Author
ryzka-erlita
View
70
Download
3
Embed Size (px)
Page
1
ONKOLOGI UROGENITALIA
Tumor traktus urogenitalia merupakan keganasan yang sering dijumpai di
tempat praktek sehari – hari yang mungkin terlewatkan karena kekurangwaspadaan
dokter dalam mengenali penyakit ini. Di antara keganasan urogenitalia, karsinoma
kelenjar prostat merupakan keganasan yang angka kejadiannya paling banyak,
kemudian disusul oleh keganasan buli – buli. Gejala penting dan sering dianggap
remeh oleh pasien adalah hematuria yang berulang. Hematuria ini seringkali sembuh
sendiri sehingga pasien enggan untuk mencari pengobatan, padahal tumor tetap
tumbuh makin membesar dan mengadakan penyebaran. Keadaan ini menyebabkan
pasien datang dalam stadium lanjut.
Keganasanan urogenitalia dapat tumbuh di seluruh organ urogenitalia mulai
dari ginjal beserta salurannya, ureter, buli – buli, prostat, uretra, testis, dan penis.
Semua gambaran/manifestasi klinis tumor urogenitalia tergantung dari letak tumor,
stadium, dan penyulit yang disebabkan oleh tumor. Tumor primer yang berada
disaluran kemih, sering kali menyebabkan perdarahan (hematuria), membentuk
bekuan darah, dan menyebabkan retensi urine. Jika membuntu ureter dapat
menimbulkan kolik, hidronerosis, dan kerusakan ginjal. Metastasis pada paru, otak,
tulang dan liver dapat menyebabkan gangguan organ tersebut dan memberikan
manifestasi klinis sesuai dengan gejala organ yang terkena.
Stadium
Untuk mengukur derajat penyebaran tumor ditentukan dalam stadium tumor.
Menurut UICC (Union Internationale Contre le concere) yaitu perhimpunan kanker
dunia, tingkat invasi tumor dinyatakan dalam sistem TNM atau Tumor Nodul
Metastasis.
T adalah tingkat pertumbuhhan tumor di dalam organ atau tingkat penyebaran
tumor ke organ sekitarnya. T diberi tanda dari T0 sampai T4
Page
2
N berarti penyebaran tumor secara limfogen. Terdapatnya penyebaran secara
limfogen ini dinilai dari adanya pembesaran limfonudi yang mengandung sel – sel
ganas. N diberi tanda dari N0 sampai N3
M berarti penebaran secara hematogen ke organ – organ lain yang ltekanya
berjauhan dari tumor primer. M diberi tanda M0 jika tidak dijumpai adanya matstasis
dan M1 jika sudah terdapat metastasis secara hematogen.
Pada penulisannya, stadium tumor dinyatakan sebagai T0-4, N0-3, dan M0-1
sedangkan jika luas invasi atau ekstensi tumor belum dapat ditentukan dalam
penulisannya jika luas invasi atau ekstensi tumor belum dapat ditentukan dalam
penulisannya dinyatakan dalam x, yaitu Tx, Nx, atau Mx.
Derajat diferensiasi sel (Grading)
Penentuan derajat diferensiasi sel tumor ditentukan berdasarkan atas
pemeriksaan histopatologi:
G1 : diferensiasi sel baik
G2 : diferensiasi sel sedang
G3 : diferensiasi sel jelek
Pemeriksaan Patologi
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan sitopatologi dan histopatologi.
Pemeriksaan sitopatologi sering dikerjakan melalui pemeriksaan sitologi urine dan
sitologi yang diperoleh dari FNAB (Fine needle aspiration biopsy) atau biopsy
aspirasi jarum halus (BAJAH). Dari pemeriksaan ini dapat diketahui perubahan
morfologi sel yang diperiksa, yakni telah berubah menjadi sel ganas atau tidak.
Bahan untuk pemeriksaan histopatologi didapatkan dari biopsy jaringan atau
specimen hasil operasi yang secara lengkap disebutkan tentang ganas tidaknya
jaringan yang diperiksa, jenis histopatologinya, stadium patologi (pT), dan greding
(derajat diferensiasi) tumor. Hasil pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku
emas (gold standard) dalam penegakan diagnosis suatu keganasan
Page
3
I. TUMOR GINJAL
Kanker ginjal adalah merupakan suatu keganasan pada perenkin ginjal
yang berasal dari tubulus proksimal ginjal. Kanker ginjal merupakan tumor
urogenetalia nomor tiga terbanyak setelah tumor prostat dan tumor kandung
kemih. Semakin meluasnya penggunaan ultrasound abdomen sebagai salah
satu pemeriksaan screening (penyaring) diberbagai klinik rawat jalan, makin
banyak ditemukan kasus tumor ginjal yang masih stadium awal.
Anatomi Sistim Urinaria
1. Klasifikasi.
Ginjal terdiri atas parenkin ginjal dan sistim saluran ginjal yaitu system
pelvikalises. Kedua bagian ginjal itu beisa terserang tumor jinak maupun
tumor ganas dengan gambaran klinis dan prognosis yang berbeda-beda.
Tumor ginjal dapat berasal dari tumor primer di ginjal ataupun
merupakan tumor sekunder yang berasal dari metastasis keganasan dari
Page
4
tempat lain. Tumor ginjal primer dapat mengenai parenkin ginjal maupun
mengenai suistem saluran ginjal. Selain tumor ganas bebera[pa tumor jinak
dapat mengenai ginjal.
1) Harmatoma Ginjal
a. Pengertian
Harmatoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor jinak
ginjal yang terdiri dari komponen lemak, pembuluh darah, damn otot
polos. 50% dari hermatoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis
atau penyakit Bournville, yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai
dengan retardasi mental, epilepsy, adenoma sebaseum dan terdapat
harmatoma di retina, paru, hepar, tulang, pancreas dan ginjal. Tumor
ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria dengan
perbandingan 4 : 1.
b. Gambaran klinis
a) Nyeri pinggang
b) Hamaturia
c) Gejala obstruktif saluran kemih bagian atas
Tumor ginjal
Korteks ginjal
Sistim saluran
Jinak
Ganas
Jinak
Ganas
AdenomaLipoma
HarmatomaOnkotitoma
Adenoma karsinomaNefroblastoma
Papiloma
Tumor pelvis renalis
Page
5
d) Terdapat perdarahan rongga reproperitoneal
c. Pencitraan.
Karena banyak mengandung komponen lemak inilah yang
membedakan hamartoma dengan adenoma karsinoma ginjal ; sehingga
pada ultrasonografi akan terlihat gambaran hiperekoik dan jika
dikonfirmasikan dengan CT scan tampak area yang menunjukkan
densitas negative. Gambran ini patognomonis untuk suatu hamartoma.
d. Terapi.
Tumor kecil dan tanpa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati.
Hanya saja memerlukan evaluasi berkala yang teratur untuk
mengetahuim perkembangan besarnya masa tumor. Jika tumor menjadi
semakin besar, dan sangat mengganggu perlu dipertimbangkan untuk
tindakan nefrektomi.
2) Adenoma Karsinoma Ginjal
a. Pengertian.
Adenoma karsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkin ginjal
yang berasal dari tubulus proksimal ginjal. Tumor ini dikenal dengan
nama Tumor Grawis, Hipernefroma, Karsinoma sel ginjal, atau
internist tumor.
Tumor ini merupakan 3% dari keseluruhan keganasan pada
orang dewasa. Penemuan kasus baru meningkat setelah
diketemukannya alat bantu diagnose USG dan CT scan. Angka
kejadian pada pria lebih banyak dari pada wanita dengan perbandingan
2 : 1. Meskipun tumor ini banyak diderita oleh usia lanjut ( setelah 40
tahun ), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda. Kejadian
tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat 2% pada kasus.
b. Etiologi
Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya
adenoma karsinoma ginjal, tetapi sampai saat ini belum ditemukan
Page
6
agen yang spesifik sebagai penyebab. Merokok merupakan faktor
resiko yang paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal. Meskipun
belum ada bukti yang kuat, diduga kejadian kanker ginjal berhubungan
dengan konsumsi kopi, obat-oabatan jenis analgetik dan pemberian
estrogen.
c. Patologi
Tumor berasal dari tubulus proksimal ginjal yang mula-mula
berada didalam korteks, dan kemudian menebus kapsul ginjal.
Beberapa jenis tumor bisa berasal dari tubulus distal maupun duktus
kologentes. Biasanya tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang
terdiri atas parenkin ginjal yang tertekan oleh jaringan tumopr dajn
jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista yang berasal dari tumor
yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota merupakan
barier yang menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya.
Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye ; sedangakna
pada gambran histopatologik terdapat berbagai, yakni clear cell,
granular, sarkomatoid, papiler, dan bentuk campuran.
d. Stadium
Robson membagi derajad invasi adenokarsinoma ginjal dalam 4
stadium :
a) Stsdium I : Tumor masih terbatas didalam ginjal dengan fasia
gerota masih utuh.
b) Stadium II : Invasi ke jaringan lemak perineal dengan fasia gerota
masih utuh.
c) Stadium III : Invasi vena renalis / vena kava atau limfonudi
regional.
d) Stadium IV : Ekstensi ke organ sekitar / metastasia jauh usus.
Page
7
e. Gejala dan tanda klinis.
Didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa : nyeri pinggang,
hematuria, dan massa pada pinggang merupakan tanda tumotr
dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor kedalam
organ lain, sumbatan lairan urine, atau massa tumor yang
menyebabkan peregangan kapsula fibrosa giinjal.
Febris disebabkan karena nekrosis tumor atau terbebasnya pirogen
endogen oleh tumor ginjal. Hipertensi yang mungkin disebabkan
karena oklusi vaskuler akibat penekanan oleh tumor. Terjadinya
A-V ( artei venous ) shunting pada massa tumor, atau hasil
produksi subtansi resort oleh tumor.
Anemia karena perdarahan intra tumoral.
Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur. Varikokel
ini terjadi akibat obstruksi vena spermatika iterna karerna terdesak
oleh tumor ginjal atau tersumbat oleh thrombus sel-sel tumor.
Tanda-tanda mentastasis ke paru atau hepar. Kadang-kadang
didapatkan sindroma paraneoplastik yang terdiri
(1). Sindroma staufer ( penurunan fungsi lever yang tidak ada
hubungannya dengan metastasis pada hepar dengan disertai
nekrosis pada berbagai area pada liver).
Page
8
(2) Hiperkalsemia (terdapat pada 10% kasus kanker ginjal).
(3) Polisitemia akibat peningkatan produksi eritropoitin oleh
tumor.
(4) Hipertensi akibat meningkatnya kadar renin
2. Etiologi Kanker Ginjal
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan
dan genetic yang menjadi predisposisi terbentuknya karsinoma sel ginjal,
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Merokok.
b. Obesitas. Menjadi faktor resiko, terutama pada wanita, BB meningkat,
memiliki hubungan linear dengan meningkatkan resiko.
c. Hipertensi dikaitkan dengan peningkatan insiden karsinoma sel ginjal.
d. Penyakit kistik ginjal pada pasien yang menjalani dialysis ginjal jangka
panjang. Hal ini predisposisi untuk kanker sel ginjal.
e. Tranplantasi ginjal. Presdisposisi pada peneriman tranplantasi ginjal.
f. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (PHL) merupakan penyakit bawaan
terkait dengan karsinoma ginjal.
3. Patofisiologi.
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal
ginjal. Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau non herediter. Keduany
member bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktur dari kromoson.
Studi genetika kanker ginjal menyebabkan cloning gen yang menghasilkan
perubahan formasi tumor.
Setidaknya terdapat 4 sindrom genetic yang terkait dengan karsinoma
sel ginjal.
a. Sindrom von Hipel-Lindau (PHL).
b. Hedertari papilari renal karsinoma (HPRC).
c. Onkosit ginjal familian (FRO) Associated with Birt-Hogg-Dube syndrome
(BHDS).
Page
9
d. Karsinoma ginjal herediter.
Penatalaksanaan :
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang
kala diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
1. Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan
dilanjutkan beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil
yang cukup memuaskan. Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi
dari Actinomisin D dengan Vincristine.
2. Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik
terhadap radioterapi (bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau
setelah operasi dan kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika
sebagai terapi sandwich (Basuki, 2003).
3. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum
melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran
kelenjar limf retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi
kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan.
Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena
kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan
penjalaran tumor ke v. Kava, tumor tersebut harus diusahakan diangkat.
Pada waktu pembedahan harus diusahakan agar tidak terjadi penyebaran
untuk mencegah kenaikan tingkat keganasan klinis. Pada awal pembedahan
v. Renalis dan v. Kava sebaiknya ditutup dengan klem, sebelum
memanipulasi ginjal yang kena tumor. Pada tumor bilateral harus dilakukan
pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum untuk menentukan diagnosa dan
perangai histologik. Apabila termasuk golongan prognosis baik, dapat
diberikan kemoterapi disusul dengan nefrektomi parsial. Kalau termasuk
Page
10
golongan prognosis buruk harus dilakukan nefrektomi bilateral, kmoterapi
dan radiotrapi kemudian dialisis atau transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi
radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit
jantung, paru dan hati. Oleh karena itu radioterapi hanya diberikan pada
penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk
atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi (De Jong, 2000).
Tumor Wilms merupakan tumor yang kemosensitif terhadap beberapa
obat anti tumor, seperti aktinomisin D, vinkristin, doksorubisin,
siklofosfamid dan sisplatin. Biasanya kemoterapi diberikan prabedah selama
4 – 8 minggu. Dengan terapi kombinasi seperti di atas dapat dicapai
kelanjutan hidup lebih dari 90% dan bebas penyakit 85%. Pada tumor
bilateral, kelanjutan hidup 3 tahun adalah 80% (De Jong, 2000).
Page
11
II. TUMOR URETER
Seperti pada tumor urotelim yang lain sebagian besar tumor ganas ureter merupakan
karsinoma sel transisional.
Gejala klinis
Gejala yang dikeluhkan adalah nyeri pinggang, hematuria kambuhan, atau
gejala akibat obstruksi oleh tumor. Lebih dari 10% pasien tumor ureter tidak pernah
mengeluh dan secara kebetulan diketemukan pada pemeriksaan IVU atau uji skrening
dengan ultrasonografi. Pada pemeriksaan IVU didapatkan filling defect di dalam
lumen ureter, kadang – kadang terdapat hidronefrosis atau ginjal non vizualised , dan
dalam keadaan ini diagnosis ditegakkan dengan melakukan pielografi retrograd.
Sitologi urine diambil urine langsung dari ureter dengan memakai kateter
ureter dan kadang dilakukan biopsi dengan alat brush biopsy. Pemakaian ureteroskopi
lebih dianjurkan untuk melihat langsung tumor ureter dan sekaligus melakukan
biopsi.
Terapi
Terapi yang dipilih adalah nefroureterektomi yaitu mengangkat ginjal, ureter
beserta cuff buli – buli sebanyak 2 cm di sekeliling muara ureter.
Page
12
III.TUMOR PELVIS RENALIS
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologisnya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu:
1. Karsinoma sel transitional
2. Karsinoma sel skuamosa.
Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, ureter, buli – buli, dan uretra
proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel – sel transisional dan mempunyai
kemungkinan untuk menjadi karsinoma transisional. Karsinoma sel transisional ini
dapat timbul secara bersamaan pada organ – organ tadi. Karsinoma sel skuamosa
biasanya merupakan metaplasia sel – sel pelvis renalis karena adanya batu yang
menahun pada pelvis renalis.
Gambaran klinis
Yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah kencing darah (80%),
kadang – kadang disertai dengan nyeri pinggang, dan teraba massa pada pinggang,
keadaan tersebut disebabkan oleh massa tumor atau akibat obstruksi oleh tumor yang
menimbulkan hidronefrosis.
Pada pemeriksaan IVU terdapat filling defect yang Nampak seolah – olah
seperti batu radiolusen, tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu
bantuan ultrasonografi atau CT Scan dapat membedakannya.
Pemeriksaan sitolog urine dengan mengambil cotoh urine langsung ke dalam
pielum melalui kateter ureter. Melalui alat ureterorenoskopi dapat dilihat langsung
keadaan pielum. Jika dicurigai ada massa pada pielum diambil contoh jaringan untuk
pemeriksaan histopatologi.
Terapi
Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika maupun
radiasi eksterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah
nefrouretektomi dengan mengambil cuff dari buli – buli.
Page
13
IV.KARSINOMA PROSTAT
Etiologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adema karsinoma prostat
adalah:
1. Predisposisi genetik
2. Pengaruh hormonal
3. Diet
4. Pengaruh lingkungan
5. Infeksi.
Kemungkinan untuk menderita kanker prostat menjadi dua kali jika saudara laki –
lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi lima kali jika ayah
dan saudaranya juga menderita. Kesemuanya itu menunjukkan adanya faktor gentika
yang melandasi terjadinya kanker prostat.
Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari binatang, daging
merah (red meat), dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat. Bebrapa
nutrisi diduga dapat menurunkan insidens kanker prostat, di antaranya adalah:
vitamin A, beta karoten, isoflavon atau fitoestrogen yang banyak terdapat pada
kedelai, likofen (antioksidan karotenoid yang banyak terdapat pada tomat), selenium
(terdapat pada ikan laut, daging, biji – bijian), dan vitamin E. kebiasaan merokok dan
paparan bahan kimia kadmium (Cd) yang banyak terdapat pada alat listrik dan baterei
berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat.
Page
14
Patologi
Kemungkinan tahapan patogenesis kanker adalah: kelenjar prostat normal PIN
(prostate Intraepithelial neoplasia karsinoma prostat karsinoma prostat
stadium lanjut karsinoma prostatmetastasisi HRPC (hormone refractory
prostate cancer). Jenis histopatologis karsinoma prostat sebagian besar adalah adeno-
karsinoma. Kurang lebih 75% terdapat pada zona perifer prostat dan 15 – 20%
terdapat pada zona sentral dan zona transisional.
Penyebaran
Tumor yang berada pada kelenjar prostat tumbuh menembus kapsul prostat
dan mengadakan infiltrasi ke organ sekitarnya. Penyebaran secara limfogen melalui
kelenjar limfe pada daerah pelvis menuju kelenjar limfe retroperitoneal dan
penyebaran secara hematogen melalui vena vertebralis menuju tulang – tulang pelvis,
femur sebelah proksimal, vertebra lumbalis, kosta, paru, hepar dan otak.
Matastatis ke tulang pada umumnya merupakan proses osteoblastik, meskipun
kadang – kadang bisa juga terjadi proses osteolitik.
Gambaran Klinis
Pada kanker prostat stadium dini, sering kali tidak menunjukkan gejala atau
tanda klinis. Tanda itu biasanya muncul setelah kanker berada pada stadium yang
lebih lanjut. Kanker prostat stadium dini biasanya diketemukan pada saat
diketemukan adanya peningkatan kadar penanda tumor PSA (prostate specific
antigens) pada saat pemeriksaan laboratorium. Kurang lebih 10% pasien yang datang
berobat ke dokter mengeluh adanya gangguan saluran kemih berupa kesulitan miksi,
nyeri kencing atau hematuria yang menandakan bahwa kanker telah menekan uretra.
Meskipun jarang, kanker dapat menekan rektum dan menyebabkan keluhan
buang air besar. Kanker prostat yang sudah mengadakan metastasis ke tulang
memberikan gejala nyeri tulang, fraktur pada tempat metastasis, atau kelainan
neurologis jika metastasis pada tulang vertebra.
Pemeriksaan fisik yang penting adalah melakukan colok dubur. Pada stadium
dini seringkali sulit untuk mendeteksi kanker prostat melalui colok dubur sehingga
Page
15
harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS). Kemamuan
TRUS dalam mendeteksi kanker prostat dua kali lebih baik daripada colok dubur.
Jika di curigai ada area hipoekoik selanjutnya dilakukan biopsi transektal pada area
tersebut dengan bimbingan TRUS.
CT scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limponudi, dan MRI dalam
menentukan luas ekstensi tumor ke ekstrakapsuler atau ke vesikula seminalis.
Terapi
1. Observasi
Untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang dari 10
tahun
2. Prostatektomi radikal
Berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesika seminalis
3. Radiasi
Biasanya didahului dengan limfadenektomi.
4. Terapi hormonal
Berdasarkan atas konsep dari Hugins yaitu: sel epitel prostat akan mengalami
atropi jika sumber androgen ditiadakan, dengan cara:
a. Orkidektomi: menghilangkan sumber androgen dari testis
b. Estroge: anti androgen
c. LHRH agonis: kompetisi dengan LHRH
d. Antiandrogen non steroid: menghambat sintesa androgen
e. Antiandrogen steroid: menghambat aktifitas androgen
f. Blokade androgen total: menghilangkan sumber androgen dari testis
maupun dari kelenjar suprarenal.
Page
16
V. TUMOR TESTIS
Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terrdapat bebrapa faktor
yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis antara lain :
1. Maldesensus testis
2. Trauma testis
3. Atrofi atau infeksi testis
4. Pengaruh hormon.
Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan bahwa
7-10% pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses tumorigenesis pasien
meldesensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal. Meskipun sudah dilakukan
orkidopeksi, resiko timbulnya degenasi maligna masih tetap ada.
Klasifikasi
Sebagian besar (± 95%) tumor testis pimer, berasal dari sel germinal sedangkan
sisanya berasal dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan
non seminoma. Seminoma berbeda sifat – sifatnya dengan non seminoma, antara lain
sifat keganasannya, respon terhadap radioterapi dan prognosis tumor.
Tumor yang bukan berasal dari sel – sel germinal atau non germinal
diantaranya adalah tumor sel leyding, sel sertoli, dan gonadoblastoma. Pembagian
tumor testis dapat dilihat pada gambar 15-9.
Page
17
Karsinoma sel embrionel Korio karsinomaTeratomaTumor yolk sac
SpermatosistikAnaplastikKlasik
Tumor sel leyding Tumor sel sertoliGonadoblastoma
Limfoma Leukemia infiltratif
Seminoma
Non seminoma
Non germinal
Germinal
Primer
Sekunder
Tumor ganasTestis
Selain daripada di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa berada di luar testis
sebagai extragonadol germ cell tumor antara lain dapat berada di mediastinum,
retroperitoneum, daerah sakrokoksigeus, dan glandula pineal.
Gambar : Klasifikasi tumor testis
Penyebaran
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intrtestikuler yang akhirnya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel – sel tumor kemudian menyebarke rete testis, epididimis,
funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit skrotum. Tunika albuginea merupakan
barier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga
kerusakan tunika albuginea oleh invasi tumor membuka peluang sel –sel tumor untuk
menyebar keluar testis.
Kecuali korio karsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke
kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju
ke kelenjar limfe mediastinal dan supraklavikula, sedangkan korio karsinoma
menyeba secara hematogen ke paru, hepar, dan otak.
Page
18
Gambaran Klinis
Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri.
Namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10%
mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada
massa di perut sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan
pada kelenjar leher, dan 5% pasien mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia
adalah manifestasi dari beredarnya kadar β HCG di dalam sirkulasi sistemik yang
banyak terdapat pada koriokarsinoma.
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi,
dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor
pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen,
benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomastis.
Penatalaksanaan
jenis seminoma dilakukan radiasi, pada non seminoma yang belum melewati stadium
III dilakukan pembersihan kelenjar retroperitonial.
Page
19
VI.TUMOR PENIS
Tumor ganas yang terdapat pada penis terdiri atas:
1. Karsinoma sel basal
2. Melanoma
3. Tumor mesenkim
Dan yang paling banyak dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel
skuamosa ini berasal dari kulit prepusium, glans, atau shaft (batang) penis.
Etiologi
Dari berbagai penelitian di ketemukan adanya hubungan antara kejadian karsinoma
penis dengan higiene penis yang kurang bersih. Hal ini di duga karena iritasi smegma
mengakibatkan smegma mengakibatkan inflamasi kronis sehingga merangsang
timbulnya keganasan penis. Sirkumsisi yang dilakukan pada masa anak atau bayi
akan memperkecil kejadian karsinoma penis dikemudian hari. Kejadian karsinoma ini
meningkat pada pria atau suku bangsa yang tidak menjalani sirkumsisi, antara lain
india, cina dan afrika.
Perjalanan penyakit
Karsinoma penis pada stadium awal berupa bentukan tumor papiler, lesi eksifitik, lesi
datar, atau lesi ulseratif. Tumor kemudian membesar dan merusak jaringan sekitarnya
kemudian mengadakan invasi limfogen ke kelenjar limfe inguinal dan selanjutnya
menyebar ke kelenjar limfe di daerah pelvis hingga subklavia. Fasia buck berfungsi
Page
20
sebagai barier (penghambat) dalam penyebaran sel –sel kanker penis; sehingga jika
fasie ini telah terinfiltrasi oleh tumoe, sel kanker mmejadi lebih mudah mengadakan
invasi hematogen.
Stadium
Jackson (1966) membagi stadium karsinoma penis sebagai berikut:
I. Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium
II. Tumor sudah mengenai batang penis
III. Tumor terbatas pada batang peni tetapi sudah di dapatkan metastasis pada
kelenjar limfe inguinal
IV. Tumor sudah melampaui batang penis dan kelenjar limfe inguinal sudah
tak dapat di operasi (inoperable) atau telah terjadi metastasis jauh.
Gambaran Klinis
Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau dan sering mengalami infeksi, ulserasi
serta perdarahan. Kadang-kadang didapat pembesaran kelenjar limfe inguinal yang
nyeri karena infeksi.
Diagnosis
Ditegakkan melalui pemeriksaan patologi dari biopsi pada lesi primer, sedangkan
untuk pencitraan dibutuhkan guna menentukan penyebaran tumor ke organ lain.
Terapi
1. Menghilangkan lesi primer
a. Sirkumsisi
Ditujukan untuk tumor-tumor yang masih berbatas pada prepusium penis
b. Penektomi parsial
Pengangkatan tumor beserta jaringan sehat sepanjang ±2cm dari batas
proksimal tumor
c. Penektomi total dan uretrostomi perineal
Ditujukan untuk tumor yang terletak di sebelah proksimal batang penis
d. Terapi laser dengan Nd:YAD
e. Terapi topikal dengan kemoterapi
Page
21
Memakai krim5 fluoro urasil 5% untuk tumor kasinoma in situ atau
eritroplasia
f. Radiasi
2. Terapi kelenjar limfe regional (inguinal)
Pembesaran kelenjar limfe disebabkan karena reaksi inflamasi akibat infeksi
pada lesi primer, apalagi pada tumor yang masih stadium dini. Beberapa ahli
menganjurkan untuk pemberian antibiotika selama 4-6 minggu. Namun jika
masih tetap membesar, dilakukan diseksi kelenjar limfe inguinal bilateral.
Page
22
VII. KARSINOMA BULI-BULI
Kanker buli – buli adalah kanker yang mengenai organ buli – buli (kandung
kemih). Buli – buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang
berasal dari ginjal. Jika buli – buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung
kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah terus.
A. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian
telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko yaitu :
a. Usia, resiko terjadinya kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia
b. Merokok. Merupakan faktor resiko yang utama. Rokok mengandung amin
aromatic dan nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon didalam TAR. Zat
ini akan meningkatkan resiko terkena kanker buli.
c. Lingkungan pekerjaan , beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena ditempatnya bekerja ditemukan bahan – bahan
karsinogenik ( penyebab kanker ). Misalnya pekerja industry karet, KIMA, dll
d. Pria , memiliki resiko 2 – 3 kali lebih besar.
e. Riwayat keluarga , orang – orang yang keluarganya ada yang menderita kanker
kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti
sedang mempelajari adanya perubahan Gen tertentu yang mungkin meningkatkan
resiko terjadinya kanker ini.
B. Patofisiologi
Batu saluran kemih adalah agregat polikristal yang terdiri dari sejumlah
kristaloid dan matrik organik. Pembentukan batu membutuhkan suasan urin yang
tersupersaturasi. Supersaturasi tergantung pada Ph, kekuatan ion, konsentrasi solute
dan komplekasi. Konstituen urin bisa berubah sedemikian rupa dari kondisi asam
Page
23
pada pagi hari ke akalis setelah makan. Kekuatan ion ditentukan terutama oleh
konsentrasi relatif ion monovalen. Pada saat kekuatan ion meningkat, koefisien
aktivitasnya menurun. Koefisien aktivitas merefleksikan keberadaan ion tertentu.
Tori nukleasi menyatakan bahwa batu saluran kemih berasal dari kristal atau
benda asing yang terendam dalam urin tersuperaturasi. Teori ini ditentang oleh
argumen- argumen yang memiliki dasar yang sama didengarnya. Batu tidak selalu
terbentuk pada pasien dengan hiperekskretor atau mereka yang memiliki resiko
dehidrasi. Demikian juga urin tampung 24 jam penderita batu adalah normal dalam
hal konsentrasi ion untuk terjadinya pembentukkan batu. Teori inhibitor kristal
mengklaim bahwa batu terbentuk karena tidak adanya atau rendahnya konsentrasi
Inhibitor baru separti magnesium, sitrat, pirofosfat, asam glikoprotein dan sejumlah
logam- logam trace. Teori ini tidak cukup valid dengan adanya kenyataan bahwa pada
banyak orang dengan kekurangan bahan- bahan Inhibitor tersebut masih terjadi
pembentukkan batu atau sebaliknya pada orang yang berlimpah malah didapatkan
batu.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ca Buli – buli yaitu :
a. Kencing campur darah yang intermitten
b. Merasa panas waktu kencing
c. Merasa ingin kencing
d. Nyeri suprapubik yang constan
e. Panas badan dan merasa lemah
f. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
g. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis)
dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika
dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
F. Pemeriksaan Penunjang
Page
24
a. Pemeriksaan laboratorium. Kelainan yang ditemukan biasanya hanya
ditemukannya darah dalam air kemih. Tanda adanya anemia dapat dijumpai bila
terjadi perdarahan yang umumnya terjadi pada tumor yang sudah lanjut atau dapat
pula ditemukan tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar
ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat
kedua muara ureter (saluran kemih).
b. Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena
(PIV) digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki
persangkaan keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect (kelainan) pada buli-buli juga
dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang
disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang
digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan untuk
melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
c. Sistoskopi dan biopsy. Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi
mutlak dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama
jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada
atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi (pengambilan
jaringan tumor) untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan
terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ).
G. Penatalaksanaan
a. Operasi. Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih
atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya
melalui sistoskopi. Tetapi sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat
yang sama, tetapi lebih sering terbentuk di tempat yang baru. Angka kekambuhan
bisa dikurangi dengan memberikan obat anti-kanker atau BCG ke dalam kandung
kemih setelah seluruh kanker diangkat melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa
Page
25
digunakan sebagai pengobatan pada penderita yang tumornya tidak dapat
diangkat melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah
menembus dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan
sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung
kemih (sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk
mengetahui apakah kanker telah menyebar atau belum.Terapi penyinaran saja
atau dikombinasikan dengan kemoterapi kadang bisa mengobati kanker. Jika
kandung kemih diangkat seluruhnya, maka harus dipasang alat untuk membuang
air kemih.Biasanya air kemih dialirkan ke suatu lubang di dinding perut (stoma)
melalui suatu saluran yang terbuat dari usus, yang disebut ileal loop. Selanjutnya
air kemih dikumpulkan dalam suatu kantong. Cara untuk mengalihkan air kemih
pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat, digolongkan ke dalam 2
kategori.
b. Radioterapy.
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-
IV dan stage B2-C.
Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks
dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi
radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
c. Chemoterapi. Obat-obat anti kanker :
- Citral, 5 fluoro urasil
- Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif.
5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang
paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai
pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam
sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli
selama dua jam.
Page
26
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama . (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada benjolan pada abdomen
sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh tubuh terutama dipinggang.
b. Riwayat kesehatan sekarang. (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa nyeri
sera sulit BAB.
c. Riwayat kesehatan yang lalu. (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien). Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru,
ahti, limfe dan hipertensi. Tapi sebelumnya pasien ada riwayat penyakit tumor
di rahim dan telah menjalani pengobatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga. (adakah riwayat penyakit yang sama diderita
oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat
genetis maupun tidak). Keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit kanker ini
maupun kanker lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi, tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil
atumor sudah besar.
b. Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr
pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga
Page
27
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping therapi kanker
3. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya
rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol
nyeri
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan
kognitif.
C. Intervensi Keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga
Tujuan :
· Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
· Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
· Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit yang
dideritanya.
b. Berikan informasi tentang
prognosis secara akurat.
a.Data-data mengenai pengalaman
klien sebelumnya akan memberikan
dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat
membantu klien dalam memahami
Page
28
c. Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang
sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan
efek samping. Bantu klien
mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif
seperti kurang interaksi sosial,
ketidak berdayaan dll.
f. Anjurkan untuk mengembangkan
interaksi dengan support system.
g. Berikan lingkungan yang tenang
dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan klien,
bicara dan sentuhlah dengan wajar.
proses penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
d. Membantu klien dalam memahami
kebutuhan untuk pengobatan dan efek
sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali pola
koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi
dalam upaya meningkatkan kekuatan
dalam mengatasi kecemasan.
f. Agar klien memperoleh dukungan
dari orang yang terdekat/keluarga.
g. Memberikan kesempatan pada klien
untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri
dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.
2 Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker
Tujuan :
· Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
· Melaporkan nyeri yang dialaminya
· Mengikuti program pengobatan
Page
29
· Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi,
durasi dan intensitas
b. Evaluasi therapi: pembedahan,
radiasi, khemotherapi, biotherapi,
ajarkan klien dan keluarga tentang
cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi
dan aktivitas menyenangkan
seperti mendengarkan musik atau
nonton TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan
stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan
sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan
bila perlu.
f. Diskusikan penanganan nyeri
dengan dokter dan juga dengan
klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi
seperti morfin, methadone,
narkotik dll
a. Memberikan informasi yang
diperlukan untuk merencanakan
asuhan.
b. Untuk mengetahui terapi yang
dilakukan sesuai atau tidak, atau
malah menyebabkan komplikasi.
c. Untuk meningkatkan kenyamanan
dengan mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas efek
samping dengan menurunkan
stress dan ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri
dan sampai sejauhmana klien
mampu menahannya serta untuk
mengetahui kebutuhan klien akan
obat-obatan anti nyeri.
f. Agar terapi yang diberikan tepat
sasaran.
g. Untuk mengatasi nyeri.
Page
30
3 Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,
nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
Tujuan :
· Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
· Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
· Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari,
apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan,
ukuran triceps serta amati penurunan
berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang
lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan pula
makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau
busuk atau bising. Hindarkan
a. Memberikan informasi tentang
status gizi klien.
b. Memberikan informasi tentang
penambahan dan penurunan berat
badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien
sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber energi.
e. Mencegah mual muntah, distensi
berlebihan, dispepsia yang
menyebabkan penurunan nafsu
makan serta mengurangi stimulus
berbahaya yang dapat
meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada
Page
31
makanan yang terlalu manis,
berlemak dan pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi,
visualisasi, latihan moderate sebelum
makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka
tentang problem anoreksia yang
dialami klien.
i. Kolaboratif
j. Amati studi laboraturium seperti total
limposit, serum transferin dan
albumin
k. Berikan pengobatan sesuai indikasi
l. Phenotiazine, antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya
A,D,E dan B6, antacida
m. Pasang pipa nasogastrik untuk
memberikan makanan secara enteral,
imbangi dengan infus.
dirumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan perasaan
ingin makan/membangkitkan selera
makan.
h. Agar dapat diatasi secara
bersama-sama (dengan ahli gizi,
perawat dan klien).
i. Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi
akibat perjalanan penyakit,
pengobatan dan perawatan
terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan gejala
penyakit, efek samping dan
meningkatkan status kesehatan
klien.
k. Mempermudah intake makanan
dan minuman dengan hasil yang
maksimal dan tepat sesuai
kebutuhan.
4 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
Tujuan :
Page
32
· Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
ting-katan siap.
· Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
· Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan.
· Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan
keluarga tentang diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang
kanker dan pengobatannya,
ceritakan pada klien tentang
pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara
spesifik, hindarkan informasi
yang tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy
yang lama, komplikasi. Jujurlah
pada klien.
e. Anjurkan klien untuk
a. Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan
klien.
b. Memungkinkan dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta
kesalahan pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
d. Membantu klien dan keluarga dalam
membuat keputusan pengobatan.
e. Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga
mengenai penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
g. Mengkaji perkembangan proses-
Page
33
memberikan umpan balik verbal
dan mengkoreksi miskonsepsi
tentang penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang
optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya
secara rutin, perhatikan adanya
eritema, ulcerasi.
h. Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
proses penyembuhan dan tanda-
tanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan
minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.