52
TELUK BENOA layak reklamasi ..... 22 | 27 Januari - 2 Februari 2014 RP 20.000 ’’Penyembah’’ Uang

Majalah Bali Post Edisi 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Headline : "Penyembah" Uang

Citation preview

Page 1: Majalah Bali Post Edisi 22

TELUKBENOA

layakreklamasi

.....

22 | 27 Januari - 2 Februari 2014

RP 20.000

Bali Post

’’Penyembah’’ Uang

Page 2: Majalah Bali Post Edisi 22
Page 3: Majalah Bali Post Edisi 22

KILAS BERITAlKasus Hambalang Akhirnya Seret Anas 6LAPORAN UTAMAl’’Penyembah’’ Uang 8lBukalah Topengmu 9SEJARAHlPalereman Srigati ’’Wakil’’ Hayam Wuruk Tetap Terjaga 10

POLITIKlMenggugat Hibah, Membidik Kursi 12 LINGKUNGANlNyayur di Musim Hujan Mesti Sedia ’’Payung’’ 14lTerancam Gagal Panen 15OPINIlPerubahan Budaya Bangkitkan Antikorupsi 16JAJAK PENDAPATlTerkendala Database Kependudukan 17PENDIDIKANlDana Retripal untuk Siswa DO 18lRamai-ramai Serbu SMK Pariwisata 19MANCANEGARAlBudaya Mudik Jelang Imlek 20

lSuhu Ekstrem Landa Australia 21DAERAHlRPH Temesi, Layu Sebelum Berkembang 22lPerlu Kerja Sama dengan Peternak 23KESEHATANlDiabetes, Penyakit Gaya Hidup 24lJaga Pola Makan dan Berolahraga 25

LENSAlPersiapan Imlek 26OLAHRAGAlLembaran Baru di Reli Dunia 28

lLuh Gede Arista Dewi Silat atau Vovinam Tetap Emas 30KRIMINALlArak Oplosan Cabut Tiga Nyawa Warga 32lBule Prancis Adu Peruntungan Jual Kokain di Bali 34EKONOMIlTekan Investasi Tak Terkendali 36PARIWISATAl”Seksinya” Bisnis Vila di Bali Rumah pun Dipoles Jadi Vila 38lMeniru Langkah Bogor 39EVENTlPESTA KELUARGA ERTIGA 41SENIlRindik Piano, Sebuah Inovasi Kreatif 42TRADISIl’’Gebug Seraya’’ Ritual Mohon Hujan Saat Kemarau dan Latihan Ketangkasan 44PROPERTIlMendesain Kamar Tidur Anak 46

lRuang Bermain Anak Utamakan Faktor Keselamatan 47GAYA HIDUPl’’Spa Therapist’’ Tentukan Usaha Spa 50

27 Januari - 2 Februari 2014 3

D A F T A R I S I

Page 4: Majalah Bali Post Edisi 22

4

Seni Prasi Jangan Ditinggalkan

Masyarakat Bali Jangan Diadu Domba

LPJ di Denpasar Banyak Mati

27 Januari - 2 Februari 20144

D A R I P E M B A C A

PerintisK Nadha

Pemimpin UmumABG Satria Naradha

Pemimpin Redaksi/Penanggung JawabWirata

Redaktur Pelaksana/Wakil Penanggung Jawab Alit Purnata

Sekretaris RedaksiSugiarthaRedaksi

Alit Susrini, Alit Sumertha, Daniel Fajry,Dira Arsana,Mawa, Sri Hartini, Suana, Sueca, Yudi WinantoAnggota Redaksi Denpasar

Giriana Saputra, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Subrata, Sumatika, Asmara Putra, Diah

Dewi, Yudi Karnaedi, Wira Sanjiwani, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Dedy Sumartana, Parwata,

Widana. Bangli: Ida Ayu Swasrina, Buleleng: Adnyana, Gianyar: Agung Dharmada,

Karangasem: Budana, Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma, Tabanan: Budi Wiryanto

JakartaNikson, Hardianto, Ade Irawan

NTBAgus Talino, Syamsudin Karim,

Izzul Khairi, Raka Akriyani

SurabayaBambang Wiliarto

Kantor Redaksi

Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon : (0361)225764,

Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001.

Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602,

Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalam Bangau No. 15 Cakranegara

Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257 Manajer Iklan: Suryanta,

Manajer Sirkulasi: Budiarta, Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A,

Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00,

Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP,

PenerbitPT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an

Pt.Bali Post.Dicetak di Percetakan BP

Seni prasi adalah karya lukisan dan tulisan dengan huruf Bali berbahan daun lontar dan pisau kecil (temutik/pangerupak) sebagai alat melukis. Tema lukisan

biasanya mengambil wiracarita Ramayana, Mahabharata, Tantri dan Sutasoma. Seni prasi ini semacam komik yang dilukis di atas kertas. Seni prasi yang penger-jaannya cukup rumit itu berkembang di Desa Tenganan dan Desa Sidemen, Karangasem. Melukis seni prasi diperlukan ketekunan dan kesabaran yang cukup tinggi. Memang jika diukur secara finansial rupanya tidak seimbang pendapatan (jika dijual) dengan pengerjaannya yang mengandung seni tinggi itu. Saran saya, seni prasi yang diperkirakan berkembang sejak Raja Dalem Waturenggong yang memerintah di Bali itu jangan ditinggalkan apalagi senimannya ngambul. Seni prasi janganlah terlalu dikomersialkan tetapi manfaatkanlah sebagai hobi dan sebagai barang peninggalan yang adiluhung.

Wayan Beratha YasaKapal, Mengwi, Badung

Dengan dilakukannya kajian ulang oleh Universitas Hasanudin di mana pernyataan dari Univ. Hasanudin katanya Teluk Benoa layak untuk dire-

klamasi, saya mengimbau kepada masyarakat Bali yang mencintai lingkungan alam Bali dan apa pun idiologi Bapak/Ibu mari kita bersatu menyatukan penda-pat untuk mempertahankan keajegan Bali. Kita sebagai masyarakat Bali yang mencintai Bali jangan sampai mau diadu domba oleh masyarakat luar Bali yang belum tentu tahu tentang Bali, dan masalah ini harus kita sikapi dengan hati yang jernih. Kita sebagai orang Bali wajib untuk melestarikan lingkungan alam Bali. Dengan adanya kajian ulang yang dilakukan oleh Univ. Hasanudin cs., saya mohon kepada Yth. Bapak/Ibu anggota Dewan di Provinsi Bali maupun Kodya/Kabupaten secara kelembagaan harus bersikap, kalau tidak bersikap, menurut prediksi saya berarti Bapak/Ibu Anggota Dewan setuju dengan adanya reklamasi Teluk Benoa.

I Nyoman WisnaDusun Bucu, Desa Paksebali, Kec. Dawan, Klungkung

Banyak orang menjuluki Kota Denpasar sebagai kota satelit, kota metro-politan, kota budaya dan lain-lain. Hal itu karena Kota Denpasar menjadi

sentra ekonomi bagi kaum urban yang ada di Bali maupun luar Bali. Majunya perekonomian Kota Denpasar ditandai dengan maraknya pemasangan reklame, LED TV, baliho, spanduk dan lain-lain di pinggir jalan dengan berbagai ukuran, sehingga membuat wajah Denpasar menjadi indah, ingar-bingar dan terang benderang terutama pada malam hari. Di balik terang benderang dan indahnya Kota Denpasar, ternyata masih menyisakan kegelapan di beberapa sudut kota yang disebabkan oleh matinya beberapa titik lampu penerangan jalan (LPJ) sampai berbulan-bulan. Matinya beberapa LPJ di daerah tersebut sudah dua kali dilaporkan warga, namun tetap saja tidak ada petugas yang memperbaiki.

Luh Ati AstitiLink. Anyar Kaja Kerobokan

Kec. Kuta Utara, Badung

Page 5: Majalah Bali Post Edisi 22

5

Page 6: Majalah Bali Post Edisi 22

6

K I L A S B E R I T A

27 Januari - 2 Februari 20146

Kasus Hambalang akhirnya me-nyeret mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Ur-baningrum sebagai tersangka.

Bahkan, Jumat (10/1), Anas masuk ruang tahanan KPK setelah menjalani pemeriksaan sekitar lima jam. Anas harus mengenakan jaket oranye tanda dia harus menjalani tahanan.

‘’Saya berterima kasih hari ini di-tahan, yang tanda tangan (menanda-tangani-red) penahanan adalah Pak

Abraham Samad, kedua terima kasih kepada penyidik yang hari ini memer-iksa saya adalah Pak Endang Tarsa dan Pak Bambang Sukoco dan terima kasih kepada tim penyelidik dip-impin Heri Mulianto, dan lain-lain,’’ kata Anas seusai diperiksa. Ia juga mengaku berterima kasih kepada Ketua Umum Partai Demokrat saat

ini, Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Presiden Republik Indonesia. ‘’Di atas segalanya saya berterima kasih kepada Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), semoga peristiwa ini punya arti, punya makna dan men-jadi hadiah Tahun Baru 2014, yang lain-lain nanti saja, yang saya yakin adalah ketika kita berjuang tentang kebenaran dan keadilan, ujung-nya kebenaran akan menang. Terima kasih,’’ ungkap Anas yang mengenakan rompi tahanan KPK berwarna oranye di balik baju putih Per-himpunan Pergerakan Indonesia (PPI). ‘’Yang bersangkutan ditahan di rutan Jakarta Timur kelas 1 cabang KPK untuk 20 hari pertama,’’ kata Juru Bicara KPK Johan Budi. Pemeriksaan tersebut pertama bagi Anas se-bagai tersangka setelah pada pemanggilan 31 Juli 2013 dan 7 Januari 2014 tidak memenuhi panggilan.

l Wandi

TIGA warga Desa Munduk, Kecamatan Banjar, tewas setelah menenggak minuman keras (miras) jenis arak yang diduga dioplos. Sementara 13 orang lainnya dirujuk ke RSUD Buleleng lantaran masih mengalami tanda-tanda keracunan. Selain itu, ada tujuh warga lainnya yang ikut pesta miras tersebut memeriksakan kesehatannya di Lab. Prodia Singaraja. Ketiga korban masing-masing Made Dwi Adnyana (45), meninggal Minggu (12/1). Sementara dua korban lainnya yaitu Komang Rudi Alam (35) dan Gede Suta Arjana (45) meninggal Selasa (14/1). Ketiga korban merupakan warga Dusun Taman, Desa Mun-duk, Kecamatan Banjar. Awal kasus keracunan miras tersebut ketika korban Dwi Adnyana menghadiri upacara ngaben seorang warga. Di acara itu, korban Dwi menenggak arak yang disiapkan. Pada Minggu (12/1), Dwi tewas keracunan namun belum diketahui apa karena kera-cunan arak. Belakangan saat acara magebagan di rumah duka, warga beramai-ramai begadang di rumah korban Dwi Adnyana. Arak yang tersisa itu dikeluarkan dan dikonsumsi ramai-ramai, Senin (13/1) lalu. Tak disangka arak itu membawa petaka bagi kedua korban. Selasa dini hari, dua korban langsung dibawa ke RSUD Buleleng guna mendapat pertolongan. Sayangnya, tim dokter gagal melakukan pertolongan. Korban Rudi Alam tewas pada Selasa pukul 03.00 wita. Sementara Sutha Arjawa tewas satu jam kemudian.

l Mudiarta

Kasus Hambalang Akhirnya Seret Anas

Arak Pembawa Petaka

MBP/mud

Page 7: Majalah Bali Post Edisi 22

7

27 Januari - 2 Februari 2014 7

KONDISI infrastruktur di kawasan Pan-tai Kedonganan masih belum memadai. Di sejumlah titik terutama di sekitar pasar ikan tradisional, bisa dijumpai kondisi jalan yang kurang layak dan sampah yang berserakan. Kondisi ini menimbulkan kesan kumuh dan sangat kontras dengan status Kedonganan yang telah ditetapkan sebagai kawasan mi-napolitan di Badung.

Di belakang pasar ikan atau dekat pintu masuk sebelah selatan yang menuju Koperasi Unit Desa Mina Segara Kedonganan, akses jalan sepanjang sekitar 100 meter di lokasi ini sama sekali tidak diaspal atau di-paving. Selain berlubang dan bergelombang, genan-gan air ketika hujan turun akan sangat mudah terbentuk. Jalan becek, licin, dan genangan air membuat kawasan ini terkesan kumuh. Kesan kumuh akibat minimnya infrastruktur makin lengkap dengan banyaknya sampah yang berserakan. Sampah yang ditimbun di dekat SPDN Kedonganan juga kerap menimbulkan bau tak sedap.

Dimintai konfirmasi masalah ini, Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakanlut) Kabupaten Badung I Made Badra, Minggu (12/1), mengakui saat ini penataan infrastruktur untuk kawasan Ke-donganan masih perlu dilakukan. Menurut rencana, katanya, penataan Kedonganan ber-lanjut hingga tahun 2015 mendatang. Khusus akses jalan, proyek pavingisasi belum bisa dilakukan segera.

l Dedy

AKSI pencurian pratima kembali terjadi. Mengawali tahun 2014 ini, pra-tima di pura milik Jro Mangku Murdha (59) dibobol maling. Pura yang menjadi sasaran maling ini berlokasi di Jalan Cokroaminoto, Gang Bangau, Nomor 19 Denpasar. Sedikitnya dua pratima berbentuk patung orang (Rambut Se-dana) yang terbuat dari uang kepeng dan

bunga emas yang disimpan di piasan merajan raib disikat pencuri. Sumber di kepolisian, Selasa (14/1), mengatakan pencurian ini baru diketahui pada Min-ggu (12/1) dini hari. Saat itu, saksi Jro Mangku yang tinggal di Jalan Wibisana Barat Gang IV Nomor 36 Denpasar ini hendak membersihkan pamerajan pura. Namun, saat membersihkan piasan merajan ia langsung kaget, karena dua pratima Rambut Sedana yang terbuat dari uang kepeng dan bunga emas tidak ada di tempatnya. Dalam aksi pencurian ini, diduga pencuri masuk dengan mudah karena tidak ada yang jaga. Kapolsek Denbar Kompol Erwin Pratomo yang dimintai konfirmasi ka-sus ini mengatakan pihaknya langsung melakukan penyelidikan di lokasi pen-curian. Selain itu, petugas juga sudah memeriksa sejumlah saksi dan melacak sidik jari pelaku di pura tersebut.

l Manik

KOBARAN api yang mengamuk selama hampir 10 jam, menghanguskan sebuah kota kuno kecil Tibet di Cina Ba-rat daya. Kota kuno ini sangat terkenal di kalangan wisatawan. Ratusan bangunan hangus setelah kendaraan pemadam tak mampu melewati jalanan yang sempit menuju TKP. Media nasional meng-utip pernyataan pemerintah local pada Minggu (12/1), mengatakan api dimulai dari sebuah penginapan dan dikatakan

insiden tersebut merupakan kecelakaan. Api mulai berkobar sekitar pukul 01.30, Sabtu (11/1), di Dukezong, kota kuno yang usianya lebih dari 1.000 tahun dan terkenal dengan jalanan berbatu yang sangat terawat, struktur bangunan kuno dan kebudayaan Tibet. Dukezong meru-pakan bagian dari Kabupaten Shangri-La yang terkenal akan keindahannya di perfektur Deqen.

l Agustoni/ap

Kawasan Minapolitan Kedonganan Kumuh

MBP/ded

Pencurian ’’Pratima’’ Kembali Terjadi

MBP/nik

Kota Kuno Tibet Hangus Terbakar

MBP/ap

Page 8: Majalah Bali Post Edisi 22

8

L A P O R A N U T A M A

27 Januari - 2 Februari 20148

Munculnya kajian baru reklamasi Teluk Benoa, terus menuai ke-caman. Tidak hanya dari ka-langan akademisi dan sejumlah

pakar namun veteran pejuang angkatan 45 juga turut menyuarakan penolakan reklamasi di Teluk Benoa.

I Wayan Rugeg, satu dari sekian ban-yak tokoh pejuang angkatan 45 dari Desa Pekandelan, Kerambitan Tabanan, menya-takan sangat geram akan isu yang tidak ada hentinya ini. Dirinya bahkan mengatakan, Bali saat ini identik sebuah kereta berjalan. “Banyak penumpang liar turut memberi penilaian bahkan memanfaatkan ketenaran Bali,” tegasnya.

Meski sudah berusia hampir 96 tahun, dirinya tetap lantang menyuarakan peno-lakan atas rencana reklamasi Teluk Benua. Alasannya, Teluk Benoa memiliki sejarah di zaman penjajahan dulu. “Teluk Benoa dulunya merupakan lokasi atau benteng agar para penjajah tidak bisa masuk khususnya ke wilayah Denpasar,” ceritanya.

Ia berharap para pemimpin tidak disan-dera oleh investor. “Pemimpin-pemimpin Bali dan penguasa jangan disandera oleh investor, se-bab akan merusak budaya Bali,” ujarnya.

Sementara itu akademisi Unud Prof. Sutjaja menilai, apa yang dihasilkan Unhas atas permintaan PT TWBI adalah yang biasa. Sutjaja mengatakan, sepanjang studi kelayakan tersebut hanya sebatas kajian dan tidak digunakan untuk melegalisasi rencana reklamasi seluas 838 ha, maka tidak perlu dikhawatirkan. “Studi kelayakan dari Un-has tersebut hanya menjadi milik pribadi PT TWBI. Karena jika digunakan untuk melegalisasi Teluk Benoa, maka sudah tentu melanggar SK 1727,” ucapnya.

Sutjaja mengatakan, kaum akademisi dan masyarakat jangan sampai terpengaruh oleh studi kelayakan dari universitas di luar Bali itu. Sebab kajian Unud jelas menyatakan re-klamasi di kawasan konservasi Teluk Benoa tidak layak. “Apabila studi kelayakan univer-sitas di luar Bali tersebut malah digunakan, itu menandakan ada yang bersengkokol di balik masalah ini,” katanya.

Sutjaja menambahkan, masyarakat Bali kini tinggal melihat siapa nanti yang benar-benar akan membela Bali. Sebab hanya

Tuhan yang akan melindungi, atau justru para “penyembah uang” mengkhianati Bali. “Kaum akademisi diharapkan tidak akan terpengaruh oleh hasil kajian dari pihak uni-veristas di luar Bali,” tambahnya.

Praktisi hukum, Jhon Korassa mengatakan, studi kelayakan yang dihasilkan Unhas cacat hukum. “Pepres Nomor 45 tentang tata ruang kan belum dirivisi oleh Presiden, itu berarti ha-sil studi Unhas cacat hukum. Unud saja tegas menyatakan tidak layak, kok universitas lain malah sebaliknya?” tegas Jhon Korassa.

Dalam Perpres tersebut jelas dinyatakan bahwa Teluk Benoa merupakan kawasan konservasi. Siapa pun tidak bisa mengutak-atik itu, apalagi mau direklamasi. “Ini sebagai bukti dan memperjelas investor bernafsu melakukan reklamasi. Selain itu, akan men-ghalalkan berbagai cara supaya targetnya tercapai,” tambahnya.

Di samping itu, kata Ketua LBH Peta Bali ini, siapa pun yang melakukan studi kelayakan harus menyerap aspirasi masyarakat Bali. Apalagi sudah ada hasil penelitian Unud yang menyatakan tidak layak reklamasi. Teluk Benoa itu masuk wilayah Bali, sehingga baik penguasa dan pengusaha harus mendengarkan keinginan masyarakat. “Tidak bisa seenaknya, mesti mematuhi aturan dan aspirasi rakyat. Jangan semena-mena, apalagi mengabaikan kepentin-gan masyarakat Bali,” ujar Jhon Korassa.

Selain itu SK Gubernur Pastika No. 1727 tegas menyebutkan bahwa pelaksanaan studi kelayakan harus berkerja sama dengan perguruan tinggi setempat. Seperti yang ter-maktub dalam poin menetapkan angka ketiga menyebutkan ‘’melakukan kerja sama dalam melaksanakan studi kelayakan dengan pergu-ruan tinggi setempat’’. Dengan melakukan kerja sama dengan Universitas Hasanuddin Makassar, berarti PT TWBI melanggar SK Gubernur. Ketua Forum Peduli Bali Dwipa Gede Bangun Nusantara mengatakan, studi kelayakan ini jelas melanggar isi SK 1727. “Adanya studi kelayakan di luar Unud meng-indikasikan akademisi diadu domba pihak investor,” ujarnya, Jumat pekan lalu.

Pihak investor sangat ingin mengeruk keuntungan bisnis di Bali, mereka tentu melakukan berbagai upaya agar mendapat keuntungan sebesar-besarnya. “Hasil studi kelayakan Unhas akan sangat berbahaya jika

dijadikan alat pembenar untuk melakukan reklamasi. Bali kini benar-benar mau diatur oleh kekuatan luar. Kalau terus-menerus seperti ini, maka konflik horizontal sesama warga Bali mesti diwaspadai. Jika sampai terjadi konflik horizontal, maka yang harus bertanggung jawab adalah DPRD dan Gu-bernur Bali,” tegasnya.

Bangun menambahkan, ada tiga poin yang mesti dilakukan eksekutif dan legislatif di Bali. Pertama, DPRD Bali mesti segera melakukan rekomendasi pencabutan SK 1727. Kedua, Gubernur Pastika harus legowo dan melakukan pencabutan terhadap SK 1727. Ketiga, pihak investor (PT TWBI-red) agar menghormati Unud dan tidak mencari second opinion atau upaya-upaya melegal-isasi melalui penelitian di luar Unud.

Wakil Ketua LPM Bali Dr. I Wayan Wana Pariartha, S.E., M.Si. menyebut pembuat Feasibility Study (FS) reklamasi Teluk Benoa itu layak, sudah di luar nalar. Pasalnya, tidak mungkin studi kelayakan mengenai suatu hal yang besar bisa dengan mudah diselesaikan dalam waktu tiga bulan. Terlebih, para pembuat FS tandingan bukanlah orang yang tahu tentang budaya Bali. ”Saya tetap pada prinsip, yang tahu Bali adalah orang Bali. Tidak perlu kita mengundang orang lain untuk mengkaji Bali. Kita tidak mungkin bisa melihat dari segi teknis saja, tetapi harus melihat budaya, adat sehingga tidak bisa dikaji begitu saja,” ujar Wana.

Atas pro-kontra reklamasi yang kini ter-jadi di Bali akhirnya disikapi oleh pemerintah pusat. Alhasil, seluruh kawasan Teluk Benoa, Badung, akan dimanfaatkan untuk kawasan pemanfaatan umum atau kawasan budaya. Hal tersebut diungkapkan Eko Rudiyanto, Direktur Pesisir dan Laut Ditjen KP3K Ke-menterian Kelautan dan Perikanan, saat berkunjung ke Makassar.

Kata dia, rencana reklamasi tersebut kini telah diambil alih pemerintah pusat. Alasannya, kawasan Teluk Benoa adalah kawasan strategis nasional. ‘’Karena adanya dinamika di Bali, maka Menteri Kelautan akhirnya membentuk tim independen yang melibatkan beberapa perguruan tinggi. Di antaranya ITB, IPB, UGM dan Unhas untuk melakukan kajian.

l Pusat Data

Uang’’Penyembah’’

Page 9: Majalah Bali Post Edisi 22

9

27 Januari - 2 Februari 2014 9

ADA kesan sarkasme dalam demo meno-lak reklamasi Teluk Benoa di depan Kantor Gubernur Bali. Baru kali pertama sejumlah massa memakai topeng untuk menutupi wa-jahnya. Takutkah mereka, tidak! Banyak yang menilai ini bentuk sindiran untuk oknum pen-guasa yang selalu berbicara manis tetapi ada hal yang disembunyikan di balik itu. Mereka pun berujar; bukalah topengmu.

Munculnya hasil studi kelayakan (fea-sibility study/FS) tandingan dari sejumlah perguruan tinggi luar Bali yang menyatakan reklamasi Teluk Benoa layak dilakukan, terus menuai kecaman dan gelombang penola-kan. Bahkan, puluhan massa bertopeng dan mengenakan jubah hitam mendemo Kantor Gubernur Bali. Mereka mendesak Gubernur mencabut SK 1727 tentang pemberian Izin Studi Kelayakan Rencana Pemanfaatan, Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa kepada PT Tirta Wa-hana Bali Internasional (PT TWBI) selama dua tahun. Sebab, keberadaan SK itu dijadi-kan celah investor membuat kajian tandingan atas hasil FS Unud yang menyatakan tidak layak ada reklamasi di Teluk Benoa.

Dalam pernyataan sikapnya, massa yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Anti Re-klamasi (Simantri) Teluk Benoa mengatakan, semakin berlarutnya isu rencana reklamasi perairan Teluk Benoa membuat masyarakat resah. Hal itu juga dipicu SK 1727 belum di-cabut. Hal itu pulalah yang memicu lahirnya ka-jian tandingan oleh sejumlah perguruan tinggi luar Bali atas pesanan pihak investor. Selain berharap Gubernur mencabut SK 1727, sikap tegas DPRD Bali juga masih ditunggu publik terkait munculnya studi kelayakan tandingan dari Universitas Hasanuddin. Anggota DPR-RI dapil Bali Wayan Koster, mendesak DPRD Bali

memanggil pihak perguruan tinggi luar Bali yang membuat kajian tandingan rencana rekla-masi dengan hasil layak. Padahal sebelumnya, hasil kajian (FS/feasibility study) Unud secara tegas dan final menyatakan reklamasi Teluk Benoa tidak layak. “Ini hasil yang tak sinkron. Tentu DPRD Bali perlu mengundang lembaga yang melakukan studi kelayakan tandingan itu,” kata Koster.

Namun anggota DPRD Bali malah melem-par bola reklamasi ini ke Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Menurut Ketua Komisi III DPRD Bali IGM Suryantra Putra, mestinya Gubernur Pastika yang lebih dulu memanggil pihak investor PT TWBI dan pihak perguruan tinggi luar Bali. “Mestinya Gubernur yang lebih dulu memanggil investor (PT TWBI) dan perguruan tinggi yang melakukan kajian tandingan itu, bukan kami di Dewan,” kata Suryanta Putra ditemui terpisah. Koster yang anggota Komisi X DPR-RI dari Fraksi PDI-P itu menegaskan, DPRD Bali mestinya proaktif dan berinisiatif mengundang pihak perguruan tinggi yang melakukan kajian tandingan itu supaya mepresentasikan hasil kajiannya. “Kita harus tahu apa parameter hasil kajiannya se-hingga tidak membingungkan publik. DPRD juga harus mengkaji dan cermat melihat hasil kajian tandingan itu,” kata Koster.

Ia juga mengaku bingung kenapa hasil kajian tandingan itu hasilnya layak reklamasi

sebab hasil FS Unud sebelumnya telah me-nyatakan reklamasi Teluk Benoa tidak layak. Menurutnya, mestinya kajian yang dilakukan perguruan tinggi luar Bali itu menggunakan parameter yang sama dengan parameter yang dilakukan Unud. “Kalau kajian lain itu sama-sama objektif secara akademik dan ilmiah mestinya hasilnya sama. Tetapi ketika ada dua kajian ini, kita tidak bisa langsung katakan mana yang benar mana yang salah. Makanya DPRD mesti membandingkan ka-jian Unud dan dari luar Unud. DPRD harus bersikap, jangan diam, dan harus proaktif ter-hadap hasil kajian tandingan ini,” katanya.

Saat ditanya terkait aspek hukum bahwa masih ada Perpres Sarbagita sehingga ka-wasan konservasi Teluk Benoa tak boleh direklamasi, Koster menegaskan mestinya aspek hukum itu masih sebagai parameter da-lam kajian reklamasi yang dibuat perguruan tinggi luar Bali. “Aspek hukum harus masuk dalam kajian. Tetapi selain kajian, lihat juga kondisi riil dan psikologis masyarakat Bali atas rencana reklamasi itu,” katanya.

Sementara itu Suryantra Putra menegas-kan pihak DPRD Bali secara kelembagaan memang perlu menyikapi hasil kajian tand-ingan ini. Namun, Gubernurlah yang harus lebih dulu menyikapinya.

l Widana

Bukalah Topengmu

Massa memakai topeng dan jubah hitam saat berdemo di depan Kantor Gubernur Bali. Mereka menuntut Gubernur Mangku Pastika untuk mencabut SK 1727 yang meberikan izin PT TWBI untuk melakukan studi kelayakan.

Page 10: Majalah Bali Post Edisi 22

10

27 Januari - 2 Februari 201410

S E J A R A H

Ada Apa Sebenarnya?Lokasi yang terletak di hutan lereng

bagian barat Gunung Lawu (yang ser-ing dianggap sakral oleh yang percaya) di dekat perbatasan Jawa Timur den-gan Jawa Tengah itu, para penganut kepercayaan bersifat mistis dan oleh masyarakat sekitar, menyatakan kalau hutan itu sakral. Terlebih di dalamnya terdapat pesanggerahan yang dinamai Pesanggrahan (atau dalam bahasa Jawa disebutnya Palereman) Srigati, sebagai tempat bermukimnya makhluk gaib.

Di tempat itulah, para pengikut spiri-tual dalam bulan-bulan Jawa tertentu berziarah, bersemedi atau tirakatan. Di dalam bangunan rumah kecil, di mana di dalamnya kelihatan jelas replika mahkota (aslinya sudah lama rusak) Raja Brawi-jaya dari Kerajaan Majapahit yang pernah menguasai Nusantara bersama Mahapatih Gajah Mada. Suatu waktu, ketika Ngawi menjadi wilayah Majapahit yang berpusat di dekat Kota Mojokerto, Jatim, dan men-jadikan daerah Ngawi sebagai wilayah dengan sebutan ‘Daerah Swatantra’ dan ‘Naditira Pradesa’ (dimulai Juli 1358) itu, sang Raja Hayam Wuruk atau juga Brawijaya, sengaja beristirahat dan berse-medi di hutan Ketonggo. Untuk menjadi kenang-kenangan bagi rakyat di daerah itu, mahkotanya kemudian ditinggalkan sebagai ‘wakil’ dirinya.

Hingga kini, mahkota Raja Majapahit yang dianggap mewakilinya itulah yang dihormati. Juga lokasi itu yang dianggap cocok untuk bersemedi, juga dihormati. Di situ dibuat bangunan rumah untuk menempatkan mahkota tersebut, serta bangunan bagi mereka yang akan men-jalankan semedi.

Kompleks itulah yang dinamai para pengikutnya sebagai “Srigati”. Mahkota itu diletakkan di atas meja dan sekeliling ditutup dengan kelambu. Sedangkan jauh di depan bangunan tersebut, didirikan gerbang bertuliskan “Palereman Alas Ketonggo Srigati” Desa Babadan, Ke-camatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pemberian nama Palereman dari asal kata lerem (beristirahat, tenang), yakni mengingat sewaktu Raja Brawijaya ber-lerem di situ.

Peristiwa demikian sangat berarti bagi rakyat di kawasan Ngawi saat itu, karena rombongan dari Keraton Majapahit ke Ngawi dengan kapal (kayu) menyusuri Bengawan Solo, karena di zaman itu belum ada jalan darat yang menerobos hutan lebat antara Trowulan, Mojokerto hingga Ngawi.

Yang menarik, kalaulah anda berkun-jung ke sana dalam awal bulan Jawa Suro, tepat pada malam tanggal 15 saat bulan purnama, maka hampir seluruh pengikutnya berdatangan untuk meng

Palereman Srigati

’’Wakil’’ Hayam Wuruk Tetap TerjagaKetika kaki menginjakkan kaki di batas hutan Ketonggo yang lebat oleh

pepohonan jati bercampur pohon hutan lainnya, dalam kawasan Perum Perhutani Unit II Jatim itu, teringat pesan seorang kenalan yang tinggal di Kota Ngawi: kalau masuk kawasan hutan itu, perlu bertingkah sopan

dan hati-hati. Malahan seorang kakek tua yang dianggap ‘juru kunci’ hutan itu pernah berkisah, apabila seseorang yang memasuki hutan itu jauh ke dalam, jan-gan kaget ketika tiba-tiba di hadapannya akan bertemu dengan jalan bersimpang. Kalau salah pilih,-- biasanya memilih jalan setapak yang baik, bukan yang rimbun oleh belukar,-- maka ketika memasuki jalan setapak yang baik itu ke dalam hutan, biasanya tidak akan kembali ke rumah. Tersesat di hutan belantara lereng barat Gunung Lawu di Kabupaten Ngawi.

Gerbang Srigati yang terletak di ping-gir hutan Ketonggo yang lebat oleh pepohonan jati bercampur pohon hutan lainnya. Di tempat inilah para pengikut spiritual dalam bulan-bulan Jawa tertentu berziarah, bersemedi atau tirakatan. Inzet; replika mahkota (aslinya sudah lama rusak) Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang pernah menguasai Nusantara bersama Mahapatih Gajah Mada.

Page 11: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 2014 11

hadiri upacara pergantian kelambu yang disebut Ganti Langse. Ada upacara semedi, kirim doa, kemudian acara kes-enian tarian Jawa Bedoyo Srigati. Tarian seperti tari Srimpi itu khusus diciptakan dalam upacara itu, yakni ditarikan oleh 10 penari puteri. Kesemuanya harus masih gadis dan cantik. Karena gerakan tarian yang gemulai, Bedoyo Srigati tidak jarang dipentaskan untuk penyambutan tamu-tamu VIP di Pendopo Kabupaten

Ngawi. Bagaimana dengan kelambu lama yang berusia setahun lewat? Bekas kelambu yang lama disobek-sobek untuk dibagikan kepada pengunjung yang sal-ing berebut.

Asalkan ada niat baik, panitianya mempersilakan siapa saja berkunjung ke Pesanggrahan Srigati, terutama di tanggal Jawa 15 bulan Suro. Untuk men-capainya, tidaklah sulit bila menggunakan kendaraan sendiri. Dari Kota Ngawi

menuju kota Kecamatan Paron yang kira-kira 7-8 km, lalu melanjutkan arah barat laut, kira-kira 10 km, tibalah di Babadan. Jalan beraspal baik, Kendaraan umum pun bisa digunakan atau disewa. Bila mau ikut bersemedi hingga malam hari, untuk ma-kanan malam bisa didapat di kedai-kedai darurat di luar pagar pesanggrahan. Atau bawa makanan sendiri.

l Amak Syariffudin

Page 12: Majalah Bali Post Edisi 22

12

Awal tahun 2014 menjadi tahun polemik bagi pemerintahan di Pemprov Bali. Silang ke-pentingan eksekutif-legislatif

soal dana hibah membuat hubungan dua pilar pemerintahan ini tegang. Polemik ini mengerucut pada tidak cairnya ra-tusan proposal permohonan dana hibah yang direkomendasikan DPRD Bali. Nilainya juga fantastis mencapai Rp 200 miliar.

Ngadatnya dana politik bagi para anggota DPRD Bali ini pun membuat gerah politisi di Renon. Gubenur pun dipanggil. Namun, hasilnya hanya janji, bahwa proposal dana hibah ini bisa di-fasilitasi tahun perubahan 2014. Fakta politik di awal tahun ini pun mengun-dang beragam persepsi.

Pengamat politik yang juga aktivis ICW Bali Putu Wirata Dwikora menu-ding ada kepentingan terselubung dalam polemik dana hibah ini. ‘’Hibah selama ini banyak dijadikan pelumas politik. Politisi ngotot agar hibah cair karena mereka penunjang kepentingan politik. Dengan dana hibah mereka bisa memper-lancar ambisi untuk kembali ke Renon, dengan status wakil rakyat,’’ ujarnya.

Kisruh dana hibah yang terjadi di era Gubernur Bali Mangku Pastika oleh publik dianggap menjadi catatan buruk dalam sejarah pengelolaan APBD Pem-prov Bali. Terlebih kisruh ini melebar pada ‘’ngadatnya’’ gajian para PNS di lingkungan Pemprov Bali. Bahkan, gaji DPRD Bali juga molor. Kegagalan eksekusi atas proposal bansos ini harus dievaluasi dan perencanaan ke depan harus lebih matang.

DPRD Bali yang mempunyai fungsi kontrol juga harus sejak awal mengawal dan mengawasi. “Kisruh dana hibah ini juga menjadi indikasi good and clean governance di pemprov belum berjalan optimal,” pungkas Putu Wirata Dwikora.

Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Badung AA Ngurah Alit Wira-putra mengatakan, kisruh dana hibah ini

merupakan kesalahan bersama pihak DPRD Bali dan pihak eksekutif (Gu-bernur Bali). Bahkan diduga banyak penyimpangan bansos mulai dari adanya potongan atas uang masyarakat, proposal fiktif, harga di-mark up hingga adanya pengakuan suap oleh anggota Dewan dalam pengurusan dana hibah. “Ini kesalahan bersama pihak legislatif dan eksekutif. Para anggota Dewan juga tak memberi informasi yang memadai terkait administrasi dana hibah ini kepa-da masyakarat. Jadi jangan masyarakat yang disalahkan, padahal mereka sudah berusaha keras dan begadang meleng-kapi administrasinya,” katanya.

Di lain pihak, Pengamat ekonomi Universitas Udayana (Unud) Prof. Dr. I Made Kembar Sri Budhi, MP. justru menilai banyaknya dana hibah hak masyarakat di APBD induk dan peruba-han 2013 yang tidak cair membuktikan lemahnya kinerja Pemprov Bali. Ini bisa menjadi indikasi good and clean governance (pemerintahan yang baik dan bersih) di Pemprov Bali belum ber-

jalan optimal dan hanya slogan. Tidak cairnya dana hibah ini juga mengebiri dan memasung hak rakyat dan kerugian besar harus ditanggung rakyat sebab tak bisa menjalankan kegiatan yang telah dirancang. “Kalau dana hibah ini sudah diperdakan dan proposal sudah diajukan masyarakat lengkap dengan adminitrasinya, tetapi malah tidak cair maka sama juga itu artinya memasung dan mengebiri hak masyarakat yang seharusnya mereka peroleh,” katanya.

Menurutnya, begitu alokasi dana hibah untuk masyarakat ini diperdakan maka menjadi kewajiban bersama pihak eksekutif dan legislatif untuk mengawal dan memenuhi hak rakyat. “Kalau tidak bisa cair ini menjadi tanggung jawab penuh pengelola anggaran yakni pihak eksekutif. Jangan sampai rakyat yang disalahkan sebab mereka sudah berusaha melengkapi administrasinya kendati dalam waktu yang sangat ter-batas,” katanya.

l Dira/Widana

27 Januari - 2 Februari 201412

P O L I T I K

SUASANA - Sidang DPRD Bali.

Menggugat Hibah, Membidik Kursi

Page 13: Majalah Bali Post Edisi 22

13

Page 14: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201414

L I N G K U N G A N

Mulai tingginya curah hujan di kawasan Baturiti Tabanan, dalam beberapa hari tera-khir menyebabkan sejumlah

petani sayur merugi. Harga jual sayur di pasaran dipastikan turun drastis.

Salah satu petani sayur organik di kawasan Dusun Kembang Merta, Wayan Balik Ardita mengatakan, biaya opera-sional menanam sayur di musim hujan biasanya lebih tinggi dibandingkan di musim kemarau. Pasalnya, setiap petani sayuran tertentu harus menyiapkan dana rangkap khusus di musim hujan. Pasal-nya, para petani mesti menyediakan ‘’payung’’ untuk pelindung tanaman. Jadi petani mesti membeli plastik sebagai pelindung tanaman untuk menjaga tana-man sayur agar tidak busuk terkena air hujan. Penambahan biayanya bisa men-capai ratusan ribu per satu bed (satu lajur garis pundukan). Meski begitu, upaya itu tidak sepenuhnya menjamin produksi petani menjadi sama seperti musim ke-marau. Penurunan produksi tetap saja

terjadi. Bahkan mencapai 50 persen dari biasanya, mengingat minimnya cahaya matahari membuat pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal. ‘’Panen saat ini otomatis membuat harga sayur turun. Padahal, di musim hujan perawatan tanaman memerlukan perhatian ekstra. Berarti mesti ada biaya lebih yang mesti ditanggung,’’ ujarnya.

Dikatakannya, harga sayur yang men-galami penurunan di antaranya wortel, sayur hijau, salada, bit, peterseli yang semua jenis tersebut menjadi salah satu komoditi dari 10 jenis yang dia kembang-kan diluas lahan 5 are. Katanya, sekarang ini harga sayur hijau di tingkat petani Rp 8.000 per kg, turun dari harga sebelum-nya Rp 10.000 per kg. Salada juga turun menjadi Rp 20.000 per kg dari harga Rp 25.000 per kg sebelumnya. “Untungnya anjlok harga sayur ini tidak membuat rugi banyak. Sebab, dari sepuluh jenis sayur yang saya kembangkan, ada beberapa har-ganya yang mahal, meski ada juga yang murah. Petani harus jeli melihat situasi,

jangan berkomoditas pada satu jenis sayur saja,” ujarnya.

Mustika, petani hortikultura lainnya mengatakan, sebagian besar harga sayur di tingkat petani saat ini mengalami penurunan. Kondisi ini diakuinya tidak menguntungkan petani, mengingat ketika awal tanam sekitar 3-4 bulan lalu biaya produksi yang harus ditanggung cukup besar karena sudah memasuki musim hujan, namun ketika panen harga malah menurun. “Harga sayur yang mahal saat ini paling hanya tomat, kol, cabai yang memang cepat busuk terkena air hujan. Sedangkan sayur lainnya, harganya malah turun karena produksi yang meningkat pada musim panen ini,” tandasnya.

Kendati mengalami masalah bertubi-tubi, Mustika tetap ingin menanam sayur. Dirinya berharap, harga jual tana-man sayur dapat merangkak naik dalam waktu dekat. Sehingga, dirinya masih memeroleh keuntungan dari menanam sayur. ‘’Kalau harga jual tinggi, otomatis masih bisa untung,’’ katanya.

Perkembangan produksi pertanian hortikultura di Bali khususnya di wilayah Tabanan ternyata tidak hanya dipengar-uhi musim, sektor yang menghasilkan bahan baku konsumsi ini juga sangat bergantung pada pertumbuhan sektor pariwisata di Pulau Dewata. Selama ini sebagian besar hasil produksi hortikultura lokal terserap ke sejumlah kalangan hotel dan restoran di Bali sebagaimana diung-kapkan Wayan Balik Ardita. Bahkan itu sudah berlangsung cukup lama karena dirinya telah memiliki konsumen tetap yang selalu membeli produksinya setiap musim panen tiba.

Hal senada diungkapkan Sucita, petani sejenis lainnya. Kata dia, sektor pari-wisata di Bali jadi pangsa pasar potensial bagi pemasaran komoditi hortikultura saat ini. Betapa tidak, beberapa jenis produksi sayur impor yang cukup banyak dikem-bangkan petani lokal menjadi kebutuhan sejumlah kalangan hotel dan restoran di Bali selama ini.

l Dewi Puspa

Nyayur di Musim Hujan

Mesti Sedia ’’Payung’’

MBP/swasrina

Bertanam sayur di musim hujan memerlukan tambahan biaya ekstra untuk membeli plastik pelindung tanaman.

Page 15: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 2014 15

Tingginya intensitas hujan be-berapa pekan terakhir membuat sejum-lah petani bawang dan sayuran lainnya di Kawasan Batur Kintamani resah. Mereka khawatir hasil panen tidak akan maksimal.

Guyuran hujan hampir setiap hari men-gakibatkan tanaman bawang membusuk. Jro Saba Ketua Kelompok Tani Mertha Jaya, Banjar Dalem, Desa Songan, Kin-tamani, Rabu (15/1), menuturkan curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap kondisi tanaman hortikultura. Tanaman bawang yang daunnya busuk, secara tidak langsung memengaruhi umbi di bawahnya. ‘’Umbi-umbinya kecil kecil,’’ keluhnya.

Jro Saba mengaku, sejumlah tana-man bawang milik petani di Songan dan sekitarnya saat ini sudah mendekati masa panen. Sekitar 2-3 minggu ke depan, bawang yang ditanam petani sudah bisa dipanen. Namun kondisi cuaca yang tak bersahabat, membuat mereka pesimis

terhadap keberhasilan panen bawang kali ini. ‘’Akibat cuaca ini tanaman petani terancam gagal panen,’’ imbuhnya.

Selain bawang, para petani menanam tomat, kubis, cabai dan dan manias (po-hon jepang). Hanya saja, dibanding 5 atau 10 tahun lalu, masyarakat di daer-ahnya yang menanam bawang semakin sedikit. Hal itu karena perubahan sistem pengairan pertanian. Selain itu, tanaman bawang sangat rentang dengan cuaca. ‘’Untungnya juga tidak bisa maksimal jika dibandingkan dengan tomat. Hanya saja, bawang merah selama ini masih menjadi barometer dan standar para petani di sini,’’ ujarnya.

Di samping itu, para petani bawang juga harus menyiapkan tempat (kandang bawang) untuk menyimpan hasil panen mereka. Sebab, sebelum dijual, bawang yang baru dipetik harus dikeringkan da-hulu di kandang selama beberapa minggu. Jika tidak, harga jual bawang yang masih basah akan sangat rendah.

Sementara itu, musim penghujan kali ini juga dirasakan cukup mengganggu para petani sayuran di kawasan Kedisan, Kintamani. Menurut Kadek Sriadi, petani yang kesehariannya menanam selada di dekat Danau Batur, musim penghujan kali ini menyebabkan hasil panen mero-sot. Jika sekali panen biasanya mampu menghasilkan selada sekitar 100 kilo-gram, sejak musim hujan akhir-akhir ini pihaknya hanya dapat memanen sekitar 30 kilogram. Penurunan hasil panen yang cukup drastis itu karena tanaman selada cepat busuk karena terlalu banyak air.

Untuk menyiasatinya agar tanaman selada tak cepat busuk, selama musim penghujan ini, ribuan bibit tanaman selada yang sudah ditanam di kebun ditutup bagian atasnya dengan plastik. ‘’Plastik itu diguna-kan agar tanaman selada tak banyak kena air. Nanti kalau mau disiram, plastiknya biasanya kita buka lagi,’’ kata Sriadi.

l Swasrina

MBP/swasrina

Menanam sayur di musim hujan mesti ditutup dengan plastik agar tak banyak kena air

Terancam Gagal Panen

Page 16: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201416

O P I N I

Catatan Indonesia Corruption Perception Index 2012 makin memburuk. Pada tahun 2009 CPI Indonesia berada pada

ranking 111, namun meningkat atau memburuk menjadi 118 pada tahun 2012. BPS menyimpulkan bahwa pen-didikan berpengaruh cukup kuat pada semangat antikorupsi. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2012 sebesar 3,55 dari skala 5 yang berarti masyarakat Indonesia sebenarnya telah berada pada kecenderungan antikorupsi. IPAK pada wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi (3,66) dibanding di wilayah perdesaan (3,46). IPAK cenderung lebih tinggi pada responden usia kurang dari 60 tahun dibanding usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun 3,57, usia 40 sampai 59 tahun 3,58 dan 60 tahun ke atas sebesar 3,45. Hasil survei tersebut menyiratkan bahwa semangat antikorupsi antara usia tua dan usia muda tidak berbeda secara signifikan. Namun ada temuan yang cukup menarik bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi IPAK. Responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,47, SLTA sebesar 3,78 dan SLTA ke atas 3,93. Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat antikorupsi (BPS, Mei 2013).

Pada konteks korupsi, bukan banyak atau sedikit jumlah orang yang terlibat atau berapa besar jumlah uang yang dikorupsi, tetapi lebih pada akibat yang ditimbulkan bagi masyarakat luas adalah paling tepat untuk mengukurnya. Meluas-nya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas produk yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sangat sulit, keamanan suatu negara semakin terancam, kerusakan lingkungan hidup semakin parah, dan citra pemerintahan yang semakin buruk di mata internasional sehingga dapat

menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing, menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan pada kondisi tersebut, negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan dan pembengkakan hutang negara yang berkepanjangan.

Catatan dari Transparansi Internasional (TI) Indonesia menjelaskan bahwa, seki-tar 30% sampai 40% dana menguap akibat dikorupsi 70% dari praktik korupsi terjadi pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Jika 40% dana APBN per tahun yang hilang tersebut tidak terjadi, maka akan ada sekolah gratis sampai perguruan tinggi, biaya kesehatan gratis, perumahan murah, kenaikan pendapatan, listrik murah, modal usaha rakyat, air ber-sih siap minum, transportasi umum bagus, jalanan dan jembatan bagus, rel kereta ganda seluruh pulau besar, fasilitas umum dan sosial bagus, lebih banyak bandara dan pelabuhan, industri tumbuh, jaminan sosial bagi seluruh rakyat, alutsista cukup

dan dalam kondisi baik dan baru, utang negara bisa diselesaikan dan lain-lain yang tentunya akan semakin menyejahter-akan masyarakat, yang pada akhirnya meningkatkan martabat bangsa.

Perubahan budaya adalah pilihan yang paling mungkin untuk mengurangi tindak korupsi. Perubahan perilaku para pemuda, para orangtua, guru, para pimpinan pe-rusahaan, dan penerapan hukum melekat pada sebuah budaya dalam masyarakat itu sendiri adalah metode dan teknik yang mungkin sangat ampuh.

Perubahan mental software harusnya telah terbentuk sejak masa kanak-kanak dari apa yang pernah dipelajari hingga seseorang bertumbuh menjadi dewasa. Korupsi saat ini telah mengalami mutasi, tidak hanya berbentuk uang namun lebih daripada itu yakni berupa hal-hal kecil pada awalnya seperti: mengatrol nilai siswa saat ujian padahal siswa terse-but seharusnya belum lulus, mencatat miskin warga yang seharusnya sudah tidak terkategori miskin, dan banyak hal yang tidak sesuai dengan etika, moral, dan estetika dalam bermasyarakat yang beradab.

Sudah saatnya kita menambah lapis pertahanan dengan pendekatan budaya dan membangun kejujuran. Karena begitu parahnya kondisi korupsi dan besarnya dampak yang ditimbulkannya, sudah selayaknya semua komponen masyarakat berpadu pacu untuk mencari jalan keluar mengurangi tindak korupsi. Tentunya usaha terbaik dimulai dari diri sendiri untuk tidak toleran dengan hal-hal yang mengarah pada tindakan korupsi seperti disuap, dan menyuap sekecil apa pun ben-tuknya.

Penulis, pengajar matakuliah Pendidi-kan Antikorupsi tingkat Perguruan Tinggi dan Wakil Rektor Bidang Akademik & Kemahasiswaan Universitas Dhyana Pura Bali

Perubahan Budaya Bangkitkan Antikorupsi

I Gusti Bagus Rai Utama, S.E., MMA., M.A.

Page 17: Majalah Bali Post Edisi 22

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap warganya dalam hal pelayanan kesehatan. Namun,

optimalisasi JKN haruslah benar-benar mengacu pada kualitas pelayanan, bukan sekadar tanggung jawab semu. Pemerin-tah juga harus memastikan semua warga negara menikmati layanan ini, tanpa harus ada diskriminasi.

Banyak kalangan masih meragukan op-timalisasi JKN di tahun ini. Masalahnya, selain data kependudukan amburadul, fasilitas pelayanan di tingkat puskesmas dan RSU masih belum memadai. Selain itu, hingga bulan pertama pelaksanaan JKN, pemahaman masyarakat terhadap JKN masih rendah. Dominan masyarakat mengaku belum tahu apa dan bagaimana program ini digulirkan. Selebihnya, terkait dengan optimalnya pelayanan kesehatan lewat JKN, dominan respon-den meragukannya. Responden malahan menilai program JKN hanyalah program pencitraan mengingat baru digulirkan menjelang pesta politik. JKN dinilai sarat tantangan dan hambatan.

Ketika responden disodori pertanyaan yakinkah Anda JKN mampu memberikan pelayanan kesehatan secara optimal? Mer-espons pertanyaan ini, 61 persen menga-takan tidak yakin. Diluncurkannya JKN menjelang pesta politik, akan menjadikan program ini semacam program pencitraan. Masalahnya, ketika program ini diluncur-kan tidak ada banyak pembenahan di sek-tor kesehatan. Sejumlah puskesmas malah memiliki keterbatasan, baik dari tenaga medis, paramedis termasuk persediaan obat-obatan dan peralatan medis. Bah-kan, banyak wilayah di pedesaan harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk bisa mendapat layanan pertama di tingkat puskesmas. Responden meyakini program ini pada tahun pertama pelaksanaannya hanya akan dipenuhi program-program pencitraan pemerintah.

Selebihnya, 35 persen responden meyakini JKN bisa dijadikan solusi memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat. Responden

yakin, pemerintah memiliki strategi yang jelas untuk mengakomodasi semua masyarakatnya untuk mendapat jaminan pelayanan kesehatan. Namun, kacaunya data kependudukan nasional jelas akan menjadi hambatan serius dalam melaku-kan pendataan dan pemetaan. Selebihnya, terdapat 4 persen responden tak memberi-kan jawaban atas pertanyaan ini.

Di lain hal, ternyata 54 persen

masyarakat mengaku belum memahami JKN. Masyarakat juga mengaku hanya mendengar istilah namun tak memahami apa hak-hak masyarakat dan bagaimana

program JKN ini digulirkan. Selebihnya, 40 persen responden mengaku sudah mengetahui kalau pemerintah menggu-lirkan JKN. Namun, mereka mengaku belum paham betul bagaimana layanan ini bisa diterima publik. Sedangkan 6 persen responden lainnya tak memberikan respons atas pertanyaan ini.

l Dira Arsana

27 Januari - 2 Februari 2014 17

J A J A K P E N D A PAT

Terkendala Database Kependudukan

Page 18: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201418

P E N D I D I K A N

Pemerintah daerah di Bali sudah mengalokasikan anggaran untuk menyelamatkan keberlangsungan pendidikan ribuan siswa dari

keluarga miskin. Namun, pemberian bea-siswa itu dinilai baru menyasar anak usia sekolah yang masih terdaftar sebagai pe-

serta didik di jenjang SD, SMP dan SMA/SMK. Sementara anak usia sekolah yang sudah menyandang status putus sekolah alias drop out (DO) belum ”tersentuh” oleh beasiswa tersebut. Padahal, keber-lanjutan pendidikan mereka juga wajib diprioritaskan. Menyikapi hal itu, baik Pemprov Bali maupun pemkab/pemkot se-Bali sudah seharusnya mengalokasikan anggaran guna mengembalikan siswa DO itu ke bangku sekolah. ”Nasib anak usia sekolah yang putus sekolah ini juga wajib mendapat perhatian serius dari pemerin-

tah daerah. Harus ada anggaran sejenis dana retripal untuk mengembalikan mer-eka ke bangku sekolah,” kata pengamat pendidikan Drs. Putu Sarjana, M.Si.

Menurut dosen Universitas Hindu Indonesia ini, pengucuran dana retri-pal yang khusus dimanfaatkan untuk mengembalikan siswa-siswa DO ke bangku sekolah sempat diprogramkan oleh pemerintah pusat beberapa tahun lalu. Sayang, program yang tujuannya sangat mulia itu justru dihentikan oleh pemerintah pusat. Padahal, realita yang ada di lapangan masih banyak sekali anak usia sekolah yang terpaksa menyandang predikat DO lantaran ketiadaan biaya pendidikan. ”Mengingat pemerintah pusat sudah menghentikan kucuran dana retri-pal itu, seharusnya pemerintah daerah menggantikan anggaran yang hilang itu. Di samping menyelamatkan pendidikan anak-anak dari keluarga miskin yang kini sudah berada di bangku sekolah, pemer-intah juga punya kewajiban serupa untuk mengembalikan siswa-siswa yang sudah DO ke bangku sekolah,” katanya.

Hal senada juga dilontarkan pengamat pendidikan Drs. I Made Gede Putra Wi-jaya, S.H., M.Si. Meskipun APBD provinsi maupun kabupaten/kota sudah ditetapkan, dia menegaskan program untuk mengem-balikan siswa DO ke bangku sekolah itu belum terlambat. Pemerintah daerah bisa mengalokasikan anggaran itu pada APBD Perubahan. Apalagi, tahun pelajaran baru biasanya dimulai pada pertengah Juli se-hingga anggaran untuk kepentingan tetap bisa di-cover pada APBD perubahan. ”Ya, harus ada anggaran untuk kepentingan tersebut. Pemerintah daerah jangan hanya konsentrasi untuk menyelamatkan ke-berlanjutan pendidikan siswa-siswa dari keluarga miskin saja. Anak usia sekolah yang sudah putus sekolah juga wajib dikembalikan ke sekolah sehingga menda-pat pendidikan yang layak,” ujarnya.

Lebih lanjut, pria berkumis lebat ini juga mengingatkan pemerintah daerah secara rutin melakukan pemutakhiran data siswa putus sekolah. Pasalnya, bertahun-tahun data siswa putus sekolah itu tidak beranjak dari angka 1.400-1.500 orang. Boleh jadi, jumlah riil yang ada di lapangan bisa lebih rendah atau justru jauh lebih tinggi dari angka tersebut. ”Disdikpora Bali bersama Disdikpora kabupaten/kota di Bali harus melakukan pendataan cermat ke lapangan secara rutin. Minimal pemutakhiran data siswa putus sekolah dilakukan setiap awal tahun pelajaran baru. Dengan begitu, dapat dipe-takan secara pasti kantong-kantong siswa putus sekolah itu sehingga memudahkan pemerintah daerah dalam mem-ploting anggaran untuk kepentingan tersebut,” tegasnya.

l Sumatika

Dana Retripal untuk Siswa DO

Putu Sarjana

I Made Gede Putra Wijaya

Page 19: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 2014 19

DUNIA pendidikan kejuruan (SMK) saat ini memang laris di pasaran. Pemer-intah ingin mengubah paradigma dari 60:40 untuk SMA dana SMK, menjadi 70:30 untuk SMK dan SMA.

Salah satu jurusan atau kompetensi yang paling dikejar calon siswa baru yakni Jurusan Pariwisata. Di program ini pun masih dibagi lagi menjadi Pro-gram Keahlian Perhotelan, Akomodasi Pariwisata dan Restoran (Jasa Boga). Mengapa mereka ramai-ramai memilih SMK pariwisata?

Di Denpasar hampir semua yayasan memiliki SMK yang berbasis pariwisata. Lihat saja SMKN 4, SMKN 3 dan SMKN 5 berbasis pariwisata. Sementara di swasta ada SMK PGRI 3, SMK PGRI 4, SMK K Harapan, SMK PGRI 5, SMK PGRI 6 juga berbasiskan pariwisata. Bahkan SMKN 3 Sukawati yang dulu berbasis seni tradisional kini di-mix-kan dengan program tambahan program pariwisata. Justru program baru ini sukses menambah siswa baru di sekolah ini.

Belum lagi sejumlah SMA memeta-morfosis dirinya dengan muatan bidang pariwisata yang diberi nama Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). Lihat

saja di SMA PGRI 2 Denpasar dan SMA PGRI 6 Denpasar. Program PBKL ini selain menyiapkan lulusan siap bekerja di sektor pariwisata juga untuk melanjutkan studi.

Pengamat pendidikan yang juga Kepala SMK PGRI 3 Denpasar Drs. Nengah Ma-diadnyana, M.M. wajar kalau masyarakat saat ini ramai-ramai mengejar SMK pariwisata karena ada anggapan cepat mendapatkan pekerjaan. Ini sesuai dengan misi SMK guna memenuhi tuntutan SDM pariwisata di Bali. Namun demikian itu belum jaminan murni, kalau SMK yang dikelola sekadar SMK kapur tulis alias minim praktik banyak teori.

Untuk bisa menghasilkan lulusan berkualitas dan siap kerja, dia mengatakan siswa selama tiga tahun dididik di SMK pariwisata harus padat jam kerja pengala-man di lapangan dan praktikum.

Hal ini diakui Kepala SMK PGRI 4 Denpasar Drs. I Ketut Suarya, M.M. Dia mengakui SMK berbasis pariwisata banyak mendapatkan siswa baru. Namun demikian SMK pariwisata juga perlu membuka program lainnya yang juga penting untuk menghadapi tantangan global seperti Multi Media (MM).

Namun demikian dia menegaskan

SMK harus benar-benar menjelma se-bagai SMK, bukan SMK setengah hati. ’’Sekali masuk SMK mereka harus benar-benar disiapkan menjadi calon tenaga kerja yang siap pakai,’’ ujarnya.

Sementara itu, Kepala SMA PGRI 2 Denpasar I Komang Artha Saputra, M.M. mengungkapkan dengan status sekolah umum (SMA) plus PBKL bidang pari-wisata akan mampu meningkatkan daya saing dengan SMA dan SMK sekaligus. Mereka mendapatkan program ganda di sekolah. Selain mendapatkan materi kuri-kulum SMA, siswanya diberi tambahan materi pembekalan PBKL baik berupa teori maupun praktik di lab Front Office dan jasa boga.

Program ini dia tegaskan ditunjuk oleh pemerintah pusat guna mengatasi angka pengangguran lulusan SMA yang tak bisa melanjutkan studi. Makanya dia menilai program ini pas guna merangkul lulusan SMA yang ingin cepat bekerja. Sedangkan soal penguatan keahlian dan keterampilan bisa dilakukan di dunia kerja. ’’Dengan demikian mereka bisa bekerja sambil kuliah,’’ ujarnya.

l Sueca

Ramai-ramai Serbu SMK PariwisataWali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra dan kasek dijamu siswa SMK PGRI 3 Denpasar di lab restoran.

Page 20: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201420

M A N C A N E G A R A

Budaya mudik di hari raya ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Fenomena ini juga terjadi di Cina. Menjelang

pergantian tahun baru di kalender Cina, jutaan pekerja Cina yang bertempat ting-gal di kota besar seperti Beijing bersiap pulang ke kampung halamannya.

Libur Imlek kali ini, tercatat sekira 458 juta warga Cina yang akan kembali ke kampung halamannya. Angka tersebut naik delapan persen dari tahun lalu. me-lihat kondisi tahun lalu, diperkirakan se-bagian pemudik Cina memilih perjalanan dengan menggunakan mobil dibanding kereta. Hal ini diambil karena mode trans-portasi seperti ini lebih nyaman dibanding menggunakan kereta.

Hanya saja, keinginan untuk meraya-

kan Imlek di kampung halaman sepertinya menemui halangan. Mayoritas perusahaan di Cina dikabarkan mendorong karyawan-nya untuk merayakan hari besarnya di kota tempat mereka bekerja.

Aksi mudik diperkirakan dimulai pada pertengahan pekan, demikian penjelasan Wakil Kepala Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) Lian Weiliang. Terkait itu, pihaknya meminta seluruh kementerian dan de-partemen terkait, khususnya transportasi untuk mempersiapkan seluruh sistem dan layanannya agar momentum keluarga selama merayakan Tahun Baru Cina benar-benar berjalan aman, lancar dan tertib. “Kami juga mengingatkan dengan tingginya tingkat arus perjalanan se-lama liburan Tahun Baru Cina, sebagian

masyarakat di beberapa wilayah akan kesulitan mendapatkan tiket baik untuk pulang maupun kembali. Jadi harus benar-benar dipersiapkan,” ujarnya.

Lian juga mengingatkan masyarakat juga memperhatikan kondisi cuaca saat melakukan perjalanan mengingat musim dingin masih menyelimuti sebagian wilayah di Cina. Liburan Tahun Baru Cina akan dirayakan masyarakat Cina den-gan melakukan perjalanan ke kampung halaman, berkumpul bersama keluarga dan kerabat, serta melakukan perjalanan wisata baik di dalam maupun luar negeri. Masyarakat Cina akan menikmati masa liburan nasional selama satu pekan mulai 31 Januari hingga 6 Februari.

l Gugiek Savindra

Budaya Mudik Jelang Imlek

Page 21: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 2014 21

Dewan Iklim Australia menyatakan, gelombang panas di negara itu kini lebih sering terjadi, lebih panas dan lebih lama, disebabkan terjadinya perubahan iklim. Hal itu bersamaan dengan terjadinya gelombang panas di wilayah selatan dan tenggara Australia.

Menurut laporan itu, rekor suhu panas kini terjadi tiga kali lebih sering dibandingkan rekor suhu dingin. Selain itu, jumlah hari-hari yang panas telah bertambah dua kali lipat. Laporan ini mencatat periode suhu antara tahun 1971 dan 2008.

Dewan Iklim - yang saat ini berubah status menjadi LSM sejak pendanaannya dihapuskan oleh pemerintahan koalisi pimpinan PM Tony Abbott, juga mem-perkirakan gelombang panas di masa de-pan akan lebih lama tiga hari, akan lebih

sering terjadi dengan suhu udara yang akan lebih tinggi. Pekan ini Kota Adelaide dan Kota Melbpurne diterpa gelombang panas dengan suhu udara rata-rata di atas 40 derajat Celsius. “Sangat jelas, peruba-han iklim yang menyebabkan gelombang panas lebih sering terjadi,” kata Professor Will Steffen dari Dewan Iklim.

Suhu di atas 40 derajat lebih dari dua hari berturut-turut di Melbourne, meru-pakan yang kedua kalinya terjadi sejak ratusan tahun. Di tahun 1908, Melbourne juga diterpa suhu di atas 40 derajat Celsius selama lima hari-hari berturut-turut.

Professor Steffen mengatakan, ting-ginya populasi di wilayah tenggara Australia menyebabkan tingginya pula risiko yang mungkin timbul dari terpaan gelombang panas. Ribuan rumah di Mel-bourne mengalami pemadaman karena

pemakaian listrik yang tiba-tiba melonjak secara drastis, menyebabkan pasokan menjadi tidak memadai. Pemerintah Negara Bagian Victoria menyatakan, ke-mungkinan hingga 100 ribu rumah akan terkena dampak pemadaman listrik.

Cuaca ektrim tersebut juga memen-garuhi turnamen tenis Australia Open. Beberapa petenis mengaku sangat kesu-litan bahkan petenis asal Kanada Frank Dancevic pingsan dalam pertandingan putaran pertama. Hal ini membuat tur-namen tersebut ditunda hingga suhu kembali bersahabat. Dampak perubahan iklim tentu akan sangat berpengaruh pada kehidupan di muka bumi ini maka solusi yang tepat sangat diperlukan untuk men-gatasinya.

l Gugiek Savindra

Suhu Ekstrem Landa Australia

Page 22: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201422

D A E R A H

Ibarat pepatah layu sebelum berkem-bang. Hal itu kiranya pantas meng-gambarkan kondisi rumah potong hewan (RPH) Temesi, Gianyar yang

telah menelan investasi miliaran rupiah. RPH yang dibangun dengan melibatkan tiga pemerintahan, pusat, provinsi dan kabupaten ini tak pernah mengalami masa kejayaan. Jangankan mencari untung, sejak mulai dioperasikan tahun 2008, perjalanannya tertatih-tatih, kini malah kembali bangkrut.

Bahkan sejak bulan Oktober 2013, RPH yang dibangun bertaraf internasional itu pun tak lagi melakukan aktivitas pe-motongan sapi. Karyawan pun kini diru-mahkan. Hal ini disebabkan oleh rekanan RPH Temesi, PT Dwi Putra Perkasa asal Jakarta, yang membeli daging hasil pe-motongan di RPH, kini berhenti membeli daging. PT Dwi Putra Perkasa merupakan investor ketiga yang melakukan kerja sama dengan pihak manajemen RPH Te-mesi dengan nama PT Marganta Man-dala, dengan kepemilikan saham antara Perusda Bali dan Perusda Gianyar.

Investor pertama yang bekerja sama mengelola RPH Temesi adalah PT SMS (Sumber Makanan Sehat), yang dimulai pada tanggal 20 Februari 2008. PT SMS menyampaikan minatnya mengelola RPH Temesi Gianyar, dengan pengikatan kerja sama melalui akta Notaris Nomor 55. Ruang lingkup kerja samanya, mengop-erasikan RPH milik Perusda Bali dan PD Mandara Giri, dengan kebijakan pemo-tongan ternak, penanganan/pengelolaan karkas dan daging hasil ikutannya ter-masuk pemasarannya. Dalam kerja sama itu juga disinggung mengenai bagi hasil. Pihak pertama menerima pendapatan Rp 35 ribu per ekor sapi yang dipotong di RPH dan atas penjualan sapi hidup. Kerja sama yang dijalin dengan jangka waktu 25 tahun (2008-2033). Secara resmi berhenti beroperasi 2 September 2010.

Kerja sama kedua dilakukan, 20 September 2010, oleh investor PT Bali Berlian Jaya Singaraja (BBJ). Melalui sejumlah pembahasan, secara resmi 1 Oktober 2010, PT BBJ Singaraja men-gadakan kerja sama dengan kesepakatan,

PT BBJ memberikan keuntungan bersih Rp 40 ribu per ekor. Rata-rata pemoton-gan sebanyak 200 ekor sebulan. Tahun 2012, PT BBJ mengajukan permohonan mundur mengelola RPH dengan alasan harga sapi naik.

Sementara PT Dwi Putra Perkasa ber-henti bekerja sama dengan RPH Temesi dalam hal permintaan pasokan daging sapi dengan alasan harga yang mahal. Daging yang dibeli dari RPH Temesi dikatakan jauh lebih mahal dibandingkan dengan daging impor yang diperolehnya. Untuk harga daging sapi impor, pihak rekanan dapat membeli dengan harga Rp 50 ribu per kilogram. Sedangkan daging sapi dari RPH Temesi harganya mencapai Rp 90 ribu per kilogram. “Harga tinggi itu dikarenakan harga dari sapi hidup di Bali memang tinggi berkisaran Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribu per kg,” ungkap Kepala PD Mandara Giri Putu Sugiawan yang sekaligus sebagai Komisaris PT Margantaka Mandala.

l Agung Dharmada

RPH Temesi, Layu Sebelum Berkembang

Page 23: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 2014 23

MENGURAI benang kusut yang ada di RPH Temesi memang bukan persoalan yang mudah. Investasi senilai Rp 16 miliar lebih sejak tahun 2002, yang dilakukan di bumi Gianyar Timur itu hingga kini tak surut dirundung masalah. Mulai dari pengadaan tanah hingga masuk meja kejaksaan, per-soalan manajemen dan pengoperasian RPH yang hingga kini masih belum bisa berjalan sebagaimana diharapkan.

Generasi kepemimpinan di Gianyar yang ada selama ini pun belum ada yang mampu memerankan RPH Temesi yang sejatinya merupakan harapan rakyat kecil. Dimana kehadiran RPH Temesi dapat lebih memberikan keuntungan bagi warga khususnya peternak sapi yang ada di Gianyar. Lalu, apa langkah pemerintah Gianyar saat ini?

Melalui Sekda Gianyar Ida Bagus Gaga Adi Saputra, kondisi RPH Temesi selama ini memang sudah berjalan, hanya saja masih belum maksimal sebagaimana diharapkan. Tentunya banyak persoalan yang hingga saat ini belum bisa teratasi. Di bulan Maret 2013, Pemkab Gianyar telah mengadakan rapat koordinasi dengan para pihak yang pemegang saham RPH Temesi. Salah satunya adalah membahas bagaimana mengoperasionalkan RPH Temesi ke depan menjadi lebih baik. Pascakerja sama yang terhenti sejak bulan Oktober 2013 dengan PT Dwi Putra Perkasa (DPP), melalui Kepala Purusda Mandara Giri yang juga se-bagai Komisaris PT Margantaka Mandala, Putu Sugiawan diminta segera melakukan penjajakan kembali berkenaan dengan

permintaan daging sapi. Selain itu, diharapkan juga mencari lagi

rekanan lainnya yang mau untuk menerima pasokan daging potong dari RPH Temesi. “PT Margantaka Mandala wajib men-gadakan kerja sama dengan peternak dan/atau kelompok ternak dalam penyediaan bahan baku sapi hidup, dan bekerja sama dengan pihak ketiga dalam pemasaran daging sapi,” jelasnya. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Gi-anyar juga diminta ikut mengambil peran memfasilitasi penyediaan bahan baku sapi hidup, dengan memberikan motivasi kepada para kelompok tani ternak untuk menjual ternak sapinya ke RPH.

Dinas diharapkan memfasilitasi adanya kerja sama antara PT Margantaka Mandala dengan ketua kelompok tani ternak tentang penjualan sapi ke RPH. Menyelenggarakan bursa ternak sapi/pasar hewan khususnya sapi di areal RPH, melakukan pengawasan terhadap kesehatan sapi yang akan dipo-tong, melakukan pengawasan pelarangan pemotongan sapi betina produktif. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar juga agar ikut berperan memfasili-tasi adanya kerja sama tata niaga/penjualan daging sapi antara PT Mergantaka Man-dala dengan mitra kerja pembeli daging sapi, baik yang ada di Bali maupun luar Bali. Selain itu memfasilitasi pe-nyelenggaraan pelatihan pengolahan daging sapi dan ikutannya, menjadi industri rumah tangga khususnya bagi masyarakat di Desa Temesi dan sekitarnya. Di samping hal tersebut

di atas, ada pula poin penting yang menjadi penugasan khusus bagi Komisaris adalah melakukan penataan manajemen RPH Temesi dengan melengkapi struktur manaje-men perusahaan. Mengingat, selama ini PT Margantaka Mandala tidak memiliki Dirut, karena telah mengundurkan diri.

l Agung Dharmada

Perlu Kerja Sama dengan Peternak

Ida Bagus Gaga Adi Saputra

Page 24: Majalah Bali Post Edisi 22

K E S E H ATA N

Diabetes merupakan salah satu penyakit noninfeksi yang menjadi pandemi di seluruh dunia. Realitasnya jumlah

kasus penderita penyakit ini terus mening-kat di masyakarat. Di Indonesia, jumlah penderita diabetes menduduki peringkat keempat dunia setelah India, Cina dan Amerika.

Seperti penyakit noninfeksi lainnya, diabetes merupakan penyakit yang dipicu pola hidup tidak sehat. Diabetes boleh dikategorikan penyakit gaya hidup. Kom-petisi yang kian ketat, ditambah mengejar kebutuhan hidup berpacu seperti formula one, m e m b u a t

masyarakat lupa menerapkan gaya hidup sehat. Mereka melupakan hal yang paling mendasar harus dilakukan yakni mengon-sumsi makanan yang sehat, minum mini-mal 4 liter sehari, dan melakukan olahraga dengan frekuensi tiga kali seminggu.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Wiragotera, Sp.PD.(KEMD) mengatakan, gaya hidup masyarakat saat ini memang kecenderungannya mulai berubah. Di Bali khususnya pekerjaan masyarakat seka-rang lebih banyak di pariwisata, kantor dan jasa lainnya. Pada masyarakat petani dulu, jarang ditemukan penyakit nonin-feksi seperti diabetes. Kebiasaan bergerak serta pola makanan dan minuman yang sehat membuat masyarakat dulu jarang menderita obesitas dan diabetes. ‘’Saat ini masyarakat minim bergerak. Lebih suka makan makanan berlemak. Akibatnya memicu obesitas yang berakibat pada diabetes,’’ ujarnya.

Gaya hidup, lanjut Wiragotera, me-nyumbang 80-90 persen terjadinya diabe-tes. Faktor keturunan justru sangat kecil yaitu sekitar 10 persen. Orang dengan obesitas lebih berpotensi terkena penya-kit ini. Sesungguhnya, diabetes tidak terjadi begitu saja. Penyakit ini awalnya

berupa tingginya gula darah dan kadar kolesterol. Mestinya masyarakat

melakukan kontrol lebih dini se-hingga tidak sampai menderita diabetes. ‘’Sebenarnya diabetes bisa dicegah dengan mengon-trol kadar gula darah dan kolesterol di dalam tubuh,’’

saran Wiragotera.Apabila kadar gula darah dan kolesterol

tidak terkontrol, maka kemampuan tubuh mengubah gula dan lemak menjadi tergang-gu. Tubuh bekerja ekstra keras memproduk-si insulin untuk membuang kelebihan gula dan lemak dari dalam tubuh. Akibatnya, pankreas menjadi rusak dan tidak dapat lagi memproduksi insulin. Jika sudah demikian, maka diabetes pun mengancam.

Ketidakmampuan tubuh memproduksi insulin membuat tubuh kehilangan ke-mampuan menjaga kestabilan jumlah gula darah dan kolesterol di kadar yang normal. Tingginya jumlah gula dan ko-lesterol ini membuat pasien kehilangan kekebalan tubuh. Penyembuhan luka juga sulit. Akibatnya mereka terancam penyakit komplikasi lainnya seperti gagal ginjal dan jantung.

Di Indonesia, kasus diabetes yang ditangani lebih banyak kasus akut. Pada kasus ini pasien sudah mengalami pem-busukan di kaki atau disebut Diabetic Foot Infection. Gambaran ini mengisyaratkan masyarakat kurang sadar melakukan de-teksi dini, sehingga mengalami kelebihan gula darah dan kolesterol. Karena itu, penting melakukan pemeriksaan darah dan kolesterol secara teratur. ‘’Deteksi dini penting sehingga kita mengetahui lebih awal kenaikan gula darah maupun kolesterol. Tindakan pengontrolan itu wajib untuk menghindari diabetes,’’ pinta Wiragotera.

l Wira Sanjiwani

Diabetes, Penyakit Gaya Hidup

dr. Wiragotera, Sp.PD.(KEMD)

Page 25: Majalah Bali Post Edisi 22

Diabetes memiliki gejala yang khas. Kekhasan penyakit ini menyebabkan berat badan turun drastis. Selain itu sering kencing saat malam, sering haus dan terus-menerus merasa lapar. ‘’Kadar gula tinggi dalam darah. Artinya tubuh tidak menyerap gula dengan baik. Akibatnya tubuh kekurangan zat gula sehingga otak memerintahkan perut lapar. Hal ini menyebabkan penderita diabetes terus-menerus merasa lapar,’’ ujar Wiragotera. Meski terus makan, lantaran tubuh tidak menyerap gula, membuat tu-buh justru kehilangan berat badan. Pasalnya cadangan lemak di dalam tubuh juga ikut dibakar untuk mengompensasi kebutuhan energi setiap hari.

Terus-menerus buang air kecil. Keinginan itu dikarenakan gula darah tidak terserap dengan sempurna ke tubuh, melainkan dibuang ke ginjal dan diproses menjadi urine. Hal ini membuat penderita diabetes terus-menerus merasa haus dan ingin buang air kecil dengan frekuensi tinggi. Hal ini juga menyebabkan ginjal bekerja terlalu keras. Akibatnya kebanyakan penderita diabetes ke depannya mengalami gagal ginjal.

Gejala tidak khas dari diabetes untuk wanita. Kaum hawa ini sering mengalami keputihan. Gejala lainnya gatal-gatal. Sedangkan untuk pria bisa mengalami impoten dan kesemutan. Gejala khas yang lanjut adalah gangrene atau kaki bonyok. Hal ini disebabkan pengapuran pembuluh darah sehingga bagian tu-buh terjauh dari jantung mengalami kekurangan suplai makanan, sel darah putih dan trombosit. Kondisi ini rentan terkena luka. Ketika luka proses penyembuhan juga berlangsung lama. ‘’Pen-gapuran menyebabkan pembuluh darah menyempit. Sel darah

tidak sampai ke bagian tubuh terjauh seperti kaki. Pada saat luka, proses kesembuhannya menjadi lama,’’ tutur Wiragotera.

l Wira sanjiwani

27 Januari - 2 Februari 2014 25

Diabetes sebenarnya bisa dicegah dengan menjaga kadar kolesterol dan gula darah. Makanan yang terlalu

banyak mengandung lemak dan gula berpotensi memicu kenaikan gula darah dan kolesterol. Namun, bukan berarti

menghindari makanan berlemak dan bergula 100 persen.Dokter Wiragotera, Sp.PD.(KEMD) menjelaskan,

pola makanan yang seimbang dan tidak berlebihan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seimbang artinya kebutuhan empat sehat lima sempurna harus proporsional.

‘’Makan daging boleh asal jangan berlebihan. Porsinya cukup dan seimbang dengan makanan yang lain,’’ ujarnya

Selain makan dan minuman, pola hidup juga haruslah sehat. Terlalu stres dan tidak suka bergerak memicu faktor

risiko dari diabetes. ‘’Olahraga itu penting. Yang paling mudah adalah jalan cepat setidaknya 30 menit sehari,’’ pa-parnya. Olahraga dalam mencegah diabetes kontribusinya 70 persen, sedangkan penerapan pola makan dan minum

yang sehat 30 persen.

l Wira sanjiwani

Gejala Khas Diabetes

Jaga Pola Makan dan Berolahraga

Page 26: Majalah Bali Post Edisi 22

L E N S A

Umat yang merayakan Tahun Baru Cina (Imlek) di Kelenteng Konco Dwipayana,

Tanah Kilap, melakukan persiapan menyambut Imlek yang dirayakan pada Jumat (31/1) ini.

Mereka melakukan ritual Bersih Dewa. Para Kim Sin (dewa) dibersihkan satu per satu

dengan menggunakan air bersih yang dicampur dengan arak putih. Kemudian

Kim Sin dilap dengan menggunakan kain warna merah.

PERSIAPAN IMLEK

Page 27: Majalah Bali Post Edisi 22

MBP/Eka

Page 28: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201428

Lembaran Baru di Reli DuniaKe c e l a k a a n

hebat terjadi pada GP For-mula 1 Kan-

ada 2007 tepatnya di lap ke-26. Mobil putih BMW yang dikendalikan Robert Kubica keh i langan kenda l i , me-layang, menghujam keras ke

pagar beton dan menimbulkan ribuan serpihan beterbangan ke angkasa. Insiden itu tidak

berhenti hingga di situ. Sang pembalap masih terikat

kuat di kursinya di dalam kokpit ketika bagian terakhir mobilnya itu berputar-putar melintasi lintasan

dan kembali menghajar pagar pemba-tas di seberang. Bila dilihat dengan

cermat maka nampak kedua ujung kaki menyembul di antara sisa-sisa kehan-curan mobil itu.

Setahun kemudian Kubica kembali hadir di Montreal. Ia tidak lagi meng-gunakan nomor 10 di hidung mobil BMW-Sauber berwarna putih itu, tapi no. 4. Trauma memang masih mem-bayangi, namun ia tak mau mengelak atas kecelakaan musim lalu yang amat mengerikan. Bagaimana tidak, melaju dengan kecepatan lebih dari 300km per jam dengan mobil yang tak bisa diken-dalikan dan mengarah tepat ke dinding beton, itu sama dengan tidak memiliki peluang untuk hidup.

Hasilnya luar biasa saat lomba. Ia menjuarai seri itu bahkan rekan set-imnya, Nick Heidfield, merebut posisi runner-up. BMW-Sauber juara 1, 2 dan menjadi satu-satunya momen terindah bagi Kubica.

Pembalap kelahiran 7 Desember 1984 Krakow Polandia, tak lagi menikmati masa indah di Formula 1 yang berlang-sung hanya empat musim saja. Masa de-pannya kini terbuka lebar di Kejuaraan Reli Dunia (WRC) yang seri pertamanya digelar di Monte Carlo pekan lalu.

Kubica yang memenangkan sesi pembuka di Kejuaraan Eropa di Austria bulan ini, berhasil mempertahankan gelar WRC2 2013. Hasil tersebut membulatkan tekadnya untuk terjun di level utama WRC dan bersaing dengan pembalap-pembalap top lainnya.

“Dengan mengikuti WRC dan bersaing dengan pem-balap-pembalap top, tahun ini akan menjadi tantangan besar saya,” jelas mantan pembalap Renault itu set-elah membela BMW Sauber selama empat musim dalam wawancara dengan kantor berita Reuters.

Saat mengikut i GP

Monako, Kubica mencatatkan wasil im-presif. Menghadapi trek berupa jalanan kota dengan kelokan tajam dan sempit, Kubica masih mampu merebut posisi runner-up pada 2008 bersama BMW-Sauber dan dua tahun kemudian di posisi ketiga bersama Renault.

Ia dalam radar pantauan tim top Fer-rari hingga kecelakaan fatal nyaris me-renggut nyawanya pada Februari 2011. Saat mengikuti kejuaraan reli Ronde de Andorra di Italia, ia mengalami ke-celakaan hebat dan memerlukan operasi khusus untuk menyelamatkan tangan dan kakinya. Karier F1-nya seketika menguap setelah tak ada tim F1 yang mau berspekulasi merekrut dirinya.

Sejak itu, pembalap yang pada 2006 menjadi orang Polandia pertama yang tampil di F1 dan juara, memfokuskan diri pada kejuaraan reli. Musim ini ia mendapat dukungan dari pabrik Minyak Polandia Lotos dan tergabung dengan tim Inggris M-Sport. Mobil yang di-gunakan adalah Ford Fiesta RS WRC namun dengan piranti khusus untuk mendu-kung rem tangan dan pe rp indahaan gigi. Ini dis-ebabkan

O L A H R A G A

Page 29: Majalah Bali Post Edisi 22

keterbatasan pada lengan tangan kanannya akibat kecelakaan dua tahun lalu.

Musim 2014 akan berjalan dengan 13 seri, dimulai dari Monte Carlo dan berakhir di Wales, Inggris November mendatang. Empat belas pembalap, tujuh tim dan empat mobil (Hyundai, VW, Citroen dan Ford) akan bertarung menggagalkan Sebastien Ogier (Pran-cis) memperpanjang gelar untuk kedua kalinya.

Bagi Kubica yang bulan lalu di-anugerahi gelar Personality of the Year dari federasi otomotif internasional (FIA), ini menjadi tantangan tersendiri. Karena WRC m e m -buat perubahan besar sepen-

inggal Sebastien Loeb yang 9 kali berturut-turut menjuarai balapan ini dan akhirnya pindah ke kejuaraan Touring musim ini.

Ogier akan didukung tim Volkswagen Motorsport, turun dengan mobil WRC Polo. Tim debutan Hyundai mengan-dalkan pembalap muda yang sedang bersinar, Thierry Neuville, dari Belgia dan Dani Sordo asal Spanyol yang lebih berpengalaman. Mereka akan berpacu dengan mobil i20 WRC di tim Hyundai Shell World Rally Team.

Tim unggulan Citroen dengan mobil DS3 WRCs, terdiri atas Mads Ostberg (Norwegia) dan Kris Meeke (Inggris).

Sementara juara seri 15 kali Mikko

Hirvonen dari Finlandia tampil bersama tim M-Sport Ford.

“Saya kira VM akan menjadi tim utama yang harus dikalahkan,” jelas Kubica yang akan didampingi co-driver Maciek Szczepaniak.

“Ogie r dan (pembalap kedua) Jari-Matti (Latvala) selalu tampil bagus dalam setiap lomba,” tambahnya yang membuka lembaran baru di balapan reli ini.

l Yudi Winanto

Page 30: Majalah Bali Post Edisi 22

O L A H R A G A

Bisa merebut medali emas di ajang sebesar SEA Games sangat membanggakan bagi seorang atlet. Ini pula yang dira-

sakan Luh Gede Arista Dewi. Atlet putri Bali ini mempersembahkan satu emas buat kontingen Indonesia dari cabang bela diri vovinam pada SEA Games di Myanmar, Desember 2013 lalu.

Lebih berkesan lagi karena itu adalah emas keduanya dari ajang olahraga tingkat Asia Tenggara. Arista Dewi menyabet emas pertamanya pada SEA Games 2011 di Jakarta dan Palembang. ‘’Meski awal-nya dirundung rasa pesimis, tanpa diduga akhirnya saya mampu mempertahankan emas yang saya raih pada SEA Games 2011. Senang bisa mengharumkan bendera Merah Putih di negara lain,’’ ungkap wanita murah senyum ini di Denpasar pekan lalu.

Medali emas bukan barang baru buat Arista Dewi. Ia sudah langgangan menya-bet penghargaan buat sang juara itu sejak masih menggeluti pencak silat. Mulai mengenal silat sejak duduk di bangku SMP pada 2002, kejuaraan pertama yang diikutinya adalah Porjar Bali di Denpasar mewakili tanah kelahirannya Tabanan. Medali emas langsung direbutnya. Pada 2003 ia kembali mengikuti kejuaraan yang sama dan menyabet medali serupa.

Pada Pekan Olahraga Daerah (Porda) Bali di Singaraja, Arista Dewi menun-jukkan talentanya dengan meraih medali emas silat katagori beregu putri. Setelah itu, wanita lulusan S-1 Penjaskes IKIP PGRI Bali ini tampil pada kejuaraan nasional usia dini di Kalimantan Timur (Kaltim), namun hanya mendapatkan perunggu di nomor beregu putri.

Pada 2005 saat duduk di kelas III SMP, Arista Dewi turun pada Porjar Bali di Denpasar dan harus puas menempati po-sisi ketiga. Hasil serupa dipetiknya pada kejuaraan Piala Kartini 2006 di Jakarta saat turun di kelas 45-48 kg. Setelah itu tepatnya pada 2011, ia memutuskan bera-lih ke vovinam yang belum lama masuk Indonesia dan Bali.

Dara yang akrab dipanggil Luh De ini terjun di vovinan atas anjuran pelatih Wayan Suwita. Event pertama yang diiku-tinya adalah Kejuaraan Dunia di Vietnam pada Juli 2011. Berlaga di nomor ganda putri pedang (bersenjata), ia menyumbang medali perak. Pada tahun yang sama, putri pasangan I Wayan Sukana dan Ni Made Narki ini mengikuti SEA Vovinan Championship di Kamboja dan sukses mendulang medali emas.

Medali emas kembali disandangnya pada SEA Games 2011 di Indonesia dari nomor seni ganda putri bersenjata. Demikian pula pada SEA Vovinam Cham-pionship yang dihelat di Kamboja, gelar

juara lagi-lagi dipersembahkannya untuk negara. Suksesnya berlanjut pada Pra-SEA Games 2012 di Myanmar dan yang terakhir dalam SEA Games 2013 yang juga berlangsung di Myanmar.

Akan tetapi Bali dan Indonesia tam-paknya harus bersiap-siap kehilangan salah satu atlet vovinam terbaiknya karena Arista Dewi kemungkinan pensiun dini agar bisa fokus melatih dan mengajar di sekolah. Ia menempuh langkah ini dikarenakan duetnya selama ini, Ni Made Ratna Dewi, memutuskan mundur karena telah menikah. ”Untuk mencari pengganti rekan saya itu cukup sulit. Kami sudah menyatu. Jadi, bila diganti akan membu-tuhkan waktu yang lama untuk menjalin kekompakan,’’ kilah wanita kelahiran 31 Maret 1990 ini.

Atlet vovinam Indonesia hanya mere-but dua emas di Myanmar, padahal di kandang sendiri dua tahun lalu sukses menyabet enam emas. Arista Dewi me-nyebut penurunan prestasi ini dikarenakan anggaran untuk vovinam tidak mencukupi untuk menunjang keberangkatan atlet ke SEA Games 2013. Akibat minimnya dana, atlet Indonesia cuma turun pada delapan kelas dari 18 kelas yang dipertandingkan. ‘’Jika kami bisa mengikut semua nomor, ceritanya akan beda. Peluang meraih emas lebih terbuka,” ujarnya.

Ia optimis akan masa depan vovinam karena banyak melihat bibit atlet poten-sial yang nantinya bisa menjadi penerus dirinya. Tidak terkecuali rekan-rekannya di tim SEA Games 2013, tidak sedikit yang masih berstatus atlet SMP dan SMA. Ini modal berharga menghadapi SEA Games berikutnya dan ajang-ajang lainnya, di samping perhatian pemerintah dalam bentuk dana dan pekerjaan tetap buat atlet berprestasi.

l Putu Eka Parananda

Luh Gede Arista Dewi

Silat atau Vovinam Tetap Emas

Nama : Luh Gede Arista DewiTempat/Tgl Lahir : Tabanan, 31 Maret 1990Pekerjaan : Guru honor di SD 26 Pemecutan, DenpasarOrangtua : I Wayan Sukana dan Ni Made NarkiMBP/nan

27 Januari - 2 Februari 201430

Page 31: Majalah Bali Post Edisi 22
Page 32: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201432

K R I M I N A L

Kadek Jona Indrawan, warga Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng, awalnya sama sekali tak menduga kalau arak yang dimin-

umnya berbahaya. Syukurlah dia selamat dari maut setelah menenggak arak yang dibeli di warung milik Komang Duta Hartawan, juga warga Munduk. Tetapi Jona Indrawan mesti dirawat di RSUD Buleleng, bersama warga lainnya, Putu Wiarma (51) yang juga sempat minum miras di warung milik Hartawan pada Minggu (12/1) lalu. ‘’Araknya tidak dicampur, saya memang biasa ngetok (tanpa campuran),’’ ujar Duta Hartawan di ruang perawatan.

Yang jelas, setelah minum arak dari war-ung Duta Hartawan, Jona Indrawan mengaku pusing-pusing. Begitu juga Wiarma. Setelah minum satu sloki, dua hari kemudian, dia merasakan sakit di bagian kepala. Wiarma mengaku, pusing secara tiba-tiba, diikuti mual dan ingin muntah. “Padahal saya baru minum satu sloki.” tegasnya.

Tetapi nahas bagi tiga rekan Duta Har-tawan dan Wiarma yakni Made Dwi Adnyana (45), Komang Rudi Alam (35) dan Gede Suta Arjana (45). Ketiga warga Dusun Taman, Desa Munduk, Kecamatan Banjar ini tewas juga seusai menenggak miras. Tetapi belum diketahui secara pasti di mana ketiga almar-hum membeli dan minum miras oplosan. Selain korban tewas, 13 orang lainnya mesti dirujuk ke RSUD Buleleng lantaran masih mengalami tanda-tanda keracunan. Tujuh korban lainnya yang ikut mencicipi arak oplosan itu memeriksakan kesehatannya di Lab. Prodia, Singaraja.

Kabar yang behembus di lapangan, korban (Dwi Adnyana) keracunan setelah menghadiri upacara ngaben seorang warga Munduk. Saat itu, Dwi menenggak arak yang telah disiapkan. Tetapi belum diketahui siapa sejatinya orang yang menyiapkan miras oplosan tersebut. Pascamenghadiri upacara ngaben pada Minggu (12/1) lalu Dwi tiba-tiba meregang nyawa. Ketika itu belum dike-tahui sama sekali kalau Dwi keracunan arak oplosan. Celakanya, saat acara magebagan (berjaga) di rumah Dwi Adnyana (alm), arak yang sisa minuman Dwi malah dikeluarkan untuk dikonsumsi beramai-ramai oleh warga

pada Senin (13/1) lalu.Tanpa disangka, arak sisa itu rupanya

mendatangkan petaka bagi kedua rekan Dwi yakni Komang Rudi Alam dan Gede Suta Arjana. Mereka bernasib sama dengan Dwi. Setelah menenggak sisa arak itu, Komang Rudi Alam dan Gede Suta Arjana merasakan sesak napas dan pusing-pusing. Keduanya segera dilarikan warga ke RSUD Buleleng guna mendapat pertolongan.

Nasib berkata lain. Komang Rudi Alam dan Gede Suta Arjana menyusul Dwi Ad-nyana ke alam baka. Tim dokter RSUD Bule-leng gagal menyelamatkan nyawa keduanya, karena campuran alkohol dalam arak yang belum diketahui jenisnya itu keburu masuk ke seluruh pembuluh darah korban. Rudi Alam tewas Selasa (14/1) lalu, sekitar pukul 03.00. Sedangkan Sutha Arjawa tewas satu jam berikutnya.

Kapolsek Banjar Kompol Made Sanjaya seizin Kapolres Buleleng AKBP Benny Ar-janto di lokasi kejadian menjelaskan, begitu mendapat laporan bahwa ada warga yang tewas kasus keracunan akibat miras oplosan, polisi bergegas ke lokasi kejadian untuk melakukan penyelidikan.

Ketika berada di Desa Munduk, polisi mendapati bahwa memang benar ada tiga korban tewas akibat mengonsumsi miras oplosan. Dalam kesempatan itu, polisi juga mengamankan sisa miras jenis arak yang ditampung di botol air mineral. Polisi segera mengamankan penjual miras yakni Komang Duta Hartawan warga Dusun Beji, Desa Munduk.

Menurut Kompol Sanjaya, untuk men-cari kepastian kandungan racunnya, polisi meneliti sisa miras tersebut di laboratorium. Polisi belum memeroleh keterangan pasti di mana arena pesta miras yang dilakukan ketiga korban bersama rekan-rekannya. In-formasi warga, ketiganya sempat menengok seorang warga yang meninggal dunia. Saat itu korban mengkonsumsi miras dan sisanya diminum kembali. Tetapi di mana lokasi pesta miras susulan yang dilakukan korban bersama rekannya, belum berhasil diketahui polisi. “Kami masih mengembangkan di mana korban melakukan pesta miras seha-bis menengok orang mati tersebut, karena

warga di sini tidak tahu di mana korban pesta miras,” tandas Kompol Sanjaya.

Di tempat terpisah, Kadek Jona Indrawan saat masih terbaring di ruang Flamboyan 5 RSUD Buleleng mengungkapkan bahwa dia sempat minum miras di warung langganan-nya hanya sebotol pada Sabtu (11/1) siang lalu. Selanjutnya, Kadek Jona mengantar orangtuanya menjenguk iparnya yang sakit ke RS Santi Graha, Buleleng. Reaksi miras oplosan mulai dirasakan Kadek Jona setelah itu. Begitu ada kabar ada warga yang men-inggal dunia akibat arak oplosan, dia segera dibawa ke RS dan diopname.

Ayah korban Wayan Partika, yang mendampingi korban di RS menyebutkan bahwa Kadek Jona mengaku pusing-pusing. ‘’Mengingat saya masih sibuk menengok menantu saya, saya bilang nanti saja ke rumah sakit untuk periksa,’’ ucap Partika.

Dia mengira, keluhan anaknya itu hanya sakit biasa. Tetapi, saat ada kabar korban miras yang meninggal dunia, maka Kepala Desa Munduk segera mengimbau warganya yang sempat minum arak supaya memerik-sakan diri ke RS. ‘’Nah saat itu juga saya ajak anak saya ke rumah sakit. Dia dikatakan perlu opname,’’ imbuh Partika.

Rekan Kadek Jona, Putu Wiarma menam-bahkan, bahwa dia juga sempat minum satu sloki miras di warung milik Duta Hartawan. Saat itu dia minum sendirian. Tetapi selang dua hari kemudian, Wiarma merasakan sakit di bagian kepalanya. Dia mengatakan, pus-ing secara tiba-tiba, diikuti mual dan ingin muntah. “Padahal saya hanya minum satu sloki.” tegasnya.

Kapolsek Banjar Kompol Made Sanjaya mengatakan, belum berani memastikan pe-nyebab para korban mengalami keracunan. Polisi masih menunggu hasil uji sampel sisa arak yang belum diminum para korban. Selain itu, pihaknya menunggu hasil uji laboratorium dari air kencing korban serta sampel darah dari ketiga korban meninggal dunia.

Arak Oplosan Cabut Tiga Nyawa Warga

Page 33: Majalah Bali Post Edisi 22

Kematian tiga warga Munduk tersebut membuat jajaran Polsek Banjar bergerak mencari-cari penjual arak di desa setempat. Mereka akhirnya mengamankan penjual miras lainnya, Komang Sugita (43), warga Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt. Sugita ditangkap setelah polisi mendengar “kicauan” Komang Duta Ar-tawan alias Komang Datuk, warga Desa Munduk, Kecamatan Banjar, yang sebel-umnya diamankan polisi lantaran diduga sebagai pengoplos miras jenis arak Bali. Saat digerebek, tersangka Sugita kedapatan menyuling miras di rumahnya.

Diduga kuat dia adalah biang kerok miras oplosan yang menyebar ke Desa Munduk. Hasil pemeriksaan polisi terhadap saksi-saksi, hanya Komang Datuk yang menjual miras di Desa Munduk, Keca-matan Banjar. Dari tangan Sugita, polisi mengamankan sedikitnya 460 liter arak Bali yang baru saja usai disuling. Sebanyak 300 liter di antaranya telah dikemas dalam botol minuman kemasan ukuran satu liter. Sementara itu 160 liter sisanya disimpan dalam empat jerigen berukuran masing-masing 40 liter. Polisi juga mengamankan lima alat penyulingan arak Bali.

Baik Komang Sugita maupun Komang Datuk tidak ditahan, karena polisi belum menemukan pasal untuk menjerat mereka. Sejauh ini keduanya hanya dikenakan tindak pidana ringan sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 15 Tahun 2011. Di hadapan polisi, Sugita membantah jika dia

melakukan praktik penyulingan. Ia berdalih membeli arak di Desa Bondalem, Keca-matan Tejakula, lalu menjualnya kembali di Munduk. “Saya beli Rp 8.000 per botol di Bondalem, dan saya jual Rp 15.000 per botol di Munduk,” tegasnya.

Begitupun penjual miras, Komang Duta Hartawan, di hadapan polisi mengaku, menjual arak murni tanpa dioplos yang didatangkan dari Desa Bestala, Kecama-tan Seririt. Satu miras ukuran sebotol air mineral besar dijual Rp 20 ribu. Saat itu dia memang menjual arak yang diminum korban bersama rekan-rekannya. Tetapi apakah arak itu dicampur bahan-bahan lain, Duta Hartawan mengaku, tidak tahu. “Saya jual arak murni dan tidak mencam-pur dengan bahan lain. Tetapi saya tidak tahu di mana korban minum arak bersama rekannya?” imbuhnya.

Jika miras oplosan sudah berkali-kali menyebabkan korban, mulai dari cacat per-manen, misalnya kebutaan, dan kematian, masihkah ada warga yang ingin mencicipi miras oplosan? Miras oplosan memang membangkitkan sensasi beda dan luar biasa, tetapi dampaknya sangat berbahaya bagi tubuh kita. Daripada nyawa kita me-layang sia-sia, alangkah baiknya kita ting-galkan miras untuk memulai hidup sehat dan bugar.

Amankan Pengoplos dan Penjual Miras

Polisi mengamankan Komang Duta Artawan (baju hitam) yang diduga menjual arak op-losan di Desa Munduk, Kecamatan Banjar,

bersama barang buktinya.

Korban arak oplosan, Putu Witarma (51), saat dirawat di Ruang Flamboyan RSUD

Buleleng.

Page 34: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201434

K R I M I N A L

Tersangka Verchere Thierry Claude Josep (47) asal Pran-cis kaget luar biasa ketika sejumlah polisi berpakaian

preman mendatangi tempat tinggal-nya di Jalan Batubelig Gang Gelatik, Kuta Utara pada Kamis (9/1) lalu sekitar pukul 17.10. Tetapi pria yang mengaku berprofesi sebagai konsultan ini tak dapat berbuat apa-apa, karena saat polisi melakukan penggeledahan, ditemukan kokain yang disembunyi-kan tersangka Josep. Barang haram itu

dikemas dalam empat paket kecil mas-ing-masing paket berisi 10,92 gram, 0,92 gram, 3,94 gram, dan 0,89 gram. Sedangkan totalnya seberat 111,92 gram (senilai Rp 559.600.000).

Tersangka kemudian digelandang ke Polresta Denpasar. Di hadapan polisi, dia tidak mau menyebutkan identitas pemasok kokain tersebut. Bahkan tersangka Josep mengatakan bahwa heroin tersebut bukanlah mi-liknya. Lalu milik siapa? Yang pasti, aparat Sat. Narkoba Polresta Denpasar

terus mengembangkan kasus. Menurut Kapolresta Denpasar, Kombes Djoko Hariutomo, didampingi Kasatnarkoba, Kompol Agus Tri Waluyo, Rabu (15/1) lalu, tersangka Josep mengaku mem-beli kokain dari seorang warga negara (WN) Iran di sebuah hotel di Kuta. Harganya Rp 5 juta per gram.

Kapolres ta la lu berkoordinas i dengan Dit. Narkoba Polda Bali dan Interpol untuk menelusuri sindikat tersangka Josep. Petugas Polresta Denpasar masih mendalami apakah tersangka yang berprofesi sebagai konsultan dan desainer ini, sebagai pemakai atau pengedar? “Kasus ini masih dikembangkan. Apalagi jum-lah barang buktinya cukup banyak,” tegasnya.

Terungkapnya kiprah Josep, menu-rut Kapolresta, ketika tim Sat. Narko-ba Polresta Denpasar yang dipimpin Kanit II AKP I Gede Sumena meng-gerebek rumah bandar ganja dan sabu-sabu (SS), tersangka EN, di Jalan Tangkuban Perahu, Denpasar. Ketika polisi sibuk menggeledah rumah EN, secara tak terduga muncullah tersang-ka Josep yang membawa tas ransel kuit warna cokelat. Dia segera masuk ke kamar EN. Saat itulah tersangka Josep diamankan. Bule bertubuh tinggi ini rupanya tidak tahu sama sekali kalau temannya (EN) lebih dulu ditangkap polisi.

Polisi menduga, tersangka Josep adalah pengedar kokain dan sering ransaksi dengan warga negara asing. Kasat Narkoba Polresta Denpasar Kompol Agus Tri Waluyo membenar-kan penangkapan WN Prancis terse-but. Dia mengatakan, tersangka Josep sudah ditahan dan masih menjalani pemeriksaan.

Bule Prancis Adu Peruntungan Jual Kokain di Bali

MBP/kertanegara

Kapolresta Denpasar Kombes Djoko Hariutomo menunjukkan barang bukti kokain milik tersangka Verchere Thierry Claude Josep asal Prancis (paling kanan).

Page 35: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 2014 35

Entah setan apa yang mera-suki pikiran tersangka Muhibin (25) ini. Dia tega membohongi pacarnya yang masih ABG --

berinisial KD (16) -- asal Kecamatan Negara, Jembrana. Tersangka Muhibin menyusun strategi jitu dan berdalih mengetes kadar cinta dan keperawanan sang pacar. Pemuda tersebut kemudian merayu KD untuk diajak ke sebuah kamar kos milik temannya di Jalan Pulau Ayu, LC Kelurahan Dauh Waru, Jembrana, belum lama ini.

Bak gayung bersambut, rupanya KD menurut saja diajak pergi. Dengan raut wajah berseri-seri, tersangka Muhibin bergegas mendatangi sang pacar di rumahnya. Kedua sejoli yang masih bertetangga ini tentu saja tak perlu waktu lama menuju rumah kos teman Muhibin. Nah, untuk membuktikan kesetiaan dan

cintanya, tersangka Muhibin kemudian membujuk KD supaya mau berhubungan layaknya suami-istri. Tak diduga, gadis yang masih berusia 16 tahun tersebut manut saja. Dia kemungkinan besar tidak mau kehilangan pujaan hatinya yang selama ini diajaknya menjalin asmara. ABG seusia KD memang masih belia dan belum berpikiran matang alias labil. KD rela menyerahkan ‘’mahkota kehor-matannya’’ kepada tersangka Muhibin sebagai bukti cinta kasihnya, tetapi sama sekali tidak memikirkan masa depan dan larangan ajaran agama.

Tentu saja hati Muhibin tambah berbunga-bunga dan tidak menyia-nyikan kesempatan emas di depan matanya untuk menggagahi sang pacar. Usai ber-hubungan badan, memang belum terjadi apa-apa. Keduanya masih ceria sehabis mereguk kenikmatan dunia. Tersangka

Muhibin pun segera mengantar KD pu-lang ke rumahnya.

Sepandai-pandainya menyimpan rahasia, perbuatan cinta terlarang kedua sejoli ini akhirnya terkuak juga. Orangtua KD curiga, karena anaknya semalaman tidak pulang ke rumah. Khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan, orangtua KD lalu ‘’menginterogasi’’ sang anak. KD ditanya, ke mana pergi semalaman penuh, tetapi KD belum mau mengemukakan aib yang dilakukannya bersama sang pacar. Akhirnya, orangtua KD mendapat infor-masi bahwa sang anak sempat dibonceng tersangka Muhibin untuk diajak ke suatu tempat.

Setelah ditanya lebih mendalam, KD akhirnya mau mengakui perbuatan ter-larangnya dengan Muhibin. Hal tersebut tentu saja membuat orangtua KD terkejut bak disambar petir. Mereka tak terima dengan perbuatan tersangka Muhibin. Ujung-ujungnya, orangtua KD melapor-kan ulah Muhibin ke Polres Jembrana.

Tak perlu waktu lama, polisi akhirnya mengamankan tersangka Muhibin di ka-mar kos temannya di LC Dauhwaru, Neg-ara pada Rabu (8/1) siang lalu. Kasubag Humas Polres Jembrana AKP Wayan Se-tiajaya saat mendampingi Kasat Reskrim Polres AKP Aris Purwanto, Jumat (10/1) lalu, mengatakan bahwa memang benar terjadi kasus persetubuhan terhadap anak di bawah umur tersebut.

Inilah akibatnya. Hanya gara-gara in-gin membuktikan keperawanan dan kadar cinta pacarnya tersangka Muhibin mesti mempertanggungjawabkan perbuatan-nya. Selain kehilangan sang pacar yang masih bau kencur, tersangka yang buruh serabutan ini harus mendekam dibalik jeruji Polres Jembrana. Tersangka dijerat Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2002 ten-tang perlindungan anak dengan ancaman hukuman minimal 3 tahun penjara, dan maksimal 15 tahun penjara.

Berdalih Dites Perawan Cewek ABG Rela Disetubuhi

MBP/witaria

Tersangka Muhibin (kiri) kini diamankan di Polres Jembrana gara-gara menyetubuhi pacarnya yang masih di bawah umur.

Page 36: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201436

E K O N O M I

Ekspor kerajinan di Bali mengalami penurunan. Salah satunya disebabkan pasar kerajinan di luar

negeri, mengalihkan minatnya ke negara lain seperti Cina dan Korea Selatan. Dengan kecenderungan tersebut, Bali harus kembali me-nata pasarnya. Selain mencapai pasar baru, penataan secara intern mesti dilakukan. Apalagi sektor kerajinan masuk dalam industri kreatif, sehingga lompatan besar untuk meningkatkan kreativitas dan kualitas produk mesti dilaku-kan pula.

Kita ingat dengan perhelatan KTT Asia-Pasific Economic Co-operation (APEC) yang berlang-sung awal Oktober 2013. Kala itu, Presiden Yudhoyono me-nyampaikan, bahwa pertemuan 20 pemimpin ekonomi Asia-Pasifik itu berlangsung sukses dan telah menghasilkan tujuh kesepakatan. Dari tujuh kesepakatan itu, salah satunya adalah meningkatkan perdagangan intra APEC atau per-dagangan intra daerah, termasuk memfasilitasi perdagangan, pem-bangunan kapasitas, dan fungsi dari sistem perdagangan multilat-eral. Sistem perdagangan multilat-eral merupakan pengakuan bahwa promosi kerja sama perdagangan intra APEC membawa manfaat konkret untuk anggota ekonomi APEC. “Dalam hal ini, kami te-lah menyepakati deklarasi yang mendukung sistem perdagangan multilateral. Kami juga sepakat untuk memastikan keberhasilan pada WTO Ministerial Confer-ence di Bali Desember 2013,” kata Presiden ketika menutup pertemuan yang dilakukan untuk keduakalinya di Indonesia.

Apa yang menjadi pernyataan Presiden SBY, semestinya dit-indaklanjuti oleh menteri terkait utamanya yang bersinggungan dengan industri kreatif. Ini penting jangan sampai perhelatan akbar

yang digelar di Bali hanya sukses dalam arti keamanan. Sementara masyarakat Bali dan Indonesia tidak menikmati hasil dari kesuk-sesan tersebiut baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Contohnya, kesuksesan per-temuan APEC, ternyata tak sedikit mengudang keluhan utamanya warga yang tinggal di Badung selatan. Mereka menilai kedatan-gan puluhan pejabat negara asing tersebut, telah membuat berbagai kegiatan terganggu. Seperti kegia-tan nelayan yang dibatasi, dihen-tikannya pengangkutan limestone dari Pecatu, buka tutupnya ban-dara Ngurah Rai, terganggunya kegiatan water sport di perairan Tanjung Benoa dan terbatasnya akses masyarakat menuju ke Nusa Dua.

Selain keluhan masyarakat, banyak prak t i s i dan tokoh masyarakat menilai semua keg-iatan internasional yang digelar di Bali, termasuk APEC tidak membawa dampak signifikan ter-hadap kesejahteraan masyarakat di Pulau Dewata. Justru pulau yang kecil ini hanya ketiban dampak popularitas atau citra semata dari setiap kegiatan. Hal ini cenderung menambah beban bagi Bali. Pasalnya, citra Bali yang tercipta justru berdampak negatif terhadap investasi yang tidak terkendali, karena Bali nilai aman dan nyaman.

Selain itu kegiatan interna-sional tersebut hanya sedikit yang melibatkan pengusaha lokal. Sama seperti APEC, kegiatan Miss World, juga hampir 100 persen peluang yang tersedia dinikmati orang luar. Artinya, pemeritah pusat hanya meman-faatkan Bali tanpa ada kontribusi yang jelas bagi masyarakat Bali yang selama ini menjadi objek. Pemerintah pusat menunjuk Bali sebagai tuan rumah, hanya karena Bali aman.

Tekan Investasi Tak Terkendali

Page 37: Majalah Bali Post Edisi 22

“Melalui program HardysPeduli, konsisten dukung upaya peningkatan

sumber daya manusia, seni budaya dan keagamaan.”

GRUP Hardys/GH Holdings melalui pro-

gram HardysPeduli Pendidikan memberikan dukungan untuk kegiatan Simulasi UAN 2014 yang dilaksanakan oleh salah satu media di Bali pada tanggal 21 dan 25 Januari 2014 un-tuk tingkat SMP dan SMA/SMK. Penyerahan dukungan sponsorship Rp 15.000.000, (lima belas juta rupiah) tersebut dilaksanakan di Head Office GH Holdings, Jalan Tukad Pak-erisan 100 X, Panjer-Denpasar, pada Sabtu (11/1).

Ary Widiartha selaku Ketua Harian Har-dysFoundation di sela-sela penyerahan spon-sorship menyatakan dukungan yang diberikan melalui Program HardysPeduli ini adalah program rutin dalam mewujudkan kepedu-lian di bidang pendidikan. “Selain dukungan Simulasi UAN, kami juga rutin mendukung kegiatan-kegiatan seminar dan workshop untuk memperbanyak media aktualisasi dan transfer knowledge secara langsung serta tepat sasaran,” ungkapnya.

Menurut Ary, beberapa kegiatan seminar yang dilaksanakan sebelumnya bekerja sama dengan kampus dan organisasi kemaha-siswaan, cukup antusias diikuti oleh peserta dan dukungan yang diberikan secara moril dan materiil mampu mendorong semangat Panitia Penyelenggara atau Penggagas acara secara maksimal. “Ini penting, karena dukungan terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan apalagi menyangkut upaya peningkatan sum-

ber daya manusia akan mampu meningkatkan semangat setiap individu dan komponen untuk berkontribusi lebih banyak dan mesti ada pihak yang mendukung hal tersebut,” tandasnya.

Abdi Negara, S.Sos. Corporate Secretary GH Holdings dalam keterangannya menyata-kan Grup Hardys Holdings berupaya secara konsisten ikut serta berkontribusi secara langsung dalam bidang pendidikan, dengan catatan tidak tumpang tindih dengan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.

Selain itu menurut mantan Staf Ahli Ang-gota DPD-RI tersebut, Grup Hardys/GH

Holdings sejak didirikan pada tahun 1997 oleh Ir. Gede Agus Hardyawan atau yang akrab disapa Gede Hardy dan Ketut Rukmini Hardy, SP. terus berupaya maksimal untuk ikut serta berkontribusi pada berbagai program sosial yang langsung menyentuh masyarakat utamanya di bidang pendidikan, seni budaya dan keagamaan. “Sejak Transformasi Per-tama Tahun 2010, kami wujudkan gerakan moral yang telah dicanangkan oleh Founder tersebut melalui Program HardysPeduli yang dilaksanakan oleh HardysFoundation melalui tiga bidang kegiatan yakni bidang sosial, bi-dang kemanusiaan dan bidang keagamaan,” jelasnya.

Grup Hardys Holdings Dukung Kegiatan Simulasi UAN 2014

Acara penyerahan bantuan dana oleh Grup Hardys Holdings kepada salah satu media yang berkantor di Ubung Denpasar, sebagai penyelenggara kegiatan yang dilakukan oleh Abdi Negara selaku Corporate Secretary dan Ary Widiartha, Ketua Harian HardysFoundation kepada Panitia

Acara di Head Office GH Holdings, Jalan Tukad Pakerisan 100 X, Panjer-Denpasar.

Pemerintah hanya mengejar popu-laritas di mata dunia tanpa memikirkan kepetingan masyarakat Bali itu sendiri.

Seharusnya Bali bisa mendapatkan banyak hal dari kegiatan itu. Tidak sebatas pencitraan. Apa pun yang di-helat di Bali harusnya pengusaha Bali dilibatkan bahwa bila perlu menjadi leading.

Namun harus diakui pula terpilihnya Bali sebagai tuan rumah akan meningkat-kan pertumbuhan ekonomi. Hanya per-tumbuhan yang diharapkan tidak merata dan dominan dinikmati para kapitalis dari luar Bali. Tragisnya, dampak negatif dari pesatnya pertumbuhan ekonomi justru dirasakan secara merata oleh masyarakat

Bali. Contohnya, masyarakat hanya me-

nikmati kenaikan harga kebutuhan pokok dan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang meningkat tajam. Atas kenaikan itu, ban-yak masyarakat yang menjual tanahnya. Pemerintah juga terlambat memanfaat-kan momen yang sudah dirancang dari beberapa tahun yang lalu, sehingga tidak mendapatkan nilai tambah yang cukup dari perhelatan tersebut.

Contohnya industri kecil khususnya kerajinan. Pemerintah harus benar-benar mengembangkan sektor ini. Pemerintah harus mem-back up penuh industri kreatif ini. Jika ini bisa terealisasi, apalagi dalam situasi nilai tukar dolar AS sangat tinggi

akan menjadi potensi yang sangat besar bagi industri kreatif di Bali seperti gar-men, patung dan kerajinan lainnya.

Artinya, Bali akan menjadi etalase perdagangan Indonesia secara keseluru-han. Penguasaan di Bali harus mengambil peran itu, sehingga ada manfaatnya bagi masyarakat Bali. Jangan sampai seperti sekarang turis datang ke kampung-kam-pung mengambil hasil kerajinan agar dapat menekan harga semurah-murahnya. Hal ini tentu memerlukan komitmen pemimpin untuk memajukan semua po-tensi yang ada. Bukan semata mencari pencitraan.

l Pusat Data

Page 38: Majalah Bali Post Edisi 22

P A R I W I S A T A

Pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik ke Bali mendorong pertumbuhan akomodasi terutama vila di Pulau

Dewata. Bahkan, tingginya permintaan membuat sektor ini semakin ”seksi” dan semakin menggiurkan mungkin hingga beberapa tahun ke depan.

Salah satu faktornya adalah peminat bisnis vila tidak hanya dimainkan dari kalangan warga lokal Bali semata, namun adanya kecenderungan makin derasnya investor-investor luar Bali bahkan dari mancanegara. Baik itu dari kalangan kor-porat maupun pribadi-pribadi. Bahkan tak sedikit rumah yang dipoles menjadi vila untuk memenuhi tingginya permintaan pasar. Padahal, sesuai peraturan yang ber-laku sebuah vila itu harus memiliki lima unit kamar dengan memberikan pelayanan selama 24 jam kepada tamunya dilengkapi petugas keamanan.

“Memang banyak rumah mewah yang yang difungsikan sebagai vila, sehingga mereka tidak memiliki izin resmi dari pemerintah setempat. Apalagi, tidak ada aturan yang jelas dari pemerintah terkait akomodasi seperti apa yang boleh disebut vila,” ungkap Ketua Bali Villa Association Jero Mangku Wayan Suteja.

Menurutnya, keberadaan usaha vila di Indonesia telah diatur dalam Permen 10 tahun 2009, namun penerapan di lapangan, daerah belum bisa menerapkan karena aturannya belum jelas. Sehingga, pemkab dan pemprov belum bisa melakukan pen-ertibkan secara menyeluruh. Terbukti, dari 1.200 vila yang ada, di mana 700 vila berada di Kabupaten Badung, sisanya tersebar di Tabanan, Buleleng, Klungkung, Gianyar dan daerah lainnya 10 persen lebih tidak berizin.

“Orang masih diperbolehkan mengu-nakan kata vila sebagai label tempat ting-

galnya, mau dipakai rumah sendiri atau disewakan karena tidak ada aturan yang jelas,” keluhnya.

Vila bodong di Bali banyak yang meng-gunakan cara yang tidak sehat dalam bersaing, seperti aksi banting harga. Bah-kan, aksi banting harga itu pun dilakukan mencapai 50 persen di bawah harga stan-dar. Persaingan vila di Bali semakin sulit akibat semakin menjamurnya vila di Bali, khususnya di daerah-daerah yang banyak diminati wisatawan, seperti Badung dan Gianyar. Bahkan, rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya mencapai 10 persen.

“Kami dari asosiasi bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata sudah menyusun Standardisasi Usaha Vila Nasional dan Bali menjadi rujukan-nya dan ini yang kami tunggu-tunggu. Aturan tersebut tinggal menunggu keputusan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” katanya.

”Seksinya” Bisnis Vila di Bali

Rumah pun Dipoles Jadi Vila

Page 39: Majalah Bali Post Edisi 22

20 - 26 Januari 2014 39

PEMERINTAH Provinsi Bali perlu meniru langkah Bogor yang member-hangus 200 bangunan vila di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat akhir Desember lalu. Sebab, selain tak memi-liki izin membangun vila, tidak sedikit vila di Pulau Dewata yang didirikan di kawasan konservasi.

Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Bagus Sudibya meminta pemerintah tegas dan satu kata dalam kebijakan. Jika me-mang tak boleh membangun akomodasi yang jangan membangun. Jika ada vila bodong atau tak berizin yang dibongkar saja dan jangan diputihkan. “Kita perlu belajar dari pemerintah Bogor yang secara tegas membongkar ratusan vila tak berizin,” sebutnya.

Menurutnya, pertambahan jumlah kamar di Bali memang sangat meng-khawatirkan. Banyak vila liar atau hotel yang memang dibiarkan tumbuh

tanpa kontrol. “Saya khawatir akan terjadi perang tarif dan akhirnya akan mematikan pelaku industri pariwisata lokal. Dan ini sudah banyak contoh saat hotel lokal yang kecil harus gu-lung tikar. Bahkan yang lebih parah akan terjadi kanibalisme dalam industri pariwisata,” ujarnya.

Pria yang juga memiliki sejumlah perusahaan di sektor pariwisata ini, menilai, pertumbuhan jumlah kunjun-gan wisatawan di atas 13 persen belum mampu mengejar pertumbuhan jumlah kamar. “Pertumbuhan jumlah kamar hotel di Bali sangat tinggi, sementara pertumbuhan kunjungan wisatawan khususnya wisman hanya 13 persen,” jelasnya.

Maraknya akomodasi pariwisata bodong khususnya vila di Bali, dinilai dosen Fakultas Pariwisata Unud, Drs. I Putu Anom, M.Par. pemerintah tidak cermat dalam mengeluarkan permohon

izin bangunan yang sering disalahgu-nakan. Akibatnya, tidak sedikit izin bangunan untuk rumah pribadi yang difungksikan sebagai vila. “Orang mo-hon izin bangunan untuk rumah pribadi akhirnya difungsikan untuk vila yang dibisniskan tanpa mengantongi izin akomodasi,” ungkapnya.

Pemerintah yang terkesan seten-gah hati dalam menjalankan amanat dari peraturan daerah (perda) serta perundang-undangan memicu usaha bodong menjamur. “Pada prinsipnya aturan yang dibuat pemerintah mandul tidak tegas. Jika mau komit menegak-kan aturan, pemerintah harus mengawal para penanam modal dari awal proses perizinan hingga proyek itu dijalankan. Sehingga kecurangan bisa diminimali-sir,” katanya.

l Parwata

Meniru Langkah Bogor

Ketua BPC PHRI Badung IGN Rai Sury-awijaya sebelumnya mengatakan, maraknya keberadaan bisnis vila yang beroperasi secara ilegal, khususnya akomodasi menyebabkan rendahnya tingkat okupansi atau hunian hotel di Bali. Hal ini akibat lemahnya pengawasan pemerintah dalam menegakan aturan. Ham-pir di seluruh kabupaten/kota terjadi pelang-

garan, baik pelanggaran tata ruang maupun akomodasi seperti hotel dan vila.

Dikatakan, peraturan daerah (perda) maupun aturan lainnya yang menyangkut keberlangsungan Bali terkesan selama ini masih terkesan tidak berdaya. Akibat kepemerintahan yang ada terlalu banyak berwacana ketimbang mengambil tinda-

kan kongkret. “Mereka seharusnya lebih konsen dalam menegakkan aturan untuk Bali ke depan. Jangan sampai pemerintah dipermainkan investor akibat lemahnya pengawasan dalam menegakan aturan,” tandasnya.

l Parwata

Bali Post/ist

Bisnis vila terus berkembang seiring tren pertumbuhan pariwisata Bali. Bahkan hingga kini terdapat 1.200 lebih bangunan vila di Pulau Dewata, di mana 70 persen terfokus di Kabupaten

Badung.

Page 40: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201440

E V E N T

MBP/diah

PESTA KELUARGA ERTIGA - Suzuki Indomobil Sales (SIS) menggelar Pesta Keluarga Ertiga yang salah satunya digelar di Denpasar belum lama ini. Tujuan pelaksanaan acara sehari

ini adalah memberikan apresiasi pada pelanggan sekaligus calon pelanggan Ertiga. Tak hanya fun touring, diadakan juga lomba irit bahan bakar, kontes modifikasi, dan beragam lomba untuk

keluarga yang berlangsung di Lapangan Puputan Margarana, Renon.

Raih sukses dengan menginformasikan kegiatan/usaha, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), pelun-curan produk, dan promosi lainnya melalui rubrik Event

dengan menghubungi bagian Iklan Bali Post - (0361) 225764. Penyampaian materi dilakukan dua minggu

sebelum penerbitan.

Page 41: Majalah Bali Post Edisi 22

MBP/diah

FUN TOURING XENIA - Daihatsu menggelar kegiatan fun touring dengan melibatkan pengguna Xenia belum lama ini. Rute dari kegiatan ini dari Serangan menuju Pantai Pan-

dawa. Kegiatan tahunan ini lebih istimewa karena sekaligus memperingati diproduksinya Xenia selama 10 tahun di Indonesia. Ratusan unit Xenia ikut dalam kegiatan touring yang

juga melibatkan keluarga pengguna Xenia ini.

Page 42: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201442

S E N I

Sosok arsitek bernama I Gusti Putu Rai ini tergolong unik. Ia tak hanya pintar merancang bangunan, tetapi juga piawai memainkan satu ba-

rung gamelan rindik sendiri. Lewat lima buah panggul (alat pemukul gamelan), ia bisa menampilkan lagu-lagu rindik ataupun jenis jejogedan dengan lengkap. Hanya saja, jenis rindik yang ia mainkan bukan seperti biasa, melainkan rindik piano hasil karya ciptanya sendiri.

Dalam menghasilkan suara, seniman ber-latar belakang teknik bangunan ini menggu-

nakan lima panggul. Satu panggul dipegang di tangan kiri yang bertugas memainkan lagu pokok yang berfungsi sebagai ritme dan juga berfungsi untuk ngundir sehingga menghasilkan gending yang manis.

Sementara tangan kanan memainkan dua panggul untuk menghasilkan suara kotekan polos dan slangsih (suara dua). Sementara dua panggul lagi dipegang masing-masing kaki kiri dan kanan. Kaki kiri bertugas memainkan tawa-tawa yang juga berfungsi sebagai pengatur tempo. Sedangkan kaki kanan bertugas memu-

kul kenyur (gong dalam gamelan rindik) berfungsi untuk pemanis lagu juga untuk mengakhiri lagu.

Suasana pentasnya sangat beda den-gan pementasan seni biasanya. Ia tampil memacul (apa adanya) layaknya seorang petani yang sedang menggarap tanah sawahnya. Begitu pula dengan wajahnya yang tidak banyak dirias, sehingga men-imbulkan kesan alami. Meski dimainkan seorang penabuh, namun gending rindik yang dihasilkan terdengar lengkap seperti satu barungan gamelan rindik.

Rindik Piano, Sebuah Inovasi Kreatif

Page 43: Majalah Bali Post Edisi 22

LAPORANwww.bali-travelnews.com

Alat musik kreatif yang satu-satunya ada di Bali bahkan dunia yang sudah mendapat hak cipta dengan regestrasi C2020130009 dari Kementrian Hukum dan HAM RI tahun 2013 itu memang seperti piano. Nada-nadanya juga dibuat seperti nada piano, sehingga bisa me-mainkan lagu-lagu tradisional Bali, nasional bahkan modern.

Bilah-bilahnya masih merupakan rindik biasa yang dibuat menjadi tiga tingkat. Paling bawah menghadap ke atas. Ting-katan tengah menghadap ke bawah dan paling atas menghadap ke atas. Panggul di tangan kiri terkadang memantul ke atas pada gending-gending yang khusus.

Sementara panggul di tangan kanan memainkan slangsih dan kempyung. Khusus pada lagu-lagu tertentu panggul juga memantul ke bilah atas. Khusus untuk tawa-tawa dan kenyur mengguna-kan rancangan pemukul drum, sehingga kalau ditekan bisa menghasilkan suara. Rindik piano merupakan gamelan rindik generasi kedua yang satu-satunya ada di

Bali, bahkan di dunia.Gusti Rai, kelahiran Banjar Santi, Selat,

Karangasem, 23 Agustus 1966 ini mengaku, memang merancang khusus rindik piano. Inspirasinya lahir ketika melihat seorang pemusik yang memainkan piano di TV. “Saya ingin menggantikan piano itu dengan gamelan khas Indonesia,” akunya polos.

Owner ACI (arsitek, cipil, interior) Desain ini kemudian melihat rindik san-gat dekat dengan kehidupan masyarakat Bali, makanya ia memilih jenis musik tradisional itu. Di samping itu, jenis gamelan ini sangat sederhana dan bahan-nya tidak terlalu mahal. Gamelan jenis ini sangat gampang ditemukan, dan biasa

ada di pos kamling,” tegasnya.Ayah dua putra ini mengaku, dirinya

bukanlah seorang seniman ataupun mpu gamelan. Ia hanya seorang arsitek yang terkesan jauh dengan seni. “Setelah tersebar di dunia maya, banyak yang ingin mengoleksi rindik piano, bahkan ada seorang seniman yang tinggal di Colorado Amerika,” pungkasnya.

l Budarsana

I Gusti Putu Rai memainkan rindik piano karya cipta seninya sendiri.

Page 44: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201444

T R A D I S I

Dua pria masaput poleng dan makan-cut ginting (memakai kain dengan ujung kain dililitkan dari bagian depan lewat selangkangan dan dikaitkan di pinggang belakang) maju ke tengah arena. Masing-masing membawa tamiang, ende atau perisai dan memegang senjata pemukul dari penyalin (rotan). Satu orang ber-tindak sebagai ‘’saya’’ (wasit). Begitu, saya memberikan aba-aba mulai, kedua pria yang bersenjata pentungan rotan dan membawa perisai itu, mulai terlihat sangar. Saling serang dan baku pukul sekuat tenaga. Satunya memukul, satunya berkelit dengan trengginas. Kalau lengah, kepala bisa bocor kena pukulan rotan lawan. Atau paling untung, kulit pung-gung terkelupas. Sesekali saling pukul, berkelit, lalu berpisah menjaga jarak sembari menari-nari. Ketika pertarungan sengit setelah saling pukul beberapa kali, tetapi mereka belum berpisah, ‘’saya’’ langsung memisahkan keduanya.

Sejurus kemudian, wasit memberi aba-aba permainan dimulai lagi. Mereka menari-nari, lalu sesekali secepat kilat memukulkan rotan sepanjang 1,5 meter ke arah bagian lawan yang paling mudah dipukul. Penonton yang mengelilingi arena bersorak-sorai, saat melihat salah satu kena pukulan rotan. Begitu pu-kulan rotan masing-masing mengenai sasaran dengan telak, mereka terpisah, mengambil jarak dan menari-nari. Usai pertarungan, mereka saling bersalaman. Pertarungan di dalam arena tak sampai membawa dendam ke luar arena. Nilai sportivitas betul-betul tampak dalam permainan tersebut.

Begitulah, suasana tradisi pagelaran Gebug Seraya. Selain sebagai ritual mo-hon hujan saat musim kemarau panjang menerjang Desa Seraya, belakangan Gebug Seraya berkembang menjadi ton-tonan khas Karangasem. Misalnya saat ada pejabat datang atau menarik wisman. Belakangan tradisi ini dikemas menjadi seni tari, tari Gebug Ende.

Sekelompok pemuda sepakat meng-gelar gebug di tanah lapang. Hal itu demi hujan turun membasahi bumi Se-raya, Karangasem. Itulah kepercayaan masyarakat Seraya yang bermukim di desa tandus dengan ladang berbatu-batu itu.

Bendesa Pakraman Seraya I Nyoman Matal mengatakan, begitulah memang kepercayaan masyarakat Seraya. Saat musim kemarau panjang, warga terutama kalangan anak-anak muda sepakat meng-gelar Gebug Seraya. ‘’Kalau sampai ada darah mengucur, baik salah satu petarung Gebug Seraya itu terluka di kepala, diper-caya hujan segera turun,’’ ujar Matal yang mantan Ketua DPRD Karangasem itu.

Matal yang mantan anggota DPRD Bali itu, kini ngayah menjadi Bendesa Seraya. Menurut Matal, Gebug Seraya merupakan tradisi desa itu. Belakangan ada menyebut Gebug Seraya dengan Gebug Ende. Nama baru itu, setelah ada koreografer yang membuat tari Gebug Ende. Memang, perisai itu namanya ende dan pentungan pemukul dari penyalin (rotan). ‘’Saat menggelar Gebug Ende, memang ada sarana banten. Paling tidak, ada canang sari, pejati dan saagan (nasi lima warna). Tidak berani tanpa didahului sembahyang, kalau ingin tujuan mengge-lar Gebug Seraya saat kemarau panjang tercapai, yakni permohonan turun hujan terkabul,’’ katanya.

Gebug dalam bahasa Indonesia berarti memukul. Dari kata gebug diberi tam-bahan menjadi magebug atau bermain saling pukul. Magegebug artinya me-nyerang atau berperang. Diduga, tradisi ini merupakan latihan ketangkasan atau latihan perang. Di mana, pada zaman dulu warga Desa Seraya dikenal sebagai salah satu seraya kanti (pendukung) Kerajaan Karangasem sebagai prajurit andal. Terutama ketika Raja Karan-gasem magegebug ke Sasak, sampai berhasil menaklukkan Raja Pejanggik dan Seleparang dengan hanya ratusan

prajurit dalam beberapa hari.Permainan gebug, sebenarnya dulu

tak hanya ada di Desa Seraya. Namun juga di desa-desa yang menjadi seraya kanti Kerajaan Karangasem seperti Bug-bug, Timbrah, Bungaya atau Subagan. Pada upacara tertentu, gebug di desa itu menggunakan pelepah pisang. Hanya, di Seraya terus mentradisi, karena adanya kepercayaan terkait mohon turun hujan saat kemarau panjang. ‘’Tradisi mohon hujan ada, karena Desa Seraya kondis-inya tandus dan curah hujan pendek,’’ kata Matal.

Sebagai sumber laskar atau prajurit, Desa Seraya rupanya mentradisikan lati-han ketangkasan atau latihan perang sejak kecil. Saat anak-anak, permainan gebug dengan pemukul pelepah pisang, saat meranjak dewasa, pemukul mengguna-kan rotan. Saat menjadi prajurit, mereka memegang pedang, atau tombak dan pelindung diri menggunakan perisai.

Di desa ini ada satu pura yakni Pura Bale Sanghyang yang berkaitan dengan tradisi Gebug Seraya itu. Aci di pura ini pada Purnama Jiesta. Selain itu, pada tiap Sugihan Jawa pratiman Ida Batara di Bale Sanghyang katuur dan kairing ke Pura Puseh Desa Seraya. Di sana, di-linggih-kan tujuh hari dan baru kairing mantuk kembali ke Bale Sanghyang pada Umanis Galungan. Dipercaya yang disungsung di Pura Bale Sanghyang yakni Ida Batara Indra, sebagai dewa perang. Diduga itulah sebabnya, pura itu dinamai Bale atau Bala Sanghyang (prajurit Ida yakni Tuhan itu sendiri). Di Pura Puseh, ada lingga batu. Menurut informasi tetua desa itu, tambah Matal, batu itu sebagai tempat ngetes sen-jata yang akan dipakai berperang pada za-man dulu. Pedang yang ditebaskan ke batu kalau tidak pungak (rusak) serta tombak yang ditusukkan ke batu itu memercikkan api dan tidak rusak atau patah, barulah lolos dipakai berperang.

l Gde Budana

’’Gebug Seraya’’

Ritual Mohon Hujan Saat Kemarau dan Latihan Ketangkasan

Page 45: Majalah Bali Post Edisi 22

MBP/ist

Dua orang peserta tampak menunjukkan kepiawaiannya dalam tradisi Gebug Seraya.

Page 46: Majalah Bali Post Edisi 22

27 Januari - 2 Februari 201446

T R A D I S I P R O P E R T I

Kadang anak-anak yang berumur belasan tahun atau menginjak remaja tidak mau lagi tidur bareng dengan orangtuanya.

Mereka ingin tidur bebas di kamar ti-durnya sendiri. Nah, jika sudah begini, orangtua siap-siap harus menyediakan satu ruang khusus untuk dijadikan ka-mar tidur anak. Tak hanya itu, orangtua juga harus memahami betul selera anak-anaknya sehingga bisa mendesain kamar tidur yang menyenangkan dan sesuai keinginan mereka.

Dalam mendesain kamar tidur anak, ada beberapa hal yang mesti diperhati-kan. Misalnya, kondisi lantai, dinding dan jendela yang ada. Berikutnya, area tidur, belajar, bermain dan area lain yang

anak-anak butuhkan. Penyusunan furnitur seperti tempat tidur, lemari, meja belajar dan benda-benda lain yang dibutuhkan oleh anak-anak mesti disesuaikan dengan dimensi ruangan yang ada. Sementara penentuan tema warna kamar/cat dinding kamar serta dekorasi ruang, menjadi sen-tuhan akhir yang wajib diperhatikan.

Tingkatan usia anak merupakan hal yang tak boleh dipandang remeh dalam mendesain dan menata interior kamar anak. Sebab, seiring dengan berkem-bangnya usia, kebutuhan anak dan selera dekorasinya juga akan berubah. Untuk anak-anak usia 12 tahun (usia sekolah), sebaiknya diikutsertakan dalam penataan kamarnya, karena di usia ini anak sudah dapat mengutarakan keinginannya. Pilih

tema penataan sesuai dengan tokoh-tokoh yang sedang disenangi anak. Selain tem-pat tidur dan lemari pakaiannya, perhati-kan juga meja belajar dan lampu mejanya. Satu hal yang patut dihindarkan dalam kamar anak-anak, yakni komputer atau televisi. Sebab, kita tidak dapat senantiasa mengontrol apa yang sedang ditonton anak atau apa yang diakses di komputer. Biasakan anak menonton televisi dan bermain komputer di ruang keluarga atau ruang kerja orangtuanya. Untuk meny-impan pernak-pernik atau buku-buku agar kamar anak senantiasa terlihat rapi, buatlah lemari gantung atau laci-laci di bawah tempat tidur.

l Sugiarta/Pusdat Data

Mendesain Kamar Tidur AnakMBP/ist

Page 47: Majalah Bali Post Edisi 22

Sebagai orangtua, tentu sangat mengharapkan anak-anak agar betah berada di dalam rumah. Salah satu caranya, dengan me-

nyediakan ruang bermain di rumah. Tak pelu ruang khusus dan luas, kamar anak ataupun ruang keluarga bisa disulap seka-ligus menjadi ruang bermain anak. Yang penting menyenangkan bagi anak, bersih dan nyaman. Organisasi ruangnya harus teratur agar anak leluasa dan nyaman beraktivitas, sekaligus dapat menyimpan seluruh perlengkapan bermainnya.

Namun dari semua itu, masalah keamanan merupakan yang utama. Sebab, anak kecil gemar menyentuh barang yang ada di sekitarnya. Untuk itu, jauhkan pera-bot elektronik dan benda-benda tajam dari jangkauannya. Jika ruang bermain terletak di lantai atas, beri pagar pembatas untuk menghindari bahaya terjatuhnya si kecil.

Material seperti penutup lantai dan tembok, haruslah benar-benar aman bagi anak. Untuk lantai, lapisi dengan karpet tebal yang lembut, atau karpet plastik bergambar binatang atau angka untuk merangsang imajinasinya. Untuk tembok, karena si kecil masih gemar berekspresi melalui coretan dan gambar, pilih pelapis dinding yang mudah dibersihkan. Biarkan si kecil bereksplorasi dengan benda-benda di sekitarnya, termasuk bangku dan meja. Maka dari itu, pilih furnitur dari bahan plastik yang ringan diangkat. Selain me-mudahkan anak untuk memindahkan, juga tak akan melukai saat bangku itu jatuh ke kakinya. Pilihan furnitur warna-warni memberikan suasana ceria pada ruang bermainnya.

Anak-anak terkadang senang men-goleksi semua mainannya, tak peduli itu sudah rusak atau tak bisa dipakai lagi.

Untuk itu, sediakan kotak atau lemari penyimpanan yang cukup untuk menam-pung seluruh mainan dan perabot anak. Simpan mainan yang sering digunakan pada laci bagian bawah agar ia mudah mengambilnya saat diperlukan. Warna kontras yang cerah seperti merah, pink, hijau, ungu muda, kuning atau oranye mampu merangsang imajinasi anak dan membangun suasana ceria di dalamnya.

Untuk menjaga suasana agar tidak membosankan, bisa digunakan wallpa-per sehingga bisa diganti sewaktu-waktu sesuai keinginan anak-anak. Wallpaper sangat pas untuk dekorasi dinding ruang bermain. Suasana ria akan lebih muncul apabila ada gambar-gambar kartun kesu-kaan anak di dinding.

l Sugiarta/Pusdat Data

Ruang Bermain AnakUtamakan Faktor Keselamatan

MBP/ist

Page 48: Majalah Bali Post Edisi 22
Page 49: Majalah Bali Post Edisi 22
Page 50: Majalah Bali Post Edisi 22

G A Y A H I D U P

27 Januari - 2 Februari 201450

Pariwisata perlu memiliki sumber daya manusia (SDM) spa yang berkualitas. Spa yang berkualitas tidak hanya terletak pada ramuan

dan bahan-bahannya tetapi juga therapist. Kualitas SDM adalah penentu kualitas spa. “Hotel, vila dan cottage di Bali tidak boleh sembarangan pilih SDM spa,” ungkap General Manager Grand Inna Kuta Hotel I Ketut Wirya Negara yang sedang gencar memperluas fasilitas spa di hotelnya.

Menurutnya, kehadiran spa dalam dunia pariwisata khususnya hotel bintang 4 ke atas, akan memberikan daya tarik dan nilai plus di mata wisatawan. “Spa yang berkuli-tas memberi kekuatan tersendiri bagi hotel tersebut. Keberadaannya menjadi salah satu pertimbangan wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka, di samping hotel yang bagus, nyaman dan aman,” kata laki-laki asal Tabanan ini.

Oleh sebab itu, lanjut Wirya Negara, tidak boleh asal-asalan memilih therapist. Sebab, hal tersebut akan memberikan efek yang kurang baik bagi tubuh dan juga kepuasan custumor. “Therapist harus tahu seluk-beluk spa. Misalnya, dalam teknik healing, mas-sage dan treatment,” terangnya.

Dia menyampaikan bahwa manajemen spa juga penting dalam menentukan kuali-tas spa. Misalnya, manajemen wajib mem-berikan training dan pengetahuan khusus kepada calon therapist untuk meningkatkan keahlian mereka. “Training sangat pent-ing karena mereka bisa praktik langsung. Bahkan, therapist juga harus tahu teori-teori spa,” jelasnyanya. Untuk mengetahui basic spa, katanya, kurang lebih menghabiskan waktu 3 bulan. Mereka harus tahu titik atau sendi apa yang harus dipijat dan bahan apa yang tepat dipoleskan. “Praktik dan pengalaman sangat memengaruhi keahlian seorang therapist,” tegasnya.

Selain pelatihan berupa teori dan prak-tik, jelasnya, orang yang berkecimpung dalam spa ada baiknya memiliki keter-ampilan lebih. Misalnya, pengetahuan Bahasa Inggris dan istilah-istilah dalam spa. Wisatawan akan lebih sreg dan yakin

apabila therapist bisa memberi penjelasan spa yang mereka tawarkan. Terakhir, yang perlu dimiliki therapist spa adalah hospital-ity. Keramahtamahan adalah ciri khas spa di Bali. “Memberi pelayanan tidak boleh setengah-setengah, harus senyum, sopan, tahu cara welcoming dan reception. Jadi spa itu harus dari dalam hati,” ujarnya.

Wirya Negara menyatakan, spa di Bali memang beda dengan negara lain. “Ke-unikan kita terletak pada bahan-bahan spa. Kita punya boreh yang berasal dari rempah-rempah alami. Nuansa spa di Bali juga unik karena didesain ala Bali. Bahkan ada yang

open air dan berhadapan langsung dengan pemandangan alam. Spa di Bali, imbuhnya, disebut-sebut menjadi yang terbaik di Asia karena kualitasnya. Hal ini berdampak baik terhadap prospek spa ke depan, mengin-gat kebutuhan wisatawan akan relaksasi meningkat. Oleh sebab itu, SDM spa perlu dipupuk dan dilatih untuk menghasilkan therapist yang berkualitas.

l IGA ocha

’’Spa Therapist’’ Tentukan Usaha Spa

LAPORANwww.bali-travelnews.com

Page 51: Majalah Bali Post Edisi 22
Page 52: Majalah Bali Post Edisi 22

TELUKBENOA

layakreklamasi

.....

22 | 27 Januari - 2 Februari 2014

RP 20.000

Bali Post

’’Penyembah’’ Uang