51
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Paper Bedah Saraf NEUROHORMONAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurohormonal

Citation preview

15

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. ANATOMI

Hipotalamus adalah bagian dari diencephalon terletak di bawah thalamus dan antara lamina terminalis dan badan mamillary membentuk dinding dan lantai dari ventrikel ketiga. Di lantai ventrikel ketiga, 2 bagian hipotalamus yang bergabung untuk membentuk daerah jembatan seperti yang dikenal sebagai median utama. Median utama penting karena merupakan terminal akson neuron hipotalamus dimana melepaskan neuropeptida yang terlibat dalam pengendalian fungsi hipofisis anterior. Selain itu, keunggulan median dilalui oleh akson neuron hipotalamus yang berakhir di hipofisis posterior. Median utama mengalir kebawah untuk membentuk bagian infundibular dari neurohypophysis (juga disebut hipofisis atau tangkai infundibular). Dalam istilah praktis, neurohypophysis atau posterior hipofisis dapat dianggap sebagai perpanjangan dari hipotalamus.

2.1.1. Nukleus Hipotalamus Di hipotalamus, badan neuron diatur dalam inti. Ini adalah kelompok neuron yang memiliki proyeksi mencapai daerah otak lainnya serta berakhir pada inti hipotalamus lainnya. Sistem koneksi neuronal yang rumit ini memungkinkan komunikasi terus menerus antara neuron hipotalamus dan daerah otak lainnya. Inti hipotalamus dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi mereka atau neuropeptide utama bahwa sel-sel mereka hasilkan. Namun, ini bukan definisi diskrit kelompok sel; beberapa inti hipotalamus mungkin berisi lebih dari 1 jenis sel saraf. Cara terbaik adalah untuk mempertimbangkan kelompok neuron sebagai kelompok neuron dan tidak didefinisikan dengan baik dan digambarkan inti yang terbuat dari jenis neuron tunggal.Beberapa neuron yang membentuk inti hipotalamus adalah neurohormonal alami. Neurohormonal mengacu pada kemampuan neuron ini untuk mensintesis neuropeptida yang berfungsi sebagai hormon dan melepaskan neuropeptida ini dari terminal akson dalam menanggapi depolarisasi saraf. Dua jenis neuron yang penting dalam mengatur fungsi endokrin dari hipotalamus: neuron magnoselular dan neuron parvoselular. Neuron magnoselular yang sebagian besar terletak di paraventrikular dan inti supraoptik hipotalamus dan menghasilkan dalam jumlah yang besar neurohormon oksitosin dan vasopresin arginin (AVP). Akson unmyelinated neuron ini membentuk saluran hipotalamus-hypophysial, struktur jembatan seperti yang melintasi bukit median dan berakhir di hipofisis posterior. Oksitosin dan AVP dilepaskan dari hipofisis posterior sebagai respon terhadap potensial aksi. Neuron Parvicellular memiliki proyeksi yang berakhir pada eminensia median, batang otak, dan sumsum tulang belakang. Neuron ini melepaskan sejumlah kecil atau menghambat hormon-saraf (hormon hypophysiotropic) yang mengontrol fungsi hipofisis anterior.

2.1.2. Suplai DarahJaringan kapiler khusus yang memasok darah ke median utama, tangkai infundibular, dan hipofisis memainkan peran penting dalam transportasi neuropeptida hypophysiotropic ke hipofisis anterior. Peptida Hypophysiotropic dikeluarkan dekat median utama diangkut ke tangkai infundibular ke hipofisis anterior, di mana mereka memberi efek fisiologis. Cabang dari arteri karotis interna memberikan suplai darah ke hipofisis. Arteri hypophysial superior membentuk pleksus kapiler primer yang memasok darah ke median utama. Dari jaringan kapiler ini, darah terkuras dalam vena paralel yang disebut vena Portal hypophysial panjang ke bawah tangkai infundibular ke pleksus sekunder. Peptida hypophysiotropic dikeluarkan ke median utama memasuki kapiler pleksus utama. Dari sana, mereka diangkut ke hipofisis anterior melalui vena portal hypophysial untuk pleksus sekunder. Pleksus sekunder adalah jaringan kapiler sinusoid fenestrated yang menyediakan suplai darah ke hipofisis anterior atau adenohypophysis. Karena arsitektur fenestrated ini pembuluh kapiler, neuropeptida mudah berdifusi keluar dari sirkulasi untuk mencapai sel-sel hipofisis anterior. Sel-sel hipofisis anterior mengungkapkan spesifik G permukaan sel protein-coupled receptors yang mengikat neuropeptida, mengaktifkan intraseluler second-messenger cascades yang menghasilkan pelepasan hormon hipofisis anterior.Pasokan darah ke hipofisis posterior dan tangkai hipofisis disediakan sebagian besar oleh arteri hypophysial khususnya bagian middle dan bawah dan, pada tingkat lebih rendah, oleh arteri hypophysial superior. Pembuluh Portal pendek menyediakan koneksi vena yang berasal dari lobus saraf dan melintasi lobus menengah hipofisis ke lobus anterior. Struktur ini memungkinkan neuropeptida dilepaskan dari hipofisis posterior untuk memiliki akses ke sel-sel di hipofisis anterior, sehingga fungsi dari 2 daerah utama hipofisis tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Darah dari anterior dan posterior hipofisis mengalir ke sinus intercavernous dan kemudian ke vena jugularis interna, memasuki sirkulasi vena sistemik.2.1.3. Neuropeptida HipotalamusSeperti dijelaskan sebelumnya, 2 jenis neuron umum merupakan endokrin hipotalamus: neuron magnoselular, dengan akson berakhir di hipofisis posterior; dan neuron parvicellular, dengan akson berakhir dalam eminensia median. Neuropeptida dilepaskan dari terminal neuron parvicellular di eminensia median (hormon corticotropin-releasing [CRH], hormon pertumbuhan (GH) hormon -releasing, thyrotropin-releasing hormone, dopamin, hormon luteinizing-releasing hormone, dan somatostatin) mengontrol fungsi anterior pituitary . Peptida hypophysiotropic hipotalamus merangsang pelepasan hormon hipofisis anterior. Produk dilepaskan dari kedua hipofisis anterior (hormon adrenokortikotropik [ACTH], prolaktin, GH, luteinizing hormone [LH], follicle-stimulating hormone [FSH], dan thyroid-stimulating hormone [TSH]) dan hipofisis posterior (oksitosin dan AVP ) yang diangkut dalam darah vena menguras hipofisis yang memasuki sinus intercavernous dan vena jugularis internal untuk mencapai sirkulasi sistemik. Kontrol dan regulasi mereka akan dibahas. Beberapa neuropeptida telah diisolasi dari hipotalamus, dan banyak ditemukan. Namun, hanya mereka yang telah ditunjukkan untuk mengontrol fungsi hipofisis anterior (hormon hypophysiotropic) dan karena itu memainkan peran penting dalam fisiologi endokrin.

Table 21. Key Aspects of Hypophysiotropic Hormones

Hypophysiotropic hormonePredominant hypothalamic nucleiAnterior pituitary hormone controlledTarget cell

Thyrotropin-releasing hormoneParaventricular nucleiThyroid-stimulating hormone and prolactinThyrotroph

Luteinizing hormonereleasing hormoneAnterior and medial hypothalamus; preoptic septal areasLuteinizing hormone and follicle-stimulating hormoneGonadotroph

Corticotropin-releasing hormoneMedial parvocellular portion of paraventricular nucleusAdrenocorticotropic hormoneCorticotroph

Growth hormonereleasing hormoneArcuate nucleus, close to median eminenceGrowth hormoneSomatotroph

Somatostatin or growth hormoneinhibiting hormoneAnterior paraventricular areaGrowth hormoneSomatotroph

DopamineArcuate nucleusProlactinLactotroph

The 6 recognized hypophysiotropic factors and the predominant locations of their cells of origin are listed in the left columns. The right columns list the anterior pituitary hormone that each hypophysiotropic factor regulates and the cell that releases the specific hormones2.1.4. Regulasi Pengeluaran HormonKarena hipotalamus menerima sinyal dan mengintegrasikan aferen dari beberapa daerah otak, maka tidak berfungsi sisa dari sistem saraf pusat .Beberapa sinyal-sinyal aferen menyampaikan informasi sensorik tentang lingkungan individu seperti cahaya, panas, dingin, dan kebisingan. Di antara faktor lingkungan, cahaya memainkan peran penting dalam menghasilkan ritme sirkadian sekresi hormon. Ritme endogen ini dihasilkan melalui interaksi antara retina, inti suprachiasmatic hipotalamus dan kelenjar pineal melalui pelepasan melatonin. Melatonin adalah hormon disintesis dan disekresi oleh kelenjar pineal di malam hari. Ritme sekresi terikut dengan siklus terang / gelap. Melatonin menyampaikan informasi mengenai siklus harian terang dan gelap untuk fisiologi tubuh dan berpartisipasi dalam organisasi ritme sirkadian. Sinyal lain yang dirasakan oleh hipotalamus adalah aferen visceral yang memberikan informasi ke sistem saraf pusat dari organ perifer seperti usus, jantung, hati, dan perut. Seseorang dapat berpikir tentang hipotalamus sebagai pusat integrasi informasi bahwa tubuh terus memproses. Sinyal saraf yang ditularkan oleh berbagai neurotransmitter dilepaskan dari serat aferen, termasuk glutamat, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkolin, histamin, asam -aminobutyric, dan dopamin. Selain itu, beredar hormon yang dihasilkan oleh organ endokrin dan substrat seperti glukosa dapat mengatur fungsi saraf hipotalamus. Semua ini neurotransmiter, substrat, dan hormon dapat mempengaruhi pelepasan hormon hipotalamus. Oleh karena itu, pelepasan hormon hipotalamus berada di bawah lingkungan, saraf, dan regulasi hormonal. Kemampuan hipotalamus untuk mengintegrasikan sinyal-sinyal ini membuatnya menjadi pusat komando untuk mengatur fungsi endokrin dan mempertahankan homeostasis..Sinyal dari hormon hipotalamus akan menghambat atau merangsang pelepasan hormon hypophysiotropic lainnya. Mekanisme kontrol ini regulasi umpan balik negatif (atau positif), dibahas secara rinci, terdiri dari kemampuan hormon untuk mengatur pelepasan kaskade sendiri. Misalnya, seperti yang dibahas secara, kortisol yang dihasilkan dari kelenjar adrenal dapat menghambat pelepasan CRH, sehingga menghambat produksi proopiomelanocortin dan ACTH dan akibatnya mengurangi sintesis kelenjar adrenal kortisol.Lingkaran ini mengontrol hormonal dan regulasi sintesis sendiri sangat penting dalam mempertahankan homeostasis dan mencegah penyakit. Sebuah loop pendek inhibisi umpan balik negatif juga ada, yang tergantung pada penghambatan pelepasan neuropeptida hypophysiotropic oleh hormon hipofisis yang merangsang. Dalam hal ini, contoh akan kemampuan ACTH untuk menghambat pelepasan CRH oleh hipotalamus. Beberapa neuropeptida juga memiliki sebuah loop umpan balik ultra-pendek, di mana neuropeptida hypophysiotropic sendiri dapat memodulasipengeluaran sendiri. Sebagai contoh, oksitosin menstimulasi pelepasan sendiri, menciptakan regulasi umpan balik positif dari pengeluaran neuropeptida.

2.2. Hipotalamus dan Hipofisis

2.2.1. Kelenjar hipofisis terdiri dari lobus anterior dan posterior:Kelenjar pituitari, atau hipofisis , adalah sebuah kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga bertulang didasar otak tepat dibawah hipotalamus (gbr.1). Hipofisis dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil, infundibulum, yang mengandung serat saraf dan pembuluh darah halus. Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, hipofisis posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis posterior, secara embriologis berasal dari pertumbuhan berlebihan otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis. Hipofisis anterior, sebaliknya terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara embriologis berasal dari penonjolan dari atap mulut. Dengan demikian, hipofisis anterior juga dikenal sebagai adenohipofisis.

Gambar 1: Letak Hipofisis

Hipofisis anterior dan posterior tidak memiliki persamaan selain lokasi. Hipofisis posterior dihubungkan ke hipotalamus melalui jalur saraf, sementara hipofisis anterior dihubungkan ke hipotalamus melalui pembuluh darah.

2.2.2. Hipotalamus dan Hipofisis Posterior Membentuk Suatu Sistem Neurosekretorik yang Mengeluarkan Vasopressin dan Oksitosin.

Pengeluaran hormon dari hipofisis posterior dan anterior secara langsung dikontrol oleh hipotalamus, tetapi sifat hubungan kedua lobus dengan hipotalamus sangat berbeda. Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu system neuroendokrin yang terdiri dari populasi neuron-neuron neurosekretorik yang badan selnya terletak dalam dua kelompok yang jelas di hipotalamus (nucleus paraventrikel dan supraoptik) dan aksonnya berjalan kebawah melalui tangkai penghubung untuk berakhir dikapiler hipofisis posterior. Hipofisis posterior terdiri dari ujung ujung saraf ditambah sel-sel penunjang mirip-glia yang disebut pituisit. Secara fungsional dan anatomis, hipofisis posterior hanyalah perluasan dari hipotalamus. Hipofisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan apapun. Bagian ini hanya menyimpan dan, setelah mendapat rangsangan yang sesuai, mengeluarkan dua hormon peptida kecil (sebenarnya neurohormon), yaitu vasopresin dan oksitosin yang disintesis oleh badan sel neuron di hipotalamus, ke dalam darah. Kedua peptida hidrofilik ini dibentuk di nucleus supraoptik dan paraventrikel, tetapi sebuah neuron hanya mampu menghasilkan salah satu dari kedua hormon ini (gbr.2).

(Gambar 2: Hipofisis posterior)

Hormone yang sudah dibentuk kemudian dikemas didalam granula-granula sekretorik yang disalurkan kebawah melalui sitoplasma akson untuk disimpan diujung-ujung saraf di dalam hipofisis posterior. Setiap ujung menyimpan vasopresin atau oksitosin tetapi tidak keduanya. Dengan demikian, hormon-hormon ini dapat dikeluarkan secara independen sesuai kebutuhan. Dengan adanya masukan stimulatorik dari ke hipotalamus, vasopresin atau oksitosin dilepaskan kedalam darah dari hipofisis posterior melalui proses eksositosis granula sekretorik yang bersangkutan. Pengeluaran ini terjadi sebgai respons terhadap potensial aksi yang berasal dari badan sel di hipotalamus dan menjalar kebawah melalui akson menuju ujung saraf dihipofisis posterior. Seperti pada neuron lainnya, potensial aksi dineuron-neuron neurosekretorik ini timbul sebagai respons terhadap masukan sinaptik ke badan sel mereka.

2.2.3. Refleks Neuroendokrin

Banyak sistem control endokrin melibatkan reflex neuroendokrin, yang mencakup komponen saraf maupun hormone. Tujuan reflex ini adalah untuk meningkatkan dengan cepat sekresi hormone (yaitu menaikkan patokan thermostat) sebaagai respon terhadap rangsangan spesifik yang sering berupa rangsangan eksternal. System saraf dapat mempengaruhi sekresi hormon melalui 4 cara yang berbeda. 1. Hipotalamus sebenarnya menghasilkan hormone yang disimpan di hipofisisi posterior dan dikeluarkan dari kelenjar endokrin ini sebagai respon terhadap stimulasi hipotalamus.2. Pengeluaran hormone yang dihasilkan hipofisis anterior sebagian dikontrol oleh hormone-hormon regulatorik hipotalamus yang mencapai hipofisis anterior melalu sistem porta vaskuler khusus. Hormone-hormon hipofisis anterior pada gilirannya mengontrol sejumlah pengeluaran hormone lain dari kelenjar endokrin lain.3. Pengeluaran hormon-hormon yang dihasilkan oleh medulla adrenal, yang merupakan modifikasi neuron-neuron pascaganglion simpatis, seluruhnya berada dibawah control neuron praganglion simpatis. 4. Neuron otonom pasca ganglion merupakan salah satu dari banyak masukan regulaatorik ke sel ndokrin pancreas. Hormon-hormon pencernaan dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dengan cara serupa.Pada beberapa keadaan, masukan saraf ke kelenjar endokrin merupakan satu-satunya faktor yang mengatur sekresi hormon. Sebagai contoh, sekresi epinefrin oleh medulla adrenal mutlak dibawah pengaruh system saraf simpatis. Sebagian sistem kontrol endokrin, dipihak lain mencakup control umpan balik negatif, yang mempertahankan kadar hormone dalam tingkat basal, dan refleks neuroendokrin yang menyebabkan letupan mendadak sekresi hormon sebgai respon terhadap peningkatan kebutuhan yang mendadak, misalnya peningkatan kortisol oleh korteks adrenal selama respon stress. Neurohormon adalah hormone yang dikeluarkan ke dalam darah secara spesifik oleh neuron neurosekretorik. Seperti neuron biasa, neuron neurosekretorik memiliki akson dan dendrit serta dapat berespons dan menghantarkan potensial aksi. Neuron neurosekretorik tidak secara langsung mempersarafi sel sasaran, tetapi mengeluarkan zat peranara kimiawinya, yaitu neurohormon, ke dalam darah setelah mendapat rangsangan yang sesuai. Neurohormon selanjutnya disebarluaskan melalui darah ke sel sasaran. Dengan demikian, seperti sel endokrin neuron neurosekretorik mengeluarkan zat prantara kimiawi melalui darah, sedangkan neuron biasa mengeluarkn neurotranssmiter ke dalam ruang tertutup.

2.2.4. VasopresinTempat target utama ADH adalah saluran penghubung di ginjal. Permeabilitas air di saluran penghubung ginjal relatif rendah dibandingkan dengan yang di tubulus proksimal dan loop Henle bagian bawah. Di tubulus proksimal dan loop Henle bagian bawah, saluran air protein aquaporin 1 (AQP1) adalah konstitutif dinyatakan baik dalam apikal (luminal) dan basolateral (interstitial) membran sel epitel (Tabel 2-3). Tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorpsi sekitar 90% dari air yang disaring. Reabsorpsi dari 10% sisa air yang disaring di saluran pengumpul distal berada di bawah kontrol ketat oleh AVP. Meskipun tampaknya bahwa hanya sebagian kecil dari total reabsorpsi air yang disaring berada di bawah kendali AVP, permeabilitas air dari saluran pengumpulan dapat meningkat secara drastis (dalam beberapa menit) melalui produksi siklik adenosin monofosfat (cAMP) berikut AVP mengikat reseptor V2 di membran basolateral dari sel-sel utama.Vasopresin (hormon antidiuretic, ADH) memiliki dua efek utama yang sesuai dengan namanya: 1. Meningkatkan resistensi H2O oleh ginjal (suatu efek antidiuretik), dan 2. Menyebabkan kontraksi otot polos arteriol (efek presor pembuluh darah-vasopresor). Efek pertama memiliki makna fisiologis yang lebihbesar. Pada keadaan normal, vasopresin adalah faktor endokrin utamayang mengatur pengeluaran H2O urin dan keseimbangan H2O keseluruhan. Sebaliknya, vasopresin dengan kadar normal tidak begitu berperan dalam mengatur tekanan darah melalui efek presor hormone.

Pentingnya AVP lebih baik dipahami dari segi jumlah total urine yang akan dikeluarkan. Sebagai contoh, dalam individu yang sehat rata-rata 180 L filtrat glomerular terbentuk per hari. Dengan demikian, tanpa reabsorpsi AVP-dimediasi 10% dari air yang disaring di saluran pengumpul distal, urin akan menjadi dekat dengan 18 L / d. Ini adalah 10 kali lipat lebih tinggi dari volume output urine (1,5-2 L / d) dalam kondisi normal.Peningkatan cAMP yang dirangsang oleh AVP mengikat reseptor yang terletak di membran basolateral mengaktifkan protein kinase A dan kemudian fosforilasi aquaporin 2 (AQP2), protein lain. Fosforilasi AQP2 sangat penting untuk gerakan dari sitoplasma dan penyisipan dalam luminal (apikal) membran sel epitel serta sel pengumpul-duct. Hasilnya adalah peningkatan jumlah saluran air fungsional dalam membran luminal, sehingga lebih permeabel terhadap air. Acara ini merupakan peraturan jangka pendek permeabilitas air dalam menanggapi peningkatan kadar AVP beredar. Selain itu, AVP diduga mengatur permeabilitas air selama berjam-jam untuk hari sebagai akibat dari peningkatan jumlah total seluler AQP2 karena meningkatnya sintesis protein.AQP2, salah satu dari beberapa anggota aquaporin, secara eksklusif dinyatakan dalam duktus pengumpul ginjal. Ini adalah satu-satunya aquaporin yang diatur secara langsung oleh ADH melalui reseptor V2 AVP. Aquaporins 3 (AQP3) dan 4 (AQP4) yang konstitutif dinyatakan dalam membran basolateral dari saluran-saluran pengumpul dan memberikan kontribusi pada reabsorpsi air ditingkatkan setelah AQP2 penyisipan ke dalam membran luminal. Air yang memasuki sel epitel melalui AQP2 pada membran apikal meninggalkan sel melalui AQP3 dan AQP4, yang terletak di membran basolateral dari sel-sel ini, akhirnya memasuki pembuluh darah tersebut. Ini AVP-dimediasi penyisipan AQP2 ke hasil membran luminal dalam konservasi air dan konsentrasi urine.AVP juga mengikat reseptor V1, ditemukan dalam otot polos pembuluh darah, memproduksi kontraksi dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Hormon ini dikenal sebagai vasopressin karena efek vasokonstriktor ini. Secara khusus, aliran darah medula ginjal telah ditunjukkan untuk berada di bawah regulasi AVP. AVP beredar terikat dan didistribusikan dalam volume kira-kira sama dengan yang ada pada ruang ekstraseluler. Karena berat molekul yang relatif rendah, AVP menembus kapiler perifer dan glomerular mudah, sehingga tingkat ekskresi AVP luar biasa tinggi.2.2.5. Pengaturan Pelepasan AVPPengontrol utama pengeluran vasopresin dari hipofisis posterior adalah masukan dari osmoreseptor hipotalamus, yang meningkatkan sekresi vasopresin sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas plasma. Masukan yang lebih lemah dating dari reseptor volume atrium kiri yang meningkatkan sekresi vasopresin sebagai respon terhadap penurunan volume cairan ekstra sel dan tekanan darah arteri. Mekanisme osmoreseptor dan reseptor volume keduanya berfungsi sebagai system umpan-balik negatif untuk menahan masing-masing perubahan pada osmolaritas dan volume cairan ekstra sel dengan menyesuaikan beban H2O di tubuh melalui variasi aktivitas vasopresin. AVP dilepaskan ke dalam sirkulasi berikut baik melalui peningkatan osmolalitas plasma atau penurunan volume darah. Dalam kondisi fisiologis, stimulus yang paling penting untuk pelepasan AVP adalah "efektif" osmolalitas plasma. Perubahan tekanan osmotik terdeteksi oleh neuron osmoreceptor khusus yang terletak di hipotalamus dan dalam 3 struktur yang berhubungan dengan lamina terminalis: organ subfornical, inti preoptic median, dan organum vasculosum lamina terminalis. Dehidrasi menghasilkan hilangnya air intraseluler dari osmoreseptor, sehingga penyusutan sel. Penurunan ini dalam bentangan sel sinyal neuron magnoselular AVP untuk merangsang pelepasan AVP. Pelepasan AVP terjadi bahkan sebelum sensasi rasa haus. Oleh karena itu, pada hari yang panas, AVP telah dirilis dan bekerja melestarikan cairan bahkan sebelum seseorang merasa keinginan untuk minum air. Sebaliknya, rangsangan hipotonik, seperti asupan cairan yang berlebihan atau pemberian cairan intravena di rumah sakit, mengakibatkan pembengkakan sel dan peregangan dan hiperpolarisasi neuron magnoselular, yang mengakibatkan penurunan depolarisasi dan menembak dan akibatnya penurunan pelepasan AVP. Sensitivitas sistem ini cukup tinggi. Artinya, perubahan yang sangat kecil osmolalitas plasma (sesedikit 1% perubahan) atas ambang osmotik dari 280-284 mOsm / kg air menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam pelepasan AVP.

Sekresi AVP juga dirangsang oleh penurunan tekanan darah yang lebih besar dari 10%. Penurunan volume darah atau tekanan darah yang terdeteksi oleh reseptor tekanan-sensitif di atrium jantung, aorta, dan sinus karotis. Faktor-faktor yang mengurangi cardiac output, seperti penurunan volume darah yang lebih besar dari 8%, hipotensi ortostatik, dan tekanan positif pernapasan, semua rangsangan ampuh untuk rilis AVP. Penurunan tekanan darah menurun bentangan baroreseptor dan menurunkan laju pembakaran mereka. Sinyal ini ditransmisikan ke sistem saraf pusat oleh neuron saraf vagus dan glossopharyngeal. Mengurangi rangsangan menghasilkan penurunan penghambatan tonik pelepasan AVP, yang menyebabkan peningkatan pelepasan AVP dari neuron neurosecretory magnoselular. Selain sinyal otak untuk merangsang pelepasan AVP, penurunan tekanan darah juga dirasakan oleh densa makula di ginjal. Hal ini menyebabkan stimulasi pelepasan renin dari aparatus juxtaglomerular di ginjal. Renin mengkatalisis konversi angiotensinogen yang diproduksi di hati menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, oleh angiotensin-converting enzyme. Kenaikan mengakibatkan tingkat angiotensin II yang beredar peka pada osmoreseptor, yang mengarah ke peningkatan rilis AVP. Ini adalah contoh lain dari regulasi hormon pelepasan neuropeptida hipotalamus.

Sensitisasi Volume diinduksi hasil pelepasan AVP dalam respon AVP lebih ditekankan terhadap perubahan osmolalitas plasma. Namun, sekresi AVP jauh lebih sensitif terhadap perubahan kecil dalam osmolalitas plasma daripada perubahan dalam volume darah. AVP hampir tidak terdeteksi di bawah osmolalitas plasma tertentu (287 mOsm / kg) ambang batas. Di atas ambang batas ini, konsentrasi AVP plasma meningkat tajam berbanding lurus dengan osmolalitas plasma. Peningkatan osmolalitas hanya 1% akan mengubah AVP dengan rata-rata 1 pg / mL, jumlah yang cukup untuk secara signifikan mengubah konsentrasi urine dan output. Tingkat sirkulasi AVP bisa mencapai 15-20 pg / mL bawah tekanan osmotik yang kuat. Karena sensitivitas yang luar biasa ini, osmoreceptor memainkan peran utama dalam mediasi respon antidiuretik terhadap perubahan neraca air. Sebaliknya, respon terhadap perubahan tekanan-volume eksponensial. Penurunan volume plasma sebesar 5-10% biasanya memiliki sedikit efek pada tingkat AVP, sedangkan penurunan hasil 20-30% pada sekresi hormon intens, membawa konsentrasi AVP ke tingkat jauh lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk menghasilkan antidiuresis maksimum (hingga 50 -100 pg / mL). Dengan kata lain, perubahan kecil dalam osmolalitas plasma lebih efektif daripada perubahan kecil dalam tekanan darah dan volume dalam merangsang pelepasan AVP. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan pelepasan AVP yang estrogen dan progesteron, opiat, dan nikotin. Alkohol dan faktor natriuretik atrial menghambat pelepasan AVP.AVP ReseptorEfek seluler AVP dimediasi oleh mengikat protein G-coupled reseptor membran. Tiga reseptor AVP telah ditandai sejauh ini, yang berbeda dalam hal mana mereka dinyatakan serta dalam protein G yang spesifik yang mereka digabungkan dan, dengan demikian, dalam sistem kedua utusan yang mereka mengaktifkan.V1R (juga dikenal sebagai V1A) digabungkan ke Gq / 11 dan khusus untuk AVP. Hal ini ditemukan dalam hati, otot polos, otak, dan kelenjar adrenal. Ini mengaktifkan phospholipases C, D, dan A2 dan merangsang hidrolisis phosphatidylinositol, sehingga peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler.V2R digabungkan ke Gs dan dinyatakan dalam ginjal. Pengikatan AVP ke reseptor V2R mengaktifkan adenilat siklase dan meningkatkan pembentukan cAMP. Efek utama AVP dimediasi melalui reseptor ini.V3R (juga dikenal sebagai V1b) digabungkan ke Gq / 11 dan dinyatakan dalam sebagian besar sel corticotroph hipofisis anterior dan di beberapa jaringan, termasuk ginjal, timus, hati, paru-paru, limpa, rahim, dan payudara. Pengikatan AVP dengan reseptor V3R merangsang aktivitas fosfolipase C, mengakibatkan peningkatan kalsium intraseluler. 2.2.6. Oksitosin Oksitosin adalah hormone peptide yang dihasilkan oleh hipotalamus, disimpan di hipofisis posterior, dan dikeluarkan ke dalam darah dari hipofisis posterior setelah mendapat rangsangan saraf dari hipotalamus. Oksitosin adalah stimulant kuat bagi otot uterus dan diketahui berperan penting dalam kelancaran persalinan. Namun, hormone ini tidak dianggap sebagai pemicu persalinan karena sebelum permulaan persalinan kadarnya dalam darah konstanpenemuan bahwa ketanggapan uterus cukup bulan terhadap oksitosin adalah seratuskali lebih besar dibandingkan dengan uterus wanita tidak hamil (karena peningkaatan konsentrasi reseptor oksitosin di myometrium) menimbulkan spekulasi bahwa persalinan terpicu saat konsentrasi reseptor oksitosin mencapai nilai ambang kritis tertentu yang memunkinkan timbulnya kontraksi yang kuat dan terkoordinasi sebagai respon terhadap kadar oksitosin biasa. Kontraksi myometrium terus menerus meningkat seiring dengan kemajuan persalinan karena adanya siklus umpan-balik positif yang melibatkan oksitosin dan prostaglandin. Tekanan janin pada serviks menimbulkan dua hal. Pertama, kepala janin yang menekan serviks berfungsi sebgai baji untuk membukaa kanali servikalis. Kedua, peregangan serviks meraangsang pengeluaran oksitosin melalui refleks neuroendokrin. Stimulasi reseptor-reseptor di serviks sebagai respon terhadap tekanan janin menimbulkan sinyal saraf yang berjalan keatas ke hipotlamus melalui korda spinalis. Hipotalamus kemudian memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin tambahan ini menyebabkan kontraksi uterus menjadi lebih kuat. Akibatnya janin terdorong lebih keras menekan serviks, yang kemudian merangsang pengeluaran oksitosin lebih banyak, dan seterusnya. Siklus ini diperkuat oleh karena oksitosisn merangsang pembentukan prostaglandin oleh desidua. Sebagai stimulan myometrium yang kuat, prostaglandin meningkat kontraksi uterus. Sekresi oksitosin, pembentukan prostaglandin, dan kontraksi uterus terus meningkat melalui mekanisme umpan balik positif selama persalinan sampai tekanan di serviks lenyap karena bayi keluar.Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormone penting: 1) prolactin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkaan sekresi asi, dan 2) oksitosin, yang menyebabkan penyemprotan susu. Pengeluaran hormone tersebuat dirangsang oleh refleks neuroenddokrin yang dipicu oleh rangsangan mengisap pada putting payudara. Susu tidak dapat secara langsung diisap dari lumen alveolus oleh bayi. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus melalui duktus lalu ke putting payudara oleh kontraksi sel mioepitel khusus yang mengelilingi setiap alveolus. Pengisapan putting oleh bayi merangsang ujung-ujung saraf sensoris diputing, menimbulkan potensial aksi yang kemudian menjalar keatas ke korda spinalis lalu ke hipotalamus. Setelah diaktifkan, hipotalamus memicu pengeluaaran oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin pada gilirannya merangsang kontraksi sel mioepitel di payudara sehingga terjadi penyemprotan susu atau milk letdown. Proses ini berlangsung selama bayi terus menyusui. Walaupun alveolus mungkin terisi penuh oleh susu, susu tidak dapat dikeluarkan tanpa oksitosin. Kesimpulannya, Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu pengeluaran bayi selama proses persalinan, dan horrmon ini juga mendorong pengeluran susu dari kelenjar mammaria (payudara) selama menyusui. Sekresi oksitosin oleh refleks-refleks yang dipicu oleh tindakan bayi menghisap puting payudara.

2.2.7. HORMON KORTEKS ADRENALKorteks adrenal memiliki 3 zona: Zona glomerulosa, memproduksi mineralokortikoid Zona fasikulata Zona retikularis, bersama zona fasikulata memproduksi kelompok hormone glukokortikoid dan hormon androgen.

Jenis homon korteks adrenal merupakan hormon steroid, yang dapat digolongkan menjadi 3 kelompok hormon:1. MineralokotikoidKerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan ekskresi K+ serta H+ khususnya dalam ginjal. Contoh hormon kelompok ini adalah Aldosteron, dibuat di zona glomerulosa.2. GlukokortikoidSalah satu kerja tepenting adalah meningkatkan proses glukoneogenesis. Misalnya hormon Kortisol pada manusia, dibuat di zona fasikulata. Kortikosteon dihasilkan pada zona fasikulata dan glomrulosa namun lebih banyak ditemukan pada hewan pengerat dari pada manusia3. AndrogenPrekursor androgen berupa dehidroepiandosteon, diproduksi oleh zona fasikulata dan retikularis.

Sintesis Mineralokortikoid (Aldosteron)- terjadi di zona glomerulosa- pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu 3b-hidroksisteroid dehidrogenase (3b-OHSD) dan D5,4 isomerase.- progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-deoksikortikosteron (DOC) yang merupakan mineralokortikoid aktif (yang menahan ion Na+)- terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang mempunyai aktivitas glukokortikoid dan merupakan mineralokortikoid lemah.- Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan bantuan enzim 18-hidroksilase (aldosteron sintase)- 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-alkohol menjadi aldehid)

Sintesis Glukokortikoid- Memerlukan 3 enzim hidroksilase pada posisi C17, C21 dan C11. Enzimnya berturut-turut adalah 17a-hidroksilase, 21-hidroksilase dan 11b-hidroksilase.- 17a-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus yang bekerja pada progesteron atau lebih sering pada pregnenolon.- 17a-hidroksiprogesteron mengalami hidroksilasi sehingga membentuk 11-deoksikortisol- 11-deoksikortisol mengalami hidroksilasi membentuk kortisol. - 21-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus sedangkan 11b-hidroksilase merupakan enzim mitokondria.

Sintesis Androgen- Prekursor androgen yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah dehidroepiandrosteron (DHEA)- Produksi androgen adrenal mengalami peningkatan yang mencolok bila biosintesis glukokortikoid terhambat oleh defisiensi salah satu enzim hidroksilase.- Sebagian besar DHEA akan dimodifikasi secara cepat lewat penambahan sulfat dan sekitar separuh dari modifikasi ini terjadi di dalam adrenal sedangkan sisanya di hati.- DHEA sulfat merupakan unsur inaktif tetapi pengeluaran gugus sulfat akan mengakibatkan pengaktifan kembali.- 3b-OHSD dan D5,4 isomerase akan mengubah DHEA androgen yang lemah menjadi androstenedion yang lebih poten.- Reduksi androstenedion pada posisi C17 menghasilkan terbentuknya testosterone (hanya sejumlah kecil).

Efek Hormon Steroid AdrenalGlukokortikoid Efek terhadap metabolisme- Meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara:1) meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan perifer2) meningkatkan laju glukoneogenesis melalui peningkatan jumlah (dan aktivitas) beberapa enzim penting3) memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik penting lainnya pada laju reaksi optimal- Meningkatkan deposisi glikogen hepatik dengan meningkatkan aktivasi enzim glikogen sintetase- Mendorong lipolisis (di ekstremitas) tapi dapat menimbulkan lipogenesisi di tempat lain (muka dan badan) melebihi taraf fisiologis- Mendorong metabolisme protein dan RNA, hal ini merupakan efek anabolik pada tahap fisiologis, tapi pada keadaan tertentu dan pada taraf yang melampaui taraffisiologis dapat bersifat katabolic

Efek terhadap mekanisme pertahanan- supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan penghancuran (lisis) limfosit yang spesifk menurut tipe sel dan spesiesnya- supresi respon inflamasi dengan cara:1) menurunkan jumlah leukosit yang beredar dalam darah dan migrasi leukosit jaringan2) menghambat proliferasi fibroblas3) menumpulkan produksi molekul-molekul anti inflamasi yaitu prostaglandin dan leukotriene

Efek lain- penting untuk mempertahankan tekanan darah dan curah jantung normal- diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit yang normal- bersama dengan hormon medula adrenal penting untuk memungkinkan organisme berespon terhadap stres.

Mineralokortikoid- merangsang transport aktif Na+ oleh tubulus kontortus distal dan tubulus koligentes ginjal menyebabkan retensi Na+- meningkatkan sekresi K+, H+, dan NH4+ oleh ginjal- mempengaruhi transport ion di jaringan epitel lain termasuk kelenjar keringat, mukosa intestinal, serta kelenjar saliva.- Aldosteron mempengaruhi sintesis RNA dan protein yang diperlukan dalam produksi berbagai produk gen spesifik.

2.2.8. HORMON GONADOTROPIN Gonadotropin disekresi oleh hipofise anterior Hormon gonadotropin antara lain terdiri dari:- LH (hormon lutein) berperan dalam merangsang sel leydig menghasilkan testosteron- FSH berperan merangsang sel sertoli menghasilkan estrogen/estradiol Mekanisme umpan balik:- Spermatogenesis akan menghambat sekresi FSH- Testosteron yang meningkat merangsang hipofise menurunkan sekresi LH

2.2.9. HORMON TIROID Kelenjar Tiroid menghasilkan 2 jenis hormone: - Triiodotironin (T3) - Tetraiodotironin (T4) Hormon tiroid berperan dalam metabolism umum (sintesis protein), perkembangan umum (pembentukan hormone pertumbuhan), diferensiasi jaringan (proses tumbuh kembang) dan ekspresi gen. Setengah hingga 2/3 hormon ini berada di luar tiroid. Di dalam darah hormone ini terikat pada 2 protein pengikat spesifik yaitu Thyroxyne binding globulin (TBG) dan Thyroxine binding prealbumin (TBPA). Hormon tiroid memiliki reseptor intrasel spesifik yang ada dalam nucleus sel target.Sintesis Dan Sekresi Hormon Tiroid Sintesis dari T4 dan T3 oleh kelenjar tiroid melibatkan enam langkah utama: (1) transpor aktif dari I melintasi membrana basalis ke dalam sel tiroid (trapping of iodide); (2) oksidasi dari iodida dan iodinasi dari residu tirosil dalam tiroglobulin; (3) penggabungan molekul iodotirosin dalam tiroglobulin membentuk T3 dan T4; (4) proteolisis dari tiroglobulin, dengan pelepasan dari iodotirosin dan iodotironin bebas; (5) deiodinasi dari iodotirosin di dalam sel tiroid, dengan konservasi dan penggunaan dari iodida yang dibebaskan, dan (6) di bawah lingkungan tertentu, deiodinisasi-5' dari T4 menjadi T3 intratiroidal. Sintesis hormon tiroid melibatkan suatu glikoprotein unik, tiroglobulin, dan suatu enzim esensial, peroksidase tiroid (TPO). Tiroglobulin Tiroglobulin merupakan suatu molekul glikoprotein besar yang mengandung 5496 asam amino; dengan suatu berat molekul sekitar 660.000 dan koefisien endapan sebesar 19S. Mengandung sekitar 140 residu tirosil dan sekitar 10% karbohidrat dalam bentuk manosa, N-asetilglukosamin, galaktosa, fukosa, asam sialat, dan sulfat kondroitin.Gen tiroglobulin manusia (hTg) terletak pada lengan panjang dari kromosom 8 distal dari onkogen c-myc. TSH merangsang transkripsi dari gen tiroglobulin, dan hipofisektomi atau terapi T3 menurunkan transkripsinya. Gen tiroglobulin mengandung sekitar 8500 nukleotida, yang menyandi monomer pretiroglobulin (pre-Tg). Monomer pretiroglobulin mengandung suatu peptida sinyal 19-asamamino, diikuti oleh suatu rantai 2750-asam-amino yang membentuk monomer tiroglobulin. mRNA diterjemahkan dalam retikulum endoplasmik kasar, dan rantai tiroglobulin diglikosilasi selama tranpor ke aparatus Golgi . Dalam aparatus Golgi, dimer tiroglobulin dimasukkan ke dalam vesikel eksositotik yang berfusi dengan membrana basalis dan melepaskan tiroglobulin ke dalam lumen folikular. Di sini, pada batas koloidapikal, tiroglobulin diiodinisasi dan disimpan dalam koloid (2).Transpor lodida (The Iodide Trap) I ditranspor melintasi membrana basalis dari sel tiroid oleh suatu proses yang memerlukan energi aktif yang tergantung pada ATPase Na+ -K + . Sistem transpor aktif ini memungkinkan kelenjar tiroid manusia untuk mempertahankan suatu konsentrasi iodida bebas 30-40 kali dibandingkan plasma. Jebakan tiroiodida dirangsang jelas oleh TSH dan oleh antibodi perangsang reseptor TSH (TSH-R ab [stim]) ditemukan pada penyakit Graves. Jebakan ini dapat dijenuhkan dengan sejumlah besar I dan diinhibisi oleh ionion seperti CIO4 - , SCN, N03 - , dan TcO4 - . Beberapa dari ion ini mempunyai manfaat klinik. Kalium perklorat secara klinik telah digunakan dengan 123I untuk memperlihatkan cacat organifikasi dalam kelenjar tiroid; zat ini akan menggeser dan memungkinkan perabasan (discharge) dari I nonorganifikasi dari jebakan iodida . Kalium perklorat dan kalium tiosianat telah digunakan untuk mengobati hipertiroidisme yang ditmbulkan-iodida; keduanya melepaskan I dari jebakan dan mencegah ambilan I lebih lanjut. Natrium pertehnetat Tc 99m, yang mempunyai suatu paruh hidup 6 jam dan suatu emisi 140-keV gamma, digunakan untuk visualisasi cepat dari tiroid untuk melihat ukuran dan fungsi dari nodul. Walaupun I terkonsentrasi pada jaringan kelenjar liur, lambung, dan jaringan payudara, jaringan ini tidak mengorganifikasi atau menyimpan I dan tidak distimulasi oleh TSH.Untuk terjadinya proses ini, struktur dimerik dari tiroglobulin penting. Di dalam molekul tiroglobulin, dua molekul DIT dapat mengadakan penggabungan membentuk T4, dan suatu molekul MIT dan DIT dapat mengadakan penggabungan membentuk T3. Obat-obatan tiokarbamid-terutama propiltio-urasil, metimazol, dan karbimazol-merupakan inhibitor poten dari peroksidase tiroidal dan akan menghambat sintesis hormon tiroid. Obat-obatan ini secara klinik berguna dalam penatalaksanaan hipertiroidisme.

Proteolisis Tiroglobulin & Sekresi Hormon Tiroid Enzim lisosomal disintesis oleh retikulum endoplasmik kasar dan dikemas oleh aparatus Golgi ke dalam lisosom. Struktur-struktur ini, dikelilingi oleh membran, mempunyai suatu interior yang bersifat asam dan diisi dengan enzim proteolitik, termasuk protease, endopeptidase, hidrolisa glikosida, fosfatase, dan enzim-enzim lain. Pada interaksi sel koloid, koloid ditelan ke dalam suatu vesikel koloid oleh suatu proses makropinositosis atau mikropinositosis dan diabsorbsi ke dalam sel tiroid. Kemudian lisosoma berfusi dengan vesikel koloid; dan terjadi hidrolisis dari tiroglobulin, melepaskan T4, T3, DIT, MIT, fragmen peptida, dan asam amino. T3 dan T4 dilepaskan ke dalam sirkulasi, semenfara DIT dan MIT dideiodinisasi dan I dilestarikan. Tiroglobulin dengan kandungan iodin yang rendah dihidrolisa dengan lebih cepat ketimbang tiroglobulin dengan kandungan iodin yang tinggi, yang kemungkinan bermanfaat dalam daerah geografik di mana asupan iodin natural rendah. Mekanisme transpor T3 dan T4 melalui sel tiroid tidak diketahui, tetapi dapat melibatkan suatu karier hormon spesifik. Sekresi hormon tiroid distimulasi oleh TSH, yang mengaktivasi adenilil siklase, dan oleh analog cAMP (Bu)2cAMP, menunjukkan zat ini dependen-cAMP. Proteolisis tiroglobulin diinhibisi oleh kelebihan iodida dan oleh litium, yang, seperti litium karbonat, digunakan untuk terapi keadaan manik-depresif. Sejumlah kecil tiroglobulin yang tak terhidrolisa juga dilepaskan dari sel tiroid; hal ini meningkat dengan nyata pada situasi tertentu seperti tiroiditis subakut, hipertiroidisme, atau goiter akibat-TSH . Tiroglobulin dapat juga disintesis dan dilepaskan oleh keganasan tiroid tertentu seperti kanker tiroid papilaris atau folikular dan dapat bermanfaat sebagai suatu marker untuk penyakit metastatik.Faktor-faktor yang Mengatur Sekresi Hormon Tiroid1. HIPOTALAMUS : Sintesis dan pelepasan TRH Perangsangan : Penurunan Ta dan T3 serum, dan T3 intraneuronal Neurogenik : sekresi bergelombang dan irama sirkadian Paparan terhadap dingin (hewan dan bayi baru lahir) Katekolamin adrenergik-alfa Vasopresin arginin Penghambatan : Peningkatan Ta dan T3 serum, dan T3 intraneuronal Penghambat adrenergik alfa Tumor hipotalamus

2. HIPOFISIS ANTERIOR: Sintesis dan pelepasan TSH Perangsangan : TRH Penurunan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop Penurunan aktivitas deiodinasi-5' tipe 2 Estrogen : meningkatkan tempat pengikatan TRH Penghambatan: Peningkatan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop Peningkatan aktivitas deiodinase-5' Tipe 2 Somatostatin Dopamin, agonis dopamin : bromokriptin Glukokortikoid Penyakit-penyakit kronis Tumor hipofisis

3. TIROID : Sintesis dan pelepasan hormon tiroid Perangsangan : TSH Antibodi perangsangan TSH-R Penghambatan : Antibodi penghambat TSH-R Kelebihan iodide, Terapi litiumKONTROL FUNGSI TIROID Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling sedikit dikendalikan empat mekanisme : (1) sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid klasik, di mana hormon pelepas-tirotropin hipotalamus (TRH) merangsang sintesis dan pelepasan dari hormon perangsang-tiroid hipofisis anterior (TSH), yang pada gilirannya merangsang sekresi hormon dan pertumbuhan oleh kelenjar tiroid; (2) deiodininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek dari T4 dan T3; (3) autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid sendiri dalam hubungannya dengan suplai iodinnya; dan (4) stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh autoantibodi reseptor TSH.

Thyrotropin-Releasing Hormone Hormon pelepas-tirotropin (TRH) merupakan suatu tripeptida, piroglutamil-histidil-prolineamida, disintesis oleh neuron dalam nuklei supraoptik dan supraventrikuler dari hipotalamus . Hormon ini disimpan eminensia mediana dari hipotalamus dan kemudian diangkut via sistem venosa portal hipofisis ke batang hipofisis ke kelenjar hipofisis anterior, di mana ia mengendalikan sintesis dan pelepasan dari TSH.TRH juga ditemukan pada bagian lain dari hipotalamus, otak, dan medula spinalis, di mana ia berfungsi sebagai suatu neurotransmiter. Gen untuk preproTRH mengandung suatu unit transkripsi 3.3-kb yang menyandi enam molekul TRH. Gen ini juga menyandi neuropeptida lain yang secara biologik kemungkinan bermakna. Pada kelenjar hipofisis anterior, TRH berikatan dengan reseptor membran spesifik pada tirotrop dan sel pensekresi-prolaktin, merangsang sintesis dan pelepasan TSH maupun prolaktin. Hormon tiroid menyebabkan suatu pengosongan lambat dari reseptor TRH hipofisis, mengurangi respons TRH; estrogen meningkatkan reseptor TRH, meningkatkan kepekaan hipofisis terhadap TRH.Respons dari tirotrop hipofisis terhadap TRH adalah bimodal : Pertama, merangsang pelepasan dari hormon yang disimpan; kedua, merangsang aktivitas gen, yang meningkatkan sintesis hormon. TRH berikatan dengan reseptornya pada tirotrop dan mengaktivasi suatu protein G, yang pada gilirannya mengaktivasi fosfolipase c untuk menghidrolisa fosfatidilinositol-4,5-bisfosfat (PIP2) menjadi inositol-1,4,5-trifosfat (IP3). IP3 merangsang pelepasan dari Ca2+ intraselular, yang menyebabkan respons letupan pertama dari pelepasan hormon. Secara serentak, terdapat pembangkitan dari 1,2-diasilgliserol (1,2-DG), yang mengaktivasi protein kinase C, walaupun bertanggung jawab untuk fase kedua dan bertahan dari sekresi hormon. Peningkatan dalam Ca2+ intraselular dan kinase protein C dapat melibatkan suatu peningkatan transkripsi . TRH juga merangsang glikosilasi TSH, yang diperlukan untuk aktivitas biologik penuh dari hormon ini. Dengan demikian pasien dengan tumor hipotalamus dan hipotiroidisme kemungkinan mempunyai TSH yang terukur, yang tidak aktif secara biologik. Penelitian in vitro dan in vivo memperlihatkan bahwa T3 secara langsung menginhibisi transkripsi dari gen preproTRH dan dengan demikian pula sintesis TRH dalam hipotalamus. Karena T4 diubah menjadi T3 di dalam neuron peptidergik, maka hal ini juga merupakan inhibitor yang efektif dari sintesis dan sekresi TRH . TRH dimetabolisir dengan cepat, dengan suatu waktu paruh hormon yang diberikan secara intravena sekitar 5 menit. Kadar TRH plasma pada orang normal sangat rendah, berentang dari 25 hingga 100 Pg/mL. Sekresi TSH yang dirangsang-TRH terjadi dalam suatu cara pulsasi sepanjang 24 jam . Subjek normal mempunyai suatu amplitudo pulsa TSH ratarata sekitar 0,6 U/mL dan suatu frekuensi rerata satu pulsa setiap 1,8 jam. Di samping itu, orang normal memperlihatkan irama sirkadian, dengan suatu TSH serum puncak pada malam hari, biasanya antara tengah malam dan jam 4 pagi. Puncak ini tidak berhubungan dengan tidur, makan, atau sekresi hormon hipofisis lain. Irama ini kemungkinan dikontrol oleh suatu "generator pulsa" neuronal. hipotalamik yang mendorong sintesis TRH dalam nuklei supraoptik dan supraventrikular. Pada pasien hipotiroid, amplitudo dari pulsa dan peningkatan nokturnal lebih besar dibandingkan normal, dan pada pasien dengan hipertiroidisme kedua pulsa dan peningkatan nokturnal mengalami supresi yang nyata.

Tirotropin Thyroid-stimulating hormone (hormon perangsang-tiroid), atau tirotropin (TSH), merupakan suatu glikoprotein yang disintesis dan disekresikan oleh tirotrop dari kelenjar hipofisis anterior. Mempunyai berat molekul sekitar 28.000 dan terdiri dari dua subunit yang dihubungan secara kovalen, alfa dan beta. Subunit alfa lazim untuk dua glikoprotein hipofisis lain, FSH dan LH, dan juga untuk hormon plasenta hCG; subunit beta berbeda untuk setiap hormon glikoprotein dan memberikan sifat pengikatan dan aktivitas biologik yang spesifik. Subunit alfa manusia mempunyai suatu inti apoprotein dari 92 asam amino dan mengandung satu rantai oligosakarida. Glikosilasi terjadi dalam retikulum endoplasma kasar dan Golgi dari tirotrop, di mana residu glukosa, manosa, dan fukosa dan sulfat terminal atau residu asam sialik dihubungkan dengan inti apoprotein. Fungsi dari residu karbohidrat ini tidak seluruhnya jelas, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka meningkatkan aktivitas biolgik TSH dan memodifikasi kecepatan bersihan metaboliknya. Contohnya, TSH deglikosilasi akan berikatan dengan reseptornya, tetapi aktivitas biologiknya menurun secara nyata dan kecepatan bersihan metaboliknya meningkat dengan nyata.Gen untuk subunit manusia terletak pada kromosom 6 dan gen untuk subunit manusia pada kromosom l. Suatu gambaran skematik dari gen subunit dan diberikan dalam Gambar 4-26. Telah dilaporkan beberapa keluarga dengan suatu titik mutasi dalam gen TSH-, menimbulkan suatu subunit TSH- yang tidak berkombinasi dengan subunit untuk menghasilkan TSH yang aktif secara biologik. Gangguan ini bersifat autosomal resesif, dan gambaran klinik adalah dari hipotiroidisme non-goiter.TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintesis serta sekresi hormon tiroid : Efek ini dicapai dengan berikatan dengan suatu reseptor TSH (TSH-R) spesifik pada membran sel tiroid dan mengaktivasi G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem pemberian sinyal fosfolipase. Reseptor TSH telah diklon dan merupakan suatu glikoprotein rantai-tunggal yang mengandung 744 asam amino; berat molekul dari molekul glikosilase adalah sekitar 100. Memiliki suatu daerah intraselular dari 346 asam amino, dengan tujuh ansa transmembran, dan suatu daerah ekstraselular dari 398 asam amino yang mengandung enam tempat glikosilasi dan tiga ikatan disulfida . Reseptor TSH berbeda dari reseptor hormon glikoprotein lain (contohnya, LH dan hCG) dengan penyisipan dari suatu rangkaian delapan-asam amino (residu asam amino 38-45) dan suatu rangkaian 50-asam amino (residu asam amino 317- 366). Diduga bahwa tempat yang lebih dahulu (38-45) adalah tempat pengikatan TSH dan tempat yang belakangan mengandung untuk antibodi perangsang-reseptor TSH (TSH-R Ab [stim]) karakteristik dari penyakit Graves (lihat bawah). Gen TSH-R manusia terletak pada kromosom 14q31. TSH mengatur mRNA TSH-R, meningkatkan jumlah dari reseptor TSH pada membran sel tiroid.

Daftar pustakaBourque CW, Oliet SHR. Osmoreceptors in the central nervous system. Annu Rev Physiol. 1997;59:601. [PMID: 9074779]

de Bree FM. Trafficking of the vasopressin and oxytocin prohormone through the regulated secretory pathway. J Neuroendocrinol. 2000;12:589.

Gimpl G, Fahrenholz F. The oxytocin receptor system: Structure, function, and regulation. Physiol Rev. 2001;81:629. [PMID: 11274341]

Melmed S. Acromegaly. NEJM. 2006;355:25582573. [PMID: 17167139]

Patricia E. Molina. Endocrine Physiologi. The Hypothalamus & Posterior Pituitary Gland. Chapter 2. 3rd Edition. Dil 1 lagi sherwood siyati gak da buat malas aku mnlisnya lagi hehehehe