Author
letram
View
260
Download
6
Embed Size (px)
i
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU DI
INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE-
A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN 2 KARANGGENENG BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
OLEH
SUPRAPTI
NIM X8906532
.
PROGRAM STUDI PJJ S1 PGSD
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
JULI 2009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN TIDAKAN KELAS
1 Judul penelitian Peningkatan Pemahaman Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match
2 a. mata pelajaran b. bidang kajian
Ilmu pengetahuan Sosial Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match
3 Ketua Peneliti a. Nama lengkap dan gelar b. Jenis Kelamin c. Pangkat Golongan NIP / NIK d. Program studi / jurusan e. Fakultas f. Universitas g. Alamat rumah Nomor Tlp / Hp
Suprapti, A.Ma.Pd Perempuan Penata TK I , III c 19730220 199703 2 003 PJJ S1. PGSD / Ilmu Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta BSP 2 Rt 1 / Rw XI Karanggeneng Boyolali (0276) 3293615 / 085647468444
4 Nama Anggota Peneliti Wiwik Sri Wiyanti, S.Pd 5 Lama Penelitian 6 bulan / dari bulan Juli sampai dengan bulan
Desember 2009 6 Biaya yang diperlukan :
a. Sumber dari Dikjen Dikti b. Sumber Lain , sebutkan
Rp. . Rp. ..
Mengetahui Kepala SDN 2 Karanggeneng Peneliti Drs. Sriyanto Supapti NIP.1961 0406 197911 1 001 NIM.X8906532
Mengetahui PD 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof.Dr.rer.nat.Sajidan,M.Si NIP.1966 0415 199103 1 002
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Usulan Penelitian Tindakan Kelas Dengan Judul Peningkatan Pemahaman
Pembagian Wilyah Waktu di Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model
Make A Match Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karanggeneng Boyolali Tahun
Pelajaran 2009 / 2010.
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing Guru Pembimbing
Dra. Lis Lestari,M.Pd. Wiwik Sri Wiyanti, S.Pd
NIP.19540327198103 2 001 NIP. 19590419198304 2 002
iv
ABSTRAK
Suprapti: X8906532. PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN
WILAYAH WAKTU DI INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL MAKE- A MATCH PADA SISWA KELAS V SDN 2
KARANGGENENG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010.
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsi
kan Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match dalam meningkatkan
pemahaman pembagian wilayah waktu di Indonesia pada siswa kelas V SDN 2
Karanggeneng Boyolali, serta untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran
melalui pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V di SDN 2 Karanggeneng
Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010. Penelitian ini mulai dari tahap persiapan
hingga pelaporan hasil pengembangan dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juli
hingga bulan Desember 2009. Adapun rancangan tiap siklus meliputi :
1) Tahap perencanaan, mencakup kegiatan merancang scenario
pembelajaran , menyusun rencana pembelajaran, membuat media
pembelajaran, dan melakukan simulasi pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan.
3) Tahap observasi dan,
4) Tahap evaluasi ( analisis dan refleksi ).
Hasil penelitian ini terjadi peningkatan pemahaman tentang pembagian
wilayah waktu di Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Karanggeneng Boyolali
tahun pelajaran 2009 / 2010 dengan ditandai naiknya rata-rata nilai siswa. Pada
siklus 1 rata-rata nilai meningkat menjadi 68,5 dari nilai awal sebesar 57,5.
Sedangkan pada siklus 2 terjadi peningkatan yang cukup tinggi yakni dari rata-
rata nilai awal 57,5 menjadi 82,85 yang berarti terjadi peningkatan rata-rata nilai
sebesar 15,35 dan pada siklus ini ketuntasan klasikal sudah tercapai 92,85%.
v
Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini berjalan dengan lancar
dan berhasil dengan baik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat , topic dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun
Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan baik dan lancar.
Adapun tujuan dari penulis laporan PTK ini adalah untuk memenuhi mata
kuliah e-TA pada semester VI program PJJ S1 PGSD UNS Surakarta.
Penyusunan laporan PTK ini tidak terlepas dari pihak pihak yang mendukung
kami. Oleh karena itu , penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.Hadi Mulyono selaku ketua Program PJJ PGSD UNS Surakarta.
2. Drs.Sukarno,M.Pd selaku Penasehat Akademis (PA) penulis.
3. Drs.Hasan Mahfud,M.Pd selaku Dosen PengampuMata Kuliah e-TA kelas
Boyolali.
4. Dra.Lies Lestari,M.Pd selaku Dosen Pembimbing.
5. Semua anggota keluarga yang telah memberikan dukungan .
6. Teman teman mahasiswa kelas VI B dari Kabupaten Boyolali.
7. Keluarga Besar SDN 2 Karanggeneng Boyolali.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PTK ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu, penuls mengharapkan kritik, saran dan
bimbingan demi perbaikan dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan Pembaca pada umumnya.
Boyolali , Juli 2009
vi
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .... ........... i
HALAMAN PENGESAHAN .................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................ iii
ABSTRAK .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ............ 2
C. Tujuan Penelitian .............................................. 3
D. Manfaat Hasil Penelitian .................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...................................................... 5
B. Kerangka Berfiikir ............................................ 9
C. Hipotesis Tindakan .......................................... 9
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................ 10
B. Subjek Penelitian ............................................... 10
C. Prosedur Penelitian ............................................ 10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I .................... 16
vii
2. Siklus II ...... 21
B. Pembahasan .... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 30
B. Saran .. 30
DAFTAR PUSTAKA ........................ 31
LAMPIRAN
A. Perangkat Pembelajaran.................................... 32
B. Instrumen Penelitian.......................................... 48
C. Personalia Peneliti 57
D. Curriculum Vitae Peneliti 57
E. Data Penelitian.. 58
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia
sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yakni mencerdaskan kehidupan
kehidupan bangsa , maka peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama
pebangunan nasional.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya , yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berbudi pekerti luhur , memiliki
pengetahuan dan ketrampilan , sehat jasmani dan rohani , kepribadian yang
mantap dan memiliki kemandirian dan tanggun jawab kemsyarakatan dan
kebangsaan .
Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional maka pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) di sekolah dasar mempunyai tujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan untuk : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) Memiliki kemampuan
dasar untuk berfikir logis dan kritis , rasa ingin tahu , inkuiri, memecahkan
masalah , dan ketrampilan dalam kehidupan social, 3) Memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan
berkomunijkasi , bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakatyang majemuk
, ditingkat lokal , nasional, dan global, hal ini tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan .
Berdasarkan kurikulum dan rambu-rambu yang ada maka dalam prioritas
belajar mengajar harus diciptakan suatu kondisi pembelajaran yang aktif ,
kreatif dan efektif serta melibatkan aspek kognitif , afektif , dan psikomotorik
sehingga kemampuan pemahaman siswa meningkat.
Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang dilakukan
antara guru dan peserta didik siswa dalam situasi pengajaran untuk mencapai
tujuan yang diinginkan . Namun dalam mewujudkan tujuan tersebut peneliti
menghadapi satu masalah pembelajaran pada siswa kelas V SDN 2
ix
Karanggeneng . Pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS khususnya konsep
pembagian wilayah . waktu di Indonesia masih rendah . Hal ini terlihat dari hasil
pekerjaan siswa atau hasil belajar siswa yang semuanya belum tuntas dari
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu 62nilai yang diperoleh siswa
rata-rata baru berkisar 56 . Setelah dicermati ternyata siswa masih kurang
mandiri dan kurang bekerjasama dalam belajar . Siswa cenderung pasif hanya
duduk , dengar dan catat. Siswa hanya menjadi obyek pembelajaran ( teacher
centered ) proses pembelajaran hanya bersifat hafalan semata.,kurang
semangat dalam belajar .Pola interaksi yang digunakan masih searah , dan
metode yang digunakan kebanyakan ceramah . Dengan demikian konep yang
diterima anak akan mudah hialang dari memori siswa .
Untuk itu agar suatu konsep dapat tertanam lebih lama dan dapat
diterapkan oleh siswa , maka guru perlu merancang atau mendesainer model
pembelajaran yang inovatif . Upaya untuk peningkatan kualitas proses
pembelajaran merupakan suatu kebutuhan yang mrndesak untuk dilakukan.untuk
itu peneliti memilih salah satu model pembelajaran Kooperatif Make-A Match.
Model Make-A Match merupakan bagian dari pembelajaran Cooperative
Learning berangkat dari dasar pemikiran Geeting better together yang
mengandung pengertian bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan
bersama. Model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses
pembelajaran berdasarkan prinsip bekerjasama adalah model Make-A Match
masih jarang digunakan di sekolah dasar. Selama ini.belum ada uaya
peningkatan prose pembelajaran yang bermakna bagi siswa .
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti berupaya untuk mengadakan
perbaikan dalam proses pembelajaran dengan mengadakan penelitian dengan
judul Peningkatan Pemahaman Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia
Melalui pemebelajaran Kooperatif Model Make-A Match pada Siswa Kelas V
SDN 2 Karanggeneng Boyolali Tahun pelajaran 2009 / 2010 .
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
Perumusan masalah yang diambil penulis adalah :
1. Bagaimana Penerpann Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match
dalam meningkatkan pemahaman pembagian wilayah waktu di Indonesia
pada siswa kelas V SDN 2 Karangeneng ?
x
2. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif model Make A Match dapat
meningkatkan pemahaman pembagian wiyah waktu di Indonesia pada
siswa kelas V SDN2 Karanggeneng Boyolali?
Cara pemecahan dari permasalahan tersebut adalah :
1. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Model Make-A match tentang
pembagian daerah waktu Indonesia yang baik dikelas V SDN 2
Karanggeneng Boyolali.
2. Menerapkan pembelajaran kooperatif model Make-A match tentang
pembagian daerah waktu Indonesia dengan baik diklelas V SDN 2
Karanggeneng Boyolali.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan pembeljaran kooperatif model Make A Match
dalam meningkatkan pemahaman pembagian wilayah waktu di Indonesia
pada siswa kelas V SDN2 Karanggeneng Boyolali.
2. Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran melalui pembelajran
Kooperatif Model Make A Match .
D. Manfaat Hasil Penellitian
Secara teori yang ada penggunaan Pemebelajaran Kooperatif model
Make A Match dapat meningkatkan pemahaman siswa karena penggunaan
model tersebut melalui prosedur yang sistematif dan terencana. Dalam model
tersebut selalu melibatkan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif , afektif ,
maupun psikomotorik , sehingga pemahaman siswa dapat dikembangkan secara
optimal .
Selain manfaat diatas , penggunaan pembelajaran kooperatif model
Make-a match bagi kelas V SDN 2 Karanggeneng secara praktis mempunyai
manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari
b. Tumbuhnya motifasi siswa dalam proses pembelajaran
xi
c. Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar
d. Meningkatnya kerja sama dan memupuk rasa sosial
2. Bagi guru :
a. Mengetahui strategi pembelajaran untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran IPS .
b. Diperolehnya model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran
IPS kelas V.
c. Diperolehnya media pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
IPS.
d. Meningkatnya kreatifitas Guru.
e. Bertambahnya pengetahuan dan wawasan
3. Bagi sekolah :
a. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah
b. Menumbuhkan motifasi guru-guru yang ada disekolah tersebut dalam
mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu.
xii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pemahaman konsep Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia.
a. Pengertian pemahaman .
Pemahaman mencakup menangkap arti dari makna tentang hal
yang dipelajari . Menurut Bloom dkk, seperti yang dikutip dalam buku
Belajar dan Pembelajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (
Dimyati dan Mudjiono ) bahawa pemahaman diartikan sebagai
kemampuan menterjemahkan , menafsirkan , memperkirakan ,
memahami isi pokok , mengartikan table , dan sebagainya. Sedangkan
menurut (Depdiknas , 2004 ) dalam buku Assesmen Pembelajaran SD
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa pemahaman adalah pengertian terhadap
hubungan antar konsep antar data-data , hubungan sebab akibat dan
penarikan kesimpulan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
adalah suatu kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat
memahami atau mengerti apa yang diajarkan , mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya.
b. Konsep pembagian wilayah waktu di Indonesia.
Dalam kurikulum sekolah dasar salah satu program pengajarannya
adalah mata pelajaran IPS , fungsinya untuk mengembangkan
pengetahuan , nilai , sikap , dan ketrampilan siswa tentang masyarakat
, bangsa , dan negara.Indonesia ( Puslitbang Depdiknas 2003 : 2 ).
Konsep pembagian wilayah waktu di Indonesia merupakan bagian dari
mata pelajaran IPS KD . 1.3. pembagian wilayah waktu di Indoneaia
didasarkan pada perhitungan atas dasar letak wilayah dalam garis bujur
xiii
timur yang dibagi dengan 15 . Karena wilayahnya yang sangat luas
beberapa daerah di Indonesia berada di daerah waktu yang berbeda .
Dengan wilayah yang panjangnya membentang sejauh 46 , Indonesia
dibagi menjadi tiga daerah waktu ( 46 : 15 = 3 ) Asyari, dan dkk
dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial SD 2007 : 63 .
Dari uraian diatas dapat diperoleh pengertian bahwa pemahaman
pembagian wilayah waktu di Indonesia adalah kemampuan siswa
dalam memahami atau mengerti tentang pembagian wilayah waktu di
Indonesia dan mampu mengkomunikasikan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match
a. Pengertian Pembelajaran.
Menurut Sadiman 1988 dalam Depdiknas ( 2003 : 8 )
menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan pedoman kata dari
istilah instruction , yang artinya lebih luas dari pengajaran atau
proses penyampaian materi pelajaran kepada siswa di sekolah .
Sejalan dengan pendapat diatas Asra Dewi Cepi 2007 : 55
dalam bukunya yang berjudul Komputer dan Media Pembelajaran
di SD menyatakan bahwa pembelajaran diartikan sebagai suatu
kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan
suatu kegiatan bekerja.
Pembelajaran adalah suatu system atau proses
membelajarkan subyek didik / pembelajar yang direncanakan atau
didesain , dilaksanakan , dan dievaluasi secara sistematis agar
subyek didik / pembelajar dapat mencapai signal-signal
pembelajaran secara efektif dan efisien . Selanjutnya Dimyati 1999
: 297 , pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desai instrusional untuk membuat siswa belajar secara aktif , yang
xiv
menekankan pada penyediaan sumber belajar . Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dan siswa yang telah
direncanakan atau didesain agar dilaksanakan dan di evaluasi agar
guru dan siswa dapat mencapai tujuan dengan maksimal.
b. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Etin Solihatin dan Raharjo ( 2007 : 4-5 ) dalam bukunya
yang berjudul Cooperative Learning mengutip dua pendapat ahli
tentang Cooperative Learning yaitu : menurut Slavin ( 1984 )
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen dan Stahl ( 1994 ) bahwa
mosel Cooperative Learning menampilkan siswa dalam mencapai
suatu hasil yang ptimal dalam belajar .
Sependapat dengan itu menurut Slavin dalam bukunya
Dimyati ( 1990 : 234 ) dikatakan bahwa Cooperative Learning
mempuyai tiga karakteristik Yaitu : 1) Siswa bekerja dalam tim-
tim kecil; 2) Siswa didorong untuk saling membantu dalam
mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan
tugas kelompok, dan; 3) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas
dasar prestasi.
Berkaitan dengan pendapat diatas Etin Solihatin dan
Raharjo, 2007 : 5 dalam bukunya Cooperative Learning
menyatakan bahwa model Cooperative Learning ,merupakan
miniature masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan dikelas
yang akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih
mereka menjadi masyarakat yang baik.
xv
Dari pandangan ahli-ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari dua
orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
c. Pengertian Model Pembelajaran
Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan dalam
melakukan sesuatu kegiatan . Menurut Depdiknas ( 2003 : 10-11 )
dalam model pembelajaran Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
Model dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan ( replica ) dari
benda yang sesungguhnya , model ditafsirkan sebagai suatu contoh
konseptual atau procedural dari suatu program , system , atau
proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam rangka
memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan , sebagai
contoh model persiapan mengajar atau model pembelajaran .
Sedang menurut Joya dan Weil ( 1986 ) Model
Pembelajaran adlah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktifitas pembelajaran.
Dari pandangan diatas dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi
sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran.
d. Model Make-A Match ( Mencari Pasangan )
xvi
Model Make-A Match adalah suatu tekhnik yang digunakan
untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang harus
ditemukan siswa . Menurut Lorna Curran ( 1994 ) Make-A Match
adalah salah satu alternative yang dapat diterapkan pada siswa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Make-A Match adalah suatu tehnik guna
meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas dengan
cara siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan .
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian kajian pustaka kerangka berfikir penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut ,
Siswa : Pemahaman
siswa masih rendah
Siklus I : Kooperatif
model make a
match dilengkapi
dengan alat peraga
Siklus II :
Kooperatif Model
Make A -Match
dilengkapi dengan
alat peraga yang
berfariasi dan lebih
menarik.
Kondisi Awal Guru : belum menerapkan
pembelajarankooperatif
model make a - match
Tindakan
Pelaksanaan : Menerapkan
pembelajaran kooperatif
model make a - match
Kondisi Akhir Pemahaman siswa
meningkat
xvii
C. Hipotesis Tindakan
Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Make-A Match dapat
meningkatkan pemahaman tentang pembagian wilayah waktu di Indonesia pada
siswa kelas V SDN 2 Karanggeneng Boyolali Tahun pelajaran 2009 / 2010.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian ( setting )
Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Karanggeneng Boyolali , di Sekolah ini pada
kelas V ada satu kelas . Di kelas ini ada sarana penunjang pembelajaran IPS
khususnya tentang pembagian daerah waktu Indonesia yang tersedia adalah globe
, Peta , Atlas , buku LKS IPS , dan buku IPS kelas V penerbit pusat perbukuan.
Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 6 bulan , mulai bulan Juli hingga bulan Desember 2009.
B. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan dalam penelitian ini
yang menjadi subyek adalh siswa kelas V SDN 2 Karanggeneng Boyolali tahun
2009 / 2010 . Di kelas ini masing masing mendapat pinjaman sebuah buku
pelajaran IPS terbitan Pusat Perbukuan tahun 2008. Adapun jumlah siswa kelas V
adalah 28 , sehingga merupakan kelas sedang.
Obyek peneltian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif model
Make-A Match untuk meningkatkan pemahaman tentang pembagian wilayah
waktu di Indonesia.
Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Analisis data
dengan penelitian kualitatif yaitu berupa uraian uraian tentang kemajuan belajar
siswa dalam mengikuti pembelajaran dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran.
xviii
C. Prosedur Penelitian
a. Rancangan Siklus I
1) Tahap perencanaan mencakup kegiatan :
a) Merancang scenario pembelajaran tentang pembagian
wilayah waktu Indosia melalui model pembelajaran
kooperatife make-a match , yakni dengan langkah
langkah :
i. Guru memberikan apersepsi dengan menggali
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari
yang berkesan.
ii. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topic yang cocok untuk
sesi review, satu bagian kartu soal , dan bagian
lainnya kartu jawaban .
iii. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/ jawaban .
iv. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu
yang dipegang
v. Tiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu
yang bertuliskan WIB akan berpasangan dengan
nama propinsi atau pulau Sumatra
vi. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin .
vii. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya
dengan kartu temannya akan mendapatkan
hukuman ,yang telah disepakati bersama.
viii. Setelah satu babak , kartu dikocok lagi agar tiap
siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya , demikian seterusnya .
xix
ix. Siswa juga _cen bergabung dengan 2 atau 3
siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok
x. Guru bersama-sama dengan siswa membuat
simpulan terhadap materi pelajaran
xi. Mengevaluasi danmenganalisis hasil kerjasama
siswasebagi bahan pertimbangan tingkat
keberhasilan siklus I.
b) Menyusun rencana pembelajaran .
c) Membuat media pembelajaran berupa kartu yang
bertulis nama- nama pulau atau propnsi , kota, dan
pembagian daerah waktu.
d) Melakukan simulasi pembelajaran tentang pembagian
daerah waktu Indonesia dengan pembelajaran
kooperatif model Make-a match 7 fase.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan , dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran yang dalam satu siklus ada satu kali tatap
muka, yakni 2X35 menit sesuai _cenario pembelajaran dan
RP pada siswa . Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan
oleh guru kelas , sedangkan kolaborator melakukan
observasi terhadap proses pembelajarandan wawancara
kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.
3) Tahap observasi
Pada tahap observasi yang dilakukan adalah (a) Peneliti
mengamati proses pembelajaran ( aktifitas guru dan siswa ).
(b) Peneliti mengobservasi pada poin-poin dalam pedoman
yang telah disiapkan. (c) Peneliti melakukan wawancara
dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa
perlu ditanyakan pada siswa guna mendapatkan data yang
lebih lengkap.
4) Tahap evaluasi ( analisis dan refleksi )
xx
Pada tahap ini dilakukan dengan cara menganalisis hasil
pekerjaan siswa hasil observasi, dan hasil wawancara.
Berdasarkan analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan
bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target.
Setelah tindakan diatas apabila semua siswa belum aktif
terlibat , belum ada kerjasama yang kompak , dan siswa
belum maksimal dalam melakukan simulasi , maka
dilakukan siklus II.
b. Rancangan siklus II
1) Tahap perencanaan .
a) Merancang scenario pembelajaran tentang pembagian
daerah waktu Indonesia dengan lankah-langkah
pembelajaran kooperatif tekhnik model Make-a Match.
b) Membuat rencana pembelajaran .
c) Membuat dan menyiapkan media pembelajaran berupa
kartu yang bertuliskan nama pulau , propinsi , kota ,
pembagian daerah waktu , peta , globe dan atlas.
d) Melakukan simulasi pembelajaran tentang pembagian
daerah waktu Indonesia.
2) Tahap pelaksanaan
Pada tahp pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran dua kali tatap muka ,yang masing-masing 2
X 35 menit . Pada siklus II ini pembelajaran juga dilakukan
oleh guru kelasa, sedangkan kolaborator mengadakan
observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara
pada siswa setelah pembelajaran berakhir.
3) Tahap observasi.
Sama seperti pada siklus I , pada siklus II ini yang
dilakukan adalah mengamati proses pembelajaran,
xxi
observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang
telah disiapkan peneliti.
4) Tahap analisis dan refleksi
Pada tahap analisis melakukan analisa terhadap hasil
pekerjaan siswa , hasil observasi dan wawancara.
Pada tahap refleksi yang dilakukan adalah mengadakan
penilaian secara menyeluruh terhadap proses pembelajaran .
Setelah siklus II tampak banyak perubahan diantaranya :
hasil pekerjaan siswa meningkat , semua siswa sudah
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran , sudah ada
kerja sam yang baik dan kompak , pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari sudah meningkat, siswa
dalam melakukan simulasi sudah terampil , dan uru dapat
memberikan bimbingan serta arahan dengan tepat . bila
dalam kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik dan
lancar maka penelitian ini biasa dikatakan berhasil dengan
baik.
c. Indikator
1) 75 siswa dapat menunjukkan keaktifan dalam proses
pembelajaran.
2) 75 siswa dapat menemukan pecahan masalah suatu
konsep pembelajaran dan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi siswa.
3) 75 siswa dapat mencapai criteria ketuntasan minimum (
KKM ) yang telah ditentukan yaitu 62.
xxii
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
Siklus I
Siklus II
refleksi
observasi
rencana
tindakan pelaksanaan
tindakan
refleksi
observasi rencana
tindakan
pelaksanaan
tindakan
xxiii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus 1
Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus 1
Tempat pelaksanaan PTK : SD N 2 Karanggeneng Boyolali
Hari / Tanggal : Kamis, 3 September 2009
Pukul : 07.00 08.10
Jumlah siswa : 28 orang
Hasil pelaksanaan kegiatan meliputi :
a. Perencanaan
i) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) pada siklus I
dirancang dengan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35
menit. Perancangan RPP mencakup penentuan : SK , KD , Materi ,
Tujuan pembelajaran , dampak pengiring , scenario pembelajaran ,
media / sumber belajar , dan system penilaian .
ii) Langkah langkah atau scenario pembelajaran pada siklus I mencakup
kegiatan kegiatan :
(1) Tahap pendahuluan ( 10 menit )
Guru memasuki kelas , mengabsen , memimpin doa, dan
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran.
xxiv
Guru mrngadakan kegiatan apersepsi yang meliputi :
menarik perhatian , member motivasi ,dan memberikan
acuan.
(2) Tahap kegiatan inti ( 50 menit )
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Siswa melaksanakan diskusi
Siswa membacakan atau menyampaikan hasil diskusi
Siswa ikut berpartisipasi dalam menyimpulkan materi
Siswa melakukan kegiatan mencari pasangan yang cocok
dengan kartu yang dibawanya.
(3) Tahap penutup ( 10 menit )
Siswa menjawab pertanyaan dari soal yang disediakan
Mengadakan tindak lanjut dengan member tugas rumah.
iii) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
(1) Sarana yang dipersiapkan adalah : peta Indonesia ,globe, dan kartu
yang bertuliskan nama kota / provinsi.
(2) Lembar kerja siswa.
iv) Mempersiapkan lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran berupa blangko pengamatan yang
berisi daftar isian yang mancakup kegiatan siswa dan guru.
b. Pelaksanaan tindakan
xxv
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan siklus I diawali dengan
menjelaskan pembagian wilayah waktu Indonesia dengan menggunakan
peta pembagian daerah waktu di dunia, peta Indonesia, globe, dan kartu
kartu kata. Pada kesempatan tersebut guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menunjukkan wilayah wilayah yang termasuk WIB, WITA,
dan WIT melalui peta, serta untuk menanyakan segala sesuatu yang belum
jelas.
c. Obsevasi interpretasi.
Hasil observasi terhadap siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut .
i) Secara umum siswa suadah memahami wilayah wilayah yang
termasuk WIB, WITA dan WIT, namun siswa dalam memahami atau
belum hafal ibu kota propinsi atau kota kota yang termasuk WIB,
WITA, dan WIT, sehingga saat disediakan lembar diskusi untuk
mengelompokkan propinsi propinsi yang termasuk WIB, WITA dan
WIT , siswa belum dapat melakukan dengan baik.
ii) Karena siswa belum hafal / memahami kota kota yang termasuk
WIB,WITA dan WIT , maka saat melakukan kegiatan mencari
pasangan yang cocok , siswa masih banyak mengalami kebingungan ,
misalnya siswa yang memegang kartu yang bertuliskan PADANG
masih bingung mau berpasangan dengan kartu WIB,WITA,atau WIT?
iii) Tidak berimbangnya antara beban materi dengan alokasi waktu yang
disediakan. Materi cukup banyak sedang alokasi waktu terbatas,
sehinga dalam pelaksanaanya terkesan dikejar waktu.
iv) Pada kegiatan diskusi , terjadi perpanjangan waktu yang cukup lama
dari waktu yang disediakan yakni 10 menit. Hal ini terjadi karena
siswa belum memahami kota kota atau prpinsi propinsi yang ada di
Indonesia.
Adapun hasil tes proses (mencari pasangan) pada siklus I adalah
sebagai berikut.
xxvi
No Tes proses No Tes proses No Tes proses
1 47 11 68 21 76
2 66 12 75 22 70
3 72 13 71 23 74
4 71 14 72 24 90
5 60 15 82 25 65
6 70 16 85 26 85
7 80 17 76 27 90
8 40 18 77 28 60
9 75 19 48
10 66 20 62
Dari data diatas dengan responden sebanyak 28 siswa, maka tes proses
( mencari pasangan ) diperoleh nilai tertinggi 90,terendah 40, dan rata
rata 70,46.
Tes proses dilaksanakan setelah siswa melakukan diskusi dan
pembahasan yakni pada kegiatan inti 2, sedangkan tes hasil belajar
dilakukan pada kegiatan akhir,dengan hasil nilai 80 s/d 100 ada 12
siswa, 60 s/d 79 ada 12 siswa, dan 0 s/d 59 ada 4 siswa, rata rata nilai
68,57 sedangkan ketuntasan klasikal baru tercapai 43%. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran belum berjalan
secara maksimal.
d Refleksi
xxvii
(1) Dari hasil observasi diatas kaitanya dengan pemahaman siswa
tentang pembagian wilayah waktu masih ada 57 % siswa yang
belum tuntas, meskipun rata rata nilai yang diperoleh sudah
melebihi KKM dari yang ditetapkan.
(2) Pemahaman siswa tentang kota kota yang termasuk
WIB,WITA,danWIT masih rendah .
(3) Pemahaman siswa tentang ibu kota propinsi perlu ditingkatkan,
sehingga siswa memiliki pemahaman yang baik tentang pembagian
wilayah waktu Indonesia.
(4) Waktu untuk kegiatan pembahasan tentang ibu kota propinsi perlu
ditambah.
e Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran
untuk siklus I.
Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisa hasil belajar
siswa, ditemukan beberapa kendala dan masalah sebagai berikut :
Kendala
(1) Alokasi yang disediakan masih kurang
(2) Tingkat kesulitan materi yang memerlukan pemahaman yang
cukup tinggi.
(3) Kemampuan awal siswa yang masih rendah.
(4) Adanya rehab gedung SD kami, anak terpaksa masuk secara
bergilir , sehinga jam pelajaran efektif sedikt berkurang.
Masalah.
(1) Semangat siswa dalam mengikuti pembelajran belum maksimal .
(2) Siswa kurang tertarik dengan alat peraga seperti globe dan peta.
xxviii
(3) Siswa masih kurang aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan guru.
(4) Siswa belum aktif menghafalkan / memahami ibu kota propinsi
yang ada di Indonesia.
(5) Semangat belajar siswa dirumah yang masih rendah.
(6) Pada guru, Tanya jawab( mencongak ) untuk menghafalkan kota
kota yang termasuk WIB,WITA dan WIT masih kurang.
(7) Guru kurang banyak dalam memberikan soal- soal latihan.
f. Upaya perbaikan
(1) Menyediakan kartu kartu yang bertuliskan kota kota yang ada di
Indonesia.
(2) Membangkitkan semangat belajar siswa dengan banyak
memberikan pertanyaan dan tugas sambil bermain.
(3) Membuat alat peraga yang lebih menarik seperti kartu kartu yang
berwarna dan berukuran agak besar.
(4) Menmabah kegiatan mencongak untuk mengahafalkan kota kota
yang ada di Indonesia.
(5) Memberikan soal latihan untuk didiskusikan.
Langkah langkah implementasi strategi penyelesaian masalah dalam siklus I.
Strategi penyelesaian masalah yang saya terapkan adalah dengan
lebih banyak mengaktifkan siswa pada setiap kegiatan. Dengan begitu
anak lebih termotifasi dan minat belajar anak akan meningkat sehingga
masalah -masalah yang muncul akan dapat teratasi yang pada akhirnya
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Implementasinya :
xxix
(1) Anak diberi kartu kartu yang bertuliskan kota kota di
Indonesia. Setiap anak memegang satu atau lebih kartu.
(2) Anak menempelkan kartu tersebut sesuai wilayh pembagian
waktunya
(3) Setelah semua anak menempelkan kartunya , diadakan Tanya
jawab dan mencongak.
(4) Membentuk kelompok diskusi.
(5) Masing masing kelompok diskusi mengerjakan dan
mendiskusikan LKS.
(6) Memberikan kesempatan kepada masing masing kelompok untuk
memaparkan hasil diskusinya.
(7) Siswa diajak keluar kelas untuk bermain mencari pasangan.
(8) Tiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya.
2. Siklus 2
Laporan pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 sebagai berikut :
Tempat Pelaksanaan PTK : SDN 2 Karanggeneng Boyolali
Hari / Tanggal : Selasa, 6 Oktober 2009
Pukul : 07.00 08.10
Jumlah siswa : 28 anak
Hasil pelaksanaan kegiatan melputi :
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP) pada siklus 2 ,
dirancang dengan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35
menit. Perencanaan RPP mencakup penentuan : SK , KD , materi,
tujuan, pembelajaran , dampak pengiring , scenario pembelajaran,
media / sumber belajar , dan system penilaian.
xxx
Langkah langkah pembelajaran pada siklus 2 mencakup kegiatan
kegiatan sebagai berikut :
(i) Tahap pendahuluan ( 10 menit )
- Guru memasuki kelas , mengabsen , memimpin doa,
dan mengkondisikan siap menerima pelajaran.
- Guru mengadakan kegiatan apersepsi yang meliputi
: menarik perhatian , member motifasi ,
memberikan acuan , dan mengaitkan materi dengan
pengalaman sehari hari.
(ii) Tahap kegiatan inti ( 50 menit )
- Guru membagikan kartu
- Siswa menempelkan kartu dipapan tulis
- Guru dan siswa membahas materi
- Siswa melakukan diskusi
- Siswa menyampaikan atau menulskan hasil diskusi
- Siswa ikut berpartisipasi dalam menyimpulkan
materi
- Siwa melakukan kegiatan mencari pasangan yang
cocok dengan kartu yang dibawanya.
(iii)Tahap penutup ( 10 menit )
- Siswa menjawab pertanyaan dari soal yang
disediakan.
- Mengadakan tindak lanjutdengan memberi tugas
rumah.
xxxi
3). Mempersiapakan fasilitas dan sarana pendukung
i.Sarana yang dipersiapkan adalah kartu kartu yang bertuliskan
ibu kota provinsi dan kota kota yang ada di Indonesia.
ii.Lembar kerja siswa.
4). Mempersiapkan lembar observasi.
Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati segala
aktifitas selama pelaksanaan pembelajaranberupa blangko
pengamatan yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan
siswa dan guru.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan siklus 2 diawali dengan
membagikan kartu kartu pada siswa. Pada kesempatan tersebut guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk menempelkan kartu kartu
tersebut sesuai wilayah waktunya. Misalnya , siswa yang memegang kartu
bertuliskan Kendari maka kartu tersebut ditempelkan pada kolom
WITA. Untuk lebih mendalami materi selanjutnya diadakan diskusi dan
Tanya jawab serta kegiatan mencari pasangan yang dilakukan diluar kelas.
c. Observasi Interpretasi
Hasil observasi terhadap pelaksanaan siklus 2 dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Dengan kegiatan menempelkan kartu kartu dipapan tulis
sesuai wilayah waktunya, maka siswa lebih memahami materi
dengan baik, dengan begitu saat melakukan diskusi dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Siswa dapat menghitung perbedaan waktu
disetiap daerah dengan cepat dan lancar.
2) Karena siswa sudah lebih memahami kota kota yang termasuk
WIB, WITA dan WIT, maka saat melakukan kegitan mencari
pasangan yang cocok sudah berjalan dengan lancar dan tertib.
xxxii
3) Perlu adanya penambahan waktu untuk kegiatan diskusi , hal ini
karena materi untuk diskusi cukup sulit sehingga kalau hanya
disediakan waktu 10 menit masih kurang.
4) Keaktifan siswa sangat mendominasi hal ini terlihat dari setiap
kegiatan selalu melibatkan siswa, dengan begitu siswa Nampak
antusias dalam mengikuti pebelajaran.
5) Adanya kegiatan tanya jawab dan mencongak yang banyak,
sehingga siswa benar benar memahami materi.
Berikut adalah hasil tes proses ( mencari pasangan ) pada siklus 2
No Nilai Tes Proses No Nilai Tes Proses No Nilai Tes Proses
1 89 11 90 21 75
2 90 12 85 22 85
3 80 13 90 23 86
4 82 14 92 24 95
5 83 15 87 25 72
6 80 16 75 26 95
7 85 16 76 27 95
8 55 17 80 28 75
9 60 18 83
10 75 19 72
Dari data diatas dengan responden sebanyak 28 siswa, maka test proses
( mencari pasangan ) diperoleh nilai tertinggi 95, terendah 55, dan rata rata
81,67.
Dengan begitu ada dua anak yang belum tuntas pada pelaksanaan tes proses ini
yaitu absen no 8 dan no 9. Tes proses dilaksanakan setelah siswa melakukan
kegiatan diskusi dan pembahasan yaitu pada kegiatan inti 3. Adapun tes hasil
belajar ( tes akhir ) dilakuakn pada kegiatan akhir setelah siswa dan guru membuat
xxxiii
kesimpulan materi. Beikut adalah perbandingan nilai hasil belajar pada nilai awal,
nilai siklus 1, dan nilai siklus 2.
Nomor
Urut Induk Nama siswa
Nilai
awal
Nilai
siklus 1
Nilai siklus
2
1 773 Eko jarianto 40 40 90
2 784 Hardono 40 60 90
3 797 Agil Agustian 50 60 70
4 806 Maya Prahastri 50 60 80
5 807 Mila Febri Diana 50 60 90
6 816 Sigit Nur Husen 50 60 70
7 817 Tri Utami 60 100 100
8 818 Tria Adi Setiawan 40 40 40
9 828 Devi Ambar Sari 50 80 60
10 833 Andrey Setiawan 60 60 70
11 834 Aldi Setiawan 70 60 90
12 835 Ambar Tri Cahyaningsih 70 80 90
13 839 Muh. Ihsan Alim 60 60 90
14 840 Muh. Saiburrozak 70 60 90
15 842 Nur Fitrianingsih 80 80 80
16 844 Putri Rahma Dhani 70 100 80
17 845 Ratna Yulianti 60 80 80
18 890 Amita Ika Suryani 50 80 80
19 891 Mikael Fandovi T D 50 60 80
20 894 Puji Teguh Prasetyo 50 40 70
21 897 Arga Wida Prasetyo 60 80 80
22 940 Iwan Ismanto 50 60 100
23 944 Ratnasari 70 80 80
24 948 Mawar Ida Shonia 80 100 100
25 988 Febri Dwi Nugroho 40 60 90
26 1.016 Bergas Hadi Wicaksono 80 100 100
xxxiv
27 1.017 Mohamad Fajrain 80 100 100
28 1.019 Teguh Raharjo 40 40 80
Jumlah 1.610 1.940 2.320
Rata - rata 57,5 69,28 82,85
Berdasarkan data diatas ( nilai siklus 2 ) yang memperoleh nilai 80 s/d 100
ada 22 siswa, 60 s/d 79 ada 5 siswa, dan 0 s/d 59 ada 1 siswa.
Rata rata nilai 82,85. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai 92,85 %.
Dengan demikian sudah bisa dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran sudah
berjalan dengan lancar dan berhasil dengan sangat baik.
e. Refleksi
(1) Dari hasil observasi diatas kaitannya dengan pemahaman siswa
tentang pembagian wilayah waktu masih ada 2 ( 7 % ) siswa yang
belum tuntas, namun rata rata nilai yang diperoleh sudah
melampoi dari KKM yang ditetapkan.
(2) Pemahaman siswa tentang kota kota yang termasuk WIB, WITA
dan WIT sudah baik.
(3) Perlu adanya bimbingan khusus bagi siswa yang belum tuntas,
sehingga semua siswa memiliki pemahaman yang baik tentang
pembagian wilayah waktu di Indonesia.
(4) Waktu untuk kegiatan diskusi perlu ditambah agar siswa dapat
mengerjakan tugas dengan baik.
f. Identifikasi kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk siklus 2.
Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisa hasil
belajar siswa, ditemukan beberapa kendala dan masalah sebagai
berikut ;
xxxv
1) Adanya beberapa anak yang sulit menerima pelajaran dikarenakan
lamban berfikir. Hal itu dialami oleh anak yang bernama Tria Adi
Setiawan ( no absen 8 ) dan Devi Ambar Sari ( no absen 9 ). Kedua
anak tersebut memiliki IQ yang tergolong rendah sehingga pada
proses penilaian hasil belajar belum tuntas. Hal tersebut
mengakibatkan belum tercapainya ketuntasan belajar hingga 100
%.
2) Pada anak Tria Adi Setiawan mengalami kesulitan dalam
menjelaskan cara pembagian wilayah waktu di Indonesia dan
mengelompokkan wilayah wilayah atau kota kota yang
termasuk WIB, WTA dan WIT.
3) Pada anak Devi Ambar Sari sebenarnya dapat menjelaskan cara
pembagian wilayah waktu di Indonesia meski agak lambat, namun
karena anak tersebut mengalami kesulitan dalam mengelompokkan
wilayah wilayah atau kota kota yang termasuk WIB, WITA dan
WIT maka mengalami hambatan dalam menghitung perbedaan
antar daerah waktunya.
4) Kedua anak tersebut selain memiliki IQ yang tergolong rendah
juga motifasi belajarnya juga kurang, pasif dan pikirannya sering
tidak konsentrasi.
5) Sifat materi pelajaran yang abstrak agak lama diterima oleh anak.
g. Rancangan strategi penyelesaian masalah dan langkah langkah
implementasi strategi penyelesaian masalah dalam siklus 2.
Rancangan strategi penyelesain masalah dalam siklus 2 ;
(1) Memberikan bimbingan dengan sabar dan telaten .
(2) Memperbanyak intensitas bermain mencari pasangan ( Make A
Match ) di luar kelas agar anak tidak jenuh.
xxxvi
(3) Memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak yang lambat
berfikir untuk berlatih menyelesaikan soal di depan kelas.
(4) Memberikan perhatian dan motivasi yang lebih pada anak yang
memiliki IQ kurang.
(5) Menkonkritkan pelajaran yang abstrak dengan membuat peraga
yang menarik.
(6) Menyiapkan soal soal latihan yang masih sulit dipahami siswa.
Langkah langkah implementasi strategi penyelesaian masalah dalam
siklus adalah ;
(1) Menyiapkan kartu kartu yang menarik.
(2) Anak tersebut diberi beberapa kartu yang bertuliskan kota kota
yang ada di Indonesia.
(3) Anak menempelkan kartu tersebut sesuai wilayah pembagian
waktunya.
(4) Sambil membimbing anak tersebut, juga diadakan tanya jawab dan
mencongak.
(5) Melatih siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas.
(6) Melakukan kegiatan bermain mencari pasangan diluar kelas.
(7) Memberikan soal latihan yang masih sulit dipahami siswa.
B. Pembahasan
Dengan menggunaan pembelajaran kooperatif model Make - A
Match dapat mengotimalkan pembelajaran IPS kususnya dalam pemahaman
pembagian daerah waktu di Indonesia sehingga hasil belajar siswa tercapai
dengan baik.
xxxvii
Dari data yang diperolah yaitu pada rata rata nilai awal sebesar 57,5
sedangkan pada siklus 1 meningkat menjadi 68,57 . Untuk siklus 2 terjadi
peningkatan yang cukup tinggi yakni dari rata rata nilai awal 57,5 menjadi 82,85
yang berarti terjadi peningkatan rata rata nilai sebesar 15,35.
Pada siklus 1, anak melakukan kegiatan diskusi dan pembaahasan serta
bermain mencari pasangan yang dilakukan diluar kelas. Kegiatan ini cukup
member semangat dan motifasi pada siswa untuk belajar, sehingga nilai hasil
belajar lebih baik dibandingkan dengan pada saat sebelum melakukan kegiatan
tersebut diatas.
Pada siklus 2 , dillakukan kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa
diantaranya : 1) siswa menempelkan kartu yang dibawa sesuai pasangannya ,
dilanjutkan pembahasan dan Tanya jawab. 2) melakukan diskusi dan presentasi.
3) bermain mencari pasangan yang dilakukan diluar kelas. Dari kegiatan tersebut
ternyata hanya ada dua siswa yang belum tuntas dari KKM yang ditetapkan yakni
62, kedua siswa tersebut baru memperoleh nilai 50 dan 60.
Peningkatan hasil belajar diatas dapat dijadikan semangat bagi siswa untuk
lebih giat lagi belajar. Selain itu dengan penerapan pembelajaran kooperatif model
Make - A Match dapat dikatakan sangat mendukung kegiatan pembelajaran IPS
utamanya tentang pemahaman pembagian daerah waktu di Indonesia dan dapat
dijadikan acuan untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih menyenangkan
siswa supaya siswa tidak bosan serta tidak merasa kesulitan dalam memahami
materi tersebut.
Jadi dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman
tentang pembagian daerah waktu di Indonesia pada siswa kelas V SD N 2
Karanggeneng Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010 dengan ditandai
meningkatnya perolehan nilai hasil belajar anak baik pada siklus 1 maupun siklus
2 serta anak lebih semangat dan termotifasi untuk belajar.
xxxviii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dengan judul
PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU DI
INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
MAKE- A MATCH PADA SISWAKELAS V SDN 2 KARANGGENENG
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 adalah terjadinya
peningkatan pemahaman siswa tentang pembagian wilayah waktu Indonesia pada
siswa kelas V SD N 2 Karanggeneng Boyolali tahunpelajaran 2009 / 2010
dengan ditandai naiknya rata rata nilai menjadi 82,85 yang berarti mengalami
kenaikan sebesar 15,35 dari nilai awal yang baru tercapai rata rata 57,5.
xxxix
Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini berjalan dengan baik, lancar dan
berhasildengan baik.
B. Saran
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti mempunyai saran berikut
1. Guru hendaknya menerapkan model model pembelajaran guna
meningkatkan kemampuan siswa baikl dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan
kreatifitas siswa. Selainitu dapat menumbuhkan kerja sama dan
memupuk rasa social
2. Guru hendaknya meningkatkan profesionalnya dengan melakukan
penelitian. Dengan begitu memperbaiki proses pembelajaran yang
akan datang.
3. Guru hendaknya selalu mengadakan inovasi pembelajaran yang
lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati , Mudjiono . (2005). Belajar dan Pembelajaran .
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Penerbit Rineka Cipta
Depdiknas , (2004). Assesmen Pembelajaran SD.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Joya dan Weil . (1986) . Strategi Pembelajaran .
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
xl
Hidayati dkk . (2008) . Pengembangan Pendidikan IPS SD .
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional .
Dimyati dan Mudjiono, (1999).Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta
Soli Abimanyu, (2008). Strategi Pembelajaran.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Udin S. Winataputra,(1997).Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Depdikbud
Kamus Besar Bahasa Indonesia . (1980).