Upload
lia-nur-aini
View
81
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ehm
Citation preview
Laporan Kasus
STROKE ISCHEMIC
RST. Dr. Soedjono MAGELANG
Disusun oleh :Lucky Pratama
1120221144
Pembimbing :
dr.Aditya Wicaksono, SpBS
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
JAKARTA2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
Stroke Ischemic
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Departemen Bedah
RS dr Soejono Magelang
Disusun Oleh :
Lucky Pratama
1120221144
Telah disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing
(Mayor (ckm) dr Aditya Wicaksono, Sp BS)
BAB I
IDENTITAS PASIEN
No. Reg. :08-44-09
Nama Pasien : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 38 Th
Alamat (KTP) : Tegalrejo, magelang
I. Subjek :
A. Keluhan Utama : lemah sisi tubuh sebelah kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RST dr.Soedjono Magelang dengan lemah sisi tubuh
kiri setelah terjatuh di kamar mandi dengan kepala membentur lantai,
sekarang sisi tubuh sebelah kiri sulit digerakkan, sakit kepala (+), mual
(+), muntah (-)
Saat dilakukan pemeriksaan di IGD RST Dr Soejono pada tanggal 21
Maret 2013 pasien dalam keadaan
E3V5M6
Tekanan darah 140/80,nadi 60x/menit, suhu 36,6
Lemah pada tangan dan kaki kiri, wajah asimetris, lidah miring
ke kanan
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi,riwayat penyakit kencing manis, sakit dada
disangkal oleh pasien. (karena tidak pernah diperiksa)
Pemeriksaan I (22 Maret 2012)
A. Status Interna :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis/E4V5M6
Vital sign :
Tensi : 110/70
Suhu rektal : 36,2
Nadi : 80x/menit
Kepala & leher :
Mata : konjungtiva bening tidak pucat, sclera tidak ikterik
Thorax :
Pulmo :
Inspeksi : dada simetris
Palpasi : perkembangan dada kanan & kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler (wheezing : - , ronkhi : - )
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi ictus cordis teraba, kuat angkat
Perkusi : normal
Auskultasi : BJ I, II regular (murmur : - , gallop : - )
Abdomen :
Inspeksi : tidak tampak adanya tanda peradangan dan pembesaran
organ
Palpasi : nyeri tekan - (hepar,lien,ginjal DBN)
Perkusi : timpani (batas hepar,lien,ginjal DBN)
Auskultasi : bising usus (normal)
Ekstremitas :
Atas :
Kanan : Udem -, akral hangat
Kiri : Udem -, akral hangat
Bawah :
Kanan : Udem -, akral hangat
Kiri : Udem -, akral hangat
B. Status Neurologi :
GCS : Composmentis/E4V5M6
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -/-
Kernig test : -/-
Lasseque test : -/-
Brudzinsky I : -/-
Brudzinsky II : -/-
Brudzinsky III : -/-
Brudzinsky IV : -/-
Pemeriksaan Nervus Kranialis
1. N. Optikus (N. II)
a. Tajam Penglihatan : gangguan penglihatan pada
kedua mata.
b. Lapang pandang (visual field): DBN/DBN
c. Warna : tidak dilakukan
d. Funduskopi : tidak dilakukan
2. N. okulomotorius, troklearis, abducen (N. III,IV,VI)
a. Kedudukan bola mata saat diam : DBN
b. Gerakan bola mata :
Lateral : DBN/DBN
Medial : DBN/DBN
Atas medial : DBN/DBN
Bawah medial : DBN/DBN
Atas : DBN/DBN
Bawah : DBN/DBN
c. Pupil:
Bentuk : Bulat/Bulat
Isokor/Anisokor : Isokor
Posisi : Sentral/Sentral
Reflek cahaya langsung : +/+
Reflek cahaya tidak langsung : +/+
3. N. Facialis (N. VII)
a. Motorik
i. Kondisi diam : wajah miring ke sisi kanan
ii. Kondisi bergerak :
Gerakan mengangkat alis (M. Frontalis) : DBN/-
Gerakan mengerutkan dahi (M.Korugator supersili) :
DBN/-
Gerakan melebarkan cuping hidung (M nasalis) : DBN/-
Gerakan menutup mata (M Orbikularis okuli) : DBN/-
Gerakan mendekatkan kedua bibir ( M Orbikularis oris) :
DBN/-
Gerakan tersenyum ( M zigomatikus) : DBN/-
Gerakan meringis (M Risorius) : DBN/-
4. Kekuatan otot : 5,5/0,0
Pemeriksaan II ( 24 Maret 2013)
GCS : Composmentis/E4V5M6
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -/-
Kernig test : -/-
Lasseque test : -/-
Brudzinsky I : -/-
Brudzinsky II : -/-
Brudzinsky III : -/-
Brudzinsky IV : -/-
Refleks patologis:
Oppenheim (+), Babinsky (+), rosolimo (-), mendel-Bechterew (-)
Refleks fisiologis: biceps (+/+), triceps (+/+), achilles (sulit dievaluasi)
Pemeriksaan III (25 maret 2013)
S: lemah sisi kiri
O: Tekanan darah (110/70), GCS (4,5,6), Motorik (5,5/2,2)
Pemeriksaan IV (30 Maret 2013)
S: lemah sisi kiri, sakit kepala (-), Mual (-), muntah (-)
O: motorik (5,5/ 3,4)
Pemeriksaan V (1 April 2013)
S: tangan kiri masih lemah, sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), BAK (+), BAB (-)
O: motorik: (5,5/3,4), refleks patologis (-), refleks fisiologis (+2)
III. Assesment :
A. Klinis : Hemiparese sinistra
B. Topis : Hemisphere Cerebri dextra
Siriraj score (SSS) : kesadaran composmentis (1 x2,5) +muntah (0x2) +
sakit kepala (1x2) + tekanan darah diastole (70x10%) + Ateroma (1x-3) +
konstanta (-12) = -4 stroke non hemorhagic
C. Etiologi : Susp CVA Infark
IV. Planning :
A. Usulan Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan kimia darah (GDP/2PP, BUN, Serum
creatinin,SGOT,SGPT,Profil lipid), Asam Urat.
Pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras
B. Therapi : (IGD)
Infus RL 20 tetes per menit
Inj. Brainact 3x1 (citicolin Stabilisasi membran
(neuroprotektor)
(Bangsal)
Asering 14 tpm
Fluxum 2x1 SC
Tarontal
Extrace
Lapibal
Q10
Brainolin 4x2 gr
C. Monitoring :
Keadaan umum, kesadaran, vital sign
Awasi 5B (Breathing, Blood, Brain, Bowel, Bladder)
Pasien dimiringkan kanan-kiri setiap 2 jam untuk menghindari
ulkus dekubitus
Balance cairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1.Definisi
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
(WHO 1983). Stroke merupkan salah satu penyebab utama gangguan otak, dan
menempati ranking tiga tertinggi penyebab kematian di dunia. Stroke pada
prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak
(perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tak dimasukkan dalam
kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak disebabkan karena
hipertensi, maka dapat disebut stroke.
II.2. Anatomi Fisiologi
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100
triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan
voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan
mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis
yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis
yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari
bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata,
pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks
yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus
dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi
subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti
sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang
ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi
tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf
otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak mendapat
vaskularisasi dari 2 pasang arteri besar yaitu sepasang arteri carotis interna
(Anterior) dan sepasang arteri vertebralis (Posterior). Vaskularisasi anterior
memperdarahi sebagian besar korteks cerebri, substansia alba, ganglia basal dan
kapsula interna terdiri dari cabang – cabang arteri carotis interna yaitu; arteri
choroidalis anterior, arteri cerebri anterior, arteri cerebri media. Arteri cerebri
media memiliki cabang –cabang lenticulostriata yang memperdarahi bagian
dalam otak.
Sirkulasi posterior memperdarahi batang otak, cerebellum, thalamus, dan
sebagian lobus temporal dan occipital, terdiri dari sepasang arteri vertebralis, lalu
menjadi arteri basilaris dan bercabang lagi menjadi arteri anterior inferior
cerebelli, arteri posterior inferior cerebelli, arteri cerebelli superior dan arteri
cerebri posterior.
Anatomi Tractus Piramidalis
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong
dalam kelompok UMN. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik
kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan
ekstrapiramidal.
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke
LMN atau melalui interneuronnya tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-
neuron tersebut merupakan penghuni girus presentralis. Oleh karena itu,
maka girus tersebut dinamakan korteks motorik. Mereka berada di lapisan ke-
V dan masing-masing memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu. Yang
berada di korteks motorik yang menghadap ke fisura longitudinalis serebri
mempunyai koneksi dengan gerak otot kaki dan tungkai bawah. Neuron-
neuron korteks motorik yang dekat dengan fisura lateralis serebri mengurus
gerak otot larings, farings dan lidah. Penyelidikan dengan elektrostimulasi
mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahan tubuh dapat dipetakan
pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal
sebagai homunkulus motorik
Dari bagian mesial girus presentalis (= area 4 = korteks motorik) ke
bagian lateral bawah, secara berurutan terdapat peta gerakan kaki, tungkai
bawah, tungkai atas, pinggul, abdomen/toraks, bahu, lengan, tangan jari-jari,
leher, wajah, bibir, otot pita suara, lidah dan otot penelan. Yang menarik
perhatian adalah luasnya kawasan peta gerakan tangkas khusus dan
terbatasnya kawasan gerakan tangkas umum. Seperti diperlihatkan oleh
homunkulus motorik, kawkasan gerakan otot-otot jari/tangan adalah jauh
lebih luas ketimbang kawasan gerakan otot jari/kaki. Melalui aksonnya
neuron korteks motorik menghubungi motoneuron yang membentuk inti
motorik saraf kranial dan motoneuron di kornu anterius medula spinalis.
Akson-akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar-kortikospinal.
Sebagai berkas saraf yang kompak mereka turun dari korteks motorik dan di
tingkat talamus dan ganglia basalia mereka terdapat diantara kedua bangunan
tersebut. Itulah yang dikenal sebagai kapsula interna, yang dapat dibagi
dalam krus anterius dan krus posterius. Sudut yang dibentuk kedua bagian
interna itu dikenal sebagai genu. Penataan somatotopik yang telah dijumpai
pada korteks motorik ditemukan kembali dikawasan kapsula interna mulai
dari genu sampai seluruh kawasan krus posterius.
Di tingkat mesensefalon serabut itu berkumpul di 3/5 bagian tengah
pedunkulus serebri dan diapit oleh daerah serabut-serabut frontopontin dari
sisi medial dan serabut-serabut parietotemporopontin dari sisi lateral. Di pons
serabut-serabut kortikobulbar dan kortikospinal saja. Bangunan itu dikenal
sebagai piramis dan merupakan bagian ventral medula oblongata.
Sepanjang batang otak, serabut-serabut kortikobulbar meninggalkan
kawasan mereka (di dalam pendukulus serebri, lalu di dalam pespontis dan
akhirnya di piramis), untuk menyilang garis tengah dan berakhir secara
langsung di motoneuron saraf kranial motorik (n III, n IV, n.V, n. VI, n VII,
n. IX, n. X, n. XI dan n. XII) atau interneuronnya di sisi kontralateral.
Sebagian dari serabut kortikobulbar berakhir di inti-inti saraf kranial motorik
sisi ipsilateral juga di perbatasan antara medula oblongata dan medula
spinalis, serabut-serabut kortikospinal sebagian besar menyilang dan
membentuk jaras kortikospinal lateral (= traktus piramidalis lateralis), yang
berjalan di funikulus posterolateralis kontralateralis. Sebagian dari mereka
tidak menyilang tapi melanjutkan perjalanan ke medula spinalis di funikulus
ventralis ipsilateral dan dikenal sebagai jaras kortikospinal ventral atau
traktus piramidalis ventralis.
Kawasan jaras piramidal lateral dan ventral makin ke kaudal makin
kecil, karena banyak serabut sudah mengakhiri perjalanan. Pada bagian
servikal disampaikan 55% jumlah serabut kortikospinal, sedangkan pada
bagian torakal dan lumbosakral berturut-turut mendapat 20% dan 25%.
Mayoritas motoneuron yang menerima impuls motorik berada di
intumesensia servikalis dan lumbalis, yang mengurus otot-otot anggota gerak
atas dan bawah.
II.3. Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan. Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya.
Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah
65-85% merupakan stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan
31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan
stroke embolik ± 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%,
± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15%
perdarahan subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum
ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan
mencapai 20-30%.
II.4. Klasifikasi
Stroke dapat dibedakan menjadi 2 (dua).
1. Stroke Iskemik (stroke non hemoragik).
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah dan oksigen di jaringan otak. Aliran darah ke otak
terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh
darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke
otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis
ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang
menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua
arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta
jantung. Iskemi dapat disebabkan oleh tiga mekanisme, yaitu:
a. Trombosis adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pd proses oklusi pada
pembuluh darah
b. Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem vaskuler
dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran
darah.
c. Pengurangan perfusi sistemik umum. Dapat oleh karena kegagalan pompa
jantung, proses perdarahan atau hipovolemik.Penurunan tekanan darah yang
tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang
biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan
darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang
mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan,
serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
Penyebab stroke iskemik yang terutama adalah aterosklerosi arteri besar
(makroangiopati), kardioembolism dan penyakit pembuluh darah kecil otak
(mikroangiopati). Penyebab lain yang lebih jarang adalah diseksi arteri
serebral, serebral vaskulitis, koagulopati, kelainan hematologi dan lain-lain.
Makroangiopati stroke mempunyai karakteristik tingginya prevalensi
merokok, penyakit jantung koroner dan penyakit arteri perifer. Mikroangiopati
stroke mempunyai karakteristik tingginya prevalensi hipertensi dan diabetes
melitus. Angka kematian lebih tinggi pada jenis aterosklerosis arteri besar
daripada jenis lakunar. Stroke rekuren cenderung terjadi pada jenis kardio–
embolism daripada jenis stroke lainnya. Klasifikasi Stroke Iskemik :
1. Aterosklerosi arteri besar.
Gejala kliniknya berupa gangguan kortikal, gangguan fungsi batang otak
atau serebelum. Gambaran CT Scan otak atau MRI menunjuk-kan adanya
infark di kortikal, batang otak, serebelum atau subkortikal yang
berdiameter lebih dari 1,5 cm. Pada pemeriksaan arteriografi menunjukkan
stenosis lebih dari 50%. Penyempitan aterosklerosis sering didapati pada
permulaan pangkal arteri karotis interna dileher, ujung proksimal cabang
arteri serebri media.
2. Kardioembolism.
Oklusi arteri disebabkan oleh embolus dari jantung. Sumber embolus dari
jantung terdiri resiko tinggi (high risk) dan resiko sedang (medium risk).
Gejala klinis atau emejing otak sama dengan jenis aterosklerosis arteri
besar. Kejadian TIA atau stroke yang melibatkan lebih dari satu teritori
vaskuler mendukung kecenderungan diagnosis stroke kardiogenik. Sumber
embolus resiko tinggi :
• Prostetik katub mekanik.
• Mitral stenosis dengan atrial fibrilasi.
• Atrial fibrilasi.
• Miokard infark baru (recent myocard infarction), kurang dari 4
minggu.
• Trombus ventrikel kiri.
• Kardiomiopati dilatasi.
• Segmen ventrikel kiri akinetik.
• Atrial myxoma.
• Infeksi endokarditis.
Sumber embolus resiko sedang :
• Prolapsus katub mitral.
• Kalsifikasi annulus mitral.
• Mitral stenosis tanpa atrial fibrilasi.
• Turbulensi atrial kiri.
• Paten foramen ovale.
• Atrial flutter.
• Gagal jantung kongestif.
• Miokard infark yang lebih dari 4 minggu.
• Trombotik endokarditis non bakteriil.
• Katub kardiak bioprostetik.
3. Oklusi pembuluh darah kecil. (Lakunar infark)
Terjadi oklusi pada arteri kecil. Seringkali dengan faktor resiko hipertensi
dan diabetes melitus. Gambaran CT Scan / MRI otak normal atau infark
lakunar dengan diameter kurang dari 1,5 cm di daerah batang otak atau
subkortikal. Tidak tampak adanya potensi kelainan jantung sebagai sumber
emboli.
4. Akibat penyebab lain. (Stroke Kriptogenik).
Pemeriksaan klinis atau CT Scan / MRI menunjuk kan gejala stroke,tetapi
tanda-tanda kelainan jantung untuk embolism atau kelainan aterosklerosis
arteri besar tidak ditemukan. Kelainan vaskuler non aterosklerosis dan
kelainan hematologi atau koagulopati dapat mendukung sebagai penyebab
terjadinya stroke.
Non-aterosklerosis vaskulopati.
Noninflamasi.
o Diseksi arterial.
o Post traumatik vasospasm.
o Vasospasm (termasuk migren).
o Fibromuskuler displasia.
o Moyamoya disease.
o Aneurisma sakuler.
o Amiloid angiopati.
o Marfan syndrome.
o Limpoma intravaskuler.
Inlamasi noninfeksi.
o Poliarteritis nodosa.
o Wagener granulomatosis.
o Granulomatosis angiitis.
o SLE
o Rematoid artritis.
o Takayasu sindrom.
o Giant cell (temporal) arteritis.
o Tromboangitis obliterans.
o Akibat radiasi atau neoplasma.
o Skleroderma.
Infeksi.
o Syphilis.
o Herpes Zoster (N V cabang opthalmikus).
o Sistiserkosis.
o AIDS.
o Meningitis Bakterial.
Kelainan hematologi atau koagulasi.
Polisitemia rubra vera.
Sickle - cell disease.
Trombositosis esensial.
Trombotik trombositopeni purpura.
AT III defisiensi.
Protein C atau S defisiensi.
Hiperhomosisteinemia, Homosisteinuria.
Antiposfolipid / Anticardiolipin antibodi.
Malignansi.
Oral kontrasepsi.
2. Stroke Hemorhagik.
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak
a. Perdarahan Intra Serebral.
b. Perdarahan Sub Arahnoid.
II.5 Faktor Risiko
Pada saat stroke terjadi,maka pada umumnya telah ada (terjadi) penyakit lain
yang mendahului. Dengan demikian tampak bahwa stroke tidak berdiri sendiri.
Penyakit atau suatu kondisi yang ada atau terjadi sebelum kejadian stroke dan
menjadikan seseorang mudah atau rentan terkena stroke inilah yang disebut
sebagai faktor resiko stroke. Faktor resiko ada yang tidak mungkin diubah (non
modifiable risk factors) dan ada yang mungkin masih diubah (modifiable risk
factors). Non modifiable risk factors :
1. Umur.
2. Jenis kelamin.
3. Keturunan / genetik.
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung,
tetapi gen sangat berperan besar pada beberapa factor risiko stroke,
misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh
darah. Riwayat stroke dalam keluarga terutama jika dua atau lebih anggota
keluarga pernah menderita stroke pada usia 65 tahun.
Modifiable risk factors :
1. Behaviour.
a) Merokok.
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini
berlaku untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk
semua tipe stroke terutama perdarahan subarachnoid dan stroke infark,
merokok mendorong terjadinya atherosclerosis yang selanjutnya
memprofokasi terjadinya thrombosis arteri.
b) Unhealthy diet : lemak, garam berlebih-an, asam urat, kholesterol, low
fruit dieet.
c) Alkoholik.
d) Obat-obatan : narkoba, pil kontrasepsi, anti koagulan, antiplatelet.
2.Physiological risk factors.
a. Hipertensi.
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena
stroke sebanyak 30%. Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya
infark dan perdarahan otak yang terjadi pada pembuluh darah kecil.
Hipertensi mempercepat arterioskleosis sehingga mudah terjadi oklusi atau
emboli pada/dari pembuluh darah besar. Hipertensi secara langsung dapat
menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan
mikroaneurisma. Hal ini dapat menjadi penyebab utama PIS. Baik
hipertensi sistolik maupun diastolik, keduanya merupakan faktor resiko
terjadinya stroke.
b. Penyakit jantung.
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung
secara bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke tanpa
tergantung derajat tekanan darah. Penyakit jantung tersebut antara lain:
Penyakit katup jantung
Atrial fibrilasi
Aritmia
Hipertrofi jantung kiri (Lvh0
Kelainan EKG
c. Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak,
sedangkan peranannya pada perdarahan belum jelas. Diduga DM
mempercepat terjadinya proses arteriosklerosis, biasa dijumpai
arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai lebih dini. Infark otak
terjadi 2,5 kali lebih banyak pada penderita DM pria dan 4 kali lebih
banyak pada penderita wanita, dibandingkan dengan yang tidak menderita
DM pada umur dan jenis kelamin yang sama.
d. Infeksi : arteritis, AIDS, Lupus.
e. Gangguan ginjal.
f. Obesitas.
g. Polisitemia, penyakit hematologi.
h. Kelainan / anomali pembuluh darah.
II.6. Patofisiologi
Kondisi normal dan dalam keadaan istirahat aliran darah otak (ADO) orang
dewasa adalah sekitar 50-60 ml/100gram/menit. Bila berat otak rerata 1300 –
1400 gram (kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa), maka jumlah aliran
darah otak kira-kira 800ml/menit atau 20% dari seluruh curah jantung harus
beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan ADO demikian, kecepatan otak
untuk memetabolisme oksigen lebih kurang 3,5 ml/100gr/menit, CMRO2
(Cerebral Metabolisme Rate for Oxyangen) normal 3,5 cc/100 gr otak/menit dan
untuk glukosa membutuhkan 5mg/100gr/menit. Organ yang membutuhkan
metabolisme aktif ini tidak mempunyai cadangan yang berarti.
Iskemi otak berkenaan dengan kegagalan kondisi diatas. Perubahan sel neuron
terjadi secara bertahap yaitu:
1. Tahap 1
a. Penurunan aliran darah
Bila terjadi penurunan ADO hingga 50%, untuk sementara otak masih
mampu beradaptasi, sehingga kehidupan sel masih dapat dipertahankan.
Akan tetapi bila kejadian ini berlangsung lebih lama akan terjadi
kematian sel. Bila ADO menurun kira-kira 18 ml/100gr/menit, sel-sel
otak tidak dapat berfungsi secara normal (karena otak dalam keadaan
iskemik akibat kekurangan oksigen), namun mempunyai kemampuan
dapat pulih kembali. Ambang kegagalan fungsi sel saraf ialah bila ADO
menurun sampai 8 ml/100gr/menit, pada tingkat ini terjadi kematian sel
otak (infark otak). Inilah yang terjadi pada stroke. Suatu peristiwa
gangguan fungsi otak yang terjadi mendadak akibat gangguan pasok
darah untuk otak. Daerah otak dengan ADO antara 8-18 ml/100gr/menit
merupakan daerah yang dapat pulih menjadi normal atau dapat melanjut
mati sel otak. Daerah ini dinamai daerah “penumbra iskemik”.(daerah
sekarat atau setengah mati). Bila ingin menyelamatkan daerah ini ADO
harus dipulihkan dalam kurun waktu beberapa jam.
b. Penurunan Oksigen
Akibat CBF menurun, maka CMRO2 juga turun. Keadaan hipoksia ini
mengakibatkan produksi molekul oksigen tanpa pasangan elektron,
sebagai oxyangen-free radicals. Radikal bebas menyebabkan oksidasi
fatty acid di dalam organ sel dan plasma sel yang mengaki batkan
disfungsi sel.
c. Kegagalan energi
Otak hanya menggunakan glukosa sbg substrat dasar untuk metabolisme
energi, mengubah ADP manjadi ATP. Supply ATP secara konstan
penting untuk mem pertahankan integritas neuron , stabilitas ion Ca, Na
ekstraseluler dan ion K intraseluler. Jika supply oksigen berkurang
(hipoksia) maka terjadi proses anaerob glikolisis, yang menghasil kan
produksi ATP (energi) menurun / mengecil dan terjadi penumpukan asam
laktat. Akibatnya fungsi metabolisme sel saraf terganggu. Dengan terjadi
iskemik pada neuron, terjadi bebe rapa perubahan kimiawi yang
berpotensi dan mema cu peningkatan kematian sel, ion kalium akan ber
gerak menembus sel membran ke ekstraseluler, ion Calsium dan
Natrium bergerak ke dalam sel.
2. Tahap 2
a. Eksositosis dan Kegagalan Homeostasis Ion
Pada keadaan iskemik aktivitas neurotransmitter eksitatori (glutamat,
aspartat, asam kainat) meninggi di daerah iskemik tersebut. Keadaan
hipoksia, hipoglikemia dan iskemik ber kontribusi dalam menurunkan
energi dan mening gikan pelepasan glutamat,tetapi reuptake glutamat
justru berkurang. Karena sifat toksik dari glutamat ini, mengakibat kan
kematian sel. Glutamat juga membuka pintu masuk reseptor di membran,
sehingga meninggikan influks ion Na dan Ca ke dalam sel.
Dengan masuknya ion Na dalam jumlah besar dan diikuti ion Cl dan air,
sehingga menyebabkan edema serebri.
b. Spreading Depresion
Derajat keparahan iskemik yang disebabkan blokade arteri, bervariasi
dalam zona yang berbeda di daerah yang disupply oleh arteri tersebut.
Pada pusat zona tersebut aliran darah sangat ren dah (0 – 10 ml/100
gr/men) dan kerusakan yang ter jadi sangat parah sampai nekrosis (core
infarct). Didaerah pinggir zona tersebut aliran darah agak lebih baik (10 –
20 ml/100 gr/men), terjadi kega galan elektrik tanpa disertai kematian sel
yang per manen. Disebut daerah penumbra, keadaan antara hidup dan
mati, sel neuron dlm kedaan paralisis/ dysfungsi menunggu aliran darah
dan oksigen. Disebelah luar dari daerah penumbra adalah daerah
oligemia.
3. Tahap 3
Inflamasi
Respons inflamatorik mempunyai pengaruh buruk yang memperberat
perkembangan infark serebri. Disini terjadi perubahan kadar sitokin.
Mikroglia merupakan makrofag serebral yang merupakan sum ber sitokin
yang utama di serebral. Sitokin adalah mediator peptida molekuler meru
pakan protein atau glikoprotein yang dikeluarakan oleh suatu sel dan
mempengaruhi sel lain dlm suatu proses inflamasi. Contohnya : limfokin dan
interleukin IL yang terdiri dari bebera pa jenis : IL-1 beta,IL-6 ,IL-8,TNF
(Tumor Necrotizing Factor) alfa yang merupakan sitokin proinflamatorik.
Adanya IL-8 merupakan diskriminator terkuat yang membedakan kasus
stroke dengan non stroke. Produksi sitokin yang berlebihan mengakibatkan :
Plugging mikrovaskuler serebral dan pelepasan mediator vasokonstruktif
endothelium sehingga memperberat penurunan aliran darah.
Eksaserbasi kerusakan blood brain barrier dan parenkim melalui pelepasan
ensim hidrolitik, proteolitik dan produksi radikal bebas , yang akan
menambah neuron yang mati.
4. Tahap 4:
Apoptosis
Timbulnya gejala-gejala. Keadaan klinis yang ditemukan akan berbeda antar
satu penderita dengan penderita lainnya, yang terjadi bergantung pada: (1)
seberapa jauh kerusakan otak telah terjadi (2) dimana letak kerusakannya.
II. 7. Gejala Klinis
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke).
Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari
akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode
stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi
beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak
yang terkena. Beberapa gejala stroke sebagai berikut:
Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
Kesulitan menelan.
Kesulitan menulis atau membaca.
Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
Mual atau muntah.
Kejang.
Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
II. 8. Diagnosis
1. Anamnesis.
a. Gejala-gejala klinis yang mendadak.
b. Jenis patologis stroke infark atau haemorhagik.
c. Letak lesi / sistem pembuluh darah yang terganggu.
d. Faktor resiko.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
2. Pemeriksaan klinis.
Tabel 2. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tanda-
tandanya.
3. Pemeriksaan penunjang.
Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan penyebab
seorang terduga stroke. Suatu CT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau
massa di dalam otak, situasi yang sangat berbeda dengan stroke yang
memerlukan penanganan yang berbeda pula. Gold standard menggunakan CT
Scan kepala tanpa zat kontras. CT Scan berguna untuk menentukan:
Jenis patologi
Lokasi lesi
Ukuran lesi
Menyingkirkan lesi non vaskuler
Stoke non hemoragik menunjukan lesi hipodens(a), sedangkan stroke hemoragik
menunjukan lesi hiperdens(b).
Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga digunakan untuk secara
spesifik melihat pembuluh darah secara non invasif (tanpa menggunakan pipa atau
injeksi), suatu prosedur yang disebut MRA (magnetic resonance angiogram).
Metode MRI lain disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan
di beberapa pusat kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal beberapa
menit setelah aliran darah ke bagian otak yang berhenti, dimana MRI
konvensional tidak dapat mendeteksi stroke sampai lebih dari 6 jam dari saat
terjadinya stroke, dan CT scan kadang-kadang tidak dapat mendeteksi sampai 12-
24 jam. Sekali lagi, ini bukanlah test garis depan untuk mengevaluasi pasien
stroke.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna yang
disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat
memberikan informasi tentang aneurisma atau arteriovenous malformation.
(a) (b)
Seperti abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan
peningkatan teknologi canggih, CT angiography menggeser angiogram
konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-kadang
digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang dimasukkan
ke dalam arteri (biasanya di area selangkangan) dan zat warna diinjeksikan
sementara foto sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun angiogram
memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga
merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar
diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber
perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang
dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri carotis ketika pembedahan
untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan untuk dilakukan.
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan
pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes
dengan gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan
microphone pada dada atau turun melalui esophagus (transesophageal
achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor Holter sama dengan
electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada dada selama
24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang
dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya
arteri yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat
meningkatkan peluang terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur.
Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau
untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah secaraeening
mencari infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit
mungkin juga perlu dipertimbangkan.
Jika tidak tersedia fasilitas penunjang seperti CT Scan atau MRI, maka untuk
menegakan diagnosis stroke hemoragik atau non hemoragik dapat digunakan
skoring atau algoritma. Algoritma danpenilaian dengan score stroke:
1. Penetapan jenis stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gajah Mada.
2. Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi Stroke Score.
3. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj Stroke Score.
Siriraj Stroke Score
No Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor
1 Kesadaran (0) Kompos mentis(1) Mengantuk(2) Semi koma/koma
X 2,5 +
2 Muntah (0) Tidak(1) Ya
X 2 +
3 Nyeri kepala (0) Tidak(1) Ya
X 2 +
4 Tekanan darah Diastolik X 10% +
5 Ateroma a. D M b. Angina pektoris c. Klaudikasio intermiten
(0) Tidak(1) Ya
X (-3) -
6 Konstante - 12 - 12
H A S I L S S SCatatan :
1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
II. 9. Tatalaksana
Tujuan utama intervensi adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat
mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik.
Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
a. Breathing
Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah
kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar
oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi. Intubasi pada
pasien dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia
(radang paru) merupakan merupakan penyebab kematian utama pada
minggu ke 2 – 4 setelah serangan otak. Penderita sebaiknya berbaring
dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2 jam
b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan,
karena dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik
> 230 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik >
180 mmHg dan atau diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik).
Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Diltiazem (5 – 40 mg/Kg/menit drip),
nitroprusid (0,25 – 10 mg/Kg/menit infus kontinyu), nitrogliserin (5 – 10
mg/menit infus kontinyu), labetolol 20 –80 mg IV bolus tiap 10 menit,
kaptopril 6,25 – 25 mg oral / sub lingual
c. Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda
nyeri kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas,
obat yang biasa dipakai adalah manitol 20% 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB),
tiap 100 cc dihabiskan dalam 15 – 20 menit dengan pemantauan
osmolalitas antara 300 – 320 mOsm, keuntungan lain penggunaan
manitol penghancur radikal bebas.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak pelepasan
neurotransmiter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak
pemulihan metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi terhadap
protein kinase. Hipotermia ringan 30°C atau 33°C mempunyai efek
neuroprotektif.
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk
outcome pasien stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur
dengan dosis GD > 150 – 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL
dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL
dosis insulin 12 unit
d. Bladder : Bila terjadi retensio urine sebaiknya dipasang kateter
intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang
kondom kateter, pada wanita pasang kateter
e. Bowel : Jaga supaya defekasi teratur, pasang sonde bila didapatkan
kesulitan menelan makanan.
2. Tatalaksana Stroke
a. Stroke iskemik
i. Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi). Usaha menghilangkan
sumbatan penyebab stroke merupakan upaya yang paling ideal, obat
trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah r-tPA
(recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis 0,9/kgBB
maksimal 90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu
dalam 60 menit). Sayangnya bahwa pengobatan dengan obat ini
mempunyai persyaratan pemberian haruslah antara 3 - 4,5 jam onset
stroke (lebih baik dalam 3 jam pertama), sehingga hanya pasien yang
masuk rumah sakit dengan onset awal dan dapat penyelesaian
pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang cepat
saja yang dapat menerima obat ini. Pemberian obat ini diatas 4,5 jam
pertama serangan stroke meningkatkan mortalitas penderita stroke.
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki
hemorheologi seperti obat pentoxifillin yang yang mengurangi
viskositas darah dengan meningkatkan deformabilitas sel darah merah
dengan dosis 15 mg/kgBB/hari. Obat lain yang juga memperbaiki
sirkulasi adalah naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah melalui
unsur seluler darah dosis 600 mg/hari selama 10 hari iv dilanjutkan
oral 300 mg/hari
ii. Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat dua kelas
pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi
trombosit.
Anti koagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai risiko
untuk terjadi emboli otak seperti pasien dengan kelainan jantung
fibrilasi atrium non valvular, thrombus mural dalam ventrikel kiri,
infark miokard baru & katup jantung buatan. Obat yang dapat
diberikan adalah heparin dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6
jam kemudian sampai dicapai 1,5 – 2,5 kali control. hari ke 3 diganti
anti koagulan oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x
0,4 cc subkutan monitor trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah <
100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan dosis hari I = 8 mg, hari II
= 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR pasien -Pasien
dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi
trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan
heparin 2 x 5.000 unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 – 10
hari
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain
aspirin dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan
menghambat jalur siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi dengan
aspirin aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan
menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase dan ambilan
kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja
menghambat aktifitas fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg
dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine
dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi reseptor
adenosin difosfat dan thyenopyridine
Pada pasien dengan riwayat noncadioembolic stroke atai TIA
direkomendasikan untuk diterapi dengan aspirin (75-100 mg satu kali
perhari), clopidogrel (75 mg satu kali per hari), aspirin/SR
dipyridamole (25 mg/200 mg bid).
Dari macam-macam antiplatelet diatas untuk penggunaan jangka
panjang (>5 tahun) direkomendasikan penggunaan clopidogrel atau
aspirin/SR dipyridamole. Rejimen tersebut terbukti lebih baik
dibandingkan pengobatan tunggal aspirin dan cilostazol, selain itu
juga dapat mengurangi insidens kematian akibat kanker yang
diinduksi oleh aspirin.
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan
memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran dan
menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4 x
3 gr iv sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr peroral
sampai minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12
diberikan 2 x 2,4 gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12 jam.
Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat
neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai efek anti
oksidan “downstream dan upstream”. Efek downstream adalah
stabilisasi atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque
tromboemboli dari arteri ke arteri. Efek “upstream” adalah
memperbaiki pengaturan eNOS (endothelial Nitric Oxide Synthese,
mempunyai sifat anti trombus, vasodilatasi dan anti inflamasi),
menghambat iNOS (inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya
berlawanan dengan eNOS), anti inflamasi dan anti oksidan.
Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti
calpain, penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 – 50 cc
selama 21 hari menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang bermakna
II.10. Komplikasi
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik
stroke menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus
dikenali sejak dini sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan
dapat menentukan terapi yang sesuai.1 Komplikasi pada stroke yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
a. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat
menyebabkan defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya
menimbulkan kematian.
b. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab,
timbul bersama atau akibat stroke,merupakan penyebab kematian
mendadak pada stroke stadium awal.sepertiga sampai setengah
penderita stroke menderita gangguan ritme jantung.
c. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik dan pada umumnya akan memperberat defisit
neurologis.
d. Nyeri kepala
e. Gangguan fungsi menelan dan asprasi
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):
a. Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan salah satu
komplikasi stroke pada pernafasan yang paling sering, terjadi
kurang lebih pada 5% pasien dan sebagian besar terjadi pada pasien
yang menggunakan pipa nasogastrik.
b. Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali
pada saat penderita mulai mobilisasi.
c. Perdarahan gastrointestinal: Umumnya terjadi pada 3% kasus
stroke. Dapat merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid
pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2
pada pasien stroke ini.
d. Stroke rekuren
e. Abnormalitas jantung
Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:
- Edema pulmonal neurogenik
- Penurunan curah jantung
- Aritmia dan gangguan repolarisasi
f. Deep vein Thrombosis (DVT)
g. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin
3. Komplikasi jangka panjang
a. Stroke rekuren
b. Abnormalitas jantung
c. Kelainan metabolik dan nutrisi
d. Depresi
e. Gangguan vaskuler lain: penyakit vaskuler perifer
II. 11. Prognosis
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting
agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti
jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa
disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat
stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti
sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap
pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan
pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Stroke adalah disfungsi neurologik akut oleh karena gangguan pembuluh
darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala dan tanda yg sesuai dengan daerah otak yg
terganggu. Stroke merupkan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada
usia puncak produktif dan sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit
jantung dan keganasan . Disamping itu stroke adalah penyebab kecacatan yang
utama. Stroke adalah serangan otak yang merupakan kegawat daruratan medik
yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Antisipasi medis yang cepat,
tepat serta cermat akan dapat menyelamatkan penderita dari kematian serta dapat
mengurangi angka kecacatan.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organizations: Stroke 1989. Recommendations on stroke
prevention, diagnosis anf therapy. Stroke 1989, 20: 1407-31.
Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
ed.6. EGC, Jakarta. 2006.
Diagnosis topik neurologi : anatomi, fisiologi, tanda, dan gejala/ Peter Duus,
Jakarta: EGC, 1996.
Neuroanatomi Klinik, Richard Snell