52
29 | 17 - 23 Maret 2014 RP 20.000 RP 20 00 R RP R 2 0 20 0 0 0 00 0 00

Majalah Bali Post Edisi 29

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Headline : Kasus Cap Jempol Daran Memang "Jempolan"

Citation preview

Page 1: Majalah Bali Post Edisi 29

29 | 17 - 23 Maret 2014

RP 20.000RP 20 00RRPR 2020 0 0000000

Page 2: Majalah Bali Post Edisi 29
Page 3: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 3

D A F T A R I S I

KILAS BERITA�Gudang Peluru TNI-AL Meledak Satu Prajurit Tewas 6LAPORAN UTAMA�Kasus Cap Jempol Darah Memang ’’Jempolan’’ 8

�Komnas HAM akan Turun ke Bali 9�Dilepas sebagai Pejuang Lingkungan 10ADVERTORIAL�”Udeng Poleng” Arjaya Filosofi Pohon di Tanah Bali, Kebudayaan dan SDM Bali Jadi Aset 11POLITIK�Merekayasa Besaran Dana Kampanye 12ADVERTORIAL�Bukan Promosi Biasa 14EKONOMI�Meninggalkan Model Ekonomi Eksploitatif 12OPINI�Apatisme Publik Vs Rekam Jejak Caleg 16JAJAK PENDAPAT�Memfasilitasi Hak Kontrol Publik 17PENDIDIKAN�Spirit ’’Kebo Iwa’’ Dalam Membangun Karakter Berbudaya 18MANCANEGARA�Venezuela Peringati Kematian Chavez 20

DAERAH�Tokoh Kediri Dukung Patung BK, Asal Tidak di Catus Pata 22KESEHATAN�Lupus, Penyakit Seribu Wajah 24LENSA�Ogoh-ogoh 26

OLAHRAGA�Revolusi, Suksesi dan Perputaran Sejarah 28KRIMINAL� Bobol Rumah di Bali, Terbangkan Hasilnya ke Bandung 32LINGKUNGAN�Sawah Terus Menyusut 36PARIWISATA�Meratakan Distribusi Pariwisata Bali Hubungkan Bali Utara-Selatan dengan ”Shortcut” 38EVENT�Festival Remaja 40WISATA�Tenangkan Hati ”Malukat” di Pura Tirta Empul 42TRADISI�’’Sapi Gerumbungan’’ 44PROPERTI�Pagar Tanaman Kurangi Polusi 46HIBURAN�Kisah Perbudakan Menangkan Oscar 48PROFIL�Pertahankan Nuansa Belanda 50

Page 4: Majalah Bali Post Edisi 29

4

17 - 23 Maret 20144

D A R I P E M B A C A

PerintisK Nadha

Pemimpin UmumABG Satria Naradha

Pemimpin Redaksi/Penanggung JawabWirata

Redaktur Pelaksana/Wakil Penanggung Jawab Alit Purnata

Sekretaris RedaksiSugiarthaRedaksi

Alit Susrini, Alit Sumertha, Daniel Fajry,Dira Arsana,Mawa, Suana, Sueca,

Yudi Winanto, Subrata, Budi Wiriyanto,Anggota Redaksi Denpasar

Giriana Saputra, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Subrata, Sumatika, Asmara Putra, Diah

Dewi, Yudi Karnaedi, Wira Sanjiwani, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Dedy Sumartana, Parwata, Rindra, Agustoni, Widana, Ngurah Kertanegara,

Manik Astajaya, Komang Suryawan. Bangli: Ida Ayu Swasrina,

Buleleng: Dewa Kusuma, Mudiarta, Gianyar: Agung Dharmada, Karangasem: Budana, Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma,

Tabanan: Dewi Puspawati

JakartaNikson, Hardianto, Ade Irawan

NTBAgus Talino, Syamsudin Karim,

Izzul Khairi, Raka Akriyani

SurabayaBambang Wiliarto

Kantor Redaksi

Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon : (0361)225764,

Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001.

Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602,

Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalam Bangau No. 15 Cakranegara

Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257 Manajer Iklan: Suryanta,

Manajer Sirkulasi: Budiarta, Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A,

Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00,

Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP,

PenerbitPT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an

Pt.Bali Post.Dicetak di Percetakan BP

Membicarakan masalah trek-trekan liar susah-susah gampang. Kalau su-dah begini jangan aparat saja bekerja biar tak saling menyalahkan, kita

sebagai orangtua yang paling berperan penting. Karena bila terjadi kecelakaan yang rugi bukan aparat, justru para orangtua. Saran saya kepada bapak polisi khusus kepada pelaku trek-trekan liar jangan main tilang saja. Mereka harus ditindak tegas dan diberi bimbingan. Karena sangat membahayakan pengguna jalan yang lain.

WartanaJaya Giri, Denpasar

Dengan adanya perubahan arus lalu lintas di Mengwi Tani terutama yang datang dari arah barat, semua kendaraan yang datang dari arah Tabanan

harus masuk atau melewati jalan menuju Terminal Mengwi Tani. Dulunya jalan tersebut dua arah sekarang manjadi satu arah.

Pemerintah daerah jangan berdalih, dan berorientasi pada pendapatan ter-minal yang belum optimal, kemudian harus mengalihkan arus lalu lintasnya masuk ke terminal, sehingga jalan yang arah ke timur tidak ada arus lalu lin-tasnya. Masyarakat yang berusaha/berdagang sepanjang utara jalan menjadi sepi pembeli. Dari segi keamanan dan kenyamanan juga kurang terjamin, karena kendaraan yang datang dari arah timur dengan begitu kencangnya meluncur ke barat sehingga sering terjadi tabrakan. Selain itu dikarenakan juga arus lalu lintas dari jalan-jalan alternatif masih bisa ke timur.

Menurut hemat kami, sebaiknya bus dan truk-truk saja yang diarahkan masuk terminal dan dikenakan cukai. Terminal sepi karena beberapa faktor: Traffic penumpang kebanyakan masih dari Denpasar, bus-bus yang melayani antarprovinsi gudangnya masih di Denpasar, Terminal Ubung masih berfungsi.

Mohon kepada Dinas terkait agar arus lalu lintas dikembalikan seperti semula, sehingga kami masyarakat yang berjualan terutama yang di utara jalan bisa ‘bernapas’ lagi, dan masalah pendapatan terminal yang belum op-timal dicarikan solusi agar tidak mubazir karena sudah membangun dengan biaya besar dan pemerintah juga tidak mengurangi perhatiannya terhadap kehidupan masyarakatnya.

I Ketut Astina, S.E.Br. Jumpayah, Mengwi Tani, Badung

Perubahan Lalin Mengwi Tani

Saat kedatangan Pak Gubernur di Pura Kawitan Kayuselem sebelum Pilgub Bali 2013, beliau berjanji akan menghotmix jalan dari perbatasan Tianyar

B arat menuju Desa Songan. Tetapi sampai sekarang belum ada informasi apa. Masyarakat sangat berharap, menunggu janji Pak Gubernur. Apalagi akhir-akhir ini jalan semakin hancur dan jebol. Bahkan roda 4 tidak bisa lewat. Keluhan para petani macet membuat tidak bisa berbuat apalagi. Mohon diperbaiki.

Klian Dinas BatumeyehSongan A.

Jalan Hancur dan Jebol

Trek-trekan Liar

Page 5: Majalah Bali Post Edisi 29

5

Page 6: Majalah Bali Post Edisi 29

6

K I L A S B E R I T A

17 - 23 Maret 20146

SEJUMLAH warga Desa Bungkulan Kecamatan Sawan yang menjadi peserta Program Agraria Nasional (Prona) tahun 2012 dan tahun 2013 mendatangi Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) di Jalan Dewi Sartika Singaraja, Senin (3/3). Warga mempertanyakan penanganan kasus dugaan korupsi Prona

yang dilaporkan sebelumnya. Selain itu, warga juga mengadukan beredarnya surat

pernyataan yang harus mereka tanda tangani untuk tidak mempersoalkan dugaan kasus yang mereka laporkan ke Kejari Singaraja. Pantauan di lapangan, warga datang didampingi oleh pengurus Forum Peduli Masyarakat Bungkulan sekitar pukul 11.00 wita. Mereka mengendarai sepeda motor dan dikawal ketat aparat kepolisian.

Warga sempat menunggu di lobi kantor hingga pejabat Kejari menemui warga. Mereka kemudian diterima oleh Jaksa Fungsional I Made Karta Wijaya, S.H. bersama jaksa lainnya. Sementara Kepala Seksi (Kasi) Tindak Pidana Khusus (Pidsus) I Wayan Suardi, S.H. sedang tugas dinas di luar kota. Karta Wijaya mengatakan, dugaan korupsi Prona itu ditangani oleh Kasipidsus Wayan Suardi. Lantaran jaksa yang membidangi tidak ada di kantor, sehingga dirinya tidak bisa memberikan penjelasan sejauh mana proses penanganan dugaan kasus tersebut.

Salah seorang warga peserta Prona I Nyoman Sukradi (45) mengatakan, dugaan kasus korupsi Prona itu dilaporkan ke Kejari Singaraja karena adanya praktik pengutan oleh aparat desa kepada warga peserta Prona. Tak tanggung-tanggung dana yang dipungut tersebut jumlahnya bervariasi antara Rp 300 ribu hingga Rp 4 juta tiap peserta Prona.

� Mudiarta

Gudang amunisi milik TNI-AL di Markas Komando Pasukan Katak, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/3) lalu, meledak. Akibat insiden ini, sat anggota prajurit TNI Angkatan Laut (TNI-AL)

dari kesatuan Fasharkam Lantamal III Sertu Iman tewas.

Gudang Peluru TNI-AL Meledak Satu Prajurit Tewas

MBP/ade

‘’Korban meninggal di lokasi kejadian,’’ kata Kapuspen Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul di RS Mintohardjo.

Selain korban tewas, peristiwa itu juga mengakibatkan satu orang luka parah, Serka Midi dari kesatuan Fasilitas dan Pe-meliharaan. Iskandar juga mengatakan jumlah korban ledakan amunisi sekitar 87 orang, yang semuanya merupakan anggota TNI-AL. Dari jumlah itu, 15 orang sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan. Sementara sisanya 72 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit terpisah. Data ini juga termasuk satu korban meninggal dan juga satu lainnya yang masih kritis.

Menurut Iskandar, para korban rata-rata terkena pecahan genteng dan kayu dari gudang amunisi yang meledak tersebut. Ada yang terkena di bagian dada, kepala, dan perut. Semen-tara itu, penyebab ledakan masih dalam investigasi pihak TNI, namun demikian diduga ledakan itu dipicu percikan api dari hubungan pendek arus listrik yang mengenai amunisi.

Ia juga menjelaskan, gudang amunisi itu berisi senjata ringan. ‘’Tempat penyimpanan amunisi ringan, senjata laras panjang dan laras pendek,’’ kata Kapuspen.

� Hardianto

Kasus Prona

Warga Bungkulan Datangi Kejari

MBP/mud

Page 7: Majalah Bali Post Edisi 29

7

PARA sopir yang tergabung dalam Per-satuan Sopir Jembrana (Pesona) menggelar aksi damai di Lapangan Widya Mandala Pergung, Mendoyo, Minggu (2/3). Mereka mogok empat hari. Sejak pukul 11.30-14.00

wita, para sopir truk tersebut duduk-duduk di podium Lapangan Pergung, Mendoyo, menggelar rapat dengan para pengurus. Ra-pat terkait pembatasan dalam mengangkut pasir di Kabupaten Karangasem. Mereka sepakat menggelar aksi mogok mulai Sabtu (1/3) hingga Selasa (4/3).

Ketua Pesona wilayah Melaya Ketut Sudana alias Pengkah (45) asal Dusun Katulampa, Manistutu, Melaya, mengatakan para sopir merasa keberatan dengan adanya kebijakan dari pemerintah Karangasem yang ikut campur dalam mengatur dan membatasi pengangkutan pasir. Adanya kenaikan harga

dari sebelumnya Rp 330 ribu per truk ditam-bah faktur Rp 150 ribu atau total Rp 480 ribu per truk dan kini ditetapkan menjadi Rp 70 ribu per kubik. Hal itu belum ditambah biaya faktur, membuat para sopir kelimpungan. ‘’Totalnya sekarang mencapai Rp 850 ribu untuk truk isi pasir 10 kubik. Harga naik cukup besar, bagaimana kami bisa menjual, kami jadi susah menjualnya, belum lagi biaya operasional. Karena mencari pasir ke Tianyar, Desa Dukuh Karangasem itu jauh,’’ jelas sopir yang sudah mengangkut pasir dari Karangasem sejak tahun 1987.

� Surya Dharma

SETELAH bertahun-tahun tanpa ada kepastian pengganti tanah pascapembukaan LC Subak Pelengan, di Jalan Dharmagiri, Gianyar, akhirnya laba Pura Bukit Bitera, Kelurahan Bitera, Gianyar, mendapat kejela-san. Minggu (2/3), sekitar 250 orang warga pangemong Pura Bukit Bitera turun ke lokasi di LC Subak Pelengan memasang pagar pembatas tanah laba pura sebagai tanda agar tak hilang lagi.

Sekitar pukul 12.30 wita, dengan ber-pakaian adat madya, ratusan warga datang dengan membawa kayu dan tali memagari sepetak tanah yang diperkirakan seluas 15 are. Dari pemagaran, sebuah perusahaan cetak bata juga termasuk di dalamnya. Na-

mun, perusahaan cetak bata yang ada tidak mempermasalahkannya.

Klian Pangemong Pura Bukit I Wayan Mendra mengatakan, dulu sebelum pem-bukaan LC dilakukan pemerintah daerah sekitar tahun 1993, luas tanah laba Pura Bukit 20 are. Setelah dipotong 20 persen, sisanya masih 16 are. Selain itu, lokasi tanah laba pura juga tak jelas. Di tahun 2013, tanah laba pura itu baru mendapatkan penukar, dan terpotong luasnya, sehingga kini hanya tersisa 15 are.

Dikatakannya, pemasangan pagar yang dilakukan warga berdasarkan atas paruman krama Banjar Roban, Kelurahan Bitera sebagai pangemong Pura Bukit. Pemagaran

dilakukan untuk menentukan hak krama pangemong sehingga tak terjadi penggeseran kepemilikan. Walaupun belum mengantongi sertifikat, namun tanah laba itu saat ini sudah ada investor yang menawar kontrak untuk usaha.

� Agung Darmada

MARAKNYA alih fungsi lahan mem-buat khawatir kalangan petani. Bahkan, kekhawatiran bukan lagi masalah peny-usutan lahan pertanian, melainkan, subak yang dinilai sebagai warisan dunia di Bali terancam punah. Kekhawatiran itu disampai-kan Klian Subak di Umelemek, Klungkung Wayan Sulendra, saat temu wirasa dengan Bupati Klungkung di Balai Desa Tojan, Jumat (28/2).

Klian Subak Wayan Sulendra menga-takan, ancaman alih fungsi lahan sangat mendesak disikapi eksekutif. “Kalau se-

mua sudah tidak peduli, siapa nanti yang melindungi lahan pertanian. Kalau begini terus, lama-kelamaan subak bisa bubar,” katanya. Seperti yang terjadi di Umale-mek, sebelum di-LC-kan, wilayah ini sudah diserbu para makelar tanah. Setelah berkembang dan menjadi LC, lahan perta-nian semakin habis. Bahkan, yang tersisa pun tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, saluran irigasinya juga sudah tertutup. Ka-lau sudah begini, petani tidak bisa berbuat banyak. Meski ada aturan, namun faktanya segalanya berjalan tanpa ada aturan.

Sementara itu, Bupati Suwirta menyadari ancaman itu. Dia juga mengakui, banyak lahan produktif beralih fungsi menjadi ka-wasan permukiman. Bupati justru balik me-nyayangkan, para pengembang atau makelar tanah sangat mudah memeroleh persetujuan dari warga melalui bendesa. Jika sudah demikian, pihaknya sebagai kepala daerah juga makin kesulitan dalam menyikapi masalah ini. Malah berpotensi menimbulkan benturan pemerintah dengan masyarakat. Namun, pihaknya menegaskan, kini sudah ada Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pan-gan dan Berkelanjutan.

� Bagiarta

Ratusan Sopir Truk Jembrana Mogok

Ratusan Warga Pagari ”Laba” Pura Bukit Bitera

Subak Terancam Punah

Page 8: Majalah Bali Post Edisi 29

8

8 17 - 23 Maret 2014

L A P O R A N U T A M A

Penanganan kasus ‘’cap jempol darah’’ jalannya bagai super jet; sangat cepat. Polisi tak perlu waktu lama untuk mengungkap kasus yang dilaporkan

Gubernur Bali diwakili Karo Hukum Setda Bali I Wayan Sugiada. Polisi hanya butuh waktu enam hari untuk menjebloskan empat tersangka dalam ruang tahanan.

Sejak dilaporkan Rabu malam lalu, Sabtu sore sudah ada yang diamankan. Bahkan tiga orang yang menyerahkan diri pada Senin (di-antar warga dan tokoh masyarakat), pada hari itu pula telah ditetapkan sebagai tersangka dan keesokan harinya langsung ditahan.

Banyak yang mengacungkan jempol dan memberi apresisi terhadap kinerja polisi yang cepat. Namun tak sedikit pula yang mencuri-gai ada intervensi dalam kasus ini. Sebab pen-anganannya jauh berbeda dengan kasus-kasus lain yang dilaporkan oleh masyarakat biasa. Sebutlah kasus Wayan ‘’Gendo’’ Suardana yang dianiaya dua orang tak dikenal di kan-tornya, 5 November 2012. Pada hari itu pula Gendo melapor ke institusi yang sama; Polda Bali. Namun hingga saat ini kasusnya masih belum ada perkembangan. Jangankan ada penahanan, tersangka saja belum ada.

Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Hariadi, pekan lalu, mengakui belum ada tersangka untuk kasus Gendo. Namun ia tetap meyakinkan bahwa kasus penganiyaan aktivis lingkungan yang juga seorang pengacara itu

tetap menjadi perhatian pihak kepolisian. ‘’Masih dalam proses lidik,’’ jelasnya.

Selain kecepatan dalam menangkap tersang-ka, ada pula yang patut mendapat catatan ketika polisi menahan tiga tersangka yang sebelumnya dinilai kooperatif. Kombes Pol. Hariadi pada Selasa (4/3), menyatakan status ketiga aktivis Jalak Sidakarya yakni I Wayan Saniyasa, I Kadek Murdana dan I Made Adi Jaya Natha, sudah ditetapkan sebagai tersangka. Namun ketiganya tak ditahan karena dinilai kooperatif, tidak akan melarikan diri, tidak merusak barang bukti dan tidak mengulangi perbuatannya. ‘’Ya, statusnya sudah dinaikkan menjadi tersangka namun tidak ditahan,’’ katanya.

Namun apa yang terjadi keesokan harinya? Pernyataan Kombes Hariadi tiba-tiba berbalik 180 derajat. Ia mengatakan, ketiga aktivis yang berasal dari Sidakarya tersebut resmi ditahan. Penahanan tiga tersangka itu, me-nyusul adanya surat perintah penahanan yang dikeluarkan penyidik. ‘’Ketiga tersangka ditahan, setelah surat perintah penahanan dikeluarkan penyidik Dit. Reskrimum Polda Bali,’’ katanya kepada wartawan.

Tim kuasa hukum Jalak Sidakarya yang diwakili I Made Suardana, S.H. membenar-kan ketiga kliennya sudah ditahan penyidik. Ia menjelaskan, penahanan ketiga tersangka itu dilakukan setelah menjalani pemeriksaan tambahan terkait dugaan pemasangan sepa-nduk yang berisi tulisan ‘’Penggal Kepala

Mangku P’’, mereka langsung ditahan. ‘’Mer-eka ditempatkan satu sel dengan tersangka sebelumnya, I Wayan Tirtayasa,’’ ucapnya.

Penahanan ketiga tersangka itu, membuat bingung Suardana dan rekan-rekannya. Pasalnya, sebelumnya ketiga tersangka dinilai kooperatif dan diyakini tak merusak barang bukti dan tidak melarikan diri. ‘’Lalu kenapa ditahan, saya pun bingung. Hanya penyidiklah yang tahu,’’ ungkapnya.

Ia menambahkan, meski ketiga tersangka itu menjalani penahanan,sebetulnya mereka sudah siap dari awal. Sebab, apa yang mereka lakukan itu sebagai bentuk perjuangan untuk menolak reklamasi. Jadi, mereka ini merupakan pejuang lingkungan hidup. Bukti dari kesiapan mereka, ketika dimasukkan ke dalam sel. Mer-eka sama sekali tidak merasakan ada kesedihan atau ketakutan. ‘’Dengan ditahannya mereka, termasuk juga Tirtayasa, tentunya kami akan mengambil langkah untuk membela mereka,’’ tegasnya dihadapan awak media.

Ia menegaskan kembali, keempat tersangka ini memang tidak mengetahui adanya tulisan itu. Mereka ini hanya tugasnya memasang. ‘’Untuk itu, penyidik sudah mengambil sampel tulisan dari ketiga aktivis ini untuk dilakukan uji laboratorium. Nantinya akan dilakukan uji lab untuk mengetahui apakah tulisan ini sama dengan yang ada di spanduk itu,” imbuhnya.

Dengan penahanan tiga aktivis ini maka penyidik Dit. Reskrimum Polda Bali telah menetapkan empat aktivis Jalak Sidakarya sebagai tersangka dan semuanya masuk dalam tahanan. Awalnya, I Wayan Tirtayasa ditangkap petugas dan langsung ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan, usai menjalani pemeriksaan, Tirtayasa langsung ditahan. Keesokan harinya, tiga lainnya diantar warga dan kuasa hukumnya, I Wayan ‘’Gendo’’ Suardana ke Polda Bali.

Setelah menjalani pemeriksaan selama delapan jam, ketiganya langsung ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan keesokan harinya mereka langsung ditahan. Penyidik Dit. Reskrimum Polda Bali menjeratnya dengan pasal yang sama yakni Pasal 336 ayat 2 ten-tang pengancaman di muka umum melalui tulisan dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.

� Pramana Wijaya

Kasus Cap Jempol Darah

Memang ’’Jempolan’’

MBP/edi

Sebelum ke Polda Bali, puluhan warga Sidakarya menggelar persem-bahyangan di Pura Pusering Jagat, Sidakarya.

Page 9: Majalah Bali Post Edisi 29

9

KASUS penangkapan aktivis lingkungan hidup di Bali mendapat perhatian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Dalam waktu dekat Komnas HAM akan meminta klarifikasi dari Jaringan Aksi Tolak Reklamasi (Jalak) Sidakarya dan kepolisian. “Kami akan klarifikasi nanti kepada Jalak Bali dan pihak kepolisian setempat,” kata Wakil Ketua Komnas HAM bidang Eksternal, Nurkholis, pekan lalu.

Komisioner Komnas HAM yang mem-bidangi pengaduan perkara ini mengata-kan belum dapat menyimpulkan apakah penangkapan I Wayan Tirtayasa tersebut berlebihan dan melanggar hak asasi manu-sia meski hanya menyampaikan pendapat. Namun, dia berjanji akan segera mencari informasi secara rinci dari pihak terkait tentang penangkapan dan penahanan tersebut.

Seperti diketahui, penangkapan Wayan Tirtayasa berkaitan dengan pemasangan spanduk cap jempol darah penolakan re-klamasi Teluk Benoa bertuliskan “Penggal Kepala Mangku P”.

Sementara itu Wakil Direktur Reserse Kriminal Polda Bali Ajun Komisaris Besar Polisi Bonar Sitinjak, pekan lalu, menyatakan Polda Bali masih mendalami keterangan empat tersangka yang diduga terlibat dalam kasus pemasangan spanduk yang dianggap sebagai tindakan pengan-caman kepada Gubernur Made Mangku Pastika. “Sekarang para tersangka tengah kami periksa intensif,” ujarnya usai men-emui warga yang menggelar aksi di depan Polda Bali.

Ia pun meminta masyarakat untuk me-nyerahkan sepenuhnya kepada pihak ke-polisian untuk pengusutan kasus tersebut.

Warga yang menggelar aksi menuntut polisi agar mengusut tuntas aktor intelek-tual di balik spanduk yang dianggap seba-gai tindakan pengancaman kepada orang nomor satu di Bali itu. “Kami mendukung polisi secara moral untuk bisa mengungkap aktor intelektual di balik semua itu,” kata koordinator aksi.

Dukungan serupa datang dari Per-satuan Purnawirawan (PP) Polri Provinsi Bali. Mereka mengeluarkan pernyataan

sikap terkait spanduk berisi ancaman terhadap Gubernur Made Mangku Pas-tika dan akan diserahkan langsung kepada Kepala Kepolisian Daerah Bali. “Pernyataan sikap ini sebagai bentuk dukungan moral kami kepada Gubernur Bali yang juga merupakan anggota seka-ligus pelindung dan penasihat PP Polri Bali. Tulisan ancaman dalam spanduk itu kategorinya sudah masuk pada ancaman terhadap keselamatan jiwa,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Pur-nawirawan Polri Bali Brigjen Pol (Purn) Njoman Gede Suweta di sela-sela rapat penyusunan pernyataan sikap itu, pekan lalu.

Pernyataan sikap PP Polri Bali itu diambil dalam rapat pleno khusus yang dihadiri oleh semua Dewan Pimpinan Daerah PP Polri dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata. Mereka juga turut menandatangani pernyataan sikap itu di samping ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris DPD PP Polri Bali.

� Hardianto/Pusat Data

Komnas HAM akan Turun ke Bali

MBP/edi

Warga menggalang koin demi membantu aksi per-juangan tolak reklamasi.

Page 10: Majalah Bali Post Edisi 29

10

L A P O R A N U T A M A

17 - 23 Maret 201410

Tidak ada terbesit ketegangan ketika puluhan warga Sidakarya mengantar re-kannya untuk diperiksa di Polda Bali. Bahkan sebelum ke Polda Bali, mereka juga menggelar persembahyangan. Upac-ara yang diikuti ratusan warga itu digelar di Pura Pusering Jagat, Sidakarya.

Usai persembahyangan ratusan warga itu melepas ketiganya; Wayan Saniyasa, Made Adi Jayanata dan Kadek Mudana sebagai pejuang lingkungan hidup. Mer-

eka tidak hanya berjuang untuk Desa Sidakarya dari dampak reklamasi, juga berjuang untuk kelestarian alam Bali.

Tidak hanya menggelar persem-bahyangan, warga juga menggalang koin untuk aktivis yang ditangkap Polda Bali, I Wayan Tirtayasa. Warga menyediakan tiga buah kardus yang digunakan untuk menggalang koin demi membantu aksi pergerakan tolak reklamasi itu.

Terkait upacara persembahyangan ini, Klian Banjar Sidakarya I Made Rusna mengatakan, bahwa masyarakat dengan hati tulus memohon kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa agar diberi kekuatan dan keselamatan. “Kami mohon agar apa yang kita jalankan mendapat jalan yang benar. Sebab kami hanya bisa berbuat dengan kejujuran dan hati nurani,” tandas Rusna.

Karenanya, dia bersama warga akan terus berupaya melakukan penolakan terhadap reklamasi, karena perjuangan belum selesai. “Apa yang kami yakini akan merusak dan menyengsarakan rakyat tetap tidak bisa ditoleransi. Dan kami tetap menolak reklamasi. Kami akan menemani mereka (para aktivis yang diperiksa polisi) sampai kapanpun dan ke manapun,’’ jelasnya sembari mengatakan,

bahwa mereka warga Banjar Dukuh ada-lah pejuang lingkungan. Dia pun meminta warganya yang ditangkap tetap tegar menghadapi proses ini.

Apa yang dijanjikan Made Rusna tak diingkari. Ketika empat warganya ditahan di Polda Bali, ratusan warga Desa Sida-karya, Denpasar, berunjuk rasa ke Polda Bali. Mereka menuntut pihak Kepolisian Daerah Bali untuk membebaskan empat orang tersangka kasus dugaan penganca-man Gubernur Made Mangku Pastika melalui tulisan dalam spanduk. “Kami meminta bebaskan empat warga kami,” kata Klian Banjar (Kepala Dusun) Desa Sidakarya Wayan Narta, di depan Markas Polda Bali.

Tuntutan tersebut disampaikan kepada Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Albertus Julius Benny Mokalu di tengah penjagaan ketat aparat kepolisian di depan pintu gerbang markas polisi setempat. Dengan mengenakan pakaian adat madia dan diiringi “baleganjur”, mereka menyu-arakan aspirasinya untuk melepaskan em-pat orang rekannya yang mereka anggap sebagai “pejuang lingkungan”.

� Pusat Data

Dilepas sebagai Pejuang Lingkungan

MBP/edi

Ratusan warga Desa Sidakarya, Denpasar, mendatangi Polda Bali untuk menyampaikan pernyataan sikap terkait penahanan empat aktivis Jalak Sidakarya.

MBP/edi

Wayan Saniyasa, Made Adi Jayanata dan Kadek Mudana sebagai pejuang lingkungan hidup

Page 11: Majalah Bali Post Edisi 29

A D V E R T O R I A L

Ke b u -dayaan B a l i y a n g

digerakkan dan di-lakoni masyarakat Bali menjadi modal besar dalam keber-langsungan pari-wisata Bali. Sayang-nya masyarakat Bali selama ini lebih menjadi objek ketimbang subjek dalam gemerlap dan gemerincing dolar pariwisata di Bali.

Manisnya buah pariwisata Bali belum mampu menyejahterakan masyarakat Bali. Hasil pariwisata juga dirasakan belum cukup untuk menjaga dan melestarikan adat budaya Bali hingga muncul wacana dari Pemprov Bali untuk memungut donasi dari wisatawan 10 dolar AS melalui heritage protection namun masih terkendala aturan dan belum mendapat lampu hijau dari Mendagri.

Kondisi itu disadari dan dirasakan betul Ketua Komisi I DPRD Bali Made Arjaya. Ada pergolakan batin Arjaya atas kondisi Bali saat ini hingga tercetuslah buah pemikiran dan filosofi “pohon yang tumbuh di tanah Bali” dasar pijakan dan landasan perjuangan bagaimana menjaga tanah Bali dengan keles-tarian kehidupan adat, budaya yang bernapas-kan kehidupan agama Hindu Bali. Bagi putra tokoh PDI-P Nyoman Lepug (alm) itu Konsep “pohon yang tumbuh di tanah Bali” terdiri atas unsur akar (agama Hindu di Bali), tanah (tanah Bali itu sendiri beserta lingkungannya), batang (masyarakat Bali), kulit (soroh di Bali atau dalam konteks yang lebih universal yakni profesi misalnya petani, nelayan, pengusaha dan lainnya), ranting atu dahan (keturunan masyarakat Bali), daun (budaya), bunga (seni budaya), dan buah (pariwisata).

Ketua GIPI (Gabungan Industri Pari-wisata Indonesia) Bali Gusti Ngurah Wijaya mengapresiasi konsep Arjaya menjaga Bali dengan filosofi “pohon yang tumbuh di tanah Bali dan memang sejalan dengan apa yang diharapkan masyarakat Bali termasuk pelaku pariwisata di Bali. Ia berharap wakil rakyat di

DPR-RI serta senator di DPD nantinya mam-pu melobi pemerintah pusat agar bagaimana menjaga kebudayaan dan meningkatkan SDM masyarakat Bali yang merupakan aset berharga bagi Bali di tengah ketiadaan sumber daya alam ataupun tambang yang berlimpah seperti daerah lainnya.

“SDM Bali harus diperhitungkan dan kebudayaan Bali yang dijalankan oleh masyarakatnya harus dilestarikan. Kami harapkan tokoh-tokoh Bali ini mampu menyu-arakan di pusat bahwa kebudayaan ini meru-pakan aset dan sumber ekonomi masyarakat Bali yang membuat pariwisata Bali berbeda dengan daerah lainnya,” tandasnya.

Di sisi lain, bagi Arjaya yang juga calon DPD-RI dengan ciri khas udeng poleng itu, harmonisasi antara setiap unsur harus ter-jaga serta mendapat perawatan yang sama sehingga setiap bagian dalam kosep “pohon yang tumbuh di tanah Bali” berperan sesuai fungsi masing-masing dalam menjaga Bali yang tengah menghadapi ancaman serta tantangan baik dari dalam maupun dari luar. “Sayangnya selama ini orang Bali hanya menjadi objek bukan subjek. Kita memban-gun dan melestarikan dari aspek agamanya, masyarakatnya, budaya, seni budayanya, tapi yang menikmati buah ini bukan kita,”kata politisi PDI-P asal Sanur itu.

Untuk merebut buah pariwisata itu, kual-itas SDM Bali harus dibenahi dan ditingkatkan. Otonomi khusus Bali untuk merebut buah pariwisata ini harus tereal-isasi. “Minimal pajak dari buah pa r iw i sa t a yang dihasil-kan Bali kem-bali ke Bali, tidak semua ke pusat. Ot-sus untuk Bali ini guna men-jaga kelestar-ian kultur adat budaya Bali yang menjadi kekuatan pariwisata Bali,” te-gasnya.

Arjaya menambahkan, untuk mencip-takan keseimbangan pembangunan di Bali sebagaimana konsep “pohon yang tumbuh di tanah Bali” agar terjadi aliran makanan merata ke seluruh bagian pohon (terjadi pemerataan pembangunan di seluruh Bali) pemerintah pusat mesti mendorong dan membantu pembangunan infrastruktur di Bali. Infrastruktu yang paling urgen dire-alisasikan adalah rencana pembangunan bandara di Bali Utara. Kemudian yang urgen juga bagaimana ada jalan tembus menghubungkan Bali Timur, Bali Barat, Bali Utara dan Bali Selatan. Tidak hanya pohon-nya yang harus dijaga, tanah Bali juga harus terjaga dan tetap subur agar pohon itu tetap mampu hidup dengan baik. Guna menjaga tanah Bali yang kini menghadapi berbagai ancaman penegakan dan pelaksanaan Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi) menjadi harga mati.

Sebelumnya, Bendesa Agung Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali Jro Gede Putu Suena Upadesa mengapresiasi spirit dan landasan perjuangan Arjaya men-jaga Bali dengan filosofi ‘pohon yang tum-buh di tanah Bali’. Menurut Arjaya memang dikenal konsisten dan berkomitmen berjuang melestarikan adat budaya Bali sehingga

muncul konsep “pohon di tanah Bali” itu. Menurutnya filosofi

pohon di tanah Bali itu merupakan hasil pere-

nungan dan pemikiran mendalam yang sarat

makna dan visioner dalam menjaga Bali

ke depan dan mestinya di-jadikan juga p e g a n g a n

bagaimana m e m -

b a n g u n Bali ke d e p a n .

“Itu konsep yang bagus. Kami yakin Pak Arjaya mampu merawat dan menjaga pohon itu,” katanya.

� Widana

”Udeng Poleng” ArjayaFilosofi Pohon di Tanah Bali, Kebudayaan dan SDM Bali Jadi Aset

lapisan masyarakat

sorohprofesi

agam

a

agam

a agama

Page 12: Majalah Bali Post Edisi 29

12

17 - 23 Maret 201412

P O L I T I K

Ancaman dicoret dari kepesertaan Pemilu 2014, parpol akhirnya memenuhi tenggat KPU untuk menyetorkan dana kampanye.

Namun, besaran angka-angka yang disajikan parpol dalam laporannya dinilai manipulatif. Banyak angka-angka rekayasa yang tak mencerminkan fakta lapangan. Angkanya tak mewakili kondisi riil. Besar kemungkinan belanja partai politik atau caleg untuk lolos menjadi wakil rakyat, jauh dari plafon yang dilaporkan.

Lumrah terdengar, jika untuk merebut tiket menjadi wakil rakyat seorang caleg kabupaten harus merogoh kocek sampai ratusan juta rupiah. Bahkan, untuk bersaing di provinsi, dananya menyentuh angka miliran rupiah. Besarnya belanja politik ini tentu tak akan sepadan dengan laporan pengurus parpol ke KPU. Besar kemungkinkan, dana kampanye hanya menjadi syarat formal, mengingat dana siluman untuk kelancaran perjuangan jauh melebihi angka-angka yang dilaporkan.

Menyikapi hal ini, Ketua DPD Gerindra Bali I.B. Putu Sukarta bahwa mengakui bahwa laporan dana kampanye parpol yang sudah diserahkan ke KPU bisa saja tak menunjukkan pemasukan dan penge-luaran tidak riil di lapangan. Laporan dana kampanye ini berdasarkan nota, dan fakta di lapangan. ‘’Jelas ada beberapa hal atau kegiatan yang tidak ada notanya, jadi tak masuk dalam laporan,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu) PDI-P Bali Wayan Sutena. Ia mengakui laporan dana kampanye itu tidak 100 persen menunjukkan fakta rill di lapangan. “Kalau 100 persen rill tidak mungkin karena ada be-berapa kegiatan operasional yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan masih banyak yang tercecer, tidak terlaporkan,’’ ujarnya.

Menyikapi hal ini, anggota KPU Bali yang juga Pokja Pelaporan Dana Kampa-nye KPU Bali Ni Putu Ayu Winariati juga mengakui bisa saja laporan dana kampanye tersebut tidak riil. Wina mencontohkan soal cost politik saat simakrama, hanya beberapa caleg yang melaporkan ke parpol dan itu jadi bagian laporan dana kampanye parpol.

“Biaya simakrama itu masuk cost politik dan mestinya dilaporkan dalam laporan dana kampanye. Tetapi hanya sedikit yang melaporkan hal itu dalam laporan dana kampanye,” ujarnya.

Namun, KPU tidak berkewenangan menentukan wajar atau tidaknya laporan tersebut melainkan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang akan mengaudit. “KPU tidak punya kapasitas menilai, nanti KPA yang akan mengaudit. Dari hasil audit itu baru kita bisa mengetahui layak atau tidaknya laporan itu. Namun kami mengimbau agar dana kampanye dilaporkan sesuai kenyataan di lapangan,” tandasnya.

Di pihak lain, pengamat politik Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar Dr. Luh Riniti Rahayu mengatakan, laporan dana kampanye periode I dan periode II yang telah disetorkan partai politik (parpol) peserta pemilu legislatif (pileg) dan calon DPD-RI ke KPU Bali layak diragukan kebenaran ataupun keasliannya. Se-bab laporan dana kampanye baik menyangkut penerimaan maupun pengeluaran dari parpol maupun calon DPD bisa saja tidak mempre-sentasikan kondisi riil di lapangan. Bisa saja banyak pengeluaran dana kampanye yang tidak dilaporkan. “Laporan dana kampanye

yang disetor parpol dan calon DPD belum tentu menunjukkan fakta penerimaan dan pengeluaran dana kampanye riil di lapangan. Kondisi ini patut dicermati sebab masih juga mungkin ada dana-dana siluman masuk ke parpol maupun calon DPD dan tak bisa terdeteksi,” katanya. Menurut mantan Dekan Fisip UNR itu, banyak parpol dan caleg yang mencoba menyembunyikan sumbangan dana kampanye dan pengeluaran dana kampanye riil di lapangan. Sebab, persaingan sangat sengit antarparpol dan caleg sehingga mereka tidak ingin dana kampanye yang sebenarnya diketahui lawan politik. Ketua LSM Bali Sruti itu mencontohkan, cost politik saat caleg simakrama ke suatu desa baik menyangkut biaya konsumsi warga yang hadir, serta biaya trasportasi bahkan sumbangan caleg bersang-kutan ke suatu banjar banyak yang tidak dilaporkan dalam laporan dana kampanye. “Pengeluaran saat simakrama dengan calon pemilih itu termasuk cost politik dan normat-ifnya mestinya masuk dalam bagian laporan dana kampanye. Tetapi banyak caleg tidak melaporkan itu ke partai, sehingga partai pun tidak melaporkan ke KPU pengeluaran seperti itu,” kata mantan Komisioner KPU Bali itu.

� Widana

Merekayasa Besaran Dana Kampanye

p p p y

Page 13: Majalah Bali Post Edisi 29

13

Ratusan pengunjuk rasa yang tergabung dalam Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia melakukan aksi penolakan caleg dan capres pada Pemilu 2014 di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Dalam aksinya mereka menuntut KPU untuk mengumumkan caleg dan capres yang pernah terlibat korupsi, kriminal dan memiliki sejarah kelam pelanggaran HAM masa lampau.

Bali Post/dok

Page 14: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201414

A D V E R T O R I A L

Bupati Badung A.A. Gede Agung menghadiri Internation-ale Toorisme Boorse (ITB) Berlin 2014 yang diseleng-garakan di Messe, Berlin, 5 hingga 9 Maret 2014. Ber-beda dengan tahun sebelumnya, pada penyelenggaraan

ITB Berlin tahun ini, Bupati Badung memberikan penghargaan kepada travel agent termasuk maskapai penerbangan di Jerman yang telah berkontribusi besar mendatangkan wisatawan Eropa khususnya dari negara Jerman untuk datang ke Bali.

Langkah ini oleh sejumlah pihak dinilai sebagai langkah cerdas. Kehadiran Bupati Gde Agung dan pemberian peng-hargaan tersebut dinilai efektif dalam upaya menumbuhkan kepercayaan sekaligus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

“Kehadiran kepala pemerintahan juga akan mendongkrak kepercayaan wisatawan yang sebelumnya belum pernah berkunjung ke Bali. Langkah bupati untuk memberikan reward untuk travel agent dan maskapai penerbangan yang berjasa dan berkontribusi besar pada peningkatan jumlah

wisatawan ke Bali khususnya Badung juga merupakan langkah cerdas dari bupati. Ini diharapkan efektif mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan,” kata Executive Director PHRI Badung Made Sulasa Jaya.

Kabag Humas dan Protokol Setda Badung A.A. Gede Raka Yuda menjelaskan, di sela-sela penyelenggaraan ITB Berlin,

Bupati Gde Agung akan mengundang tour operator, travel agent termasuk maskapai penerbangan. “Sebagai host, Bupati

Gde Agung memberikan apresiasi atau award kepada travel agent dan maskapai penerban-gan setempat yang berkontribusi besar atas jumlah wisatawan ke Bali khususnya Badung,” ujarnya.

Keikutsertaan Bupati Badung dalam ITB Berlin adalah atas undangan dari Kemente-rian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bu-pati Badung juga telah mendapatkan izin dari Mendagri untuk mengikuti acara tersebut. Dalam jadwal kunjungannya, Bupati Badung juga mengikutsertakan Dekranasda, asosiasi kepariwisataan, seniman dan tim promosi dari Disparda Badung. Kadisparda Badung, Ketua Asosiasi Perajin Badung. Tim kesenian yang dibawa mengisi panggung utama paviliun Indonesia di ITB Berlin. Badung juga melaku-kan promosi destinasi kepariwisataan yang dimiliki, selain juga menyajikan suvenir khas Badung yang merupakan hasil perajin binaan Dekranasda.

ITB Berlin merupakan pameran pariwisata terbesar di dunia yang tahun ini akan dihadiri 170 ribu pengunjung, 113 ribu asosiasi tour operator, 11 ribu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dari 180 negara.

� Dedy

Bukan Promosi Biasa

MBP/dok

A.A. Gede Agung

upati Bale Togarakbeda d

ITB Berlin tahkepada travelyang telah bekhususnya

Langkacerdas. Kehargaan tekepercayawisatawan

“Kehadkepercayaberkunjunreward unberjasa da

wisatawanlangkah cerdpeningkatan Director PHRr

Kabag HumYuda menjelas

Bupati Gde Agutermasuk

Page 15: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 15

E K O N O M I

Pesta Politik 2014 diharapkan membawa perubahan strategis dalam bidang ekonomi. Pergan-tian pengendali pemerintahan

diharapkan berimbas pada kebijakan ekonomi. Kebijakan nasional dalam perekonomian yang selama ini berpihak kepada investasi dengan langkah-langkah eksploitatif harus dikoreksi. Pemilu 2014 harus melahirkan pemimpin bangsa yang mampu mengembangkan model ekonomi yang berkelanjutan, yang berbasiskan hak dan menjadikan rakyat sebagai aktor utama.

Setidaknya, Direktur Eksekutif LSM Perkumpulan untuk Pembaharuan Hu-kum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa) Andiko mengingatkan publik harus melakukan terobosan politik jika ingin melakukan perbaikan ekonomi. Dalam hal pemilihan presiden, calon presiden yang layak dipilih adalah yang memiliki kepemimpinan kuat dalam

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berbasis hak. “Jangan lagi memilih pemimpin yang berpotensi menjerumus-kan negara dalam kerentanan pangan, air, dan energi,” ujar Andiko kepada pers.

Menurut dia, Indonesia tidak lagi bisa bertumpu pada model ekonomi eksploitatif yang tak terkendali. Idealnya para pemimpin bangsa harus mampu mengembangkan model ekonomi yang berkelanjutan, yang berbasiskan hak dan menjadikan rakyat sebagai aktor utama. “Model ekonomi eksploitatif adalah masa lalu,” tambah dia.

Ketua Institut Hijau Indonesia Cha-lid Muhammad mengatakan pada masa yang akan datang, peta politik hubungan antarnegara di dunia akan ditentukan oleh seberapa berdaulatnya negara itu mengatur negaranya sendiri. “Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam tatanan politik dunia di masa yang akan datang, dengan syarat

memiliki kedaulatan penuh termasuk kedaulatan atas air, pangan, energi, serta keanekaragaman hayati hutan hujan-nya,” jelas Chalid.

Di lain pihak, pengamat Ekonomi Prof. IB Raka Suardana mengingatkan agar berbagai kebijakan dan peraturan yang diterbitkan pemerintah terkait penguatan ekonomi kerakyatan belum mencermink-an semangat tersebut. Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Perkemban-gan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang eksploitatif dan berpotensi memicu lebih banyak konflik. Untuk itu, kata dia, ke depan pengelolaan ekonomi kerakya-tan memang harus menjadi komitmen bersama. Saat ini, penguasaan kekuatan ekonomi bertumpu pada pemilik modal yang menggandeng kekuasaan. Akibat-nya, banyak kebijakan ekonomi yang hanya menguntungkan pemodal besar.

� Wandy/Parwata

Meninggalkan Model Ekonomi Eksploitatif

Sejumlah mobil haul truck parkir di tambang Batu Hijau milik PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Kecamatan Sekongkang, Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB. Ke depan Indonesia tidak lagi bisa bertumpu pada model ekonomi eksploitatif

yang tak terkendali. Idealnya para pemimpin bangsa harus mampu mengembangkan model ekonomi yang berkelanjutan, yang berbasiskan hak dan menjadikan rakyat

sebagai aktor utama.

MBP/dok

Page 16: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201416

O P I N I

Budaya politik partisipatif masyarakat terhadap perhela-tan akbar ini terkesan kurang mengusik hati para pemilih

padahal ritual elektoral ini menyangkut masa depan bangsa dan akan menentukan sejauh mana kualitas pesta demokrasi berlangsung.

Pemilu tahun ini sangat istimewa bagi bangsa Indonesia. Selain sebagai tolok ukur kualitas demokrasi, bangsa Indo-nesia juga akan menjadi saksi regenerasi kepemimpinan lima tahun mendatang, pasalnya bangsa Indonesia akan memiliki pemimpin baru seiring dengan ketidaki-kutsertanya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden (capres) karena sudah dua periode.

Patronase publik dan gencarnya media menyajikan iklan politik menyulut publik kehilangan rasa afiliasitas, afeksitas, mau-pun afinistas terhadap realitas politik tanah air. Publik akan selalu dihadapkan dengan janji-janji kosong yang kerap hiper realitas yang selalu menjadi ujung tombak politik instan. Pada akhirnya, akan mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perhelatan pemilu 2014.

Sikap sinisme yang ditampilkan oleh publik terhadap parpol dan figur politik yang terserang kasus korupsi semakin menguat. Akhirnya, partai politik kehi-langan ruhnya dalam mengeruk suara rakyat. Oleh sebab itu, gejala apatisme publik harus segera diantisipasi. Sebab, jika gejala itu tidak segera diselesaikan, maka keberlangsungan pesta demokrasi elektoral dipastikan tidak menarik. Suara publik merupakan salah satu syarat untuk menegakkan dan menegaskan bahwa Indonesia menjunjung tinggi proses demokrasi. Gejala tersebut menjadi tang-gung jawab partai politik sebagai peserta pemilu. Jika partai politik gagal menarik minat publik terjun dalam kancah politik,

fenomena gerontokrasi akan merebak dalam tubuh parpol. Padahal parpol meru-pakan produsen pejabat publik dan pintu masuk para pemimpin nasional.

Budaya berpolitik cerdas, santun, dan visioner oleh para petualang poli-tisi harus terus dikumandangkan kepada masyarakat. Media mampu menjadi me-diator dalam pendidikan politik, sehingga rakyat tidak dipaksa memilih kucing dalam karung.

Mengutip Bambang Arianto (Disfungsi Pendidikan Politik: 2014) ada empat sasa-ran pendidikan politik. Pertama sebagai sarana transformasi pengetahuan politik. Pengetahuan ini mengacu pada bentuk konsep, informasi dan pertimbangan fak-tual, mengenai sistem pemerintahan dan politik. Kedua, merupakan keterampilan intelektual terkait kepiawaian dalam menggambarkan, menginterpretasikan dan menilai fenomena politik. Kepiawaian ini untuk membatasi terjadinya fanatisme

yang berlebihan dari satu kesatuan politik. Ketiga, sarana untuk membangun partisi-pasi politik. Partisipasi ini dapat menjadi bekal rakyat untuk memaksimalkan in-teraksi dengan orang lain dan kelompok sosial lainnya, dalam menyusun kepu-tusan politik. Keempat, sebagai sarana untuk mempengaruhi sikap politik publik, sehingga menjadi ruh dalam segala jenis tindakan guna membangun patriotisme dan nasionalisme.

Dari keempat sasaran pendidikan politik atas, nampaknya pelaku politik belum mampu melahirkannya. Terlebih lagi, para politisi hanya mengedepankan kepentingan dirinya dalam mengarungi pesta demokrasi. Misalnya saja dalam penggunaan iklan politik. Dalam lek-sikon komunikasi politik, penggunaan media sebagai perahu untuk meningkat-kan popularitas sah-sah saja dilakukan. Namun, iklan yang berlebih-lebihan dan cenderung agresif justru menimbulkan apatisme dan perasaan sinis dari publik. Publik sudah mulai cerdas, kritis, dan iklan politik merupakan artifisial. Publik tidak lagi terkecoh oleh menu iklan politik yang disajikan di depan layar.

Publik harus digiring ke ranah yang tepat untuk memilih pemimpin yang menjadi penyambung lidah rakyat. Di sisi lain calon anggota legislatif harus berani mengunggah rekam jejaknya. Ini lebih baik ketimbang caleg pesohor namun selalu menutup diri dan menjaga jarak dengan rakyat. Sebab, jika parpol, politisi dan media hanya menampilkan sosok yang halusinatif, hanya akan menimbul-kan pembengkakan apatisme publik dan merosotnya partisipasi pemilih. Akibat-nya, rentetan angka golput pun semakin tidak terkendali.

Penulis, staf peneliti sosial politik di Bulaksumur Empat Yogyakarta

Apatisme Publik Vs Rekam Jejak Caleg

Page 17: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 17

J A J A K P E N D A PAT

Politik sarat retorika. Ungkapan ini menyertai perjalanan politisi menuju Gedung Wakil Rakyat. Gaya retorik seorang politisi

kerap kali berbanding terbalik dengan realisasi janji politiknya. Fakta inilah yang membuat publik, sebagai pemilih menuntut adanya kontrak politik bagi para calon anggota legislatif. Kontrak politik ini diharapkan menjadi ruang untuk mem-fasilitasi kontrol publik atas kinerja para wakil rakyat.

Pandangan publik ini diakumulasikan dari jawaban responden terkait dengan jajak pendapat yang digelar Pusat Data Bali Post, terkait dengan pandangan publik atas kinerja dan komitmen para calon wakil rakyat. Dalam urusan visi dan komitmen para caleg menjaga Bali, publik mengungkapkan keraguannya. Para caleg dinilai cenderung berada pada posisi merebut peluang kerja dibanding-kan ngayah untuk mengawal dan mem-bangun Bali.

Berdasarkan tabulasi atas jawaban re-sponden, 75 persen berharap ada kontrak politik para caleg dalam menjaga dan mengawal Bali. Gam-bar politisi yang kini ‘’menghiasi’’ jalanan dan sudut-sudut kota, semestinya menawarkan rencana kerjanya dan perjuangan politiknya jika terpilih. Caleg tak cukup hanya mengan-dalkan kekuatan politik dan uang dalam merebut simpati.

Selebihnya, 20 persen responden menilai tak perlu ada kontrak poli-tik. Masalahnya, caleg yang terpilih nanti akan sulit lepas dari kepentin-gan politik parpol pen-gusungnya. Dalam hal ini, caleg hanya menjadi alat politik, bukan alat perjuangan aspirasi Bali. Yang penting diwujud-kan caleg justru rencana

kerja untuk menjabarkan janji-janji kam-panyenya serta satya wacana. Sedangkan 5 persen responden lainnya tak memberi respons atas pertanyaan tersebut.

Ketika disodori pertanyaana: Apakah caleg cenderung hanya untuk menda-patkan pekerjaan daripada niat untuk memperjuangkan aspirasi rakyat? Mer-espons pertanyaan ini, dominan respon-den memiliki persepsi sama. Tercatat 52 persen responden menilai caleg yang kini bersaing hanya merebut peluang kerja. Untuk menjaga dan ngayah pada alam Bali, seseorang bisa melakukannya tanpa harus menjadi wakil rakyat. Responden menilai komitmen ngayah untuk Bali, hanya kedok untuk merebut peluang kerja di jalur politik.

Sedangkan, 43 persen responden menilai banyak caleg yang memang memiliki niat untuk menjadi saluran as-pirasi krama Bali. Sejumlah caleg yang bertarung secara ekonomis sudah sangat mapan dan memiliki perusahaan. Mereka banyak dari kalangan pengusaha sukses. Jadi, para caleg yang bersaing tidak semuanya tampil hanya untuk mencari

pekerjaan. Banyak caleg yang memang dikenal publik menekuni politik dan memiliki komitmen serta kepedulian da-lam menjaga dan mengawal Bali. Tinggal pemilih yang harus cerdas menentukan pilihan, agar lembaga DPR dan DPRD benar-benar menjadi lembaga politik yang efektif mengelola aspirasi publik. Sedan-gkan, 5 persen responden tak memberikan respons atas pertanyaan ini.

Menyikapi hasil jajak pendapat ini, pengamat politik dr. Runiti Rahayu megatakan ruang publik untuk melakukan kontrol atas kinerja para wakil rakyat memang harus difasilitasi. Setidaknya, dengan adanya kontrak politik, rakyat akan dengan mudah melakukan koreksi. Jika ada legislatif yang mengabaikan janji politiknya saat kampanye, publik bisa dengan mudah melakukan pengingatan. ‘’Politisi harus mengedepankan kepent-ingan publik. Pendekatan politik dalam menyikapi permasalahan harus dilakukan secara selektif. Jangan semua masalah berdasarkan emosi politik,’’ sarannya.

� Dira Arsana

Memfasilitasi Hak Kontrol Publik

Page 18: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201418

P E N D I D I K A N

Pembentukan dan pengembangan karakter siswa tidak mesti dengan pembelajaran di dalam kelas, melainkan bisa melalui kegiatan

ekstrakurikuler atau bentuk lainnya. Sedikit berbeda dengan sekolah lainnya, implementasi pengembangan pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Gianyar justru dikemas dalam bentuk dramatari dengan judul “Kebo Iwa”. Banyak nilai-nilai karakter yang mampu dikembangkan melalui pementasan dramatari tersebut. Di antaranya pendidikan disiplin, tang-gung jawab, kerja keras, sportivitas, jujur, ulet, tekun, sopan santun, peduli lingkun-gan, kreatif, dan pengembangan budaya. Melalui dramatari ini, pesan-pesan positif

ini disampaikan oleh tokoh Kebo Iwa pada saat menasihati teman-teman seper-mainan semasa anak-anak hingga remaja, maupun pada saat dia mengabdi menjadi mahapatih Raja Bedaulu.

Pandangan ini dilontarkan Kepala SMPN 1 Gianyar Dewa Nyoman Bawa, S.Pd., M.Pd., di sela-sela pementasan dramatari

Kebo Iwa serangkaian pengabdian sosial masyarakat di Pura Bolo, Banjar Pakraman Gagah, Desa Pakraman Tegallalang.

Sebagai sekolah terfavorit di Kabu-paten Gianyar, pihaknya tidak serta-merta bertumpu pada pengembangkan prestasi akademik sebagai unggulan sekolah, melainkan juga perlu menyimbangkan dengan pembinaan prestasi non-akademik seperti pengembangan seni tari dan tabuh. Di sela-sela padatnya pembinaan akade-mik siswa, pihaknya selalu menyisihkan jadwal sekolah untuk pembinaan tari dan tabuh. Ide ini muncul didasari pada konsep pendidikan yang berlandaskan kebudayaan. Artinya untuk keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasioanal,

harus didasari pada landasan budaya bangsa yang berakar dari budaya daerah. Salah satu wujud pengembangan dan pelestarian budaya daerah tersebut ada-lah pergelaran dramatari sebagai tempat untuk menyisipkan nilai-nilai karakter sebagaimana yang sangat diharapkan oleh pemerintah dewasa ini.

Pergelaran dramatari yang melibatkan 75 orang siswa, yang terdiri dari 35 orang penari dan 40 orang penabuh, dengan durasi waktu 1.30 menit ini diawali den-gan pementasan tarian maskot SMPN 1 Gianyar dengan judul “Anggrek Bulan” yang dibawakan oleh delapan remaja cantik dengan kostum tarian perpaduan warna kuning, hijau, merah, ungu, yang kelihatan sangat serasi, membuat anggun wajah penari mengundang decak kagum dan memukau penonton. Kekaguman masyarakat yang memadati wantilan Pura Bolo makin terbius ketika pementasan dramatari “Kebo Iwa” dimulai, yang mengisahkan perjalanan hidup Kebo Iwa mulai dari masa kecil. Sebagai anak desa yang terlahir dari keluarga biasa, potensi kepemimpinan Kebo Iwa tampak dari kecil. Karena semangat, keuletan, dan ke-jujuran, dia menjadi panutan dan diteladani oleh teman-temannya. Kepemimpinan Kebo Iwa kian tampak setelah remaja. Dia dikenal sebagai remaja yang cerdas, semangat dan penuh keberanian. Kekuatan dan keberaniannya akhirnya didengar oleh Raja Udayana. Dikirimlah utusan kerajaan untuk memanggil Kebo Iwa menghadap Raja Udayana di kerajaan Bedaulu, Keca-matan Blahbatuh. Setelah diuji oleh para prajurit dan mahapatih kerajaan Bedaulu, akhirnya karena kekuatan, keberanian serta kecerdasannya, Raja Udayana memutus-kan untuk mengangkat Kebo Iwa menjadi mahapatih kerajaan Bedaulu.

Sebelum pementasan, rombongan disambut oleh Camat Tegallalang di-dampingi para prejuru dan Lembaga masyarakat Banjar Pakraman Gagah. Klian Banjar Pakraman Gagah. I Ketut Sudarsana menyampaikan terima kasih kepada rombongan, karena telah berke-nan memberikan punia yang teramat besar yakni sebuah pergelaran tarian yang memang sangat diperlukan dalam pelaksanaan upacara yadnya.

� Agung Dharmada

Spirit ’’Kebo Iwa’’ Dalam Membangun Karakter Berbudaya

Page 19: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 19

SUDAH menjadi budaya Ujian Kom-petensi Keahlian (UKK) SMKN 3 Su-kawati, Gianyar, digelar secara meriah. Ajang ini ditunggu-tunggu masyarakat untuk menyaksikan aneka ciptaan seni-man muda dalam pertunjukan seni tari, tabuh, pedalangan dan musik. Pantas sekolah ini disebut pencetak seniman muda Bali.

SMKN 3 Sukawati (dulu bernama SMKI/Kokar). Sejak berubah nama men-jadi SMK banyak yang bingung SMKN 3 Sukawati ini berbasis apa. Semen-tara selama bernama SMKI atau Kokar masyarakat sudah bisa menebak sekolah ini pencetak seniman muda.

Pengembalian nama ini diungkapkan Kepala SMKN 3 Sukawati yang baru I Gst. Ngurah Serama Semadi, S.SP., M.Si. Bahkan, Serama Semadi ingin mengembalikan basis sekolah yang baru dipimpinnya tetap pada seni pertunjukan bukan dengan embel-embel lainnya.

Tokoh dari Puri Taman Saba, Blahbatuh ini dikenal memilik banyak ide untuk men-jadikan sekolah seni ini berkembang. Ide itu dia paparkan ketika Bupati Gianyar A.A.

Bharata memantau persiapan UKK di seko-lah ini. Di antaranya memosisikan SMKN 3 Sukawati sebagai sekolah pertunjukan yang menghasilkan seniman. Makanya kasek baru yang dilantik 4 Februari itu ingin sekolah ini dikelola oleh Pemprov Bali tak lagi hanya milik Gianyar.

Bupati Agung Bharata pun mendukung sekolah ini diserahkan pengelolaannya kepada Pemrov Bali. Karena sekolah berbasis pertunjukan, Serama Semadi ingin mengangkat nilai-nilai pertunjukan yang ada di sekolah ini. Dia pun ingin mengembalikan nama SMKN 3 ini ke asalnya yakni SMKI atau Kokar. Dengan demikian kental nilai seni pertunjukan-nya. Namanya boleh SMKI Bali.

Serama Semadi yang juga guru peda-langan SMKN 3 Sukawati ini mengusul-kan Bali cukup memiliki SMK seni satu saja, tidak disebar di semua kabupaten. Dengan demikian pembinaan seni bisa terpusat, bukan setengah hati. ‘’ Semakin banyak SMK seni dibuka di Bali, semakin campah seni tersebut,’’ ujarnya. Sekali lagi, kata dia, hak kelola itu ada di Pem-prov Bali. Dengan demikian SMK seni

ini tak hanya dicap milik Gianyar atau Sukawati bahkan Batubulan saja.

Kini dia ingin mengembangkan sekolah seni ini dalam tiga strategi. Pertama, memi-liki tari kebesaran dan maskot sebagai sum-ber spirit yang kini sudah dilahirkan berupa tari Semara Adiguna. Kedua, membuat pertunjukan reguler untuk pentas secara komersial di berbagai event besar di Bali atau di hotel-hotel. Dia pun kecewa proyek seni besar di Bali justru jatuh ke sanggar-sanggar, sementara sanggar itu memakai siswanya sebagai pendukung utama.

Strategi ketiga, menghidupkan dapur produksi. Harus ada target tiap bulan apa dan produk seni apa yang harus dilahirkan untuk direkam dan serbarluaskan. Dengan demikian SMK ini akan menjadi buah bibir hasil cipta seniman muda secara berkelanjutan. Soal keahlian pariwisata boleh saja dibuka, namun branding-nya tetap sebagai sekolah pertunjukan. ‘’Bayangkan, saat UKK saja mereka melahirkan karya seni tak kalah dengan ujian sarjana di ISI,’’ tegasnya.

� Sueca

Kepala SMKN 3 Sukawati I Gst. Ngr. Serama Semadi didampingi Nyoman Sumerta menyalami dalang muda usai UKK.

Kembalikan Nama SMKN 3 Sukawati Menjadi SMKI

Page 20: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201420

M A N C A N E G A R A

Mantan Presiden Hugo Chavez memang mendapat tempat khusus di hati penduduk Venezuela. Setahun setelah

meninggalnya sang Presiden, warga Ven-ezuela pun mengadakan acara peringatan. Sekitar 10 ribu orang memenuhi jalanan utama ibu kota Venezuela, Caracas, un-tuk memperingati satu tahun wafatnya Chavez.

Para pendukung Chavez dikenal seba-gai Chavistas. Chavistas kebanyakan da-tang dari kaum miskin dan terpinggirkan dari Venezuela dan menganggap Hugo Chavez, pria yang berkuasa 14 tahun di Venezuela ini sebagai pahlawan mereka. “Presiden Chavez memberi banyak ke-pada kami, dia mempercayai kami -rakyat Venezuela- dan kami percaya sepenuhnya pada dia,” ujar Konselor Lokal dari Ko-

munitas Miskin Petare Luis De Arcos.Dalam perayaan wafatnya Chavez,

Kota Caracas berubah menjadi lautan merah. Ini disebabkan para Chavistas serempak mengenakan pakaian berwarna merah untuk menghormati komandan Chavez. Chavez wafat akibat penyakit kanker yang dideritanya pada 5 Maret ta-hun lalu. Ketika menjadi Presiden, banyak tantangan yang dihadapi Chavez.

Pada 2009, Chavez mengaku pernah diserang roket oleh agen CIA bernama Luis Posada Carriles saat akan menghadiri pelantikan Presiden kiri El-Salvador Carlos Mauricio Funes. Carriles pernah dipenjara di Panama karena berencana membunuh Castro pada 2000, namun dibebaskan pemerintah Panama yang kemungkinan ditekan pemerintah AS dan CIA.

Pada April 2002, Chavez juga pernah

diturunkan oleh kudeta rancangan CIA. 48 jam kemudian pemerintahan hasil ku-deta ini balik digulingkan rakyat. Jabatan Chavez digantikan oleh Wakil Presiden Nicolas Maduro.

Meneruskan tongkat pemerintahan dari Chavez, ternyata tantangan yang dihadapi Maduro tetap tidak mudah. Hal ini dibuktikan dari demo besar yang menghantam Venezuela pertengahan Februari lalu. Demo ini menelan belasan korban jiwa. Maduro pun menjadi sorotan tidak hanya karena jatuhnya korban jiwa, tetapi juga dengan tindakan penangkapan aktifis oposisi antipemerintahan yang membuat nama Maduro tenggelam di bawah bayang-bayang el comandante Hugo Chavez.

� Gugiek Savindra

Venezuela Peringati Kematian Chavez

Page 21: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 21

KOREA Utara (Korut) bersiap untuk mengadakan pemilihan umum (Pemilu). Meski disebut sebagai pemilu, dapat di-pastikan pemimpin Korut Kim Jong-Un akan keluar sebagai pemenang. Persiapan pemilu ini sudah hampir rampung. Para pemilih sudah menyerahkan nama mer-eka, agar bisa memberikan suara dalam pemilu yang berlangsung setiap lima tahun sekali tersebut.

“Banyak aktivitas dilakukan untuk mendorong warga agar aktif untuk mengi-kuti pemilu. Mereka pun mengikutinya dengan antusiasme tinggi,” tulis kantor berita Korut KCNA. Dalam praktiknya, setiap distrik di Korut memiliki satu kandidat dengan sebagian dari mereka berasal dari Partai Pekerja Korea. Namun ada juga beberapa calon independen yang turut serta.

Kim Jong-Un akan bertarung untuk mengisi kursi parlemen yang total berjum-lah 687 kursi. Pemimpin muda Korut ini akan mencalonkan diri mewakili wilayah Paektusan, yang merupakan tempat kela-hiran dari ayahnya, Kim Jong-Il. Bahkan, Jong-Un sempat menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Namun, pemilu yang akan berlangsung akhir pekan ini dipastikan akan memberikan suara besar terhadap Jong-Un.

Berbeda dengan pemilihan umum di berbagai negara yang menyediakan banyak nama wakil rakyat untuk dipi-lih, maka para pemilih Korea Utara tak punya pilihan lain. Sebab, di dalam kartu suara hanya ada satu nama, Kim Jong Un.

Bahkan, di seluruh TPS di Korea Utara, semua kartu suara hanya berisi satu nama, sekali lagi nama itu adalah Kim Jong Un. Nyaris tak mungkin warga Korea Utara tak memilih Kim Jong Un, kecuali mereka yang cukup berani untuk mendapatkan masalah di kemudian hari.

Sehingga, Pemilu Korea Utara tak lebih dari sebuah ajang untuk memantau adanya benih-benih perlawanan rakyat.

Seorang pelarian Korea Utara Ji Hoon Park mengatakan, pemilihan umum Korea Utara bukan saat rakyat negeri itu menyampaikan pandangan dan pilihan-nya. “Sekolah-sekolah Korea Utara tidak mengajarkan mengapa pemilihan umum merupakan proses penting dalam sebuah negara. Rakyat tak memiliki ide tentang hak memilih,” kata Park.

Pemilihan umum bahkan dijadikan

sarana untuk mengumpulkan rakyat dan memberikan “pelajaran patriotisme”. “Rakyat dikumpulkan di lapangan dan meneriakkan slogan-slogan anti-Amer-ika,” kata pelarian lainnya Mina Yoon. Biasanya, warga diarahkan ke TPS oleh para kepala komite wilayah. Di sepan-jang jalan banyak dipasang poster yang menganjurkan warga untuk memilih.

Di TPS, sebelum memilih, warga harus membungkuk memberi hormat kepada foto keluarga Kim.

Selama ini, Partai Pekerja Korea di-anggap sebagai partai penguasa. Namun, sebenarnya di Korea Utara terdapat tiga kelompok politik lain dalam sistem pemerintahan negeri itu yang kemudian membentuk Front Demokratik untuk Reunifikasi Negara. Di balik dari pelak-

sanaan pemilu, para ahli menilai hal ini adalah cara dari pemerintahan Kim Jong-Un untuk melakukan sensus terselubung. Mereka akan mengetahui keberadaan dari penduduk dan pembelot serta warga yang ingin dengan sengaja melintasi perbatasan.

� Gugiek Savindra

Korut Gelar PemiluPemenangnya Tetap Kim Jong-Un

Page 22: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201422

D A E R A H

Tidak mengenal kata menyerah, sepertinya kalimat itu pantas bagi masyarakat yang bersikeras menginginkan agar patung

Wisnu Murti bisa kembali dibangun di perempatan (catus pata) Kediri. Beragam aksi damai pun turut menyertai pernyataan sikap mereka mulai dari pemasangan spanduk hingga persembahyangan bersama di catus pata agar pemerintah mau mendengarkan keinginan mereka.

Tokoh masyarakat Kediri, Nyoman Muliadi dengan tegas menyatakan sikap meminta patung Dewa Wisnu Murti dibangun kembali di catus pata. Sementara patung BK dibangun sesuai konsep awal yakni di simpang empat Desa Gubug, Kecamatan Tabanan. D i j e l a skan Mul i ad i , peno lakan penempatan patung BK di catus pata Kediri tersebut bukan berarti masyarakat Kediri tidak menghormati figur Presiden RI pertama itu.

Mewakili tokoh masyarakat lainnya, dirinya meminta agar Pemkab Tabanan jangan membenturkan masyarakat dengan polemik patung tersebut. “Penolakan penempatan patung ini bukan berarti kami anti Soekarno. Justru kami pengagum berat Bung Karno. Kami tentu saja akan

sangat mendukung jika patung Bung Karno dicarikan tempat yang lebih refresentatif,” ujarnya.

Ia juga sangat menyayangkan perobohan patung Wisnu Murti yang tak diawali dengan sosialisasi di masyarakat. Meski demikian dirinya tetap meminta agar Pemkab Tabanan dapat bersikap bijak khususnya terkait permohonan masyarakat Kediri yang menginginkan patung Dewa Wisnu Murti dibangun kembali di tempat semula. Terkait polemik ini dirinya hanya menginginkan agar tidak dibenturkan dengan wacana penolakan patung Bung Karno di catus pata Kediri.

“Jujur, kami setuju patung BK ada di Tabanan, tapi tempatkanlah di lokasi yang pernah disepakati awal, bagaimana bisa ajeg Bali, bila simbol-simbol agama seperti Wisnu Murti dirobohkan tanpa sosialisasi kepada masyarakat,” imbuhnya. Tidak hanya menyatakan dukungan pembangunan patung BK di Tabanan, Muliadi juga mengusulkan agar tatakan patung dapat diperkecil. “Tatakan patung itu sangat besar dan mengganggu lalu lintas,” ujarnya.

Sementara itu tokoh masyarakat Banjar Anyar Kediri, Wayan Janur mengatakan pernyataan sikap agar patung Wisnu

Murti kembali dibangun atas dasar mengingat perempatan Kediri merupakan catus pata tempat melaksanakan ritual keagamaan bagi masyarakat Banjar Anyar dan sekitarnya, antara lain setiap tahun dilaksanakan prosesi upacara tawur kesanga seperti pangerupukan dan sebagainya. "Pihak bendesa adat juga sudah menyampaikan hal tersebut dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Bupati dan Ketua DPRD Tabanan,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, perempatan tersebut sejak masih menjadi pertigaan telah didirikan palinggih yang diusung oleh masyarakat sekitarnya dan setiap enam bulan sekali dilaksanakan upacara piodalan. Bilamana patung tersebut (Bung Karno-red) dibangun akan menimbulkan persepsi penyembahan terhadap patung Bung Karno mengingat di sampingnya berdiri palinggih Ratu Nyoman Sakti Pengadangan yang diusung oleh krama Banjar Anyar dan Kediri. "Kita sangat menghargai pembangunan daerah asal tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat, dan budaya atau kearifan lokal yang ada," tegasnya.

� Dewi Puspa

Tokoh Kediri

Dukung Patung BK, Asal Tidak di Catus Pata

Fondasi patung Bung Karno

Page 23: Majalah Bali Post Edisi 29

10 - 16 Maret 2014 23

PRO kontra proyek patung Bung Karno di simpang empat Kediri, Tabanan, membuat wakil rakyat Tabanan ikut gerah. Wakil Ketua DPRD Tabanan I Gusti Made Purnayasa meminta Pemkab Tabanan bersikap tegas terkait polemik proyek tersebut. “Artinya, pemkab harus mengambil sikap tegas, jangan dibiarkan liar pro-kontra patung Bung Karno,” katanya, Kamis (6/3).

Politisi Demokrat ini menjelaskan, pemkab harus mengajak dua kubu yang berseberangan duduk bersama, lalu diajak mencarikan solusi. “Jadi, dua kelompok pro-kontra diajak bertemu bersama Pemkab, lalu dicarikan win-win solution, jalan tengah," tegasnya. Pertemuan ini, katanya, bisa mengajak jajaran Muspida. Sehingga, polemik patung Bung Karno bisa segera berakhir, bukan terus berkepanjangan. Sebab, kondisi ini akan membuat keresahan warga.

Dijelaskan, kedua kubu yang pro-kontra terkait patung Bung Karno memiliki pandangan masing-masing. Pandangan ini yang dipertemukan, kemudian dicarikan jalan tengah. "Sebenarnya, ada jalan untuk mencari

solusi . Yang penting, pemkab mempertemukan dua kubu pro-kontra itu," jelasnya. Purnayasa mengusulkan, patung Bung Karno bisa dibangun di sepanjang jalan By-pass Soekarno.

Salah satunya di pertigaan Adipura. Tempat ini dirasakan cocok karena menjadi pintu masuk Kota Tabanan dari arah barat. “Atau bisa juga dicarikan lokasi lain di sepanjang jalur By-pass Soekarno,” katanya. Sedangkan, patung Wisnu Murti diharapkan bisa dibangun lagi dengan lebih baik. Apalagi, tatakannya sudah dibangun. Patung ini menyangkut rasa dan perasaan spiritual masyarakat.

Purnayasa juga mengusulkan pemkab menempuh upaya niskala terkait polemik ini. Artinya, pemkab bisa melakukan maluasan untuk menanyakan lokasi yang tepat bagi patung Bung Karno, termasuk kelanjutan patung Wisnu Murti. "Intinya, carikan solusi terbaik, jangan dibiarkan liar pro-kontra ini," pungkasnya.

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Fraksi Golkar DPRD Tabanan Ketut Loka Antara. Dia meminta pemkab bersikap tegas terkait polemik patung Bung Karno. "Segera ambil sikap tegas. Jangan dibiarkan berlarut-larut persoalan patung Bung Karno," tegasnya. Menurutnya, persoalan patung Bung Karno menjadi ranah eksekutif. Sehingga, keputusan final berada di tangan pemkab.

Sementara itu, anggota Fraksi PDI-P Tabanan Gede Purnawan justru mendesak Pemkab melanjutkan patung Bung Karno. Alasannya, anggaran proyek itu sudah diplot dalam APBD. Jika tak dilanjutkan, pihaknya khawatir akan berdampak pada temuan pemeriksaan administrasi. “Anggaran proyek ini sudah diplot dan disepakati DPRD. Jadi, eksekutif harus melanjutkan proyek itu,” tegas Ketua Komisi IV ini. Apalagi, proyek tersebut sudah lama terhenti. Infrastruktur bangunannya juga sudah final.

� Budi Wiriyanto

Jangan Dibiarkan Liar

Gusti Made Purnayasa

Gede Purnawan

Loka Antara

Page 24: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201424

K E S E H ATA N

Lupus merupakan penyakit yang mayoritas menyerang seseorang saat usia muda. Penyakit jenis rematik ini lebih cenderung

menghinggapi wanita dibandingkan pria. Lupus bukan tergolong penyakit degeneratif, tetapi condong pada kelainan genetik yang dipicu beberapa faktor. Meskipun faktor pencetus utama penyakit lupus ini, belum diketahui pasti, namun lupus dapat dikategorikan penyakit yang disebabkan keturunan alias genetik yang lebih terkosentrasi pada produksi sistem imunnya.

Penyakit ini lumrah disebut penyakit seribu wajah. Alasannya, lupus ini menyerang banyak organ, seh-ingga terlihat satu pasien menderita banyak penya-kit. Beberapa pe-nyebab munculnya lupus ini. karena adanya kelainan genetik, terutama pada produksi sistem imun. Penyebab lain-nya dicurigai akibat

ada pencetusnya dari virus. Selain itu gangguan metabolisme estrogen dan hiperprolaktemia. Penyakit ini bisa juga dipicu lingkungan, seperti paparan sinar matahari. Tidak tertutup disebabkan mengonsumsi obat-obatan, stres, ketidak-seimbangan diet dan merokok.

Dr. Gede Kambayana, Sp.PD.KR. memaparkan Lupus cenderung diderita wanita usia muda. Penyakit ini memang menyerang sistem imun. Akibatnya, penderita Lupus mengalami kelainan

yang disebut autoimun. Ini diidentikkan dengan produksi imun berlebihan.

Penyakit ini berlawanan den-gan kerja virus HIV. Penyakit

HIV justru menurunkan produksi imun atau terjadi defesiensi imun. Pemicu penyakit Lupus dan HIV mirip. Pasalnya masing-masing disebabkan oleh imun alias kekebalan tu-buh. Namun, lupus dis-ebabkan kepemilikan imun

yang cenderung berlebihan. Kondisi ini menyebabkan

tubuh bereaksi berlebihan terhadap virus, bakteri maupun

benda asing yang masuk dalam tubuh itu. Akibatnya, imun

yang seharusnya berfungsi melindungi tubuh, justru berbalik menyerang tubuh itu sendiri. Hal itu menyebabkan terjadi peradangan dan kerusakan di berbagai organ atau tubuh. Kerusakan bisa terjadi pada sendi, kulit, ginjal, jantung, paru-paru, pembuluh darah bahkan otak. Ban-yaknya organ yang rusak akibat penyakit Lupus ini, menyebabkan penyakit ini juga dijuluki penyakit seribu wajah.

Lupus cenderung menyerang ses-eorang pada usia muda. Penyakit ini dominan menyasar kaum wanita. Karena itu jika mengalami gejala rematik seperti nyeri sendi di banyak organ atau nyeri sendi yang berpindah-pindah. Gejala itu patut dicurigai adanya Lupus.

Demikian juga jika menderita gang-guan di dua organ atau lebih, di samping nyeri sendi.

Penyakit Lupus ini hemat Kambayana, tidak bisa sembuh total. Namun imun berlebih ini bisa dikontrol dan dikem-balikan agar fungsi imun itu menjadi normal kembali. Proses pengembalian ini dalam ilmu kedokteran disebut remisi. Pengembalian sistem imun ini ada dua yaitu remisi complete dan remisi partial. “Untuk remisi complete, kondisinya tampak seperti normal saja. Pada proses ini tidak perlu lagi mengonsumsi obat-obatan. Sedangkan pada resmisi partial, intensitas sakitnya lebih serius. Imunnya masih harus dikontrol dengan dosis obat-obatan meski dalam jumlah kecil.

Pada penyakit Lupus relatif ringan, karena dapat ditangani dengan pendeka-tan melalui prosedur remisi normal. Bukan berarti, tidak ada pantangan bagi pasien Lupus tersebut. Mereka tetap harus menjaga diri mereka terutama menjauh-kan dari faktor-faktor pemicu Lupus itu. ‘’Beberapa hal harus dihindari antara lain pasien itu tidak boleh stres. Selain itu

tidak boleh terkena matahari langsung,’’ saran Kambayana.

� Wira Sanjiwani

Lupus, Penyakit Seribu Wajah

disebabkan keturunan alias genetik yang lebih terkosentrasi pada produksisistem imunnya.

Penyakit ini lumrah disebut penyakit seribuwajah. Alasannya, lupus ini menyerangbanyak organ, seh-ingga terlihat satupasien menderita banyak penya-kit. Beberapa pe-nyebab munculnya lupus ini. karena adanya kelainangenetik, terutama pada produksi sistemimun. Penyebab lain-nya dicurigai akibat

penderita Lupus mengalami kelainan yang disebut autoimun. Ini diidentikkan

dengan produksi imun berlebihan. Penyakit ini berlawanan den-

gan kerja virus HIV. Penyakit HIV justru menurunkan produksi imun atau terjadi defesiensi imun. Pemicu penyakit Lupus dan HIV mirip. Pasalnya masing-masing disebabkan oleh imun alias kekebalan tu-buh. Namun, lupus dis-ebabkan kepemilikan imun

yang cenderung berlebihan. Kondisi ini menyebabkan

tubuh bereaksi berlebihanterhadap virus, bakteri maupun

benda asing yang masuk dalam tubuh itu. Akibatnya, imun

eorang pada usia dominan menyasar kitu jika mengalami gnyeri sendi di banysendi yang berpindapatut dicurigai adan

Demikian juga jguan di dua organ atnyeri sendi.

Penyakit Lupus intidak bisa sembuh berlebih ini bisa dibalikan agar fungsnormal kembali. Pini dalam ilmu kedokPengembalian sisteyaitu remisi comple“Untuk remisi comtampak seperti normini tidak perlu lagi obatan. Sedangkan intensitas sakitnya lemasih harus dikontrobatan meski dalam

Pada penyakit Lkarena dapat ditangtan melalui proseBukan berarti, tidakpasien Lupus tersebumenjaga diri merekkan dari faktor-fakto‘’Beberapa hal haruspasien itu tidak bo

tidak boleh terkenasaran Kambayana

Page 25: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 25

TANDA-tanda terjadinya penyakit Lupus memang relatif lebih gampang diidentifikasi, kendati disebabkan dan dipicu berbagai faktor pencetus.

Memang, tidak tertutup penyakit lupus ini datang secara tiba-tiba. Tetapi umumnya gejala penyakit ini berkem-bang secara perlahan. Dampaknya bisa bersifat sementara atau juga permanen. Lupus memiliki karakteristik episodik. Banyak dari penyakit ini, ditandai gejala memburuk, kemudian membaik atau bahkan hilang untuk satu waktu.

Tanda dan gejala Lupus yang dider-ita didasarkan pada sistem tubuh. Pada bagian mana sesungguhnya tubuh terke-na efek penyakit ini. Tapi secara umum, tanda dan gejala Lupus antara lain bisa dibaca. Gejalanya, sering kelelahan, de-man, kehilangan berat badan atau berat badan meningkat, ruam berbentuk seperti kupu-kupu pada wajah yang menutupi pipi dan hidung, bisa juga luka pada kulit yang timbul atau parah ketika terkena si-

nar matahari, radang pada mulut, rambut rontok, jari dan kuku yang memutih atau membiru ketika terkena dingin atau saat stres (Raynaud’s phenomenon), napas terengah-engah atau pendek, nyeri pada dada, mata kering, mudah memar, geli-sah, depresi dan hilang ingatan.

Beberapa faktor risiko dari Lupus itu kata Kambayana, lebih umum menyerang wanita. Meski ada kasus pada bayi, tapi Lupus paling umum terdiagnosis mengh-inggapi tubuh pada rentang usia 15 sampai 40 tahun. Penyakit ini juga lebih sering diderita ras Afrika, Hispanic dan Asia. Paparan sinar matahari berlebih juga men-jadi salah satu pemicu penyakit Lupus.

Ada empat jenis lupus yaitu systemic lupus erythematosus, discoid lupus ery-thematosus, drug-induced lupus erythe-matosus dan neonatal lupus. Systemic lupus erythematosus adalah yang paling umum dan paling serius.

Awalnya dapat berefek pada bagian tu-buh manapun. Sistem dalam tubuh yang

secara umum terkena adalah sendi, kulit, paru-paru, ginjal dan darah. Untuk, dis-coid lupus erythematosus lebih berefek hanya pada kulit. Mereka dengan lupus discoid mengalami ruam pada wajah, leher dan kulit kepala. Sejumlah kecil pasien discoid lupus juga dapat menga-lami systemic lupus erythematosus.

Untuk Drug-induced lupus erythema-tosus lebih dikarenakan menggunakan obat-obatan tertentu. Lupus jenis ini ber-implikasi pada berbagai sistem di dalam tubuh. Tanda dan gejala biasanya hilang ketika berhenti menggunakan obat.

Jenis Lupus terakhir adalah Neonatal lupus. Lupus jenis ini merupakan kasus langka. Lupus ini berefek pada bayi yang baru lahir. Biasanya dipicu karena ibu memiliki antibodi tertentu yang ber-hubungan dengan penyakit autoimun dan berakibat menurunkan kekebalan pada bayi.

� Wira Sanjiwani

Lupus Bisa Juga Menyerang Bayi

Page 26: Majalah Bali Post Edisi 29

L E N S A

Page 27: Majalah Bali Post Edisi 29

Menjelang perayaan Nyepi yang jatuh pada Senin (31/3) depan, masyarakat mulai mempersiapkan ogoh-ogoh. Terkait

pemilu yang berlangsung pada tahun ini, pembuatan ogoh-ogoh diimbau tidak menggunakan wujud, bentuk,

ataupun identitas lainnya yang terkait dengan atribut politik maupun partai politik. Pengarakan ogoh-ogoh juga dibatasi

pada wewengkon desa pakraman/desa adat bersangkutan.

MBP/Eka

Ogoh-ogoh

Page 28: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201428

O L A H R A G A

Musim balapan Formula 1 dimulai dengan Grand Prix Australia sebagai seri pembuka. Balapan di sirkuit Albert Park, Phillip Island menandai era baru kompetisi jet darat di tengah evolusi yang terjadi di

dalamnya.Penggunaan mesin V6 menggantikan V8, bos Bernie Eccle-

stone mulai mencari penerusnya dan yang utama semangat men-jadi juara dunia di antara para pembalap kini membuncah dengan tidak lagi dominannya Red Bull serta Sebastian Vettel sepanjang sesi uji coba pra musim.

Selama delapan bulan dua puluh dua pembalap dari 11 tim akan berlaga dalam 19 seri musim ini. Dibuka di Albert Park, Phillip Island, balapan prestisius ini berakhir di sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi pada akhir November.

Setidaknya dalam sebulan digelar 2-3 kali balapan dengan jeda musim panas terjadi sepanjang empat pekan yakni antara akhir Juli hingga Agustus. Setelah menyelesaikan 11 seri hingga seri Hungaria, seluruh tim istirahat. Mereka melanjutkan paruh kedua kompetisi dengan tampil di seri Belgia.

Isu utama yang mengemuka adalah soal mesin. Pembalap tidak lagi merasakan kegarangan mesin atau pun deruman suara keluar dari lubang knalpot. Dan yang paling kecewa dengan revolusi ini tentu saja juara dunia 2008, Lewis Hamilton. “Saat menyalakan mesin, anda semua tutup telinga. Itu semua tinggal kenangan. F1 telah melangkah maju,” kata pembalap tim Mer-cedes mengenang mesin V10 dan V8 yang memiliki derum khas dan meledak-ledak.

Dan yang paling kecewa adalah Vettel (Red Bull). Pembalap

MBP/ap

Pembalap Formula 1 McLaren Jenson Button saat mengikuti sesi uji coba pra musim di sirkuit Sakhir, Bahrain.

Page 29: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 29

Jerman dan empat kali juara dunia secara beruntun itu tampil mengenaskan sepanjang uji coba di Spanyol dan Bahrain. “Ini langkah mundur. F1 lebih lambat dibanding tahun lalu,” ujar Vettel yang mengeluhkan mesin Renault di mobilnya yang tak maksimal dan sering mengalami kerusakan teknis.

Bahkan pembalap Jepang Kamui Kobayashi menyebut bahwa sejumlah tim terutama yang menggunakan mesin Renault, tidak dalam kondisi siap tempur. “Lebih baik menggunakan mobil GP2 saja,” kata pembalap tim Caterham itu setengah berolok setelah gagal mencatatkan waktu terbaik di trek. “Jika balapan dimulai saat ini, saya kira ini bukan lagi Formula 1,” katanya.

Mulai musim ini F1 tidak lagi menggunakan mesin V8 2,4 liter dan menggantinya dengan V6 1,6 liter turbo, konsekuensinya tenaganya akan menurun. Namun tidak berarti F1 kekurang akal. Teknologi Energy Recovery Systems diterapkan dengan upaya untuk menghasilkan energi yang terbentuk dari panas buangan mesin saat pengereman. Saat dinyalakan, pembalap akan me-nikmati peningkatan daya daya dorong yang cukup besar untuk mempercepat laju mobil.

Saat teknisi Renault bekerja siang malam mempersiapkan mesin yang dipasok pada Red Bull, Toro Rosso, Caterham dan Lotus, di Jerman Ecclestone mengungkapkan persoalan suk-sesi di bisnis F1 ini. Saat menghadapi pengadilan Munich soal skandal penyuapan banker Jerman tentang hak jual balapan F1, pria berusia 83 tahun itu mengungkapkan keinginannya. “Saat menjalani persidangan persoalan ini dan menghabiskan banyak waktu di Munich, saya tak bisa lagi memikirkan bisnis ini seperti sediakala, 24 jam sehari selama sepekan,” kata pria Inggris itu seperti dikutip harian Financial Times.

Dalam beberapa tahun terakhir, dicari orang yang bisa mem-bantu mengurus bisnis ini atau setidaknya bisa membantu. “ Saya tidak bisa seterusnya memimpin, bila saya memutuskan pensiun atau mati sewaktu-waktu, harus ada pengganti yang meneruskan jejak saya,” lanjutnya.

Ia pantas berkaca pada David Stern. Komisioner kompetisi bola basket NBA, itu secara resmi mundur pada Februari lalu. Sepanjang tiga dekade kepemimpinannya, ia berhasil membawa liga itu menjadi komoditas global dengan menghasilkan banyak bintang seperti Michael Jordan, Kobe Bryant hingga LeBron James serta menyedot pemain-pemain luar negeri berbondong-bondong datang ke negeri Paman Sam itu untuk mengadu nasib. Kompetisi ini pun akhirnya tumbuh dan berkembang setenar American Footbal, hoki es atau pun baseball.

Seperti perputaran sejarah, tim McLaren menyambut musim 2014 dengan semangat baru. Setelah gagal total musim lalu, Tim yang bermarkas di Woking, Inggris, yakin akan bangkit seperti di era legenda balap Ayrton Senna. Bos McLaren Ron Dennis menyebut pembalapnya Jenson Button akan mengembalikan ke-jayaan tim seperti era 90-an. “Dalam berbagai sudut pandang, ada banyak kesamaan antara Ayrton dan Jenson,” jelas Dennis dalam wawancara dengan Reuters. “Keduanya menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai. Sebagai pribadi yang hebat, mereka juga menjalin hubungan dengan kru tim sama baiknya seperti yang dilakukan pembalap-pembalap legendaris sebelumnya.”

Pembalap Brazil Senna memenangkan tiga gelar juara dunia bersama McLaren sebelum meninggal di atas mobil Williams pada GP San Marino 1994. Ia menjadi pembalap terakhir yang tewas dalam lomba Formula 1 hingga kini.

Sedangkan Button adalah juara dunia 2009 bersama Brawn GP.

Pembalap Inggris berusia 34 tahun itu, sama dengan usia Senna, menjalani musim kelima bersama McLaren. Musim ini ia akan ditemani Rookie dari Denmark Kevin Magnussen yang meng-gantikan posisi Sergio Perez. Kontrak Button akan diperbaharui akhir musim ini saat McLaren akan pindah menggunakan mesin Honda dari Mercedes.

Button dinilai paling berpengalaman di antara pembalap lain musim ini. Debutnya pada 2000 menunjukkan kelengkapan pen-galamannya. Sedangkan fisiknya tak kalah bugar dibandingkan rival-rival lainnya. “Dia (Button) sigap. Dia mampu mejuarai balapan dan kejuaraan ini. Saya benar-benar optimis dia menjadi guru yang baik bagi Kevin,” lanjut Dennis merujuk pada rekan setim Button.

Magnussen adalah putra mantan pembalap F1 Jan. Bapaknya menjalani debut di McLaren pada 1995 dan pindah ke tim Stew-ard sebelum berhenti kariernya. Ia memutuskan berhenti setelah menjalani 25 lomba dan menraih 1 poin.

Yang membedakan Kevin dan Jan adalah soal pribadi meski keduanya dikaruniai bakat membalap. Menurut Dennis, Jan cend-erung ceroboh sedangkan putranya sebaliknya. Itu ditunjukkan saat Kevin memimpin di saat uji coba pra musim dengan mencatat waktu tercepat.

Tak hanya Kevin, Felipe Masa (Williams), Hamilton (Mer-cedes), Perez (Force India) pun sempat memperlihatkan pe-nampilan terbaik sepanjang uji coba. Ini menandakan sinyal balapan musim ini akan lebih meriah dibandingkan musim lalu yang domininasi Vettel. Dalam19 seri, Vettel memenangi 13 di antaranya. “Memang banyak kalangan yang menginginkan Vettel kalah karena itu akan membuat balapan ini akan menjadi lebih menarik,” ungkap Ecclestone kepada Agence France-Presse.

� Yudi Winanto

Kalender Grand Prix Formula 1 201416 Maret : Australia (sirkuit Albert Park,Melbourne)30 Maret : Malaysia (Sepang)6 April : Bahrain (Sakhir)20 April : Cina (Shanghai)11 Mei : Spanyol (Circuit de Catalunya, Barcelona)25 Mei : Monaco (Monte Carlo)8 Juni : Kanada (Gilles Villeneuve, Montreal)22 Juni : Austria (Spielberg)6 Juli : Inggris (Silverstone)20 Juli : Jerman (Hockenheim)27 Juli : Hungaria (Hungaroring, Budapest)24 Agustus : Belgia (Spa-Francorchamps)7 September : Italia (Monza)21 September : Singapura (Marina Bay)5 Oktober : Jepang (Suzuka)12 Oktober : Rusia (Sochi)2 November : AS (Circuit of the Americas, Austin, Texas)9 November : Brazil (Interlagos, Sao Paulo)23 November : Abu Dhabi (Yas Marina)

Page 30: Majalah Bali Post Edisi 29

O L A H R A G A

17 - 23 Maret 201430

Judo adalah cabang olahraga (cabor) bela diri keras. Ini bisa dilihat dari minimnya niat remaja khususnya kaum putri yang menggelutinya. Namun, pada umumnya semua olahraga riskan

terhadap cedera. Hanya, apabila dijalankan dengan sepenuh hati, disiplin, dan berlatih tekun, tidak pelak olahraga akan mampu menghasilkan kesehatan dan prestasi.

Ni Kadek Anny Pandini contohnya. Ia sudah menorehkan seabrek prestasi dan medali setelah memilih menekuni judo sejak kelas VI Sekolah Dasar (SD). ‘’Dari kecil saya memang senang judo. Selain bisa menjaga bentuk tubuh agar tetap sehat dan langsing, olahraga ini juga bisa dijadikan bekal un-tuk menjaga diri dari berbagai kejahatan dan meraih prestasi,’’ ungkapnya di Denpasar pekan lalu.

Awalnya menekuni pencak silat, Anny pertama kali mengikuti kejuaraan pada 2005, yaitu Kejurnas Judo Junior di Bali. Di ajang pertama itu ia sukses mendulang medali emas saat turun di kelas 49 kg putri. Pada tahun yang sama saat Porprov Bali berlangsung di Jembrana, Anny kembali menyabet gelar juara. Prestasinya menurun pada PON 2008 di Kalimantan Timur. Berlaga di kelas 58 kg, hanya mampu mem-bawa pulang medali perak.

Medali emas kembali dikalunginya pada SEA Games 2011 di Indonesia. Raihan itu dipertahankan dara kelahiran Denpasar, 10 Mei 1993 ini pada PON 2012 di Riau. Namun, pada SEA Games di Myanmar, Desember tahun lalu, putri pasangan Wayan Sarjana dan Desak Putu Redini ini, hanya menyumbang medali perunggu untuk kontingen Indonesia.

Meski tidak sesuai harapan, Anny tetap mensyukuri apa yang diperolehnya di ajang multicabang tingkat Asia Tenggara itu. ”Saya bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah saya raih. Saya sudah mengerahkan seluruh kemampuan, tetapi memang itu hasil yang saya bisa berikan kepada negara tercinta dan Bali,” terangnya.

Anny menilai perkembangan judo di Bali cukup baik. Itu bisa dilihat dari prestasi dan semangat atlet junior dalam berlatih. Kaum putri juga makin banyak menggeluti cabor ini. Namun, untuk meraih prestasi itu tidak mudah. Semangat dan talenta atlet harus diimbangi dengan program pembinaan yang terpro-gram dan berkesinambungan agar nantinya mampu berprestasi untuk mengharumkan nama Bali dan Indonesia di kancah nasional dan internasional.

� Putu Eka Parananda

Nama : Ni Kadek Anny PandiniTempat/Tgl Lahir : Denpasar, 10 Mei 1993Orangtua : I Wayan Sarjana Desak Putu Redini

Ni Kadek Anny Pandini

Berprestasi di Cabor Keras

MBP/nan

Page 31: Majalah Bali Post Edisi 29
Page 32: Majalah Bali Post Edisi 29

Cara-cara yang ditempuh kom-plotan pencuri asal Bandung, Jabar ini, memang jitu. Mereka bukannya membobol rumah

pada malam atau dini hari, tapi sengaja beroperasi siang hari ketika semua pen-ghuninya pergi, sehingga rumah sepi. Taktik jitu tersebut rupanya membuahkan hasil sehingga kelompok yang berang-gotakan tersangka Jejen Jaelani (31) asal Dusun Babakan Sukawangi, Kecamatan Pemulihan, Kabupaten Sumedang; Beni Kusuma (52) asal Jalan Maleber Utara, Kecamatan Andir, Bandung; Hendra Paramudia (39) asal Jalan Cibatu Barat, Bandung, dan Asep Kusnadi (34) asal Desa Lagandar, Kecamatan Marga Asih, Bandung (semuanya Bandung, Jabar) mampu membobol 17 rumah di enam kabupaten di Bali. Selama sekian banyak beraksi mereka berhasil barang bukti puluhan gram perhiasan emas, barang elektronik, uang dan motor, dengan total nilai sekitar Rp 200 juta. Uniknya, semua hasil curian tersebut kemudian diterbang-kan dengan pesawat ke Bandung. Setelah beraksi, uang yang mereka peroleh dari

menjual barang-barang curian dipakai foya-foya di tempat dugem. Tak hanya itu, selama di Bali mereka tinggal di tempat kos-kosan mewah dengan sewa Rp 200 ribu per hari. Hebat memang.

Sepandai-pandai tupai melompat, suatu saat terjatuh juga. Pepatah itu pulalah yang berlaku pada kelompok penjahat yang dipimpin tersangka Jejen Jaelani ini. Mereka akhirnya dibekuk Polres Badung, Sabtu (15/2) lalu. Khusus tersangka Asep Kusnadi (34), kakinya terpaksa dihadiahi timah panas karena mencoba kabur saat ditangkap polisi. Sedangkan seorang ter-sangka lagi yang berinisial R buron.

Kasat Reskrim Polres Badung, AKP Wisnu Wardana, Senin (3/3) lalu, men-gungkapkan kelompok Asep tertangkap berkat laporan korban yakni Nurhasanah (38) yang tinggal di Perum Dalung Per-mai Blok SS No.17, Dalung, Kuta Utara, Senin (10/2) lalu. Korban mengaku bahwa rumahnya dibobol maling karena sepi ditinggal pergi. Ketika itu garong meng-gasak 65 lembar uang ringgit Malaysia, laptop Acer biru muda, lima HP berbagai merek, dua kamera video, jam tangan

merek Fosil, dan berbagai jenis perhiasan, dengan total kerugian Rp 65 juta. “Set-elah dilakukan olah TKP dan memeriksa saksi-saksi, pencurinya teridentifikasi dari motor yang dinaikinya saat beraksi yakni Yamaha Mio merah marun nopol DK 2888 AG,” tambah AKP Wisnu.

Begitu tahu motor itu dinaiki pencuri, polisi kemudian melakukan penyelidikan di lapangan. Tak lama kemudian, polisi mendapat data bahwa motor yang dipakai komplotan garong ini adalah milik salah satu tempat penyewaan motor di Den-pasar. Kebetulan penyewa motor tersebut atas nama Jejen Jaelani asal Badung. Berbekalkan informasi tersebut, aparat Buser Polres Badung yang dipimpin Kanit Ipda I Wayan Sujana segera bergerak ke beberapa lokasi. Pada Sabtu (15/2) lalu sekitar pukul 13.00, motor bernopol DK 2888 AG tersebut melintas beriringan dengan motor Honda Vario nopol DK 7190 DS di Jalan Raya Mengwi. “Mo-tor Yamaha Mio yang dikendarai Jejen dengan membonceng Hendra akhirnya di-tangkap di depan SPBU Lukluk, Mengwi. Sedangkan motor Honda

17 - 23 Maret 201432

K R I M I N A L

Bobol Rumah di Bali, Terbangkan Hasilnya ke Bandung

Page 33: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 33

Vario yang dikendarai Asep dengan membonceng Beni ditangkap di traf-fic light di Jl. Mahendradatta, Ubung, setelah ditabrak petugas,” tambah AKP Wisnu, didampingi Ipda Sujana.

Sebelum membobol rumah, tersangka Jejen yang lebih dari setahun tinggal di Bali ini mensurvei lokasi yang bakal disasar. Begitu melihat ada rumah yang pintu gerbangnya digembok, mereka langsung menjalankan aksinya. Jejen dan Asep bertugas masuk rumah, sedangkan Beni dan Hendra mengawasi dari luar. Dengan menggunakan obeng dan linggis kecil, Jejen dan Asep begitu lihai men-congkel pintu rumah korban, lalu meng-gasak barang-barang berharga. “Saya mencongkel gembok dengan linggis kecil. Setelah terlepas, saya masuk, lalu mencongkel pintu rumah dengan obeng dan mendobrak,” ujar Jejen, otak dari komplotan ini, di ruang penyidik Polres Badung, Selasa (4/4) lalu.

Berdasarkan hasil penyidikan polisi, kompolotan ini telah beraksi di 17 TKP masing-masing di wilayah Badung di 8 TKP, Denpasar 2 TKP, Tabanan 2 TKP,

Karangasem 2 TKP, dan Singaraja 3 TKP. Mereka beraksi pada Januari hingga Feb-ruari 2014. Barang bukti (BB) yang dia-mankan berupa 55 uang ringgit Malaysia, satu laptop Acer biru muda, 11 HP ber-bagai merek, satu Wifi Smart Fren, satu handy cam silver, dua kamera digital, berbagai macam perhiasan emas seberat puluhan gram, dua motor yakni Yamaha Mio dan Honda Vario, 11 jam tangan, satu PS 2, pakaian dan alat-alat yang mereka gunakan beraksi berupa obeng dan linggis kecil. “Sebagian barang bukti kami amankan dari kampung halaman mereka di Bandung. Sebagian lagi telah mereka jual dan dibuang saat proses penangkapan,” tegas AKP Jejen, yang pekerja bengkel di Sumedang, Jabar ini, mengaku memperoleh teknik mencong-kel gembok dari salah seorang anggota komplotan lainnya berinisial DI yang juga asal Badung. Bahkan Jejen pernah mempraktikkan keahliannya membobol rumah bersama DI sekitar tahun 2009 lalu di Badung Selatan. Hanya tiga hari di Bali dengan DI, tersangka Jejen kembali ke Bandung dengan naik pesawat untuk

membawa barang-barang hasil curian-nya. “Setelah datang dari Bali, saya tak berhubungan lagi dengan DI. Saya sem-pat cekcok dengannya karena masalah pembagian hasil,” tegas Jejen.

Untuk menghilangkan jejak selama berada di Bali, dia mengaku selalu ber-pindah-pindah lokasi, seperti sembunyi di Tabanan, Buleleng, Badung, Denpasar dan Karangasem. Kanit Buser Polres Ba-dung Ipda I Wayan Sujana, seizin Kasat Reskrim AKP Wisnu Wardana mengata-kan, selain beraksi di Bali, kompolotan ini juga diduga kuat menjalankan aksi serupa di wilayah lain. Namun untuk sementara waktu, kompoltan ini belum mau mengakuinya. Bahkan saat diajak menunjukkan TKP, salah seorang ter-sangka yakni Asep berniat melarikan diri, sehingga kakinya ditembak polisi.

� Wiadnyana

Komplotan pembobol rumah kosong asal Bandung yang diciduk aparat Polres Badung diperlihatkan kepada war-tawan, Senin (3/3) lalu. Sedan-gkan otak kelompok ini adalah tersangka Jejen Jaelani.

MBP/wiadnyana

Page 34: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201434

K R I M I N A L

DIDUGA kecanduan gambar-gambar porno, seorang pelajar sebuah SMA di Ke-lurahan Kubu, Bangli I Nyoman Tg (17), iseng-iseng merekam anak tetangganya yang sedang mandi dengan handphone (HP) miliknya, akhir Februari lalu. Kasus ngintip orang mandi yang berbuntut ke polisi ini terjadi di rumah jabatan seorang petinggi di lingkungan Pemkab Bangli, tepatnya di Jalan Lettu Anom. Korbannya adalah anak pejabat tersebut, berinisial Putu Es (23), yang bekerja di sebuah apotek di Bangli.

Menurut informasi, ketika itu Putu Es mandi di kamar mandi rumah jabatan yang ditempati orangtuanya sekitar pukul 21.40. Setelah membersihkan badan, dia segera mengambil handuk. Seketika itu Putu Es melihat kamera HP yang dipegang orang tak dikenal di ventilasi kamar mandi. Tahu aktivitasnya selama mandi ada yang merekam, Putu Es ke-mudian berteriak minta tolong. Saat Putu Es berteriak, orang yang pertama kali tampil mendekat justru Tg. Siswa SMA asal Belantih, Kintamani ini, pura-pura bertanya kepada Es.

Mengingat handuk yang dipakainya kekecilan, Putu Es lalu minta kepada Tg supaya dia diambilkan handuk yang lebih

besar. Tg juga menyampaikan kepada orangtua Putu Es bahwa dia akan melihat lihat orang di sekitar kamar mandi. Sedan-gkan orangtua Putu Es yang tak terima dengan kejadian itu bergegas melapor ke Polsek Kota Bangli.

Bebarapa saat kemudian polisi tiba di TKP di belakang rumah jabatan Bupati Ban-gli. Hasil olah TKP dan pemeriksaan sejum-lah saksi malam itu juga rupanya mengerucut pada Tg, siswa kelas II SMA yang membantu Putu Es mengambilkan handuk itu.

Saat itu juga polisi menginterogasi Tg. Pemuda ini dia akhirnya mengaku perbua-tannya bahwa dialah yang mengintip dan merekam anak tetangganya yang sedang mandi tersebut. Tetapi Tg mengaku, hasil rekamannya langsung dihapus begitu ka-susnya dilaporkan ke polisi. Hal itu tentu saja membuat polisi yang memeriksa HP milik Tg tidak mengetahui pasti berapa lama durasi video bugil tersebut. ‘’Hasil rekamannya sudah dihapus sehingga durasinya tidak kami ketahui,’’ ujar Kani-treskrim Polsek Bangli AKP Nyoman Longkadana, didampingi Wakapolsek AKP Dewa Nyoman Rai, didampingi Kasubag Humas Polres Bangli, AKP Ida Bagus Sahambara.

Mengingat masih ada pertalian kek-

erabatan, pihak keluarga korban meng-inginkan agar kasusnya diselesaikan secara kekeluargaan saja. Sedangkan HP yang digunakan Tg merekam orang mandi diwanti-wanti jangan sampai dipindahtan-gankan atau rekamannya menyebar ke mana-mana. ‘’Berdasarkan pengakuan pelaku, dia hanya iseng merekam untuk dilihat,’’ tambah AKP Nyoman Rai.

Kendati keluarga korban mengisyarat-kan supaya kasusnya diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi polisi polisi melaku-kan pendalaman kasus untuk memastikan kalau hasil rekamannya tidak disebar. Kalau sampai menyebar, situasi bisa gem-par. Kasus ini dapat mencemarkan nama baik korban dan keluarganya. Selain itu, kita perlu memetik hikmah dari kasus ini bahwa siapa pun yang mengintip, bahkan merekam orang mandi, bakal berurusan dengan hukum. Perbuatan iseng bisa berbuntut panjang.

� Kadek Puspajingga

Perekam orang mandi, I Nyoman Tg (kiri), saat

diinterogasi di Polsek Kota Bangli.

MBP/puspajingga

Rekam Orang Mandi, Pelajar SMA Berurusan dengan Polisi

Page 35: Majalah Bali Post Edisi 29

KENGOTOTAN tersangka I Komang Suartika alias Mang Tul (21) mempertahank-an argumentasinya bahwa dia tidak memaksa pacarnya berhubungan badan, diabaikan polisi. Pasalnya pemuda asal Banjar Dinas Beji, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng ini, meniduri pacarnya yang masih anak baru gede (ABG) sebut saja Bunga yang baru berusia 13 tahun, saat merayakan Hari Kasih Sayang Sedunia (Valentine Day) pada 14 Februari 2013 lalu.

Di hadapan petugas Polres Buleleng, tersangka Mang Tul memang sempat membantah kalau dia memaksa pacarnya Bunga melakukan persetubuhan. Dia mengatakan, perbuatan terlarang terse-but mereka lalukan atas dasar suka sama suka. Persetubuhan pertama atas ajakan tersangka, namun dua persetubuhan berikutnya atas permintaan korban. “Yang pertama memang saya yang ngajak. Tetapi selanjutnya dia yang datang ke rumah saya. Saya nggak ada memaksa, ini me-mang suka sama suka,” ujar Mang Tul, sambil menutup mukanya dengan baju kaos Senin (3/3) lalu.

Tersangka Mang Tul ditangkap polisi pada Sabtu (1/3) lalu, tak lama setelah orangtua Bunga yang asal Desa Kayu Putih, Kecamatan Banjar ini, melapor ke Polres Buleleng, Sabtu (1/3) lalu, lantaran tak terima kalau anaknya yang tidak mengenyam pendidikan SMP itu disetubuhi tersangka. Pemuda tersebut lalu ditahan karena terbukti menyetubuhi

anak di bawah umur. Akibat perbuatan-nya, tersangka dijerat Pasal 81 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlind-ungan anak, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara, dan denda maksimal Rp 300 juta.

Menurut AKP Mustiada, tersangka Mang Tul pertama kali menyetubuhi korban pada 14 Februari lalu saat Val-entine. Ternyata persetubuhan itu tak berhenti sampai di sana. Tersangka kem-bali melakukan perbuatannya pada waktu yang berbeda. “Pengakuan tersangka

dan korban selama tiga kali melakukan persetubuhan yakni saat Valentine (14 Februari), lalu terjadi lagi pada 21 Feb-ruari dan 28 Februari. Ketiga kejadian itu dilakukan di rumah tersangka di Desa Munduk,” tegasnya.

� Robin

Rayakan Valentine, Setubuhi ABG, Huni Sel

MBP/robin

Tersangka I Komang Suartika alias Mang Tul saat digelandang polisi Senin (3/3) lalu, lantaran menyetubuhi pacarnya yang masih di bawah umur.

Page 36: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201436

L I N G K U N G A N

Alih fungsi lahan persawahan menjadi pemukiman sudah dikhawatirkan sejak lama. Termasuk para petani di daerah

lumbung beras Tabanan yang men-geluhkan makin berkurangnya lahan sawah. Malah kecenderungannya para pengembang saat ini makin agresif me-nyerbu lahan sawah di Tabanan. Hal ini disebabkan makin sulitnya pengembang mencari lahan sawah di Badung dan Kota Denpasar lantaran harga tanah semakin melambung. Para pengembang dan make-lar tanah mengincar lahan subur itu demi mendapatkan keuntungan berlipat.

Dari data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tabanan, alih fungsi lahan Tabanan sejak tahun 2009 tiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal itu berarti luas lahan sawah di Ta-banan terus makin berkurang. Terbukti, dari luas lahan sawah 22.388 hektar pada tahun 2012 sebanyak 204 hektar terjadi alih fungsi. Pada tahun 2013 lahan per-tanian 85 hektar beralih fungsi menjadi

pemukiman. Sementara itu, luas lahan pertanian di Kabupaten Tabanan saat ini mencapai 22.184 hektar.

Kadis Pertanian Tabanan, Nyoman Budana, Rabu (5/3) lalu menyatakan bahwa alih fungsi lahan pertanian tak semuanya ke perumahan. Ada juga yang beralih fungsi menjadi perkebunan atau sebaliknya dari tegal kebun dan perkebu-nan ke lahan sawah. Selain itu ada lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan bukan pertanian seperti jalan, pemuki-man, perkantoran, sungai dan lain-lain,” jelasnya.

Dia menyadari alih fungsi lahan sawah ke pemukiman memang cukup mengkha-watirkan. Dia merinci, selama tahun 2009, alih fungsi persawahan mencapai 21 hektar. Tahun 2010 mencapai 10 hektar. Alih fungsi ini hampir seluruhnya dipakai kawasan perumahan.

Tahun 2011, alih fungsi lahan menca-pai 20 hektar, dan tahun 2012 mencapai 47 hektar. Budana menambahkan, alih fungsi sawah menjadi perumahan keban-

yakan terjadi di sekitar perkotaan, seperti Kecamatan Kediri dan Kerambitan. Di-akuinya, alih fungsi lahan memang cu-kup berpengaruh terhadap hasil produksi gabah di Tabanan. Untungnya, kata Bu-dana, luas lahan yang tersedia di Tabanan masih mampu mencukupi produksi beras, bahkan tetap surplus. “Pengaruh produksi pasti ada. Tetapi, kita masih surplus, di tahun 2013 saja angka sementara surplus, dari target produksi gabah kering giling sebanyak 229 ribu ton, Tabanan sudah mencapai 243 ribu ton, jadi masih ada kelebihan 4.000 ton,’’ jelasnya.

Menurut Budana, saat ini luas tanam dan hasil panen masih mampu memenuhi kebutuhan beras warga Tabanan. “Banyak petani di Tabanan, lahan kepemilikan-nya rata-rata di bawah 40 are per orang. Artinya untuk hidup layak dari hasil itu kurang menjanjikan,’’ ujarnya.

Terkait maraknya alih fungsi lahan ini, pihaknya menyerukan kepada se-luruh subak membuat awig-awig untuk membatasi alih fungsi lahan. Sebab, jika tidak ada sanksi dari adat, alih fungsi lahan semakin takterkendali. Sebelumnya Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti juga telah mempertegas kembali Perbup (peraturan bupati) Nomor 74 Tahun 2013 tentang pengetatan pengkavlingan tanah untuk menekan alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Tabanan. Pada perbup tentang pengaturan pengkavlingan tanah untuk pembangunan perumahan dan pemukiman di Kabupaten Tabanan ini, di antaranya disyaratkan pengkavlingan tanah bisa dilakukan minimal pada lahan seluas 60 are. Perbup yang dikeluarkan tersebut juga dimaksudkan untuk kembali mempertegas bahwa peraturan itu salah satunya untuk menjaga kelestarian ka-wasan konservasi serta kawasan pertanian dan warisan budaya dunia Jati Luwih.

� Dewi Puspa

Sawah Terus Menyusut

Alih fungsi lahan persawahan di Tabanan terus mengalami

peningkatan.

Page 37: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 37

POLITIK berimbas dan mengaruhi banyak sektor. Kegagalan mengelola poli-tik bisa berimbas buruk terhadap upaya-upaya pelestarian alam dan lingkungan. Bahkan, pesta politik 2014 berpotensi menjadi ancaman serius bagi pengelolaan lingkungan, ketika politisi yang terpilih nanti memilki mentalitas transaksi untuk mengembalikan modal politik. Penguasa dan legislatif yang terpilih bisa menjadi-kan alam sebagai objek transaksi.

Khawatiran terhadap potensi krisis pembela lingkungan pasca-Pemilu 2014 sudah terbaca dari daftar para caleg yang bertarung.

Peneliti WALHI Institute Abdul Wahib Situmorang memaparkan Hasil Studi Kualitas Calon Legislatif DPR-RI Pro Lingkungan Hidup 2014—2019 menun-jukkan hal yang memprihatinkan. ‘’In-donesia harus bekerja lebih keras hingga 2019 karena dipastikan pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 akan minim calon legislatif yang pro lingkungan hidup,’’ jelasnya.

Menurutnya, rata-rata hanya tujuh persen dari 6.607 caleg DPR-RI yang memenuhi aspek kepemimpinan, integri-tas, kompetensi, dan komitmen terhadap keberlangsungan lingkungan.

Berdasarkan hasil studi pada Desember

2013 dan Februari 2014 terhadap 6.561 caleg 2014, ia mengatakan hanya 1,2 persen yang memiliki kompetensi tinggi sebagai dewan. Pengetahuan dan keahl-ian caleg menyusun Undang-undang (UU), anggaran negara, dan pengawasan eksekutif rendah.

Partai politik, menurut dia, seharusnya teliti dalam menentukan caleg, karena jelas butuh waktu dan biaya untuk mem-persiapkan mereka menjadi kompeten.

Sedangkan dari 6.561 caleg hanya 1,1 persen saja yang memiliki banyak pengal-aman kepemimpinan bekerja di organisasi lingkungan hidup atau organisasi yang memperjuangkan isu-isu kemanusiaan, HAM, gender, buruh, petani, nelayan, dan masyarakat adat.

Untuk komitmen tinggi caleg terh-adap perjuangan isu-isu lingkungan dan kepentingan publik, Abdul Wahib menga-takan, hanya 13 persen saja. Sebanyak 20 persen dari 6.557 caleg berada di wilayah abu-abu terhadap isu-isu lingkungan.

Dari aspek integritas, hanya sembilan persen dari 6.561 caleg yang memiliki integritas tinggi terhadap lingkungan dan persoalan rakyat lainnya. Salah satu pe-nilaian, ia mengatakan dilihat dari bisnis yang dimiliki atau terkait dengan caleg dengan industri ekstraktif seperti tambang

dan sawit. “Integritas mereka dipertan-yakan terutama karena caleg incumbent yang sebagian besar tidak memiliki komitmen dan integritas terhadap ling-kungan,” ujar dia.

Direktur Eksekutif Nasional Walhi Abetnego Tarigan mengatakan, hasil riset tim dari Walhi Institute ini mengingatkan para Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Walhi harus bekerja lebih keras lagi di masa mendatang. “Karena kalau hanya mengandalkan hasil pemilu ini dapat dipastikan tidak ada perkem-bangan signifikan untuk penyelamatan lingkungan,” ujar dia.

Berdasarkan hasil studi, ia mengatakan partai politik jelas tidak melihat isu-isu lingkungan sebagai hal penting yang harus segera diselesaikan. Dan, menurut dia, jika benar caleg yang akan terpilih sama kualitasnya dengan dewan periode lalu maka ada kemungkinan penyelesa-ian soal-soal lingkungan hidup juga akan berhenti di tempat. “Jadi, nanti DPR bu-kan tempat yang tepat untuk men-drive isu lingkungan. Karena selama ini pun justru pemerintah yang men-drive isu lingkungan seperti soal perubahan iklim,” ujar dia.

� Pusdat BP

Krisis Pembela Lingkungan

MBP/Eka

Hamparan hutan bakau di Pelabuhan Benoa mati. Kawasan ini belakangan banyak diincar pemodal untuk pengembangan usaha kepariwisataan. Kerusakan lingkungan akibat investasi yang kebablasan akan menjadi ancaman serius pelestarian alam Bali. Kondisi

ini akan makin parah ketika keberpihakan politisi terhadap alam Bali sangat minim.

Page 38: Majalah Bali Post Edisi 29

P A R I W I S A T A

17 - 23 Maret 201438

Kabupaten Bu le l eng memiliki banyak po-tensi yang belum ter-garap secara optimal.

Padahal, potensi pariwisata di kawasan Buleleng memiliki ban-yak pilihan terutama di sepanjang pantai, terumbu karang yang masih alami dan memiliki po-tensi yang luar biasa untuk bisa dikembangkan menjadi andalan pariwisata Bali Utara. Hanya saja kawasan ini belum didukung oleh infrastruktur yang memadai. Karena ini, selain bandara, akses jalan merupakan kunci mengem-bangkan pemerataan pemban-gunan terutama distribusi dari sektor pariwisata yang masih terpusat di Bali Selatan. Bupati Buleleng Agus Suradnyana me-nyatakan akses jalan Bali Utara-Selatan, harus dirancang. Sebagai seorang arsitek dirinya punya pandangan taktis.

“Pembangunan jalan yang ideal mudah saja. Saya mencoba mencari gambaran yang pas untuk percepatan pembangunan jalan yang paling tepat mengubungkan Buleleng dan Bali Selatan. Maaf ini menurut pengamatan saya, setelah merenung milihat lokasi yang paling ideal adalah diban-gun jalur shortcut (jalur pintas), menghindari banyak belokan, bangun jembatan, yang penting dirancang lurus,” tegasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng Drs. I Ketut Warkadea, M.Si. mengatakan, pariwisata di Kabu-paten Buleleng mengalami pen-ingkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. “Perkembangan pariwisata di Buleleng sangat pesat, sejalan dengan program-

program pemerintah pusat mau-pun provinsi. Penataan pariwisata mesti ditingkatkan untuk me-nambah daya tarik wisatawan,” ujarnya.

Berdasarkan data perkembangan kunjungan wisatawan ke objek daya tarik wisatawan Kabupaten Buleleng 2013. Jumlah kunjungan wisatawan domestik sebanyak 349.981 orang dan wisatawan asing sejumlah 288.166 orang atau totalnya men-capai 638,147 orang. Dibandingkan dengan tingkat kunjungan 2012 yang mencapai berjumlah 268.749 orang, terjadi kenaikan sekitar 30,20 persen, ditambah margin of error 5 persen, maka jumlah kenaikan wisatawan nusantara 2013, sejumlah 35,20 persen.

Warkadea mengatakan, be-berapa objek wisata yang sering dikunjungi adalah Pantai Lovina, Pemuteran, Air Terjun Gitgit, Air Panas Banjar, Kota Singaraja dan Air Sanih. Sedangkan un-tuk kunjungan para wisatawan. “Kawasan Pemuteran dan Pura Pulaki saat ini sedang dikem-bangkan dengan baik, sehingga bisa dinikmati para wisatawan yang datang berkunjung. Pena-taan lainnya seperti di desa-desa wisata, sekarang terus ditata se-bagai salah satu referensi wisata di daerah pedesaan,” ucapnya.

Dia menambahkan un tuk pengembangan pariwisata se-lanjutnya sedang dikerjakan penataan di kolam Air Sanih. “Di Air Sanih sedang dilakukan perbaikan kolam arus untuk me-nambah variasi kolam. Jika belum mumpuni akan dibantu dengan pompa air,” tambahnya.

� Kusuma

Meratakan Distribusi Pariwisata Bali

Hubungkan Bali Utara-Selatan dengan ”Shortcut”

Page 39: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 39

Pariwisata Buleleng pernah berjaya saat me-nyandang status ibu kota Provinsi Sunda Kecil. Keindahan Pantai Lovina dengan atraksi ikan lumba-lumba, Pura Ulun Danu dan Air Terjun

Gitgit, kini seolah terlupakan dari peta pariwisata Pulau Dewata. Pengembangan pariwisata yang hanya terfokus di kawasan Bali Selatan yakni di Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar me-lupakan potensi Bali Utara. Padahal, daya tarik yang dimiliki tidak kalah dibandingkan destinasi wisata lainnya di Bali. Jika saja pemerintah mau getol men-gatasi masalah ketimpangan ini, bukan tidak mungkin masyarakat daerah Buleleng dapat menikmati kue dari sektor pariwisata.

Sesuai dengan Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 1999 bahwa di Kabupaten Buleleng telah ditetapkan menjadi dua buah kawasan pariwisata yaitu kawasan pariwisata Kalibukbuk yang lebih terkenal dengan sebutan Lovina yang mempunyai luas pengembangan 3.542 hektar yang meliputi 7 buah desa yaitu Desa Pemaron, Tukad Mungga, Anturan, Kalibukbuk, Ka-liasem, Temukus, Tigawasa dan kawasan pariwisata Batu Ampar yang terletak di sebelah barat Bali Utara dengan luas pengembangan 14.124 hektar, yang meli-puti 5 buah desa yakni Desa Penyabangan, Bonyupoh, Pemuteran, Semberkima, dan Pejarakan.

Anggota Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) Nyoman Kandia, menyatakan manisnya kue dari sektor pariwisata yang tumbuh pesat di Bali boleh dibilang belum dirasakan oleh masyarakat Buleleng. Masalahnya, sektor yang identik dengan Bali ini belum tertata dengan baik. “Faktor transportasi yang tak men-dukung menjadi salah satu pemicu keterbelakangan pariwisata di daerah Buleleng. Namun, jika pemerin-tah mau menata dengan maksimal potensi yang ada serta menyiapkan fasilitas pendukung, kejayaan zaman Sunda Kecil akan kembali,” ucap pria yang sempat memimpin Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI).

Kabupaten Buleleng menyimpan catatan sejarah masyarakat Bali, mulai zaman megalitik sampai ke zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia yang dapat dikemas menjadi paket pariwisata menarik. Berbekal potensi alam dan sejarah, Buleleng dapat pengem-bangan industri pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kendati upaya tersebut masih terhambat oleh belum memadainya sarana in-frastruktur penunjang. “Potensi alam Buleleng berbeda dengan Bali Selatan, di mana wisatawan dapat melihat panorama pegunungan sekaligus panorama pantai. Aset ini dapat dijual kepada wisatawan,” ucapnya.

Dikatakannya, objek wisata di kawasan Buleleng tersebar di empat kawasan wisata, yaitu kawasan Batu-ampar di Kecamatan Gerokgak, kawasan Kalibukbuk atau Lovina di Kecamatan Buleleng, dan kawasan Bedugul di Kecamatan Sukasada serta kawasan Air Sanih di Kecamatan Tejakula. Selain wisata sejarah

Kota Singaraja yang bermodalkan aset peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda seperti Pelabuhan Bule-leng dan bangunan zaman Belanda di sekitar ibu kota Buleleng tersebut.

Kabupaten Buleleng juga memiliki sektor tanaman bahan makanan yang menjadi salah satu subsektor pada sektor pertanian. Potensi ini akan lebih men-geliat ketika sektor pariwisata dan pertanian mampu bersinergi.

Pengamat ekonomi Universitas Warmadewa (Un-war) Drs. I Wayan Arjana, M.M. menyatakan, pari-wisata di Bali memiliki tali-temali yang kuat dengan kehidupan beragama, budaya dan pertanian. “Budaya kita pada dasarnya adalah budaya agraris, sangat ter-gantung pada pertanian. Pertanian akan tetap meme-gang peranan strategis dalam pembangunan pariwisata dan masyarakat Bali modern. Dengan mengembalikan kejayaan sektor pertanian yang sempat booming di era 70-an di Buleleng akan memberikan kontribusi langsung dan nyata terhadap ekonomi masyarakat,” terangnya.

Luas lahan pertanian di Kabupaten Buleleng, Bali setiap tahun mengalami peningkatan akibat banyaknya areal perkebunan yang menjadi sawah. Banyak la-han perkebunan khususnya yang berada di kawasan barat beralih menjadi lahan basah atau persawahan. 2007, luas lahan basah di Buleleng 10.719 hektar namun pada 2008 bertambah menjadi 10.913 hektar. Sementara 2009 luas persawahan meningkat cukup tinggi hampir mencapai seribu hektar lahan sawah dengan total menjadi 11.070 hektar. “Sinergi antara sektor pertanian dengan pariwisata di Buleleng akan membuat kedua bidang tersebut tetap tumbuh saling mendukung dan tidak sampai pariwisata mematikan pertanian,” katanya.

Wisata agro diterangkan Arjana merupakan peman-faatan kawasan atau aktifitas budi daya pertanian untuk objek wisata. Hal ini sudah berkembang di beberapa lokasi, misalnya desa wisata, yang memanfaatkan jalan subak sebagai tempat tracking. Agrowisata perlu dikem-bangkan karena petani diharapkan meghasilkan produk pertanian untuk konsumsi wisatawan. Tentunya pelaku pariwisata diharapkan ada komitmen untuk menampung hasil-hasil pertanian lokal di Buleleng seperti Anggur, sehingga petani tidak kesulitan dalam pemasaran. Sebab, secara ekonomi kegiatan pariwisata akan memberikan pengaruh langsung kepada petani, tidak hanya kepada para pekerja di industri pariwisata saja.

Kelompok tani dan pengusaha pariwisata perlu melakukan kemitraan dengan pola yang jelas, baik kemitraan dalam permodalan atau pemasaran produk petani. Dengan upaya ini petani diharapakan menjadi lebih mandiri dan mampu mengikuti perkembangan situasi perekonomian.

� Parwata

Kembalikan Kejayaan Sunda Kecil

MBP/dok

Page 40: Majalah Bali Post Edisi 29

E V E N T

17 - 23 Maret 201440

Raih sukses dengan menginformasikan kegiatan/usaha, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), peluncuran produk, dan promosi lainnya melalui rubrik Event dengan menghubungi bagian Iklan Bali Post - (0361) 225764.

Penyampaian materi dilakukan dua minggu sebelum penerbitan.

Page 41: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 41

MBP/Edi

FESTIVAL REMAJA - Tercatat ratusan remaja se-Bali unjuk kepiawaian berolah seni pada event Festival Remaja Bali 2014 yang dilaksanakan di Perguruan Dwijendra, Denpasar, belum lama ini. Mereka berusaha tampil optimal

agar bisa menjadi yang terbaik pada kompetisi bergengsi yang digelar oleh Kelompok Media Bali Post (KMB) bekerja sama dengan Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar serangkaian peringatan HUT ke-66 Bali Post, HUT ke-61 Yayasan

Dwijendra dan HUT ke-266 Kota Denpasar tersebut.

Page 42: Majalah Bali Post Edisi 29

W I S A T A

Mata air Pura Tirta Empul yang terletak di kawasan Tampaksiring Kabupaten Gianyar terkenal unik. Air

suci itu kerap dijadikan pilihan untuk malukat, sebuah ritual bersih diri se-hingga merasakan keheningan hati,

kejernihan pikiran, dan keteduhan batin. Hal itu dipercaya masyarakat Hindu di Bali sejak abad ke-10 hingga saat ini.

Pada hari-hari suci seperti purnama, tilem dan kliwon mata air kawasan wisata spiritual itu ramai dikunjungi. Mulai dari masyarakat lokal, luar

daerah hingga luar negeri. Mereka biasanya datang bersama sanak kelu-arganya kemudian merendamkan diri, menjernihkan hati dan pikiran.

Orang yang malukat biasanya mem-bawa sarana upacara seperti canang sari dan dupa untuk dihaturkan ke Palinggih

Padmasana. Usai sembahyang melanjutkan perjalanan menuju kawasan suci di hulu Tukad atau Sungai Pakerisan. Di hulu inilah bernama Madya Mandala yang ada telaga yang dilengkapi pulu-han pancuran.

Di sinilah melaksanakan pan-glukatan, pembersihan dengan sarana canang sari dan dupa. Dengan sehelai kain membung-kus sebagian tubuh mereka mer-endam dan malukat pada sumber air lewat pancuran tersebut. Setelah itu, melanjutkan berganti busana dan menuju jero ke hala-man dalam lalu bersembahyang di palinggih Pura Tirta Empul.

Masyarakat percaya air pan-curan itu untuk meningkatkan aura kundalini yang ada pada tubuh, ada pancuran untuk meng-hilangkan hal-hal negatif seperti karena sakit, perasaan tidak enak atau untuk ruwatan diri. Sebelum menceburkan diri ke kolam lalu harus menghaturkan sajen den-gan maksud permisi, bahwa kita akan memulai ritual pembersihan diri.

Pura Tirta Empul sebagai peninggalan kerajaan di Bali itu memiliki juga peninggalan purbakala. Di sebelah barat pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno.

Salah satu penjaga pura di sana mengatakan, pura ini diambil dari nama mata air yang terdapat di dalam pura ini yang bernama Tirta Empul.

Tenangkan Hati ”Malukat” di Pura Tirta Empul

Page 43: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 43

Tirta Empul artinya air yang me-nyembur keluar dari tanah. Nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mi-tologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Batara Indra.

Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang–wenang dan tidak mengizinkan rakyat untuk melaksanakan upacara–upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah

perbuatan itu diketahui oleh para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Batara Indra menyerang Mayadenawa.

Akhirnya Mayadenawa dapat dika-lahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air cetik (ra-cun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Batara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Batara Indra segera menancapkan

tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala. Bagi Wisatawan yang ingin mengunjungi Tirta Empul terlebih dahulu harus membeli tiket masuk se-harga Rp 6.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak.

� Budarsana

Page 44: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201444

T R A D I S I

Sebagai daerah agraris, Kabupaten Buleleng juga memiliki satu kes-enian tradisional yang sudah cukup dikenal. Kesenian tersebut adalah

Sapi Gerumbungan. Atraksi ini merupakan warisan para pendahulu di Bali Utara. Awal kemunculannya, Sapi Gerumbungan digelar sebagai ungkapan kegembiraan petani pada masa panen melimpah. Kini kesenian itu

dipentaskan sebagai atraksi bu-daya. Meski pementasan-

nya sangat terba-

tas, warga lokal maupun wisatawan asing menyukai tradisi ini. Bahkan, Sapi Gerum-bungan mulai digarap dan menjadi daya dukung pengembangan pariwisata di Bali Utara.

B e r -bagai sum-b e r menye -b u t k a n , pementasan tradisi Sapi Gerumbungan

tidak sama den-g a n

karapan sapi atau tradisi Makepung di Jembrana. Setiap dipentaskan, Sapi Gerum-bungan ini menampilkan semua aspek setiap pasang sapi beserta joki yang menunggangi

dari belakang. Aspek itu mulai dari jenis sapi, aksesorisnya dan keserasian

gerak langkah satu pasang sapi saat diadu di lapan-

gan.

’’Sapi Gerumbungan’’

Page 45: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 45

Dalam tradisi ini tidak semua jenis sapi bisa dipentaskan. Hanya sapi jantan dengan fisik yang kekar. Tak heran kelompok peter-nak sapi di Buleleng menyiapkan dengan khusus sapi pejantan yang akan dijadikan bakalan untuk Sapi Gerumbungan. Bahkan, harga bakalan sapi yang bisa dijadikan Sapi Gerumbungan ini sangat mahal dibanding-kan dengan bibit sapi pada umumnya. Bibit sapi ini harus rutin dilatih, sehingga gerak kaki seragam, kepala agak mendongak ke

atas dan ekor sapi melengkung.Selain jenis sapi, petani yang

ikut pentas Sapi Gerumbun-gan ini mempersiapkan sapi dan aksesorisnya. Aksesoris itu mulai dari

okokan besar yang diikatkan pada le-her sapi, uga, dan

ba tang kayu s e b a g a i

dudukan joki harus dihias rapi. Bahkan, kel-ompok ini mengeluarkan dana yang cukup mahal untuk bisa tampil pada pementasan Sapi Gerumbungan.

Pementasan Sapi Gerumbungan bisa dibilang jarang belakangan ini. Bahkan, tradisi ini dipentaskan hanya pada saat perayaan HUT Kota Singaraja. Biasanya pementasan Sapi Gerumbungan di lapan-gan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Di lapangan ini kelompok Sapi Gerumbungan dari berbagai desa di Buleleng menampilkan sapi mereka. Lantaran pementasan-nya cukup jarang, warga lokal dan wisatawan asing yang kebetulan berlibur di Buleleng ramai me-nyaksikan pementasan tradisi

yang satu ini. Khusus untuk wisatawan tidak hanya menyaksikan, mereka juga ditawar-kan untuk menunggangi Sapi Gerumbungan dengan tetap dipandu oleh pemiliknya. Wisatawan mengaku puas karena cukup menghibur dan tradisi ini tidak bisa ditemu-kan di daerah lain.

Melihat respons yang tinggi dari para peserta dan penonton, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng mulai membangkitkan Sapi Gerumbungan seba-gai salah satu kesenian unggulan Buleleng dengan cara mementaskannya tiga kali dalam setahun, yakni pada saat HUT Kota Singaraja, HUT Kemerdekaan RI dan Fes-tival Lovina.

Salah satu juri yang bisa melakukan penilaian setiap pementasan Sapi Gerum-bungan Nyoman Suwita mengatakan, tradisi Sapi Gerumbungan mulai dike-nal luas sekitar tahun 1962 silam. Bah-kan, satu bukti keterkenalan tradisi Sapi Gerumbungan sebagai kesenian khas Buleleng adalah dibangunnya patung dua pasang Sapi Gerumbungan di Kelurahan Banyuasri, Singaraja. Melihat potensi Sapi Gerumbungan demikian besar, pemerintah bersama pelaku wisata dan masyarakat berupaya bersama-sama melestarikannya. Pementasannya diharapkan lebih sering digelar, sehingga membuat kelompok ternak semakin mencintai dan mengenal kesenian leluhur mereka. Sebaliknya, dari pementasan itu diyakini akan memberikan dukungan bagi pengembangan pariwisata di Buleleng. Suwita menambahkan, Sapi Gerumbungan menjadi menarik karena lebih menonjolkan atraksi seni. Aspek yang dinilai bukan hanya kecepatan laju pasangan sapi di lapangan, tetapi keserasian gerak kaki sapi, atraksi joki dalam menunggangi dari belakang. “Ini modal yang cukup besar dan perlu kita lestarikan dan pementasan lebih sering dan bisa akan memberikan manfaat bagi pengembangan pariwisata kita di daerah,” katanya.

� Mudiarta

Sapi Gerumbungan, kesenian unik khas Buleleng kini terus dipentaskan untuk men-dukung pengembangan pariwisata di Bali Utara.

Page 46: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 201446

T R A D I S I P R O P E R T I

Pagar rumah mempunyai fungsi se-bagai “penjaga” keamanan rumah. Saat ini, umumnya masyarakat memilih pagar dari material besi,

batu atau alumunium untuk pagar rumahnya. Penggunaan material seperti ini untuk pagar rumah memberi kesan kaku dan masif. Kar-enanya, beberapa pemilik rumah kini mulai mencoba memanfaatkan tanaman hidup atau akrab disebut sebagai pagar tanaman atau pagar hidup. Pagar tanaman ini bisa juga dipadukan dengan pagar dari besi atau beton agar lebih aman.

Penggunaan tanaman untuk pagar akan menghilangkan kesan kaku dan masif pada pagar. Rumah pun tampak lebih nyaman dan lebih sedap dipandang. Selain itu, efek kes-egaran juga bisa didapatkan karena warna-warna alami tanaman akan menyegarkan pandangan mata. Yang lebih penting lagi, penggunaan pagar tanaman ini bisa men-gurangi atau menekan polusi. Debu-debu yang beterbangan saat ada kendaraan lewat di depan rumah dapat tertahan oleh tertim-bunan daun pagar tanaman. Paru-paru kita pun terasa lebih segar karena

banyak oksigen dikeluarkan tanaman pada siang hari.

Pagar tanaman tak harus berupa perdu, tetapi bisa juga memilih pohon bambu atau tanaman lain yang berdaun lebat. Bambu memiliki daya tumbuh yang cepat, bisa be-regenerasi dalam 6 bulan hingga satu tahun membentuk rumpun bambu baru. Tanaman ini pun bisa dimanfaatkan sebagai penyaring polusi timbal dalam udara, atau bisa menjadi penyaring suara bising yang datang dari jalan raya. Rerumpunan bambu sebagai pagar ini bisa dikombinasikan dengan elemen batuan sehingga pagar terlihat kokoh dan aman.

Selain bambu, bisa juga dipilih tanaman merambat atau tanaman sulur. Namun ka-lau bisa, sebaiknya memilih tanaman yang tidak membutuhkan pemangkasan rutin, seperti jenis Puring, Beluntas, Kemuning, bunga Melati atau Soka. Kita juga bisa membuat pagar hidup dengan me-n a t a tanaman-tanaman

seperti bunga sepatu

atau bunga dengan keindahan warna-warni lainnya.

Pagar hidup ini tetap harus disesuaikan dengan tinggi rendah serta lebarnya hunian. Pagar yang terlalu tinggi dan menutupi rumah memberi kesan si pemilik rumah tertutup dan tidak suka bersosialisasi. Se-mentara jika terlalu rendah, segala aktivitas di rumah malah terlihat bebas terbuka. Ini juga kurang bagus. Namun, pagar tanaman yang rendah dapat membangun suasana bertetangga yang damai dan sesuai dengan setting di kota kecil.

Pagar tanaman juga dapat menjadi petunjuk rumah yang signifikan. Dengan tambahan elemen dekoratif, pagar sekaligus dapat menjadi gerbang atau petunjuk jalan menuju rumah.

� Sugiarta/dari Berbagai Sumber

Pagar Tanaman Kurangi Polusi

Page 47: Majalah Bali Post Edisi 29

17 - 23 Maret 2014 47

PAGAR dari tanaman memang me-nambah keasrian rumah, selain berfungsi menekan polusi dan membawa kesejukan dan kesegaran. Namun terkadang kita bingung memilih jenis tanaman yang cocok untuk pagar rumah kita. Namun yang patut dicatat, apa pun jenis tanaman yang akan kita pilih untuk pagar, nantinya harus mudah dalam hal perawatan dan pemangkasannya.

Di Bali dan beberapa daerah di Indone-sia, banyak masyarakat memilih tanaman beluntas (Pluchea indica) untuk pagar rumah. Beluntas dengan tinggi sekitar 1 - 2 meter dan daun hijau terang bisa menciptakan keindahan saat ditanam sebagai tanaman pagar. Namun sekali lagi, jika dirawat yakni dipangkas secara teratur dan rapi. Bisa juga dibentuk dalam bentuk seni tertentu, seperti persegi pan-jang atau bulat.

Tak hanya berfungsi sebagai pagar, daun beluntas mengandung zat-zat sep-erti amino (triptofan, treonin, lesusin, isoleusin), lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan C sehingga banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional

(jamu). Daun beluntas dipercaya bisa dipakai untuk mengusir bau badan, menghilangkan pegal-pegal dan demam, menyembuhkan ganguan pencernaan terutama pada anak-anak.

Pilihan tanaman berikutnya yang cocok untuk pagar adalah pohon kemun-ing (Murraya paniculata). Kemuning termasuk tanaman perdu dengan tinggi sekitar 3 - 7 meter. Batangnya berkayu cu-kup keras berwarna kekuning-kuningan. Bunganya sangat harum di senja hari. Kemuning sangat menyukai sinar ma-tahari sehingga cocok ditanam di tempat terbuka. Perbanyakan kemuning dapat dilakukan dengan stek batang, pencang-kokan, atau dengan bijinya.

Pagar tanaman bisa juga dari pohon melati (Jasminum Sambac). Melati dike-tahui punya banyak manfaat, misalnya sebagai bunga tabur, tanaman hias hala-man dan pot, bunga taman, industri par-fum, dan pengobatan tradisional. Melati termasuk tanaman setahun yang berben-tuk perdu tegak atau merambat. Bunga melati sangat wangi sehingga sering dijadikan bahan pewangi rambut, parfum

atau minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan. Tanaman melati mengand-ung zat-zat bensil, indol, dan livalilasetat sehingga dapat digunakan untuk beragam pengobatan. Di antaranya, melegakan sesak napas, menghilangkan bengkak akibat sengatan lebah dan mengurangi produksi ASI. Tanaman perdu yang juga sering dipakai pagar tanaman adalah soka (Ixora spp). Tanaman ini tegak dengan tinggi sekitar 2 - 4 meter. Jika tidak ingin memakai pagar tana-man, kita masih bisa membuat kesan rumah sejuk dan teduh. Pilihan tana-mannya jatuh pada tanaman merambat atau yang hidup menempel. Tembok dari batu bata (merah) atau pun batako bahkan yang telah diplester, bisa kita hiasai dengan tanaman jenis merambat ini. Bahkan, bisa menimbulkan kesan unik dan seni saat tanaman merambat atau menempel itu menutupi seluruh tembok. Tanaman akan berbentuk se-suai bentuk tembok kita dengan relief berbagai lekuk-lekuknya.

� Sugiarta/dari Berbagai Sumber

Memilih Tanaman untuk Pagar

Page 48: Majalah Bali Post Edisi 29

H I B U R A N

17 - 23 Maret 201448

Film drama berlatar sejarah yang mengisahkan tentang perbudakan di Amerika Serikat, “12 Years a Slave” meraih penghargaan

Oscar ke-86 sebagai film terbaik. Film garapan Steve McQueen itu dinobatkan sebagai film terbaik dalam seremoni Academy Award 2014 yang dihelat di Dolby Theatre, Hollywood.

Film ini memang menjadi perbin-cangan di dunia. Mengambil tema perbudakan yang diangkat dari kisah nyata, film yang dibin-tangi Lupita Nyong’o terse-but mampu memukau para pecinta film.

‘’12 Years A Slave’’ mengalahkan delapan film lain, yakni “Ameri-can Hustle”, “Captain Phillips”, “Dallas Buy-ers Club”, “Grav-ity, Her”, “Ne-

braska”, “Philomena” dan “The Wolf of Wall Street”. “Setiap orang berhak tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk hidup. Ini adalah jejak yang luar biasa dari Solomon Northup,” terang McQueen.

McQueen juga berharap film itu bisa mejadi inspirasi bagi semua orang yang

tengah mengalami perbudakan di belahan dunia. McQueen

sadar, dunia ini belum terbebas dari berbagai

kasus perbudakan. “ S a y a m e m -persembah-kan peng-hargaan ini untuk semua

orang yang pernah menderita karena perbudakan. Award ini juga untuk 21 juta orang yang saat ini masih menjalani perbudakan,” tegas McQueen.

Sementara film “Gravity” mampu meraih penghargaan terbanyak. Adapun sutradara film “Gravity”, Alfonso Cua-ron menjadi orang keturunan Amerika Latin pertama yang mampu memenangkan penghargaan sebagai sutradara terbaik. Cate Blanchett telah memenangkan peng-

hargaan Oscar 2014 sebagai aktris terbaik untuk perannya da-

lam film “Blue Jasmine” karya sutradara kawakan

Woody Allen. Semen-tara, Matthew Mc-

Conaughey terpilih sebagai aktor terbaik Oscar di film “Dal-las Buyers Club”.

� Tony

Kisah Perbudakan Menangkan Oscar

Cate Blanchett Lupita Nyong’o

Page 49: Majalah Bali Post Edisi 29

Pelawak Jojon akhirnya meny-erah terhadap asma turunan yang dideritanya. Jojon, pela-wak senior dengan identitas

kumis minim ini meninggal dunia pukul 06.10 WIB akibat asma dan jantung. “Sebelum meninggal, papah sempat pesan agar saya jadi orang sukses. Papah juga ingin lihat saya menikah dan memiliki anak,” ujar Kiki.

Menurut Kiki, ayahnya telah menderita penyakit asma sejak lama. Sebelum meninggal, Jojon telah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit hingga Senin. “Asma sebenarnya sudah turunan, ditambah kondisi papah yang sudah tua. Salah kami juga terlambat cek jantung,” katanya.

Dia juga mengatakan telah menda-

pat firasat kepergian ayahnya. “Be-berapa hari sebelum meninggal, papah sering ngomong ‘papah itu udah jam lima, sebentar lagi jam enam, papah sudah tua’,” kata Kiki.

Jojon meninggal dalam usia 67 tahun sekitar pukul 06.10 di rumah sakit Premiere Jatinegara. Jojon dilahirkan pada 5 Juli 1947 dengan nama Djuhri Masdjan. Dia merupa-kan anggota grup lawak Jayakarta bersama dengan Cahyono dan Uuk. Ciri khas kumisnya mengingatkan banyak orang dengan kumis Adolf Hitler atau Charlie Chaplin.

Jojon meninggalkan seorang istri Henny Mariyana, dan delapan anak. Dua anak lagi dari Jojon dan Henny sudah meninggal dunia.

� Pusdat BP

Komedian Jojon Direnggut Asma

MBP/dok

Jojon (alm)

Page 50: Majalah Bali Post Edisi 29

P R O F I L

50 17 - 23 Maret 2014

Wajah MMA. Christiatmani tampak berseri sambil melempar senyum ke-tika Bali Travel News

bertandang ke tempat kerjanya Inna Bali Hotel. Sejak bertugas di tempat barunya dari Juni 2013, perempuan yang menjabat sebagai General Man-ager ini komit dalam menjaga kelestar-

ian hotel. Bagaiman kesan pesannya? Perempuan kelahiran Yogya, 5

November 1959 menyampaikan men-gelola hotel warisan budaya Belanda perlu kepekaan dan tidak boleh semba-rangan. “Sekarang kita sedang proses membangun dan menata lobi bagian depan. Kita lakukan pertahap dan pelan-pelan karena perlu biaya yang

tidak sedikit,” ungkapnya ramah. Dalam mengelola heritage hotel,

katanya, tetap akan pertahankan nu-ansa Belanda. “Kami berupaya untuk mengembalikan nuansa tempo dulu. Apalagi pemerintah Kota Denpasar telah memberikan imbauan agar tetap melestarikan bangunannya. Namun untuk fasilitas kita tetap bagus dan tertata apik,” terangnya.

Christiamani menerangkan, khusus untuk lobi yang sedang dibangun ini hampir sama konsepnya dengan ban-gunan hotel yang sudah ada. Misalnya, colom model Belanda dan flooring lobby dengan tegel zaman Belanda dulu. Sementara untuk bangunan hotel yang sudah lebih dulu ada, akan tetap dipertahankan kebersihan dan kenya-manannya.

Selain bangunan, lanjutnya, menu-menu baik makanan dan minuman juga diperhatikan. “Kami punya menu makanan seperti Rijstafel . Menu ini sepesial karena di presentasikan dengan dulang peninggalan Belanda yang kini hanya tinggal beberapa biji. Dulu, menu ini dipersembahkan untuk para tamu terhormat dan raja-raja,” tuturnya.

Sementara untuk meningkatkan okupansi hotel, katanya, secara pe-riodik ada paket khusus dan seasonal saat Nyepi, Ramadhan, Idul Fitri dan akhir tahun. Ada juga harga promo yang biasanya diberlakukan setiap tiga bulan.

Sebelum di Inna Bali Hotel, GM yang akrab dipanggil Christi dan hobi traveling ini pernah bekerja di be-berapa hotel di Indonesia seperti PT Hotel Indonesia International Jakarta, Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta, Natour Garuda Yogyakarta, Inna Dibya Puri Semarang, Inna Tretes Jawa Timur, Inna Simpang Surabaya dan Grand Inna Muara Padang.

� Ocha

Pertahankan Nuansa Belanda

LAPORAN www.bali-travelnews.com

Page 51: Majalah Bali Post Edisi 29
Page 52: Majalah Bali Post Edisi 29