Lapsus Bedah Saraf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus

Citation preview

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    1/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangCedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda

    paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral

    sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama

    pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu

    lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia

    produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih

    rendah, disamping penanganan pertama yang belum benar - benar , serta

    rujukan yang terlambat.

    Di Indonesia kajadian cidera kepala setiap tahunnya diperkirakan

    mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah diatas , 10% penderita meninggal

    sebelum tiba di rumah sakit. Dari psien yang sampai di rumah sakit , 80%

    dikelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10 % termasuk cedera sedang

    dan 10% sedang, dan 10 % termasuk cedera kepala berat.

    Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan

    para dokter mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan

    pertama pada penderita. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan

    mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan

    menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok

    tindakan yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita.

    Sebagai tindakan selanjutnya yang penting setelah primary survey adalah

    identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan pembedahan, dan

    yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala.

    Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -

    5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat

    secara konservatif. Pragnosis pasien cedera kepala akan lebih baik bila

    penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat. Adapun pembagian trauma

    kapitis adalah: Simple head injury, Commutio cerebri, Contusion

    cerebri, Laceratio cerebri, Basis cranii fracture.

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    2/24

    2

    Simple head injury dan Commutio cerebri sekarang digolongkan

    sebagai cedera kepala ringan, sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio

    cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat.

    Pada penderita korban cedera kepala, yang harus diperhatikan adalah

    pernafasan, peredaran darah dan kesadaran, sedangkan tindakan resusitasi,

    anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologist harus dilakukan

    secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan

    pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.

    1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana etiologi, klasifikasi, patogenesis, patologi kelainan dan

    penatalaksanaan Cidera Kepala dan Fraktur linier tulang kepala ?

    1.3 Tujuan1.4 Mengetahui etiologi, klasifikasi, patogenesis, patologi kelainan dan

    penatalaksanaan Cidera Kepala dan Fraktur linier tulang kepala

    1.5 Manfaat

    1.5.1

    Menambah wawasan mengenai penyakit bedah syaraf khususnya CideraKepala dan Fraktur linier tulang kepala

    1.5.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikutikepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah syaraf.

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    3/24

    3

    BAB II

    STATUS PENDERITA

    2.1 IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Ny. S

    Umur : 21 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : IRT

    Agama : Islam

    Alamat : Wonosari

    Status perkawinan : Menikah

    Suku : Jawa

    Tanggal MRS : Kamis, 31 Mei 2012

    Tanggal periksa : Senin, 3 Juni 2012

    No. Reg :

    2.2 ANAMNESA

    1. Keluhan Utama : Nyeri kepala2. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan

    keluhan nyeri kepala setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 2 jam

    yang lalu, pada kamis jam 07.00 pagi, pasien pergi kerumah neneknya

    mengendarai sepeda motor saat itu dibonceng oleh adik pasien, waktu

    melewati jalan menurun sepeda motor yang dikendarai pasien remnya

    blong, adik pasien tidak mampu mengendalikan sepeda motor yg

    dikendarainya itu dan masuk ke perkebunan kopi saat itu pasien jatuh

    dari motor dan kepalanya terbentur pada pohon kopi sesaat setelah

    kejadian pasien tidak sadar dan segera dibawa ke puskesmas Jatirejo,

    setelah dipuskesmas pasien masih tidak sadar dan disarankan untuk

    dirujuk ke IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen, saat perjalan menuju

    RSUD kanjuruhan pasien sadar dan kemudian muntah-muntah sebanyak

    2x, kemudian jam 09.00 pagi pasien sampai di IGD dalam keadaan

    sadar.

    3. Riwayat Penyakit Dahulu :

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    4/24

    4

    Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya Diabetes Mellitus disangkal Hipertensi disangkal Alergi disangkal

    4. Riwayat Pengobatan :Pasien tidak sedang mengkonsumsi obatobatan apapun sebelumnya.

    5. Riwayat Penyakit Keluarga : Trauma disangkal Operasi disangkal Diabetes Mellitus disangkal Hipertensi disangkal Asma disangkal

    2.3 PEMERIKSAAN FISIK (05-02-2012)

    1) Vital signTensi : 110/70 mmHg

    Suhu : 37 0 C

    Nadi : 80 x/menit

    R.R : 22 x/menit

    2) Status NeurologikKesadaran : GCS 3.5.6

    Reflek fisiologis : (+)

    Refleks Patologis : (-)

    3) Status Generalis Kepala Bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut, terdapat laserasi

    pada dahi kiri, serta luka robek pada dahi kiri lebar 7 cm sedalam

    tulang.

    Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), odem (-/+) hematom

    palpebra (-/+), subkonjungtiva bleeding (-/-).

    Telinga Bentuk normotia, otorhoe (-) dextra, battle sign (-) dexra

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    5/24

    5

    Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

    Mulut dan Tenggorokan Bibir atas luka (-), perdarahan (-).

    Leher JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid

    (-), kelenjar getah bening tidak teraba membesar, tidak teraba

    adanya benjolan.

    Thorax Paru-paru

    Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis,luka dan benjolan tidak tampak.

    Palpasi : Stem fremitus paru kanan sama dengan parukiri

    Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : Suara nafas vesikuler + / +, ronkhi - / -,

    wheezing - / -

    Jantung Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V MCLS Perkusi : Redup

    Batas atas : ICS III parasternal line sinistra

    Batas kiri : ICS V MCLS

    Batas kanan : ICS V midsternal line

    Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, Murmur -/-, Gallop-/-

    Abdomen Inspeksi : datar, tidak tampak adanya kelainan Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan

    epigastrium (-)

    Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal

    Kulit

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    6/24

    6

    Warna sawo matang, turgor kulit baik. Ekstremitas

    Ekstremitas superior et inferior tidak tampak kelainanPENANGANAN IGD

    Ivfd RL 20 tetes/menit Inj Cefotaxime 3 x 1 gram Inj Antrain 2 x 500 mg Inj Ranitidin 2 x 1 ampul Inj ATS 1500 iu

    PENANGANAN IGD (setelah konsul dr Yahya Sp.BS)

    Konservatif Terapi Vulnus Laserasi bersihkan semaksimal mungkin. Cefotaxim 3 x 1gram Inj Antrain 2 x 500 mg Inj Ranitidin 2 x 1 ampul Inj ATS 1500 iu Pro Debridement (bila perlu)

    PRIMARY SURVEY (31-05-2012)

    A : Airway clear, snoring (-), gurgling (-), crowing (-), maxillofacialinjury (-), C-spine stabil

    B : Spontan, RR : 22 x/i, retraksi iga (-), pernafasan cuping hidung (-),hematopneumothorax (-)

    C : Akral H/M/K, HR : 80 x/i, TD : 110/70 mmHg D : GCS 14 (E3V5M6) E : 37 0CPEMERIKSAAN FISIK(31-05-2012)

    B1 : Airway : Clear, RR : 22 x/i, SP : Vesikuler, ST : -, Bloody Rinorhoe(-), Bloody Otorrhoe (-), sesak (-), asma (-), batuk (-), alergi (-).

    B2 : Akral : H/M/K, TD : 110/70 mmHg, HR : 88 x/i, Reguler, T/Vkuat/cukup, Temp : 370 C

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    7/24

    7

    B3 : Sens : GCS 14 (E3V5M6), pupil isokor, d/s : 3 mm, RC +/+, Ptosis(-/-)

    B4 : DC (-), warna : kuning jernih. B5 : Abdomen soepel, peristaltik (+). B6 : Oedem (-), luka bersih, tampak di jahit, dan di tutup dengan kassa

    dan plester di kepala sebelah kiri

    2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    CT-Scan Kepala tanggal 31 Mei 2012

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    8/24

    8

    KESAN

    a) Fracture linier frontal sinistra

    2.5 RESUMESeorang wanita berusia 21 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan

    Kepanjen dengan keluhan nyeri kepala setelah kecelakaan lalu lintas, pasien

    sempat tidak sadar setelah kepalanya terbentur pohon kopi, kemudian pasien

    sadar dan muntah 2x, pasien tiba di IGD dalam kondisi sadar. Pasien

    mengalami luka robek pada dahi sebelah kiri selebar 7 cm sedalam tulang,

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 356, T=110/70, S=37C, RR=22

    x/menit Nadi 80 x/ menit, odem (+) hematom (+) pada palpebra kiri.

    Pemeriksaan penunjang CT scan: fracture linier frontal sinistra.

    2.6 WORKING DIAGNOSA

    Cedera Kepala Ringan + Fraktur Linier Frontal Sinistra

    2.8 PLANNING DIAGNOSA

    1. Lab DL2. CT Scan

    2.9 PLANNING TERAPI

    1. Medikamentosa RL20 tetes/menit Cefotaxim 3 x 1gram Ranitidin 2 x 1 ampul Antrain 3 x 1 gram ATS 1500 iu

    2. Non medikamentosa Observasi TTV

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    9/24

    9

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 ANATOMI KEPALA

    Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang

    membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat

    kita seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami

    kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di perbaiki lagi.

    Otak dilindungi oleh:

    1) SCALPSCALP/Kulit kepala terdiri atas 5 lapisan, 3 lapisan pertama saling

    melekat dan bergerak sebagai satu unit.

    SCALP terdiri dari:

    Skin atau kulitTebal, berambut dan mengandung banyak kelenjar sebacea.

    Connective Tissue atau jaringan penyambungMerupakan jaringan lemak fibrosa yang menghubungkan kulit dengan

    aponeurosis dari m. occipitofrontalis di bawahnya. Banyak

    mengandung pembuluh darah besar terutama dari lima arteri utama

    yaitu cabang supratrokhlear dan supraorbital dari arteri oftalmik di

    sebelah depan, dan tiga cabang dari karotid eksternal-temporal

    superfisial, aurikuler posterior, dan oksipital di sebelah posterior dan

    lateral. Pembuluh darah ini melekat erat dengan septa fibrosa jaringan

    subkutis sehingga sukar berkontraksi atau mengkerut. Apabila

    pembuluh ini robek, maka pembuluh ini sukar mengadakan

    vasokonstriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah yang

    bermakna pada penderita laserasi kulit kepala. Perdarahan sukar

    dijepit dengan forcep arteri. Perdarahan diatasi dengan menekannya

    dengan jari atau dengan menjahit laserasi.

    Aponeurosis atau galea aponeurotikaMerupakan suatu jaringan fibrosa, padat, dapat digerakkan dengan

    bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal,

    menghubungkan otot frontalis dan otot occipitalis.

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    10/24

    10

    Spatium subaponeuroticum adalah ruang potensial dibawah

    aponeurosis epicranial. Dibatasi di depan dan di belakang oleh origo

    m. Occipito frontalis, dan meluas ke lateral sampai ke tempat

    perlekatan aponeurosis pada fascia temporalis.

    Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgarMenghubungkan aponeurosis galea dengan periosteum cranium

    (pericranium). Mengandung beberapa arteri kecil dan beberapa

    v.emmisaria yang menghubungkan v.diploica tulang tengkorak dan

    sinus venosus intrakranial. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa

    infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, sehingga

    pembersihan dan debridement kulit kepala harus dilakukan secara

    seksama bila galea terkoyak. Darah atau pus terkumpul di daerah ini

    dan tidak bisa mengalir ke region occipital atau subtemporal karena

    adanya perlekatan occipitofrontalis. Cairan bisa masuk ke orbita dan

    menyebabkan hematom yang bisa jadi terbentuk dalam beberapa

    waktu setelah trauma kapitis berat atau operasi kranium.

    PericraniumMerupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang

    tengkorak. Sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan periousteum

    pada permukaan luar tulang berlanjut dengan periousteum pada

    permukaan dalam tulang-tulang tengkorak.

    Gambar 1. Anatomi Kepala

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    11/24

    11

    2) Tulang TengkorakTulang tengkorak terdiri dari calvarium (kubah) dan basis cranii (bagian

    terbawah). Pada kalvaria di regio temporal tipis, tetapi di daerah ini

    dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii terbentuk tidak rata sehingga

    dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi

    dan deselarasi.

    Pada orang dewasa, tulang tengkorak merupakan ruangan keras yang

    tidak memungkinkan perluasan isi intracranial. Tulang tengkorak

    mempunyai 3 lapisan, yaitu:

    a) Tabula interna ( lapisan tengkorak bagian dalam)b) Diploe (rongga di antara tabula)c) Tabula eksterna (lapisan tengkorak bagian luar)

    Tabula interna mengandung alur-alur yang berisiskan arteria meningea

    anterior, media, dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak

    menyebabkan terkoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan

    arterial yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural,

    dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati

    dengan segera.

    Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior yang

    merupakan tempat lobus frontalis, fossa media yang merupakan tempat

    lobus temporalis, fossa posterior yang merupakan tempat bagian bawah

    batang otak dan cerebellum.

    3) MeningenSelaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3

    lapisan, yaitu:

    1. DuramaterDuramater adalah selaput keras yang terdiri atas jaringan ikat fibrosa

    yang melekat erat pada pada permukaan dalam kranium. Duramater

    terdiri dari dua lapisan, yaitu:

    Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar, dibentuk olehperiosteum yang membungkus dalam calvaria.

    Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosayang kuat

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    12/24

    12

    yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan duramater

    spinalis yang membungkus medulla spinalis.

    2. ArakhnoidArakhnoid adalah membran fibrosa halus, tipis, elastis, dan tembus

    pandang. Di bawah lapisan ini terdapat ruang yang dikenal sebagai

    subarakhnoid, yang merupakan tempat sirkulasi cairan LCS.

    3. PiamaterPiamater adalah membran halus yang melekat erat pada permukaan

    korteks cerebri, memiliki sangat banyak pembuluh darah halus, dan

    merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk ke dalam

    semua sulkus dan mem-bungkus semua girus.

    Gambar 2. Susunan struktur kepala

    3.2 C E D E R A K E P A L A

    3.2.1 DEFINISI

    Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda

    paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral

    sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama

    pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan

    lalulintas.

    Adapun pembagian trauma kapitis adalah:

    Simple head injury Commotio cerebri Contusion cerebri

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    13/24

    13

    Laceratio cerebri Basis cranii fracture

    Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan

    sebagai cedera kepala ringan. Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratiocerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat.

    Pada penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah umum

    dan kesadaran, sehingga tindakan resusitasi, anmnesa dan pemeriksaan fisik

    umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan

    cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.

    3.2.2 MEKANISME DAN PATOLOGI

    Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa

    benturan langsung pada kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau

    difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak.

    Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural,

    subdural dan intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan

    fungsi saja, yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus.

    Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah.

    Gelombang ini mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar,

    akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan yang disebut coup

    atau ditempat yang berseberangan dengan benturan (contra coup)

    3.2.3 GAMBARAN KLINIS

    Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya.

    Derajat cedera dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system

    GCS, yakni metode EMV (Eyes, Verbal, Movement).

    1. Kemampuan membuka kelopak mata (E) Secara spontan 4 Atas perintah 3 Rangsangan nyeri 2 Tidak bereaksi 1

    2. Kemampuan komunikasi (V) Orientasi baik 5 Jawaban kacau 4

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    14/24

    14

    Kata-kata tidak berarti 3 Mengerang 2 Tidak bersuara 1

    3.

    Kemampuan motorik (M) Kemampuan menurut perintah 6 Reaksi setempat 5 Menghindar 4 Fleksi abnormal 3 Ekstensi 2 Tidak bereaksi 1

    3.2.4 PEMBAGIAN CEDERA KEPALA1. Simple Head Injury

    Diagnosasimple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:

    Ada riwayat trauma kapitis Tidak pingsan Gejala sakit kepala dan pusing

    Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat

    simptomatik dan cukup istirahat.2. Commotio Cerebri

    Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang

    berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak

    disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala,

    vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.

    Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau

    terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri

    mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan

    sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini

    timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.

    Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG,

    pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk

    observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap.

    3. Contusio Cerebri

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    15/24

    15

    Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di

    dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata,

    meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Yang penting

    untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika

    itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi

    yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh

    karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga

    menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularis

    difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu,

    kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung.

    Timbulnya lesi contusio di daerah coup , contrecoup, dan

    intermediatemenimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa

    refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran puli

    kembali, si penderita biasanya menunjukkan organic brain syndrome.

    Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang

    beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah

    cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi

    rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena

    pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan

    bisa timbul.

    Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak

    lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. Terapi dengan

    antiserebral edem, anti perdarahan, simptomatik, neurotropik dan perawatan

    7-10 hari.

    4. Laceratio CerebriDikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan

    robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan

    subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat

    dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.

    Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang

    disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada

    fraktur depressed terbuka. Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan

    oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    16/24

    16

    5. Fracture Basis CraniiFractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan

    fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana

    yang terkena.

    Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:

    Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding Epistaksis Rhinorrhoe

    Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:

    Hematom retroaurikuler, Ottorhoe Perdarahan dari telinga

    Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto basis kranii.

    Komplikasi:

    Gangguan pendengaran Parese N.VII perifer Meningitis purulenta akibat robeknya duramater

    Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya

    harus disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi.

    Tindakan operatif bila adanya liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.

    Adapun pembagian cedera kepala lainnya:

    Cedera Kepala Ringan (CKR) termasuk didalamnya Laseratio danCommotio Cerebri

    o Skor GCS 13-15o Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari

    10 menit

    o Pasien mengeluh pusing, sakit kepalao Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan

    kelainan pada pemeriksaan neurologist.

    Cedera Kepala Sedang (CKS)o Skor GCS 9-12o Ada pingsan lebih dari 10 menito Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    17/24

    17

    o Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dananggota gerak.

    Cedera Kepala Berat (CKB)o Skor GCS

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    18/24

    18

    o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyerikepala sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa

    jam kemudian timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti

    nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah

    meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi

    lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini adalah

    tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial.

    o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)o Interval lucido Peningkatan TIKo Gejala lateralisasi hemiparese

    o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapatihematoma subkutan

    o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar.Pada sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda

    kerusakan traktus piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon

    meninggi dan refleks patologik positif.

    o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonvekso LCS : jerniho Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan

    pengikatan pembuluh darah.

    2. Hematom subduralo Letak : di bawah duramatero Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan

    laserasi piamater serta arachnoid dari kortex cerebri

    o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertamaKronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma

    o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudianAda bagian hipodens yang berbentuk cresent.

    Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim

    otak (bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai

    lengkung tulang tengkorak). Isodens terlihat dari midline yang

    bergeser

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    19/24

    19

    o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalamotak (dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan

    subdural hematom akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.

    3. Perdarahan IntraserebralPerdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal,

    terbanyak pada lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma

    kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja.

    Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian,

    perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan

    kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai

    dengan fungsi bagian otak yang terkena.

    4. Oedema serebriPada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama

    pingsannya, mungkin hingga berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa

    commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan darah dapat naik, nadi

    mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga tidak

    ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.

    TIK meningkat Cephalgia memberat Kesadaran menurun

    Jangka Panjang :

    1. Gangguan neurologis

    Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan

    gangguan N. VIII, disartria, disfagia, kadang ada hemiparese

    2. Sindrom pasca traumaDapat berupa : palpitasi, hidrosis, cape, konsentrasi berkurang, libido

    menurun, mudah tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah

    lupa, gangguan tingkah laku, misalnya: menjadi kekanak-kanakan,

    penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi.

    3.2.8 TERAPI

    CKR :

    Perawatan selama 3-5 hari

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    20/24

    20

    Mobilisasi bertahap Terapi simptomatik Observasi tanda vitalCKS :

    Perawatan selama 7-10 hari Anti cerebral edem Anti perdarahan Simptomatik Neurotropik Operasi jika ada komplikasiCKB :

    Seperti pada CKS Antibiotik dosis tinggi Konsultasi bedah saraf

    3.2.9 PROGNOSA

    Skor GCS penting untuk menilai tingkat kesadaran dan berat ringannya

    trauma kapitis.

    3.3 FRAKTUR KRANIUM

    3.3.1 Definisi

    Fraktur tulang tengkorak merupakan fraktur yang terjadi pada tulang

    tengkorak. Fraktur kranium merupakan hasil dari trauma tumpul atau penetrasi.

    Fraktur cranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak dan dapat

    berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. Fraktur dasar

    tengkorak biasanya memerlukan CT scan dengan teknik bone window untuk

    memperjelas garis fraktur Fraktur cranium terbuka atau komplikata

    mengakibatkan adanya hubunga antara laserasi kulit kepala dan permukaan otak

    karena robeknya selaput duramater. Keadaan ini membutuhkan tindakan dengan

    segera.

    Adanya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa benturan yang terjadi

    cukup berat sehingga mengakibatkan retaknya tulang tengkorak. Frekuensi

    fraktur tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktur ditemukan bila penelitian

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    21/24

    21

    dilakukan di populasi yang lebih banyak mempunyai cidera berat. Fraktur

    Kalvaria linear mempertinggi risiko hematom intracranial sebesar 400 kali

    pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Untuk alas

    an ini adanya fraktur tengkorak mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit

    untuk pengamatan (Davidh, 2009)

    3.3.2 Klasifikasi Fraktur Kranium

    Menurut Japardi (2004), klasifikasi fraktur tulang tengkorak sebagai berikut;

    1. Gambaran fraktur, dibedakan atas :

    a. Linier

    Fraktur linear, adalah fraktur yang paling tersering ditemukan, terjadi retakanpada fraktur linear tetapi tidak terjadi displacement. Fraktur linier terjadi secara

    sekunder terhadap kekuatan yang besar pada permukaan yang lebar,merupakan

    cedera benturan yang disebabkan oleh perubahan bentuk kepala dari sisi

    benturan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah kejadian, sisi, arah dan

    tingkat fraktur. Fraktur linier dapat terjadi pada kubah kranium atau basis

    kranium, tergantung pada beban energi yang terjadi dengan arah jarak

    sdeselerasi, dan bentuk objek yang membentur kepala.

    Gambar 3 Fraktur Linier

    b. Diastase

    Fraktur yang terjadi pada sutura sehingga terjadi pemisahan sutura kranial.

    Fraktur ini biasa terjadi pada anak usia di bawah 3 tahun.

    c. Comminuted

    Fraktur dengan dua atau lebih fragmen fraktur.

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    22/24

    22

    d. Depressed

    Apabila fragmen tulang tertekan, dengan atau tanpa robekan pada kulit kepala.

    Gambar 4 Klasifikasi Fraktur Kraniun

    2. Lokasi Anatomis, dibedakan atas :

    a. Calvarium / Konveksitas ( kubah / atap tengkorak )b. Basis cranii ( dasar tengkorak )

    3. Keadaan luka, dibedakan atas :

    a. Terbuka

    b. Tertutup

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    23/24

    23

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Pada pasien yang mengalami Cedera Kepala perlu dilakukan

    penanganan yang cepat dan tepat, baik dalam upaya untuk tindakan life

    saving dan untuk mencegah terjadinya kecacatan fisik maupum mental,

    sehingga setelah semua kegawatan telah diatasi perlu dilakukan pemeriksaan

    penunjang yang tepat untuk mendapatkan diagnosa pasti, sehingga terapi

    Operatif dan Non-operatif (medikamentosa dan non-medikamentosa) yang

    diberikan dapat adekuat dan tepat.

  • 7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cedera Kepala dalam American College of Surgeon.Advance Trauma LifeSupport. 1997. USA: First Impression. Halaman 196-235.

    2. Tondi MT, Patofisiologi Cedera Kepala dalam Referat Malam Klinik. 2002.3. Cedera Kepala. Kuliah Bedah Saraf. 20044. Melbourne Neurosurgery. Skull Fracture. 2000.5. Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, et al. The localizing value of asymmetry in

    pupillary size in severe head injury: relation to lesion type and location.

    Neurosurgery. May 1994;34(5):840-5;

    6. Gennarelli TA, Thibault LE. Biomechanics of acute subdural hematoma. JTrauma. Aug 1982;22(8):680-6.

    7. Wedro B C, Stoppler MC. Head Injury Overview. on emedicine health.Available at

    http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=59402&page=1

    #overview

    8. Qureshi N H, Harsh G, Nosko M G, Talavera F, Wyler A R, Zamboni P. Skullfracture. On emedicine health 2009. Available at

    http://emedicine.medscape.com/article/248108-clinicalmanifestations last update

    4 mei 2012

    9. Bachrudin, M. Dasar-Dasar Neurologi. 200810.Moore K.L., Agur A.M.R. 2002.Essential Clinical Anatomy. Philadelphia:

    Lippincott Williams & Wilkins.

    11.Reilly, Peter L And Bullock, Ross. 2005.Head Injury-Pathophysiology AndManagement. Oxford University Press : New-York

    12.Sadewo dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Penerbit FKUI : Jakarta13.Satynegara. 2010.Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. PT Gramedia : Jakarta.