Upload
vuongmien
View
272
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENELITIAN TINDAKAN KELAS(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
Pengertian Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang
dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan
ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau
praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK
merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di
lapangan. Jadi, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas
dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Kemmis dan Carr (1986) menyebutkan bahwa “Penelitian tindakan
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan
oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya, memahami pekerjaannya serta situasi di mana pekerjaan
ini dilakukan”. Hal ini berarti guru diharapkan ikut terlibat dalam
pelaksanaan penelitian tindakan.
Ebbut (1985) menyebutkan definisi tentang penelitian tindakan
sebagai berikut. “Penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis
yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam
pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan
tersebut”. Ebbut melihat bahwa proses penelitian tindakan ini sebagai
suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan yang di dalamnya ada informasi
yang merupakan balikan. Selain itu, penelitian harus memberikan
kesempatan pada pelakunya untuk melaksanakan tindakan melalui
beberapa siklus agar berfungsi secara efektif.
Penelitian tindakan merupakan proses dinamis dan merupakan
momen-momen dalam bentuk spiral yang meliputi: perencanaan,
1
tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis & Taggart, 1982). Di samping
itu, Kurt Lewin (ahli psikologi sosial) berpendapat bahwa cara terbaik
untuk memajukan orang adalah dengan melibatkan mereka dalam
penelitian mereka sendiri dan yang ada dalam kehidupan mereka. Lewin
menekankan pentingnya kolaborasi dan partisipasi yang bersifat
demokratis. Penelitian tindakan adalah penelitian yang merupakan suatu
rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah terdiri atas
empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam
kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas pembelajaran merupakan Penelitian Tindakan Kelas.
Pentingnya Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu jenis
penelitian yang dapat dilakukan oleh guru atau pengajar sebagai
pengelola program pendidikan. Ada beberapa alasan mengapa PTK
sekarang ini mendapat perhatian yang cukup besar. Pertama, dengan
melakukan PTK guru dapat melihat kembali apa yang sudah dilakukan
selama ini di kelasnya. Kedua, memberikan keterampilan kepada guru
untuk segera menanggulangi masalah-masalah kelas yang dihadapi untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas untuk kerjanya. Ketiga, PTK
merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki mutu program
pembelajaran di semua jenjang pendidikan.
Selain itu, beberapa pakar memberikan beberapa alasan
pentingnya PTK. Alasan itu adalah sebagai berikut. Pertama, PTK
menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan atau profesionalisme guru dalam KBM di kelas. Kedua, PTK
membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri permasalahan aktual
dalam kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas
agar menjadi lebih baik dan efektif. Ketiga, PTK tidak membuat guru
meninggalkan tugasnya karena guru dapat tetap melakukan KBM dan
2
pada saat bersamaan dan secara terintegrasi guru melaksanakan
penelitian, sehingga PTK tidak mengganggu kelancaran pembelajaran di
kelas. Keempat, PTK mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan
praktik. Guru dapat mengadopsi teori baru dan disuaikan dengan pokok
bahasan yang ada untuk kepentingan KBM.
PTK dapat dilakukan oleh guru bersama-sama dengan pihak lain
yang dirasa penting, misalnya dengan guru mata pelajaran lain, kepala
sekolah, ataupun dosen. Dengan melakukan PTK, guru mengangkat
permasalahan-permasalahan aktual yang dihadapi dalam pekerjaannya
sehari-hari. Jadi, PTK bermanfaat langsung pada sasaran, yakni upaya
perbaikan praktik pembelajaran untuk memperbaiki kondisi yang ada pada
saat itu.
Karakteristik Penelitian Tindakan KelasKarakteristik PTK secara umum adalah berikut ini. Pertama, PTK
dilaksanakan oleh guru sendiri karena guru itulah yang mengetahui dan
mengenal situasi kelasnya termasuk masalah yang ada di dalamnya.
Dalam hal ini guru melakukan tindakan-tindakan untuk melakukan
perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan.
Kedua, PTK berangkat dari permasalahan praktik faktual, yang timbul
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
Namun, tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah
dilakukan selama mengajar di kelas. Dalam hal ini guru perlu
berkolaborasi dengan teman guru mata pelajaran sejenis untuk melihat
dia saat dia mengajar, dan memberikan balikan terhaap kegiatannya.
Selain itu, guru dapat meminta siswanya untuk memberikan komentar
tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah atau
pengawas juga dapat bertindak sebagai kolaborator untuk lebh mengenal
permasalahan yang sebenarnya dia hadapi.
Ketiga, dalam PTK terdapat tindakan-tindakan yang perlu dilakukan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
3
Tindakan-tindakan yang merupakan fokus penelitian tindakan kelas
tersebut direncanakan secara cermat, diimplementasikan, dan dievaluasi
apakah dapat memecahkan permasalahan pembelajaran yang sedang
dihadapi oleh guru. Karena itu PTK bersifat kolaboratif untuk menciptakan
adanya hubungan kerja kesejawatan. Guru bukan satu-satunya peneliti,
tetapi ada orang lain yang terlibat dan mereka merupakan suatu tim yang
sama posisinya.
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan KelasPTK merupakan salah satu jenis penelitian yang paling tepat untuk
dilaksanakan oleh guru, sebab guru sebagai seorang praktisi benar-benar
mengalami dan melaksanakan kegiatan mengajarnya di kelas.
Keterlibatan guru, kepala sekolah, dan siswa perlu mendapat perhatian
cukup cermat dalam PTK. Beberapa prinsip PTK berikut ini merupakan
saduran dan perpaduan bahan yang ditulis oleh Hopkin (1993), Joni
(1996-1997) dan Suyanto (1997).
1. PTK tidak boleh mengganggu tugas mengajar, namun untuk
memperbaiki KBM. Secara profesional guru mengajar dengan
efektif sambil melakukan penelitian.
2. Pengumpulan data tidak boleh terlalu menyita banyak waktu.
Karena itu guru harus dapat memilih teknik yang tepat, termasuk
pengumpulan data sebelum kegiatan PTK.
3. Metodologi yang dipakai harus tepat dan terpercaya.
4. Masalah penelitian yang akan ditangani guru harus merupakan
masalah yang memang dia hadapi, menarik, dan faktual.
5. Tidak boleh menyimpang dari prosedur etika di lingkungan
kerjanya. Contoh kode etik yang sudah dilaksanakan antara lain: a)
negosiasi dengan orang-orang yang hasil karyanya digunakan; b)
minta izin menggunakan dokumen tertentu; c) membuat laporan
kemajuan; dan d) terbuka kepada teman guru lain.
4
6. Berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan melakukan
perubahan yang dituangkan dalam tindakan. Kesiapan guru untuk
berubah merupakan syarat penting untuk dapat melakukan
perbaikan.
7. Merupakan suatu proses belajar yang sistematik dan memerlukan
kemampuan dan keterampilan intelektual.
8. Menuntut guru membuat jurnal pribadi dengan cara mencatat
kemajuan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi tentang
proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan penelitian.
9. Dimulai dengan hal-hal yang sederhana lebih dahulu, namun nyata.
Siklus dimulai dengan yang kecil, sehingga perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi dapat membuat isu, ide, dan asumsi
menjadi lebih jelas.
10.Guru perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap
apa yang dikerjakan di kelasnya.
Jenis Penelitian Tindakan KelasChein (1990) menyebutkan ada empat macam jenis penelitian
tindakan kelas, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental. Berikut ini dikemukakan secara
singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
(1) PTK Diagnostik
Penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu
tndakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnostik dan memasuki situasi yang
terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti
berupaya menangani perselisihan, perkelahian, konflik yang dilakukan
antarsiswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
(2) PTK Partisipan
Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan apabila orang
yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung di dalam
proses penelitian sejak awal sampai hasil penelitian yang berupa laporan.
5
Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan
data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil
penelitiannya. PTK partisipan dapat juga dilakukan di sekolah seperti
halnya contoh pada penelitian diagnostik. Hanya saja, di sini peneliti
dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal
sampai berakhirnya penelitian.
(3) PTK Empiris
Yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya
proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.
(4) PTK eksperimental
Yang dkategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau
strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar
mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang diterapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dan
efisien dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Model-model Penelitian Tindakan KelasAda beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di
dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) model Kurt lewin, (2) model
Kemmis dan Mc Taggart, (3) model John Elliot, dan (4) model Dave
Ebbutt. Berikut ini dikemukakan secara ringkas mengenai model-model
PTK tersebut satu-persatu.
6
(1) Model Kurt Lewin
Konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa
dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan
(planning), aksi atau tindakan (action), pengamatan atau observasi
(observing), dan refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Selanjutnya empat
langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut
oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi tiga, yaitu: perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementing), dan penilaian (evaluating)
(Stringer, 1996).
Keempat langkah yang dikenal dengan istilah Model Kurt Lewin
dapat digambarkan sebagai berikut.
Perencanaan
Refleksi Aksi
Observasi
Berdasarkan langkah-langkah yang digambarkan pada gambar 1
tersebut, selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus,
yang akhirnya kumpulan dari beberapa siklus.
Perencanaan Perencanaan Perencanaan
Observasi Observasi Observasi
Gambar 2: Bentuk Spiral terdiri dari Beberapa Siklus
Refleksi
Refleksi
Refleksi
7
(2) Model Kemmis dan Mc Taggart
Inti konsep yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin seperti yang sudah
dikemukakan di atas itulah yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli
PTK yang hadir kemudian, misalnya Stephen Kemmis, Robbin Mc
Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc
Taggart tampak masih begitu dekat dengan model yangdiperkenalkan
oleh Kurt Lewin. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam satu siklus
atau putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya yang
dilaksanakan oleh Kurt Lewin, sehingga belum tampak adanya
perubahan. Keempat komponen tersebut meliputi: perencanaan
(planning), aksi/tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting).
(3) Model John Elliot
Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan sebelum
ini, yaitu Model Kurt Lewin - Mc Taggart, PTK Model John Elliot ini tampak
lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap
siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai
lima aksi (tindakan). Sementara itu,setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah (step), yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar
mengajar.
(4) Model Dave Ebbutt
Setelah Dave Ebbutt mempelajari model-model PTK yang
dikemukakan para ahli PTK sebelumnya, dia berpendapat, bahwa model
PTK yang ada seperti yang dikenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc
Taggart, dan sebagainya dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi, di
dalam model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang
belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada dasarnya Ebbutt setuju
dengan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Elliot,
tetapi tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai karya
Kemmis. Selanjutnya, dinyatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbut
8
yang menyatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan
Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan
proses refleksi-aksi (action-reflection).
Oleh karena Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya
model-model PTK yang hadir terlebih dahulu, kemudian dia
memperkenalkan model PTK yang disusunnya sendiri. PTK Model Dave
Ebbutt ini secara skematis dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.
Gambar 5: Riset Aksi Model Dave Abbutt
GENERAL IDEA
RECONNAISSAN
ACTION 2 Etc
OVERALL PLAN
ACTION 2 Etc
NEW OVERALL
REVISED OVERALL
MONITORING & RECONNAISSAN
EITHER
ACTION 2 Etc
RECONNAISSAN
AMENDED GENERAL IDEA
REVISED OVERALL
ACTION I
AMEND GENERAL IDEA
9
Identifikasi Masalah PenelitianAda tiga hal yang harus dinyatakan atau dirumuskan secara jelas
sebelum melakukan suatu penelitian. Ketia hal tersebut adalah sebagai
berikut. 1) Ada masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang akan
dijawab. 2) Ada metode penelitian atau cara yang akan ditempuh untuk
menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. 3) Ada alasan
mengapa penelitian itu dilakukan.
Identifikasi masalah merupakan langkah pertama, karena tanpa
identifikasi dan perumusan masalah yang jelas, sebuah penelitian akan
kehilangan makna. Perlu disadari, bahwa suatu masalah tidak pernah
berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu ada latar
belakang dari suatu masalah tertentu. Masalah timbul kalau terdapat
kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan, ada perbedaan antara
yang seharusnya dan apa yang tersedia.
Untuk membantu menemukan masalah penelitian, ada beberapa
hal yang dapat dijadikan sumber. Suryabrata (1983b) menyebutkan
beberapa sumber yang dimaksud antara lain: 1) bacaan (terutama laporan
penelitian), 2) pertemuan ilmiah (seminar, diskusi), 3) pernyataan
pemegang otoritas, 4) pengamatan sepintas, 5) pengalaman pribadi, dan
6) perasaan intuitif. Pada dasarnya masalah penelitian dalam PTK
didasarkan pada masalah keseharian yang terjadi di dalam kelas.
Identifikasi masalah dalam PTK pertama-tama harus bersumber pada
kondisi objektif yang terdapat di dalam kelas. Karena itu, peneliti harus
duduk bersama dengan guru (lain), kepala sekolah, juga pengawas. Hal
ini agar masalah yang diteliti benar-benar penting, urgen, dan jika
dipecahkan dapat memberikan manfaat yang berarti terutama bagi
peningkatan kualitas proses pembelajaran serta hasil belajar siswa.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai penuntun
untuk mempercepat proses identifikasi masalah. Sudarsono (1996)
menyebutkan ada enam pertanyaan untuk itu. 1) Apa yang menjadi
keprihatinan guru, kepala sekolah, dan pengawas? 2) Mengapa hal
10
tersebut diprihatinkan? 3) Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut? 4) Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk
membantu membuat penilaian yang tepat tentang apa yang terjadi? 5)
Bagaimana mereka akan mengumpulkan bukti-bukti itu? 6) Bagaimana
mereka akan melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan ketepatan
tentang apa yang telah terjadi? Dalam hal ini peneliti hendaknya mampu
membedakan masalah yang bersifat individual dan masalah yang bersifat
umum. Masalah yang dipilih untuk dilaksanakan penelitian adalah
masalah yang dihadapi dan dirasakan oleh kelas.
Perumusan Masalah PenelitianPerumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara
tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan
jawabannya. Ada beberapa pedoman yang dapat dipergunakan untuk
merumuskan masalah. Pedoman tersebut adalah berdasarkan beberapa
pendapat dari Kerlinger (1973:17-18), Tuckman (1978:20), Ary, et. Al.
(1982:87), Suryabrata (1983:71), dan Ardhana (1987:62).
1. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, tidak bermakna
ganda, dan dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
2. Rumusan masalah hendaknya menunjukkan hubungan antardua
atau lebih variabel.
3. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik dan
memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah penelitian tindakan
kelas.
1. Apakah penggunaan alat-alat permainan dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa?
2. Apakah pemakaian peta secara tepat dalam pembelajaran IPS
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap lokasi dan
peristiwa sejarah nasional?
11
3. Apakah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan
alam yang diajarkan dengan metode belajar kelompok buzz dan
kunjungan lapangan lebih tinggi daripada yang diajar dengan
metode ceramah?
Perumusan Hipotesis TindakanPerlu diketahui, tidak semua jenis penelitian memerlukan hipotesis.
Secara umum, hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atas
masalah yang hendak dipecahkan. Dalam kegiatan ilmiah, hipotesis
tersebut harus mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar
argumentasi dalam mengkaji persoalan agar diperoleh jawaban yang
dapat diandalkan. Karena itu, sebelum mengajukan hipotesis, peneliti
harus mengkaji teori-teori, hasil penelitian, dan pendapat ahli yang relevan
dengan masalah yang akan diteliti.
Dalam PTK, rumusan hipotesis dilakukan setelah rumusan masalah
selesai dengan dua kemungkinan (Hasan, Sukamyana, Wahyoedi, 1996).
Pertama, jika peneliti sudah yakin akan kebenaran rumusan masalah dan
yakin pula pada alternatif pemecahannya, mereka dapat langsung
merumuskan hipotesis tindakan. Perumusan hipotesis tindakan bersifat
longgar sesuai dengan sifat permasalahannya, kemampuan, dan
pengalaman tim peneliti, serta kelayakan tindakan yang dihipotesiskan.
Kedua, Jika peneliti kurang yakin akan kebenaran rumusan masalahnya,
rumusan hipotesisnya dapat bersifat tentatif. Rumusan hipotesis tindakan
dalam PTK dapat dimodifikasi atau bahkan diganti dengan yang lain
apabila dalam tahap lanjut ternyata hipotesis tersebut kurang layak atau
peluang keberhasilannya kecil.
Pengertian hipotesis tindakan hendaknya dipahami sebagai suatu
dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan
(Sudarsono, 1996). Hipotesis tindakan merupakan alternatif tindakan yang
dipandang paling tepat untuk dilakukan dalam rangka memecahkan
masalah yang diteliti. Bentuk umum hipotesis tindakan berbeda dengan
12
rumusan hipotesis dalam penelitian formal, yakni penelitian yang
menggunakan rancangan korelasional, kausal komparatif, dan penelitian
eksperimental. Secara teknis, hipotesis tindakan pada dasarnya
menyatakan: “Jika dilakukan tindakan ini, peneliti percaya bahwa tindakan
tersebut akan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi”.
Sebagai contoh, jika ada rumusan masalah: “Apakah
pengelompokan siswa menjadi kelompok cerdas dan kelompok biasa
yang diikuti dengan perlakuan yang lebih (ekstra) kepada kelompok
cerdas dapat meningkatkan peringkat keunggulan sekolah di daerahnya”.
Hipotesis tindakan yang diajukan adalah: “Pembagian siswa menjadi
kelompok cerdas dan kelompok biasa serta memberikan perlakuan lebih
(ekstra) kepada kelompok cerdas, akan meningkatkan peringkat
keunggulan dari tahun ke tahun sejak lulusan pertama siswa yang
dikelompokkan tersebut”. Jadi, hipotesis tindakan berisi pernyataan
tentang tindakan yang akan dilakukan dalam rangka memecahkan
masalah yang diteliti
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
tindakan adalah sebagai berikut (Sudarsono, 1996).
1. Rumusan alternatif tindakan untuk perumusan masalah
berdasarkan hasil kajian. Alternatif tindakan hendaknya mempunyai
landasan yang mantap secara teoritis dan atau konseptual.
2. Setiap alternatif pemecahan yang diusulkan perlu dikaji ulang atau
dievaluasi dari segi bentuk tindakan dan prosedur, segi kelaikan,
kemudahan, kepraktisan (hasil segera dilihat) dan optimalisasi
hasil, serta cara penilaiannya.
3. Pilihan alternatif tindakan dan prosedur yang dinilai yang paling
menjanjikan hasil optimal dan dapat dilakukan oleh guru dalam
situasi dan kondisi riil di sekolah.
4. Tentukan langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan serta
cara-cara untuk mengetahui hasilnya.
13
5. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan guna membuktikan
bahwa dengan tindakan yang dilakukan telah terjadi perubahan
perbaikan atau peningkatan yang bermakna.
Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan KelasKomponen yang ada dalam usulan PTK seharusnya mengacu pada
permasalahan yang ada. Komponen-komponen tersebut harus runtut dan
jelas. PTK bersifat individual, setiap permasalahan di kelas yang berbeda
akan berbeda pula penangannya, termasuk tindakan-tindakan yang
dilakukan juga berbeda. Komponen-komponen usulan penelitian itu
adalah sebagai berikut. 1) Judul penelitian. 2) Latar belakang penelitian.
3) Rumusan masalah. 4) Tujuan penelitian. 5) Manfaat penelitian. 6)
Hipotesis tindakan. 7) Kajian Pustaka. 8) Model penelitian. 9) Metodologi
penelitian. 10) Kepustakaan.
Judul penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik.
Karakteristik judul penelitian adalah berikut ini. 1) Judul penelitian diangkat
dari masalah yang benar-benar ada di kelas dan merupakan sesuatu yang
aktual. 2) Meliputi lingkup kelas. 3) Dapat diselesaikan dalam waktu yang
tidak lama. 4) Praktis dan dapat dilaksanakan. 5) Melibatkan guru
pelaksana/guru sebagai peneliti.
Latar belakang masalah berisi keadaan yang ada atau nyata saat
ini sehingga tampak jelas bahwa penelitian itu sangat penting untuk
dilaksanakan. Dalam hal ini harus diuraikan secara jelas: a) kondisi apa
yang diharapkan dan b) keadaan yang ada sekarang ini. Sehingga dapat
diketahui kesenjangan atau gap yang perlu diperbaiki.
Jika masalah atau kesenjangan itu perlu dipecahkan, langkah
berikutnya adalah merumuskan masalah. Masalah harus dirumuskan
dengan kalimat pertanyaan atau pernyataan secara singkat, jelas, dan
mencerminkan apa yang dimaksudkan dalam judul penelitian. Selanjutnya
adalah penentuan tujuan penelitian, yaitu memperoleh informasi tentang
tingkat efektivitas tindakan yang dilakukan. Berdasarkan kajian pustaka
14
dan kerangka berpikir, perolehan yang diinginkan tersebut biasanya
diwujudkan dalam pernyataan positif dalam bentuk hipotesis tindakan.
Kegiatan penelitian ini memerlukan dana, waktu, tenaga, pikiran
yang tidak sedikit. Oleh karena itu, hasil penelitian harus bermanfaat.
Dalam proposal penelitian peneliti harus mencantumkan untuk siapa hasil
penelitian ini, berupa apa, dan untuk diapakan.
Selanjutnya, kajian pustaka diperlukan dalam penelitian dengan
tujuan berikut. 1) Mengetahui hasil penelitian terdahulu. 2) Membatasi
permasalahan yang layak diteliti. 3) Menemukan pendekatan baru untuk
menentukan tindakan. 4) Melatarbelakangi penentuan penggunaan
metode tertentu. 5) Memperoleh informasi tentang rekomendasi untuk
penelitian lebih lanjut. Selain itu, kajian pustaka harus mutakhir dan
relevan dengan kerangka berpikir yang diajukan.
Dalam metodologi penelitian, peneliti mencantumkan beberapa hal
berikut. 1) Rancangan penelitian, yakni uraian secara jelas prosedur yang
akan ditempuh dalam melaksanakan PTK. Prosedur ini meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. 2) Subjek penelitian,
yang meliputi: siapa yang dikenai tindakan, alasan pemilihan subjek, dan
prosedur pemilihan. 3) Jenis dan cara penyusunan instrumen. 4) Jenis-
jenis metode pengumpulan data termasuk alat bantu yang digunakan
untuk observasi. 5) Analisis data, yakni cara-cara yang akan dilakukan
untuk menganalisis data yang sudah terkumpul. 6) Kelengkapan lain,
misalnya: jadwal kegiatan, rencana biaya, dan personalia penelitian.
Pada bagian terakhir proposal penelitian dicantumkan
kepustakaan. Dalam kepustakaan dituliskan semua sumber, baik buku
ataupun laporan yang digunakan sebagai sumber bahan oleh peneliti.
Penulisan kepustakaan mengikuti sistem yang digunakan secara taat asas
(konsisten).
Agar bisa melaksanakan PTK, guru harus memahami benar
prosedur memulai penelitian. Pelaksanaannya terintegrasi dalam kegiatan
mengajar. Pelaksanaannya tidak boleh mengganggu kegiatan mengajar di
15
kelas. Jadi, tidak ada alasan bahwa materi tidak selesai karena ada
kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru tersebut.
Karena itu, mulailah segalanya dengan yang sederhana termasuk rencana
tindakan.
Setelah kegiatan PTK, peneliti menyusun laporannya. Secara
umum, laporan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) laporan yang
bersifat sederhana untuk keperluan diri sendiri atau lingkngan terbatas;
dan 2) laporan yang sifatnya resmi dengan mengikuti rambu-rambu yang
ada. Laporan PTK bervariasi, tetapi komponen-komponennya hampir
sama. Laporan PTK memuat pelaporan semua kegiatan dalam PTK, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Laporan harus
jelas dan mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi. Fakta sebagai
pendukung perlu didokumentasikan secara lengkap.Jadi, laporan PTK
merupakan cerminan dari semua pengalaman peneliti.
Laporan PTK biasanya terdiri dari lima bab. Komponen-komponen
tersebut adalah sebagai berikut.
Bagian awalSampul depanLembar informasi
Bagian IntiBab I Pendahuluan
A. Latar Belakang MasalahB. Rumusan PenelitianC. Tujuan PenelitianD. Manfaat Penelitian
Bab II Kajian PustakaBab III Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian1. Tahap Perencanaan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Observasi4. Tahap Refleksi
B. Subjek PenelitianC. Teknik Pengumpulan dataD. Teknik Analisis Data
Bab IV Hasil PenelitianBab V Penutup
16
A. KesimpulanB. Saran
Daftar RujukanLampiran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Kemmis, S. Dan McTaggart. 1990. The Action Research Reader. Victoria: Deakin University Press.
Sukidin. Basrowi. Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.
17