of 40 /40
i LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU DI INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE- A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN 2 KARANGGENENG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 OLEH SUPRAPTI NIM X8906532 . PROGRAM STUDI PJJ S1 – PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2009

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS - …... · iii HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Usulan Penelitian Tindakan Kelas Dengan Judul Peningkatan Pemahaman Pembagian …

  • Author
    letram

  • View
    260

  • Download
    6

Embed Size (px)

Text of LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS - …... · iii HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS...

  • i

    LAPORAN

    PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU DI

    INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE-

    A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN 2 KARANGGENENG BOYOLALI

    TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

    OLEH

    SUPRAPTI

    NIM X8906532

    .

    PROGRAM STUDI PJJ S1 PGSD

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    JULI 2009

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PENELITIAN TIDAKAN KELAS

    1 Judul penelitian Peningkatan Pemahaman Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match

    2 a. mata pelajaran b. bidang kajian

    Ilmu pengetahuan Sosial Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match

    3 Ketua Peneliti a. Nama lengkap dan gelar b. Jenis Kelamin c. Pangkat Golongan NIP / NIK d. Program studi / jurusan e. Fakultas f. Universitas g. Alamat rumah Nomor Tlp / Hp

    Suprapti, A.Ma.Pd Perempuan Penata TK I , III c 19730220 199703 2 003 PJJ S1. PGSD / Ilmu Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta BSP 2 Rt 1 / Rw XI Karanggeneng Boyolali (0276) 3293615 / 085647468444

    4 Nama Anggota Peneliti Wiwik Sri Wiyanti, S.Pd 5 Lama Penelitian 6 bulan / dari bulan Juli sampai dengan bulan

    Desember 2009 6 Biaya yang diperlukan :

    a. Sumber dari Dikjen Dikti b. Sumber Lain , sebutkan

    Rp. . Rp. ..

    Mengetahui Kepala SDN 2 Karanggeneng Peneliti Drs. Sriyanto Supapti NIP.1961 0406 197911 1 001 NIM.X8906532

    Mengetahui PD 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret

    Prof.Dr.rer.nat.Sajidan,M.Si NIP.1966 0415 199103 1 002

  • iii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    Usulan Penelitian Tindakan Kelas Dengan Judul Peningkatan Pemahaman

    Pembagian Wilyah Waktu di Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model

    Make A Match Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karanggeneng Boyolali Tahun

    Pelajaran 2009 / 2010.

    Telah disetujui oleh :

    Dosen Pembimbing Guru Pembimbing

    Dra. Lis Lestari,M.Pd. Wiwik Sri Wiyanti, S.Pd

    NIP.19540327198103 2 001 NIP. 19590419198304 2 002

  • iv

    ABSTRAK

    Suprapti: X8906532. PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN

    WILAYAH WAKTU DI INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN

    KOOPERATIF MODEL MAKE- A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN 2

    KARANGGENENG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010.

    Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsi

    kan Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match dalam meningkatkan

    pemahaman pembagian wilayah waktu di Indonesia pada siswa kelas V SDN 2

    Karanggeneng Boyolali, serta untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran

    melalui pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match.

    Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V di SDN 2 Karanggeneng

    Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010. Penelitian ini mulai dari tahap persiapan

    hingga pelaporan hasil pengembangan dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juli

    hingga bulan Desember 2009. Adapun rancangan tiap siklus meliputi :

    1) Tahap perencanaan, mencakup kegiatan merancang scenario

    pembelajaran , menyusun rencana pembelajaran, membuat media

    pembelajaran, dan melakukan simulasi pembelajaran.

    2) Tahap pelaksanaan.

    3) Tahap observasi dan,

    4) Tahap evaluasi ( analisis dan refleksi ).

    Hasil penelitian ini terjadi peningkatan pemahaman tentang pembagian

    wilayah waktu di Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Karanggeneng Boyolali

    tahun pelajaran 2009 / 2010 dengan ditandai naiknya rata-rata nilai siswa. Pada

    siklus 1 rata-rata nilai meningkat menjadi 68,5 dari nilai awal sebesar 57,5.

    Sedangkan pada siklus 2 terjadi peningkatan yang cukup tinggi yakni dari rata-

    rata nilai awal 57,5 menjadi 82,85 yang berarti terjadi peningkatan rata-rata nilai

    sebesar 15,35 dan pada siklus ini ketuntasan klasikal sudah tercapai 92,85%.

  • v

    Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini berjalan dengan lancar

    dan berhasil dengan baik.

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat , topic dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun

    Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan baik dan lancar.

    Adapun tujuan dari penulis laporan PTK ini adalah untuk memenuhi mata

    kuliah e-TA pada semester VI program PJJ S1 PGSD UNS Surakarta.

    Penyusunan laporan PTK ini tidak terlepas dari pihak pihak yang mendukung

    kami. Oleh karena itu , penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Drs.Hadi Mulyono selaku ketua Program PJJ PGSD UNS Surakarta.

    2. Drs.Sukarno,M.Pd selaku Penasehat Akademis (PA) penulis.

    3. Drs.Hasan Mahfud,M.Pd selaku Dosen PengampuMata Kuliah e-TA kelas

    Boyolali.

    4. Dra.Lies Lestari,M.Pd selaku Dosen Pembimbing.

    5. Semua anggota keluarga yang telah memberikan dukungan .

    6. Teman teman mahasiswa kelas VI B dari Kabupaten Boyolali.

    7. Keluarga Besar SDN 2 Karanggeneng Boyolali.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PTK ini masih banyak

    terdapat kekurangan, oleh karena itu, penuls mengharapkan kritik, saran dan

    bimbingan demi perbaikan dimasa mendatang.

    Penulis berharap semoga laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

    bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan Pembaca pada umumnya.

    Boyolali , Juli 2009

  • vi

    Penulis

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .... ........... i

    HALAMAN PENGESAHAN .................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................ iii

    ABSTRAK .......................................................................... iv

    KATA PENGANTAR .......................................................... v

    DAFTAR ISI ........................................................................ vi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................... 1

    B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ............ 2

    C. Tujuan Penelitian .............................................. 3

    D. Manfaat Hasil Penelitian .................................. 3

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori ...................................................... 5

    B. Kerangka Berfiikir ............................................ 9

    C. Hipotesis Tindakan .......................................... 9

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................ 10

    B. Subjek Penelitian ............................................... 10

    C. Prosedur Penelitian ............................................ 10

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Siklus I .................... 16

  • vii

    2. Siklus II ...... 21

    B. Pembahasan .... 28

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan 30

    B. Saran .. 30

    DAFTAR PUSTAKA ........................ 31

    LAMPIRAN

    A. Perangkat Pembelajaran.................................... 32

    B. Instrumen Penelitian.......................................... 48

    C. Personalia Peneliti 57

    D. Curriculum Vitae Peneliti 57

    E. Data Penelitian.. 58

  • viii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia

    sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia tahun 1945 yakni mencerdaskan kehidupan

    kehidupan bangsa , maka peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama

    pebangunan nasional.

    Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan

    mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya , yaitu manusia yang beriman

    dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berbudi pekerti luhur , memiliki

    pengetahuan dan ketrampilan , sehat jasmani dan rohani , kepribadian yang

    mantap dan memiliki kemandirian dan tanggun jawab kemsyarakatan dan

    kebangsaan .

    Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional maka pembelajaran Ilmu

    Pengetahuan Sosial ( IPS ) di sekolah dasar mempunyai tujuan agar peserta

    didik memiliki kemampuan untuk : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan

    dengan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) Memiliki kemampuan

    dasar untuk berfikir logis dan kritis , rasa ingin tahu , inkuiri, memecahkan

    masalah , dan ketrampilan dalam kehidupan social, 3) Memiliki komitmen dan

    kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan

    berkomunijkasi , bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakatyang majemuk

    , ditingkat lokal , nasional, dan global, hal ini tercantum dalam Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan .

    Berdasarkan kurikulum dan rambu-rambu yang ada maka dalam prioritas

    belajar mengajar harus diciptakan suatu kondisi pembelajaran yang aktif ,

    kreatif dan efektif serta melibatkan aspek kognitif , afektif , dan psikomotorik

    sehingga kemampuan pemahaman siswa meningkat.

    Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang dilakukan

    antara guru dan peserta didik siswa dalam situasi pengajaran untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan . Namun dalam mewujudkan tujuan tersebut peneliti

    menghadapi satu masalah pembelajaran pada siswa kelas V SDN 2

  • ix

    Karanggeneng . Pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS khususnya konsep

    pembagian wilayah . waktu di Indonesia masih rendah . Hal ini terlihat dari hasil

    pekerjaan siswa atau hasil belajar siswa yang semuanya belum tuntas dari

    Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu 62nilai yang diperoleh siswa

    rata-rata baru berkisar 56 . Setelah dicermati ternyata siswa masih kurang

    mandiri dan kurang bekerjasama dalam belajar . Siswa cenderung pasif hanya

    duduk , dengar dan catat. Siswa hanya menjadi obyek pembelajaran ( teacher

    centered ) proses pembelajaran hanya bersifat hafalan semata.,kurang

    semangat dalam belajar .Pola interaksi yang digunakan masih searah , dan

    metode yang digunakan kebanyakan ceramah . Dengan demikian konep yang

    diterima anak akan mudah hialang dari memori siswa .

    Untuk itu agar suatu konsep dapat tertanam lebih lama dan dapat

    diterapkan oleh siswa , maka guru perlu merancang atau mendesainer model

    pembelajaran yang inovatif . Upaya untuk peningkatan kualitas proses

    pembelajaran merupakan suatu kebutuhan yang mrndesak untuk dilakukan.untuk

    itu peneliti memilih salah satu model pembelajaran Kooperatif Make-A Match.

    Model Make-A Match merupakan bagian dari pembelajaran Cooperative

    Learning berangkat dari dasar pemikiran Geeting better together yang

    mengandung pengertian bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan

    bersama. Model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses

    pembelajaran berdasarkan prinsip bekerjasama adalah model Make-A Match

    masih jarang digunakan di sekolah dasar. Selama ini.belum ada uaya

    peningkatan prose pembelajaran yang bermakna bagi siswa .

    Berdasarkan permasalahan diatas peneliti berupaya untuk mengadakan

    perbaikan dalam proses pembelajaran dengan mengadakan penelitian dengan

    judul Peningkatan Pemahaman Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia

    Melalui pemebelajaran Kooperatif Model Make-A Match pada Siswa Kelas V

    SDN 2 Karanggeneng Boyolali Tahun pelajaran 2009 / 2010 .

    B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

    Perumusan masalah yang diambil penulis adalah :

    1. Bagaimana Penerpann Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match

    dalam meningkatkan pemahaman pembagian wilayah waktu di Indonesia

    pada siswa kelas V SDN 2 Karangeneng ?

  • x

    2. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif model Make A Match dapat

    meningkatkan pemahaman pembagian wiyah waktu di Indonesia pada

    siswa kelas V SDN2 Karanggeneng Boyolali?

    Cara pemecahan dari permasalahan tersebut adalah :

    1. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Model Make-A match tentang

    pembagian daerah waktu Indonesia yang baik dikelas V SDN 2

    Karanggeneng Boyolali.

    2. Menerapkan pembelajaran kooperatif model Make-A match tentang

    pembagian daerah waktu Indonesia dengan baik diklelas V SDN 2

    Karanggeneng Boyolali.

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

    1. Untuk mendeskripsikan pembeljaran kooperatif model Make A Match

    dalam meningkatkan pemahaman pembagian wilayah waktu di Indonesia

    pada siswa kelas V SDN2 Karanggeneng Boyolali.

    2. Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran melalui pembelajran

    Kooperatif Model Make A Match .

    D. Manfaat Hasil Penellitian

    Secara teori yang ada penggunaan Pemebelajaran Kooperatif model

    Make A Match dapat meningkatkan pemahaman siswa karena penggunaan

    model tersebut melalui prosedur yang sistematif dan terencana. Dalam model

    tersebut selalu melibatkan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif , afektif ,

    maupun psikomotorik , sehingga pemahaman siswa dapat dikembangkan secara

    optimal .

    Selain manfaat diatas , penggunaan pembelajaran kooperatif model

    Make-a match bagi kelas V SDN 2 Karanggeneng secara praktis mempunyai

    manfaat sebagai berikut :

    1. Bagi siswa

    a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari

    b. Tumbuhnya motifasi siswa dalam proses pembelajaran

  • xi

    c. Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar

    d. Meningkatnya kerja sama dan memupuk rasa sosial

    2. Bagi guru :

    a. Mengetahui strategi pembelajaran untuk memperbaiki dan

    meningkatkan pembelajaran IPS .

    b. Diperolehnya model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran

    IPS kelas V.

    c. Diperolehnya media pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran

    IPS.

    d. Meningkatnya kreatifitas Guru.

    e. Bertambahnya pengetahuan dan wawasan

    3. Bagi sekolah :

    a. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah

    b. Menumbuhkan motifasi guru-guru yang ada disekolah tersebut dalam

    mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu.

  • xii

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Pemahaman konsep Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia.

    a. Pengertian pemahaman .

    Pemahaman mencakup menangkap arti dari makna tentang hal

    yang dipelajari . Menurut Bloom dkk, seperti yang dikutip dalam buku

    Belajar dan Pembelajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (

    Dimyati dan Mudjiono ) bahawa pemahaman diartikan sebagai

    kemampuan menterjemahkan , menafsirkan , memperkirakan ,

    memahami isi pokok , mengartikan table , dan sebagainya. Sedangkan

    menurut (Depdiknas , 2004 ) dalam buku Assesmen Pembelajaran SD

    Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

    Nasional dijelaskan bahwa pemahaman adalah pengertian terhadap

    hubungan antar konsep antar data-data , hubungan sebab akibat dan

    penarikan kesimpulan.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman

    adalah suatu kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat

    memahami atau mengerti apa yang diajarkan , mengetahui apa yang

    sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya.

    b. Konsep pembagian wilayah waktu di Indonesia.

    Dalam kurikulum sekolah dasar salah satu program pengajarannya

    adalah mata pelajaran IPS , fungsinya untuk mengembangkan

    pengetahuan , nilai , sikap , dan ketrampilan siswa tentang masyarakat

    , bangsa , dan negara.Indonesia ( Puslitbang Depdiknas 2003 : 2 ).

    Konsep pembagian wilayah waktu di Indonesia merupakan bagian dari

    mata pelajaran IPS KD . 1.3. pembagian wilayah waktu di Indoneaia

    didasarkan pada perhitungan atas dasar letak wilayah dalam garis bujur

  • xiii

    timur yang dibagi dengan 15 . Karena wilayahnya yang sangat luas

    beberapa daerah di Indonesia berada di daerah waktu yang berbeda .

    Dengan wilayah yang panjangnya membentang sejauh 46 , Indonesia

    dibagi menjadi tiga daerah waktu ( 46 : 15 = 3 ) Asyari, dan dkk

    dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial SD 2007 : 63 .

    Dari uraian diatas dapat diperoleh pengertian bahwa pemahaman

    pembagian wilayah waktu di Indonesia adalah kemampuan siswa

    dalam memahami atau mengerti tentang pembagian wilayah waktu di

    Indonesia dan mampu mengkomunikasikan konsep tersebut dalam

    kehidupan sehari-hari.

    2. Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match

    a. Pengertian Pembelajaran.

    Menurut Sadiman 1988 dalam Depdiknas ( 2003 : 8 )

    menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan pedoman kata dari

    istilah instruction , yang artinya lebih luas dari pengajaran atau

    proses penyampaian materi pelajaran kepada siswa di sekolah .

    Sejalan dengan pendapat diatas Asra Dewi Cepi 2007 : 55

    dalam bukunya yang berjudul Komputer dan Media Pembelajaran

    di SD menyatakan bahwa pembelajaran diartikan sebagai suatu

    kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan

    suatu kegiatan bekerja.

    Pembelajaran adalah suatu system atau proses

    membelajarkan subyek didik / pembelajar yang direncanakan atau

    didesain , dilaksanakan , dan dievaluasi secara sistematis agar

    subyek didik / pembelajar dapat mencapai signal-signal

    pembelajaran secara efektif dan efisien . Selanjutnya Dimyati 1999

    : 297 , pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

    desai instrusional untuk membuat siswa belajar secara aktif , yang

  • xiv

    menekankan pada penyediaan sumber belajar . Dengan demikian

    dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dan siswa yang telah

    direncanakan atau didesain agar dilaksanakan dan di evaluasi agar

    guru dan siswa dapat mencapai tujuan dengan maksimal.

    b. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )

    Etin Solihatin dan Raharjo ( 2007 : 4-5 ) dalam bukunya

    yang berjudul Cooperative Learning mengutip dua pendapat ahli

    tentang Cooperative Learning yaitu : menurut Slavin ( 1984 )

    Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana

    siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok secara

    kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur

    kelompoknya yang bersifat heterogen dan Stahl ( 1994 ) bahwa

    mosel Cooperative Learning menampilkan siswa dalam mencapai

    suatu hasil yang ptimal dalam belajar .

    Sependapat dengan itu menurut Slavin dalam bukunya

    Dimyati ( 1990 : 234 ) dikatakan bahwa Cooperative Learning

    mempuyai tiga karakteristik Yaitu : 1) Siswa bekerja dalam tim-

    tim kecil; 2) Siswa didorong untuk saling membantu dalam

    mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan

    tugas kelompok, dan; 3) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas

    dasar prestasi.

    Berkaitan dengan pendapat diatas Etin Solihatin dan

    Raharjo, 2007 : 5 dalam bukunya Cooperative Learning

    menyatakan bahwa model Cooperative Learning ,merupakan

    miniature masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan dikelas

    yang akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih

    mereka menjadi masyarakat yang baik.

  • xv

    Dari pandangan ahli-ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama

    dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

    kerjasama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari dua

    orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi

    oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

    c. Pengertian Model Pembelajaran

    Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan dalam

    melakukan sesuatu kegiatan . Menurut Depdiknas ( 2003 : 10-11 )

    dalam model pembelajaran Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

    Model dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan ( replica ) dari

    benda yang sesungguhnya , model ditafsirkan sebagai suatu contoh

    konseptual atau procedural dari suatu program , system , atau

    proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam rangka

    memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan , sebagai

    contoh model persiapan mengajar atau model pembelajaran .

    Sedang menurut Joya dan Weil ( 1986 ) Model

    Pembelajaran adlah kerangka konseptual yang melukiskan

    prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi

    sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

    pengajar dalam merencanakan aktifitas pembelajaran.

    Dari pandangan diatas dapat disimpulkan model

    pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan

    prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi

    sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar

    dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran.

    d. Model Make-A Match ( Mencari Pasangan )

  • xvi

    Model Make-A Match adalah suatu tekhnik yang digunakan

    untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang harus

    ditemukan siswa . Menurut Lorna Curran ( 1994 ) Make-A Match

    adalah salah satu alternative yang dapat diterapkan pada siswa.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran Make-A Match adalah suatu tehnik guna

    meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas dengan

    cara siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep

    atau topik dalam suasana yang menyenangkan .

    B. Kerangka Berfikir

    Berdasarkan uraian kajian pustaka kerangka berfikir penelitian ini dapat

    digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut ,

    Siswa : Pemahaman

    siswa masih rendah

    Siklus I : Kooperatif

    model make a

    match dilengkapi

    dengan alat peraga

    Siklus II :

    Kooperatif Model

    Make A -Match

    dilengkapi dengan

    alat peraga yang

    berfariasi dan lebih

    menarik.

    Kondisi Awal Guru : belum menerapkan

    pembelajarankooperatif

    model make a - match

    Tindakan

    Pelaksanaan : Menerapkan

    pembelajaran kooperatif

    model make a - match

    Kondisi Akhir Pemahaman siswa

    meningkat

  • xvii

    C. Hipotesis Tindakan

    Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match dapat

    meningkatkan pemahaman tentang pembagian wilayah waktu di Indonesia pada

    siswa kelas V SDN 2 Karanggeneng Boyolali Tahun pelajaran 2009 / 2010.

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Tempat dan waktu penelitian ( setting )

    Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Karanggeneng Boyolali , di Sekolah ini pada

    kelas V ada satu kelas . Di kelas ini ada sarana penunjang pembelajaran IPS

    khususnya tentang pembagian daerah waktu Indonesia yang tersedia adalah globe

    , Peta , Atlas , buku LKS IPS , dan buku IPS kelas V penerbit pusat perbukuan.

    Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan

    dilakukan selama 6 bulan , mulai bulan Juli hingga bulan Desember 2009.

    B. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

    Subyek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan dalam penelitian ini

    yang menjadi subyek adalh siswa kelas V SDN 2 Karanggeneng Boyolali tahun

    2009 / 2010 . Di kelas ini masing masing mendapat pinjaman sebuah buku

    pelajaran IPS terbitan Pusat Perbukuan tahun 2008. Adapun jumlah siswa kelas V

    adalah 28 , sehingga merupakan kelas sedang.

    Obyek peneltian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif model

    Make-A Match untuk meningkatkan pemahaman tentang pembagian wilayah

    waktu di Indonesia.

    Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Analisis data

    dengan penelitian kualitatif yaitu berupa uraian uraian tentang kemajuan belajar

    siswa dalam mengikuti pembelajaran dan partisipasi siswa dalam proses

    pembelajaran.

  • xviii

    C. Prosedur Penelitian

    a. Rancangan Siklus I

    1) Tahap perencanaan mencakup kegiatan :

    a) Merancang scenario pembelajaran tentang pembagian

    wilayah waktu Indosia melalui model pembelajaran

    kooperatife make-a match , yakni dengan langkah

    langkah :

    i. Guru memberikan apersepsi dengan menggali

    pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari

    yang berkesan.

    ii. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi

    beberapa konsep atau topic yang cocok untuk

    sesi review, satu bagian kartu soal , dan bagian

    lainnya kartu jawaban .

    iii. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang

    bertuliskan soal/ jawaban .

    iv. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu

    yang dipegang

    v. Tiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok

    dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu

    yang bertuliskan WIB akan berpasangan dengan

    nama propinsi atau pulau Sumatra

    vi. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya

    sebelum batas waktu diberi poin .

    vii. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya

    dengan kartu temannya akan mendapatkan

    hukuman ,yang telah disepakati bersama.

    viii. Setelah satu babak , kartu dikocok lagi agar tiap

    siswa mendapat kartu yang berbeda dari

    sebelumnya , demikian seterusnya .

  • xix

    ix. Siswa juga _cen bergabung dengan 2 atau 3

    siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok

    x. Guru bersama-sama dengan siswa membuat

    simpulan terhadap materi pelajaran

    xi. Mengevaluasi danmenganalisis hasil kerjasama

    siswasebagi bahan pertimbangan tingkat

    keberhasilan siklus I.

    b) Menyusun rencana pembelajaran .

    c) Membuat media pembelajaran berupa kartu yang

    bertulis nama- nama pulau atau propnsi , kota, dan

    pembagian daerah waktu.

    d) Melakukan simulasi pembelajaran tentang pembagian

    daerah waktu Indonesia dengan pembelajaran

    kooperatif model Make-a match 7 fase.

    2) Tahap Pelaksanaan

    Pada tahap pelaksanaan , dilakukan dengan mengadakan

    pembelajaran yang dalam satu siklus ada satu kali tatap

    muka, yakni 2X35 menit sesuai _cenario pembelajaran dan

    RP pada siswa . Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan

    oleh guru kelas , sedangkan kolaborator melakukan

    observasi terhadap proses pembelajarandan wawancara

    kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.

    3) Tahap observasi

    Pada tahap observasi yang dilakukan adalah (a) Peneliti

    mengamati proses pembelajaran ( aktifitas guru dan siswa ).

    (b) Peneliti mengobservasi pada poin-poin dalam pedoman

    yang telah disiapkan. (c) Peneliti melakukan wawancara

    dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa

    perlu ditanyakan pada siswa guna mendapatkan data yang

    lebih lengkap.

    4) Tahap evaluasi ( analisis dan refleksi )

  • xx

    Pada tahap ini dilakukan dengan cara menganalisis hasil

    pekerjaan siswa hasil observasi, dan hasil wawancara.

    Berdasarkan analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan

    bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau

    disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target.

    Setelah tindakan diatas apabila semua siswa belum aktif

    terlibat , belum ada kerjasama yang kompak , dan siswa

    belum maksimal dalam melakukan simulasi , maka

    dilakukan siklus II.

    b. Rancangan siklus II

    1) Tahap perencanaan .

    a) Merancang scenario pembelajaran tentang pembagian

    daerah waktu Indonesia dengan lankah-langkah

    pembelajaran kooperatif tekhnik model Make-a Match.

    b) Membuat rencana pembelajaran .

    c) Membuat dan menyiapkan media pembelajaran berupa

    kartu yang bertuliskan nama pulau , propinsi , kota ,

    pembagian daerah waktu , peta , globe dan atlas.

    d) Melakukan simulasi pembelajaran tentang pembagian

    daerah waktu Indonesia.

    2) Tahap pelaksanaan

    Pada tahp pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan

    pembelajaran dua kali tatap muka ,yang masing-masing 2

    X 35 menit . Pada siklus II ini pembelajaran juga dilakukan

    oleh guru kelasa, sedangkan kolaborator mengadakan

    observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara

    pada siswa setelah pembelajaran berakhir.

    3) Tahap observasi.

    Sama seperti pada siklus I , pada siklus II ini yang

    dilakukan adalah mengamati proses pembelajaran,

  • xxi

    observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang

    telah disiapkan peneliti.

    4) Tahap analisis dan refleksi

    Pada tahap analisis melakukan analisa terhadap hasil

    pekerjaan siswa , hasil observasi dan wawancara.

    Pada tahap refleksi yang dilakukan adalah mengadakan

    penilaian secara menyeluruh terhadap proses pembelajaran .

    Setelah siklus II tampak banyak perubahan diantaranya :

    hasil pekerjaan siswa meningkat , semua siswa sudah

    terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran , sudah ada

    kerja sam yang baik dan kompak , pemahaman siswa

    terhadap materi yang dipelajari sudah meningkat, siswa

    dalam melakukan simulasi sudah terampil , dan uru dapat

    memberikan bimbingan serta arahan dengan tepat . bila

    dalam kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik dan

    lancar maka penelitian ini biasa dikatakan berhasil dengan

    baik.

    c. Indikator

    1) 75 siswa dapat menunjukkan keaktifan dalam proses

    pembelajaran.

    2) 75 siswa dapat menemukan pecahan masalah suatu

    konsep pembelajaran dan dapat memecahkan masalah yang

    dihadapi siswa.

    3) 75 siswa dapat mencapai criteria ketuntasan minimum (

    KKM ) yang telah ditentukan yaitu 62.

  • xxii

    Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

    Siklus I

    Siklus II

    refleksi

    observasi

    rencana

    tindakan pelaksanaan

    tindakan

    refleksi

    observasi rencana

    tindakan

    pelaksanaan

    tindakan

  • xxiii

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Siklus 1

    Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus 1

    Tempat pelaksanaan PTK : SD N 2 Karanggeneng Boyolali

    Hari / Tanggal : Kamis, 3 September 2009

    Pukul : 07.00 08.10

    Jumlah siswa : 28 orang

    Hasil pelaksanaan kegiatan meliputi :

    a. Perencanaan

    i) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) pada siklus I

    dirancang dengan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35

    menit. Perancangan RPP mencakup penentuan : SK , KD , Materi ,

    Tujuan pembelajaran , dampak pengiring , scenario pembelajaran ,

    media / sumber belajar , dan system penilaian .

    ii) Langkah langkah atau scenario pembelajaran pada siklus I mencakup

    kegiatan kegiatan :

    (1) Tahap pendahuluan ( 10 menit )

    Guru memasuki kelas , mengabsen , memimpin doa, dan

    mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran.

  • xxiv

    Guru mrngadakan kegiatan apersepsi yang meliputi :

    menarik perhatian , member motivasi ,dan memberikan

    acuan.

    (2) Tahap kegiatan inti ( 50 menit )

    Siswa memperhatikan penjelasan guru

    Siswa melaksanakan diskusi

    Siswa membacakan atau menyampaikan hasil diskusi

    Siswa ikut berpartisipasi dalam menyimpulkan materi

    Siswa melakukan kegiatan mencari pasangan yang cocok

    dengan kartu yang dibawanya.

    (3) Tahap penutup ( 10 menit )

    Siswa menjawab pertanyaan dari soal yang disediakan

    Mengadakan tindak lanjut dengan member tugas rumah.

    iii) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

    (1) Sarana yang dipersiapkan adalah : peta Indonesia ,globe, dan kartu

    yang bertuliskan nama kota / provinsi.

    (2) Lembar kerja siswa.

    iv) Mempersiapkan lembar observasi

    Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati segala aktivitas

    selama pelaksanaan pembelajaran berupa blangko pengamatan yang

    berisi daftar isian yang mancakup kegiatan siswa dan guru.

    b. Pelaksanaan tindakan

  • xxv

    Pelaksanaan tindakan pada pertemuan siklus I diawali dengan

    menjelaskan pembagian wilayah waktu Indonesia dengan menggunakan

    peta pembagian daerah waktu di dunia, peta Indonesia, globe, dan kartu

    kartu kata. Pada kesempatan tersebut guru memberikan kesempatan pada

    siswa untuk menunjukkan wilayah wilayah yang termasuk WIB, WITA,

    dan WIT melalui peta, serta untuk menanyakan segala sesuatu yang belum

    jelas.

    c. Obsevasi interpretasi.

    Hasil observasi terhadap siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut .

    i) Secara umum siswa suadah memahami wilayah wilayah yang

    termasuk WIB, WITA dan WIT, namun siswa dalam memahami atau

    belum hafal ibu kota propinsi atau kota kota yang termasuk WIB,

    WITA, dan WIT, sehingga saat disediakan lembar diskusi untuk

    mengelompokkan propinsi propinsi yang termasuk WIB, WITA dan

    WIT , siswa belum dapat melakukan dengan baik.

    ii) Karena siswa belum hafal / memahami kota kota yang termasuk

    WIB,WITA dan WIT , maka saat melakukan kegiatan mencari

    pasangan yang cocok , siswa masih banyak mengalami kebingungan ,

    misalnya siswa yang memegang kartu yang bertuliskan PADANG

    masih bingung mau berpasangan dengan kartu WIB,WITA,atau WIT?

    iii) Tidak berimbangnya antara beban materi dengan alokasi waktu yang

    disediakan. Materi cukup banyak sedang alokasi waktu terbatas,

    sehinga dalam pelaksanaanya terkesan dikejar waktu.

    iv) Pada kegiatan diskusi , terjadi perpanjangan waktu yang cukup lama

    dari waktu yang disediakan yakni 10 menit. Hal ini terjadi karena

    siswa belum memahami kota kota atau prpinsi propinsi yang ada di

    Indonesia.

    Adapun hasil tes proses (mencari pasangan) pada siklus I adalah

    sebagai berikut.

  • xxvi

    No Tes proses No Tes proses No Tes proses

    1 47 11 68 21 76

    2 66 12 75 22 70

    3 72 13 71 23 74

    4 71 14 72 24 90

    5 60 15 82 25 65

    6 70 16 85 26 85

    7 80 17 76 27 90

    8 40 18 77 28 60

    9 75 19 48

    10 66 20 62

    Dari data diatas dengan responden sebanyak 28 siswa, maka tes proses

    ( mencari pasangan ) diperoleh nilai tertinggi 90,terendah 40, dan rata

    rata 70,46.

    Tes proses dilaksanakan setelah siswa melakukan diskusi dan

    pembahasan yakni pada kegiatan inti 2, sedangkan tes hasil belajar

    dilakukan pada kegiatan akhir,dengan hasil nilai 80 s/d 100 ada 12

    siswa, 60 s/d 79 ada 12 siswa, dan 0 s/d 59 ada 4 siswa, rata rata nilai

    68,57 sedangkan ketuntasan klasikal baru tercapai 43%. Dengan

    demikian bisa dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran belum berjalan

    secara maksimal.

    d Refleksi

  • xxvii

    (1) Dari hasil observasi diatas kaitanya dengan pemahaman siswa

    tentang pembagian wilayah waktu masih ada 57 % siswa yang

    belum tuntas, meskipun rata rata nilai yang diperoleh sudah

    melebihi KKM dari yang ditetapkan.

    (2) Pemahaman siswa tentang kota kota yang termasuk

    WIB,WITA,danWIT masih rendah .

    (3) Pemahaman siswa tentang ibu kota propinsi perlu ditingkatkan,

    sehingga siswa memiliki pemahaman yang baik tentang pembagian

    wilayah waktu Indonesia.

    (4) Waktu untuk kegiatan pembahasan tentang ibu kota propinsi perlu

    ditambah.

    e Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran

    untuk siklus I.

    Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisa hasil belajar

    siswa, ditemukan beberapa kendala dan masalah sebagai berikut :

    Kendala

    (1) Alokasi yang disediakan masih kurang

    (2) Tingkat kesulitan materi yang memerlukan pemahaman yang

    cukup tinggi.

    (3) Kemampuan awal siswa yang masih rendah.

    (4) Adanya rehab gedung SD kami, anak terpaksa masuk secara

    bergilir , sehinga jam pelajaran efektif sedikt berkurang.

    Masalah.

    (1) Semangat siswa dalam mengikuti pembelajran belum maksimal .

    (2) Siswa kurang tertarik dengan alat peraga seperti globe dan peta.

  • xxviii

    (3) Siswa masih kurang aktif dalam bertanya dan menjawab

    pertanyaan guru.

    (4) Siswa belum aktif menghafalkan / memahami ibu kota propinsi

    yang ada di Indonesia.

    (5) Semangat belajar siswa dirumah yang masih rendah.

    (6) Pada guru, Tanya jawab( mencongak ) untuk menghafalkan kota

    kota yang termasuk WIB,WITA dan WIT masih kurang.

    (7) Guru kurang banyak dalam memberikan soal- soal latihan.

    f. Upaya perbaikan

    (1) Menyediakan kartu kartu yang bertuliskan kota kota yang ada di

    Indonesia.

    (2) Membangkitkan semangat belajar siswa dengan banyak

    memberikan pertanyaan dan tugas sambil bermain.

    (3) Membuat alat peraga yang lebih menarik seperti kartu kartu yang

    berwarna dan berukuran agak besar.

    (4) Menmabah kegiatan mencongak untuk mengahafalkan kota kota

    yang ada di Indonesia.

    (5) Memberikan soal latihan untuk didiskusikan.

    Langkah langkah implementasi strategi penyelesaian masalah dalam siklus I.

    Strategi penyelesaian masalah yang saya terapkan adalah dengan

    lebih banyak mengaktifkan siswa pada setiap kegiatan. Dengan begitu

    anak lebih termotifasi dan minat belajar anak akan meningkat sehingga

    masalah -masalah yang muncul akan dapat teratasi yang pada akhirnya

    tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    Implementasinya :

  • xxix

    (1) Anak diberi kartu kartu yang bertuliskan kota kota di

    Indonesia. Setiap anak memegang satu atau lebih kartu.

    (2) Anak menempelkan kartu tersebut sesuai wilayh pembagian

    waktunya

    (3) Setelah semua anak menempelkan kartunya , diadakan Tanya

    jawab dan mencongak.

    (4) Membentuk kelompok diskusi.

    (5) Masing masing kelompok diskusi mengerjakan dan

    mendiskusikan LKS.

    (6) Memberikan kesempatan kepada masing masing kelompok untuk

    memaparkan hasil diskusinya.

    (7) Siswa diajak keluar kelas untuk bermain mencari pasangan.

    (8) Tiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya.

    2. Siklus 2

    Laporan pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 sebagai berikut :

    Tempat Pelaksanaan PTK : SDN 2 Karanggeneng Boyolali

    Hari / Tanggal : Selasa, 6 Oktober 2009

    Pukul : 07.00 08.10

    Jumlah siswa : 28 anak

    Hasil pelaksanaan kegiatan melputi :

    a. Perencanaan

    1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP) pada siklus 2 ,

    dirancang dengan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35

    menit. Perencanaan RPP mencakup penentuan : SK , KD , materi,

    tujuan, pembelajaran , dampak pengiring , scenario pembelajaran,

    media / sumber belajar , dan system penilaian.

  • xxx

    Langkah langkah pembelajaran pada siklus 2 mencakup kegiatan

    kegiatan sebagai berikut :

    (i) Tahap pendahuluan ( 10 menit )

    - Guru memasuki kelas , mengabsen , memimpin doa,

    dan mengkondisikan siap menerima pelajaran.

    - Guru mengadakan kegiatan apersepsi yang meliputi

    : menarik perhatian , member motifasi ,

    memberikan acuan , dan mengaitkan materi dengan

    pengalaman sehari hari.

    (ii) Tahap kegiatan inti ( 50 menit )

    - Guru membagikan kartu

    - Siswa menempelkan kartu dipapan tulis

    - Guru dan siswa membahas materi

    - Siswa melakukan diskusi

    - Siswa menyampaikan atau menulskan hasil diskusi

    - Siswa ikut berpartisipasi dalam menyimpulkan

    materi

    - Siwa melakukan kegiatan mencari pasangan yang

    cocok dengan kartu yang dibawanya.

    (iii)Tahap penutup ( 10 menit )

    - Siswa menjawab pertanyaan dari soal yang

    disediakan.

    - Mengadakan tindak lanjutdengan memberi tugas

    rumah.

  • xxxi

    3). Mempersiapakan fasilitas dan sarana pendukung

    i.Sarana yang dipersiapkan adalah kartu kartu yang bertuliskan

    ibu kota provinsi dan kota kota yang ada di Indonesia.

    ii.Lembar kerja siswa.

    4). Mempersiapkan lembar observasi.

    Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati segala

    aktifitas selama pelaksanaan pembelajaranberupa blangko

    pengamatan yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan

    siswa dan guru.

    b. Pelaksanaan tindakan

    Pelaksanaan tindakan pada pertemuan siklus 2 diawali dengan

    membagikan kartu kartu pada siswa. Pada kesempatan tersebut guru

    memberikan kesempatan pada siswa untuk menempelkan kartu kartu

    tersebut sesuai wilayah waktunya. Misalnya , siswa yang memegang kartu

    bertuliskan Kendari maka kartu tersebut ditempelkan pada kolom

    WITA. Untuk lebih mendalami materi selanjutnya diadakan diskusi dan

    Tanya jawab serta kegiatan mencari pasangan yang dilakukan diluar kelas.

    c. Observasi Interpretasi

    Hasil observasi terhadap pelaksanaan siklus 2 dapat dijelaskan sebagai

    berikut :

    1) Dengan kegiatan menempelkan kartu kartu dipapan tulis

    sesuai wilayah waktunya, maka siswa lebih memahami materi

    dengan baik, dengan begitu saat melakukan diskusi dapat berjalan

    dengan baik dan lancar. Siswa dapat menghitung perbedaan waktu

    disetiap daerah dengan cepat dan lancar.

    2) Karena siswa sudah lebih memahami kota kota yang termasuk

    WIB, WITA dan WIT, maka saat melakukan kegitan mencari

    pasangan yang cocok sudah berjalan dengan lancar dan tertib.

  • xxxii

    3) Perlu adanya penambahan waktu untuk kegiatan diskusi , hal ini

    karena materi untuk diskusi cukup sulit sehingga kalau hanya

    disediakan waktu 10 menit masih kurang.

    4) Keaktifan siswa sangat mendominasi hal ini terlihat dari setiap

    kegiatan selalu melibatkan siswa, dengan begitu siswa Nampak

    antusias dalam mengikuti pebelajaran.

    5) Adanya kegiatan tanya jawab dan mencongak yang banyak,

    sehingga siswa benar benar memahami materi.

    Berikut adalah hasil tes proses ( mencari pasangan ) pada siklus 2

    No Nilai Tes Proses No Nilai Tes Proses No Nilai Tes Proses

    1 89 11 90 21 75

    2 90 12 85 22 85

    3 80 13 90 23 86

    4 82 14 92 24 95

    5 83 15 87 25 72

    6 80 16 75 26 95

    7 85 16 76 27 95

    8 55 17 80 28 75

    9 60 18 83

    10 75 19 72

    Dari data diatas dengan responden sebanyak 28 siswa, maka test proses

    ( mencari pasangan ) diperoleh nilai tertinggi 95, terendah 55, dan rata rata

    81,67.

    Dengan begitu ada dua anak yang belum tuntas pada pelaksanaan tes proses ini

    yaitu absen no 8 dan no 9. Tes proses dilaksanakan setelah siswa melakukan

    kegiatan diskusi dan pembahasan yaitu pada kegiatan inti 3. Adapun tes hasil

    belajar ( tes akhir ) dilakuakn pada kegiatan akhir setelah siswa dan guru membuat

  • xxxiii

    kesimpulan materi. Beikut adalah perbandingan nilai hasil belajar pada nilai awal,

    nilai siklus 1, dan nilai siklus 2.

    Nomor

    Urut Induk Nama siswa

    Nilai

    awal

    Nilai

    siklus 1

    Nilai siklus

    2

    1 773 Eko jarianto 40 40 90

    2 784 Hardono 40 60 90

    3 797 Agil Agustian 50 60 70

    4 806 Maya Prahastri 50 60 80

    5 807 Mila Febri Diana 50 60 90

    6 816 Sigit Nur Husen 50 60 70

    7 817 Tri Utami 60 100 100

    8 818 Tria Adi Setiawan 40 40 40

    9 828 Devi Ambar Sari 50 80 60

    10 833 Andrey Setiawan 60 60 70

    11 834 Aldi Setiawan 70 60 90

    12 835 Ambar Tri Cahyaningsih 70 80 90

    13 839 Muh. Ihsan Alim 60 60 90

    14 840 Muh. Saiburrozak 70 60 90

    15 842 Nur Fitrianingsih 80 80 80

    16 844 Putri Rahma Dhani 70 100 80

    17 845 Ratna Yulianti 60 80 80

    18 890 Amita Ika Suryani 50 80 80

    19 891 Mikael Fandovi T D 50 60 80

    20 894 Puji Teguh Prasetyo 50 40 70

    21 897 Arga Wida Prasetyo 60 80 80

    22 940 Iwan Ismanto 50 60 100

    23 944 Ratnasari 70 80 80

    24 948 Mawar Ida Shonia 80 100 100

    25 988 Febri Dwi Nugroho 40 60 90

    26 1.016 Bergas Hadi Wicaksono 80 100 100

  • xxxiv

    27 1.017 Mohamad Fajrain 80 100 100

    28 1.019 Teguh Raharjo 40 40 80

    Jumlah 1.610 1.940 2.320

    Rata - rata 57,5 69,28 82,85

    Berdasarkan data diatas ( nilai siklus 2 ) yang memperoleh nilai 80 s/d 100

    ada 22 siswa, 60 s/d 79 ada 5 siswa, dan 0 s/d 59 ada 1 siswa.

    Rata rata nilai 82,85. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai 92,85 %.

    Dengan demikian sudah bisa dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran sudah

    berjalan dengan lancar dan berhasil dengan sangat baik.

    e. Refleksi

    (1) Dari hasil observasi diatas kaitannya dengan pemahaman siswa

    tentang pembagian wilayah waktu masih ada 2 ( 7 % ) siswa yang

    belum tuntas, namun rata rata nilai yang diperoleh sudah

    melampoi dari KKM yang ditetapkan.

    (2) Pemahaman siswa tentang kota kota yang termasuk WIB, WITA

    dan WIT sudah baik.

    (3) Perlu adanya bimbingan khusus bagi siswa yang belum tuntas,

    sehingga semua siswa memiliki pemahaman yang baik tentang

    pembagian wilayah waktu di Indonesia.

    (4) Waktu untuk kegiatan diskusi perlu ditambah agar siswa dapat

    mengerjakan tugas dengan baik.

    f. Identifikasi kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan

    pembelajaran untuk siklus 2.

    Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisa hasil

    belajar siswa, ditemukan beberapa kendala dan masalah sebagai

    berikut ;

  • xxxv

    1) Adanya beberapa anak yang sulit menerima pelajaran dikarenakan

    lamban berfikir. Hal itu dialami oleh anak yang bernama Tria Adi

    Setiawan ( no absen 8 ) dan Devi Ambar Sari ( no absen 9 ). Kedua

    anak tersebut memiliki IQ yang tergolong rendah sehingga pada

    proses penilaian hasil belajar belum tuntas. Hal tersebut

    mengakibatkan belum tercapainya ketuntasan belajar hingga 100

    %.

    2) Pada anak Tria Adi Setiawan mengalami kesulitan dalam

    menjelaskan cara pembagian wilayah waktu di Indonesia dan

    mengelompokkan wilayah wilayah atau kota kota yang

    termasuk WIB, WTA dan WIT.

    3) Pada anak Devi Ambar Sari sebenarnya dapat menjelaskan cara

    pembagian wilayah waktu di Indonesia meski agak lambat, namun

    karena anak tersebut mengalami kesulitan dalam mengelompokkan

    wilayah wilayah atau kota kota yang termasuk WIB, WITA dan

    WIT maka mengalami hambatan dalam menghitung perbedaan

    antar daerah waktunya.

    4) Kedua anak tersebut selain memiliki IQ yang tergolong rendah

    juga motifasi belajarnya juga kurang, pasif dan pikirannya sering

    tidak konsentrasi.

    5) Sifat materi pelajaran yang abstrak agak lama diterima oleh anak.

    g. Rancangan strategi penyelesaian masalah dan langkah langkah

    implementasi strategi penyelesaian masalah dalam siklus 2.

    Rancangan strategi penyelesain masalah dalam siklus 2 ;

    (1) Memberikan bimbingan dengan sabar dan telaten .

    (2) Memperbanyak intensitas bermain mencari pasangan ( Make A

    Match ) di luar kelas agar anak tidak jenuh.

  • xxxvi

    (3) Memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak yang lambat

    berfikir untuk berlatih menyelesaikan soal di depan kelas.

    (4) Memberikan perhatian dan motivasi yang lebih pada anak yang

    memiliki IQ kurang.

    (5) Menkonkritkan pelajaran yang abstrak dengan membuat peraga

    yang menarik.

    (6) Menyiapkan soal soal latihan yang masih sulit dipahami siswa.

    Langkah langkah implementasi strategi penyelesaian masalah dalam

    siklus adalah ;

    (1) Menyiapkan kartu kartu yang menarik.

    (2) Anak tersebut diberi beberapa kartu yang bertuliskan kota kota

    yang ada di Indonesia.

    (3) Anak menempelkan kartu tersebut sesuai wilayah pembagian

    waktunya.

    (4) Sambil membimbing anak tersebut, juga diadakan tanya jawab dan

    mencongak.

    (5) Melatih siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas.

    (6) Melakukan kegiatan bermain mencari pasangan diluar kelas.

    (7) Memberikan soal latihan yang masih sulit dipahami siswa.

    B. Pembahasan

    Dengan menggunaan pembelajaran kooperatif model Make - A

    Match dapat mengotimalkan pembelajaran IPS kususnya dalam pemahaman

    pembagian daerah waktu di Indonesia sehingga hasil belajar siswa tercapai

    dengan baik.

  • xxxvii

    Dari data yang diperolah yaitu pada rata rata nilai awal sebesar 57,5

    sedangkan pada siklus 1 meningkat menjadi 68,57 . Untuk siklus 2 terjadi

    peningkatan yang cukup tinggi yakni dari rata rata nilai awal 57,5 menjadi 82,85

    yang berarti terjadi peningkatan rata rata nilai sebesar 15,35.

    Pada siklus 1, anak melakukan kegiatan diskusi dan pembaahasan serta

    bermain mencari pasangan yang dilakukan diluar kelas. Kegiatan ini cukup

    member semangat dan motifasi pada siswa untuk belajar, sehingga nilai hasil

    belajar lebih baik dibandingkan dengan pada saat sebelum melakukan kegiatan

    tersebut diatas.

    Pada siklus 2 , dillakukan kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa

    diantaranya : 1) siswa menempelkan kartu yang dibawa sesuai pasangannya ,

    dilanjutkan pembahasan dan Tanya jawab. 2) melakukan diskusi dan presentasi.

    3) bermain mencari pasangan yang dilakukan diluar kelas. Dari kegiatan tersebut

    ternyata hanya ada dua siswa yang belum tuntas dari KKM yang ditetapkan yakni

    62, kedua siswa tersebut baru memperoleh nilai 50 dan 60.

    Peningkatan hasil belajar diatas dapat dijadikan semangat bagi siswa untuk

    lebih giat lagi belajar. Selain itu dengan penerapan pembelajaran kooperatif model

    Make - A Match dapat dikatakan sangat mendukung kegiatan pembelajaran IPS

    utamanya tentang pemahaman pembagian daerah waktu di Indonesia dan dapat

    dijadikan acuan untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih menyenangkan

    siswa supaya siswa tidak bosan serta tidak merasa kesulitan dalam memahami

    materi tersebut.

    Jadi dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman

    tentang pembagian daerah waktu di Indonesia pada siswa kelas V SD N 2

    Karanggeneng Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010 dengan ditandai

    meningkatnya perolehan nilai hasil belajar anak baik pada siklus 1 maupun siklus

    2 serta anak lebih semangat dan termotifasi untuk belajar.

  • xxxviii

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dengan judul

    PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU DI

    INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL

    MAKE- A MATCH PADA SISWAKELAS V SDN 2 KARANGGENENG

    BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 adalah terjadinya

    peningkatan pemahaman siswa tentang pembagian wilayah waktu Indonesia pada

    siswa kelas V SD N 2 Karanggeneng Boyolali tahunpelajaran 2009 / 2010

    dengan ditandai naiknya rata rata nilai menjadi 82,85 yang berarti mengalami

    kenaikan sebesar 15,35 dari nilai awal yang baru tercapai rata rata 57,5.

  • xxxix

    Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini berjalan dengan baik, lancar dan

    berhasildengan baik.

    B. Saran

    Dengan melakukan penelitian ini, peneliti mempunyai saran berikut

    1. Guru hendaknya menerapkan model model pembelajaran guna

    meningkatkan kemampuan siswa baikl dari aspek kognitif, afektif

    dan psikomotorik sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan

    kreatifitas siswa. Selainitu dapat menumbuhkan kerja sama dan

    memupuk rasa social

    2. Guru hendaknya meningkatkan profesionalnya dengan melakukan

    penelitian. Dengan begitu memperbaiki proses pembelajaran yang

    akan datang.

    3. Guru hendaknya selalu mengadakan inovasi pembelajaran yang

    lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan siswa.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dimyati , Mudjiono . (2005). Belajar dan Pembelajaran .

    Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .

    Penerbit Rineka Cipta

    Depdiknas , (2004). Assesmen Pembelajaran SD.

    Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

    Departemen Pendidikan Nasional.

    Joya dan Weil . (1986) . Strategi Pembelajaran .

    Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

    Departemen Pendidikan Nasional.

  • xl

    Hidayati dkk . (2008) . Pengembangan Pendidikan IPS SD .

    Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

    Departemen Pendidikan Nasional .

    Dimyati dan Mudjiono, (1999).Belajar dan Pembelajaran.

    Jakarta : Rineka Cipta

    Soli Abimanyu, (2008). Strategi Pembelajaran.

    Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

    Udin S. Winataputra,(1997).Strategi Pembelajaran.

    Jakarta: Depdikbud

    Kamus Besar Bahasa Indonesia . (1980).