Upload
duonghuong
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV) DAN
PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PTLSV) BAGI SISWA KELAS VIIA
SMPN 3 KALORAN TEMANGGUNG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2015/2016
JURNAL
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Eva Hestiana Febriyani
202009121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
6
PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV) DAN
PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PtLSV) BAGI SISWA
KELAS VIIA SMPN 3 KALORAN TEMANGGUNG SEMESTER 2 TAHUN
AJARAN 2015/2016
Eva Hestiana Febriyani, Novisita Ratu, Kriswandani
Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga
e-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan Persamaan
Linier Satu Variabel (PLSV) dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel (PtLSV) dengan menerapkan
diskusi Buzz Group bagi Siswa Kelas VIIA SMPN 3 Kaloran Temanggung semester 2 tahun ajaran
2015/2016. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Subyek
penelitian adalah Siswa Kelas VIIA SMPN 3 Kaloran Temanggung sebanyak 24 siswa. Guru pengampu
mata pelajaran matematika adalah sebagai pelaksana pembelajaran metode diskusi Buzz Group. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan wawancara, tes dan observasi. Pada kondisi prasiklus, nilai rerata
yang dicapai siswa adalah 44,38 dengan ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa (8,33%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kondisi siklus 1, terdapat peningkatan ketuntasan belajar 9 siswa (37,5%)
dengan nilai reratanya sebesar 54,17. Hasil siklus 2, terdapat peningkatan ketuntasan belajar menjadi 21.
Disimpulkan bahwa penerapan diskusi Buzz Group dapat meningkatkan hasil belajar persamaan linier
satu variabel dan pertidaksamaan linier satu variabel bagi Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 3 Kaloran
Temanggung semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.
Kata Kunci : Diskusi, Buzz Group, Persamaan Linier Satu Variabel, Pertidaksamaan Linier Satu
Variabel, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Seorang guru yang profesional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan
diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran,
apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada pada siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar (Gulo, 2002). Peran siswa di dalam proses belajar
mengajar ialah berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah
bimbingan guru. Bantuan guru dalam mengembangkan kegiatan belajar seseorang ialah
untuk membuat kegiatan belajar itu berlangsung secara optimal. Hal ini perlu diciptakan
situasi yang memberikan rangsangan belajar, mengarahkan kegiatan belajar, dan
mengelola kegiatan belajar secara efisien. Respon siswa terhadap materi yang
7
disampaikan itu sangatlah penting, karena akan membantu mengetahui tingkat
pemahaman dan kesulitan siswa. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran
wajib yang diberikan di tingkat pendidikan dasar. Matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit dipahami siswa sehingga banyak sekali siswa yang hasil belajarnya
masih rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga terjadi di Kelas VIIA SMPN 3
Kaloran. Berdasarkan hasil data dan wawancara dengan guru matematika yang
mencapai nilai KKM yaitu 25% dari 24 siswa. Guru juga mengungkapkan bahwa siswa
cenderung pasif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran hanya terjadi satu arah.
Guru menjelaskan materi dengan baik tetapi tidak ada respon dari siswa bahwa siswa
mampu mengingat dan menyimpulkan materi yang disampaikan guru. Berdasarkan hasil
observasi di kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung pada tanggal 20 Januari 2016
diketahui selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa berbicara sendiri,
bergurau dengan teman-temannya, ada beberapa yang bermain dengan bukunya sendiri
dan tidak ada satu siswapun yang menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan.
Pada saat guru memberikan pertanyaan atau tugas mengerjakan soal-soal siswapun tidak
mampu memberikan umpan balik dan 80% siswa tidak bisa mengerjakan soal. Guru
pengampu mata pelajaran matematika adalah sebagai pelaksana pembelajaran metode
diskusi Buzz Group. Berdasarkan hasil pretest untuk mengetahui kondisi awal siswa,
nilai matematika kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung tahun ajaran 2015/2016
diperoleh hasil bahwa nilai rerata sebesar 44,38 dengan 2 siswa (8,33%) yang mendapat
nilai diatas KKM. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perbaikan pembelajaran yang
menjadikan siswa mampu mengingat materi, menemukan pengetahuan baru,
memberikan pendapat, melatih jiwa kepemimpinannya dan memancing keaktifan siswa
baik fisik dan cara berfikir secara individu maupun kolektif.
Hamalik (2002:146) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan
murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hal
senada juga dijelaskan oleh Arikunto (2010) bahwa hasil belajar adalah sebagai hasil
yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu
mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Lebih lanjut, dalam proses
belajar mengajar, siswa mengalami pengalaman belajar, kemampuan-kemampuan yang
8
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar tersebut merupakan hasil
belajar (Mustamin, 2010:37). Hasil belajar dipengaruhi oleh salah satu faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu guru dalam memilih metode
pembelajaran (Slameto, 2003:54-60).
Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, dan
keaktifan belajar siswa adalah Diskusi Buzz Group. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lestyaningsih (2012) yang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan dari tiap siklus diketahui bahwa penerapan metode diskusi
Buzz Group dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Trianto (2007:22) mengemukakan Buzz Group sebagai suatu kelompok aktif yang
terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan ide siswa pada materi pelajaran. Surjadi
(1989:34) mengungkapkan hal yang sama bahwa Buzz Group adalah suatu kelompok
dibagi kedalam beberapa kelompok kecil (sub group) yang masing-masing terdiri dari
3-6 orang dalam tempo yang singkat, untuk mendiskusikan suatu topik atau
memecahkan suatu masalah seorang juru bicara ditunjuk untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompok masing-masing kepada sidang lengkap seluruh kelompok. Usman
(2002:40) menambahkan bahwa bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri 3-4 peserta. Tempat duduk diatur
sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan
mudah. Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran
dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau
sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Lebih lanjut, Surjadi
(1989:34) menambahkan tujuan pembelajaran menggunakan diskusi Buzz Group adalah
untuk memperoleh informasi, untuk memecahkan suatu masalah atau mendikusikan
suatu isu atau masalah. Pembelajaran menggunakan metode Buzz Group diharapkan
siswa dapat melatih diri dengan menggali banyak informasi dan memecahkan masalah
dengan cara diskusi didalam suatu kelompok sehingga pembelajaran dengan diskusi
Buzz Group dapat tercapai dengan efektif dan tepat.
Surjadi (1989:35-36) menyatakan bahwa penggunaan metode Buzz Group dapat
berhasil dengan efektif apabila setiap siswa dalam kelompok dan guru mengetahui
tugas-tugas yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah 1) Pemimpin/Guru meliputi a)
membantu dalam menentukan isu atau masalah; b) memecahkan kelompok kedalam
9
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang; c) memberikan penjelasan kepada
kelompok-kelompok kecil tersebut yang meliputi: tentang tugasnya, tentang batas waktu
(5-15 menit) untuk menyelesaikan tugas, dan menyarankan agar tiap kelompok kecil
tersebut memilih pemimpin sidang dan penulisnya; d) meminta saran-saran untuk
memecahkan masalah, memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan-pertanyaan; e)
mengunjungi kelompok demi kelompok untuk mengetahui apakah ada kelompok yang
memerlukan bantuan dalam melaksanakan tugasnya; f) memperingatkan dua menit
sebelumnya bahwa tugas mereka hamper berakhir; g) mengundang kelompok-kelompok
kecil untuk berkumpul bersama lagi; h) mempersilahkan tiap kelompok menyampaikan
laporan melalui juru bicara/laporannya; i) mempersilahkan tiap kelompok untuk
menambahkan komentar terhadap laporan; j) merangkum hasil diskusi kelompok-
kelompok tersebut atau menugaskan salah satu orang untuk melakukannya; k)
mengajukan tindakan atau studi tambahan; dan l) mengevaluasi manfaat dan
kekurangan-kekurangan belajar; 2) Anggota-anggota kelompok melakukan a)
membantu dalam merumuskan isu atau masalah yang dihadapi mereka; b) ikut memilih
pemimpin dan penulis dalam kelompok kecil; c) memperjelas atau merumuskan suatu
isu atau masalah; d) menampilkan saran-saran untuk mendiskusikan isu atau masalah; e)
mendengarkan baik-baik dan menghargai sumbangan pendapat orang lain; f)
mengembangkan pendapat atas dasar pendapat anggota-anggota lain; g) merumuskan
bagaimana informasi itu dipergunakan dan dilaksanakan; dan h) ikut melaksanakan
evaluasi efektivitas pengalaman belajar tersebut.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi maka dapat
dirumuskan tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika pada
pokok bahasan Persamaan Linier Satu Variabel dan Pertidaksamaan Linier Satu
Variabel melalui penerapan Diskusi Buzz Group bagi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3
Kaloran Temanggung Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan dengan
strategi siklus yang berangkat dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi.
Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi
10
disebut satu siklus penelitian. PTK ini menggunakan Model Kemmis dan McTaggart
yang terdiri dari 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1)
perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan interpretasi, serta 4)
analisis dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 3
Kaloran Temanggung yang terdiri dari 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan
12 siswa perempuan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik 1) wawancara, dimana wawancara awal dilakukan pada guru dan kepala sekolah
untuk menggali informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek
pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan
yang dilakukan; 2) Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan
perkembangan pembelajaran metode Buzz Group yang dilakukan oleh guru dan siswa
dimana pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah siklus penelitian
berlangsung; 3) tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan
pelaksanaan tindakan. Adapun bentuk tes yang diberikan kepada siswa, yakni tes yang
berupa soal uraian dan 4) dokumentasi.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu (1) lembar observasi
yang digunakan untuk mengetahui hasil pengamatan dan berupa pernyataan kegiatan
guru, kegiatan siswa serta kondisi lingkungan kelas; dan 2) soal tes yang digunakan
adalah menggunakan uji pakar yang melibatkan guru matematika dan pembimbing
melalui konsultasi untuk mendapatkan butir-butir soal yang tepat dan sesuai. Adapun
kisi-kisi instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 1. Kisi-kisi Pretest
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran No. Soal
Menyelesaikan
persamaan dan
pertidaksamaan linear
satu variabel
Mengenal PLSV dalam berbagai bentuk dan
variabel. 1,2
Menentukan bentuk setara dan penyelesaian dari
PLSV 3,4,5
Mengenal PtLSV dalam berbagai bentuk dan
variabel. 6,7
Menentukan bentuk setara dan penyelesaian dari
PtLSV. 8,9,10
11
Tabel 2. Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran No Soal
Menyelesaikan
persamaan linear satu
variabel
Mengenal PLSV dalam berbagai bentuk dan
variabel.
1,2
Menentukan bentuk setara dan penyelesaian
dari PLSV
3,4,5
Tabel 3. Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran No Soal
Menyelesaikan
pertidaksamaan linear
satu variabel
Mengenal PtLSV dalam berbagai bentuk dan
variabel.
1,2
Menentukan bentuk setara dan penyelesaian
dari PtLSV.
3,4,5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Kondisi Pra Siklus
Pada tahap pra siklus terlebih dahulu dilakukan wawancara dengan Kepala
Sekolah, dan Guru mapel Matematika. Setelah wawancara, peneliti melakukan
observasi untuk mengetahui dan mengamati proses pembelajaran matematika di kelas
VII A SMPN 3 Kaloran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas maka
diperoleh hasil bahwa
a Guru mengajar dengan baik tetapi siswa cenderung pasif dalam pembelajaran
sehingga hanya terjadi pembelajaran satu arah.
b Guru menjelaskan materi dengan baik tetapi tidak ada respon dari siswa bahwa
siswa mampu mengingat dan menyimpulkan materi yang disampaikan guru.
c Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa berbicara sendiri, bergurau
dengan teman-temannya, ada beberapa yang bermain dengan bukunya sendiri dan
tidak ada satu siswapun yang menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan.
d Pada saat guru memberikan pertanyaan atau tugas mengerjakan soal-soal siswapun
tidak mampu memberikan umpan balik dan 80% siswa tidak bisa mengerjakan
soal.
12
Fenomena pembelajaran ini menggambarkan bahwa siswa tidak serius dalam
mengikuti pembelajaran matematika dan sifat aktif sendiri di luar konten pembelajaran
serta daya serap siswa pada materi pelajaran sangat kurang. Hal ini didukung dengan
hasil pretest sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Pretest Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung
Nilai Keterangan Jumlah Siswa Presentase
≥ 70 Tuntas 2 8,33%
< 70 Tidak Tuntas 22 91,67%
Jumlah - 24 100%
Nilai Maksimum 80
Nilai Minimum 20
Nilai Rerata 44,38
Adapun nilai siswa kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung yang disajikan dalam
grafik adalah sebagai berikut:
Grafik 1. Nilai Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung pada Pra Siklus
Berdasarkan tabel dan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa hanya 2 siswa
(8,33%) yang tuntas dari 24 siswa dan memenuhi KKM yaitu 70 sedangkan 22 siswa
(91,67%) belum tuntas. Rata-rata hasil pretest ini yaitu 44,38 dengan nilai maksimum
sebesar 80 dan nilai minimum sebesar 20. Hal ini terlihat bahwa hasil belajar
matematika siswa sangatlah rendah dan diperlukan tindakan lanjut untuk menangani
keadaan seperti ini. Kondisi yang demikian, maka dilakukan penelitian dengan
menggunakan metode diskusi Buzz Group yang diterapkan di kelas VII A SMPN 3
Kaloran Temanggung pada materi PLSV dan PtLSV yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
13
2. Kondisi Siklus 1
Tahapan pada kondisi siklus 1 ini meliputi 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Adapun rincian dari masing-masing tahapan tersebut adalah
sebagai berikut
a. Perencanaan
Tahap perencanaan guru mempersiapkan materi pembelajaran atau sumber
belajar yang akan digunakan dan alat peraga. Pada pertemuan pertama dengan
kompetensi dasar menyelesaikan persamaan linear satu variable dan indikatornya
mengenal PLSV dalam berbagai bentuk dan variabel. Pertemuan kedua dengan
kompetensi dasar menyelesaikan persamaan linear satu variable dan indikatornya
menentukan bentuk setara dan penyelesaian dari PLSV. Guru menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode diskusi Buzz Group.
Alokasi waktu yang digunakan adalah 4 x 40 menit. Guru menyiapkan lembar
observasi yaitu lembar observasi kegiatan guru, siswa dan kondisi lingkungan kelas
dan menyiapkan kertas karton.
b. Tindakan
Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. dengan kompetensi dasar
menyelesaikan persamaan linear satu variable dan indikatornya mengenal PLSV
dalam berbagai bentuk dan variabel dan menentukan bentuk setara dan penyelesaian
dari PLSV. Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode diskusi Buzz Group.
1) Pertemuan Pertama
Pada kegiatan awal guru mengabsensi siswa dan memastikan kesiapan siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengingatkan kembali tentang materi saat di SD mengenai menyelesaikan soal
cerita pada materi penjumlahan dan pengurangan dan materi sebelumnya mengenai
kalimat terbuka untuk menumbuhkan kreatif siswa dengan memberi contoh soal
cerita. Siswa diberi stimulus dengan menampilkan gambar apel dan salak. Guru
menggunakan metode diskusi Buzz Group pada pembelajaran ini. Guru membagi
siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, kemudian guru
membacakan anggota disetiap kelompok secara acak. Guru menyusun tempat
duduk disetiap kelompok dengan bentuk lingkaran atau huruf U dan siswa
14
menempati tempat duduk sesuai dengan kelompoknya yang dipilih oleh guru. Guru
dan siswa dalam setiap kelompok memilih satu siswa sebagai juru bicara sekaligus
memimpin diskusi. Guru memberi permasalahan kepada setiap kelompok untuk
dikerjakan secara kelompok dan membagikan kertas karton dan spidol. Siswa
mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan dipimpin juru bicara atau pemimpin
kelompok dimasing-masing kelompok. Guru hanya sebagai fasilitator. Guru
mempersilahkan juru bicara dimasing-masing kelompok untuk mempersentsikan
hasil diskusinya didepan kelas dan kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya
ataupn menyanggah kepada penyaji. Siswa-siswa terlihat antusias sekali meskipun
mereka masih menggunakan bahasa sangat sederhana dan terkadang menggunakan
bahasa jawa. Guru membantu membenarkan jika ada kekeliruan dari hasil diskusi
dan dibahas secara bersama-sama. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada
guru terkait materi ini kemudian menyimpulkan materi ini secara bersama-sama
guna untuk mengingat materi yang sudah dipelajari. Guru memberikan Pekerjaan
Rumah (PR) sebagai latihan soal.
2) Pertemuan kedua
Pada kegiatan awal guru mengabsensi siswa dan memastikan kesiapan siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian
guru. Guru menjelaskan materi tentang menentukan bentuk setara dan penyelesaian
dari PLSV kemudian memberikan beberapa contoh soal dan dikerjakan bersama-
sama. Guru menggunakan metode diskusi Buzz Group pada pembelajaran ini seperti
pertemuan pertama pembelajaran pada siklus 1.
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan dan jalannya
pembelajaran. Setiap tindakan yang dilakukan siswa diamati oleh obsever dengan
menggunakan lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan guru dan
lembar observasi kondisi lingkungan kelas dilakukan untuk mengamati tindakan guru
dalam kegiatan mengajar. Observasi ini juga bertujuan untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan dalam pembelajaran dan kendala-kendala yang ada selama proses
pembelajaran. Tahap observasi dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan guru mata
pelajaran matematika sebagai obsever. Berdasarkan hasil dari pengisian lembar
observasi, siklus I digambarkan dengan siswa berusaha untuk bersungguh-sungguh
15
untuk mengikuti pelajaran meskipun masih ragu-ragu untuk terlibat aktif. Banyak
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Ada beberapa siswa yang
ngobrol dengan teman-temannya, bermain dengan bukunya sendiri, berjalan dikelas
untuk menghampiri teman yang berbeda tampat duduknya, siswa tidak mampu
menjawab pertanyaan dari guru secara lisan, siswa tampak ragu-ragu untuk bertanya
kepada guru tentang materi yang belum dimengerti, sebagian siswa tampak
mencontek hasil pekerjaan temannya tanpa ikut serta dalam menyampaikan gagasan
atau idenya, sebagian siswa tidak ikut campur tangan dalam penyelesaian tugas
kelompoknya dan siswa tidak percaya diri dalam mengerjakan tes siklus I terlihat
sebagian siswa mencontek pekerjaan temannya, membuka buku catatan.
Pada lembar observasi kegiatan guru juga bisa digambarkan bahwa Guru kurang
memberi perhatian kepada keseluruhan siswa sehingga kelas tampak ramai dan
kurang menguasai kelas secara merata. Observasi kegiatan guru ini bertujuan untuk
mengetahui mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajarannya pada siklus I dan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru selama
pembelajaran berlangsung.
Hasil dari siklus 1 ini dapat dilihat dari nilai tes pada siklus 1 sebagai berikut
Tabel 5. Hasil Tes Siklus 1 Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung
Nilai Keterangan Jumlah Siswa Presentase
≥ 70 Tuntas 9 37,5%
< 70 Tidak Tuntas 15 62,5%
Jumlah - 24 100%
Nilai Maksimum 80
Nilai Minimum 30
Nilai Rerata 54,17
Adapun nilai siswa kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung yang disajikan dalam
grafik adalah sebagai berikut:
16
Grafik 2. Nilai Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung pada Siklus 1
Pada tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tes siklus I
kelas VII A SMP N 3 Kaloran Temanggung adalah 54,17 dengan nilai maksimum
sebesar 80 dan nilai minimum sebesar 30. Untuk prosentase siswa yang sudah tuntas
sebanyak 9 siswa (37,5%) dan 15 siswa (62,5%) belum tuntas. Pada siklus I ini sangat
jauh untuk mencapai batas ketuntasan yang sudah ditetapkan yaitu 80% dan nilai
reratanya juga masih berada dibawah nilai KKM.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus I dilakukan setelah pelaksanaan tes akhir siklus I berakhir.
Pada siklus I terdapat 15 siswa tidak tuntas kemudian guru melakukan remidial
sampai mencapai indikator keberhasilan. Hasil dari remidi 15 siswa telah mencapai
indikator keberhasilan. Tidak berhasilnya siswa dalam materi ini karena siswa kurang
memahami materi dan tidak bertanya kepada guru atau siswa yang lain. Dijumpai
guru menegur siswa yang mengobrol dengan temannya, berjalan di kelas, bermain
dengan bukunya, apabila tidak terjadi perubahan guru menghampiri siswa itu dan
mencari tahu permasalahannya kemudian dinasehati, guru membantu dan menuntun
siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan ketika diberi pertanyaan oleh guru, guru
menghampiri siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah dan memberi
sedikit penjelasan untuk memancing siswa untuk berpikir dengan cepat, guru
memotivasi siswa untuk bisa saling bekerja sama dengan kelompok sebangkunya,
guru mendampingi siswa dan sebagai fasilitator bagi siswa-siswa dalam melakukan
kerjasamanya, guru terus memberi arahan untuk tidak saling egois dan
individualisme, guru membimbing dan memotivasi siswa yang kurang aktif dalam
kelompoknya, guru menegur siswa yang mencontek dalam melaksanakan tes siklus I
17
dan memberikan arahan sampai terjadi perubahan, dan guru lebih mengajak siswa
untuk menyimpulkan materi secara bersama-sama.
Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi kondisi lingkungan kelas.
Pada siklus I diperoleh Siswa kurang rapi dalam mengatur tempat duduknya dan
mengatur alat-alat kebersihan, guru menegur dan memberi waktu untuk membereskan
semuanya agar ruang kelas kelihatan rapi, ruang kelas kotor terlihat plastik
pembungkus makanan berserakan didekat tempat sampah yang berada di depan kelas
sehingga guru menegur dan guru memberi masukan kepada siswa-siswa untuk
menjaga kebersihan dan memberi waktu untuk membersihkannya dan siswa terganggu
dengan siswa-siswa lain yang berbeda ruang kelasnya yang ingin melihat proses
pembelajaran di kelas VII A kemudian berteriak-teriak untuk mencari perhatian. Guru
menegur kemudian menasehati sampai terjadi perubahan dan kondisi kelas VII A
menjadi tenang dan nyaman untuk kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas tampaklah bahwa persentase ketuntasan belajar siswa
pada kondisi pra siklus dengan siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 29,17%;
untuk nilai reratanya mengalami peningkatan sebesar 9,79 point serta untuk nilai
minimumnya juga mengalami peningkatan sebesar 10 point. Sedangkan untuk nilai
maksimumnya tidak mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan indicator
keberhasilannya maka meskipun sudah ada peningkatan dibandingkan pada kondisi
pra siklus, kondisi siklus 1 belum memenuhi indicator keberhasilannya. Oleh karena
itu, berdasarkan hasil observasi dan hasil capaian siswa diperlukan siklus 2 sebagai
siklus lanjutan dan juga 15 siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan telah
diberi remidi.
3. Kondisi Siklus 2
Tahapan pada kondisi siklus 1 ini meliputi 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Adapun rincian dari masing-masing tahapan tersebut adalah
sebagai berikut
a. Perencanaan
Tahap perencanaan guru mempersiapkan materi pembelajaran atau sumber belajar
yang akan digunakan. Pada pertemuan pertama dengan kompetensi dasar menyelesaikan
pertidaksamaan linear satu variabel dan indikatornya mengenal PtLSV dalam berbagai
18
bentuk dan variabel. Pertemuan kedua pada kompetensi dasar menyelesaikan
pertidaksamaan linear satu variabel dan indikatornya menentukan bentuk setara dan
penyelesaian dari PtLSV. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan menerapkan metode diskusi Buzz Group. Alokasi waktu pada siklus ini adalah 4
x 40 menit. Menyiapkan lembar observasi yaitu lembar observasi kegiatan guru, siswa
dan kondisi lingkungan kelas, kertas karton, alat peraga dan daftar nama setiap anggota
kelompok dengan anggota kelompok yang berbeda dengan pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan refleksi siklus I maka dilakukan perbaikan yaitu guru sering melakukan
tanya jawab kepada siswa, guru lebih tegas menegur siswa ketika siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru terkait materi ini, guru menjelaskan materi ini dengan
perlahan-lahan dan lebih dipertegas dengan sering memberi pertanyaan-pertanyan
kepada siswa dan guru membimbing siswa yang kurang aktif dan kurang memahami
materi dalam kerja kelompok dengan membantu memberi penjelasan dan pertanyaan
terkait materi ini untuk memancing siswa tersebut dalam mengeluarkan pendapat.
b. Tindakan dan Observasi
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
dengan melakukan siklus II karena hasil tes siklus I belum memenuhi indikator kerja
penelitian ini. Metode yang digunakan menggunakan metode diskusi Buzz Group
dengan kompetensi dasar menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel dan
indikatornya mengenal PtLSV dalam berbagai bentuk dan variabel. Pertemuan kedua
pada kompetensi dasar menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel dan
indikatornya menentukan bentuk setara dan penyelesaian dari PtLSV.
1) Pertemuan Pertama
Pada kegiatan awal guru mengabsensi siswa dan memastikan kesiapan siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru
memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya materi ini. Guru
menggunakan metode diskusi Buzz Group pada pembelajaran ini. Guru menjelaskan
materi mengenai mengenal PtLSV dalam berbagai bentuk dan variabel. Pada pertemuan
ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sama dengan pertemuan sebelumnya.
2) Pertemuan Kedua
Pada kegiatan awal guru mengabsensi siswa dan memastikan kesiapan siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru
19
memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya materi ini. Guru
menggunakan metode diskusi Buzz Group pada pembelajaran ini. Pada pertemuan ini,
guru melakukan kegiatan pembelajaran sama dengan pertemuan sebelumnya dan
diakhiri dengan tes akhir siklus II dan siswa yang belum mencapai indikator
keberhasilan diberi remidi.
1. Observasi
Proses pembelajaran pada siklus II diperoleh bahwa sudah terjadi peningkatan.
Siswa terlihat sudah terbiasa menggunakan metode diskusi Buzz Group terlihat bahwa
siswa sangat antusias untuk saling bekerja sama didalam kelompoknya. Berdasarkan
lembar observasi kegiatan siswa dapat digambarkan bahwa siswa berantusias dalam
memperhatikan penjelasan dari guru, sebagian siswa sudah berani mencoba untuk
menjawab pertanyaan dari guru meskipun jawabannya salah tetapi sudah tidak merasa
malu dan ragu-ragu, beberapa siswa sudah berani bertanya ketika kurang mengerti dan
memahami materi yang dijelaskan, siswa berani tunjuk jari untuk minta bimbingan dari
guru ketika ada beberapa masalah yang belum bisa diselesaikan, siswa berani mencoba
memimpin sebuah diskusi untuk menyelesaikan masalah, siswa mampu menjelaskan di
kelompok besar dan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya dengan bahasa
yang sangat sederhana dan masih menggunakan bahasa jawa, beberapa siswa ada yang
masih sulit untuk mengeluarkan pendapat di kelompokknya dan cenderung berdiam diri,
dan siswa mengikuti tes siklus II sudah tidak lagi mencontek dengan teman-temannya
ataupun membuka buku catatan karena semua buku dan tas dikumpulkan di depan
kelas. Peningkatan ini bisa menjadi modal untuk siswa untuk melatih kepercayaan diri
mereka untuk terlibat aktif di kelas.
Pada lembar observasi kegiatan guru pada siklus II juga terjadi peningkatan dalam
mengatasi masalah-masalah di dalam kelas yaitu bisa digambarkan bahwa guru sudah
sangat jelas dalam menjelaskan materi pada siswa, sudah sistematis dalam proses
kegiatan pembelajarannya, dan sudah menjadi fasilitator yang baik untuk siswa.
2. Refleksi
Pada siklus II ini, guru dalam melakukan proses pembelajaran sudah sangat baik
dan sudah banyak terjadi perubahan bagi siswa-siswanya. Guru sudah bisa menjadi
fasilitator yang baik dan bisa mengatasi siswa dalam permasalahannya. Masih ada
beberapa siswa yang cenderung diam dan guru mencoba untuk melakukan pendekatan
20
dengan membimbing siswa tersebut secara privat serta memancing siswa tersebut untuk
mengeluarkan pendapat dengan memberikan pertanyaan terkait tugas yang diberikan
guru. Pada siklus II siswa terlihat sudah terbiasa untuk saling bekerjasama dalam
kelompok dan terlihat sangat baik dan banyak perubahan dan siswa yang belum
mencapai indikator keberhasilan telah diberi remidi dengan hasil semua mencapai
indikator keberhasilan.
Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi kondisi lingkungan kelas dan
diperoleh bahwa kondisi kelas sudah sangat rapi dan bersih, peralatan yang di dalam
kelas sudah tertata rapi dan sesuai tempatnya. Siswa kelas lain sudah tidak pernah
membuat suara gaduh dan mengganggu proses pembelajaran di kelas VII A. Guru
menilai bahwa penelitian ini sudah baik dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Hal ini diperoleh dari meningkatnya dari siklus I ke siklus II dan juga dari
guru mata pelajaran matematika, kemudian siklus II dapat diakhiri karena mencapai
indikator keberhasilan yaitu 75%.
Pembelajaran pada siklus II juga diakhiri dengan tes akhir siklus II yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan
sebelumnya dengan menggunakan metode diskusi Buzz Group. Berikut ini adalah nilai
siswa kelas VII A pada siklus II.
Hasil dari siklus 1 ini dapat dilihat dari nilai tes pada siklus 1 sebagai berikut
Tabel 6. Hasil Tes Siklus II Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung
Nilai Keterangan Jumlah Siswa Presentase
≥ 70 Tuntas 21 87,5%
< 70 Tidak Tuntas 3 12,5%
Jumlah - 24 100%
Nilai Maksimum 90
Nilai Minimum 60
Nilai Rerata 76,04
Adapun nilai siswa kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung yang disajikan dalam
grafik adalah sebagai berikut:
21
Grafik 3. Nilai Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung pada Siklus 1
Pada tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas VII A pada
tes akhir siklus II meningkat menjadi 76,04 dengan prosentase siswa yang tuntas
adalah 87,50% sebanyak 21 siswa dan prosentase siswa yang belum tuntas adalah
12,50% sebanyak 3 siswa. Hasil belajar pada siklus II sudah mencapai batas
ketuntasan yang sudah ditetapkan yaitu 80%. Pada pembelajaran siklus II, peran siswa
cukup besar. Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VII A SMPN 3
Kaloran Temanggung menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika
pada pokok bahasan PLSV dan PtLSV setelah diterapkan pembelajaran dengan
metode diskusi Buzz Group. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus I sampai siklus II yaitu siklus I yang tuntas KKM sebanyak 9
siswa dengan persentase 37,50% kemudian mengalami peningkatan sebesar 50% di
siklus II yaitu yang tuntas KKM sebanyak 21 siswa dengan persentase 87,50%. Nilai
rata-rata siklus I dan siklus II berturut-turut yaitu 54,17 dan 76,04. Penelitian ini tidak
mengadakan siklus lanjut karena berdasarkan hasil tes tertulis yang diperoleh pada
siklus II telah mencapai patokan keberhasilan yaitu ≥80% siswa yang berjumlah 24
siswa yang telah mencapai nilai ≥70 yang merupakan KKM dalam penelitian ini dan
juga siswa yang belum tuntas KKM berjumlah 3 siswa telah diberi remidi dan sudah
mencapai indikator keberhasilan.
4. Perbandingan Antar Siklus
Perbandingan hasil belajar siswa antara kondisi pra siklus, siklus 1 dan siklus II
dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini
22
Tabel 7. Perbandingan Hasil Tes Kondisi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II Siswa
Kelas VII A SMPN 3 Kaloran Temanggung
Nilai Keterangan
Pra Siklus Siklus 1 Siklus II
Jumlah
Siswa
Presentase Jumlah
Siswa Presentase
Jumlah
Siswa Presentase
≥ 70 Tuntas 2 8,33% 9 37,5% 21 87,5%
< 70 Tidak
Tuntas
22 91,67% 15 62,5% 3 12,5%
Jumlah - 24 100% 24 100% 24 100%
Nilai Maksimum 80 80 90
Nilai Minimum 20 30 60
Nilai Rerata 44,38 54,17 76,4
Adapun perbandingan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II siswa kelas VII A SMPN
3 Kaloran Temanggung yang disajikan dalam grafik adalah sebagai berikut:
Grafik 4. Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas VII A
SMPN 3 Kaloran Temanggung
Berdasarkan tabel diatas tampaklah bahwa persentase ketuntasan belajar siswa
pada kondisi pra siklus dengan siklus I mengalami peningkatan 29,17% untuk nilai
reratanya mengalami peningkatan 9,79 point, nilai minimumnya 10 point dan
maksimumnya masih tetap sama. Siklus I dengan siklus II mengalami peningkatan
sebesar 50%; untuk nilai reratanya mengalami peningkatan sebesar 21,87 point serta
untuk nilai minimumnya juga mengalami peningkatan sebesar 30 point. Sedangkan
untuk nilai maksimumnya mengalami peningkatan sebesar 10 point. Jika
dibandingkan dengan indicator keberhasilannya maka pada siklus II ini mengalami
keberhasilan belajar dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
23
Metode diskusi Buzz Group membuat siswa terlibat aktif dalam diskusi
kelompok dari pada siswa berbicara dengan teman-temannya yang tidak bermanfaat
ketika guru menjelaskan materi alangkah baiknya jika para siswa mencurahkan
bakatnya didalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Diskusi kelompok
ini dipimpin oleh pemimpin kelompok sekaligus juru bicara didalam kelompok. Hasil
diskusi kemudian dipresentasikan di depan kelas oleh juru bicara. Kelompok lain akan
bertanya ataupun menyanggah. Metode ini melatih jiwa kepemimpinan siswa seperti
tanggung jawab, bersosialisasi, berani mengeluarkan pendapat, belajar menerima
kekurangan teman lain, berani memimpin dan berbicara didepan teman-temannya.
Hamalik (2002:146) mengemukakan bahwa hasil belajar itu sendiri dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah,
yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu. Pada penelitian ini, untuk mengetahui terjadinya
peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari meningkatnya prosentase keberhasilan dari
pra siklusm siklus I dan siklus II.
Proses pembelajaran yang berlangsung dari pra siklus, siklus I dan siklus II
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada tiap siklusnya. Hal ini
ditandai dengan siswa sudah mampu terlibat aktif pada saat proses pembelajaran.
Siswa sudah berani mencoba untuk bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan
meskipun jawaban salah, bisa bekerjasama dengan teman-temannya, mampu
mengeluarkan pendapatnya, dan siswa lebih berantusias untuk mengikuti
pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi Buzz
Group dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMPN 3
Kaloran Temanggung pada pokok pokok bahasan PLSV dan PtLSV. Berdasarkan
penelitian terdahulu tentang peningkatan hasil belajar dengan menggunakan diskusi
Buzz Group diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suswandari
Lestyaningsih (2012) “Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pokok
Menghitung KPK dan FPB dengan Metode Diskusi Buzz Group pada Siswa Kelas V
MI Ma’arif Surodikraman Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari tiap siklus
diketahui bahwa penerapan metode diskusi Buzz Group dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
24
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan Diskusi Buzz Group dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada
pokok bahasan persamaan linier satu variabel dan pertidaksamaan linier satu variabel
bagi Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 3 Kaloran Temanggung semester 2 Tahun Ajaran
2015/2016. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi siklus 1 dengan
indikator pembelajaran mengenal PLSV dalam berbagai bentuk dan variabel dan
menentukan bentuk setara dan penyelesaian dari PLSV, terdapat ketuntasan belajar
sebesar 29,17% sehingga terdapat 9 siswa (37,5%) yang mendapat nilai atas KKM
dengan nilai reratanya sebesar 54,17 dan 15 siswa diberi remidi dengan hasil mencapai
ketuntasan belajar. Hasil siklus 2 dengan indikator pembelajaran mengenal PtLSV
dalam berbagai bentuk dan variabel dan menentukan bentuk setara dan penyelesaian
dari PtLSV, terdapat ketuntasan belajar sebesar 50% sehingga terdapat 21 siswa
(87,5%) yang mendapat nilai atas KKM dengan nilai reratanya sebesar 76,04 dan 3
siswa diberi remidi dengan hasil mencapai ketuntasan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara. Hal 146.
Mustamin, Hasmiah. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Penerapan Asesmen Kinerja. Lentera Pendidikan. Hal 37.
Lestyaningsih, Suswandari. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi
Pokok Menghitung KPK dan FPB Dengan Metode Diskusi Buzz Group Pada
Siswa Kelas V MI Ma’arif Surodikraman Ponorogo Tahun Ajaran 2011/2012.
Jurnal. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal 54-60.
Surjadi. Membuat Siswa Aktif. 1989. Bandung: Bandar Maju.
Trianto. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. 2007. Jakarta:
Prestasi Pustaka. Hal 22.
Usman, Basyirudin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
W Gulo . 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT gramedia widisarana Indonesia.
Hal 130-131.