141
i UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN KONSEP ORGANISASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN UJUNG BATU 2 KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN TANAH LAUT SKRIPSI OLEH AULIA RAHMAN NIM. A1E 307927 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BANJARMASIN JUNI 2011

Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PTK tentang materi Kebebasan Berorganisasi Kelas V semester 2

Citation preview

Page 1: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

i

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN KONSEP

ORGANISASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN

UJUNG BATU 2 KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN

TANAH LAUT

SKRIPSI

OLEH

AULIA RAHMAN

NIM. A1E 307927

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

JUNI 2011

Page 2: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

ii

Page 3: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

iii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN KONSEP

ORGANISASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN

UJUNG BATU 2 KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN

TANAH LAUT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian

Program Sarjana (S1) pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FKIP Unlam Banjarmasin

OLEH :

AULIA RAHMAN

NIM. A1E 307927

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

JUNI 2011

Page 4: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

iv

Page 5: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

v

Page 6: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

vi

ABSTRAK

Rahman, Aulia. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Konsep

Organisasi Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN Ujung

Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

Skripsi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Pembimbing (I) Drs. H. Mahlan Asmar, M. Pd,

Pembimbing (II) Dra. Hj. Ike Hananik, M. Pd

Kata Kunci: Konsep Organisasi, PKn, Model Pembelajaran Kooperatif, dan

Jigsaw.

Permasalahan dalam proses pembelajaran, yakni kurangnya

persiapan/motivasi belajar siswa, siswa kurang mampu dalam memahami materi

PKn yang bersifat teoritis, dan kurangnya kemampuan siswa merumuskan contoh-

contoh implementasi konsep PKn dalam kehidupan, sehingga hasil belajar rendah.

Guru melakukan pembelajaran satu arah, sehingga siswa menjadi bosan dan pasif.

Oleh karena itu, perlu dicari strategi baru untuk melibatkan proses pembelajaran

yang melibatkan siswa secara aktif. Penyampaian pembelajaran tidak sekedar

ceramah seperti yang selama ini dilakukan oleh guru. Pembelajaran Kooperatif

tipe Jigsaw merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuannya

adalah untuk meningkatkan aktivitas guru, meningkatkan aktivitas siswa, dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari dua

pertemuan. Setting penelitian adalah siswa kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut tahun ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 14

orang yaitu terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran, dan tes evaluasi siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa setiap

akhir pertemuan. Teknik analisis data digunakan, distribusi, frekuensi, persentasi,

dan interpretasi.

Hasil penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep organisasi di

kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Aktivitas

guru meningkat, yakni rata-rata siklus I 76,55% meningkat menjadi 88,28% pada

siklus II. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 78,47% meningkat menjadi

menjadi 93,05% pada siklus II. Hasil belajar siswa meningkat yakni pada evaluasi

siklus I 76,42 meningkat menjadi 86,07 pada evaluasi siklus II. Ketuntasan

klasikal pada siklus I mencapai 64,28% meningkat menjadi 92,85% pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa hasil belajar PKn

Konsep Organisasi menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

pada siswa kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah

Laut meningkat dan hipotesis dapat diterima. Disarankan untuk menjadikan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini sebagai alternatif pembelajaran PKn

dikelas khususnya pada materi konsep organisasi.

Page 7: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-

Nya jualah sehingga penulis berhasil melaksanakan penelitian dan membuat

laporan akhir ini untuk penyelesaian skripsi yang berjudul : “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN Ujung Batu 2

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan dengan

segala kerendahan hati telah mempersiapkan dan menyusun laporan hasil

penelitian ini banyak menerima bimbingan, masukan dan dukungan dari Bapak

Drs. Mahlan Asmar,M. Pd, selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Hj. Ike Hananik,M.

Pd, selaku pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu dan tenaga untuk

memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, selaku Penyelenggara PHK A S1 PGSD

Terintegrasi Banjarmasin.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammd Ruslan, M.Si selaku Rektor UNLAM

Banjarmasin

3. Bapak Drs. H. Ahmad Sofyan, MA, selaku Dekan FKIP UNLAM

Banjarmasin.

4. Bapak Drs. H. Sihabbudin Chalid, M. M.Pd selaku Plt Kepala Dinas

Pendidikan Kabupaten Tanah Laut

5. Bapak Drs. H. A. Suriansyah, M. Pd, selaku Ketua Pengembang

PGSD/PGTK FKIP UNLAM Banjarmasin.

6. Bapak Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP UNLAM Banjarmasin.

7. Ibu Dra. Hj. Aslamiah, M. M.Pd, selaku Ketua Program Strata-I PGSD FKIP

UNLAM Banjarmasin.

8. Bapak Drs. H. Fansuri, M. Pd, selaku ketua UPP PGSD FKIP UNLAM

Banjarbaru.

9. Seluruh Dosen dan Staf Program S1 PGSD FKIP UNLAM yang telah banyak

memberi Ilmu pengetahuan kepada penulis.

Page 8: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

viii

10. Bapak Drs. H. Soemidjan, B. Sc, selaku Ketua Asrama PGSD UNLAM

Banjarbaru periode 2007-2010.

11. Ibu Sami, S,Pd selaku Kepala SDN Ujung Batu 2, Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut

12. Seluruh dewan guru dan siswa siswi kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

13. Orang tua, saudara dan keluarga yang telah mendoakan serta mendukung.

14. Semua pihak yang membantu terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini.

Penulis merasa banyak sekali kekurangan yang terdapat pada laporan ini

dan berharap kiranya ada kritik dan saran yang membangun.

Semoga bantuan dan dukungan yang Bapak/Ibu berikan mendapat berkah

dari Allah SWT. Mudah-mudahan hasil penelitian ini bermanfaat bagi saya dan

bagi kita semua sebagai insan pendidik untuk meningkatkan keprofesionalan guru

dimasa mendatang.

Banjarmasin, Juni 2011

Peneliti

Aulia Rahman

NIM A1E307927

Page 9: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

LEMBAR LOGO .............................................................................................. ii

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................... v

LEMBAR ABSTRAK ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Rencana Pemecahan Masalah ........................................................ 7

D. Tujuan ............................................................................................ 10

E. Manfaat .......................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori .............................................................................. 12

1. Belajar dan Mengajar ................................................................. 12

2. Teori-Teori Belajar .................................................................... 20

3. Pendidikan Kewarganegaraan .................................................... 24

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................ 29

5. Hakikat Peserta Didik ................................................................ 40

Page 10: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

x

6. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif ............................. 45

7. Penelitian yang Relevan ............................................................. 47

B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 49

C. Hipotesis ........................................................................................ 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 51

B. Setting Penelitian ........................................................................... 55

C. Faktor Yang Diteliti ....................................................................... 55

D. Skenario Tindakan ......................................................................... 57

E. Cara Pengumpulan Data ................................................................ 66

F. Indikator Keberhasilan ................................................................... 68

G. Jadwal Penelitian ........................................................................... 69

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting/Lokasi Penelitian ............................................... 70

B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 71

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas ......................................................... 72

D. Pembahasan ................................................................................... 113

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 125

B. Saran .............................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 129

Page 11: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Rencana Pemecahan ............................................................................. 8

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Indikator materi Organisasi .... 28

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 33

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 .............................................. 58

Tabel 3.2 Indikator dan Tujuan Siklus I Pertemuan 1 .......................................... 59

Tabel 3.3 Indikator dan Tujuan Siklus I Pertemuan 2 .......................................... 62

Tabel 4.1 Tanggal Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I ..................................... 73

Tabel 4.2 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I .................................................. 79

Tabel 4.3 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I ................................................. 83

Tabel 4.4 Distribusi Nilai Hasil Belajar Kelompok Siklus I ................................. 86

Tabel 4.5 Distribusi Nilai Hasil Belajar Individu Siklus I .................................... 87

Tabel 4.6 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I ........................................... 89

Tabel 4.7 Tanggal Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II .................................... 95

Tabel 4.8 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus II ................................................. 101

Tabel 4.9 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus II ................................................ 104

Tabel 4.10 Distribusi Nilai Hasil Belajar Kelompok Siklus II ............................. 106

Tabel 4.11 Distribusi Nilai Hasil Belajar Individu Siklus II ................................. 108

Tabel 4.12 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II ........................................ 109

Page 12: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

xii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ........................................................ 52

Gambar 4.1 Perbandingan Aktivitas Guru Pada Tiap Pertemuan Siklus I ........... 82

Gambar 4.2 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I ............................................. 85

Gambar 4.3 Hasil Belajar Kelompok Siklus I ....................................................... 86

Gambar 4.4 Persentasi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I ...................... 90

Gambar 4.5 Perbandingan Aktivitas Guru Pada Tiap Pertemuan Siklus II .......... 103

Gambar 4.6 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus II ............................................ 105

Gambar 4.7 Hasil Belajar Kelompok Siklus II ..................................................... 107

Gambar 4.8 Persentasi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II ..................... 110

Gambar 4.9 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II ......................... 114

Gambar 4.10 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ...................... 117

Gambar 4.11 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ...... 121

Page 13: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Silabus .............................................................................................................. 129

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus I ........ 134

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus I ........... 147

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus II ....... 162

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus II ......... 177

Soal Evaluasi Siklus I ...................................................................................... 190

Soal Evaluasi Siklus II ..................................................................................... 194

Foto-Foto Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 199

Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertama Siklus I ...................... 203

Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Kedua Siklus I......................... 205

Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertama Siklus II ..................... 207

Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Kedua Siklus II ....................... 209

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I..................... 211

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ....................... 213

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ................... 215

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus II ...................... 217

Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siswa ................................................................... 219

Hasil Kerja Siswa ............................................................................................. 225

Bimbingan Skripsi Pembimbing I .................................................................... 259

Bimbingan Skripsi Pembimbing II .................................................................. 260

Jurnal Revisi ..................................................................................................... 261

Surat Izin Penelitian dari Program Studi S1 PGSD UNLAM Banjarmasin .... 262

Page 14: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

xiv

Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Laut ............... 263

Surat Keterangan Penelitian dari SDN Ujung Batu 2 ...................................... 264

Berita Acara (Nilai) .......................................................................................... 265

Surat Pernyataan Keaslian Penelitian............................................................... 266

Riwayat Hidup Peneliti .................................................................................... 267

Page 15: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia yang mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia berusaha untuk melaksanakan

amanat tersebut yang terwujud dengan lahirnya Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, yang pada pasal 1 ayat 1

menyebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”. Pada pasal 1 ayat 4 “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”.

Pasal 3 yang memuat tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional

yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

Page 16: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

2

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

paradigma pembelajaran di sekolah banyak mengalami perubahan, terutama

dalam pelaksanaan proses pembelajaran dari yang bersifat behavioristik

menjadi konstruktivistik, dari berpusat pada guru (teaching centered) menuju

berpusat pada siswa (student centered).

Konstruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalah membangun

pemahaman atau pengetahuan (constructing understanding or knowledge),

yang dilakukan dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang

baru dengan pengetahuan yang telah ada dan sudah pernah dipelajari.

Konsekuensi dari konsep belajar seperti itu adalah siswa dengan sungguh-

sungguh membangun konsep pribadi (mind concept) dalam sudut pandang

belajar bermakna dan bukan sekedar hafalan atau tiruan.

Oleh karena itu, peranan guru tidak semata-mata hanya memberikan

ceramah yang sifatnya teksbook (book oriented) kepada siswa, melainkan

guru harus mampu merangsang/memotivasi siswa agar mampu membangun

pengetahuan dalam pikirannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah

dengan membangun jaring-jaring komunikasi dan interaksi belajar yang

bermakna melalui pemberian informasi yang sangat bermakna dan relevan

dengan kebutuhan siswa. Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara

memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

Page 17: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

3

sendiri ide-ide dan mengajak siswa untuk belajar menggunakan strategi-

strategi mereka sendiri. Implementasinya adalah setiap manusia memiliki

gaya belajar yang unik, dan setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam

belajar. Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian

rangsangan kepada siswa agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun

harus diupayakan siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi itu dengan

cara dan gayanya (ktiptk,2009: online).

Terdapat anggapan umum bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan

kesanggupan siswa untuk menguasainya. Namun kenyataan tidak semua

siswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu

menunjukkan sikap kerjasama dalam pergaulan sehari-hari serta berbagai

sikap positif seorang warga negara, seperti tolong menolong, taat beribadah,

dan lain-lain.

Hal ini sangat jauh dari tujuan pembelajaran PKn yakni: berpikir secara

kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;

berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak cerdas

dalam kegiatan kemasyararakatan, berbangsa dan bernegara; berkembang

secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi (Tim Penyusun, 2005:34).

Page 18: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

4

Gambaran tersebut menujukkan adanya kesenjangan antara kondisi

aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan.

Kesenjangan tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain,

dari sudut pandang siswa: rendahnya kemampuan siswa dalam memahami

materi PKn yang bersifat teoritis, kurangnya kemampuan siswa merumuskan

contoh-contoh implementasi konsep PKn dalam kehidupan, kurangnya

persiapan/motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah. Sedangkan

dari sudut pandang guru, belum optimalnya usaha yang dilakukan guru untuk

membantu kesulitan belajar siswa, kurang kondusifnya metode mengajar

yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas(ktiptk,2009:

online).

Jika permasalahan tersebut di atas tidak segera dipecahkan akan

memberikan dampak negatif terhadap kelancaran proses pembelajaran di

kelas, antara lain: kesulitan dalam menghidupkan suasana kelas, karena

kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kurangnya motivasi

siswa dalam belajar PKn, dan prestasi belajar siswa mata pelajaran PKn

kurang memuaskan. Hal tersebut yang terjadi pada siswa kelas V SDN Ujung

Batu 2 dimana ketuntasan hasil belajar siswa yang hanya mencapai 28,57%

atau sekitar 71,42% yang masih belum tuntas.

Oleh karena itu, perlu dicari strategi baru untuk melibatkan proses

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Penyampaian pembelajaran

tidak sekedar ceramah seperti yang selama ini dilakukan dalam pembelajaran.

Guru harus merubah proses pembelajaran yang berpusat dari guru menjadi

pembelajaran yang berpusat pada siswa, untuk mendukung pencapaian tujuan

Page 19: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

5

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sesuai dengan fitrah

manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang

lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan

rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok

secara kooperatf siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)

pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan

berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur

dari hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan

masing-masing (Suyatno, 2009:51).

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan

langkah yang berbeda-beda. Salah satunya adalah tipe jigsaw, dengan sintak

sebagai berikut: pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen,

berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan

banyak siswa dalam kelompok. Tiap anggota kelompok bertugas membahas

bagian tertentu, bahan belajar tiap kelompok adalah sama sehingga terjadi

kerjasama dan diskusi. Kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada

kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan, evaluasi, dan

refleksi (Suyatno, 2009:53).

Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa

telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca,

maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang

Page 20: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

6

paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti

ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca, dan ilmu pengetahuan

(Isjoni, 2010:58). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Abdul Azis yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam meningkatkan hasil belajar PKn di sekolah dasar, dimana hasil

ketuntasan belajar siswa mencapai 85,3 di atas ketentuan yang ditetapkan

yaitu 70 (Azis, 2010: online).

Berdasarkan masalah dan alternatif tindakan diatas, maka perlu

dilakukan penelitian dengan judul:

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa

Kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah

Laut”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini yaitu, antara lain:

1. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas guru di kelas V SDN Ujung Batu

2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut?

2. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dikelas V SDN Ujung Batu

2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut?

Page 21: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

7

3. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Organisasi pada

siswa kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten

Tanah Laut?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Rendahnya hasil belajar PKn siswa sekolah dasar yang disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya sistem penyampaiannya lebih menekankan pada

pembelajaran satu arah dengan dominasi guru yang lebih menonjol,

rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi PKn yang bersifat

teoritis, dan kurangnya kemampuan siswa merumuskan contoh-contoh

implementasi konsep PKn dalam kehidupan.

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai

alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran PKn materi organisasi.

Alasan pemilihan tersebut karena materi organisasi pada pelajaran PKn kelas

V cukup luas dan alokasi waktu yang diberikan sedikit. Namun, materi

organisasi tersebut terpecah dalam beberapa bagian, sehingga memudahkan

dalam menggunakan model jigsaw. Hal itulah yang juga menjadi alasan

kenapa peneliti tidak memilih model role playing dalam memecahkan

masalah tersebut. Model role playing memerlukan waktu yang cukup banyak,

sehingga dikhawatirkan alokasi waktu yang ada tidak mencukupi. Selain itu,

siswa kelas V sudah mulai memasuki tahap operasional konkrit, dimana sifat

egosentrisnya sudah mulai berkurang sehingga dapat bekerjasama dengan

teman sebayanya.

Page 22: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

8

Tabel 1.1 Rencana Pemecahan

Siklus Pertemuan Indikator Materi

I 1 Produk (Kognitif)

1. Menjelaskan pengertian

organisasi.

2. Menjelaskan pentingnya

berorganisasi.

3. Menyebutkan ciri-ciri

organisasi.

Proses (Psikomotor)

Mempraktekkan cara

berorganisasi.

Sikap (Afektif)

Mengaplikasikan

konsep berorganisasi

dalam kehidupan sehari-

hari.

Pengertian Organisasi,

Pentingnya Organisasi,

Ciri-Ciri Organisasi, dan

Manfaat Organisasi

2 Produk (Kognitif)

1. Menyebutkan organisasi

yang ada di lingkungan

sekolah.

2. Menyebutkan organisasi

yang ada di lingkungan

masyarakat.

Proses (Psikomotor)

Membuat struktur

organisasi yang ada di

sekolah dan masyarakat.

Sikap (Afektif)

Mengaplikasikan

konsep berorganisasi

dalam kehidupan sehari-

hari.

Organisasi Sekolah,

Organisasi Kelas, Rukun

Tetangga (RT), dan Rukun

Warga (RW)

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki beberapa

kelebihan antara lain:

1) Melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan

kepada orang lain.

Page 23: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

9

2) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

3) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga

harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

kelompok yang lain.

4) Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerjasama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

5) Melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab

secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok

kepada teman sekelasnya.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki jigsaw tersebut diharapkan dapat

membuat perubahan sikap dari peserta didik kearah yang lebih baik, seiring

dengan peningkatan hasil belajarnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 – 5 orang anggota tim (sesuai dengan

jumlah bagian materi), kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Setiap orang dalam tim diberikan bagian materi yang berbeda.

3. Anggota dari tim yang berbeda yang telah dipelajari bagian/ sub bab yang

sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan

sub bab mereka dan bagaimana menyampaikan dengan anggota kelompok

asal.

4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok

asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang

Page 24: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

10

mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-

sungguh.

5. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

6. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan.

8. Guru memberikan evaluasi.

9. Penutup

D. Tujuan Penelitian

1. Bagaimana peningkatan aktivitas guru di kelas V SDN Ujung Batu 2

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut dengan menggunakan Model

Pembelajaran Koopertif Tipe Jigsaw.

2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa di kelas V SDN Ujung Batu 2

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut dengan menggunakan Model

Pembelajaran Koopertif Tipe Jigsaw.

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa di kelas V SDN Ujung Batu 2

Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut dengan menggunakan Model

Pembelajaran Koopertif Tipe Jigsaw.

E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Guru

Sebagai bahan informasi ilmiah tentang metode pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, di samping itu juga dapat

meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam mengembangkan

Page 25: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

11

pendekatan, media dan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam

upaya memperbaiki proses pembelajaran PKn kearah yang lebih baik.

2. Bagi Siswa

Siswa akan mempunyai pengalaman belajar yang lebih baik bermakna

sehingga dapat memudahkan pemahaman dan penugasan bukan hanya

pada materi pelajaran akan tetapi juga mampu meningkatkan prestasi

belajar dan perubahan tingkah laku.

3. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang signifikan bagi

inovasi sekolah dalam rangka menigkatkan mutu pembelajaran.

4. Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya.

Page 26: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Belajar dan Mengajar

a. Konsep Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran

Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau

kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan

disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

seseorang secara alamiah (Suprijono, 2010: 2).

James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di

mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by a

change in behaviour as result of experience. Belajar sebagai suatu

aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is

the process by which behavior (in the border sense) is originated or

changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana

tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek

atau latihan (Djamarah, 2008:12).

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor

Page 27: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

13

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik.

Kemudian dalam pengertian luas, mengajar diartikan sebagai suatu

aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.

Mengajar dapat diartikan sebagai kegiatan mengorganisasi proses

belajar (Sardiman, 2006: 47-50).

Jadi, mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk

menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat

terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik

(Krisna,2009:online).

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan

atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar

subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

secara efektif dan efisien (Komalasari, 2010:3).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha

sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya

Page 28: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

14

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana

perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

b. Hakikat Belajar

Hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan

adalah sebagai hasil belajar (Djamarah, 2008: 15).

c. Tujuan Belajar

Ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemapuan berpikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan

inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar

perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini

peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk

kepentingan pada umumnya dengan model kuliah (presentasi),

pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian, anak

didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah

pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk

Page 29: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

15

mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya

pengetahuannya.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga

memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang

bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah

keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga

akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari

anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam

hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”.

Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu

berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat

dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,

menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan

berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan

suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal

“pengulangan”, tetapi mencari jawaban yang cepat dan tepat.

3. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik, tidak

akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values.

Oleh karena itu, guru tidak sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul

sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada

anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa

akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekkan

Page 30: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

16

segala sesuatu yang sudah dipelajarinya (Sardiman, 2006 :26-

28).

Jadi, pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai.

Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan sebuah hasil

belajar.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk

pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,

pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

Page 31: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

17

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan menginternalisasikan dan eksternalisasi nilai-nilai.

Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai

standar prilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan) synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi

initatory, pre-routine, rountinized. Psikomotor juga mencakup

keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, managerial, dan

intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi

kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Yang harus diingat, hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan

Page 32: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

18

sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau

terpisah melainkan komprehensif (Suprijono, 2010: 5-7).

Jadi, hasil belajar adalah pencapaian dari tujuan belajar dalam

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara

lain:

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.

Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari

lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari

kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi

kehidupan anak didik. Keduanya mempunyai pengaruh cukup

signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah.

2. Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan

tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan

kearah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai

bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayagunakan

menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum

dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program

pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas

yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya

Page 33: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

19

guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di

sekolah.

3. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam

keadaan kelelahan. Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya

adalah kondisi panca indera (mata, hidung, pengecap, telinga

dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga

sebagi alat untuk mendengar karena sebagian besar yang

dipelajari manusia (anak) yang belajar berlangsung dengan

membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi,

mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan

guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang

lain dalam diskusi dan sebagainya.

4. Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena

itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah

berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar

maupun faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari

dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan

intesitas belajar seorang anak. Meski faktor dari luar

mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka

Page 34: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

20

faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat,

kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan

kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama

mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik (Djamarah,

2008: 176-191).

Jadi dapat disimpulkan, ada 4 faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, yakni faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologi,

dan kondisi psikologis.

2. Teori-Teori Belajar

a. Teori Belajar Menurut Para Ahli

1) Menurut Thorndike

Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori

konektionisme. Dari penelitiannya dia menyimpulkan bahwa

respon lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan

situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Inilah

kesimpulan Thorndike terhadap prilaku binatang dalam kurungan.

Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya

dari hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek,

hukum latihan, dan hukum kesiapan.

Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah

asosiasi antara kesan panca indera dengan impuls untuk

bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya

dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus

Page 35: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

21

dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons

ini akan terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih.

Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan

respon itu akan menjadi terbiasa dan otomatis (Djamarah,

2008:24).

2) Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar

lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu

menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih

komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan

respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang

kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah

sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.

Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana

itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling

berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi

respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki

konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang

nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu

dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus

memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya,

serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai

konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner

juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-

Page 36: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

22

perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku

hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang

digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya

(Madziatul,2009:online).

3) Teori Belajar Menurut Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan.

Menurut Ausubel (1996) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah

“bermakna” (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan

suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur

kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-

generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Misalnya, dalam hal pembelajaran sejarah, bukan hanya

sekedar menekankan pada pengertian konsep-konsep sejarah

belaka, tetapi bagaimana melaksanakan proses pembelajarannya,

dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran tersebut menajdi

benar-benar bermakna. Dengan cooperative learning tentu materi

sejarah yang dipelajarinya tidak hanya sekedar menjadi sesuatu

yang dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat

dipraktekkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam

pemecahan masalah. Untuk memperlancar proses tersebut

diperlukan bimbingan langsung dari guru, bak lisan maupun

dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk

membangun pengetahuannya sendiri (Isjoni, 2010:35-36).

Page 37: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

23

b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD

Lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 mengemukakan bahwa

“mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarekter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan

Menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa

2) Norma, Hukum dan Peraturan

3) Hak Asasi Manusia

4) Kebutuhan Warga Negara

5) Konstitusi Negara

6) Kekuasaan dan Politik

7) Pancasila

8) Globalisasi

PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan

demokrasi yang bersifat multidimensional. PKn merupakan

pendidikan demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan

masalah pendidikan politik.

PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi

pendidikan nilai dan moral, dengan alasan sebagai berikut:

Page 38: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

24

1) Materi PKn adalah konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945

beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara

Indonesia.

2) Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut

dalam perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual,

dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan

hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat objektif)

dan dilaksanakan (bersifat perilaku) (Ian,2010:online).

3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam

dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945

(Ian,2010:online).

b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) adalah merupakan

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang

beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa

untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

Page 39: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

25

berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 (Tim

Penyusun, 2005:33).

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan

berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestatikan nilai luhur dan moral yang berakar

pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang

diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para

mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik,

anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

(Ian,2010:online).

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak

cerdas dalam kegiatan kemasyararakatan, berbangsa dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar

dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi (Ian,2010:online).

Page 40: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

26

d. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai

wahana membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter

yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan

dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat

Pancasila dan UUD 1945.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menjadi

pengikat untuk menyatukan visi peserta didik yang beragam dari segi

agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa tentang budaya

kebersamaan atau persatuan yang dapat mendukung tetap berdirinya

Negara Kesatuan Republik Indonesia (Tim Penyusun, 2005: 34-35).

e. Karakteristik Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan memiliki tiga ciri

khas, yaitu pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan.

Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi peserta didik untuk

meningkatkan kecerdasan multidimensional yang memadai untuk

menjadi warga negara yang baik.

Isi pengetahuan (body of knowledge) dari mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan diorganisasikan secara interdisipliner

dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, hukum,

tata negara, psikologi, dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal

dari kemasyarakatan, nilai-nilai budi pekerti, dan hak asasi manusia

dengan penekanan pada hubungan antarwarga, warga negara, dan

Page 41: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

27

pemerintahan warga negara, serta warga negara dan warga dunia (Tim

Penyusun, 2005: 38).

f. Jenis-Jenis Materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Materi Pendidikan Kewarganegaraan yang tertuang dalam setiap

jenjang kelas mengandung norma Pancasila yang harus dikembangkan

pada tingkat/kelas yang dinyatakan kompetensi dasar, indikator, dan

materi pokok.

Pada dasarnya jenis-jenis dan isi materi Pendidikan

Kewarganegaraan dibedakan menjadi 5 (lima) macam yaitu: fakta,

konsep, prinsip, prosedur, dan nilai (Tim Penyusun, 2005 : 44-45).

Pada penelitian ini, materi yang diangkat sebagai judul adalah

materi Organisasi pada Kelas V semester II. Materi ini tergolong

dalam jenis materi konsep. Materi yang berjenis konsep berisikan

definisi atau arti sesuatu obyek baik bersifat abstrak maupun konkrit.

Berikut peneliti sajikan kompetensi dasar, indikator, dan materi

pokok dari materi organisasi yang diangkat sebagai permasalahan dari

penelitian ini.

Page 42: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

28

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Indikator Materi Organisasi

Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator

3.1 Mendeskripsikan

pengertian organisasi

Organisasi 1. Menjelaskan pengertian

organisasi.

2. Menjelaskan manfaat dari

organisasi.

3. Menyebutkan unsur-unsur

organisasi.

4. Menyebutkan tugas-tugas

pengurus organisasi.

5. Mempraktekkan cara

berorganisasi.

6. Mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

3.2 Menyebutkan contoh

organisasi di sekolah

dan masyarakat

Organisasi

dilingkungan

sekolah dan

masyarakat

1. Menyebutkan organisasi yang

ada di lingkungan sekolah.

2. Membuat struktur organisasi

yang ada di sekolah.

3. Mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Menyebutkan organisasi yang

ada di lingkungan masyarakat.

5. Membuat struktur organisasi

yang ada di masyarakat.

6. Mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

3.3 Menampilkan peran

serta dalam memilih

organisasi di sekolah.

Berorganisasi

di sekolah

1. Menyebutkan hal-hal yang

perlu diperhatikan sebelum

berorganisasi.

2. Mengetahui peran dan tugas

pengurus organisasi di

sekolah.

3. Menjelaskan cara memilih

pengurus organisasi di

sekolah.

4. Mempraktekkan cara memilih

pengurus organisasi di

sekolah.

5. Mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 43: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

29

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Slavin (1995)

mengemukakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model

pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga

merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar (Isjoni, 2010: 15).

Anita Lie menyebut Cooperative Learning dengan istilah

pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama

dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur (Isjoni, 2010:

16).

Djahiri K menyebutkan Cooperative Learning sebagai

pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya

pendekatan belajar yang siswa sentries, humanistik, dan demokratis

yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan

belajarnya (Isjoni, 2010: 19).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori

belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori

Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosio kultural dari

pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi

pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara

Page 44: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

30

individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam

individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya

susunan kelas berbentuk kooperatif (Amri dan Ahmadi, 2010:67).

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai

makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain,

mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan

rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar

berkelompok secara kooperatf siswa dilatih dan dibiasakan untuk

saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan

tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinetraksi-

komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup

bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-

masing.

Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok

heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama

menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh

keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.

Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran

dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu

mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak dan

partispatif), tiap anggota kelompok heterogen (kemampuan, gender,

dan karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab

hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyatno, 2009: 51).

Page 45: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

31

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar

cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain

untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat

mereka secara berkelompok (Isjoni, 2010: 21).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk

menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat

(Sugiyanto, 2010:40).

Beberapa ciri dari cooperative learning adalah:

1) Setiap anggota memiliki peran.

2) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan

juga teman-teman sekelompoknya.

4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok.

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

(Isjoni, 2010: 20)

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua

belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

Page 46: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

32

1) Possitive interdependence (saling ketergantungan positif).

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif).

4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).

5) Group processing (pemrosesan kelompok).

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling

ketergantungan positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.

Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok.

Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab

individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan

pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran

kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi

pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk

menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar

bersama.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif.

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan

sosial. Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam

pencapaian tujuan peserta didik harus:

Page 47: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

33

1) Saling mengenal dan mempercayai.

2) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.

3) Saling menerima dan saling mendukung.

4) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan

kelompok. Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan

kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan atau tahapan kegiatan

kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara

anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak

membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan

efektivitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan

kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok (Suprijono, 2010: 58-

61).

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada

peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning

teams

Mengorganisir peserta didik kedalam tim-

tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang cara pembentukan tim belajar

dan membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajat

Membantu tim-tim belajar selama peserta

didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok

(Suprijono, 2010: 65).

b. Jigsaw

Page 48: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

34

Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-

rekan sejawatnya (Arends, 2008 : 13). Model belajar kooperatif

jigsaw merupakan model belajar kooperatif, dengan siswa belajar

dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai enam orang secara

heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok adalah

bertangggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang

harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok

yang lainnya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama anggota

kelompok dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan komunikasi (Takari, 2009: 103).

Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi

yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam

penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam

bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok

siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan

tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok

keanggotaan seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuan

maupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, cara yang efektif

untuk menjamin heterogenitas kelompok ini adalah guru membuat

kelompok-kelompok itu. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok

Page 49: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

35

sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-teman yang sangat

disukainya misalnya sesama jenis, sesama etnik, dan sama dalam

kemampuan.

Hal ini cenderung menghasilkan kelompok-kelompok yang

homogen dan seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok

manapun. Oleh karena itu, memberikan kebebasan siswa untuk

membentuk kelompok sendiri bukanlah cara yang baik, kecuali guru

membuat batasan-batasan tertentu sehingga dapat menghasilkan

kelompok-kelompok yang heterogen. Pengelompokkan secara acak

juga dapat digunakan, khusus jika pengelompokkan itu terjadi pada

awal tahun ajaran baru dimana guru baru sedikit mempunyai

informasi tentang siswa-siswanya.

Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok

harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja

sama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi

kemampuan produktivitasnya. Dalam hal ini, Soejadi (2000)

mengemukakan, jumlah anggota dalam satu kelompok apabila makin

besar, dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antar para

anggotanya.

Menurut Edward (1989), kelompok yang terdiri dari empat orang

terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana (1989) mengemukakan,

beberapa siswa dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri 4-6 orang

siswa. Jumlah yang paling tepat adalah menurut hasil penelitian Slavin

adalah hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4-6 orang

Page 50: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

36

lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan

dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2-4 orang.

Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk

mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan

dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota

dan kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya

materi tersebut didiskusikan, dipelajari, serta memahami setiap

masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami

dan menguasai materi tersebut.

Pada tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut

dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-

masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau

kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling

menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu

kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.

Pada tahap ini siswa akan banyak menemui permasalahan yang

tahap kesukarannya bervariasi. Pengalaman seperti ini sangat penting

terhadap perkembangan mental anak. Piaget (dalam Ruseffendi, 1991)

menyatakan, “... bila menginginkan pekembangan mental maka lebih

cepat dapat masuk kepada tahap yang lebih tinggi, supaya anak

diperkaya dengan banyak pengalaman”. Lebih lanjut Russefendi

mengemukakan, kecerdasan manusia dapat ditingkatkan hingga bats

optimalnya dengan pengayaan melalui pengalaman.

Pada tahap selanjutnya siswa diberi tes/kuis, hal tersebut dilakukan

Page 51: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

37

untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.

Dengan demikian, secara umum penyelenggaran model belajar jigsaw

dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab

siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu

persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok. Pada kegiatan ini

keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang

dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai

fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar

mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan

merasa senang berdiskusi tentang Matematika dalam kelompoknya.

Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan jua dengan

gurunya sebagai pembimbing. Dalam model pembelajaran biasa atau

tradisional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas. Sebaliknya, di

dalam model belajar tipe jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan

aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang

menjadi pusat kegiatan kelas (Isjoni, 2010: 54-57).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu: setiap anggota

terdiri 5-6 orang yang disebut kelompok asal, kelompok asal tersebut

dibagi lagi menjadi kelompok ahli, kelompok ahli dari masing-masing

kelompok asal berdiskusi sesuai keahliannya, dan kelompok ahli

kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi (Suyatno,

2009:54).

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai

berikut :

Page 52: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

38

1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan

setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang

berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota

dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi

pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap

siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi

pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran

yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut

kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli,

siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta

menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya

jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson

disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan

jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai

dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi

pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli

yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari

5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok

asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari

dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik

yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

2) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok

asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok

Page 53: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

39

atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan

hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat

menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah

didiskusikan.

3) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar

individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa

bagian materi pembelajaran.

6) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar

materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi

yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai (Sudrajat,2008:online).

Jumlah peserta kadang tidak dapat dibagi tepat dengan banyaknya

segmen pembelajaran. Bila hal ini terjadi, kita dapat menyesuaikannya

dengan menggunakan partner belajar sebagai pengganti kelompok.

Bagilah materi pembelajaran hanya menjadi dua segmen , berikan satu

segmen kepada salah satu anggota pasangan dan segmen lain kepada

partnernya. Misalnya, dalam handout yang berisi tujuh poin, satu

orang yang ditugaskan mulai dari poin 1 sampai 4. Dan partnernya

dapat ditugaskan mulai dari poin 5 sampai 7. Bentuklah “teman

belajar” dari anggota pasangan yang mempunyai tugas yang sama.

Page 54: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

40

Kemudian pasangan aslinya bertemu kembali untuk saling

mengajarkan apa yang telah mereka pelajari (Silberman, 2010:178).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki beberapa

kelebihan antara lain:

1) Melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus

mengajarkan kepada orang lain.

2) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

3) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi

mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompok yang lain.

4) Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerjasama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

5) Melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan

bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan

tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki jigsaw tersebut diharapkan

dapat membuat perubahan sikap dari peserta didik kearah yang lebih

baik, seiring dengan peningkatan hasil belajarnya.

5. Hakikat Peserta Didik

a. Pengertian Peserta Didik

Menurut Sinolungan (1997) peserta didik dalam arti luas adalah

setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat,

Page 55: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

41

sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di

sekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa,

peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada

rentang usia 6-12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang

pendidikan SD/MI (Kurnia, 2007: 4).

b. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar (SD)

Menurut Nasution (1993) masa usia sekolah dasar sebagai masa

kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga

kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan

mulainya anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru

dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan

tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai “masa

sekolah”. Tetapi bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah

masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah.

Disebut masa sekolah, karena anak sudah menamatkan taman kanak-

kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya.

Disebut masa matang untuk belajar, karena anak sudah berusaha untuk

mencapai sesuatu, tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya

bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan

aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah,

karena anak sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru, yang

Page 56: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

42

dapat diberikan sekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara

relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan

sesudahnya. Masa ini menurut Suryobroto dapat diperinci menjadi dua

fase, yaitu:

a. Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah

seperti yang disebutkan dibawah ini:

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-

peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecendrungan memuji diri sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau

hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak

menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat

apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

b. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai

berikut.

Page 57: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

43

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan adanya kecendrungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan

mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai

mulai menonjolnya faktor-faktor.

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya.

5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya

biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam

permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan

permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

Melihat sifat-sifat khas anak seperti dikemukakan di atas, maka

memang beralasan pada saat umur anak antara umur 7 sampai dengan 12

tahun dimasukkan oleh para ahli kedalam tahap perkembangan intelektual

(Djamarah, 2008: 123-125).

Para ahli psikologi dan ahli pendidikan banyak yang telah melakukan

penelitian tentang perkembangan intelektual/perkembangan kognitif atau

mental anak. Hasil penelitian yang paling popular adalah Jean Piaget.

Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak dari Swiss. Ia berkeyakinan bahwa

dengan memahami proses berpikir yang terjadi pada anak, dia dapat

menajwab pertanyaan: “Bagaimana memperoleh pengetahuan?”; dan

“Bagaiman kita tahu apa yang kita ketahui?” (Depdiknas, 2005:7).

Page 58: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

44

Jean Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan,

yaitu: Tahap Sensori Motoris, tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada

tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandari oleh

kecendrungan-kecenderungan sensori motoris yang amat jelas. Segala

perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori

motoris tersebut. Tahap praoperasional, tahap ini berlangsung pada usia 2-

7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan

kognitifnya memperlihatkan kecendrungan yang ditandari oleh suasana

intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh tapi

oleh unsur perasaan, kecendrungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh

dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Pada tahap ini

menurut Piaget, anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali

mengalami masalah dengan lingkungannya, termasuk dengan orang

tuanya. Tahap operasional konkrit, tahap ini berlangsung antara usia 7-11

tahun. Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkrit

dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini, menurut

Piaget, interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya,

sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah

semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang,

mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara

yang kurang egosentris dan lebih obyektif. Tahap operasional formal,

tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini anak

telah mampu mewujudkan suatu kesuluruhan dalam pekerjaannya yang

merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga

Page 59: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

45

telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya

(Asrori, 2007:49).

6. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai

fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Sebagai fasilitator

seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut: 1) mampu

menciptakan suasan kelas yang nyaman dan menyenangkan, 2) memabntu

dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan

dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, 3)

membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta

membantu kelancaran belajar mereka, 4) membina siswa agar setiap orang

merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan 5)

menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran

dalam bertukar pendapat.

Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam

menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas

melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata ditemukan

di lapangan. Peran ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran

yang bermakna (meaningful learning), yaitu istilah yang dikemukakan

Ausubel untuk menunjukkan bahan yang dipelajari memiliki kaitan makna

dan wawasan dengan apa yang menjadi milik siswa.

Guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar

suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya,

Page 60: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

46

guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat

suasana pembelajaran dikelas.

Sebagai director motivator, guru berperan dalam membimbing serta

mengarahkan jalanya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak

memberikan jawaban. Disamping itu, sebagai motivator guru berperan

sebagi pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Peran ini

sangat penting dalam rangka memberikan semangat dan dorongan belajar

kepada siswa dalam mengembangkan keberanian siswa, baik dalam

mengembangkan keahlian dalam bekerjasama yang meliputi

mendengarkan dengan seksama, mengembangkan ras empati, maupun

berkomunikasi saat bertanya, mengemukakan pendapat atau

menyampaikan permasalahannya.

Berdasarkan teori motivasi, peranan teman sebaya dalam belajar

bersama memegang peranan yang penitng untuk memunculkan motivasi

dan keberanian siswa agar mampu mengembangkan potensi belajarnya

secara maksimal. Oleh karena itulah, sebagai seorang guru harus

menciptakan iklim yang kondusif, agar terjalin interaksi dan dialog yang

hangat, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa

lainnya.

Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar

mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil,

tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik

secara perorangan maupun secara berkelompok. Alat yang digunakan

dalam evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga

Page 61: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

47

berbentuk catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas

(Isjoni, 2010: 62-64).

Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran

peserta didik, yang mencakup :

a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang

akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching

problems).

b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan

situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak

sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang

bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama

proses berlangsung (during teaching problems).

c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan,

menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan

pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses

pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai

aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

(http://education-mantap.blogspot.com/2010/06/peranan-guru-dalam-

proses-pembelajaran.html)

7. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Abdul

Azis pada tahun 2010 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Page 62: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

48

Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi Pada

Siswa Kelas IV SDN Pungging, Tutur, Pasuruan”. Penelitian ini berlatar

belakang adanya kualitas praktek pembelajaran di kelas IV SDN Pungging

yang relatif rendah. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran

tentang globalisasi disebabkan guru kurang kreatif dalam penggunaan

model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Keaktifan siswa

dalam belajar masih rendah, siswa-siswa kurang kreatif, kurang

menyenangkan karena pembelajaran yang masih cenderung berpusat pada

guru, dan hasil dari peneliti lain menunjukkan adanya peningkatan prestasi

belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi

belajar PKn setelah mendapat pembelajaran PKn materi globalisasi dengan

menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Peningkatan ini dilihat dari

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang

ditunjukkan oleh skor hasil tes. Dilihat dari hasil belajar siswa sebelum

penerapan model jigsaw memperoleh nilai rata-rata menjadi 72,4 pada

siklus I dan menjadi 83 pada siklus II. Sedangkan pada penilaian proses

sebelum penerapan model pembelajaran jigsaw memperoleh nilai rata-rata

66,7 menjadi 74,3 pada siklus I dan menjadi 85,3 pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran jigsaw dapat dipertimbangkan sebagai alternatif

model pembelajaran tentang globalisasi. Hasil ketuntasan belajar siswa

mencapai 85,3 di atas ketentuan yang ditetapkan yaitu 70. Hasil penelitian

ini sangat dimungkinkan dapat diterapkan di kelas IV sekolah lain jika

Page 63: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

49

kondisinya relatif sama atau mirip dengan sekolah yang menjadi latar

penelitian ini (Azis,2010:online).

B. Kerangka Berpikir

Usia siswa kelas V pada umumnya berkisar 10-11 tahun. Menurut Piaget

anak dalam rentang umur tersebut masuk dalam tahap operasional konkrit.

Salah satu ciri dari anak yang masuk pada tahap tersebut adalah anak mulai

menyukasi hal-hal yang bersifat konkrit dan sifat egosentrisnya yang sudah

mulai berkurang, sehingga anak lebih mudah dalam bekerja sama. Kelas V

termasuk dalam kelas tinggi, dimana anak pada kelas ini umumnya menyukai

membentuk kelompok-kelompok untuk bermain dengan teman sebayanya.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana

membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada

bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Untuk

itu diperlukan kemampuan dasar kewarganegaraan yang mencakup

kemampuan belajar, berpikir, bersikap, dan hidup bersama dalam masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan belajar yang sejalan dengan

Pendidikan Kewarganegaraan dan juga sesuai dengan perkembangan anak

pada usia tersebut atau kelas V.

Salah satu pendekatan belajar yang dapat digunakan dan sesuai dengan

karakteristik anak adalah dengan model pembelajaran kooperatif. Pada model

ini siswa lebih aktif belajar bersama dengan teman-temannya, peranan guru

lebih kepada fasilitator dan siswa menjadi subjek belajar. Model

Page 64: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

50

pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya yang dapat

digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Jigsaw. Model belajar kooperatif

jigsaw merupakan model belajar kooperatif, dengan siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai enam orang secara heterogen dan

bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara

mandiri. Setiap anggota kelompok adalah bertangggung jawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan

menyampaikannya kepada anggota kelompok yang lainnya. Selain itu, siswa

bekerja dengan sesama anggota kelompok dalam suasana kooperatif dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan komunikasi. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Abdul Azis yang juga menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran PKn.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah: “Jika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka

hasil belajar siswa kelas V semester II SDN Ujung Batu 2 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut dapat ditingkatkan”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 65: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

51

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah

bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek

pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka

dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran

mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Wiriaatmadja, 2008: 13).

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah kegiatan refleksi diri yang

dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk

memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang:

1. Praktek-praktek kependidikan mereka.

2. Pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut.

3. Situasi dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan

(Kunandar, 2010:46).

Menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Soly Abimanyu, 1995),

penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri

sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis,

terencana, dan sikap mawas diri (Suwandi, 2010:9).

Tujuan utama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

peningkatan dan perbaikan praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan

oleh guru (Sukidin, dkk, 2008: 38).

Selain itu, dengan melakukan penelitian tindakan kelas dapat mengubah

citra dan meningkatkan keterampilan professional guru. Seorang guru yang

profesional adalah yang selalu mengembangkan diri untuk memenuhi

Page 66: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

52

tuntutan dalam tugasnya sebagai pendidik dan dengan melakukan penelitian

tindakan kelas adalah sebagai salah satu cara untuk meningkatkan cara

mengajar.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan

dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan

yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-

masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi, dkk, 2010: 16).

Tahap 1: Perencanaan tindakan

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana,

oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS

I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS

II

Pelaksanaan

Pengamatan

?

Page 67: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

53

yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang

melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan

(apabaila dilaksanakan secara kolaboratif). Cara ini dikatakan ideal karena

adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu

kecermatan amatan yang dilakukan. Bila dilaksanakan sendiri oleh guru

sebagai peneliti maka instrumen pengamatan harus disiapkan disertai lembar

catatan lapangan. Yang perlu diingat bahwa pengamatan yang diarahkan pada

diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang

dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur

subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan dalam rangka penelitian

dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di

kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap 2 ini

pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rencana tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak

dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan

perencanaan perlu diperhatikan.

Tahap 3: Pengamatan terhadap tindakan

Pengamatan terhadap tindakan yaitu kegiatan pengamatan yang

dilakukan oleh pengamat (baik oleh orang lain maupun guru sendiri). Seperti

Page 68: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

54

telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah

dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu

tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang

sama. Sebutan tahap 2 dan 3 dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada

guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat, yang mana ketika guru

tersebut sedang melakukan tindakan tentu tidak sempat menganalisis

peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana

yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan “pengamatan balik”

terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan

pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang

terjadi.

Tahap 4: Refleksi terhadap tindakan

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan. Istilah “refleksi” dari kata bahasa Inggris reflection, yang

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini

sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai

melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk

mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Inilah inti dari penelitian

tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada peneliti

pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dn bagian mana

yang belum. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka

refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut

melihat dirinya kembali, melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang

sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan

Page 69: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

55

mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam hal seperti ini maka

guru melakukan “self evaluation” yang diharapkan dilakukan secara obyektif.

Untuk menjaga obyektifitas tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa

ulang atau divalidasi oleh orang lain, misalnya guru/teman sejawat yang

diminta mengamati, ketua jurusan, kepala sekolah atau nara sumber yang

menguasai bidang tersebut. Jadi pada intinya kegiatan refleksi adalah

kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan

identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus selanjutnya.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap

penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah

evaluasi. Apabila dikaitkan dengan “bentuk tindakan” sebagaimana

disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan

adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah

merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang

akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus (Faiq,2009:online)

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada mata pelajaran PKn kelas

V semester 2 SDN Ujung Batu 2 tahun ajaran 2010/2011 dengan materi

organisasi. Jumlah siswa pada kelas V SDN Ujung Batu 2 adalah 14 orang

yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Siswa kelas V

berada dalam tahap operasional konkrit, dimana anak pada usia tersebut rasa

ingin tahunya sangat besar terhadap hal-hal yang ada disekitarnya termasuk

Page 70: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

56

disekolah. Selain itu, anak pada usia tersebut sudah mulai berkurang sifat

egosentrisnya dan cenderung lebih menyukai membentuk kelompok-

kelompok dengan teman sebayanya. Hal ini tentu saja sesuai dengan

pembelajaran kooperatif yang mengutamakan pembentukan kelompok dan

kerjasama. Anak selain belajar, juga dapat berlatih bekerjasama sekaligus

bermain. sehingga sasaran akhir dari pembelajaran PKn yakni dapat

menerapkan konsep yang ada dalam kehidupan sehari-hari anak dapat

terwujud.

C. Faktor yang diteliti

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn dengan materi

organisasi. Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam tindakan kelas ini yaitu :

1. Faktor Guru, yaitu mengamati kegiatan dan langkah-langkah dalam guru

dalam menyampaikan dan menyajikan materi pelajaran serta kegiatan

membimbing siswa dalam kelompok pada materi organisasi dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Faktor Siswa, yaitu mengamati kegiatan belajar kelompok dengan diskusi

untuk menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan materi organisasi

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Aktivitas siswa diukur secara kuantitatif. Adapun aktivitas siswa yang

diukur atau diamati adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas siswa dalam memperhatikan guru.

b. Aktivitas siswa dalam bertanya.

Page 71: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

57

c. Aktivitas siswa dalam mempelajari materi yang diberikan.

d. Aktivitas siswa dalam bekerjasama dalam kelompok.

e. Aktivitas siswa dalam menyampaikan penjelasan materi dengan

teman sekelompoknya (tutor sebaya).

f. Aktivitas siswa dalam menyajikan hasil kerja kelompok.

3. Faktor Hasil Belajar, yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

setelah menjalani proses pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw melalui tes tertulis.

D. Skenario Tindakan

Seperti yang sudah dijelaskan tindakan ang dilakukan membentuk sebuah

siklus. Satu siklus terdiri dari empat bagian, yakni perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan serta

diadakan dua kali pertemuan untuk tiap siklus.

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini ada beberapa hal yang dikerjakan,

yakni:

a. Membuat skenario pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran

dan media yang sesuai dengan pembelajaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Membuat atau menyusun lembar observasi untuk pengamat. (lembar

observasi terlampir)

d. Membuat atau menyusun lembar aktivitas siswa. (lembar aktivitas

siswa terlampir)

Page 72: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

58

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus I

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini terdiri dari empat kali pertemuan

atau tatap muka yang terbagi dalam dua siklus dengan skenario sebagai

berikut:

Siklus 1 Pertemuan 1

Mata pelajaran : Pendidkan Kewarganegaraan (PKn)

Kelas / Semester : V/ 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Pokok Bahasan : Organisasi

Tabel 3.2 Indikator dan Tujuan Siklus I Pertemuan 1

Siklus Pertemuan Materi Pokok Pendekatan dan

Model

Lokasi

Pembelajaran

1 I Organisasi Pendekatan

Koopeartif model

Jigsaw

SDN Ujung Batu 2

Kecamatan

Pelaihari

II Organisasi di

Lingkungan

Sekolah

Pendekatan

Koopeartif model

Jigsaw

SDN Ujung Batu 2

Kecamatan

Pelaihari

Indikator Tujuan

Produk 1. Menjelaskan

pengertian organisasi.

1. Siswa dapat menjelaskan

pengertian organisasi.

Page 73: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

59

A. Kegiatan Awal ( 10 menit )

1. Guru mengkondisikan kelas secara fisik dan psikis.

2. Melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan seputar organisasi kelas untuk memotivasi

siswa.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4. Menyampaikan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

B. Kegiatan inti ( 50 menit )

1. Guru membagi siswa dikelas kedalam beberapa kelompok

yang beranggotakan 4 orang siswa secara heterogen,

kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Menjelaskan

pentingnya

berorganisasi.

3. Menyebutkan ciri-ciri

organisasi.

2. Siswa dapat menjelaskan

pentingnya berorganisasi.

3. Siswa dapat menyebutkan

ciri-ciri organisasi.

Proses Mempraktekkan cara

berorganisasi.

Siswa dibentuk menjadi

kelompok, sehingga siswa

dapat mempraktekkan cara-

cara berorganisasi dalam

kelompok tersebut.

Sikap Mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa dapat mengaplikasikan

konsep berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 74: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

60

2. Guru memberikan pengarahan pada siswa tentang tugas

kelompok yang akan dilaksanakan.

3. Guru membagikan materi yang berbeda tiap anggota

kelompoknya, yakni pengertian organisasi, ciri-ciri

organisasi, manfaat organisasi, dan unsur-unsur organisasi.

4. Anggota dari tim yang sudah mendapat tugas dan

materi/masalah yang sama dengan anggota kelompok yang

lain bertemu dalam kelompok baru yang disebut kelompok

ahli.

5. Guru memberikan masing-masing siswa dikelompok ahli

Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan.

6. Kelompok ahli mendiskusikan materi yang diberikan sesuai

LKS yang sudah dibagikan dan merencanakan bagaimana

menjelaskan materinya kepada anggota kelompoknya

semula (kelompok asal).

7. Guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok ahli.

8. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli selesai, siswa

kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara

bergiliran materi/masalah yang dikuasainya kepada teman-

teman di kelompok asal dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

9. Masing-masing kelompok asal mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya didepan kelas.

10. Guru memberi kuis kepada tiap siswa.

Page 75: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

61

11. Kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab benar

diberikan penghargaan.

C. Kegiatan akhir ( 10 Menit )

1. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang

telah dibahas.

2. Guru melakukan penilaian dan refleksi.

3. Guru memberikan umpan balik.

4. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) sebagai tindak

lanjut.

5. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

Siklus 1 Pertemuan 2

Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Kelas / Semester : V/ 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Pokok Bahasan : Organisasi

Tabel 3.3 Indikator dan Tujuan Siklus I Pertemuan 2

Indikator Tujuan

Produk 1. Menyebutkan contoh

organisasi

dilingkungan sekolah.

1. Siswa dapat menyebutkan

contoh organisasi

dilingkungan sekolah.

Page 76: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

62

A. Kegiatan Awal ( 10 menit )

1. Guru mengkondisikan kelas secara fisik dan psikis.

2. Melakukan apersepsi dengan mengulang pelajaran pada

pertemuan lalu yakni tentang pengertian organisasi dan

unsur-unsur organisasi serta cara berorganisasi.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4. Menyampaikan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

B. Kegiatan inti ( 50 menit )

1. Guru membagi siswa dikelas kedalam beberapa kelompok

yang beranggotakan 4 orang siswa secara heterogen,

kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Menyebutkan contoh

organisasi

dilingkungan

masyarakat.

2. Siswa dapat menyebutkan

contoh organisasi

dilingkungan masyarakat.

Proses Membuat struktur

organisasi yang ada di

sekolah dan masyarakat.

Siswa dapat membuat struktur

organisasi yang ada di sekolah

dan masyarakat.

Sikap Mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Siswa dapat mengaplikasikan

konsep berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 77: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

63

2. Guru memberikan pengarahan pada siswa tentang tugas

kelompok yang akan dilaksanakan.

3. Guru membagikan materi yang berbeda tiap anggota

kelompoknya, yakni organisasi sekolah, organisasi

masyarakat, struktur organisasi sekolah, dan struktur

organisasi yang ada dimasyarakat.

4. Anggota dari tim yang sudah mendapat tugas dan

materi/masalah yang sama dengan anggota kelompok yang

lain bertemu dalam kelompok baru yang disebut kelompok

ahli.

5. Guru memberikan masing-masing siswa dikelompok ahli

Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan.

6. Kelompok ahli mendiskusikan materi yang diberikan sesuai

LKS yang sudah dibagikan dan merencanakan bagaimana

menjelaskan materinya kepada anggota kelompoknya

semula (kelompok asal).

7. Guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok ahli.

8. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli selesai, siswa

kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara

bergiliran materi/masalah yang dikuasainya kepada teman-

teman di kelompok asal dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

9. Masing-masing kelompok asal mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya didepan kelas.

Page 78: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

64

10. Guru memberi kuis kepada seluruh siswa.

11. Kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab benar

diberikan penghargaan.

C. Kegiatan akhir ( 10 Menit )

1. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang

telah dibahas.

2. Guru melakukan penilaian dan refleksi.

3. Guru memberikan umpan balik.

4. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) sebagai tindak

lanjut.

5. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

3. Observasi Tindakan

Pada tahapan ini diadakannya kegiatan observasi terhadap kegiatan

pembelajaran, aktivitas guru, dan aktivitas siswa dengan menggunakan

lembar pengamatan yang telah dibuat dan dilanjutkan dengan evaluasi

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Observasi yang dilaksanakan dalam tindakan kelas ini dilakukan dengan

dua cara yaitu :

a. Pengamatan langsung yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap

aktivitas siswa dalam kelompok.

Page 79: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

65

b. Pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap jalannya

pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti.

4. Refleksi Tindakan

Hasil observasi dan evaluasi dengan menggunakan lembar observasi

guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan hasil tes evaluasi, yang

diperoleh setiap pertemuan, dianalisis kembali pada tahap ini secara

deskriptif, yakni data kuantitatif dan data kualitatif, kemudian

diinterpretasikan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan

pemahaman siswa, ketercapaian tujuan yang diinginkan, dan juga dapat

digunakan oleh guru untuk mengevaluasi dirinya, sejauh mana

kemampuan dalam mengajar dan mengelola kelas, sehingga dapat

dijadikan sebagai acuan untuk peningkatan proses pembelajaran dalam

pelaksanaan siklus selanjutnya.

Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat

yaitu aktivitas guru sudah mencapai ≥ 70% atau pada kriteria baik,

aktivitas siswa sudah mencapai ≥ 70% atau pada kriteria baik, dan hasil

belajar siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yakni mencapai

ketuntasan belajar secara individual dengan nilai minimal ≥70 serta

dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal sebesar 80%

mendapat nilai ≥75.

E. Cara Pengumpulan Data

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dengan

Page 80: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

66

cara mengumpulkan hasil pekerjaan siswa setiap akhir pertemuan untuk

mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

1. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas V Semester 2

tahun ajaran 2010/2011 SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari,

Kabupaten Tanah Laut. Data ini diperoleh dengan melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas V Semester 2

tahun ajaran 2010/2011 SDN Ujung Batu 2 yang berjumlah 14 siswa

yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

2. Jenis Data

a. Data kuantitatif yaitu data tentang hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

b. Data kualitatif yaitu data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran,

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan siswa

dalam berkelompok (kelompok asal dan kelompok ahli) dalam

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Alat Pengambilan Data

a. Data aktifitas siswa diambil atau dikumpulkan dengan teknik

observasi menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.

b. Data aktifitas guru diambil atau dikumpulkan dengan teknik

observasi menggunakan lembar observasi aktivitas guru.

c. Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes tertulis pada akhir proses

pembelajaran menggunakan lembar evaluasi.

Page 81: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

67

4. Analisis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa nilai evaluasi pada akhir pertemuan

dianalisis dengan teknik persentase, kemudian didistribusikan dalam

bentuk tabel, dan difrekuensikan dengan grafik. Ketuntasan

individual dan klasikal dihitung dengan rumus:

Persentase = 100% x siswaseluruh Jumlah

belajar tuntasyang siswaJumlah

(Rosadi, 2009: 50).

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa observasi aktivitas guru dan siswa selama

proses pembelajaran. Persentase keaktifan guru dan siswa diolah

dengan rumus sebagai berikut:

Y = MaksimumNilai

Perolehan Nilai X 100%

Keterangan:

Y = Persentase keaktifan guru dan siswa

Nilai Perolehan = Total nilai yang didapat dari hasil

observasi aktifitas guru dan siswa

Nilai Maksimum = Nilai tertinggi hasil observasi aktifitas

guru.

Interpretasi persentase keaktifan guru dan siswa tersebut di

tentukan dengan cara sebagai berikut:

Page 82: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

68

Tabel 3.4 Interpretasi persentasi keaktifan guru dan siswa

Angka Persentasi Keterangan

81,00 % - 100,00 %

61,00 % - 80,00 %

41,00 % - 60,00 %

21,00 % - 40,00 %

00,00 % - 20,00 %

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang sekali

(Darmadi, 2009: 91)

F. Indikator Keberhasilan

1. Indikator Peningkatan Aktivitas Guru

Aktivitas guru bisa dikatakan meningkat atau berhasil jika persentase

aktivitas guru mencapai ≥ 70,00% berdasarkan tabel interpretasi

keaktifan guru dan siswa.

2. Indikator Peningkatan Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa bisa dikatakan meningkat atau berhasil jika persentase

aktivitas siswa mencapai ≥ 70,00% berdasarkan tabel interpretasi

keaktifan guru dan siswa.

3. Indikator Ketuntasan Hasil Belajar

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila ketuntasan belajar

individual mencapai ≥70 sesuai dengan KKM sekolah untuk mata

pelajaran PKn. Indikator keberhasilan pada ketuntasan klasikal minimal

mencapai 80% mendapat nilai ≥75.

Page 83: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

69

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting/ Lokasi Penelitian

SDN Ujung Batu 2 terletak di Desa Ujung Batu 2, Kecamatan

Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Kelas yang dijadikan sebagai objek

penelitian adalah kelas V. Jumlah siswa di kelas V adalah 14 siswa yang

terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Siswa di kelas ini

seluruhnya adalah etnis Jawa dan siswa berkomunikasi dengan temannya

menggunakan bahasa jawa, tetapi bahasa pengantar yang digunakan di kelas

tetap menggunakan Bahasa Indonesia.

Suasana kelas cukup mendukung pelaksanaan pembelajaran karena

penerangan dan sirkulasi udara yang cukup baik dan segar, hal ini disebabkan

oleh letak SDN Ujung Batu 2 yang berada di daerah areal perkebunan sawit

sehingga selain lebih segar, suasananya juga lebih tenang, ditambah lagi

pepohonan yang ada disekitar sekolah menambah suasana sejuk. Penataan

tempat duduk siswa disusun berderet ke belakang dengan bagian depan

menghadap arah timur, yang terdiri dari empat kolom dan empat baris serta

mereka duduk secara berpasangan. Tempat duduk yang digunakan adalah

kursi yang terbuat dari kayu dengan meja kayu, sedangkan papan tulis

menggunakan papan tulis hitam (blackboard) dengan kapur sebagai alat

tulisnya. Didalam kelas banyak sekali dipajang hasil-hasil pekerjaan siswa.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa masih belum mencapai standar

ketuntasan yakni berkisar pada 64,53 dan KKM yang ditetapkan sekolah

untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah 70.

Page 84: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

70

Proses pembelajaran yang monoton dan masih terpusat pada guru

adalah masalah yang mendasar yang dialami siswa kelas V SDN Ujung Batu

2 pada pelajaran PKn. Sehingga para siswa kurang bersemangat dalam belajar

dan pada akhirnya menyebabkan nilai hasil belajar mereka juga menjadi

rendah.

B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini terlebih dahulu diawali

dengan persiapan peneliti dari berbagai aspek, antara lain:

1. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi meliputi:

a. Pengajuan permohonan izin penelitian secara tertulis yang diajukan

kepada Ketua Program Studi S1 PGSD FKIP UNLAM Banjarmasin.

b. Terbitnya surat pengantar/ izin penelitian dari Ketua Progaram Studi S1

PGSD FKIP UNLAM Banjarmasin dengan nomor

417/H8.1.2.5.3/PS/2011 pada tanggal 5 April 2011, yang ditujukan

kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Laut.

c. Diberikannya surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Tanah Laut dengan nomor 070/739/Disdik pada tanggal 25 April 2011,

untuk diserahkan kepada SDN Ujung Batu 2 sebagai tempat

dilakukannya penelitian tindakan kelas.

Page 85: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

71

2. Persiapan Observer

Observer pada penelitian tindakan kelas ini adalah Wali Kelas V, yakni

Bapak Sutrisno, A.Ma.Pd. Sebelum melaksanakan penelitian di kelas,

peneliti terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan observer tentang

kegiatan yang akan dilaksanakan dan penggunaan lembar observasi guru

yang akan digunakan oleh observer.

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas

1. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

a. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan kelas siklus I ini dilaksanakan dalam dua

kali pertemuan dan dilaksanakan dikelas V SDN Ujung Batu 2 dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata

pelajaran PKn yakni Kebebasan Berorganisasi. Adapun kegiatan

tersebut dengan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan

pembelajaran:

1) Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk 2 kali

pertemuan dengan tema Kebebasan Berorganisasi.

3) Membuat atau menyusun lembar observasi guru untuk pengamat

(observer).

4) Membuat atau menyusun lembar aktivitas siswa.

5) Membuat media pembelajaran.

Page 86: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

72

6) Menyiapkan lembar kerja untuk kegiatan siswa (LKS dan LKK).

7) Mempersiapkan alat evaluasi (lembar evaluasi) untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan siswa dalam menguasai materi yang

diajarkan pada tiap pertemuan.

8) Melakukan koordinasi dengan observer/kepala sekolah, baik

jadwal dan waktu pelaksanaan.

Tabel 4.1 Tanggal Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

b. Pelaksanaan

1) Siklus I Pertemuan ke 1

Indikator pada pertemuan pertama ini ada 3, yaitu indikator

produk (kognitif), yakni menjelaskan pengertian organisasi,

menjelaskan manfaat dari organisasi, menyebutkan unsur-unsur

organisasi, menyebutkan tugas-tugas pengurus organisasi.

Indikator proses (psikomotor) yakni mempraktekkan cara

No. Hari/

Tanggal

Pertemuan

ke

Jumlah

Jam Materi Penilaian

1. Selasa, 19

April

2011 1 2

Pengertian Organisasi

Manfaat Organisasi

Pengurus Organisasi

Unsur-Unsur Organisasi

Tes tertulis

(pilihan

ganda)

2. Rabu , 20

April

2011

2 2

Organisasi-organisasi yang

ada dilingkungan sekolah

Struktur organisasi sekolah

Tes tertulis

(pilihan

ganda)

3. Kamis, 21

April

2011

Evaluasi Siklus I

Tes tertulis

(pilihan

ganda)

Page 87: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

73

berorganisasi. Indikator sikap (afektif) yakni mengaplikasikan

konsep berorganisasi dalam kehidupan sehari-hari.

a) Kegiatan awal.

Guru masuk ke dalam ruang kelas V dengan memberi

salam, mengkondisikan siswa baik fisik maupun psikisnya

untuk siap belajar dengan menanyakan kabar dan meminta

siswa untuk menyiapkan perlengkapan belajar. Guru memulai

pelajaran dengan melakukan apersepsi dengan menanyakan

kepada siswa siapa yang menjadi ketua kelas, wakil ketua,

sekretaris dan bendahara Kemudian guru menyampaikan

tujuan pembelajaran kepada siswa yakni menjelaskan dan

menyebutkan pengertian, manfaat, unsur-unsur, dan pengurus

organisasi. Terakhir, guru menyampaikan uraian singkat

tentang materi yang akan dipelajari dan kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan siswa.

b) Kegiatan inti.

Guru membentuk siswa ke dalam 3 kelompok yang

beranggotakan 4 orang siswa. Karena ada penambahan jumlah

siswa (siswa baru), maka ada 2 kelompok yang beranggotakan

5 siswa. Kelompok ini disebut kelompok asal. Guru

membagikan bahan bacaan yang berbeda kepada masing-

masing anggota kelompok, yakni bahan bacaan pengertian

organisasi, manfaat organisasi, unsur-unsur organisasi, dan

pengurus organisasi. Siswa diberi kesempatan untuk membaca

Page 88: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

74

terlebih dahulu materi yang diberikan. Setelah itu, setiap

anggota kelompok asal berpisah dan membentuk kelompok

baru berdasarkan kesamaan materi atau bahan bacaan yang

dimiliki. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli.

Terdapat 4 kelompok ahli yakni, kelompok ahli pengertian

organisasi, kelompok ahli manfaat organisasi, kelompok ahli

unsur-unsur organisasi dan kelompok ahli pengurus organisasi.

Setiap siswa dalam kelompok ahli mempelajari materinya

bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Untuk

mempermudah setiap siswa dalam kelompok ahli

memperdalam materinya, guru memberikan lembar kerja siswa

(LKS), sehingga diskusi dalam kelompok ahli menjadi lebih

terarah dan masing-masing siswa memiliki catatan untuk

dibawa ke kelompok asal. Setelah belajar dan berdiskusi dalam

kelompok ahli, setiap siswa kembali lagi ke kelompok asalnya.

Didalam kelompok asal ini, siswa kembali belajar dan

berdiskusi bersama dengan teman sekelompoknya. Setiap

siswa saling memberikan informasi tentang materi yang

dipelajarinya kepada teman yang lainnya, sehingga terjadi tutor

sebaya (peer teaching). Kemudian setiap kelompok

mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan

guru. Hasil LKK tersebut kemudian dipresentasikan oleh

masing-masing kelompok. Setelah melakukan presentasi,

setiap siswa kembali ketempat duduknya dan mengerjakan

Page 89: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

75

kuis individu dalam bentuk kartu soal. Nilai LKK akan

digabung dengan nilai individu siswa dari kuis untuk

menentukan kelompok mana yang memperoleh penghargaan.

c) Kegiatan akhir.

Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran. Siswa

mengerjakan soal evaluasi berupa soal pilihan ganda sebanyak

20 soal, kemudian guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan. Guru mengakhiri pelajaran

dengan memberikan menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan pada pertemuan berikutnya.

2) Siklus I Pertemuan ke 2

Indikator pada pertemuan kedua ini ada 3, yakni indikator

produk (kognitif), yakni menyebutkan organisasi yang ada di

lingkungan sekolah. Indikator proses (psikomotor) yakni,

membuat struktur organisasi yang ada di sekolah. Indikator sikap

(afektif) yakni, mengaplikasikan konsep berorganisasi dalam

kehidupan sehari-hari.

a) Kegiatan awal.

Guru masuk ke dalam ruang kelas V dengan memberi

salam, mengkondisikan siswa baik fisik maupun psikisnya

untuk siap belajar. Guru memulai pelajaran dengan melakukan

apersepsi dengan mengingat pelajaran pada pertemuan pertama

tentang pengertian, unsur-unsur, manfaat, dan pengurus

Page 90: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

76

organisasi. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai yakni siswa dapat

menyebutkan organisasi yang ada di lingkungan sekolah, siswa

dapat membuat struktur organisasi kelas, dan siswa dapat

mengaplikasikan konsep berorganisasi dalam kehidupan

sehari-hari. Terakhir, guru menyampaikan uraian singkat

tentang materi yang akan dipelajari dan kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan siswa.

b) Kegiatan inti.

Guru membentuk siswa ke dalam 3 kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa. Kelompok ini disebut

kelompok asal. Guru membagikan bahan bacaan yang berbeda

kepada masing-masing anggota kelompok, yakni bahan bacaan

organisasi sekolah dan kelas, koperasi sekolah, pramuka dan

UKS, dan struktur organisasi sekolah. Siswa diberi kesempatan

untuk membaca terlebih dahulu materi yang diberikan. Setelah

itu, setiap anggota kelompok asal berpisah dan membentuk

kelompok baru berdasarkan kesamaan materi atau bahan

bacaan yang dimiliki. Kelompok ini disebut dengan kelompok

ahli.

Terdapat 4 kelompok ahli yakni, kelompok ahli organisasi

sekolah dan kelas, kelompok ahli koperasi sekolah, kelompok

ahli pramuka dan UKS dan kelompok ahli struktur organisasi

sekolah. Setiap siswa dalam kelompok ahli mempelajari

Page 91: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

77

materinya bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Untuk

mempermudah setiap siswa dalam kelompok ahli

memperdalam materinya, guru memberikan lembar kerja siswa

(LKS), sehingga diskusi dalam kelompok ahli menjadi lebih

terarah dan masing-masing siswa memiliki catatan untuk

dibawa ke kelompok asal. Setelah belajar dan berdiskusi dalam

kelompok ahli, setiap siswa kembali lagi ke kelompok asalnya.

Didalam kelompok asal ini, siswa kembali belajar dan

berdiskusi bersama dengan teman sekelompoknya. Setiap

siswa saling memberikan informasi tentang materi yang

dipelajarinya kepada teman yang lainnya, sehingga terjadi tutor

sebaya (peer teaching). Kemudian setiap kelompok

mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan

guru. Hasil LKK tersebut kemudian dipresentasikan oleh

masing-masing kelompok. Setelah melakukan presentasi,

setiap siswa kembali ketempat duduknya dan mengerjakan

kuis individu dalam bentuk kartu soal. Nilai LKK akan

digabung dengan nilai individu siswa dari kuis untuk

menentukan kelompok mana yang memperoleh penghargaan.

c) Kegiatan akhir.

Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran. Siswa

mengerjakan soal evaluasi berupa soal pilihan ganda sebanyak

20 soal, kemudian guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan PR

Page 92: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

78

sebagai tindak lanjut. Guru mengakhiri pelajaran dengan

memberikan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya.

c. Observasi

Observasi yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat (baik oleh orang lain maupun guru sendiri) yang dilakukan

pada waktu tindakan sedang dilakukan.

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I menyimpulkan

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih belum efektif.

Hal ini dapat dilihat ada beberapa tahapan-tahapan mengajar yang

masih belum terlaksana. Ini disebabkan karena pengelolaan waktu

yang dilakukan peneliti masih kurang optimal.

Tabel 4.2 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus 1

S P Kegiatan

Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir ∑ % Ket

S1

P1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4

47 73,43 Baik 2 3 4 4 2 4 4 2 4 1 4 3 4 2 3 1

Ṝ (%) 62,5% 66,67% 62,5%

P2 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4

51 79,68 Baik 3 3 4 4 2 4 4 2 4 4 4 3 4 2 2 2

Ṝ (%) 75% 72,91% 62,5%

Keterangan:

S1 = Siklus 1

P1 = Pertemuan ke 1

P2 = Pertemuan ke 2

Page 93: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

79

Kegiatan Awal

1. Sesuaikah kegiatan apersepsi dengan materi ajar

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

Kegiatan Inti

1. Pembagian kelompok terorganisir dengan membagi siswa secara

heterogen

2. Membagikan materi yang berbeda untuk anggota kelompok

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat kompetensi

(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

4. Anggota kelompok mendapatkan materi yang berbeda

5. Anggota tim yang berbeda bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang akan

didiskusikan

6. Mengarahkan/membimbing siswa dalam kerja kelompok

7. Tim ahli bergantian mengajarkan sub bab yang mereka kuasai di

kelompok asal.

8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

9. Melaksanakan kuis secara individu

10. Memberikan penghargaan tim

Kegiatan Akhir

1. Melaksanakan evaluasi

2. Melakukan refleksi pembelajaran

3. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

4. Melakukan tindak lanjut

Page 94: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

80

Skor yang diberikan atas pertimbangan:

1 = tidak terlaksana

2 = terlaksana sistematis, tapi tidak tepat

3 = terlaksana tepat, tapi tidak sistematis

4 = terlaksana sistematis dan tepat

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa aktivitas guru pada

pertemuan ke 1, kegiatan awal memperoleh persentase 62,5%,

kegiatan inti sebesar 66,67 %, dan kegiatan akhir memperoleh

persentase 62,5% dan secara keseluruhan persentase kegiatan

pembelajaran pada pertemuan 1 ini adalah 73,43%. Sedangkan

pada pertemuan ke 2 dapat dilihat bahwa persentase pada

kegiatan awal meningkat sebanyak 12,5% menjadi 75 %, kegiatan

inti juga mengalami peningkatan sebesar 6,24% menjadi 72,91%,

dan untuk kegiatan akhir tidak mengalami peningkatan ataupun

penurunan tetap 62,5%. Sehingga secara keseluruhan aktivitas

guru pada kegiatan pembelajaran pertemuan kedua ini adalah

79,68%. Secara keseluruhan aktivitas guru dalam kegiatan

pembelajaran baik pada pertemuan pertama maupun kedua sudah

mencapai indikator keberhasilan aktivitas guru yang ditetapkan

peneliti yakni 70,00%. Namun, pada bagian-bagian tertentu harus

ditingkatkan seperti pada pertemuan pertama yakni kegiatan

apersepsi agar lebih disesuaikan lagi dengan materi. Kemudian

pembelajaran harus lebih disesuaikan lagi dengan karakteristik

anak dan perlu lebih banyak lagi memberikan kepada anak baik di

Page 95: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

81

kelompok ahli maupun di kelompok asal. Karena pengelolaan

waktu yang kurang efektif, kegiatan refleksi menjadi kurang

optimal bahkan kegiatan presentasi dan pemberian PR menjadi

tidak terlaksana. Pada pertemuan kedua, pengelolaan waktu sudah

diperbaiki meskipun belum begitu efektif, sehingga semua

kegiatan sudah dapat dilaksanakan. Namun, masih kurang optimal

seperti kegiatan refleksi, kesimpulan, dan pemberian PR. Sama

pada pertemuan pertama kegiatan pembelajaran harus lebih

disesuaikan lagi dengan karakteristik anak dan perlu lebih banyak

lagi memberikan kepada anak baik di kelompok ahli maupun di

kelompok asal. Oleh karena itu, perlu diperbaiki dan ditingkatkan

lagi pada siklus berikutnya agar dapat mencapai indikator yang

ditetapkan dan kegiatan pembelajaran yang direncanakan dapat

berlangsung optimal.

Gambar 4.1. Perbandingan Aktivitas Guru Pada Tiap Pertemuan Siklus I

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

Pertemuan 1

62.50%66.67%75%

73.43%K. Awal

K. Inti

K. Akhir

Total Pembelajaran 0.00%

10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

Pertemuan 2

75.00%72.91%

75%

79.68% K. Awal

K. Inti

K. Akhir

Total Pembelajaran

Page 96: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

82

2) Observasi Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan dapat kita lihat melalui lembar observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dan pertemuan

kedua. Aktivitas siswa yang di observasi adalah kegiatan siswa dalam berkelompok dan diamati sendiri oleh peneliti.

Berikut adalah tabel perbandingan aktivitas siswa pada sikus I.

Tabel 4.3 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I

S P A B C D E F ∑ % Ket

S1

Kelompok 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

57 79,16 Baik

P1 3 2 3 2 2 2 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4

P2 3 3 3 2 2 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 56 77,78 Baik

Ṝ (%) 75 62,5 75 50 50 50 100 87,5 100 87,5 50 75 100 87,5 87,5 100 75 100

Keterangan :

A = Aktivitas siswa dalam memperhatikan guru

B = Aktivitas siswa dalam bertanya dikelompok

C = Aktivitas siswa dalam mempelajari materi yang diberikan

D = Aktivitas siswa dalam bekerjasama dalam kelompok

E = Aktivitas siswa dalam menyampaikan penjelasan materi dengan teman sekelompoknya (tutor sebaya)

F = Aktivitas siswa dalam menyajikan hasil kerja kelompok (presentasi)

Skor 1 = Semua siswa tidak melakukan aktivitas yang diamati

Page 97: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

83

Skor 2 = Sebagian kecil siswa melakukan aktivitas yang diamati

Skor 3 = Sebagian besar siswa melakukan aktivitas yang diamati

Skor 4 = Semua siswa melakukan aktivitas yang diamati

Berdasarkan tabel perbandingan aktivitas siswa pada siklus I, setiap

kelompok menunjukkan hasil yang memuaskan pada beberapa aspek yang

dinilai. Namun, setiap kelompok masih menunjukkan hasil yang kurang

memuaskan pada aspek bertanya dalam kelompok, yakni setiap kelompok

hanya memperoleh rata-rata persentase sebesar 50%. Hal ini mungkin

disebabkan kurangnya pemberian motivasi dari guru, sehingga siswa enggan

untuk bertanya. Selain itu, keaktifan kelompok 2 masih perlu ditingkatkan,

yakni pada aspek memperhatikan guru (62,5%) dan aspek bekerjasama

dalam kelompok (50%).

Nilai persentase tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan

aktivitas siswa yang ditetapkan peneliti yakni 70,00%. Sehingga pada siklus

berikutnya masih perlu ditingkatkan lagi. Berikut data pada tabel 4.3

disajikan dalam bentuk grafik.

Page 98: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

84

Gambar 4.2 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus 1

Keterangan :

A = Aktivitas siswa dalam memperhatikan guru

B = Aktivitas siswa dalam bertanya dikelompok

C = Aktivitas siswa dalam mempelajari materi yang diberikan

D = Aktivitas siswa dalam bekerjasama dalam kelompok

E = Aktivitas siswa dalam menyampaikan penjelasan materi dengan teman sekelompoknya (tutor sebaya)

F = Aktivitas siswa dalam menyajikan hasil kerja kelompok (presentasi)

Observasi pada hasil belajar kelompok siklus I pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

75%

50%

75%

100% 100% 100%100% 100% 100%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Pertemuan 1

A

B

C

D

E

F

75% 75% 75%

100%

75%

100%100%

75% 75%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Pertemuan 2

A

B

C

D

E

F

Page 99: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

85

Tabel 4.4. Distribusi Hasil Belajar Kelompok Siklus I

Siklus Pertemuan

Kelompok

1 2 3

S 1

1 100 100 75

2 90 80 100

Rata-Rata 95 90 87,5

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat, pada pertemuan pertama

kelompok 1 mendapat nilai 100, kelompok 2 mendapat nilai 100,

dan kelompok 3 mendapat nilai 75. Pada pertemuan kedua,

kelompok 1 mengalami penurunan menjadi 90, kelompok 2

mengalami penurunan nilai menjadi 80, dan kelompok 3

mengalami peningkatan menjadi 100. Nilai-nilai tersebut

diperoleh dari nilai LKK yang dikerjakan siswa secara. Data pada

tabel 12 dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.

Gambar 4.3 Hasil Belajar Kelompok Siklus I

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

100 100

75

90

80 80

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Page 100: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

86

3) Observasi Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari evaluasi yang

dilakukan setiap akhir pertemuan, ditambah dengan evaluasi yang

dilakukan pada akhir siklus I. Evaluasi yang dilakukan berbentuk

soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang mencakup tujuan

pembelajaran tiap pertemuan. Kemudian untuk evaluasi siklus I

mencakup soal pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Untuk

evaluasi siklus 1 juga berjumlah 20 soal. Berikut data hasil belajar

siswa pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan evaluasi

siklus I yang didistribusikan kedalam bentuk tabel.

Tabel 4.5. Distribusi Nilai Hasil Belajar Individu Siklus 1

No Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Evaluasi Siklus I

Keterangan F (%) F (%) F (%)

1. 95 0 0,00 1 7,14 0 0,00 Tuntas

2. 90 0 0,00 1 7,14 1 7,14 Tuntas

3. 85 0 0,00 1 7,14 3 21,43 Tuntas

4. 80 2 14,29 2 14,29 3 21,43 Tuntas

5. 75 2 14,29 2 14,29 2 14,29 Tuntas

6. 70 4 28,57 0 0,00 2 14,29 Tuntas

7. 65 1 7,14 2 14,29 3 21,43 Belum

8. 60 0 0,00 3 21,43 0 0,00 Belum

9. 55 1 7,14 0 0 0 0,00 Belum

10. 50 2 14,29 0 0 0 0,00 Belum

11. 45 1 7,14 1 7,14 0 0,00 Belum

12. 40 1 7,14 0 0 0 0,00 Belum

13. 35 0 0,00 1 7,14 0 0,00 Belum

Jumlah 14 100 14 100 14 100

Rata-rata 63,92 69,28 76,42

Ketuntasan

Individual 57,11% 50% 78,57%

Ketuntasan

Klasikal 28,57% 50% 64,28%

Page 101: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

87

Berdasarkan tabel 4.5, pada pertemuan pertama ada 8 siswa

yang berhasil mencapai ketuntasan individual (≥70) atau sekitar

57% dan masih ada 6 siswa yang belum mencapai ketuntasan

individual. Adapun ketuntasan klasikal pada pertemuan pertama

ini hanya mencapai 28,57% atau hanya 4 siswa yang mencapai

ketuntasan klasikal (≥75). Rata-rata kelas yang diperoleh pada

pertemuan pertama ini adalah 63,92. Sehingga dapat disimpulkan

hasil belajar siswa pada pertemuan pertama ini masih belum

mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti secara

klasikal, yakni 80% siswa mendapat nilai 75.

Pada pertemuan kedua, jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan individual mengalami penurunan. Jika pada pertemuan

pertama ketuntasan individual mencapai 57% (8 siswa), maka

pada pertemuan kedua ini hanya mencapai 50% (7 siswa).

Namun, terjadi peningkatan pada ketuntasan klasikal, yakni dari

28,57% menjadi 50% (7 siswa). Rata-rata kelas pun mengalami

peningkatan yakni dari 63,92 menjadi 69,28 atau naik sebanyak

5,36. Namun, hasil belajar pada pertemuan kedua ini tetap masih

belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti

yakni 80% siswa mendapat nilai ≥75.

Pada akhir siklus I, juga dilaksanakan evaluasi akhir siklus I

yang mencakup materi pada pertemuan pertama dan pertemuan

kedua. Dapat dilihat pada tabel 4.5, terdapat peningkatan-

peningkatan yang cukup signifikan. Ketuntasan individual naik

Page 102: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

88

menjadi 78,57% atau 11 siswa. Ketuntasan klasikal pun naik

menjadi 64,28% atau 9 siswa. Rata-rata kelas juga mengalami

peningkatan menjadi 76,42. Sehingga dapat disimpulkan hasil

belajar pada evaluasi akhir siklus I ini mengalami peningkatan

dari sebelumnya. Namun, peningkatan tersebut masih belum

mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti yakni

80% siswa mendapat nilai ≥75.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dibuat tabel ketuntasan klasikal

siswa berdasarkan indikator yang ditetapkan yakni 80% siswa

mendapat nilai 75.

Tabel 4.6 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus 1

Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Evaluasi S1

Ket F % F % F %

≥75 4 28,57 7 50% 9 64,28% Tuntas

<75 10 71,42 7 50% 5 35,72% Tidak Tuntas

Dilihat dari tabel 14, ketuntasan klasikal masih belum

memenuhi indikator yang ditetapkan peneliti, baik pada

pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan evaluasi siklus I.

Dimana indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti untuk

ketuntasan klasikal adalah 80% siswa mendapatkan nilai 75.

Berikut ini dibuat diagram nilai ketuntasan secara klasikal

siklus I adalah sebagai berikut :

Page 103: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

89

Gambar 4.4 Persentasi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi kegiatan

pembelajaran dan kegiatan siswa serta nilai hasil belajar pada siklus I,

maka dapatlah direfleksikan hal-hal sebagai berikut:

1) Aktivitas Guru

Pada pertemuan pertama, banyak sekali kekurangan-

kekurangan dalam proses pembelajaran. Faktor yang menjadi

penyebabnya adalah, peneliti tidak melakukan pengelolaan waktu

dengan baik, sehingga ada kegiatan yang direncanakan tidak

dapat dilaksanakan, yakni kegiatan presentasi dan pemberian PR

sebagai tindak lanjut. Oleh karena itu, pada pertemuan

berikutnya, kegiatan yang direncanakan akan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi dikelas, agar proses pembelajaran dapat

terlaksana dengan baik, efektif, dan efisien. Pada pertemuan

kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah

berlangsung dengan baik. Semua kegiatan yang direncanakan

sudah dapat dilaksanakan, meskipun ada beberapa kegiatan yang

50%50%

Pertemuan 2

Tuntas Tidak Tuntas

29%

71%

Pertemuan 1

Tuntas Tidak Tuntas

64%

36%

Evaluasi Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas

Page 104: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

90

belum dilakukan dengan tepat dan sistematis. Sehingga pada

siklus II, kegiatan pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan

lebih baik lagi.

2) Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa pada pertemuan pertama sudah menunjukkan

hasil yang cukup memuaskan. Namun, ada beberapa aspek yang

masih perlu ditingkatkan, yakni aspek memperhatikan penjelasan

guru. Mungkin karena siswa belum terbiasa diajar oleh peneliti

sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru.

Aspek bertanya dikelompok, kurangnya motivasi yang diberikan

guru mungkin menjadi penyebab siswa kurang bertanya dalam

kelompok. Aspek bekerjasama dalam kelompok, para siswa

masih canggung dalam belajar dikelompok bersama dengan

teman-teman yang lain, karena siswa terbiasa belajar secara

individual. Oleh karena itu, pada pertemuan berikutnya peneliti

akan memberikan motivasi yang lebih kepada siswa agar siswa

menjadi lebih bersemangat dalam belajar berkelompok. Pada

pertemuan kedua, siswa sudah mulai paham dengan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan model jigsaw ini, sehingga

para siswa lebih bersemangat dan antusias dalam belajar. Hal ini

dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Berbagai aspek kegiatan siswa mengalami

peningkatan. Namun, masih ada aspek yang masih perlu

Page 105: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

91

ditingkatkan, yakni aspek bertanya. Hal inilah yang akan

dijadikan perbaikan pada siklus II dengan cara pemberian

motivasi yang lebih banyak lagi, sehingga aktivitas siswa menjadi

lebih baik lagi.

3) Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada pertemuan pertama masih belum

memuaskan dan masih belum mencapai indikator ketuntasan yang

ditetapkan baik secara individual maupun klasikal. Secara

individual hanya 8 siswa (57%) yang mencapai indikator yang

ditetapkan (≥ 70). Secara klasikal, ketuntasan yang diperoleh

hanya 29% atau 71% yang masih belum tuntas. Hal ini sangat

jauh dari indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti, yakni

80%. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah konsentrasi

siswa yang sudah mulai menurun dan pengelolaan waktu yang

masih kurang dari guru sehingga waktu yang digunakan siswa

untuk mengerjakan evaluasi terbatas. Selain itu, ada 2 butir soal

evaluasi yang lebih dari 80% siswa tidak dapat menjawabnya atau

salah, yakni soal nomor 12 dan 13. Soal tersebut memiliki

jawaban yang hampir mirip, sehingga siswa kesulitan untuk

mennetukan jawaban yang tepat. Secara keseluruhan hasil belajar

siswa pada pertemuan kedua mengalami peningkatan. Nilai rata-

rata kelas pada pertemuan pertama 63,92 menjadi 69,28. Namun,

masih jauh dari standar ketuntasan yang ditetapkan oleh peneliti.

Page 106: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

92

Ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal hanya mencapai

50%. Pada pertemuan kedua, lebih dari 80% siswa tidak dapat

menjawab soal nomor 4 dengan benar, yakni tentang pramuka.

Hal ini mungkin disebabkan karena mereka jarang mengikuti

kegiatan pramuka dan disekolah tersebut hanya pernah beberapa

kali saja mengadakan kegiatan pramuka (tidak rutin). Sama pada

pertemuan pertama, pengelolaan waktu yang kurang efektif oleh

peneliti menyebabkan siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan soal

evaluasi. Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan soal evaluasi

siklus I, dimana peneliti menyediakan waktu yang lebih banyak,

nilai rata-rata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 76,42

dengan ketuntasan individual 78,57% dan ketuntasan klasikal

64,28%. Meskipun begitu, masih ada soal yang tidak bisa dijawab

dengan benar oleh lebih dari 80% siswa, yakni soal nomor 3. Hal

ini mungkin disebabkan karena jawaban dari soal yang hampir

mirip.

Berdasarkan temuan-temuan pada kegiatan pelaksanaan yang

dijabarkan pada refleksi, maka perlu dilaksanakan siklus ke-2. Adapun

tindakan-tindakan yang akan dilakukan peneliti pada siklus ke-2

adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengelolaan waktu secara efektif dan efisien dengan

mengatur waktu kegiatan pembelajaran pada model jigsaw.

2) Memberikan lebih banyak motivasi lagi kepada para siswa dalam

belajar.

Page 107: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

93

3) Memperbaiki soal-soal evaluasi dengan cara menyesuaikan

dengan karakteristik berpikir siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II

a. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan kelas siklus II ini dilaksanakan dalam dua

kali pertemuan dan dilaksanakan dikelas V SDN Ujung Batu 2 dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata

pelajaran PKn yakni Kebebasan Berorganisasi. Adapun kegiatan

tersebut dengan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan

pembelajaran:

1) Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk 2 kali

pertemuan dengan tema Kebebasan Berorganisasi.

3) Membuat atau menyusun lembar observasi guru untuk pengamat

(observer).

4) Membuat atau menyusun lembar aktivitas siswa.

5) Membuat media pembelajaran.

6) Menyiapkan lembar kerja untuk kegiatan siswa (LKS dan LKK).

7) Mempersiapkan alat evaluasi (lembar evaluasi) untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan siswa dalam menguasai materi yang

diajarkan pada tiap pertemuan.

Page 108: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

94

8) Melakukan koordinasi dengan observer/kepala sekolah, baik

jadwal dan waktu pelaksanaan.

Tabel 4.7 Tanggal Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan ke 1

a) Kegiatan awal.

Guru masuk ke dalam ruang kelas V dengan memberi

salam, mengkondisikan siswa baik fisik maupun psikisnya

untuk siap belajar dengan menanyakan kabar dan meminta

siswa untuk menyiapkan perlengkapan belajar. Guru memulai

pelajaran dengan melakukan apersepsi dengan menanyakan

kepada siswa organisasi-organisasi apa saja yang ada di

sekolah. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

kepada siswa yakni siswa dapat menyebutkan organisasi yang

No. Hari/

Tanggal

Pertemuan

ke

Jumlah

Jam Materi Penilaian

1. Selasa, 26

April

2011 1 2

Organisasi-organisasi yang

ada dilingkungan masyarakat

Struktur organisasi

masyarakat (kelurahan)

Tes tertulis

(pilihan

ganda)

2. Rabu, 27

April

2011

2 2

Kebebasan Berorganisasi

Berorganisasi di Sekolah

Tes tertulis

(pilihan

ganda)

3. Kamis, 28

April

2011

Evaluasi Siklus II

Tes tertulis

(pilihan

ganda)

Page 109: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

95

ada di lingkungan masyarakat, siswa dapat membuat struktur

organisasi kelurahan, siswa dapat mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, guru

menyampaikan uraian singkat tentang materi yang akan

dipelajari dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

siswa.

b) Kegiatan inti.

Guru membentuk siswa ke dalam 3 kelompok yang

beranggotakan 4 orang siswa. Kelompok ini disebut kelompok

asal. Guru membagikan bahan bacaan yang berbeda kepada

masing-masing anggota kelompok, yakni bahan bacaan

organisasi berdasarkan proses pembentukannya, organisasi

berdasarkan tujuannya, organisasi berdasarkan hubungannya

dengan pemerintah, dan struktur organisasi dilingkungan

masyarakat. Siswa diberi kesempatan untuk membaca terlebih

dahulu materi yang diberikan. Setelah itu, setiap anggota

kelompok asal berpisah dan membentuk kelompok baru

berdasarkan kesamaan materi atau bahan bacaan yang dimiliki.

Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli.

Terdapat 4 kelompok ahli yakni, kelompok ahli organisasi

berdasarkan proses pembentukannya, kelompok ahli organisasi

berdasarkan tujuannya, kelompok ahli organisasi berdasarkan

hubungannya dengan pemerintah dan kelompok ahli struktur

organisasi dilingkungan masyarakat. Setiap siswa dalam

Page 110: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

96

kelompok ahli mempelajari materinya bersama-sama dengan

teman sekelompoknya. Untuk mempermudah setiap siswa

dalam kelompok ahli memperdalam materinya, guru

memberikan lembar kerja siswa (LKS), sehingga diskusi

dalam kelompok ahli menjadi lebih terarah dan masing-masing

siswa memiliki catatan untuk dibawa ke kelompok asal.

Setelah belajar dan berdiskusi dalam kelompok ahli, setiap

siswa kembali lagi ke kelompok asalnya. Didalam kelompok

asal ini, siswa kembali belajar dan berdiskusi bersama dengan

teman sekelompoknya. Setiap siswa saling memberikan

informasi tentang materi yang dipelajarinya kepada teman

yang lainnya, sehingga terjadi tutor sebaya (peer teaching).

Kemudian setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja

Kelompok (LKK) yang diberikan guru. Hasil LKK tersebut

kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.

Setelah melakukan presentasi, setiap siswa kembali ketempat

duduknya dan mengerjakan kuis individu dalam bentuk kartu

soal. Nilai LKK akan digabung dengan nilai individu siswa

dari kuis untuk menentukan kelompok mana yang memperoleh

penghargaan.

c) Kegiatan akhir.

Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran. Siswa

mengerjakan soal evaluasi berupa soal pilihan ganda sebanyak

20 soal, kemudian guru melakukan refleksi terhadap

Page 111: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

97

pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan tindak

lanjut berupa PR. Guru mengakhiri pelajaran dengan

memberikan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya.

2) Pertemuan ke 1

a) Kegiatan awal.

Guru masuk ke dalam ruang kelas V dengan memberi

salam, mengkondisikan siswa baik fisik maupun psikisnya

untuk siap belajar. Guru memulai pelajaran dengan melakukan

apersepsi dengan meminta siswa untuk menyebutkan jenis-

jenis organisasi dilingkungan masyarakat dan organisasi-

organisasi apa saja yang ada dilingkungan masyarakat.

Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai yakni siswa dapat menyebutkan hal-hal yang

perlu diperhatikan sebelum berorganisasi, siswa dapat

mengetahui peran dan tugas pengurus organisasi di sekolah,

siswa dapat menjelaskan cara memilih pengurus organisasi di

sekolah, siswa dapat mempraktekkan cara memilih pengurus

organisasi di sekolah, dan siswa dapat mengaplikasikan konsep

berorganisasi dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, guru

menyampaikan uraian singkat tentang materi yang akan

dipelajari dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

siswa.

Page 112: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

98

b) Kegiatan inti.

Guru membentuk siswa ke dalam 3 kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa. Kelompok ini disebut

kelompok asal. Guru membagikan bahan bacaan yang berbeda

kepada masing-masing anggota kelompok, yakni bahan bacaan

cara memilih organisasi disekolah, bahan bacaan pengurus

organisasi sekolah, bahan bacaan cara memilih pengurus

organisasi sekolah dan bahan bacaan pemimpin dan anggota.

Siswa diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu

materi yang diberikan. Setelah itu, setiap anggota kelompok

asal berpisah dan membentuk kelompok baru berdasarkan

kesamaan materi atau bahan bacaan yang dimiliki. Kelompok

ini disebut dengan kelompok ahli.

Terdapat 4 kelompok ahli yakni, kelompok ahli organisasi

sekolah dan kelas, kelompok ahli koperasi sekolah, kelompok

ahli pramuka dan UKS dan kelompok ahli struktur organisasi

sekolah. Setiap siswa dalam kelompok ahli mempelajari

materinya bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Untuk

mempermudah setiap siswa dalam kelompok ahli

memperdalam materinya, guru memberikan lembar kerja siswa

(LKS), sehingga diskusi dalam kelompok ahli menjadi lebih

terarah dan masing-masing siswa memiliki catatan untuk

dibawa ke kelompok asal. Setelah belajar dan berdiskusi dalam

kelompok ahli, setiap siswa kembali lagi ke kelompok asalnya.

Page 113: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

99

Didalam kelompok asal ini, siswa kembali belajar dan

berdiskusi bersama dengan teman sekelompoknya. Setiap

siswa saling memberikan informasi tentang materi yang

dipelajarinya kepada teman yang lainnya, sehingga terjadi tutor

sebaya (peer teaching). Kemudian setiap kelompok

mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan

guru. Hasil LKK tersebut kemudian dipresentasikan oleh

masing-masing kelompok. Setelah melakukan presentasi,

setiap siswa kembali ketempat duduknya dan mengerjakan

kuis individu dalam bentuk kartu soal. Nilai LKK akan

digabung dengan nilai individu siswa dari kuis untuk

menentukan kelompok mana yang memperoleh penghargaan.

c) Kegiatan akhir.

Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran. Siswa

mengerjakan soal evaluasi berupa soal pilihan ganda sebanyak

20 soal, kemudian guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan PR

sebagai tindak lanjut. Guru mengakhiri pelajaran dengan

memberikan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya.

Page 114: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

100

c. Observasi

Observasi yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat (baik oleh orang lain maupun guru sendiri) yang dilakukan

pada waktu tindakan sedang dilakukan.

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II menyimpulkan

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah berlangsung

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari semua tahapan-tahapan

yang sudah terlaksana dengan baik.

Tabel 4.8 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus 2

S P Kegiatan

Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir ∑ % Ket

S2

P1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4

56 87,5 Sangat

Baik 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 2

Ṝ (%) 87,5% 92,5% 75%

P2 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4

57 89,06 Sangat

Baik 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 2

Ṝ (%) 100% 92,5% 75%

Keterangan:

S2 = Siklus 2

P1 = Pertemuan ke 1

P2 = Pertemuan ke 2

Kegiatan Awal

1. Sesuaikah kegiatan apersepsi dengan materi ajar

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

Kegiatan Inti

1. Pembagian kelompok terorganisir dengan membagi siswa secara

heterogen

Page 115: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

101

2. Membagikan materi yang berbeda untuk anggota kelompok

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat kompetensi

(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

4. Anggota kelompok mendapatkan materi yang berbeda

5. Anggota tim yang berbeda bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang akan

didiskusikan

6. Mengarahkan/membimbing siswa dalam kerja kelompok

7. Tim ahli bergantian mengajarkan sub bab yang mereka kuasai di

kelompok asal

8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

9. Melaksanakan kuis secara individu

10. Memberikan penghargaan tim

Kegiatan Akhir

1. Melaksanakan evaluasi

2. Melakukan refleksi pembelajaran

3. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

4. Melakukan tindak lanjut

Skor yang diberikan atas pertimbangan:

1 = tidak terlaksana

2 = terlaksana sistematis, tapi tidak tepat

3 = terlaksana tepat, tapi tidak sistematis

4 = terlaksana sistematis dan tepat

Page 116: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

102

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa aktivitas guru pada

siklus 2 pertemuan ke 1, kegiatan awal memperoleh persentase

87,5%, kegiatan inti sebesar 92,5 %, dan kegiatan akhir

memperoleh persentase 75% dan secara keseluruhan persentase

kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 ini adalah 87,5%.

Sedangkan pada pertemuan ke 2 dapat dilihat bahwa persentase

pada kegiatan awal meningkat sebanyak 12,5% menjadi 100%,

kegiatan inti tetap 92,5%, dan kegiatan akhir juga tetap 75%.

Sehingga secara keseluruhan aktivitas guru pada kegiatan

pembelajaran pertemuan kedua ini adalah 89,06%. Setiap

kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 sudah

mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti yakni

70%. Dan secara keseluruhan kegiatan pembelajaran juga

menunjukkan hasil yang memuaskan. Hanya saja pemberian

tindak lanjut dalam bentuk PR masih kurang begitu optimal,

karena PR yang diberikan hanya secara lisan saja.

Gambar 4.5 Perbandingan Aktivitas Guru Pada Tiap Pertemuan Siklus II

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Pertemuan 1

K. Awal

K. Inti

K. Akhir

Total Pembelajaran

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Pertemuan 2

K. Awal

K. Inti

K. Akhir

Total Pembelajaran

Page 117: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

103

2) Observasi Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan dapat kita lihat melalui lembar observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama dan pertemuan

kedua. Aktivitas siswa yang di observasi adalah kegiatan siswa dalam berkelompok dan diamati sendiri oleh peneliti.

Berikut adalah tabel perbandingan aktivitas siswa pada sikus II.

Tabel 4.9 Perbandingan Aktivitas Siswa Pada Siklus II

S P A B C D E F ∑ % Ket

S1

Kelompok 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

63 87,5 Baik

P1 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4

P2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 67 93,05 Baik

Ṝ (%) 100 75 75 87,5 75 75 100 100 100 100 75 87,5 100 87,5 87,5 100 100 100

Keterangan :

A = Aktivitas siswa dalam memperhatikan guru

B = Aktivitas siswa dalam bertanya dikelompok

C = Aktivitas siswa dalam mempelajari materi yang diberikan

D = Aktivitas siswa dalam bekerjasama dalam kelompok

E = Aktivitas siswa dalam menyampaikan penjelasan materi dengan teman sekelompoknya (tutor sebaya)

F = Aktivitas siswa dalam menyajikan hasil kerja kelompok (presentasi)

Skor 1 = Semua siswa tidak melakukan aktivitas yang diamati

Page 118: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

104

Skor 2 = Sebagian kecil siswa melakukan aktivitas yang diamati

Skor 3 = Sebagian besar siswa melakukan aktivitas yang diamati

Skor 4 = Semua siswa melakukan aktivitas yang diamati

Berdasarkan tabel perbandingan aktivitas siswa pada siklus II, baik pada pertemuan pertama maupun kedua, semua

aspek yang dinilai sudah menunjukkan hasil yang memuaskan. Kesemua aspek sudah mencapai target indikator

keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti. Berikut data pada tabel 4.9 disajikan dalam bentuk grafik.

Gambar 4.6 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus II

100%

75% 75%

100% 100% 100%100%

75% 75%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Pertemuan 1

A

B

C

D

E

F

100%

75% 75%

100% 100% 100%100% 100% 100%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Pertemuan 2

A

B

C

D

E

F

Page 119: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

105

Keterangan :

A = Aktivitas siswa dalam memperhatikan guru

B = Aktivitas siswa dalam bertanya dikelompok

C = Aktivitas siswa dalam mempelajari materi yang diberikan

D = Aktivitas siswa dalam bekerjasama dalam kelompok

E = Aktivitas siswa dalam menyampaikan penjelasan materi

dengan teman sekelompoknya (tutor sebaya)

F = Aktivitas siswa dalam menyajikan hasil kerja kelompok

(presentasi)

Berdasarkan grafik diatas semua kelompok mengalami

peningkatan aktivitas dalam belajar dikelompok dan secara

keseluruhan, aktivitas siswa masuk dalam kategori baik.

Kemudian untuk hasil belajar kelompok siklus II pertemuan ke 1

dan pertemuan ke 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Nilai Hasil Belajar Kelompok Siklus II

Siklus Pertemuan

Kelompok

1 2 3

S 2

1 100 75 100

2 100 80 100

Rata-Rata 100 77,5 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat, pada pertemuan pertama

kelompok 3 mendapat nilai 100, kelompok 2 mendapat nilai 75,

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

100

75

100100

80 80

Pertemuan 3

Pertemuan 4

Page 120: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

106

dan kelompok 3 mendapat nilai 100. Pada pertemuan kedua,

kelompok 1 mendapat nilai 100, kelompok 2 meningkat menjadi

80, dan kelompok 3 mendapat nilai 100. Nilai-nilai tersebut

diperoleh dari nilai LKK yang dikerjakan siswa secara

berkelompok. Data pada tabel 12 dapat digambarkan dalam

bentuk grafik berikut ini.

Gambar 4.7 Hasil Belajar Kelompok Siklus II

3) Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari evaluasi yang dilakukan

setiap akhir pertemuan, ditambah dengan evaluasi yang dilakukan

pada akhir siklus II. Evaluasi yang dilakukan berbentuk soal

pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang mencakup tujuan

pembelajaran tiap pertemuan. Kemudian untuk evaluasi siklus II

mencakup soal pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 serta

mencakup tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk

evaluasi siklus II juga berjumlah 20 soal. Berikut data hasil

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

100

75

100100

80

80

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Page 121: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

107

belajar siswa pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan

siklus II yang didistribusikan kedalam bentuk tabel.

Tabel 4.11 Distribusi Nilai Hasil Belajar Individu Siklus II

No Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Evaluasi Siklus II

Keterangan F (%) F (%) F (%)

1. 100 0 0,00 1 7,14 2 14,29 Tuntas

2. 95 1 7,14 3 21,43 1 7,14 Tuntas

3. 90 1 7,14 2 14,29 5 35,71 Tuntas

4. 85 2 14,29 3 21,43 1 7,14 Tuntas

5. 80 2 14,29 1 7,14 2 14,29 Tuntas

6. 75 6 42,85 3 21,43 2 14,29 Tuntas

7. 70 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Tuntas

8. 65 2 14,29 1 7,14 1 7,14 Belum

9. 60 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Belum

10. 55 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Belum

11. 50 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Belum

12. 45 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Belum

13. 40 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Belum

Jumlah 14 100 14 100 14 100

Rata-rata 78,21 85 86,07

Ketuntasan

Individual 85,71% 92,85% 92,85%

Ketuntasan

Klasikal 85,71% 92,85% 92,85%

Berdasarkan tabel 4.11, pada pertemuan pertama ini ada 12

siswa atau 85,71% yang sudah mencapai indikator ketuntasan

individual (≥70). Adapun ketuntasan klasikal pada pertemuan

pertama ini berhasil mencapai indikator ketuntasan yang

ditetapkan yakni 85,71%, dimana indikator yang ditetapkan yakni

80% siswa mendapat nilai ≥75. Rata-rata kelas yang diperoleh

pada pertemuan pertama ini adalah 78,21. Sehingga dapat

disimpulkan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama ini,

Page 122: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

108

ketuntasan klasikal sudah dapat tercapai. Namun, secara

individual masih perlu ditingkatkan lagi.

Pada pertemuan kedua rata-rata kelas, ketuntasan individual,

dan ketuntasan klasikal mengalami peningkatan. Rata-rata kelas

meningkat menjadi 85. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

individual meningkat menjadi 13 siswa atau 92,85%. Ketuntasan

klasikal pun meningkat menjadi 92,85%. Sehingga dapat

disimpulkan hasil belajar siswa pada pertemuan kedua ini

meningkat.

Pada akhir siklus II, juga dilaksanakan evaluasi akhir siklus II

yang mencakup tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

pertemuan pertama dan kedua. Dapat dilihat pada tabel 4.11,

meskipun tidak terdapat peningkatan-penigkatan yang signifikan

seperti pertemuan keempat, namun pada evaluasi siklus II

menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Ketuntasan

individual mencapai 92,85% dan ketuntasan klasikal mencapai

92,85%.

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dibuat tabel ketuntasan klasikal

siswa berdasarkan indikator yang ditetapkan yakni 80% siswa

mendapat nilai 75.

Tabel 4.12 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus 2

Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Evaluasi S2

Ket F % F % F %

≥75 12 85,71 13 92,85 13 92,85 Tuntas

<75 2 14,28 1 7,14 1 7,14 Tidak Tuntas

Page 123: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

109

Dilihat dari tabel 4.12, indikator keberhasilan ketuntasan

klasikal yang ditetapkan peneliti yakni 80% siswa mendapatkan

nilai ≥ 75 berhasil dipenuhi. Sehingga dapat disimpulkan hasil

belajar siswa pada siklus II ini berhasil.

Berikut ini dibuat diagram nilai ketuntasan secara klasikal

siklus II adalah sebagai berikut :

Gambar 4.8 Persentasi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi kegiatan

pembelajaran dan kegiatan siswa serta nilai hasil belajar pada siklus

II, maka dapatlah direfleksikan hal-hal sebagai berikut:

1) Aktivitas Guru

Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka proses pembelajaran

diperbaiki pada siklus II ini. Hasilnya pada pertemuan pertama

semua kegiatan pembelajaran yang direncanakan sudah terlaksana

dengan baik. Setiap kegiatan pembelajaran memperoleh persentase

yang cukup tinggi. Begitu pun pada pertemuan kedua, kegiatan

86%

14%

Pertemuan 1

Tuntas Tidak Tuntas

93%

7%

Pertemuan 2

Tuntas Tidak Tuntas

93%

7%

Evaluasi Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

Page 124: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

110

pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Tidak ada lagi

kegiatan yang sudah direncanakan belum terlaksana. Hal ini karena

pengelolaan waktu yang efektif dan efisien oleh guru. Setiap sintak

atau kegiatan belajar siswa diberi batasan waktu yang cukup.

Sehingga dengan waktu yang ada, semua kegiatan dapat terlaksana

dan juga tanpa mengurangi kualitas proses pembelajaran itu

sendiri.

2) Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa pada siklus II ini sudah menunjukkan hasil

yang sangat memuaskan. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa

mengalami peningkatan yang signifikan dari pertemuan

sebelumnya. Semua aspek yang dinilai sudah siswa laksanakan

dengan baik. Hasilnya pun cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat

dari persentase keaktifan siswa yang meningkat pada setiap

aspeknya. Begitu juga pada pertemuan kedua, aktivitas siswa juga

mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Peningkatan-

peningkatan ini tidak lepas dari pemberian motivasi dari guru

sehingga aspek yang pada siklus I masih rendah yakni asperk

bertanya dalam kelompok dapat ditingkatkan pada siklus II ini.

Selain itu, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan

model jigsaw ini dan para siswa menyukainya sehingga

aktivitasnya pun meningkat. Apalagi dengan adanya pemberian

Page 125: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

111

penghargaan membuat para siswa lebih termotivasi dan antusias

dalam belajar.

3) Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II

mengalami peningkatan yang signifikan daripada pertemuan

sebelumnya. Secara individual 12 siswa atau 85,71% sudah

berhasil mencapai indikator ketuntasan individual yang ditetapkan

peneliti, yakni ≥70. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal sudah

mencapai indikator yang ditetapkan peneliti yakni 80% siswa

mendapat nilai ≥75. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada

pertemuan pertama ini adalah 85,71%. Niali rata-rata kelas juga

mengalami peningkatan, yakni pada pertemuan pertama ini adalah

78,21. Meskipun pada pertemuan pertama ini masih ada dua siswa

yang belum mencapai ketuntasan individual. Pada pertemuan

kedua, hasil belajar mengalami peningkatan lagi. Ketuntasan

individu meningkat menjadi 92,85% dan ketuntasan klasikal

meningkat menjadi 92,85%. Rata-rata kelas meningkat menjadi 85.

Pada evaluasi siklus II, tidak terjadi peningkatan, baik pada

ketuntasan individual maupun klasikalnya. Namun, rata-rata kelas

meningkat menjadi 86,01. Peningkatan-peningkatan hasil belajar

pada siklus II ini tidak lepas dari dua hal yakni kegiatan

pembelajaran dan aktivitas siswa. Dua hal tersebut mengalami

peningkatan sehingga hasil belajar pun juga meningkat. Kegiatan

Page 126: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

112

pembelajaran mengalami peningkatan karena pengelolaan waktu

yang efektif, sehingga waktu untuk siswa dalam mengerjakan soal

evaluasi lebih banyak. Kemudian, peningkatan aktivitas siswa

disebabkan karena siswa mulai terbiasa dengan model jigsaw ini

dan motivasi yang diberikan oleh guru, sehingga pemahaman siswa

terhadap materi yang diberikan juga meningkat. Pemahaman akan

materi inilah yang juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap

siklusnya terdiri dari 2 pertemuan, dengan jumlah siswa 14 orang yakni 6

siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi Kebebasan

Berorganisasi. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru

Berikut perbandingan rata-rata aktivitas guru pada siklus I dan siklus II

yang digambarkan dalam bentuk grafik 4.9 berikut ini

Page 127: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

113

Gambar 4.9 Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan gambar 4.9 pada siklus I, rata-rata aktivitas guru mencapai

76,55%. Persentasi ini sudah termasuk baik, namun masih perlu

ditingkatkan lagi. Karena dengan persentasi tersebut berarti masih ada

kegiatan pembelajaran dengan model jigsaw yang masih belum terlaksana

dengan baik atau bahkan belum terlaksana sama sekali, seperti presentasi

dan pemberian PR. Seperti yang dikatakan Gage dan Berliner salah satu

peran guru dalam pembelajaran peserta didik adalah sebagai pelaksana

(organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin,

merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar

sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber

(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti

demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during

teaching problems) (education, 2010:Online). Karena guru belum begitu

melaksanakan perannya sebagai pelaksana yang baik, dalam hal ini

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

73.43%79.68% 76.55%

87.50% 89.06% 88.28%

Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Guru

Page 128: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

114

mengatur pengelolaan waktu yang efektif dan efisien, sehingga ada

kegiatan yang direncanakan tidak dapat terlaksana.

Selain itu, peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah

sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator (Isjoni,

2010: 62-64). Pada siklus ini, peneliti kurang melaksanakan perannya

sebagai director-motivator sehingga siswa kurang aktif dalam

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, apalagi model pembelajaran

yang digunakan siswa sama sekali belum pernah melakukannya.

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi siklus I, peneliti harus

melakukan pengelolaan waktu yang efektif dan efisien pada siklus II,

ditambah lagi dengan pemberian motivasi, sehingga kegiatan pembelajaran

dengan model jigsaw dapat berlangsung dengan optimal. Hasilnya, rata-

rata aktivitas guru pun meningkat pada siklus II ini yakni sebanyak

88,28%. Nilai ini sudah termasuk dalam kategori sangat baik. Pengelolaan

waktu yang tepat menjadi kunci peningkatan aktivitas guru. Peneliti

memberikan batasan waktu untuk tiap kegiatan pembelajaran, sehingga

semua kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan. Pembatasan waktu yang

dilakukan tidak mengurangi kualitas dari pembelajaran, tapi justru malah

membuat kegiatan pembelajaran itu sendiri menjadi lebih optimal. Selain

itu, pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar

semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru

berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa

untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta

siswa akan merasa senang berdiskusi tentang Matematika dalam

Page 129: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

115

kelompoknya. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan

juga dengan gurunya sebagai pembimbing. Dalam model pembelajaran

biasa atau tradisional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas.

Sebaliknya, di dalam model belajar tipe jigsaw, meskipun guru tetap

mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi

siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas (Isjoni, 2010: 54-57).

Selain teori diatas, peningkatan aktivitas guru dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini juga didukung dengan

penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh

H. Salman yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang

Pengerjaan Hitung Campuran Dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw pada Kelas IV SDN Pingaran Ulu Kecamatan Astambul

Kabupaten Banjar”, dimana aktivitas guru mengalami peningkatan dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, pada pertemuan ke I terlaksana 60%, pertemuan ke 2 terlaksana

71%, pada pertemuan ke 3 terlaksana 83%, dan pada pertemuan ke 4

terlaksana 85% (Salman, 2011: 117). Hasil serupa juga diperoleh dari

penelitian yang dilakukan oleh H. Bastian dalam penelitiannya yang

berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Campuran Melalui

Model Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas IV SDN Hamparaya Kecamatan

Batumandi-Balangan”. Dalam penelitiannya keaktifan guru pada

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berjalan efektif dengan persentase

rata-rata sebesar 67,50% pada siklus I dan meningkat pada siklus II dengan

persentase rata-rata sebesar 82,50% sehingga keaktifan guru dalam

Page 130: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

116

pembelajaran dapat dikategorikan tinggi (Bastian, 2011:120). Aktivitas

guru juga terjadi peningkatan dari kategori cukup baik pada siklus I

menjadi kategori baik pada siklus II, merupakan hasil penelitian dari Sujito

dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Materi

Kerajaan Hindu, Budha, Dan Islam Di Indonesia Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas V SDN Bagak

Kecamatan Hatungun Kabupaten Tapin” (Sujito, 2011:119).

2. Aktivitas Siswa

Berikut perbandingan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dan Siklus

II yang digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini:

Gambar 4.10 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan gambar 4.10, rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah

78,47%. Pada pertemuan kedua siklus I, aktivitas siswa sempat menurun.

Hal itu disebabkan karena konsentrasi siswa yang mulai menurun pada jam

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%79.16% 77.78% 78.47%

87.49%93.05% 90.27%

Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Siswa

Page 131: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

117

terakhir. Meskipun nilai ini masuk dalam kategori baik, namun masih

perlu ditingkatkan. Hal-hal yang perlu ditingkatkan antara lain, aspek

bertanya dalam kelompok dan kerjasama dalam kelompok. Motivasi guru

dan faktor kebiasaan siswa adalah hal yang perlu diperbaiki pada siklus II.

Guru masih kurang dalam memberikan motivasi kepada siswa, seperti

dijelaskan pada poin aktivitas guru, pada siklus I guru kurang melakukan

perannya sebagai director motivator dalam pembelajaran kooperatif

sehingga siswa menjadi enggan untuk bertanya. Kemudian, siswa masih

belum terbiasa dengan belajar kelompok, sehingga ketika belajar mereka

kurang bekerja sama.

Perbaikan pada siklus II yang berdasarkan hasil observasi dan refleksi

siklus I, membuat rata-rata aktivitas siswa pada siklus II meningkat, yakni

menjadi 90,27%. Peningkatan ini terjadi karena guru mulai memperbanyak

memberikan motivasi kepada siswa dan juga siswa sudah mulai terbiasa

dengan kegiatan belajar berkelompok (kooperatif). Hal yang perlu digaris

bawahi adalah ketika siswa sudah terbiasa dan pada akhirnya siswa merasa

senang serta antusias dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, hal

ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa pada siklus II. Karena

pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk

sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan

dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan

memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatf siswa

dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,

pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih

Page 132: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

118

berinetraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari

hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan

masing-masing. Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok

heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan

masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang

optimal baik kelompok maupun individual (Suyatno, 2009: 51).

Hal lain yang mendukung adalah menurut Djamarah anak-anak pada

masa ini (masa kelas tinggi) gemar membentuk kelompok sebaya biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak

tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat

peraturan sendiri (Djamarah, 2008: 125). Jadi, pembelajaran kooperatif

sangat cocok diterapkan pada anak pada masa usia kelas tinggi (kelas V).

Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Rizeky Rahmawati

yang dilakukan pada tahun 2009 yang berjudul “Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa tentang Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan

Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Type Jigsaw

pada Siswa Kelas IV SDN Hilir Mesjid Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten

Barito Kuala” yang menyebutkan bahwa aktivitas siswa mengikuti

kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan terlihat dari nilai-rata-rata yang

diperoleh pada siklus 1 dengan kriteria cukup aktif dengan nilai rata-rata

41,92 dan pada siklus 2 mendapatkan kriteria aktif dengan nilai rata-rata

48,08. Dengan demikian aktivitas siswa telah meningkat pada kegiatan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw (Rahmawati, 2009:168-169).

Page 133: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

119

Penelitian H. Salman menunjukkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran tentang pengerjaan hitung campuran dengan model

pembelajaran koopertif tipe jigsaw juga mengalami peningkatan. Pada

pertemuan ke 1 mencapai 58,9%, pada pertemuan ke 2 mencapai 68,12%,

pada pertemaun ke 3 mencapai 70,2%, dan pada pertemuan ke 4 mencapai

71,3% (Salman, 2011: 117). Hasil serupa juga diperoleh dari penelitian H.

Bastian, dimana keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

meningkat. Pada siklus I rata-rata persentase keaktifan siswa dalam

kelompok hanya sebesar 71,56%, persentase tersebut meningkat pada

siklus II dimana keaktifan siswa mencapai 83,75% (Bastian, 2011: 120).

Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Sujito, model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dari 45,9% pada

siklus I meningkat menjadi 82% pada siklus II.

Selain itu, pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal

(Isjoni, 2010: 54). Jadi, keaktifan siswa dapat ditingkatkan dengan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, sehingga dengan keaktifan

tersebut mendorong siswa untuk menguasai materi pelajaran yang

diberikan. Penguasaan materi pelajaran inilah yang akan mempengaruhi

hasil belajar siswa nantinya.

Page 134: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

120

3. Hasil Belajar Siswa

Gambar 4.11 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut Bloom, hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Suprijono, 2010: 5-7). Oleh karena itu, hasil belajar siswa diperoleh dari

tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan dan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan

sesuai dengan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut, juga

dilakukan evaluasi pada tiap akhir siklus yang mencakup tujuan

pembelajaran pada dua pertemuan di siklus tersebut. Evaluasi yang

dilakukan dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Tujuan

pembelajaran pada tiap pertemuan itulah yang mencakup 3 kemampuan

menurut Bloom, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.

63.9269.28

76.42 78.2185 86.07

0102030405060708090

100

Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Nilai Hasil Belajar

Page 135: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

121

Berdasarkan tabel 4.15, nilai hasil belajar siswa dari evaluasi pertemuan

pertama siklus I hingga evaluasi akhir siklus II terus mengalami

peningkatan. Pada evaluasi pertemuan pertama nilai rata-rata kelas hanya

mencapai 63,92, kemudian meningkat menjadi 69,28 pada evaluasi

pertemuan kedua dan pada evaluasi akhir siklus I meningkat menjadi

76,42. Namun, peningkatan-peningkatan pada siklus I ini masih belum

mencapai indikator ketuntasan hasil belajar yang ditetapkan peneliti yakni

80% siswa mendapat nilai ≥75. Sehingga masih perlu diadakan perbaikan

lagi pada siklus II.

Nilai evaluasi pertemuan pertama siklus II adalah 78,21 dan berhasil

mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan peneliti. Namun, masih ada

2 siswa yang belum mencapai ketuntasan secara individual yang

dittetapkan yakni ≥70. Pada evaluasi pertemuan kedua siklus II nilai rata-

rata kelas kembali meningkat menjadi 85. Ketuntasan klasikal pun

meningkat menjadi 92,85%. Tidak ada peningkatan ketuntasan klasikal

pada evaluasi akhir siklus II, tetapi nilai rata-rata kelas meningkat menjadi

86,07. Peningkatan-peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus II

tidak lepas dari aktivitas guru dan aktivitas siswa itu sendiri. Aktivitas

guru meningkat karena pengelolaan waktu yang efektif, sehingga setiap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi lebih optimal dan

aktivitas siswa pun menjadi juga meningkat. Pengelolaan waktu yang

efektif dan aktivitas siswa yang meningkat menggunakan model

pembelajaran koopertif tipe jigsaw, menjadi faktor yang menyebabkan

hasil belajar siswa meningkat. Sesuai yang diungkapkan Isjoni,

Page 136: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

122

pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal

(Isjoni, 2010: 54).

Selain itu, motivasi juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Motivasi

termasuk dalam faktor psikologis, yaitu salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor psikologis sebagai faktor dari

dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intesitas

belajar seorang anak. Meski faktor dari luar mendukung, tetapi faktor

psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan

(Djamarah, 2008: 178).

Peningkatan hasil belajar pada penelitian ini senada dengan penelitian

yang dilakukan oleh Abdul Azis pada tahun 2010 dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn

Materi Globalisasi Pada Siswa Kelas IV SDN Pungging, Tutur, Pasuruan”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi

belajar PKn setelah mendapat pembelajaran PKn materi globalisasi dengan

menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Peningkatan ini dilihat dari

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang

ditunjukkan oleh skor hasil tes. Dilihat dari hasil belajar siswa sebelum

penerapan model jigsaw memperoleh nilai rata-rata menjadi 72,4 pada

siklus I dan menjadi 83 pada siklus II. Sedangkan pada penilaian proses

sebelum penerapan model pembelajaran jigsaw memperoleh nilai rata-rata

Page 137: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

123

66,7 menjadi 74,3 pada siklus I dan menjadi 85,3 pada siklus II

(Azis,2010:online).

Hasil belajar siswa dengan ukuran keberhasilan klasikal yaitu 75%

siswa mencapai nilai 65 atau lebih mengalami peningkatan yang

signifikan. Pada siklus I sebanyak 45% siswa mampu mencapai nilai

tuntas dan 55% tidak tuntas sedangkan pada siklus II sebanyak 90% siswa

mencapai nilai tuntas dan hanya 10% siswa yang tidak mencapainya

(Salman, 2011: 117). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran di

kelas IV sdn hamparaya. Pada siklus I rata-rata ketuntasan klasikal hanya

mencapai 20,83% sedangkan pada siklus II rata-rata ketuntasan tersebut

meningkat menjadi 77,08% (Bastian, 2011:120). Model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sangat efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dari rata-rata 71,67 dengan ketuntasan 75% pada siklus I meningkat

menjadi rata-ata 83,33 dengan ketuntasan 91,7% (Sujito, 2011: 119).

Berdasarkan hasil penelitian inilah, peneliti menyimpulkan bahwa

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada

siswa kelas V SDN Ujung Batu 2 Kabupaten Tanah Laut. Sehingga

hipotesis pada Bab II yang berbunyi “Jika menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka hasil belajar siswa kelas V

semester II SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah

Laut dapat ditingkatkan” dapat diterima.

Page 138: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar PKn Konsep Organisasi Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut diperoleh peningkatan yang signifikan.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam beberapa indikator berikut ini:

1. Aktivitas guru meningkat setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, yakni rata-rata siklus I 76,55% meningkat menjadi

88,28% pada siklus II.

2. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama adalah 79,16% dan

pertemuan kedua 77,78%. Peningkatan terjadi pada siklus II pertemuan

pertama menjadi 87,49%, kemudian meningkat lagi pada pertemuan kedua

menjadi 93,05%.

3. Hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, yakni pada siklus I, rata-rata nilai evaluasi

pertemuan pertama adalah 63,92 meningkat menjadi 69,28 pada

pertemuan kedua, kemudian meningkat lagi pada evaluasi siklus I yakni

76,42. Pada siklus II, rata-rata nilai evaluasi pertemuan pertama adalah

78,21 meningkat menjadi 85 pada pertemuan kedua, kemudian meningkat

lagi pada evaluasi siklus II yakni 86,07. Ketuntasan klasikal pada siklus I

mencapai 64,28% meningkat menjadi 92,85% pada siklus II.

Page 139: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

125

B. Saran

Sebagai tindak lanjut terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan,

peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain:

1. Kepada guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw agar dapat meningkatn hasil belajar siswa.

2. Kepada siswa agar lebih meningkatkan lagi aktivitasnya pada materi ini

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

3. Kepada kepala sekolah hendaknya dapat meningkatkan penggunaan

model-model pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar siswa.

4. Kepada teman-teman sejawat yang ingin melakukan Penelitian Tindakan

Kelas terutama yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, hendaknya menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan.

Page 140: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

126

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan & Ahmadi, Lif Khoiru.2010.Proses Pembelajaran Kreatif dan

Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Arends, Richard I.2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Jakarta:

Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi, dkk.2010.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrori, Muhammad.2007. Psikologi Pembelajaran.Bandung: Wacana Prima.

Bastian.2011. Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Campuran Melalui

Model Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas IV SDN Hamparaya Kecamatan

Batumandi-Balangan. Banjarmasin: Tidak diterbitkan.

Darmadi.2009. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD sebagai Upaya

Meningkatkan Pemahaman Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat di

SDN Hilir Mesjid Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala.

Banjarmasin: Tidak diterbitkan.

Darmono, Ikhwan Sapto dan Sudarsih.2008.Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

SD/MI Kelas V.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional.

Depdiknas.2005.Materi Pelatihan Terintegrasi: Ilmu Pengetahuan

Alam.Jakarta:Depdiknas.

Depdiknas.2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model

Silabus Kelas V.Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri.2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatchan, Achmad & Wayan Dasna.2009.Metode Penelitian Tindakan

Kelas.Malang:Jenggala Pustaka Utama.

Ian.2010.hakikat fungsi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan di SD.

(Online).(http://ian43.wordpress.com/2010/10/18/hakikat-fungsi-dan-

tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-di-sd/,16 Maret 2011 Pukul 20.00

WITA).

Isjoni.2010.COOPERATIVE LEARNING Efektivitas Pembelajaran

Kelompok.Bandung: CV Alfabeta.

Komalasari, Kokom.2010.Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama

Krisna.2009.Pengertian dan Ciri-Ciri Pembelajaran.

(Online).(http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-

ciri-pembelajaran/, Diakses pada tanggal 14 Maret 2011 Pukul 19.30

WITA).

Kunandar.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Kurnia, Ingridwati.2007.Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Madziatul. 2009. Teori Belajar Behavioristik. (Online).

(http://madziatul.blogspot.com/2009/07/teori-belajar-behavioristik-

dan.html, Diakses pada tanggal 20 Nopember 2010 Pukul 21.00 WITA).

Rosadi, Abdi.2009.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe

Team Games Tournament (TGT )Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Perkalian Dan Pembagian Di Kelas Iv Sdn 1

Page 141: Penelitian Tindakan Kelas Pkn Kelas v Materi Organisasi

127

Karatungan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Pada Tahun Ajaran

2009/2010. Banjarmasin: Tidak diterbitkan.

Sardiman.2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Silberman, Mel.2010.101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif.Jakarta : PT

Indeks.

Salman.2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pengerjaan Hitung

Campuran Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada

Kelas IV SDN Pingaran Ulu Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar.

Banjarmasin: Tidak diterbitkan.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative Learning Teknik Jigsaw. (Online).

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-

teknik-jigsaw/, Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010 Pukul 20.30

WITA).

Sugiyanto.2010.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Yuma Pustaka.

Sujito.2011. Meningkatkan Hasil Belajar Materi Kerajaan Hindu, Budha, dan

Islam di Indonesia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Siswa Kelas V SDN Bagak Kecamatan Hatungun Kabupaten Tapin.

Banjarmasin: Tidak diterbitkan.

Sukidin, dkk.2008.Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Insan Cendekia.

Sulhan, Nadjib, dkk.Mari Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI

Kelas V.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suprijono, Agus.2010.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi

PAIKEM.Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Suwandi, Sarwiji.2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Suyatno.2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabaya: Masmedia Buana

Pustaka.

Takari, Enjah.2009.Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Kontekstual. Sumedang:

PT Genesindo.

Tim Penyusun.2005.Materi Pelatihan Terintegrasi Pendidikan

Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas.

Tim Penyusun.2010.Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD dan MI Kelas

V.Klaten: Intan Pariwara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Wiriaatmadja, Rochiati.2008.Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:PT

Remaja Rosdakarya.

----------.2009. laporan penelitian tindakan kelas ptk pkn.(Online)

(http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/02/laporan-penelitian-

tindakan-kelas-ptk-pkn.html, Diakses pada tanggal 15 Maret 2011

Pukul20.30 WITA).

----------.2010.peranan guru dalam proses pembelajaran.

(Online).(http://education-mantap.blogspot.com/2010/06/peranan-guru-

dalam-proses-pembelajaran.html, Diakses pada tanggal 20 Nopember

2010 Pukul 21.00 WITA).