Upload
daisy-haryono
View
109
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
neoplasma
A. EMBRIOLOGI
Embriologi traktus gastrointestinal (GI) dimulai pada minggu ke-empat masa gestasi. Usus
primitif terbentuk dari lapisan endoderm dan dibagi menjadi tiga segmen: foregut, midgut, dan hindgut.
Midgut dan hindgut nanti akan membentuk kolon, rektum, dan anus.
Midgut akan membentuk usus halus, kolon asenden, dan kolon transversum proksimal, dan
menerima suplai darah dari arteri mesenterika superior. Saat minggu ke-enam masa gestasi, midgut
bergerak menuju keluar kavitas abdomen, dan berputar 270° berlawanan arah jarum jam disekitar arteri
mesenterika superior dan akhirnya akan menempati tempat terakhirnya, yaitu di dalam kavitas abdomen
pada minggu kesepuluh masa gestasi.
Hindgut akan berkembang menjadi kolon transversus distalis, kolon desenden, rektum, dan anus
proksimal, semuanya menerima suplai darah dari arteri mesenterika inferior. Saat minggu keenam masa
gestasi, bagian ujung distal hindgut (kloaka) terbagi menjadi septum urorektal pada sinus urogenital dan
rektum. Bagian distal kanalis analis terbentuk dari ektoderm dan mendapat suplai darah dari arteri
pudenda interna.
1
Gambar 1. Pada minggu ketiga masa gestasi, usus primitif terbagi menjadi tiga bagian, foregut (F) pada bagian
kepala, hindgut (H) pada bagian ekor, dan midgut (M) diantara hindgut dan foregut. Tahap perkembangan midgut:
herniasi fisiologis (B), kembali ke abdomen (C), fiksasi (D). Pada minggu keenam masa gestasi, septum urogenital
bermigrasi kea arah kaudal (E) dan memisahkan traktus urogenital dan intestinal (F, G).
B. ANATOMI
INTESTINUM CRASSUM ( USUS BESAR )
Intestinum crassum terdiri dari ileum sampai anus. Intestinum crassum terbagi menjadi caecum,
appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum ;
rectum dan canalis analis. Fungsi utama intestinum crassum adalah mengabsorbsi air dan elektrolit dan
menyimpan bahan yang tidak dicerna sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses.
Caecum
Lokasi dan deskripsi
Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan intestinum
crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaka dextra. Panjang caecum
sekitar 2 ½ inch (6 cm) dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum. Caecum mudah bergerak, walaupun
tidak mempunyai mesenterium. Adanya lipatan peritoneum disekitar caecum membentuk recessus
ileocaecalis superior, recessus ileocaecalis inferior, dan recessus retrocaecalis.
Seperti pada colon, stratum longitudinale tunica muscularis terbatas pada tiga pita tipis yaitu
taenia coli yang bersatu pada appendix vermiformis dan membentuk stratum longitudinale tunica
2
muscularis yang sempurna pada appendix vermiformis. Caecum sering teregan oleh gas dan dapat diraba
melalui dinding anterior abdomen pada orang hidup.
Pars terminalis ileum masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum dengan colon
ascendens. Lubangnya mempunyai katup yang membentuk sesuatu yang dinamakan papilla ilealis.
Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum melalui lubang yang terletak dibawah dan
belakang ostium ileale.
Hubungan
Ke anterior : Lengkung-lengkung intestinum tenue, kadang-kadang sebagian omentum majus,
dan dinding anterior abdomen pada regio iliaca dextra.
Ke posterior : Musculus psoas major dan musculus iliacus, nervus femoralis, dan nervus
cutaneus femoralis lateralis. Appendix vermiformis sering ditemukan di belakang caecum.
Ke medial : Appendix vermiformis berasal dari permukaan medial caecum.
Perdarahan
Arteriae. Arteri caecalis anterior dan arteria caecalis posterior membentuk arteria ileocolica, sebuah
cabang arteria mesenterica posterior.
Venae. Mengikuti arteria yang sesuai dan mengalirkan darahnya ke vena mesenterica superior.
Aliran limfe
3
Pembuluh limfe berjalan melalui beberapa nodi mesenterici dan akhirnya mencapai nodi
mesenterici superior.
Persarafan
Saraf-saraf berasal dari cabang saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) membentuk plexus
mesenterici superior.
C olon Ascendens
Lokasi dan deskripsi
Panjang colon ascendens sekitar 5 inci (13 cm) dan terletak di kuadran kanan bawah. Colon
ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatisdexter, lalu colon
ascendens membelok ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan melanjutkan diri sebagai colon
transversum. Peritoneum meliputi bagian depan dan samping colon ascendens dan menghubungkan colon
ascendens dengan dindinh posterior abdomen.
Hubungan
Ke anterior : Lengkung-lengkung usus haus, omentum majus dan dinding abdomen.
Ke posterior : Musculus iliacus, crista iliaca, musculus quadratus lumbroum, origo musculus
transversus abdominis dan polus inferior ren dextra. Nervus iliohypogastricus dan nervus
ilioinguinalis berjalan dibelakangnya.
Perdarahan
4
Arteriae. Arteria ileocolica dan arteria colica dextra yang merupakan cabang arteria mesenterica
superior.
Venae. Venae mengikuti arteriae yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterica superior.
Aliran limfe
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke nodi lymphoidei yang terletak sepanjang perjalanan
arteria, vena colica dan akhirnya mencapai nodi mesenterici superior.
Persarafan
Saraf berasal dari caang saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari plexus mesentericus
superior.
Colon Transversum
Lokasi dan deskripsi
Panjang colon transversum sekitar 15 inci (38 cm) dan berjalan menyilang abdomen, menempati
regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus hepatis dexter dan
tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dan pancreas. Kemudian colon transversum berjalan ke
atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada flexura coli
dextra dan digantung ke diaphragma oleh ligamentum phrenicocolicum.
Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies anterior pancreas.
Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir superior colon transversum, dan lapisan posterior
omentum majus dilekatkan pada pinggir inferior. Karena mesocolon transversum sangat bervariasi dan
kadang dapat mencapai pelvis.
Hubungan
Ke anterior : Omentum majus dan dinding anterior abdomen (regio umbilicalis dan
hypogastrium)
Ke posterior : pars descendens duodenum , caput pancreatis dan lengkung jejenum dan ileum.
5
Perdarahan
Arteriae. Dua per tiga bagian proksimal colon transversum diperdarahi oleh arteria coloca media,
cabang arteria mesenterica superior. Sepertiga bagian distal diperdarahi oleh arteri colica sinistra, cabang
arteri mesenterica inferior.
Venae. Venae mengikuti arteriae yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterica superior dan
mesenterica inferior.
Aliran limfe
Cairan limfe dari dua per tiga proksimal colon transversum dialirkan ke nodi colici dan kemudian
ke dalam nodi mesenterici superior. Sedangkan cairan limfe dari sepertiga distal colon transversum
dialirkan ke dalam nodi colici dan kemudian ke nodi mesenterici inferior.
6
Persarafan
Dua per tiga proksimal colon transversum dipersarafi oelh saraf simpatis dan nervus vagus
melalui plexus mesentericus superior; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis
nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inferior.
Colon Descendens
Lokasi dan deskripsi
Panjang colon descendens sekitar 10 inci (25 cm) dan terletak di kuadran kiri atas dan bawah.
Colon ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pelvis, disini colon transversum melanjutkan
diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-sisinya serta
menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen.
Hubungan
Ke anterior : Lengkung-lengkungan intestinum tenue, omentum majus, dan dinding anterior
abdomen.
Ke posterior : Margo lateralis ren sinistra, origo musculus quadratus lumborum, crista iliaca,
musculus iliacus, dan musculus psoas major sisnistra. Nervus iliohypogastricus dan nervus
ilioinguinalis, nervus cutaneus femoris lateralis, serta nervus femoralis juga terletak
dibelakangnya.
7
Perdarahan
Arteriae. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae merupakan cabang arteria mesenterica
inferior.
Venae. Vena mengikuti arteria yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterica inferior.
Aliran limfe
Cairan limfe dialirkan ke nodi lymphoidei colici dan nodi mesenterici inferior yang terletak di
sekitar pangkal arteria mesenterica inferior.
Persarafan
Saraf simpatis & parasimpatis n. splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inf.
Colon Sigmoideum
Lokasi dan deskripsi
Panjang colon sigmoid sekitar 10-15 inci (25-28cm) dan merupakan lanjutan colon descendens
yang terletak didepan apertura pelvis superior. Dibawah colon sigmoideum berlanjut sebagai rectum yang
terletak di depan vertebra sacralis ketiga. Colon sigmoideum mudah bergerak dan tergantung ke bawah
masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk lengkungan. Colon sigmoideum dihubungkan dengan
dinding posterior pelvis oleh mesocolon sigmoideum yang berbentuk seperti kipas. Lengkung-lengkung
sigmoideum bervariasi, tetapi umumnya melengkung ke sebelah kanan linea mediana sebelum
berhubungan dengan rectum.
Hubungan
Ke anterior : Pada laki-laki, vesica urinaria ; pada perempuan, facies posterior uterus dan bagian
atas vagina
Ke posterior : Rectum dan sacrum. Colon sigmoideum juga berhubungan dengan lengkung-
lengkung ileum terminalis.
Perdarahan
Arteriae. Arteria sigmoideae cabang dari arteria mesentericainferior. Venae. Cabang-cabang
vena mesenterica inferior, bermuara ke sistem vena porta.
Aliran limfe
Kelenjar limfe berjalan di sepanjang arteri sigmoidea, dari sini cairan limfe dialirkan ke nodi
mesenterici inferior.
Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus hypogastricus inferior.
8
C. FISIOLOGI
Secara garis besar, fungsi kolon adalah sebagai pencerna nutrien, sedangkan dimana fungsi
rektum adalah eleminasi feses. Pencernaan nutrien tergantung pada koloni flora normal, motilitas usus,
dan absorpsi dan ekskresi mukosa.
a. Pencernaan Nutrien
Saat terjadi proses pencernaan, nutrien yang masuk ke dalam tubuh tercampu oleh cairan
biliopankreas dan GI. Usus halus mengabsorpsi sebagian besar nutrien, dan juga beberapa cairan
garam empedu yang tersekresi ke lumen. Namun untuk cairan, elektrolit, dan nutrien yang sulit
terabsorpsi oleh usus halus akan diabsorpsi oleh kolon agar tidak kehilangan cairan, elektrolit,
nitrogen, dan energi terlalu banyak. Untuk mencapai ini, kolon sangat bergantung pada flora normal
yang ada. Kira-kira sebanyak 30% berat kering feses mengandung bakteri sebanyak 1011 sampai 1012
bakteri/gram feses.
Orgnasime yang paling banyak adalah bakteri anaerob dengan spesies yang terbanuak dari
kelas Bacteroides (1011 sampai 1012 organisme/mL). Eschericia coli merupakan bakteri spesies yang
paling banyak 108 sampai 1010 organisme/mL). Flora normal ini berguna untuk memecah karbohidrat
dan protein serta mempunyai andil dalam metabolism bilirubin, asam empedu, estrogen, dan
kolesterol, dan juga vitamin K. Flora normal juga berguna untuk menekan jumlah bakteri patogen,
seperti Clostridium difficile. Jumlah bakteri yang tinggi dapat menyebabkan sepsis pada pasien
dengan keadaan umum yang buruk dan dapat menyebabkan sepsis inta-abdomen, abses, dan infeksi
pada luka post-operasi kolektomi.
b. Urea Recycling
Urea merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen. Pada manusia dan sebagian besar
mamalia tidak mempunyai enzim urease, namun flora normal bakteri pada ususnya kaya akan enzim
urease. Kondisi patologis urea yang paling umum adalah gagal hepar. Ketika hepar tidak mampu
menggunakan kembali urea nitrogen yang diabsorpsi kolon, ammonia masuk ke blood-brain barrier
dan menyebabkan gangguan neurotransmiter, dimana akan menyebabkan koma hepatik.
c. Absorpsi
Total luas absorpsi kolon kurang lebih sekitar 900 cm2 dan air yang masuk kedalam kolon
perharinya mencapai 1000 – 1.500 mL. Air yang tersisa di kolon hanya sekitar 100 – 150 mL/hari.
Absorpsi natrium per harinya juga cukup tinggi, yaitu dari sebanyak 200 mEq/L natrium per hari
yang masuk ke kolon, pada feses hanya tersisa 25 – 50 mEq/L.
9
Epitel kolon dapat memakai berbagai macam sumber energi; namun, n-butirat akan
teroksidasi ketika ada glutamin, glukosa, atau badan keton. Karena sel mamalia tidak bisa
menghasilkan n-butirat, epitel kolon bergantung pada bakteri lumen untuk memproduksinya dengan
cara fermentasi. Kurangnya n-butirat disebabkan oleh inhibisi fermentasi akibat antibiotik spektrum
luas, yang menyebabkan kurangnya absorpsi sodium dan air sehingga menyebabkan diare.
Sebagai penyeimbang akibat kehilangan natrium dan air, mukosa kolon menyerap asam
empedu. Kolon menyerap asam empedu yang lolos terserap dari ileus terminalis, sehingga membuat
kolon menjadi bagian sirkulasi enterohepatika. Ketika absorpsi asam empedu pada di kolon melewati
batas, bakteri akan mengkonjugasi asam empedu. Asam empedu yang terkonjugasi akan mengganggu
absorpsi natrium dan air, sehingga menyebabkan diare sekretoris atau diare koleretik. Diare sekretoris
dapat dilihat saat setelah hemikolektomi sebagai fenomena transien dan lebih permanen reseksi ileus
ekstensif.
d. Motilitas
Fermantasi pada kolon terbentuk sesuai morfologi-morfologi kolon. Kolon dapat dibagi
menjadi tiga segmen anatomis: kolon dextra, kolon sinistra, dan rektum. Kolon dextra merupakan
ruangan fermentasi pada traktus GI, dengan sekum sebagai segmen kolon yang memiliki aktivitas
bakteri yang aktif. Kolon bagian kiri merupakan tempat penyimpanan sementara dan dehidrasi feses.
Transit pada kolon diatur oleh system saraf autonom. Sistem saraf parasimpatis mensuplai kolon
melalui nervus vagus dan nervus pelvikus. Serat-serat saraf saat mencapai kolon akan membentuk
beberapa pleksus;pleksus subserosa, pleksus myenterika (Auerbach), submukosa (Meissner), dan
pleksus mukosa. Motilitas usus berbeda-beda tiap segmen anatomi. Pada kolon sebelah kanan,
gelombang antiperistaltik, atau retropulsif, menimbulkan aliran retrograd sehingga isi dari usus
terdorong kembali ke sekum. Pada kolon sebelah kiri, isi dari lumen usus terdorong ke arah kaudal
oleh kontraksi tonis, sehingga terpisah-pisah menjadi globulus-globulus. Kontraksi yang ketiga, mass
peristaltic, merupakan gabungan antara gerakan retropulsif dan tonis.
NEOPLASMA JINAK
10
A. Polip
Polip berasal dari epitel mukosa dan merupakan neoplasma jinak terbanyak di kolon dan rectum.
Terdapat polip yang bertangkai dan tidak bertangkai. Diantara polip kolon, ada yang berpotensi
ganas.
Polip juvenile terdapat pada anak berusia sekitar 5 tahun dan ditemukan diseluruh kolon.
Biasanya tumor mengalami regresi spontan dan tidak bersifat ganas. Gejala klinis utamanya
adalah perdarahan spontan dari rectum yang kadang disertai lendir. Karena selalu bertangkai,
polip dapat menonjol keluar dari anus sewaktu defekasi. Karena bisa mengalami regresi spontan,
terapinya tidak perlu agresif.
Polip hiperplastik merupakan polip kecil yang berdiameter 1-3mm dan berasal dari epitel
mukosa yang hiperplastk dan metaplastik. Umumnya polip ini tidak bergejala tetapi harus
dibiopsi untuk menegakkan diagnostic histologis.
Polip adenomatosa adalah polip asli yang bertangkai dan jarang ditemukan pada usia dibawah 21
tahun. Insidensinya meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Gambaran klinisnya umunya
tidak ada, kecuali perdarahan dari rectum dan prolaps polip dari anus disertai anemia. Letaknya
70 % di sigmoid dan rectum. Polip ini bersifat pramaligna sehingga harus diangkat setelah
ditemukan.
A.1 Sekuens Polip – Adenoma- Karsinoma
Karena polip adenomatosa dapat berkembang menjadi kelainan pramaligna dan kemudian
menjadi karsinoma, setiap adenoma yang ditemukan harus dikeluarkan. Berdasarkan
kemungkinan ini, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala seumur hidup pada
penderita polip adenomatosa multiple atau mereka yang pernah menderita polip adenomatosa.
Adenoma vilosa terjadi pada mukosa berupa perbahan hyperplasia yang berpotensi ganas ,
terutama pada usia tua. Adenoma vilosa mungkin didapatkan agak luas dipermukaan selaput
lendir rektosigmoid sebagai rambut halus.
Polip ini kadang memproduksi banyak sekali lendir sehingga menimbulkan diare berlendir yang
mungkin disertai hipokalemia.
Polip semu (pseudopolip) atau polip sekunder dapat timbul sebagai proliferasi radang pada setiap
kolitis kronik terutama kolitis ulserosa.
11
A.2. Poliposis Kolon
Poliposis kolon atau poliposis familial merupakan penyakit herediter yang jarang ditemukan.
Gejala pertamanya timbul pada usia 13 - 20 tahun. Frekuensinya sama pada pria dan wanita.
Polip yang tersbar diseluruh kolon dan rectum ini umunya tidak bergejala. Kadang timbul rasa
mulas atau diare disertai perdarahan per ani. Biasanya sekum tidak terkena. Risiko keganasannya
60 % dan sering multiple.
Sedapat mungkin segera dilakukan kolektomi disertai anastomosis ileorektal dengan kantung
ileum atau reservoar. Pada penderita ini, harus dilakukan endoskopi seumur hidup. Karena masih
terdapat sisa mukosa rectum. Setelah kolektomi total, dapat dilakukan ileokutaneustomi yang
merupakan anus preternaturalis pada ileum.
Karena kanalis anus tidak dihinggapi poliposis dapat juga dilakukan anastomosis ileoanal
dengna dibuat reservoar dari ileum terminal.
Sebagai pencegahan, semua anggota keluarga sebaiknya menjalni pemeriksaan genetic untuk
mencari perubahan kromosom dan menjalani pemeriksaan endoskopi atau foto enema barium
berkala untuk mengurangi resiko karsinoma kolon. Peran endoskopi sangat besar dalam
penanganan poliposis. Biopsy jaringan dan polipektomi biasanya dikerjakan secara bersamaan.
Sindrom gardner merupakan penyakit herediter yang terdiri dari poliposisi kolon disertai
osteoma (terutama pada mandibula, tulang tengkorak dan sinus hidung), tumor epidermoid
multiple, kista sebaseous, dan tumor dermoid. Terapi dan pencegahannya sama dengan yang
dilakukan pada poliposis kolon.
B. Tumor kolon lain
TUMOR KARSINOID
Tumor karsinoid jarang ditemukan dan jika ada biasanya di rectum. Tumor karsinoid kecil
umumnya tidak bertanda, sedangkan karsinoid yang lebih besar di kolon kanan atau rectum dapat
menyebabkan tanda local dan bermetastasis ke hati. Keadaan ini memerlukan tindak bedah baku.
12
Pada 5 % penderita ditemukan sindrom karsinoid. Tumor karsinoid dapat ditanggulangi dengan
eksisi local.
LIMFOMA
Limfoma merupakan tumor ganas selain karsinoma yang agak jarang ditemukan di kolon.
Limfoma non hodgkin agak sering disertai defisiensi imun. Tumor Kaposi umunya didapat pada
penyakit AIDS.
LIPOMA
Secara radiografik, lipoma biasanya sukar dibedakan dari tumor ganas, tetapi secara endoskopik
mukosa terlihat utuh. Lipoma umunya asimptomatik tetapi dapat menyebabkan obstruksi. Eksisi
dilakukan bila bergejala.
LEIOMIOMA
Leiomioma jarang ditemukan di kolon dan jarang berdarah. Sebagian leiomyoma dapat berubah
menjadi ganas.
Tumor lain yang mungkin ditemukan ialah neurofibroma, limfangioma, hemangioma, dan
melanoma dibagian anorektal.
NEOPLASMA GANAS
Epidemiologi
Insidens karsinoma kolon dan rectum di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Insidens pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda.
Sekitar 75% ditemukan pada rectosigmoid.
Di Negara barat perbandingan insidens lelaki dan perempuan adalah 3:1. Kurang dari 50%
karsinoma kolon dan rectum ditemukan di rectosigmoid, dan merupakan penyakit orang usia
lanjut. Pemeriksaan colok dubur merupakan penentu karsinoma rectum.
Etiologi
13
Berbagai polip kolon dapat berdegenerasi menjadi maligna sehingga setiap polip kolon harus
dicurigai. Radang kronik kolon, seperti colitis ulserosa atau colitis amuba kronik, juga berisiko
tinggi menjadi maligna. Factor genetic kadang berperan walaupun jarang.
Kekurangan serat dan sayur mayor hijau serta kelebihan lemak hewani dalam diet merupakan
factor risiko karsinoma kolorektal. Sekitar 70-75% karsinoma kolon dan rectum terletak pada
sigmoid dan rectum. Keadaan ini sesuai dengan lokasi polip colitis ulserosa, dan colitis amuba
kronik.
Secara makroskopik, terdapat 3 tipe karsinoma kolon dan rectum:
- Tipe polipoid atau vegetative tumbuh menonjol ke dalam poilip usus, berbentuk bunga
kol dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.
- Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi,
terutama ditemukan di kolon descendens, sigmoid, dan rectum.
- Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral terdapat di rectum. Pada tahp
lanjut, sebagian karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi tukak maligna.
Klasifikasi
Derajat keganasan karsinoma kolon dan rectum sesuai gambaran histologiknya. Stadium
pertumbuhan karsinoma dibagi menjadi menurut klasifikasi Dukes. Klasifikasi Dukes dibagi
berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma ke dalam dinding usus.
Metastasis
Metastasis karsinoma koloon dan rectum berkembang di mukosa dan bertumbuh sampai
menembus dinding dan meluas secara sirkuler kerarah oral dan aboral. Di daerah rectum,
penyebaran kedaerah anal jarang melebihi 2 sentimeter.
Penyebaran perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter,
buli-buli, uterus, vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaca,
mesenterium, dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal
menyebabkan peritonitis karsinomatosa dengan ataua tanapa ascites. Penyebaran intralumen
14
dapat terjadi, sehingga pada saat di diagnosis terdapat 2 atau lebih tumor yang sama di dalam
koloin dan rectum.
Gambaran klinis
Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan. Karsinoma kolon kiri
sering bersifat skirotik. Sehingga lebih banyak menimbukan stenosis dan obstruksi terlebih
karena feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan, jarang terjadi stenosis dan feses
menjadi cair sehingga tidak ada factor obstruksi.
Gejala dan tanda dini kolorektal tidak ada. Umunya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu
gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan, atau akibat penyebaran.
Karsinoma konon kiri dan rectum menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti konstipasi atau
defekasi dengan tenesmi. Makin ke distal letak tumor, feses semakin menipis, seperti kotoran
kambing atau lebih cair disertai darah atau lendir.
Tenesmi merupakan gejala yang biasa didapat pada karsinoma rectum. Perdarahan akut jarang
dialami demikian juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Bila ada obstruksi
penderta dapat flatus, perut penderita akan tersa lega.
Gambaran klinis tumor sekum dan kolon ascendens tidak khas. Dyspepsia, kelemahan umum,
penurunan berat badan, dan amenia merupakan gejala umum. Oleh karena itu penderita sering
datang dalam keadaan menyedihkan.
Nyeri pada kolon kiri lebih nyata daripada kolon kanan. Tempat yang dirasa nyeri berbeda
karena asal embrinoik yang berlainan yaitu dari usus tengah dan usus belakang. Nyeri dari kolon
kiri bermula dibawah umbilicus, sedangkan dari kolon kanan dari epigastrium.
Pemeriksaan
15
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, terabanya tumor menunjukan bahwa
keadaan sudah lanjut. Masa didalam sigmoid lebih jelas teraba daripada masa dibagian lain
kolon.
Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi. Foto kolon dengan barium merupakan kelengkapan dalam menegakkan
diagnosis. Biopsy dilakukan melalui endoskopi.
Diagnosis
Diagnosis karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, colok
dubur dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan kontras ganda. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan setiap 3 tahun untuk usia diatas 45 tahun. Kepastian diagnosis ditentukan berdasarkan
pemeriksaan patologi anatomi.
Pemeriksaan tambahan ditujukan pada jalan kemih untuk kemungkinan tekanan ureter kiri atau
infiltrasi ke kandung kemih, serta hati dan paru untuk metastasis.
Diagnosis banding
Berbagai kelainan dirongga perut yang bergejala sama atau mirip dengan karsinoma kolorektal
antara lain ulkus peptikum, neoplasma lambung, kolesistitis, abses hati, neoplasma hati, abses
appendiks, massa periapendikular, amuboma, diverticulitis, colitis ulserosa, enteritis regionalis,
proktitis pasca radiasi dan polip rectum.
Penyulit
Obstruksi kolon kiri sering merupakan tanda pertama karsinoma kolon. Kolon bisa menjadi
sangat besar terutama sekum dan kolon asendens. Tipe obstruksi ini disebut tipe dileptik.
Perforasi terjadi disekitar tumor akibat nekrosis dan dipercepat oleh obstruksi yang
menyebabkan semakin meningkatnya tekanan dalam rongga kolon.
Biasanya perforasi mengakibatkan peritonitis umum disertai gejala sepsis. Perforasi berakibat
fatal bila tidak segera ditolong. Kadang terjadi perforasi dengan pembentukan abses sekitar tumr
16
sebagai reaksi peritoneum. Peritoneum dan jaringan sekitarnya menyelubung perforasi tersebut
sehingga pencemaran terbatas dan terbentuk abses.
Tumor yang terletak di dekat lambung dapat mengakibatkan fistel gastrokolika dengan gejala
mual dan muntah fekal. Tumor yang terletak di dekat kandung kemih dapat mengakibatkan fistel
vesikokolika dengan tanda pneumomaturia.
Tatalaksana
Satu satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Tujuan utama tindak bedah ialah
memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun non kuratif. Kemoterapi dan radiasi
bersifat paliatif dan tidak memberi manfaat kuratif.
Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah
terjadi metastasis jauh tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi,
perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.
Pada karsinoma rectum teknik pembedahan yang dipilih bergantung pada letaknya, khususnya
jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengna sphingter eksterna dan
sphingter interna dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis.
Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan penyebaran local maupun jauh. Pada tumor sekum
atau kolon asendens, dilakukan hemikolektomi kanan, dilanjutkan dengan anastomosis ujung ke
ujung. Pada tumor di fleksura hepatica dilakukan juga hemikolektomi.
Pada tumor kolon transversum, dilakukan reseksi kolon transnversum yang dilanjutkan dengan
anastomosis ujung ke ujung sedangkan pada tumor kolon desendens dilakukan hemikolektomi
kiri. Pada tumor sigmoid, diklakukan reseksi sigmoid, dan pada tumorrektum sepertiga
proksimal dilakukan reseksi anterior. Pada tumor rectum sepertiga tengah dilakukan reseksi
dengan mempertahankan sfingter anus sedangkan pada tumor sepertiga distal dilkaukan amputasi
rectum melalui reseksi abdominoperineal Quenu-Miles. Pada poperasi ini anus turut dikeluarkan.
17
Tumor yang teraba pada pemeriksaan colok dubur umumnya dianggap terlalu rendah untuk
tindakan preservasi sfingter anus. Eksisi local dengan mempertahankan anus hanya dapat
dipertanggungjawabkan pada tumor tahap dini.
Pada pembedahan abdominoperineal menutur quenu-miles, rectum dan sigmoid dengan
mesosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limfe pararektum dan retroperitoneal sampai
kelenjar linfe retroperitoneal. Kemudian anus dieksisi melalui insisi perineal dan dikeluarkan
seluruhnya bersama rectum melalui abdomen.
Reseksi anterior rendah pada rectum dilakukan melalui laparotomi menggunakan alat stapler
untuk membuat anastomosis kolorektal atau koloanal rendah.
Eksisi local melalui rektoskop dapat dilakukan pada karsinoma terbatas. Seleksi penderita harus
dilakukan dengan teliti, antara lain dengan menggunakan endoskopi ultrasonographic untuk
menentukan tingkat penyebaran di dalam dinding rectum dan adanya kelenjar ganas pararektal.
Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi dan seleksi khusus ialah fulgerasi (koagulasi
listrik). Pada cara ini, tidak dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi. Cara ini kadang
digunakan pada penerita yang beresiko tinggi untuk menjalani pembedahan.
Koagulasi dengan laser digunakan sebagai terapi paliatif, sedangkan radioterapi, kemoterapi dan
imunoterapi digunakan sebagai terapi adjuvant. Tindak bedah yang didahului dan disusul
radioterapi disebut terapi Sandwich. Semuanya kadang berefek positif untuk waktu terbatas.
Penyulit yang sering terjadi pada reseksi rektum abdominoperineal radikal maupun reseksi
rectum anterior rendah ialah gangguan fungsi seks. Pada diseksi kelenjar limfe para rectal dan
daerah retro peritoneal sekitar promonterium dan di daerah (pre) aortal, dilakukan juga eksisi
saraf otonom, simpatik, maupun parasimpatik. Gangguan seks mungkin berupa libido kurang
atau hilang, gangguan ereksi, gangguan lubrikasi vagina, orgasme, atau ejakulasi. Gangguan
yang terjadi mungkin berupa salah satu atau kombinasi dari beberapa gangguan yang disebut di
atas. Dengan teknik pembedahan khusus yang halus dan teliti, angka kejadian penyulit ini dapat
diturunkan.
18
Terapi paliatif
Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi atau
menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat
diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada metastasis hati yang tidak
lebih dari 2 atau 3 nodul, dapat dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui
arteri hepatica, yaitu perfusi secara selektif, yang kadang ditambah lagi dengan terapi embolisasi
dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel ganas.
Prognosis
Prognosisnya bergantung pada ada tidaknya metastasis jauh, yakni bergantung pada klasifikasi
penyebaaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor.
Pada tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan hidup 5
tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar
32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya
sangat buruk.
Kolostomi
Kolostomi merupakan kolokutaneustomi yang disebut juga anus preternaturalis yang dibuat
untuk sementara atau menetap.
Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritonitis yang telah
dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis baru dengan
pasase feses merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
untuk pengamanan anastomosis, aliran feses dialihkan sementara melalui kolostomi 2 stoma
yang biasanya disebut stoma laras ganda. Dengan cara Hartmann, pembuangan anastomosis
ditunda sampai radang di perut telah reda.
Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut Quenu-Miles berupa
anus preternaturalis sejati. Esofagostomi, gastrostomi, yeyunustomi, dan sekostomi biasanya
merupakan stoma sementara. Ileostomi dan kolostomi sering berupa stoma tetap.
19
Indikasi kolostomi adalah untuk mendekompresi usus pada obstruksi, membuat stoma sementara
pada bedah reseksi usus akibat radang atau perforasi, dan sebagai anus pasca reseksi usus distal,
untuk melindungi anastomosis distal. Kolostomi dapat berupa stoma kait (loop colostoma) atau
stoma ujung (end colostoma).
Pada kolostoma sigmoid, biasanya pola defekasi sama dengan semula. Banyak penderita
mengadakan pembilasan sehari sekali sehingga mereka tidak terganggu oleh pengeluaran feses
dari stomanya. Kolostoma pada kolon transversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari
karena isi kolon tarnsversum tidak padat sehingga lebih sulit diatur.
Anus preternaturalis sering menjadi penyulit. Hernia parastoma dapat berisi kolon, omentum,
atau usus halus yang sering terjadi pada orang gemuk. Prolaps, stenosis, nekrosis, dan retraksi
merupakan komplikasi teknik yang kurang sempurna. Kadang terjadi infeksi dinding perut dan
iritasi kulit akibat rangsang sisa pecernaan.
Terapis enterostoma merupakan ahli yang khusus bertugas merawat dan mebimbing penderita
dan keluarganya untuk menghadapi hidup dengan anus preternaturalis.
DAFTAR PUSTAKA:
- Schwart’z : Principles of Surgery 9th ed. New York. McGraw-Hill Companies.2007, chapter
29.
20
- Townsend: Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed., Copyright © 2007 Saunders, An Imprint
of Elsevier, chapter 50.
- Sjasuhidayat R, de jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC
- Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem, Edisi I. Jakarta : EGC. 2001.
21