis merupakan
kegiatan penting dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.
Menulis bukan sekadar menuangkan ide melainkan suatu keterampilan.
Menulis sebagai keterampilan sifatnya berkelanjutan, sehingga
pembelajarannya perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak di
bangku sekolah dasar hingga menuju jenjang selanjutnya.
Menulis merupakan kegiatan yang sangat familiar, meskipun begitu
kegiatan menulis membutuhkan pemikiran dan pelatihan yang harus
dilakukan secara berulang dan terus-menerus. Menulis oleh sebagian orang
seringkali dianggap remeh karena kegiatannya yang membosankan,
padahal menulis merupakan kegiatan yang sukar untuk dilakukan.
Berdasarkan hasil survei dari Programme for Internasional Student
assesesment (PISA) 2015 yang dikeluarkan oleh organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Republika,
menunjukkan Indonesia masih berada di urutan 60 dari 72 negara dalam
hal menulis. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan menulis siswa
pada kenyataannya masih sangat rendah.
Kurangnya minat siswa untuk menulis dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor utama yang mempengaruhi adalah siswa
kesulitan dalam mengembangkan ide yang mereka miliki untuk dituangkan
ke dalam bentuk tulisan. Faktor lain adalah penentuan model pembelajaran
yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menulis
kurang tepat sehingga siswa menjadi tidak tertarik untuk menghasilkan
sebuah tulisan.
2
Pembelajaran menulis dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian
lebih dan dicari solusinya agar siswa mampu menulis dengan baik. Guru
dalam hal ini, memiliki peran sangat penting. Guru harus bisa mengemas
kegiatan menulis menjadi kegiatan yang terlihat menarik agar
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.
Faktor pendukung yang dapat dilakukan untuk menunjang tercapainya
proses pembelajaran menulis adalah digunakannya model pembelajaran
tertentu. Kurikulum hanya sebagai pedoman dalam proses pengajaran,
sedangkan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas dikembangkan
sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.
Ada berbagai macam masalah yang muncul dalam proses pengajaran.
Pertama, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses
pengajaran, seperti halnya ruang kelas yang panas, bangku sekolah yang
rusak, tidak adanya media pembelajaran yang lengkap seperti proyektor
dan lain sebagainya. Kedua, cara mengajar guru yang kurang tepat seperti
penggunaan metode ceramah yang hanya berpusat pada guru. Akibatnya
siswa merasa bosan dan jenuh untuk belajar dan berpikir sehingga
menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Faktor lain yang dapat memperburuk tercapainya tujuan pembelajaran
adalah mayoritas guru yang hanya memberikan instruksi untuk membuat
tulisan khususnya dalam membuat teks anekdot. Siswa langsung diminta
untuk membuat teks anekdot dengan tema tertentu yang telah ditentukan
oleh guru. Padahal jangankan untuk menulis teks anekdot, terkadang siswa
masih kebingungan dengan tema yang diberikan guru, sehingga
mengakibatkan pembelajaran menulis teks anekdot dianggap sulit untuk
dikerjakan.
3
Anekdot adalah jenis tulisan pribadi yang mengisahkan peristiwa-
peristiwa menjengkelkan atau hal-hal konyol berdasarkan kejadian
sebenarnya. Teks anekdot bukan hanya mengandung lelucon yang dapat
membuat orang tertawa, tetapi juga memahami pesan yang disampaikan.
Anekdot dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang bersifat
positif seperti mengkritik persoalan-persoalan publik dan lain sebagainya.
Humor dalam anekdot biasanya terjadi karena keberadaan penyimpangan-
penyimpangan yang ada dalam anekdot. Penyimpangan tersebut dapat
berupa penyimpangan makna tertentu, jika makna sesuatu seharusnya A
dalam anekdot ternyata sesuatu tersebut bermakna B, selain itu
penyimpangan anekdot dapat pula terjadi dalam penyimpangan bunyi-
bunyian.
Peneliti memilih teks anekdot dalam penelitian karena anekdot
merupakan cerita singkat yang sifatnya menghibur dan menyenangkan
karena di dalamnya berisi kejadian lucu yang diperkirakan dapat membuat
siswa lebih semangat dan tertarik dalam membuat tulisan. Teks anekdot
yang dipilih adalah teks anekdot yang mengambil ide dari lingkungan
sekitarnya, dengan tema seputar kejadian yang ada di sekeliling siswa
seperti lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Siswa dalam pembelajaran, pada dasarnya sudah mengerti dan
memahami pengertian dan langkah-langkah menulis teks anekdot, hanya
saja siswa masih bingung dalam mengembangkan ide yang ada dalam
pikirannya untuk dapat dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Kurangnya
pemahaman siswa dalam menulis merupakan pertanda kurang baiknya
proses pengajaran yang dilakukan oleh guru, terlebih dalam pembelajaran
bahasa Indonesia meteri teks anekdot.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru
dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya menulis teks
anekdot. Model pembelajaran yang dipilih harus dapat merangsang
imajinasi sehingga dapat menjadi stimulus bagi siswa untuk mengeluarkan
ide-ide cemerlangnya.
4
Model pembelajaran peta pikiran dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Model pembelajaran peta
pikiran berarti metode yang berusaha mengembangkan pikiran peserta
didik dengan cara membentuk konsep-konsep.
Pembelajaran menulis teks anekdot menggunakan model pembelajaran
peta pikiran dianggap dapat merangsang siswa dalam menuangkan dan
menyusun ide yang ada dalam kepalanya ke dalam tulisan secara
sistematis, dengan adanya peta pikiran yang menjadi rambu-rambu atau
acuan pola pikir siswa. Keunggulan model pembelajaran peta pikiran salah
satunya adalah dapat meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dapat
membuat teks anekdot dengan permainan gambar, warna, dan kata-kata
melalui peta pikiran. Model pembelajaran peta pikiran dibuat dalam
bentuk konsep-konsep atau peta pikiran yang nantinya dapat membuat
kegiatan awal menulis menjadi terarah sesuai dengan peta pikiran yang
telah dibuat.
Model pembelajaran peta pikiran memiliki banyak manfaat dalam
pembelajaran antara lain, memudahkan siswa dalam mengungkapkan ide
yang ada dalam pikirannya, meningkatkan kreativitas siswa, membantu
siswa berpikir secara kreatif, serta dapat membantu siswa mempersiapkan
presentasi dengan cara mengembangkan ide-ide pemikirannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Kemampuan Menulis Teks
Anekdot Siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, Tahun Pelajaran
2018/2019.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa
permasalahan yang dapat dikaji. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Kemampuan menulis teks anekdot siswa masih kurang memuaskan.
5
2. Mayoritas guru hanya memberi instruksi kepada siswa untuk membuat
teks anekdot.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping)
dianggap dapat meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot
siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang terpapar di atas, penelitian ini
akan memfokuskan permasalahan pada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis
teks anekdot siswa kelas X di SMA Bina Insani, Tangerang, tahun
pelajaran 2018/2019.
D. Perumusan Masalah
Setelah melihat uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun masalah
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) terhadap
kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Bina Insani,
Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang penting dalam kegiatan
penelitian ini. Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
peta pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot
siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019.
F. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi wawasan dalam
meningkatkan mutu pendidikan dan pengalaman bagi guru dan
proses belajar mengajar.
6
b. Menjadi bahan tambahan ilmu bagi siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar.
c. Menjadi bahan pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) terhadap
kemampuan menulis siswa terutama dalam materi menulis teks
anekdot.
b. Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai salah satu cara
untuk dapat meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot dan
membantu dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif
dalam menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya materi ajar menulis teks anekdot.
c. Bagi peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai
bahan referensi dan informasi jika ingin melakukan penelitian lebih
lanjut.
7
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada disekitar individu siswa, belajar dapat dipandang
sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman.1 Piaget memandang belajar sebagai
perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga
terjadi perkembangan intelek.2
Menurut Burton belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.3 Berdasarkan
definisi belajar menurut para ahli, dapat penulis simpulkan bahwa
belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh diri individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan,
pengalaman atau pembiasaan yang dilakukan secara berulang.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi
transaksional antara guru dan siswa yang bersifat timbal balik, proses
transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa.4 Pembelajaran
menurut Dimyati adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
1 Rusman, Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
2 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 13.
3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), h. 3.
4 Asep Herry Hernawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI
Press, 2007), h. 3.
8
Menurut Gangne dan Briggs, pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal.5 Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses pengajaran yang
dirancang dan disusun sedemikian rupa oleh seorang pendidik untuk
menciptakan proses belajar yang dapat mendukung dan
mempengaruhi peserta didik.
Menurut The Addociation of Education and Communication
Technology (AECT), sumber belajar dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Orang (pakar, penulis, dan lain-lain),
b. Isi pesan (informasi yang tersaji dalam buku atau makalah),
c. Bahan dan perangkat lunak (software),
d. Peralatan (hardware),
e. Metode dan teknik, dan
f. Lingkungan (tempat berlangsungnya peristiwa belajar).6
2. Ciri Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku, di mana perubahan
perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap. Berikut
dirumuskan ciri-ciri belajar:
a. Adanya perubahan perilaku dalam diri individu.
b. Perubahan perilaku relatif menetap.
c. Perubahan perilaku merupakan hasil interaksi aktif individu
dengan lingkungannya.7
5 Lefudin, Belajar dan Pembelajaran dilengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi
Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish,
2017), h. 13.
6 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: PT Dian Rakyat, 2009), h.
7.
7 Asep Henry Hernawan, dkk, Op.Cit., h. 2.
9
Pembelajaran yang efektif munurut Eggen dan Kauchak dalam
Lefudin memiliki enam ciri, yaitu:
a. Siswa yang menjadi pengkaji aktif dalam proses pembelajaran.
b. Guru yang menyediakan materi ajar sebagai fokus berpikir dan
berinteraksi dalam pelajaran.
c. Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Interaksi guru dan siswa, guru secara aktif terlibat dalam
pemberian arahan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
e. Orientasi pembelajaran bertujuan ke arah proses perubahan
tingkah laku, seperti penguasaan isi pelajaran, dan
pengembangan keterampilan berpikir.
f. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai
dengan tujuan dan gaya mengajar guru.8
3. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Guru memiliki tugas mengajar, tugas mengajar tidak dapat
dilakukan secara sembarangan, tetapi harus menggunakan teori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar,
perhatian akan timbul ketika siswa merasa bahan pelajaran dirasa
sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi mempunyai peran yang
tidak kalah penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga
yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
b. Keaktifan
John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut
apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing
dan pengarah.
8 Lefudin, Op.Cit., h. 13.
10
c. Keterlibatan Langsung atau Pengalaman
Belajar merupakan proses keterlibatan langsung individu
dengan lingkungannya sehingga mengalami perubahan tingkah
laku. Pengalaman langsung yang dimaksudkan tidak hanya sekadar
mengamati secara langsung tetapi menghayati, terlibat dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Belajar bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan dan
sekaligus tetapi berlangsung secara berulang, pengulangan akan
melatih daya-daya yang ada pada manusia. Daya-daya yang ada
pada manusia terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya.
e. Tantangan
Belajar menjadi lebih menarik apabila bahan belajar memiliki
tantangan. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat
siswa bergairah untuk mengatasinya.
f. Balikan dan Penguatan
Siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mendapat hasil,
apalagi hasil yang baik. Hasil merupakan balikan yang berpengaruh
bagi pembelajaran selanjutnya. Sedangkan penguatan adalah
respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut.
g. Perbedaan Individual
Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, setiap guru
dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang
melekat pada tiap siswa. Guru dengan kata lain, perlu
memperhatikan program pembelajaran yang sesuai dengan rata-rata
kemampuan, kebiasaan, dan pengetahuan siswa.9
9 Dimyati, Mudjiono, Op.Cit., h. 41-54.
11
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Peta Pikiran (Mind Mapping)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi
pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama.10
Pembelajaran kooperatif
memungkinkan untuk siswa yang lebih pandai mengajar siswa yang
kurang pandai. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana
yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan
memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif
setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa
berpartisipasi secara aktif.11
Istilah cooperative learning (pembelajaran kooperatif) berasal dari
kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok.12
Menurut Solihatin, pada dasarnya cooperative learning
adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau dalam
kelompok, di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.13
Cooperation means working together to achievve shared goals,
so cooperative learning is an intructional strategy in which learnes
work together in small groups to help one another achieve a
common learning goal. It is based on the belief that learners (of
any ege or ability) can achieve more by working collaboratively
than by working alone or by passively receiving information from a
teacher.14
10 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2009), h. 57-58.
11
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 189. 12
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada
Media, 2014), h. 201.
13
Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:
Alfabetis, 2013), h. 56.
14
Roy killen, Effective Teaching Strategies (Lessons from Research and Practice), (Australia:
National Library of Australia Cataloguing in Publication Data, 2009), h.12.
12
Menurut Roy Killen, kooperatif berarti bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, sehingga model pembelajaran kooperatif
dalam strategi pembelajaran berarti belajar bekerja sama dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian
model pembelajaran kooperatif menurut para ahli, dapat penulis
simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, terdiri dari dua
orang atau lebih dengan cara bekerjasama untuk memecahkan suatu
masalah hingga tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Tujuan pertama yaitu
untuk meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Tujuan kedua ialah memberi
peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut
antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
sosial. Tujuan ketiga adalah untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa. keterampilan yang dimaksud antara lain, berbagi tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.15
2. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi dan Lie, ada
berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif, (b)
interaksi tatap muka, (c) akuntabilitas individual, dan (d) keterampilan
untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang
secara sengaja diajarkan.
15 Tukiran Taniredja, Op.Cit., dkk, h. 60.
13
a. Saling ketergantungan Positif
Guru dalam sistem pembelajaran kooperatif, dituntut untuk
mampu menciptakan susasana belajar yang mendorong siswa
merasa saling membutuhkan. Artinya, hubungan saling
membutuhkan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Siswa
dalam hal ini, perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut setiap anggota kelompok untuk
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog.
Semua anggota kelompok dalam hal ini saling berhadapan untuk
berinteraksi dengan menerapkan keterampilan bekerjasama.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk
kelompok, maka setiap anggota kelompok harus belajar dan
menyumbangkan pikiran dalam keberhasilan kelompok. Kondisi
belajar yang demikian akan menumbuhkan tanggung jawab
(akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa.
d. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa mampu berkolaborasi,
bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok.16
3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Spencer Kagan terdapat 17 manfaat dari implementasi
pembelajaran kooperatif yang dinyatakan sebagai berikut.
a. Meningkatkan prestasi akademis.
b. Meningkatkan saling pengertian antar ras dan antar etnik untuk
saling meningkatkan rasa pengertian dan persahabatan.
c. Meningkatkan kepercayaan diri.
d. Meningkatkan tumbuhnya empati.
16 Made Wena, Op.Cit., h. 190-192.
14
e. Meningkatkan berbagai keterampilan sosial seperti mau
mendengar, sabar untuk menunggu, keterampilan kepemimpinan,
serta keterampilan bekerjasama dengan tim kerja.
f. Mempererat hubungan sosial yakni dapat saling menyukai dan
peduli dengan sesama rekannya.
g. Iklim kelas menjadi baik dalam meningkatkan kesukaan
bersekolah, kesukaan asik dalam kelas, kesukan belajar dan
kesukaan terhadap guru.
h. Meningkatkan inisiatif siswa dan tanggung jawab untuk
memperoleh pencapaian yang baik dalam belajar, meningkatkan
kontrol diri para siswa untuk tidak mengabaikan pembelajaran.
i. Meningkatkan keterampilan untuk menerima perbedaan.
j. Salah satu jalan menuju tahap pemikiran tingkat tinggi adalah
berinteraksi dengan sudut pandang yang berbeda dengan sudut
pandang orang lain. Kita dalam tataran ini, didorong untuk saling
menerima dan menukarkan pendapat yang dimiliki hingga
tercapainya suatu kesepakatan.
k. Meningkatkan tanggung jawab pribadi.
l. Meningkatkan partisipan secara setara dan adil. Misal dalam
menyampaikan gagasannya setiap anggota memiliki kesempatan
yang sama untuk mengutarakannya.
m. Meningkatkan durasi partisipasi. Terbukti bahwa dalam
pembelajaran kooperatif presentase waktu yang digunakan untuk
benar-benar belajar oleh setiap siswa meningkat.
n. Memperbaiki orientasi sosial, para siswa tidak lagi melihat siswa
yang lainnya sebagai mitra untuk mencapai keberhasilan.
o. Memperbaiki orientasi pembelajaran, sasaran pembelajaran siswa
tidak lagi hanya untuk memperoleh nilai, tetapi demi kesenangan
karena bekerjasama dalam tim, kepuasan menyelesaikan tugas
bersama, dan merasa dihargai sebagai anggota kelompok.
15
p. Meningkatkan pengetahuan pribadi dan keterampilan perwujudan
pribadi. Para siswa akan menyadari dirinya apakah mereka terlalu
dominan, pemalu, atau bersikap kasar atau bersifat terlalu
membantu siswa yang lain pada saat mereka berinteraksi dengan
siswa yang lain dan mendapat umpan balik sebagai hasil interaksi
tersebut.
q. Meningkatkan kecakapan sebagai pekerja. Siswa banyak belajar
bagaimana saling bergantung secara positif dalam suatu tim.17
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif:
a. Berikan informasi, sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran.
b. Organisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok koopertaif.
c. Bimbing siswa/peserta didik untuk melakukan kegiatan.
d. Evaluasi.
e. Berikan penghargaan.18
5. Peta Pikiran (Mind Mapping)
a. Pengertian Peta Pikiran
Peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral
dan memikirkan cabang-cabang atau tema turunan.19
Menurut
Tony Buzan, mind mapping adalah sebagai berikut.
A mind map is the easiest way to put information into your
brain and to take information out of your brain it’s a creative
and effective means of note taking that literally maps out your
thoughts and its so simple.
17 Warsono, dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 243-245.
18
H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Pranadamedia Group, 2009),
h. 267.
19
La Iru, dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan
Model-model Pembelajaran, (Bantul: Multi Presindo, 2012), h. 65.
16
Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi
ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind
map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan “memetakan” pikiran-pikiran kita secara sederhana.20
Menurut Scott Green, mind mapping adalah sebagai berikut.
A mind map is a web-like structure composed of words,
picture or images, and lines created with the sole intention of
visual organization of information.21
Peta pikiran menurut Green adalah struktur seperti web yang
terdiri atas kata-kata, gambar, dan garis yang dibuat dengan tujuan
untuk menggambarkan informasi secara terorganisasi. Berdasarkan
definisi peta pikiran menurut para ahli, penulis dapat simpulkan
bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah proses memetakan
informasi yang ada di dalam otak ke dalam sebuah tulisan
menggunakan kata, gambar, garis, atau warna dengan menuliskan
tema utama di tengah sebagai titik sentral, kemudian menuliskan
cabang-cabangnya di samping sebagai turunannya.
Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan,
seorang Psikolog dari Inggris. Mind mapping bisa disebut sebagai
peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun
fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita
yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat
informasi akan lebih mudah.
Terdapat beberapa kelebihan mind mapping, yaitu cara ini
cepat, teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide
yang muncul di kepala, proses menggambar diagram bisa
memunculkan ide-ide yang lain, dan diagram yang sudah terbentuk
bisa menjadi panduan untuk menulis.22
20 Tony Buzan, The Ultimate Book of Mind Maps, (London: Thorons, 2005), h. 6.
21
Scott Green, The Blokhead Series Mind Mapping Step by Step Beginners Guide in Creating
Mind Maps, (America: Booktango, 2015), h. 1.
22
Daryanto, dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, (Yogyakarta: Gava Media, 2017), h.
181-183.
17
Mind mapping merupakan strategi ideal untuk melancarkan
pemikiran siswa. Mind mapping dapat digunakan untuk
membentuk, memvisualisasi, mendesain, mencatat, dan
mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan
tugas-tugas yang banyak sekalipun.23
Peta pikiran dalam kegiatan
menulis membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan
aliran pikiran.24
b. Manfaat Peta Pikiran
Peta pikiran selain dapat merangsang siswa untuk mengingat
kembali ingatan-ingatan tentang informasi yang diterima juga
mempunyai beberapa manfaat, diantaranya:
1) Fleksibel, jika seseorang pembicara tiba-tiba teringat untuk
menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, ia dapat dengan
mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam peta
pikirannya tanpa harus kebingungan.
2) Dapat memusatkan perhatian, seseorang tidak perlu berpikir
untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, ia
dapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasannya.
3) Meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan atau
laporan teknik, peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan
memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
4) Menyenangkan. imajinasi dan kreativitas seseorang tidak
terbatas yang menjadikan proses pembuatan lebih
menyenangkan25
23 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), h. 307.
24
Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching, (Memperaktikkan Quantum Learning di Ruang-
ruang Kelas), (Bandung: Mizan Media Utama, 2004), h. 177-178.
25 Bobbi DePoerter, dan Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, (Bandung, Kaifa Bandung, 2003), Cet XVII, h. 172.
18
c. Langkah-Langkah melakukan Peta Pikiran
Pembuatan mind mapping sangat mudah dan alami, bahan-
bahan yang diperlukan untuk membuat mind map juga sangat
sedikit, di antaranya yaitu:
1) Kertas kosong tak bergaris.
2) Pena dan pensil warna.
3) Otak dan imajinasi.26
Menurut Buzan, terdapat tujuh langkah dalam pembuatan mind
mapping. Ketujuh langkah itu adalah sebagai berikut.
1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sama
panjangnya diletakkan mendatar.
2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral.
3) Gunakan warna karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan gambar.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke
tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Cabang-cabang yang melengkung seperti cabang-cabang
pohon, jauh lebih menarik bagi mata.
6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
7) Gunakan gambar.27
Menurut Mel Silberman, prosedur membuat peta pikiran
adalah sebagai berikut:
1) Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran.
2) Buatlah sebuah peta pikiran sederhana dengan menggunakan
warna, gambar, atau simbol.
26 Daryanto, dan Syaiful Karim, Op.Cit., h. 194.
27
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia, 2006), Terjemahan Susi
Purwoko, h. 15-16.
19
3) Bagikan kertas, spidol, dan alat tulis lainnya. Berikan tugas
pemetaan pikiran kepada para murid.
4) Berikan waktu yang longgar kepada murid-murid untuk
menyusun peta pikiran.
5) Mintalah murid-murid saling berbagi peta pikiran.28
Berikut contoh-contoh peta pikiran (mind mapping):
Gambar 2.1. Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping).29
28 Mel Silberman, Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Aktif, (Jakarta:
Indeks, 2013), h. 156-157.
29
Femi Olivia, 5-7 Menit Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah, (Jakarta: Pt Elex Media
Komputindo, 2014), h. 77.
20
Gambar 2.2. Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping)30
30 Bobbi DePoerter, dan Mike Hernacki, Op.Cit., h. 159.
Beasi
swa
21
C. Kemampuan Menulis
Menulis pada awalnya dilakukan dengan menggunakan gambar,
contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir kuno. Kegiatan
menulis kemudian semakin berkembang pesat sejak diciptakannya teknik
percetakan yang menyebabkan orang semakin giat menulis karena karya
mereka mudah diterbitkan.31
Menurut Suparno dan Yunus, menulis merupakan suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai medianya. Menurut Tarigan, menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahaminya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Marwoto menjelaskan bahwa menulis
adalah mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk karangan secara
leluasa.32
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat penulis simpulkan
bahwa menulis adalah proses penyampaian ide, gagasan, pendapat yang
dilakukan penulis melalui bahasa tulis sebagai medianya, berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis hingga memperoleh
tulisan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh pembacanya.
Kemampuan menulis merupakan kebutuhan utama dalam
perkembangan teknologi. Weigle menjelaskan serupa bahwa di era dunia
teknologi ini, menulis menjadi kecakapan utama yang harus dikuasai
dalam pendidikan, bisnis, dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga
menjadi objek studi. Kruse menjelaskan bahwa belajar menulis yang
efektif sama dengan menciptakan aktivitas yang berhubungan dengan
penciptaan pengetahuan dan teknologi, sehingga disebut sebagai kunci
mendapat kualifikasi pada semua profesi akademik.33
31 Achmad H.P. dan Alek, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Substansi Kajian dan
Penerapannya, (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 62.
32 H. Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 3-4.
33
La Abo, Model Pembelajaran Menulis yang Efektif (Strategi Baru Membentuk Peserta
Didik Menjadi Penulis), (Bandung: Mujahid Press, 2016), h. 47.
22
Menurut David, aktivitas menulis sebenarnya adalah “pemikiran yang
dituliskan”.34
Berdasarkan definisi menulis yang telah diuraikan, penulis
dapat simpulkan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan menciptakan
sebuah tulisan yang berasal dari pemikiran yang dituliskan.
Menulis memiliki empat unsur yang terlibat, yaitu:
1. Penulis sebagai penyampai pesan,
2. Pesan atau isi tulisan,
3. Saluran atau media berupa tulisan, dan
4. Pembaca sebagai penerima pesan.35
Menulis dapat memberikan banyak manfaat. Manfaat menulis bagi
penulisnya adalah gagasan-gagasan yang semula masih bercabang-cabang
dan tidak runtut di dalam pikiran dapat dituangkan secara sistematis
melalui kegiatan menulis. Menulis pada prinsipnya memiliki fungsi utama
sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Bagi seorang siswa,
kegiatan menulis mempunyai fungsi utama sebagai sarana untuk berpikir
dan belajar.
Tujuan menulis selain digunakan sebagai sarana menyakinkan,
melaporkan, mencatat, dan mempengaruhi, kegiatan menulis juga dapat
memberikan keuntungan dalam mengenali dan mengembangkan potensi
diri, mengembangkan beberapa gagasan, memperluas wawasan,
mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkan secara
tersurat, dapat meninjau dan menilai gagasan sendiri secara lebih objektif,
memudahkan dalam memecahkan permasalahan, mendorong diri belajar
secara aktif, dan membiasakan diri berpikir serta berbahasa secara tertib.36
34 David N. Hyerle, dan Larry Alper, Peta Pemikiran (Penelitian Berbasis Sekolah, Hasil, dan
Model untuk Prestasi dengan Menggunakan Peralatan Visual) Edisi Kedua, (Jakarta: Indeks,
2012), h. 92-100.
35
H. Dalman, Op.Cit., h. 6.
36 Andri Wicaksono, Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya, (Jakarta:
Garudhawaca, 2014), h. 10-12.
23
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan studi
maupun dalam kehidupan, sehingga harus dimiliki oleh semua orang dari
berbagai disiplin ilmu.
Syafi’ie menungkapkan kemampuan yang harus dimiliki penulis
adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis. Seseorang
tidak akan mampu menulis apabila ia tidak mengetahui apa yang
akan ditulisnya.
b. Kepekaan terhadap pembaca yakni penulis harus mengetahui apa
yang telah diketahui oleh pembacanya, apa yang belum diketahui
dan apa yang perlu diketahui sekaitan dengan masalah yang
dituliskan.
c. Penyusunan perencanaan penulisan. Menulis memerlukan
perencanaan, perencanaan dapat dirumuskan secara rinci di atas
kertas atau ada dalam pikiran saja. perencanaan penulisan itu sering
dipersepsikan dengan “outline”.
d. Kemampuan menggunakan bahasa yakni kemampuan penulis
menggunakan kaidah bahasa Indonesia dalam tulisannya.
e. Kemampuan memeriksa tulisan. Menulis bukan merupakan
kegiatan sekali jadi, menulis merupakan serangkaian kegiatan yang
bertahap dan berlanjut ulang.37
Menulis adalah proses mengaitkan kata, kalimat, paragraf secara logis
agar dapat dipahami. Menulis tidak dapat dilakukan seperti membalikkan
kedua telapak tangan. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat
yang mempercayai mitos tentang menulis. Mitor-mitos tersebut di
antaranya adalah:
37 Isah Cahyani, dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung:
UPI Press, 2007), h. 132-134.
24
a. Menulis itu mudah, teori menulis atau mengarang memang
mudah, dan gampang dihafal. Tetapi, menulis bukanlah sekadar
teori, melainkan keterampilan. Seseorang yang tidak pernah
melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan dan latihan
menulis, tidak akan mampu menulis dengan baik.
b. Kemampuan menggunakan unsur-unsur mekanik tulisan inti dari
menulis. Seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti
penggunaan ejaan, pemilihan kata, pengkalimatan, pengalineaan,
dan perwacanaan, tapi kemampuan mekanik saja tidak cukup,
karangan harus mengandung ide, gagasan, perasaan, atau
informasi yang akan diungkapkan penulis.
c. Menulis itu harus sekali jadi. Menulis merupakan sebuah proses,
proses yang melibatkan tahap prapenulisan, penulisan,
penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.
d. Orang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis dapat
mengajarkan menulis. Seseorang yang tidak menyukai dan tidak
pernah menulis tidak akan mungkin dapat mengajarkan seseorang
menulis. Seseorang yang akan mengajarkan menulis harus dapat
menunjukkan kepada muridnya manfaat dan nikmatnya menulis.
Pengajar harus mampu mendemonstrasikan apa dan bagaimana
mengarang.38
D. Teks Anekdot
1. Pengertian Teks Anekdot
Teks sama seperti halnya dengan kata dan kalimat, teks juga
memiliki makna tertentu. Teks dapat dilihat sebagai tanda (bahasa)
atau sekumpulan tanda yang mencakup berbagai hubungan, antar
tanda satu sama lain, antar tanda dan pemakai tanda, antar tanda dan
makna tanda atau isi teks.39
38 H. Dalman, Op.Cit., h. 5-7.
39 Jan Van Luxemburg, dkk., Tentang Sastra, (Jakarta: Intermasa, 1989), h. 51.
25
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat penulis artikan bahwa teks
adalah suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi, baik secara lisan
maupun tulisan yang disampaikan oleh seorang kepada penerima
untuk menyampaikan maksud/pesan tertentu.
Anekdot berasal dari kata bahasa Yunani anekdota, yang berarti
“kisah rahasia”. Kisah ini merupakan koleksi kejadian-kejadian
singkat dari kehidupan pribadi dari Istana Bizantine. Lama-kelamaan,
makna anekdot dipakai untuk setiap kisah singkat yang digunakan
untuk menekankan dan mengilustrasikan ide si penulis. Pada
perkembangan terakhir, anekdot diartikan sebagai sebuah cerita
singkat mengenai suatu kejadian yang tidak biasa, baik fakta maupun
imajinasi.40
Anekdot adalah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang
mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. Tujuan
utama anekdot adalah menyampaikan kritik dengan melibatkan unsur
kelucuan.41
Anekdot juga dapat diartikan sebagai sebuah teks yang
berisi pengalaman seseorang yang tidak biasa, yang disampaikan
dengan tujuan untuk menghibur pembaca maupun pendengar.42
Menurut Kosasi, anekdot merupakan cerita lucu atau menggelitik
yang bertujuan memberikan pelajaran tertentu. Kisah dalam anekdot
biasanya melibatkan tokoh tertentu yang bersifat faktual ataupun
terkenal. Anekdot tidak hanya menyajikan hal-hal yang lucu,
guyonan, ataupun humor. Akan tetapi, terdapat pula pesan yang
diharapkan bisa memberikan pelajaran kepada khalayak.43
40
Tim Bahasa Indonesia, Pendalaman Bahasa Indonesia 1A Kelas X SMA Semester I,
(Jakarta: Yudhistira, 2017), h. 33.
41
Yadi Mulyadi, dkk, Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SMP dan SMA, (Bandung: Yrama
Widya, 2016), h. 233.
42
Tim Guru Eduka, Mega Book Pelajaran SMA/MA IPA Kelas X, XI dan XII, (Jakarta:
Cmedia, 2015), h. 10.
43
Andi Agus, Peningkatan Kompetensi Menulis Teks Anekdot dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning pada Peserta Didik Kelas X II SMA Negeri 1 Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar, Jurnal Pepatuzdu, Volume 9 No 1, 2015, h. 32.
26
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, dapat penulis simpulkan
bahwa anekdot adalah cerita singkat yang lucu dan mengesankan yang
di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca/pendengarnya, dan biasanya menceritakan tokoh
penting/terkenal berdasarkan kejadian sebenarnya.
Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa yang membuat jengkel
atau konyol partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan
konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi
dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustasi,
serta tercapai dan gagal.44
Anekdot selalu disajikan berdasarkan kejadian nyata yang
melibatkan orang-orang sebenarnya. Namun, seiring perkembangan
waktu, anekdot berubah arti menjadi cerita fiksi, sesuatu yang
diceritakan kembali tetapi sudah dimodifikasi oleh penulisnya.
2. Ciri Teks Anekdot
Terdapat beberapa ciri teks anekdot, yaitu:
1) Teks anekdot bersifat humor atau lelucon.
2) Bersifat menggelitik.
3) Bersifat menyindir.
4) Bisa jadi mengenai orang penting.
5) Memiliki tujuan tertentu.
6) Kisah cerita yang disajikan hampir menyerupai dongeng.
7) Menceritakan tentang karakter hewan dan manusia sering
terhubung secara umum dan realistis.45
44 Kemendikbud, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik/Kemendikbud Edisi Revisi,
(Jakarta: Kemendikbud, 2014), h. 99.
45 Ni Putu Vina Novita Sari, dkk., Analisis Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
dalam Buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto sebagai Alternatif Pemilihan Bahan Ajar Bahasa
Indonesia di SMA, e-Joernal Jurusan PBSI, Volume 7 No 2, 2017, h. 3.
27
3. Struktur Teks Anekdot
Teks anekdot pada umumnya terdiri atas lima bagian, yaitu:
1) Abstrak, bagian di awal paragraf yang berfungsi memberi
gambaran umum tentang isi teks. Bagian ini biasanya
menunjukkan hal unik yang ada di dalam teks.
2) Orientasi, bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau
latar belakang bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Biasanya
penulis bercerita dengan detail di bagian ini.
3) Krisis, bagian ketika terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak
biasa pada penulis atau orang yang diceritakan.
4) Reaksi, bagian tentang bagaimana cara penulis atau orang yang
ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian krisis
sebelumnya.
5) Koda, bagian akhir dari cerita unik yang terjadi atau dapat juga
berupa kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau
orang yang dituju.46
4. Kebahasaan Teks Anekdot
Kaidah kebahasaan teks anekdot di antaranya sebagai berikut:
1) Adanya penggunaan kalimat yang menyatakan peristiwa masa
lalu.
2) Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu. Kaidah
kebahasaan lainnya yang terdapat dalam teks anekdot yaitu
adanya konjungsi yang menyatakan hubungan waktu. Misalnya,
ketika, lalu, dan kemudian.
3) Kata kerja aksi. Kata kerja aksi merupakan kata kerja untuk
menyatakan bahwa subjek sedang melakukan suatu aksi atau
pekerjaan. Misalnya, memeriksa, mengambil, dan mengelak.
4) Penggunaan kalimat perintah. Misalnya, “Sus, tolong ambilkan
peralatannya!”.47
46 Tim Guru Eduka, Op.Cit., h. 10.
28
5. Langkah-Langkah Menulis Teks Anekdot
Kosasi mengemukakan langkah-langkah dalam menulis teks
anekdot, yakni sebagai berikut.
1) Menentukan topik yang menggelitik (lucu) dan mengandung
hikmah serta pelajaran tertentu.
2) Mengumpulkan semua bahan, dengan observasi lapangan,
imajinasi, membaca buku.
3) Menentukan subtopik.
4) Meyusun kerangka anekdot.
5) Mengembangkan kerangka menjadi teks anekdot yang lengkap.48
6. Kriteria Menulis Teks Anekdot yang Baik
1) Tema
Tema adalah hal yang mendasari karangan/tulisan, untuk
membuat karangan yang baik diperlukan tema atau topik.
Keberhasilan mengarang ditentukan oleh tepat atau tidaknya
tema/topik yang dipilih.
2) Kelengkapan isi
Kelengkapan isi mencakup struktur dalam menulis teks anekdot,
yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
3) Kesesuaian isi
Karangan yang baik harus memiliki kesesuaian antara isi dengan
judul. Judul sebuah karangan akan menggambarkan isi secara
keseluruhan.
4) Ketepatan susuna kalimat
Struktur sebuah kalimat sangat penting, ketepatan hubungan
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain akan
menentukan kejelasan kalimat.
47 Yadi Mulyadi, Op.Cit., h. 234-235.
48
Andi Agus, Op.Cit., h. 32.
29
5) Ketepatan penggunaan ejaan
Penggunaan ejaan dalam karangan hendaknya berpedoman pada
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD). Tercakup dalam penggunaan ejaan adalah
penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca.49
E. Penelitian Relevan
Penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe mind
mapping (peta pikiran) terhadap kemampuan menulis teks anekdot sudah
ada yang melakukan, terdapat beberapa judul yang dilakukan peneliti
sebelumnya antara lain:
1. Ahmad (2017)
Judul skripsi “Keefektifan Model Mind Mapping terhadap
Kemampuan Menulis Teks Anekdot Peserta Didik Kelas X SMK
Negeri 2 Pinrang”. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang model
pembelajaran mind mapping terhadap kemampuan menulis teks
anekdot. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian. Ahmad
meneliti siswa kelas X SMK Negeri 2 Pinrang. Sementara skripsi ini
meneliti siswa kelas X SMA Bina Insani Tangerang. Selanjutnya,
Ahmad meneliti pada tahun 2017, sedangkan penelitian ini
berlangsung pada tahun 2018.50
2. Sultan Taufik (2017)
Judul skripsi “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot dengan
Menggunakan Metode Mind Mapping di Kelas X SMK Pasundan 3
Bandung”. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang model
pembelajaran mind mapping terhadap teks anekdot. Perbedaannya
49 H. Dalman, Op.Cit., h. 100-103.
50
Ahmad, “Keefektifan Model Mind Mapping terhadap Kemampuan Menulis Teks Anekdot
Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Pinrang”, Skripsi, (Universitas Negeri Makassar, 2017).
30
terletak pada subjek penelitian. Sultan Taufik meneliti siswa kelas X
SMK Pasundan 3 Bandung. Sementara skripsi ini meneliti siswa kelas
X SMA Bina Insani Tangerang. Selanjutnya, Sultan Taufik meneliti
pada tahun 2017, sedangkan penelitian ini berlangsung pada tahun
2018.51
3. Shaleha Siregar (2017)
Judul skripsi “Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis
Karangan Narasi Menggunakan Model Mind Mapping pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 107828 Aras
Panjang Tahun Ajaran 2015/2016”. Persamaan penelitian tersebut
dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti
tentang model pembelajaran peta pikiran (mind mapping).
Perbedaannya terletak pada tujuan penelitiannya. Shaleha meneliti
dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan model mind mapping
dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada mata
pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 107828 Aras
Panjang. Sementara tujuan skripsi ini yaitu fokus pada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe mind mappping (peta pikiran) terhadap
kemampuan menulis teks anekdot. Selanjutnya, Shaleha meneliti pada
tahun 2017, sedangkan penelitian ini berlangsung pada tahun 2018.52
51 Sultan Taufik, “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot dengan Menggunakan Metode Mind
Mapping di Kelas X SMK Pasundan 3 Bandung”, Skripsi, (Universitas Pasundan, Bandung,
2017).
52 Shaleha Siregar, Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi
Menggunakan Model Mind Mapping pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri
107828 Aras Panjang Tahun Ajaran 2015/2016, Thesis, (Universitas Negeri Medan, 2017).
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bina Insani. Sekolah ini terletak
di Jl. H. Mansur No. 3 Gang Masjid II, Gondrong, Kelurahan Neroktog,
Kecamatan Pinang, Kota Tangerang Banten, pada siswa kelas X semester
ganjil tahun pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian dilaksanakan selama
10 bulan sejak bulan Juli 2018-Mei 2019.
B. Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode pre-experiment (pra-
eksperimen). Sukardi menjelaskan bahwa penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut
dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan
dengan hubungan sebab akibat.53
Desain penelitian yang digunakan adalah
one group pretest-posttest design yaitu, rancangan ini terdiri dari satu
kelompok eksperimen dan tidak menyertakan kelompok kontrol sebagai
perbandingannya.54
Alasan mengapa peneliti menggunakan desain one group pretest
posttest karena peneliti mengalami hambatan dan keterbatasan, seperti
dalam hal lokasi penelitian dan keterbatasan waktu yang peneliti miliki.
Alasan lainnya adalah karena peneliti hanya ingin mengetahui bagaimana
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping)
terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa, dan tidak untuk
membandingkan.
53 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h. 179.
54
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia, 2014), h. 181.
32
Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap satu kelompok yaitu
pada kelas X A SMA Bina Insani, Tangerang. Peneliti melakukan tes awal
dan tes akhir pada kelas tersebut. Tes awal dilakukan pada saat
pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran mind mapping.
Setelah tes awal dilakukan maka tahap selanjutnya melakukan tes akhir
pada hari yang berbeda. Tes akhir dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan perlakuan kepada siswa dengan menggunakan model
pembelajaran mind mapping.
Tabel 3.1
Desain Penelitian one group pretest posttest design55
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian digunakan untuk menyebutkan seluruh
elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau
merupakan keseluruhan dari objek penelitian.56
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Bina Insani,
Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019 yang meliputi dua kelas X, yaitu
X A dan X B dengan jumlah 55 siswa. Penetapan populasi ini
ditetapkan karena materi tentang menulis teks anekdot ada dalam materi
pembelajaran bahasa Indonesia kelas X. Berikut ini merupakan
gambaran populasi target penelitian.
Tabel 3.2
55 Ibid.
56
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2011), h. 147.
O1
Pretest
X
Perlakuan
O2
Postest
33
Populasi Target Penelitian di SMA Bina Insani, Tangerang
Tahun Pelajaran 2018/2019
No Kelas Jumlah Siswa
1 X-A 27 Siswa
2 X-B 28 Siswa
Jumlah 55 Siswa
2. Sampel
Sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sebelum
menentukan sampel, peneliti harus menetapkan populasi terlebih
dahulu.57
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X-A SMA Bina
Insani, Tangerang yang berjumlah 27 siswa. Sampel penelitian ini
diambil dengan teknik purpossive sampe, yaitu pengambilan sampel
menggunakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan peneliti berdasarkan saran atau rekomendasi dari guru
bidang studi bahasa Indonesia kelas X di SMA Bina Insani, Tangerang,
tahun pelajaran 2018/2019.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.58
57Ibid., h. 148.
58
Ibid., h. 48-49.
34
Pada penelitian ini penggunaan model pembelajaran mind mapping
sebagai variabel bebas (X) dan kemampuan siswa dalam menulis teks
anekdot sebagai variabel terikat (Y). Teks anekdot yang dipilih adalah teks
anekdot yang mengambil ide dari lingkungan sekitarnya, dengan tema
seputar kejadian yang ada di sekeliling siswa seperti, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis, sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra.59
Observasi dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan terkait keadaan dan kondisi sekolah di SMA Bina Insani,
Tangerang. Observasi dilakukan di SMA Bina Insani, Tangerang,
dengan cara melihat dan mengamati keadaan sekolah, ruang kelas, dan
lain-lain. Selain itu, peneliti juga meminta data terkait profil sekolah,
keadaan pendidik, dan data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian
kepada pihak sekolah.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen biasanya bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, dan lain-lain. Sedang
dokumen yang berbentuk gambar biasanya foto, sketsa, dan lain-lain.60
59 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 329
60
Ibid., h. 199
35
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumentasi berbentuk
gambar, yaitu foto-foto ketika proses pengajaran. Teknik pengumpulan
data dokumentasi ini dimaksudkan untuk memberi kelengkapan dalam
penelitian yang dilakukan di SMA Bina Insani, Tangerang.
3. Pemberian Tes
Pemberian tes terdiri atas pretest dan posttest. Tes adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok.61
Jenis tes yang diterapkan oleh peneliti adalah
tes kemampuan menulis teks anekdot yang berbentuk esai. Tes bentuk
esai diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah
pembelajaran (posttest).
Pada saat pretest siswa diminta untuk menulis teks anekdot
berdasarkan kejadian yang terjadi di sekitar siswa, sedangkan pada saat
posttest siswa diminta untuk menulis teks anekdot berdasarkan kejadian
yang terjadi di sekitar siswa dengan menggunakan model peta pikiran
(mind mapping) sesuai dengan model pembelajaran yang telah
diberikan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind
mapping).
Pretest atau tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan
menulis teks anekdot sebelum diberikan perlakuan, sedangkan posttest
atau tes akhir dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis teks
anekdot setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping). Tes ini digunakan untuk melihat perbedaan
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada sampel penelitian.
61 Subana, dkk., Statistika Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 28-29
36
4. Angket
Angket atau kuesioner adalah instrumen pengumpulan data yang
digunakan secara tidak langsung, artinya responden secara tidak
langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui
media tertentu.62
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan peneliti. Penyebaran angket dilakukan diakhir pertemuan.
F. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan:
1. Menentukan kriteria kemampuan menulis teks anekdot meliputi aspek-
aspek yang akan dinilai sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis63
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5
1 Tema
2 Kelengkapan isi
3 Kesesuaian isi
4 Ketepatan susunan kalimat
5 Ketepatan penggunaan ejaan
Jumlah Skor Maksimal 25
Tabel 3.4
62 Ibid., h. 30
63
H. Dalman, Op.Cit., h. 100-103.
37
Penilaian Kemampuan Menulis64
No Aspek Kriteria Skor
1 Tema Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
2 Kelengkapan Isi Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
3 Kesesuaian Isi Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
4 Ketepatan Susunan Kalimat Sangat Kurang
Kurang
Cukup
1
2
3
64 Junaidi, Modul Pegembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Direktorat PAI Direktorat
Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, 2011), h. 105.
38
Baik
Sangat Baik
4
5
5 Ketepatan Penggunaan Ejaan Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
2
3
4
5
2. Menentukan nilai siswa dengan menganalisis data hasil tes
menggunakan rumus 65
3. Menentukan nilai standar dan menginterpretasikan data menggunakan
kriteria:
Tabel 3.5
Kategori Nilai Kemampuan Menulis Teks Anekdot
Kategori Rentang Nilai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
85-100
75-84
65-74
55-64
45-54
65 Ibid., h. 103.
39
( Sumber: SMA Bina Insani Tahun Pelajaran 2018/2019)
Berdasarkan pedoman penilaian di atas, guru dapat mengetahui
kemampuan menulis teks anekdot siswa berhasil mencapai kategori
sangat baik apabila mendapatkan nilai 85-100, kategori baik dengan
nilai 72-84, kategori cukup mendapat nilai 65-74, kategori kurang
dengan nilai 55-64, dan kategori sangat kurang dengan nilai 45-54.
Acuan kategori berdasarkan nilai kriteria ketuntasan miniman (KKM)
studi bahasa Indonesia SMA Bina Insani, Tangerang.
4. Menentukan nilai rata-rata skor pretest dan posttest dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
Rata-rata
Jumlah seluruh skor
Banyaknya subjek66
5. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menetapkan besar atau kecilnya
pengelompokkan data, masing-masing kelompok data dalam tabel
distribusi frekuensi, secara singkat dapat dirumuskan dengan cara
sebagai berikut:
a. Menentukan range (rentang/jangkauan), yaitu selisih data terbesar
(maxsimum) dengan data terkecil (minimal).
R = Xmax – Xmin
b. Menentukan banyaknya kelas
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan:
K = banyaknya kelas
n = banyaknya data (frekuensi)
66 Subana, dkk., Op.Cit., h. 63.
40
3,3 = bilangan konstan
c. Menentukan interval kelas atau panjang kelas yaitu selisih data
terbesar dengan data terkecil dibagi dengan banyaknya kelas.
Keterangan:
P = panjang kelas (interval kelas)
R = rentang (jangkauan)
K = banyaknya kelas
d. Menentukan median yaitu nilai tengah dari kumpulan data yang
telah diurutkan (disusun) dari data terkecil sampai data terbesar.
e. Menentukan modus yaitu nilai data yang paling sering muncul atau
nilai data yang frekuensinya paling besar.
f. Membuat distribusi frekuensi, yaitu suatu susunan data mulai dari
data terkecil sampai data terbesar yang membagi banyaknya data
ke dalam beberapa kelas.67
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode
Kolmogrov-Smirnov. Proses perhitungan normalitas menggunakan
bantuan SPSS versi 20 untuk mengetahui sebaran data berdistribusi
normal atau tidak. Syarat data berdistribusi normal jika nilai sig. lebih
dari 0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
maka data tidak berdistribusi normal atau H0 ditolak.
G. Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan tingkat keberhasilan
pembelajaran dalam menulis teks anekdot dengan menggunakan model
peta pikiran (mind mapping). Uji analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji-t sebagai uji hipotesis penelitian parametik. Uji ini
67Ibid., h. 37-75.
41
digunakan untuk mengetahui perbedaan kondisi sebelum dan setelah
perlakuan dengan IBM SPSS.68
Uji hipotesis yang dilakukan oleh peneliti adalah menghitung t-test
dengan bantuan SPSS versi 20. Kriteria pengujian uji t sebagai berikut:
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, maka HO ditolak dan H1
diterima.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka HO ditolak dan H1
diterima.
Adapun hipotesis yang dilakukan pada peneilitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot
siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019.
H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot
siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019.
68Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), (Yogyakarta: CV Andi,
2016), h. 246.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Bina Insani
1. Sejarah Singkat Sekolah
SMA Bina Insani berlokasi di Jalan H. Mansur No.3 Gang Masjid
II, Gondrong, Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota
Tangerang Banten, kode pos 15145. Sekolah ini pertama kali
dikomandani oleh kepala sekolah yang bernama Dr. H. Sukar yang
kemudian berganti kepemimpinan oleh Bapak Ady Kahar sekarang.
Yayasan Pendidikan Bina Insani yang didirikan sejak tahun 2000,
terus mendapat respon positif dari masyarakat hingga saat ini, oleh
karena itu pengurus sekolah melalui bidang pendidikan terus
mengembangkan mutu pendidikan dari berbagai aspek, seperti
pengembangan metode dan materi pembelajaran, pengembangan fisik
bangunan serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam mengembangkan mutu
pendidikan.
Yayasan Pendidikan Bina Insani telah mengalami perubahan dari
tahun ke tahun dan telah meluluskan siswa dengan kualitas yang cukup
baik, sebagian dari mereka juga dapat melanjutkan sekolah ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Kepengurusan Yayasan Pendidikan Bina
Insani dipimpin oleh orang yang telah berpengalaman di dunia
pendidikan, yaitu Bapak Burhan.
Yayasan Pendidikan Bina Insani menyelenggarakan program
pendidikan mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Hal ini
menunjukkan bahwa yayasan ini tidak ingin tertinggal dengan sekolah-
sekolah lain yang lebih dulu menunjukkan kualitasnya. Ini terlihat dari
usaha-usaha yang terus-menerus dilakukan dalam memperbaiki mutu
layanan pendidikan bagi penggunaan jasa pendidikan.
43
2. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
Mewujudkan insan unggul dalam iman dan takwa, ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi akhlakul karimah.
b. Misi
1. Mewujudkan keimanan dan ketakwaan sebagai bekal untuk giat
beribadah kepada allah swt.
2. Memaksimalkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
dan dunia bekerja.
3. Mewujudkan nilai-nilai agama, pendidikan budaya dan karakter
bangsa serta lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari dari
terwujudnya masyarakat berakhlakul karimah
4. Menjadikan bahasa inggris, bahasa arab dan teknologi
informasi sebagai wawasan unggulan, agar dapat berkompetitif
di era globalisasi .
5. Membangun budaya mutu dengan mewujudkan kerjasama yang
baik dengan orang tua, stakeholder dan instansi terkait dari
terwujudnya sekolah pilihan pertama masyarakat.
3. Keadaan Guru
Tenaga pendidik dan kependidikan SMA Bina Insani, Tangerang,
Tahun Pelajaran 2018/2019, untuk mata pelajaran PAI (Pendidikan
Agama Islam) dengan guru pengampu H. Syamsul B, S. Ag., yang
sekaligus menjabat sebagai wakil kepala sekolah, untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan guru pengampu M. Syarifudin Us, S. Pd.,
yang sekaligus menjabat sebagai wakil bidang kesiswaan, untuk mata
pelajaran Matematika dengan guru pengampu Siti Romla, S. Pd., yang
sekaligus menjabat sebagai wakil bidang humas, untuk mata pelajaran
biologi dengan guru pengampu Herawati, S. Pd., yang sekaligus
menjabat sebagai wakil bidang bidang sarana dan prasarana.
44
Mata pelajaran PKN dengan guru pengampu Abdul Hasan, S. Pd.i.,
pada mata pelajaran Al-Qur’an dengan guru pengampu A. Baihaqi, S.
Pd.i. yang sekaligus menjabat sebagai guru BK, untuk mata pelajaran
ekonomi dengan guru pengampu Umar, Mm., mata pelajaran Bahasa
Inggris dengan guru pengampu Aan Andriani, S. Pd..
Mata pelajaran Geografi dengan guru pengampu Budimansyah, S.
Pd., mata pelajaran Bahasa Arab dengan guru pengampu Abdul Rouf,
S. Pd., mata pelajaran Prakarya dengan guru pengampu Haryanto,
M.Kom., mata pelajaran PJOK dengan guru pengampu Oktarijal
Abdul Razik Korami, S. Pd., mata pelajaran Kimia dengan guru
pengampu Siti Aliyah, S. Pd., mata pelajaran Sejarah Indonesia dengan
guru pengampu Drs. Yumansyah, S. Hum., mata pelajaran Sosiologi
dengan guru pengampu Drs. Rusli, mata pelajaran Bahasa Inggris
dengan guru pengampu Yeny Widiastuti, S. Pd., mata pelajaran Fisika
dengan guru pengampu Nurul Hikmah, S. Pd., mata pelajaran Seni
Budaya dengan guru pengampu Okta Liviani, mata pelajaran
Komputer dengan guru pengampu M, Rizki Zaelani, St., mata
pelajaran hadits dengan guru pengampu Ahmad Zainal Abidin.
4. Keadaan Siswa
Guru dalam proses belajar mengajar disekolah merupakan objek
pemberi ilmu, sedangkan siswa merupakan subjek penerima ilmu.
Keduanya memiliki peranan sangat penting. Hal ini dikarenakan tanpa
ada keduanya, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan
dengan lancar. SMA Bina Insani, Tangerang memiliki jumlah siswa
sebanyak 175 siswa. Kelas X terdapat 2 rombongan belajar yaitu, kelas
X-A terdiri dari 27 siswa, kelas X-B terdiri dari 28 siswa. Kelas XI
terdapat 2 rombongan belajar yaitu, XI-A terdiri dari 31 siswa, XI-B
terdiri dari 29 siswa. Kelas XII terdapat 2 rombongan belajar yaitu,
XII-A terdiri dari 31 siswa, XII-A terdiri dari 29 siswa. Berikut ini
jumlah siswa jika disajikan dalam bentuk tabel.
45
Tabel 4.1
Jumlah Siswa SMA Bina Insani, Tangerang
Tahun Pelajaran 2018/2019
Tahun
Pelajaran
2018/2019
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
Siswa
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
55 2 60 2 60 2 175
( Sumber: SMA Bina Insani, Tangerang, Tahun Pelajaran 2018/2019)
B. Deskripsi Penelitian
Penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran koopertaif tipe
peta pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot
siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, dilaksanakan selama lebih
kurang dua minggu terhitung sejak 3 September 2018 sampai 15
September 2018.
Pada tahap awal, peneliti melakukan observasi ke sekolah SMA Bina
Insani, Tangerang. Sebelum penelitian berlangsung, peneliti terlebih
dahulu menemui kepala sekolah SMA Bina Insani, tangerang yang
bernama Ady Kahar untuk meminta izin penelitian serta melihat keadaan
dan ruang lingkup sekolah. Setelah bertemu kepala sekolah, peneliti
langsung bertemu dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia untuk
meminta jadwal kegiatan belajar-mengajar Bahasa Indonesia dan
berkonsultasi mengenai keadaan siswa kelas X guna mengetahui kendala
yang biasa terjadi pada kelas tersebut. Konsultasi ini bertujuan untuk
mempermudah proses pembelajaran yang nantinya akan peneliti lakukan
di kelas X.
46
Pada kelas X terdapat dua rombongan belajar yaitu kelas X-A dan
kelas X-B. Guru bidang studi Bahasa Indonesia menyarankan peneliti
untuk melakukan penelitian di kelas X-A yang berjumlah 27 siswa.
Alasannya karena jadwal pelajaran di kelas tersebut lebih efisien
dibandingkan kelas X-B yang terpotong jam istirahat.
Kegiatan selanjutnya, peneliti berdiskusi dengan guru Bahasa
Indonesia untuk menyesuaikan jadwal pelajaran dengan rancangan jadwal
penelitian. Sesuai dengan kesepakatan, pihak sekolah memberi izin
peneliti untuk meneliti siswanya selama dua minggu terhitung sejak
tanggal 3 September sampai dengan 15 September. Setelah berdiskusi,
jadwal peneltian dilaksanakan hari Selasa dan Kamis tiap minggunya.
Pada Selasa 4 September 2018 di minggu pertama, peneliti memulai
tahapan penelitian. Peneliti mulai memasuki ruang kelas X-A. Awal mula
peneliti masuk dengan memperkenalkan diri dan mengabsensi siswa di
kelas. Pada pertemuan ini, peneliti menanyakan kepada siswa mengenai
apa yang mereka ketahui tentang teks anekdot. Secara umum, pengetahuan
mereka tentang teks anekdot masih sangat kurang, bahkan terdapat
beberapa dari mereka yang tidak mengetahui apa itu teks anekdot.
Setelah mereka memberikan gambarannya mengenai teks anekdot,
peneliti baru memulai penjelasan dengan mulai menjelaskan pengertian
dan ciri-ciri teks anekdot. Setelah peneliti memberikan penjelasan, baru
mereka mulai mengetahui dan memahami apa itu teks ankedot. Peneliti
selain itu juga memberikan selembaran kertas berisi contoh teks anekdot
yang dibagikan ke semua siswa untuk dibahas bersama.
Pretest (tes awal) dilaksanakan hari Kamis 6 September 2018 pada
minggu pertama penelitian. Pada pertemuan ini peneliti terlebih dahulu
mengulas materi yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya
tentang apa itu teks anekdot. Peneliti kemudian mulai menjelaskan tentang
struktur/unsur-unsur yang ada dalam teks anekdot serta memberikan
contoh teks anekdot.
47
Peneliti setelah itu, memberikan lembaran soal pretest/tes awal kepada
siswa dengan perintah soal siswa diminta untuk menulis teks anekdot
berdasarkan fenomena/kejadian yang terjadi di sekitar siswa.
Setelah melakukan tes awal, selanjutnya peneliti mengolah data nilai
hasil tes awal siswa dan menganalisis hasil tes awal siswa. Berdasarkan
hasil tes awal siswa, masih banyak siswa yang kemampuan menulisnya
kurang dari nilai rata-rata.
Peneliti kemudian mulai merancang model pembelajaran sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan untuk
melakukan pembelajaran pada minggu selanjutnya.
Pada minggu kedua penelitian, hari Kamis 13 September 2018 peneliti
menyampaikan review hasil tes awal kepada siswa. Peneliti juga bertanya
mengenai kendala apa saja yang dihadapi siswa dalam pembelajaran
sebelumnya. Peneliti kemudian menjelaskan kembali materi anekdot
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind
mapping). Peneliti memberi arahan bagaimana cara membuat teks anekdot
menggunakan peta pikiran dengan cara mendemonstrasikan contoh teks
anekdot menggunakan peta pikiran di papan tulis. Contoh teks anekdot
yang diberikan adalah teks anekdot yang menceritakan tentang
kejadian/peristiwa yang terjadi di sekitar kita yaitu tentang tukang roti.
Setelah dilakukan perlakuan, selanjutnya peneliti melaksanakan
posttest (tes akhir). Pada tes akhir, siswa diberikan lembaran soal posttest
(tes akhir) dengan perintah soal siswa diminta menuliskan teks anekdot
menggunakan peta pikiran (mind mapping) serta menuliskan narasinya.
Tema yang diminta masih sama dengan tema pada saat pretest, yaitu
berdasarkan kejadian yang terjadi di sekitar siswa.
48
C. Hasil Analisis
1. Pretest Kemampuan Menulis Teks Anekdot Siswa
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping) yang akan diteliti, langkah awal yang peneliti
lakukan adalah mengajarkan materi teks anekdot dengan
menggunakan metode ceramah yaitu peneliti menjelaskan tentang
pengertian teks anekdot, struktur teks anekdot, kebahasaan teks
anekdot, serta contoh teks anekdot di depan kelas tanpa menggunakan
model pembelajaran.
Langkah selanjutnya siswa baru diberikan pretest (tes awal).
Peneliti menugaskan siswa untuk membuat teks anekdot dengan tema
kejadian yang terjadi di sekitar siswa. Setelah itu, peneliti mengolah
data nilai hasil tes awal siswa dan menganalisis hasil tes awal siswa
untuk mengetahui kemampuan menulis teks anekdot siswa. Adapun
hasil perhitungan tes awal kemampuan menulis teks anekdot siswa
kelas X.A SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Daftar Nilai Pretest Siswa
No Nama Nilai Pretest (X-A)
Nilai
1 2 3 4 5
1. Abdul Aziz 2 3 3 3 2
52
2. Alissa Racma O. 2 4 2 4 3
60
3. Amar Sandy 3 2 3 4 3
60
4. Angga Kurniawan 3 3 3 3 2
56
5. Azrul Ramadhan 4 5 4 3 3
76
49
6. Chairun Nisa 2 5 2 5 3
68
7. Chilsa Zafira 2 5 2 4 4
68
8. Dea Maharani S. 4 5 4 5 3
84
9. Della Wulandari 3 5 3 5 4
80
10. Dini 1 4 1 4 4
56
11. Eben Dwi Harto 4 5 4 3 3
76
12. Ezer Martino 2 2 2 3 2
44
13. Fatimah 4 5 4 4 3
80
14. Hamidah Safitri 3 4 3 4 3
68
15. Hendrik Tanasale 1 4 1 2 3
44
16. Johanes Adinata 2 4 2 2 3
52
17. Leyta Leyany 2 5 2 4 4
68
18. M. Rafi Al-Fatah 3 5 3 4 3
72
19. M. Syamsul 3 3 2 4 2
56
20. Natasya Zeniah A. 3 4 3 4 4
72
21. Nidia Zahwatunisa 3 4 3 3 3
64
22. Panca Aditya Putra 1 4 1 4 3
52
23. Raihan Zuchrie A. 3 4 3 3 3
64
24. Ranaa Aulia 3 5 3 4 4
76
50
25. Satria Ananda S. 3 5 3 3 3
68
26. Simeon Wilfred N. 3 4 3 3 3
64
27. Yanuar Dwi B. 4 5 4 5 3
84
Jumlah nilai 72 115 74 103 92 1764
Rata-rata 65,33
Keterangan Penilaian:
1 = Tema (ketepatan tema yang dipilih)
2 = Kelengkapan isi (mencakup kelengkapan struktur dalam anekdot,
yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda)
3 = Kesesuaian isi (kesesuaian isi dengan judul yang ditulis)
4 = Ketepatan susunan kalimat (keselarasan antar kalimat yang satu
dengan yang lainnya)
5 = Ketepatan Penggunaan ejaan (menggunakan EYD, mencakup
penggunaan huruf kapital, penggunaan kata, dan tanda baca)
Berdasarkan tabel hasil pretest (tes awal) kemampuan menulis teks
anekdot siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019. Diketahui bahwa hasil data pretest menulis teks anekdot
dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa, diperoleh skor nilai siswa
dengan jumlah 1764 dengan nilai rata-rata sebesar 65,33. Terdapat
nilai tertinggi adalah 84 dan nilai terendah adalah 44. Berikut ini
adalah tabel urutan data nilai siswa dari yang terendah sampai yang
tertinggi.
51
Tabel 4.3
Urutan Nilai Terendah Sampai Tertinggi Pretest Kemampuan
Menulis Teks Anekdot Siswa
44 44 52 52 52 56 56 56 60
60 64 64 64 68 68 68 68 68
72 72 76 76 76 80 80 84 84
Berdasarkan tabel urutan nilai siswa di atas, dapat diketahui bahwa
dari 27 siswa kelas X.A SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019, diperoleh nilai pretest (tes awal) dengan skor terendah
adalah 44 sebanyak 2 siswa dan skor nilai tertinggi adalah 84
sebanyak 2 siswa.
Nilai jangkauannya adalah 40 diperoleh dari hasil selisih antara
nilai terbesar 84 dengan nilai terkecil 44, nilai banyaknya kelas
interval adalah 6 diperoleh dengan rumus 1+3,3 log (n atau banyaknya
data). Sedangkan panjang kelas intervalnya adalah 7 diperoleh dari
pembagian jumlah jangkauan dengan jumlah kelas interval, nilai
mediannya adalah 68 dan nilai yang paling banyak muncul atau
modusnya adalah 68.
Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi nilai pretest (tes awal)
kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X.A SMA Bina Insani,
Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019, yang disajikan dalam bentuk
grafik histogram berikut.
52
Gambar 4.1
Grafik Frekuensi nilai pretest siswa
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui siswa kelas
X.A yang mendapat skor 44-50 adalah sebanyak 2 siswa, yang
memperoleh skor 51-57 adalah sebanyak 6 siswa, yang mendapat skor
58-64 adalah sebanyak 5 siswa, yang memperoleh skor 65-71 adalah
sebanyak 5 siswa, yang mendapat skor 72-78 adalah sebanyak 5
siswa, dan yang mendapat skor 79-85 adalah sebanyak 4 siswa.
Berikut ini disajikan rangkuman hasil pengolahan data pretest (tes
awal) siswa kelas X.A SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019.
0
1
2
3
4
5
6
7
44-50 51-57 58-64 65-71 72-78 79-85
Frekuensi Nilai Pretest Siswa
53
Tebel 4.4
Rangkuman Data Statistik Skor Pretest
Kemampuan Menulis Teks Anekdot
Data N Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Mean
(X)
Median Modus
Pretest 27 84 44 65,33 68 68
Keterangan
N : Jumlah data
Mean : Nilai rata-rata
Median : Nilai tengah data
Modus : Nilai yang sering muncul pada deret data
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat sebagian siswa mampu
menulis teks anekdot dengan baik, dan sebagiannya lagi kurang
mampu menulis teks anekdot dengan baik. Hasilnya terlihat melalui
rata-rata nilai pretest siswa yang hanya memperoleh hasil sebesar
65,33.
2. Posttest Kemampuan Menulis Teks Anekdot Siswa
Data posttest (tes akhir) diperoleh peneliti dari hasil belajar
menulis teks anekdot setelah melakukan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping)
dalam proses pengajaran. Posttest dilakukan pada 13 September 2018.
Sebelum melakukan posttest, peneliti melakukan demonstrasi dengan
memberikan contoh cara menulis teks anekdot menggunakan model
peta pikiran (mind mapping) di depan kelas. Kemudian siswa diminta
untuk menyimak dan memperhatikan cara menulis teks anekdot
dengan menggunakan peta pikiran.
54
Hal tersebut dilakukan guna untuk memudahkan siswa dalam
menulis teks anekdot. Peta pikiran yang dibuat nantinya akan menjadi
rambu-rambu/acuan pola pikir siswa untuk membuat teks anekdot.
Setelah pembelajaran selesai, selanjutnya peneliti melakukan
postest (tes akhir). Peneliti meminta siswa untuk membuat teks
anekdot menggunakan model peta pikiran dengan tema yang sama
seperti ketika melakukan pretest (tes awal) yaitu kejadian yang terjadi
di sekitar siswa. Setelah selesai mengerjakan teks anekdot, kemudian
peneliti mengelola hasil data. Adapun hasil yang diperoleh dari data
posttest menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Bina Insani,
Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Daftar Hasil Posttest Siswa
No Nama Nilai Posttest (X-A)
Nilai
1 2 3 4 5
1. Abdul Aziz 3 4 3 4 3
68
2. Alissa Racma O. 3 4 3 4 3
68
3. Amar Sandy 4 4 4 3 3
72
4. Angga Kurniawan 3 4 5 4 3
76
5. Azrul Ramadhan 5 5 5 4 3
88
6. Chairun Nisa 4 5 5 5 3
88
7. Chilsa Zafira 3 5 3 4 3
72
8. Dea Maharani S. 4 4 4 4 3
76
9. Della Wulandari 3 5 4 5 3
80
55
10. Dini 5 5 5 4 3
88
11. Eben Dwi Harto 4 5 4 4 3
80
12. Ezer Martino 3 5 3 5 3
76
13. Fatimah 5 5 5 5 3
92
14. Hamidah Safitri 3 5 3 4 3
72
15. Hendrik Tanasale 4 5 4 4 3
80
16. Johanes Adinata 4 5 4 5 3
84
17. Leyta Leyany 3 5 5 5 3
84
18. M. Rafi Al-Fatah 4 4 5 4 3
80
19. M. Syamsul 4 5 4 4 3
80
20. Natasya Zeniah A. 5 5 5 5 3
92
21. Nidia Zahwatunisa 4 4 5 4 3
80
22. Panca Aditya Putra 4 5 5 4 3
84
23. Raihan Zuchrie A. 3 5 5 5 3
84
24. Ranaa Aulia 4 5 5 5 3
88
25. Satria Ananda S. 5 5 5 5 3
92
26. Simeon Wilfred N. 3 5 3 4 3
72
27. Yanuar Dwi B. 3 5 5 5 3
84
56
Jumlah nilai 103 130 119 122 86 2180
Rata-rata 80,74
Keterangan Penilaian:
1 = Tema (ketepatan tema yang dipilih)
2 = Kelengkapan isi (mencakup kelengkapan struktur dalam anekdot,
yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda)
3 = Kesesuaian isi (kesesuaian isi dengan judul yang ditulis)
4 = Ketepatan susunan kalimat (keselarasan antar kalimat yang satu
dengan yang lainnya)
5 = Ketepatan Penggunaan ejaan (menggunakan EYD, mencakup
penggunaan huruf kapital, penggunaan kata, dan tanda baca)
Berdasarkan tabel di atas, data posttest menulis teks anekdot
dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang, diperoleh skor nilai siswa
dengan jumlah 2180 dengan nilai rata-rata 80,74. Terdapat nilai
tertinggi 92 dan nilai terendah 68. Berikut ini adalah tabel urutan data
nilai siswa dari yang terendah sampai yang tertinggi.
Tabel 4.6
Urutan Nilai Terendah Sampai Tertinggi Posttest Kemampuan
Menulis Teks Anekdot Siswa
68 68 72 72 72 72 76 76 76
80 80 80 80 80 80 84 84 84
84 84 88 88 88 88 92 92 92
57
Berdasarkan tabel di samong, maka dapat diketahui bahwa urutan
nilai kemampuan menulis teks anekdot dari 27 siswa kelas X.A SMA
Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019. Diketahui bahwa
nilai postest (tes akhir) terendah adalah 68 sebanyak 2 siswa dan nilai
tertinggi adalah 92 sebanyak 3 siswa.
Nilai jangkauannya adalah 24 diperoleh dari hasil selisih antara
nilai terbesar 92 dengan nilai terkecil 68, nilai banyaknya kelas
interval adalah 6 diperoleh dengan rumus 1+3,3 log (n atau banyaknya
data). Sedangkan panjang kelas intervalnya adalah 4 diperoleh dari
pembagian jumlah jangkauan dengan jumlah kelas interval, nilai
mediannya adalah 80 dan nilai yang paling banyak muncul adalah 80
sehingga nilai modusnya adalah 80.
Distribusi frekuansi nilai posttest kemampuan menulis teks anekdot
siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram berikut ini:
Gambar 4.2
Grafik Frekuensi nilai posttest siswa
0
1
2
3
4
5
6
7
68-71 72-75 76-79 80-83 84-87 88-91 92-95
Frekuensi Nilai Posttest Siswa
58
Berdasarkan tabel dan grafik di samping, dapat diketahui siswa
yang memperoleh skor 68-71 sebanyak 2 siswa, siswa yang
mendapatkan skor 72-75 sebanyak 4 siswa, siswa yang memperoleh
skor 76-79 sebanyak 3 siswa, siswa yang memperoleh skor 80-83
sebanyak 6 siswa, dan sisiwa yang mendapatkan skor 84-87 sebanyak
5 siswa, siswa yang memperoleh skor 88-91 sebanyak 4 siswa, dan
siswa yang mendapatkan skor 92-95 sebanyak 3 siswa. Berikut
rangkuman hasil pengolahan data pretest siswa.
Tebel 4.7
Rangkuman Data Statistik Skor Posttest Kemampuan Menulis
Teks Anekdot
Data N Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Mean
(X)
Median Modus
Posttest 27 92 68 80,74 80 80
Keterangan:
N : Jumlah data
Mean : Nilai rata-rata
Median : Nilai tengah data
Modus : Nilai yang sering muncul pada deret data
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa terdapat
peningkatan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA
Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019 setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind
mapping). Terlihat melalui nilai rata-rata siswa yang sebelumnya
hanya memperoleh hasil sebesar 65,33 kemudian meningkat menjadi
sebesar 80,74.
59
3. Perbandingan Grafik Frekuensi dan Data Statistik Nilai Rata-
rata Siswa
Gambar 4.3
Grafik Frekuensi Nilai Rata-rata Siswa
Keterangan:
O1 : Nilai Pretest siwa
O2 : Nilai Posttest siswa
Perbandingan skor tertinggi, skor terendah dan rata-rata pada saat
pretest dan posttest kemampuan menulis teks anekdot siswa, disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
65,33
80,74
O1 (Pretest) O2 (Posttest)
Grafik Nilai Rata-rata Siswa
60
Tabel 4.8
Perbandingan Data Statistik Pretest dan Posttest
Kemampuan Menulis Teks Anekdot
Data N Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Mean
(X)
Median Modus
Pretest 27 84 44 65,33 68 68
Posttes 27 92 68 80,74 80 80
Keterangan:
N : Jumlah data
Mean : Nilai rata-rata
Median : Nilai tengah deret data
Modus : Nilai yang sering muncul pada deret data
Tabel di atas memperlihatkan perbandingan skor pretest dan
posttest kemampuan menulis teks anekdot siswa. Pada saat pretest
kemampuan menulis teks anekdot siswa, skor terendah adalah 44 dan
skor tertingginya adalah 84 dengan nilai rata-rata 65,33, median
sebesar 68 dan modus sebesar 68. Pada saat posttest kemampuan
menulis teks anekdot siswa, skor terendah adalah 68 dan skor
tertingginya adalah 92 dengan nilai rata-rata 80,74, median sebesar 80
dan modus sebesar 80. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa pada saat pretest adalah 65,33 lebih kecil dibandingkan
dengan nilai rata-rata posttest yang sebesar 80,74. Artinya terjadi
peningkatan dalam menulis teks anekdot siswa setelah dilakukannya
perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping).
61
Adapun tabel kriteria penilaian yang peneliti jadikan sebagai acuan
penilaian hasil tulisan siswa sebagai berikut.
Tabel 4.9
Pembagian Skor Masing-Masing Kriteria Kemampuan
Menulis Teks Anekdot
No Aspek yang
dinilai
Skor Kriteria
1. Tema 5 Sangat Baik : Tema/topik yang dipilih
menarik karena menceritakan tentang
kejadian terkini yang sedang kontroversial.
4 Baik : Tema/topik yang dipilih sederhana
karena hanya menceritakan persoalan biasa
yang dapat ditebak jalan ceritanya.
3 Cukup : Tema/topik yang dipilih ruang
lingkupnya sempit dan terbatas karena tidak
banyak yang mengetahui maksudnya.
2 Kurang : Tema/topik yang dipilih rancu
sehingga kurang dipahami.
1 Sangat Kurang : Tema/topik yang dipilih
tidak jelas maksudnya.
2. Kelengkapan
isi
5 Sangat Baik : Semua bagian tulisan ditulis
lengkap sesuai struktur yang ada dalam teks
anekdot.
4 Baik : Terdapat satu struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
62
3 Cukup : Terdapat dua struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
2 Kurang : Terdapat tiga struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
1 Sangat Kurang : Terdapat empat struktur teks
anekdot yang tidak digunakan dalam tulisan.
3. Kesesuaian
isi
5 Sangat Baik : Gagasan dikemukakan sesuai
dengan tema, logis, dan teratur.
4 Baik : Gagasan dikemukakan sesuai dengan
tema, logis, tapi kurang teratur.
3 Cukup : Gagasan dikemukakan sesuai dengan
tema, logis, tetapi tidak teratur.
2 Kurang : Gagasan dikemukakan sesuai
dengan tema, tidak logis, dan tidak teratur.
1 Sangat Kurang : Gagasan dikemukakan tidak
sesuai dengan tema, tidak logis, dan tidak
teratur.
4. Ketepatan
susunan
kalimat
5 Sangat Baik : Hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lain bersangkutan dan berurutan
dengan tepat.
4 Baik : Hubungan kalimat satu dengan kalimat
yang lain bersangkutan dan berurutan dengan
cukup tepat.
63
3 Cukup : Ada konjungsi antar kalimat yang
kurang tepat.
2 Kurang : Ada kalimat yang tidak beraturan.
1 Sangat Kurang : Kalimat satu dengan yang
lain tidak bertautan dan berurutan.
5. Ketepatan
penggunaan
ejaan
5 Sangat Baik : Semua bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
4 Baik : Seperempat bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
3 Cukup : Setengah bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
2 Kurang : Sepertiga bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
1 Sangat Kurang : Semua bagian tulisan tidak
ditulis dengan Ejaan yang disempurnakan.
1. Pengujian Prasyarat Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus
Kolmogrof Smirnov dan Shapiro Wilk. Pada penelitian ini, uji
normalitas dilakukan terhadap skor pretest dan posttest. Proses
perhitungan normalitas ini menggunakan bantuan sofware SPSS
versi 20 untuk mengetahui hasil data berdistribusi normal atau
tidak.
64
Syarat data berdistribusi normal apabila nilai signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari (sig.)> 0,05. Jika nilai signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari (sig.)< 0,05, maka data tersebut
berdistribusi dikatakan tidak normal.
Uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat data.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak.69
Jika asumsi ini dilanggar, maka
uji statistik menjadi tidak valid atau bias terutama untuk sampel
kecil.
Pengertian normal dapat dianalogikan sebuah kelas, dalam kelas
siswa yang bodoh dan pandai hanya sedikit dan sebagian besar
berada pada kategori sedang. Jika kelas tersebut bodoh semua maka
dikatakan tidak normal atau sekolah luar biasa, dan sebaliknya jika
suatu kelas banyak yang pandai maka kelas tersebut juga dikatakan
tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Sedangkan
pengamatan data yang normal akan memberikan nilai rendah dan
tinggi yang seimbang dan rata-rata yang tidak jauh berbeda.
Hasil uji normalitas data pretest dan posttest kemampuan
menulis teks anekdot dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest70
Kolmogrov Smirnova Shapiro Wilk
Statistik Df Sig. Statistik df Sig.
Pretest 0,111 27 0,200 0,965 27 0,467
Posttest 0,126 27 0,200 0,946 27 0,167
69 Juliansyah Noor, Op.Cit., h. 174.
70
Ibid., h. 178.
65
Tabel di atas menunjukkan df = 27 yang berarti jumlah
sampel yang diambil sebanyak 27. Berdasarkan tabel di atas,
dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas Shapiro Wilk data
pretest memperoleh sig. sebesar 0,467 dan hasil uji normalitas
data posttest memperoleh hasil sig. sebesar 0,167. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data-data tersebut telah memenuhi syarat
karena hasil perhitungan lebih besar dari 0,05, sehingga data-data
tersebut dikatakan terdistribusi normal.
2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, maka diperoleh seluruh
data terdistribusi normal. Tahap selanjutnaya adalah melakukan uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test), uji t (t-test)
dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan menulis
teks anekdot siswa. Hasil perhitungan uji-t dengan menggunakan
SPSS versi 20 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Ketentuan dari uji t (t-test) adalah jika signifikansi atau sig. (2-
tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sebaliknya, jika nilai
signifikansi atau sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Tabel 4.11
Hasil Uji Hipotesisi Pretest dan Posttest
Paired Differences
T Df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Pretest-
Poosttest -
15.407 11,406 2,195
-
19,919
-
10,895 -7,019 26
,000
66
Berdasarkan tabel di atas, perhitungan pada uji beda rata-rata
kemampuan menulis teks anekdot siswa antara data tes awal/pretest
dan tes akhir/posttest, dapat terlihat bahwa nilai t hitung adalah -7,019
dengan nilai signifikansi (2-tailed) adalah 0,000 lebih kecil
dibandingkan nilai taraf signifikansi sebesar 0,05. Dengan demikian
H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai hasil kemampuan
menulis teks anekdot siswa kelas X-A pada hasil tes awal yaitu
sebelum diberi perlakuan dan hasil tes akhir setelah diberi perlakuan
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping)
dengan teks anekdot. Artinya, terdapat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan
menulis teks anekdot siswa kelas X Bina Insani, Tangerang, tahun
pelajaran 2018/2019.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping)
dalam kemampuan menulis teks anekdot siswa. Sampel penelitian
menggunakan satu kelas, yaitu kelas X-A sebagai kelas eksperimen.
Setelah melakukan penelitian, peneliti memperoleh hasil nilai pretest dan
posttest. Hasil uji normalitas pretest dan posttest membuktikan bahwa data
terdistribusi normal karena hasil perhitungan lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut: kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA
Bina Insani tahun pelajaran 2018/2019 sebelum diterapkannya model
pembelajaran peta pikiran (mind mapping) berada pada nilai rata-rata
65,33. Kemampuan menulis teks anekdot siswa sesudah diterapkannya
model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) berada pada nilai rata-
rata 80,74. Sehingga nilai rata-rata posttest lebih tinggi dibanding nilai
rata-rata pretest yaitu 80,74 > 65,33.
67
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa, setelah melakukan uji t (t-
test) menggunakan SPSS versi 20, diketahui nilai sig. (2-tailed) hasil
pretest dan posttest sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan nilai taraf
signifikansi sebesar 0,05, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
alternatif (H1) diterima. Artinya, terdapat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) terhadap kemampuan menulis
teks anekdot pada siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun
pelajaran 2018/2019. Hal ini menunjukkan penggunaan model
pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dalam meningkatkan
kemampuan menulis teks anekdot memiliki dampak yang positif yaitu
berupa perubahan yang signifikan. Terlihat pada peningkatan nilai rata-
rata siswa sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) model peta pikiran
(mind mapping) diterapkan yaitu dari 65,33 menjadi 80,74.
Peneliti mengamati suasana kelas saat pelaksanaan penelitian. Suasana
kelas pada saat pembelajaran ketika diberikan perlakuan berupa
demontrasi teks anekdot menggunakan peta pikiran (mind mapping)
terlihat cukup tenang dan kondusif. Siswa fokus memperhatikan dan
menyimak contoh teks anekdot yang didemonstrasikan. Bahkan, beberapa
dari mereka langsung mendapat ide dan bertanya mengenai ide yang akan
mereka tulis. Terlihat sebagian besar dari mereka lebih percaya diri dalam
menuangkan idenya menjadi sebuah tulisan. Hasilnya pun terlihat dari
nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding sebelum perlakuan
menggunakan model peta pikiran (mind mapping).
Selain menilai kemampuan menulis teks anekdot siswa. Peneliti juga
ingin mengetahui bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran
menulis teks anekdot dengan menggunakan model pembelajaran peta
pikiran (mind mapping) yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti
memberikan angket respon kepada masing-masing siswa.
68
Tabel 4.12
Data Hasil Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran Menulis
Teks Anekdot dengan Menggunakan Model Peta Pikiran
No Respon Siswa
Hasil
Ya Tidak
% %
1. Saya senang menulis teks anekdot
dengan menggunakan model
pembelajaran peta pikiran (mind
mapping).
27 100 - -
2. Saya bisa membuat teks anekdot yang
baik dengan menggunakan model
pembelajaran peta pikiran (mind
mapping).
27 100 - -
3. Model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping) dapat membuat saya
tidak merasa kesulitan untuk menulis
teks anekdot.
22 81,5 5 18,5
4. Model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping) membantu saya lebih
mudah dalam menemukan topik teks
anekdot yang akan saya tulis.
25 92,6 2 7,4
5. Penggunaan model pembelajaran peta
pikiran (mind mapping) dalam
pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih
menyenangkan dan tidak
membosankan.
27 100 - -
69
Berdasarkan hasil data analisis respon siswa di atas, dapat dikatakan
positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
peta pikiran (mind mapping), karena persentase jawaban siswa pada
setiap aspek berada ≥ 90% sehingga pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dapat dikategorikan
membantu siswa untuk melatih kemampuan menulis teks anekdot. Model
pembelajaran peta pikiran (mind mapping) membuat siswa mampu
menulis teks anekdot dengan baik.
Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) meskipun telah
membantu siswa untuk lebih bersemangat dan mampu dalam menulis
teks anekdot, siswa tetap masih membutuhkan seorang guru pada saat
pembelajaran berlangsung. Peran guru sangatlah penting dalam proses
pembelajaran. Selain dapat memberikan arahan dan membimbing siswa,
guru juga bisa membantu siswa untuk memecahkan permasalahan atau
hal-hal yang kiranya sulit diselesaikan siswa.
70
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan kajian teoretis dari hasil penelitian mengenai kemampuan
menulis teks anekdot dengan model pembelajaran kooperatif tipe peta
pikiran (mind mapping), maka peneliti dapat mengemukakan kesimpulan
dan saran.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran peta pikiran pada teks anekdot memiliki pengaruh terhadap
kemampuan menulis siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun
pelajaran 2018/2019. Buktinya adalah melalui pengolahan, diketahui
bahwa hasil posttest kemampuan menulis siswa lebih baik dibandingkan
nilai pretest. Hasil menunjukkan rata-rata pretest siswa sebesar 65,33.
Setelah diberikan perlakuan dengan model peta pikiran nilai rata-rata
posttest mengalami kenaikan menjadi 80,74. Berdasarkan uji t antara data
pretest dan posttest, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada
signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan nilai taraf
signifikansi sebesar 0,05, sehingga nilai hipotesis alternatif (H1) diterima
dan hipotesis nol (H0) ditolak. Maka kesimpulannya adalah “terdapat
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind
mapping) terhadap kemampuan menulis teks anekdot pada siswa kelas X
SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019”.
71
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping)
terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa, kelas X SMA Bina
Insani, Tangerang, tahun pelajaran 2018/2019 dapat dikemukakan saran
yaitu, sebaiknya guru bahasa dan sastra Indonesia dalam pembelajaran
menulis khususnya teks anekdot, menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe peta pikiran (mind mapping) karena terbukti dapat
berpengaruh, serta dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks
anekdot siswa kelas X SMA Bina Insani, Tangerang, tahun pelajaran
2018/2019.
DAFTAR PUSTAKA
Abo, La. Model Pembelajaran Menulis yang Efektif (Strategi Baru Membentuk
Peserta Didik Menjadi Penulis). Bandung: Mujahid Press, 2016.
Agus, Andi. Peningkatan Kompetensi Menulis Teks Anekdot dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning pada Peserta Didik Kelas X II SMA
Negeri 1 Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar. Universitas Al
Asyariah Mandar: Jurnal Pepatuzdu Volume 9 No 1, 2015.
Ahmad. Keefektifan Model Mind Mapping terhadap Kemampuan Menulis Teks
Anekdot Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Pinrang. Skripsi. Universitas
Negeri Makassar. 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Buzan, Tony. Buku Pintar Mind Map (Terjemahan Susi Purwoko). Jakarta: PT
Gramedia, 2006.
. The Ultimate Book of Mind Maps. London: Thorons, 2005.
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Bandung: UPI Press, 2007.
Daryanto dan Syaiful Karim. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media,
2017.
DePoerter, Bobbi dan Mike Hernacki. Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa Bandung, 2003.
DePoerter, Bobbi. dkk. Quantum Teaching, (Mempraktikkan Quantum Learning
di Ruang-ruang Kelas). Bandung: Mizan Media Utama, 2004.
Green, Scott. The Blokhead Series Mind Mapping Step by Step Beginners Guide
in Creating Mind Maps. America: Booktango, 2015.
H. Dalman, Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Hernawan, Asep Herry. dkk. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung:
UPI Press, 2007.
H.P, Achmad dan Alek. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Substansi
Kajian dan Penerapannya. Jakarta: Erlangga, 2016.
Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013.
Hyerle, David N dan Larry Alper. Peta Pemikiran (Penelitian Berbasis Sekolah,
Hasil, dan Model untuk Prestasi dengan Menggunakan Peralatan Visual)
Edisi Kedua. Jakarta: Indeks, 2012.
Iru, La dan La Ode Safiun Arihi. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode,
Strategi, dan Model-model Pembelajaran. Bantul: Multi Presindo, 2012.
Junaidi. Modul Pegembangan Evaluasi Pembelajaran PAI. Direktorat PAI
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, 2011.
Kemendikbud. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik/Kemendikbud Edisi
Revisi. Jakarta: Kemendikbud, 2014.
Killen, Roy. Effective Teaching Strategies (Lessons from Research and Practice).
Australia: National Library of Australia Cataloguing in Publication Data,
2009.
Lefudin. Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi dengan Model Pembelajaran,
Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode
Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Luxemburg, Jan Van. dkk. Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa. 1989.
Mudjiono. Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Mulyadi, Yadi. dkk. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SMP dan SMA.
Bandung: Yrama Widya, 2016.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2011.
Olivia, Femi. 5-7 Menit Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah. Jakarta: Pt Elex
Media Komputindo, 2014.
Pribadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat,
2009.
Riadi, Edi. Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta:
CV Andi, 2016.
Riyanto, H. Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Pranadamedia Group, 2009.
Rusman. Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenadamedia Group, 2017.
Sari, Ni Putu Vina Novita. dkk. Analisis Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks
Anekdot dalam Buku Mati Ketawa Cara daripada Soeharto sebagai
Alternatif Pemilihan Bahan Ajar Bahasa Indonesia di SMA. Universitas
Pendidikan Ganesha: e-Joernal Jurusan PBSI Volume 7 No 2, 2017.
Silberman, Mel. Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Aktif.
Jakarta: Indeks, 2013.
Siregar, Shaleha. Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan
Narasi Menggunakan Model Mind Mapping pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas V SD Negeri 107828 Aras Panjang Tahun Ajaran
2015/2016. Thesis. Universitas Negeri Medan. 2017.
Subana. dkk. Statistika Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, 2010.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta,
Prenadamedia Group, 2013.
. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenada Media, 2014.
Taniredja, Tukiran. dkk. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabetis, 2013.
Taufik, Sultan. Pembelajaran Menulis Teks Anekdot dengan Menggunakan
Metode Mind Mapping di Kelas X SMK Pasundan 3 Bandung. Skripsi.
Universitas Pasundan. Bandung. 2017.
Tim Bahasa Indonesia. Pendalaman Bahasa Indonesia 1A Kelas X SMA Semester
I. Jakarta: Yudhistira, 2017.
Tim Guru Eduka. Mega Book Pelajaran SMA/MA IPA Kelas X, XI dan XII.
Jakarta: Cmedia, 2015.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Prenadamedia Group, 2009.
Warsono dan Hariyanto. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Wicaksono, Andri. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Jakarta: Garudhawaca, 2014.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia, 2014.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA Bina Insani
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/I
Materi : Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan ke-1)
A. Kompetensi Inti
KI-3
Pengetahuan
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4
Keterampilan
Mengolah, menalar, menyaji, dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6. Menganalisis struktur dan
kebahasaan teks anekdot.
3.6.1. Mengidentifikasi struktur (bagian-
bagian teks anekdot) dan kebahasaan.
4.6. Menciptakan kembali teks
anekdot dengan
memerhatikan struktur, dan
kebahasaan.
4.6.1. Menyusun kembali teks anekdot dengan
memerhatikan struktur dan kebahasaan.
4.6.2. Mempresentasikan, menanggapi, dan
merevisi teks anekdot yang telah
disusun.
C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik
diharapkan dapat:
1. Siswa mampu mengetahui struktur (bagian-bagian) teks anekdot dan
kebahasaan.
2. Siswa mampu menyusun teks anekdot dengan memerhatikan struktur
dan kebahasaan.
3. Siswa mampu menciptakan teks anekdot.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teks anekdot.
2. Struktur teks anekdot.
3. Kebahasaan teks anekdot.
E. Pendekatan, Metode dan Model
1. Pendekatan : Saintific Learning.
2. Model : Konvensional
3. Metode : Ceramah, Tanya Jawab, dan Penugasan.
F. Media Alat dan Bahan
1. Papan tulis dan spidol.
2. Kertas HVS.
G. Sumber Belajar
1. Tim bahasa Indonesia, Pendalaman Buku Teks Bahasa Indonesia 1A
Kelas X SMA Semester I, Yudhistira, 2017.
2. Yadi Mulyadi, Buku Teks Pendamping Bahasa Indonesia untuk SMA-
MA SMK/MAK Kelas X, Kurikulum 2013 Edisi Revisi, Bandung, Yrama
Widya, 2016.
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 40 menit)
Tahap
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Rutin
Orientasi
1. Pendidik melakukan pembukaan dengan salam
dan sapa dilanjutkan berdoa untuk memulai
pelajaran.
2. Pendidik memeriksa kehadiran peserta didik.
Motivasi
3. Pendidik memotivasi peserta didik untuk
mempersiapkan fisik dan psikis dalam
mengawali pembelajaran.
Apersepsi
4. Pendidik menyampaikan tujuan serta manfaat
pembelajaran yang akan dilakukan.
5. Pendidik mengingatkan kembali materi
pertemuan sebelumnya dengan bertanya.
10 menit
Kegiatan
Inti
Fase 1: Mengamati
6. Pendidik menjelaskan pengertian teks anekdot.
7. Pendidik menjelaskan struktur yang ada dalam
teks anekdot dan kebahasaannya.
8. Peserta didik diminta mencermati struktur dan
kebahasaan teks anekdot. (LITERASI)
Fase 2: Menanya
9. Pendidik memberi kesempatan peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan terkait materi
teks anekdot yang telah dijelaskan.
10. Peserta didik menjawab pertanyaan peserta
didik lain dengan dipilih secara acak.
60 menit
11. Pendidik memberi penguatan.
12. Peserta didik diminta bertanya tentang materi
yang telah disampaikan.
13. Pendidik menjawab pertanyaan peserta didik.
14. Pendidik mengajukan pertanyaan secara
mendalam mengenai materi yang telah
disampaikan. (HOTS)
15. Peserta didik diminta berpikir secara kritis
untuk menjawab pertanyaan.
Fase 3: Mengeksplorasi/Mengeksperimen
16. Pendidik memberikan contoh teks anekdot.
17. Peserta didik diminta memperhatikan untuk
kemudian membuat teks anekdot dengan
memperhatikan struktur dan kebahasaan yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Fase 4 : Mengasosiasi
18. Peserta didik berdiskusi cara membuat teks
anekdot.
19. Peserta didik menginterpretasikan hasil diskusi
ke dalam teks anekdot yang hendak dibuat
dalam lembar tugasnya masing-masing.
Fase 5 : Mengomunikasikan
20. Peserta didik menyampaikan hasil pemahaman
tentang struktur dan kebahasaan teks anekdot
Kegiatan
Penutup
21. Pendidik dan peserta didik mereview dan
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
22. Pendidik memberikan informasi tentang materi
yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
23. Do’a.
10 menit
I. Penilaian
a. Penilaian Proses
Nama Siswa
Aspek Prilaku yang
Dinilai Jumlah
Skor
Skor
Sikap
Kode
Nilai
BS JJ TJ DS
1 75 75 50 75 275 68,75 C
2 - - - - - - -
Keterangan:
BS : Bekerja Sama
JJ : Jujur
TJ : Tanggung Jawab
DS : Disiplin
Catatan:
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria
100 : Sangat Baik
75 : Baik
50 : Cukup
25 : Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria
= 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4
= 68,75
4. Kode nilai/predikat:
75,01-100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01-75,00 = Baik (B)
25,01-50,00 = Cukup (C)
00,00-25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin
dinilai.
b. Penilaian Kemampuan Menulis
Teknik dan Bentuk Instrumen
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen
Penilaian
1. Membuat teks anekdot
Tes Tertulis Terlampir
2. Menulis teks anekdot
Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Teks Anekdot
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Tema
2 Kelengkapan isi
3 Kesesuaian isi
4 Ketepatan susunan kalimat
5 Ketepatan penggunaan ejaan
Jumlah Skor Maksimal 25
Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Teks Anekdot
No Aspek yang
dinilai
Skor Kriteria
1. Tema 5 Sangat Baik : Tema/topik yang dipilih menarik
karena menceritakan tentang kejadian terkini
yang sedang kontroversial.
4 Baik : Tema/topik yang dipilih sederhana
karena hanya menceritakan persoalan disekitar
siswa.
3 Cukup : Tema/topik yang dipilih sederhana
karena hanya menceritakan persoalan biasa
yang dapat ditebak jalan ceritanya.
2 Kurang : Tema/topik yang dipilih rancu
sehingga kurang dipahami.
1 Sangat Kurang : Tema/topik yang dipilih tidak
jelas maksudnya.
2. Kelengkapan
isi
5 Sangat Baik : Semua bagian tulisan ditulis
lengkap sesuai struktur yang ada dalam teks
anekdot.
4 Baik : Terdapat satu struktur teks anekdot yang
tidak digunakan dalam tulisan.
3 Cukup : Terdapat dua struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
2 Kurang : Terdapat tiga struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
1 Sangat Kurang : Terdapat empat teks struktur
anekdot yang tidak digunakan dalam tulisan.
3. Kesesuaian
isi
5 Sangat Baik : Gagasan dikemukakan sesuai
dengan tema, logis, dan teratur.
4 Baik : Gagasan dikemukakan sesuai dengan
tema, logis, tapi kurang teratur.
3 Cukup : Gagasan dikemukakan sesuai dengan
tema, logis, tetapi tidak teratur.
2 Kurang : Gagasan dikemukakan sesuai dengan
tema, tidak logis, dan tidak teratur.
1 Sangat Kurang : Gagasan dikemukakan tidak
sesuai dengan tema, tidak logis, dan tidak
teratur.
4. Ketepatan
susunan
kalimat
5 Sangat Baik : Hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lain bersangkutan dan berurutan
dengan tepat.
4 Baik : Hubungan kalimat satu dengan kalimat
yang lain bersangkutan dan berurutan dengan
cukup tepat.
3 Cukup : Ada konjungsi antar kalimat yang
kurang tepat.
2 Kurang : Ada kalimat yang tidak beraturan.
1 Sangat Kurang : Kalimat satu dengan yang lain
tidak bertautan dan berurutan.
5. Ketepatan
penggunaan
ejaan
5 Sangat Baik : Semua bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
4 Baik : Seperempat bagian tulisan ditulis dengan
Ejaan yang disempurnakan.
3 Cukup : Setengah bagian tulisan ditulis dengan
Ejaan yang disempurnakan.
2 Kurang : Sepertiga bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
1 Sangat Kurang : Semua bagian tulisan tidak
ditulis dengan Ejaan yang disempurnakan.
Tangerang, 03 September 2018
Guru Mata Pelajaran Peneliti
M. Syarifudin US, S.Pd. Nurul Hikmah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA Bina Insani
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/I
Materi : Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan ke-2)
A. Kompetensi Inti
KI-3
Pengetahuan
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI-4
Keterampilan
Mengolah, menalar, menyaji, dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6. Menganalisis struktur dan
kebahasaan teks anekdot.
3.6.1. Mengidentifikasi struktur (bagian-bagian
teks anekdot) dan kebahasaan.
4.6. Menciptakan kembali teks
anekdot dengan
memerhatikan struktur,
dan kebahasaan.
4.6.1. Menyusun kembali teks anekdot dengan
memerhatikan struktur dan kebahasaan.
4.6.2. Mempresentasikan, menanggapi, dan
merevisi teks anekdot yang telah disusun.
C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik
diharapkan dapat:
1. Siswa mampu mengetahui struktur (bagian-bagian) teks anekdot dan
kebahasaan.
2. Siswa mampu menyusun teks anekdot dengan memerhatikan struktur
dan kebahasaan.
3. Siswa mampu menciptakan teks anekdot.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teks anekdot.
2. Struktur teks anekdot.
3. Kebahasaan teks anekdot.
E. Pendekatan, Metode dan sModel
1. Pendekatan : Cooperatif Learning.
2. Model : Mind Mapping.
3. Metode : Peta Pikiran.
F. Media Alat dan Bahan
1. Papan tulis dan spidol.
2. Kertas HVS dan pensil warna/spidol warna.
G. Sumber Belajar
1. Tim bahasa Indonesia, Pendalaman Buku Teks Bahasa Indonesia 1A
Kelas X SMA Semester I, Yudhistira, 2017.
2. Yadi Mulyadi, Buku Teks Pendamping Bahasa Indonesia untuk SMA-
MA SMK/MAK Kelas X, Kurikulum 2013 Edisi Revisi, Bandung,
Yrama Widya, 2016.
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-2 (2 x 40 menit)
Tahap
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Rutin
Orientasi
1. Pendidik melakukan pembukaan dengan salam
dan sapa dilanjutkan berdoa untuk memulai
pelajaran.
2. Pendidik memeriksa kehadiran peserta didik.
Motivasi
3. Pendidik memotivasi peserta didik untuk
mempersiapkan fisik dan psikis dalam
mengawali pembelajaran.
Apersepsi
4. Pendidik menyampaikan tujuan serta manfaat
pembelajaran yang akan dilakukan.
5. Pendidik mengingatkan kembali materi
pertemuan sebelumnya dengan bertanya.
10
menit
Kegiatan
Inti
Fase 1: Mengamati
6. Pendidik mengulas kembali materi teks anekdot
yang telah dijelaskan sebelumnya.
7. Pendidik mendemonstrasikan contoh teks
anekdot menggunakan model peta pikiran.
8. Peserta didik diminta memperhatikan pembuatan
teks anekdot menggunakan peta pikiran, untuk
kemudian diminta membuat teks anekdot
dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan
yang telah dijelaskan sebelumnya menggunakan
model peta pikiran.
60
menit
Fase 2: Menanya
9. Pendidik memberi kesempatan peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan terkait materi
yang diajarkan.
10. Pendidik menjawab pertanyaan peserta didik.
Fase 3: Mengeksplorasi/Mengeksperimen
11. Peserta didik diminta membuat teks anekdot
menggunakan peta pikiran.
12. Pendidik membimbing peserta didik dalam
pembuatan teks anekdot menggunakan peta
pikiran.
Fase 4 : Mengasosiasi
13. Peserta didik dan pendidik berdiskusi tentang
kesulitan yang dihadapi siswa, kemudian
pendidik meluruskan kekeliruan yang dilakukan
peserta didik.
14. Peserta didik menginterpretasikan hasil diskusi
ke dalam teks anekdot yang hendak dibuat
dalam lembar tugasnya masing-masing.
Fase 5 : Mengomunikasikan
15. Peserta didik menyampaikan hasil pemahaman
tentang struktur dan kebahasaan teks anekdot
Kegiatan
Penutup
16. Pendidik dan peserta didik mereview dan
menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
17. Do’a.
10
menit
I. Penilaian
a. Penilaian Proses
Nama Siswa
Aspek Prilaku yang
Dinilai Jumlah
Skor
Skor
Sikap
Kode
Nilai
BS JJ TJ DS
1 75 75 50 75 275 68,75 C
2 - - - - - - -
Keterangan:
BS : Bekerja Sama
JJ : Jujur
TJ : Tanggung Jawab
DS : Disiplin
Catatan:
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria
100 : Sangat Baik
75 : Baik
50 : Cukup
25 : Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah
kriteria
= 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4
= 68,75
4. Kode nilai/predikat:
75,01-100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01-75,00 = Baik (B)
25,01-50,00 = Cukup (C)
00,00-25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang
ingin dinilai.
b. Penilaian Kemampuan Menulis
Teknik dan Bentuk Instrumen
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen
Penilaian
1. Membuat teks anekdot
menggunakan model peta
pikiran/mind mapping
Tes
Tertulis
Terlampir
2. Menulis teks anekdot
menggunakan model peta
pikiran/mind mapping
Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Teks Anekdot
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Tema
2 Kelengkapan isi
3 Kesesuaian isi
4 Ketepatan susunan kalimat
5 Ketepatan penggunaan ejaan
Jumlah Skor Maksimal 25
Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Teks Anekdot
No Aspek yang
dinilai
Skor Kriteria
1. Tema 5 Sangat Baik : Tema/topik yang dipilih
menarik karena menceritakan tentang
kejadian terkini yang sedang kontroversial.
4 Baik : Tema/topik yang dipilih sederhana
karena hanya menceritakan persoalan biasa
yang dapat ditebak jalan ceritanya.
3 Cukup : Tema/topik yang dipilih ruang
lingkupnya sempit dan terbatas karena
tidak banyak yang mengetahui maksudnya.
2 Kurang : Tema/topik yang dipilih rancu
sehingga kurang dipahami.
1 Sangat Kurang : Tema/topik yang dipilih
tidak jelas maksudnya.
2. Kelengkapan
isi
5 Sangat Baik : Semua bagian tulisan ditulis
lengkap sesuai struktur yang ada dalam
teks anekdot.
4 Baik : Terdapat satu struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
3 Cukup : Terdapat dua struktur teks anekdot
yang tidak digunakan dalam tulisan.
2 Kurang : Terdapat tiga struktur teks
anekdot yang tidak digunakan dalam
tulisan.
1 Sangat Kurang : Terdapat empat struktur
teks anekdot yang tidak digunakan dalam
tulisan.
3. Kesesuaian
isi
5 Sangat Baik : Gagasan dikemukakan
sesuai dengan tema, logis, dan teratur.
4 Baik : Gagasan dikemukakan sesuai
dengan tema, logis, tapi kurang teratur.
3 Cukup : Gagasan dikemukakan sesuai
dengan tema, logis, tetapi tidak teratur.
2 Kurang : Gagasan dikemukakan sesuai
dengan tema, tidak logis, dan tidak teratur.
1 Sangat Kurang : Gagasan dikemukakan
tidak sesuai dengan tema, tidak logis, dan
tidak teratur.
4. Ketepatan
susunan
kalimat
5 Sangat Baik : Hubungan kalimat satu
dengan kalimat yang lain bersangkutan dan
berurutan dengan tepat.
4 Baik : Hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lain bersangkutan dan
berurutan dengan cukup tepat.
3 Cukup : Ada konjungsi antar kalimat yang
kurang tepat.
2 Kurang : Ada kalimat yang tidak
beraturan.
1 Sangat Kurang : Kalimat satu dengan yang
lain tidak bertautan dan berurutan.
5. Ketepatan
penggunaan
ejaan
5 Sangat Baik : Semua bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
4 Baik : Seperempat bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
3 Cukup : Setengah bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
2 Kurang : Sepertiga bagian tulisan ditulis
dengan Ejaan yang disempurnakan.
1 Sangat Kurang : Semua bagian tulisan
tidak ditulis dengan Ejaan yang
disempurnakan.
Tangerang, 03 September 2018
Guru Mata Pelajaran Peneliti
M. Syarifudin US, S.Pd. Nurul Hikmah
Lampiran
A. Deskripsi Penilaian Pretest Kemampuan Menulis Teks Anekdot Siswa
Teks Anekdot 1 (terlampir) : Ezer Martino
1. Tema : tema/topik yang dipilih kurang menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi kurang sesuai dengan struktur yang
ada dalam teks anekdot yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan
koda. Isi hanya selesai pada orientasi/tahap pengenalan cerita, tidak
ada krisis/tahap pemunculan masalah hingga penyelesaian dalam
cerita.
3. Kesesuaian isi : isi cerita kurang sesuai dengan judul yang dituliskan.
Judul yang ditulis tidak menggambarkan keseluruhan isi cerita yang
ditulis.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah cukup tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan kurang sesuai. Terdapat kesalahan penulisan seperti dalam
penggunaan huruf kapital dan pemakaian tanda baca.
=
= 44
Teks Anekdot 2 (terlampir) : Abdul Azis
1. Tema : tema/topik yang dipilih kurang menarik untuk dibaca karena
terlalu umum.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi cukup sesuai dengan struktur yang
ada dalam teks anekdot yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan
koda. Isi hanya selesai pada krisis/tahap pemunculan masalah, tidak
ada tahap penyelesaian masalah dalam cerita.
3. Kesesuaian isi : sebagian besar isi sudah cukup sesuai dengan judul
yang dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah cukup tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan kurang sesuai. Terdapat kesalahan penulisan seperti dalam
penggunaan huruf kapital dan pemakaian tanda baca.
=
= 52
Teks Anekdot 3 (terlampir) : Muhammad Syamsul
1. Tema : tema/topik yang dipilih sudah cukup menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi cukup sesuai dengan struktur yang
ada dalam teks anekdot yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan
koda. Isi hanya selesai pada krisis/tahap pemunculan masalah, tidak
ada tahap penyelesaian masalah dalam cerita.
3. Kesesuaian isi : isi cerita kurang sesuai dengan judul yang dituliskan.
Judul tidak menggambarkan keseluruhan isi cerita yang ditulis.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah tepat karena sudah
memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan kurang sesuai. Terdapat kesalahan penulisan seperti dalam
penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
=
= 56
Teks Anekdot 4 (terlampir) : Azrul Ramadhan
1. Tema : tema/topik yang dipilih sudah cukup menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi yang ada dalam struktur teks anekdot yakni
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : sebagian besar isi cerita sudah cukup sesuai dengan
judul yang dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah tepat karena sudah
memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan sudah sesuai.
=
= 76
Teks Anekdot 5 (terlampir) : Dela Wulandari
1. Tema : tema/topik yang dipilih sudah cukup menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi dalam struktur teks anekdot yakni abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : sebagian besar isi cerita sudah cukup sesuai dengan
judul yang dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah sangat tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : penggunaan ejaan dalam tulisan sudah
tepat.
=
= 80
Teks Anekdot 6 (terlampir) : Yanuar Dwi Bachtiar
1. Tema : tema/topik yang dipilih menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi dalam struktur teks anekdot yakni abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : keseluruhan isi cerita sesuai dengan judul yang
dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah sangat tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan sudah cukup sesuai.
=
= 84
B. Deskripsi Penilaian Posttest Kemampuan Menulis Teks Anekdot
Siswa
Teks Anekdot 1 (terlampir) : Simeon Luifred Novaldi
1. Tema : tema/topik yang dipilih sudah cukup menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sudah sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi yang ada dalam struktur teks anekdot yakni
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : sebagian besar isi cerita sudah cukup sesuai dengan
judul yang dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah tepat karena sudah
memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : penggunaan ejaan dalam tulisan sudah
cukup tepat.
=
= 72
Teks Anekdot 2 (terlampir) : Dea Maharani S.
1. Tema : tema/topik yang dipilih menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi dalam struktur teks anekdot yakni abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : keseluruhan isi cerita sesuai dengan judul yang
dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah cukup tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan sudah cukup sesuai.
=
= 76
Teks Anekdot 3 (terlampir) : Dela Wulandari
1. Tema : tema/topik yang dipilih sudah cukup menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi yang ada dalam struktur teks anekdot yakni
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : isi cerita sesuai dengan judul yang dituliskan.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah sangat tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : penggunaan ejaan dalam tulisan sudah
cukup tepat.
=
= 80
Teks Anekdot 4 (terlampir) : Ranaa Aulia
1. Tema : tema/topik yang dipilih menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi dalam struktur teks anekdot yakni abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : isi cerita sangat sesuai dengan judul yang dituliskan
karena sudah menggambarkan keseluruhan yang ada dalam cerita.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah sangat tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan sudah cukup sesuai.
=
= 88
Teks Anekdot 5 (terlampir) : Natasya Zeniah Adini
1. Tema : tema/topik yang dipilih sangat menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi dalam struktur teks anekdot yakni abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : isi cerita sangat sesuai dengan judul yang dituliskan
karena sudah menggambarkan keseluruhan yang ada dalam cerita.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah sangat tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : ketepatan penggunaan ejaan dalam
tulisan sudah cukup sesuai.
=
= 92
Teks Anekdot 6 (terlampir) : Fatimah
1. Tema : tema/topik yang dipilih menarik untuk dibaca.
2. Kelengkapan isi : kelengkapan isi sangat sesuai karena sudah
mencakup keseluruhan isi dalam struktur teks anekdot yakni abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
3. Kesesuaian isi : isi cerita sangat sesuai dengan judul yang dituliskan
karena sudah menggambarkan keseluruhan yang ada dalam cerita.
4. Ketepatan susunan kalimat : ketepatan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam cerita sudah sangat tepat karena
sudah memberikan kejelasan terhadap cerita yang ditulis.
5. Ketepatan penggunaan ejaan : penggunaan ejaan dalam tulisan sudah
tepat.
=
= 92
Lampiran
Awal pertemuan pembelajaran
Pelaksanaan pretest menulis teks anekdot
Lampiran
Demonstrasi contoh teks anekdot menggunakan model pembelajaran peta
pikiran (mind mapping)
Pelaksanaan posttest menulis teks anekdot menggunakan model
pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
ANGKET RESPONDEN SISWA
1. Identitas Responden
Nama : Abdul Aziz
Kelas : X-A
2. Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom
yang telah disediakan.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai rapot atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya senang menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
2 Saya bisa membuat teks anekdot yang baik dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
3 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
dapat membuat saya tidak merasa kesulitan untuk
menulis teks anekdot.
4 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
membantu saya lebih mudah dalam menemukan
topik teks anekdot yang akan saya tulis.
5 Penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
ANGKET RESPONDEN SISWA
1. Identitas Responden
Nama : Fatimah
Kelas : X-A
2. Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom
yang telah disediakan.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai rapot atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya senang menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
2 Saya bisa membuat teks anekdot yang baik dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
3 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
dapat membuat saya tidak merasa kesulitan untuk
menulis teks anekdot.
4 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
membantu saya lebih mudah dalam menemukan
topik teks anekdot yang akan saya tulis.
5 Penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
ANGKET RESPONDEN SISWA
1. Identitas Responden
Nama : Hamidah Safitri
Kelas : X-A
2. Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom
yang telah disediakan.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai rapot atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya senang menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
2 Saya bisa membuat teks anekdot yang baik dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
3 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
dapat membuat saya tidak merasa kesulitan untuk
menulis teks anekdot.
4 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
membantu saya lebih mudah dalam menemukan
topik teks anekdot yang akan saya tulis.
5 Penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
ANGKET RESPONDEN SISWA
1. Identitas Responden
Nama : Natasya Zeniah
Kelas : X-A
2. Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom
yang telah disediakan.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai rapot atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya senang menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
2 Saya bisa membuat teks anekdot yang baik dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
3 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
dapat membuat saya tidak merasa kesulitan untuk
menulis teks anekdot.
4 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
membantu saya lebih mudah dalam menemukan
topik teks anekdot yang akan saya tulis.
5 Penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
ANGKET RESPONDEN SISWA
1. Identitas Responden
Nama : Satria Ananda
Kelas : X-A
2. Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom
yang telah disediakan.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai rapot atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya senang menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
2 Saya bisa membuat teks anekdot yang baik dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
3 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
dapat membuat saya tidak merasa kesulitan untuk
menulis teks anekdot.
4 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
membantu saya lebih mudah dalam menemukan
topik teks anekdot yang akan saya tulis.
5 Penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
ANGKET RESPONDEN SISWA
1. Identitas Responden
Nama : Simeon Wifred
Kelas : X-A
2. Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom
yang telah disediakan.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai rapot atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya senang menulis teks anekdot dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
2 Saya bisa membuat teks anekdot yang baik dengan
menggunakan model pembelajaran peta pikiran
(mind mapping).
3 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
dapat membuat saya tidak merasa kesulitan untuk
menulis teks anekdot.
4 Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping)
membantu saya lebih mudah dalam menemukan
topik teks anekdot yang akan saya tulis.
5 Penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran menulis teks anekdot
membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Nurul Hikmah
NIM : 11140130000024
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Peta Pikiran (Mind
Mapping) Terhadap Kemampuan Menulis Teks Anekdot Siswa
Kelas X SMA Bina Insani Tahun Pelajaran 2018/2019.
No. Identitas Buku No.
Footnote
Halaman
Buku Bab Paraf
1. Abo, La. Model Pembelajaran
Menulis yang Efektif (Strategi Baru
Membentuk Peserta Didik Menjadi
Penulis). Bandung: Mujahid Press,
2016.
33 21 2
2. Agus, Andi. Peningkatan
Kompetensi Menulis Teks Anekdot
dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning pada
Peserta Didik Kelas X II SMA Negeri
1 Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar. Universitas Al
Asyariah Mandar: Jurnal Pepatuzdu
Volume 9 No 1, 2015.
43, 48 25, 28 2
3. Ahmad. Keefektifan Model Mind
Mapping terhadap Kemampuan
Menulis Teks Anekdot Peserta Didik
Kelas X SMK Negeri 2 Pinrang.
Skripsi. Universitas Negeri
Makassar. 2017.
50 29 3
4. Arikunto, Suharsimi. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
7, 8
34
3
5. Buzan, Tony. Buku Pintar Mind
Map. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2006.
27 18 2
6. Buzan, Tony. The Ultimate Book of
Mind Maps. London: Thorsons,
2005.
20 16 2
7. Cahyani, Isah dan Hodijah.
Kemampuan Berbahasa Indonesia di
Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press,
2007.
37 23 2
8. Daryanto dan Syaiful Karim.
Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta:
Gava Media, 2017.
26, 27 18, 23 2
9. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki.
Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
Bandung: Kaifa, 1999.
23, 30 17, 20 2
10. DePorter, Bobbi. dkk. Quantum
Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas.
Bandung: Kaifa, 2004.
23 17 2
11. Green, Scott. Mind Mapping Step by
Step Beginners Guide in Creating
Mind Maps. America: Booktango,
2015.
21 16 2
12. H. Dalman, Keterampilan Menulis.
Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
32, 35, 38,
49, 11
21, 22, 24,
29, 36
2, 3
13. Hernawan, Asep Herry. dkk. Belajar
dan Pembelajaran Sekolah Dasar.
Bandung: UPI Press, 2007.
4, 7 7, 8 2
14. H.P., Achmad dan Alek. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi:
Substansi Kajian dan Penerapannya.
Jakarta: Erlangga, 2016.
31 21 2
15. Huda, Miftahul. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-
isu Metodis dan Paradigmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
23 17 2
16. Hyerle, David N. dan Larry Alper.
Peta Pemikiran Edisi Kedua:
Penelitian Berbasis Sekolah, Hasil,
dan Model untuk Prestasi dengan
Menggunakan Peralatan Visual.
Jakarta: Indeks, 2012.
34 22 2
17. Iru, La dan La Ode Safiun Arihi.
Analisis Penerapan Pendekatan,
Metode, Strategi, dan Model-model
Pembelajaran. Bantul: Multi
Presindo, 2012.
19 15 2
18. Junaidi. Pengembangan Evaluasi
Pembelajaran PAI. Direktorat PAI
Direktorat Jendral Pendidikan Islam,
Kementerian Agama RI, 2011.
12, 13 37, 38 3
19. Kemendikbud. Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan
Akademik/Kemendikbud Edisi Revisi.
Jakarta: Kemendikbud, 2014.
44 26 2
20. Killen, Roy. Effective Teaching
Strategies: Lessons from Research
and Practice. Australia: National
Library of Australia Cataloguing in
Publication Data, 2009.
14 11 2
21. Lefudin. Belajar dan Pembelajaran
Dilengkapi dengan Model
Pembelajaran, Strategi
Pembelajaran, Pendekatan
Pembelajaran dan Metode
Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepublish, 2017.
5, 8 8, 9 2
22. Luxemburg, Jan Van. dkk. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa. 1989.
39 24 2
23. Mudjiono. Dimyati. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta,
2013.
2, 9 7, 10 2
24. Mulyadi, Yadi. dkk. Intisari Tata
Bahasa Indonesia untuk SMP dan
SMA. Bandung: Yrama Widya, 2016.
41, 47 25, 28 2
25. Noor, Juliansyah. Metodologi
Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi,
dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2011.
4, 5, 6, 1,
2
32, 33, 64 3, 4
26. Olivia, Femi. 5-7 Menit Asyik Mind
Mapping Pelajaran Sekolah. Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2014.
29 19 2
27. Pribadi, Benny A. Model Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT
Dian Rakyat, 2009.
6 8 2
28. Riadi, Edi. Statistika Penelitian
(Analisis Manual dan IBM SPSS).
Yogyakarta: CV. Andi, 2016.
16 40 3
29. Riyanto, H. Yatim. Paradigma Baru
Pembelajaran sebagai Referensi
bagi Pendidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2009.
18 15 2
30. Rusman. Belajar dan Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2017.
1 7 2
31. Sari, Ni Putu Vina Novita. dkk.
Analisis Struktur dan Kaidah
Kebahasaan Teks Anekdot dalam
Buku Mati Ketawa Cara daripada
Soeharto sebagai Alternatif
Pemilihan Bahan Ajar Bahasa
Indonesia di SMA. Universitas
Pendidikan Ganesha: e-Journal
Jurusan PBSI Volume 7 No 2, 2017.
45 26 2
32. Silberman, Mel. Pembelajaran Aktif
101 Strategi untuk Mengajar Secara
Aktif. Jakarta: Indeks, 2013.
28 19 2
33. Siregar, Shaleha. Meningkatkan
Keterampilan Siswa dalam Menulis
Karangan Narasi Menggunakan
Model Mind Mapping pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas
V SD Negeri 107828 Aras Panjang
Tahun Ajaran 2015/2016. Thesis.
Universitas Negeri Medan. 2017.
53 38 2
34. Subana. dkk. Statistika Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia, 2015.
9, 10, 14,
15
35, 36, 39,
40
3
35. Sukardi. Metodologi Penelitian
Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara,
2010.
1 31 3
36. Susanto, Ahmad. Pengembangan
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia, 2014.
12 11 2
37. Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta, Prenadamedia Group, 2013.
3, 5 7, 8 2
38. Taniredja, Tukiran. dkk. Model-
model Pembelajaran Inovatif dan
Efektif. Bandung: Alfabetis, 2013.
13, 12 12, 15 2
39. Taufik, Sultan. Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot dengan
Menggunakan Metode Mind
Mapping di Kelas X SMK Pasundan
3 Bandung. Skripsi. Universitas
Pasundan. Bandung. 2017.
51 30
40. Tim Guru Eduka. Mega Book
Pelajaran SMA/MA IPA Kelas X, XI
dan XII. Jakarta: Cmedia, 2015.
42, 46 25, 27 2
41. Tim Bahasa Indonesia. Pendalaman
Buku Teks Bahasa Indonesia 1A
Kelas X SMA Semester I. Jakarta:
Yudhistira, 2017.
40 25 2
42. Trianto. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Prenadamedia Group, 2009.
10 11 2
43. Warsono dan Hariyanto.
Pembelajaran Aktif Teori dan
Asesmen. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
17 15 2
44. Wena, Made. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer: Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
11, 16 11, 13 2
45. Wicaksono, Andri. Menulis Kreatif
Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Jakarta:
Garudhawaca, 2014.
36 22 2
46. Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia,
2014.
2, 3 31, 32 3
Dosen Pembimbing,
Dr. Elvi Susanti, M. Pd.
NIP. 19680801 200801 2016
RIWAYAT PENULIS
Nurul Hikmah lahir di Tangerang, 08 Januari
1997 ialah putri kedua dari lima bersaudara
pasangan Bapak Mu’min dan Ibu Asroh. Penulis
bertempat tinggal di Jl. Thamrin Ketapang RT
002/003, Kel. Ketapang, Kec. Cipondoh, Kota
Tangerang.
Penulis mengawali pendidikan di MI Miftahul
Amin pada tahun 2002 s.d. 2008, kemudian
melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 40 Jakarta
Barat pada tahun 2008 s.d. 2011, dan melanjutkan
pendidikan di MA Negeri 12 Jakarta Barat pada
tahun 2011 s.d. 2014, lalu dilanjutkan dengan
menempuh pendidikan jenjang S1 di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis telah menyelesaikan
skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Kemampuan Menulis Teks Anekdot
Siswa Kelas X SMA Bina Insani Tahun Pelajaran 2018/2019”.