38
BAB I PENDAHULUAN Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan jaringan ikat yang menumpanginya, sering disebut juga dengan fibromioma, fibroid ataupun leimioma. 1,2 Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche dan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh, sebagian besar ditemukan pada wanita usia reproduksi sebanyak 20-25%. 3 Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. 4 Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimtomatik dan hampir setengah dari kasus ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik. Diperkirakan hanya 20-50% mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi. Sehingga tidak ada korelasi antara besarnya mioma dengan keluhan yang muncul. 4,5 Mioma uteri kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat dengan teknik random sampling pada wanita usia 35-49 tahun menemukan bahwa 60% kasus terjadi pada usia

Lapsus Mioma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus mioma

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri

dan jaringan ikat yang menumpanginya, sering disebut juga dengan fibromioma,

fibroid ataupun leimioma.1,2 Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum

terjadinya menarche dan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang

masih tumbuh, sebagian besar ditemukan pada wanita usia reproduksi sebanyak

20-25%.3 Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh

wanita.4 Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi

(<1%). Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimtomatik dan hampir setengah

dari kasus ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik.

Diperkirakan hanya 20-50% mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti

menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi. Sehingga tidak

ada korelasi antara besarnya mioma dengan keluhan yang muncul.4,5

Mioma uteri kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Studi yang

dilakukan di Amerika Serikat dengan teknik random sampling pada wanita usia

35-49 tahun menemukan bahwa 60% kasus terjadi pada usia 35 tahun dan

meningkat sebanyak 80% di usia 50 tahun pada wanita Afro-Amerika. Mioma

uteri merupakan tumor jinak terbanyak pada wanita dan merupakan indikasi

histerektomi tersering di Amerika Serikat.Tercatat sebanyak 39% dari 600.000

histerektomi yang dilakukan di Amerika Serikat tiap tahunnya.6

Studi prevalensi yang dilakukan di delapan negara pada tahun 2009

melaporkan kejadian mioma uteri sebanyak 4,5% pada wanita Inggris, 4,6%

Perancis, 5,5% Kanada, 6,9% Amerika Serikat, 7% Brazil, 8% Jerman, 9% Korea,

dan 9,8% di Italia.Prevalensi mioma uteri mengalami peningkatan hingga 14,1%

pada kelompok umur 40 tahun ke atas. Rata-rata mioma uteri didiagnosis pada

rentang usia 33,5 hingga 36,1 tahun.7

Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan kedua

setelahkanker serviks. Mioma uteri ditemukan pada 2,39%-11,7% pada semua

penderita ginekologi yang dirawat, sering ditemukan pada wanita nulipara atau

kurang subur daripada wanita yang sering melahirkan. Prevalensi mioma uteri di

Surabaya dan Riau masing-masing sebanyak 10,03% dan 8,03% dari semua

pasien ginekologi yang dirawat.7,8

BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 21 Januari

2016 pukul 06.00 WIB di Ruang 5/6 RS Dustira

2.1 Anamnesis

Identitas Pasien

Nama : Ny. YY

Usia : 47 tahun

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : S2

Pekerjaan : PNS

Alamat : Perum Puspa Regency B-16b

MRS : Rabu, 20 Januari 2016 pkl 14.00 WIB

Identitas Suami

Nama : Tn. HR

Usia : 52 tahun

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : S2

Pekerjaan : PNS

Alamat : Perum Puspa Regency B-16b

Keluhan Utama:

Nyeri perut di bagian bawah

Anamnesis

Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 2 tahun yang lalu.

Keluhan disertai dengan keluar darah dari jalan lahir yang semakin bertambah

banyak di luar siklus haid sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan memberat sejak 1

minggu yang lalu dengan frekuensi mengganti pembalut sebanyak 15 x/hari

isi penuh. Selain itu, keluhan disertai mual dan pusing.

Riwayat menstruasi

menarche usia 15 tahun

lama haid 7 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut dan siklus 28 hari teratur

HPHT : -

TP : -

UK : -

Hamil ke : -

Riwayat KB : IUD

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.

• Riwayat jantung berdebar, mudah lelah saat beraktivitas

disertai sesak nafas : tidak ada

• Riwayat tekanan darah tinggi : tidak ada

• Riwayat kencing manis : tidak ada

• Riwayat menderita batuk lama : tidak ada

• Riwayat pernah dioperasi di perut : tidak ada

• Riwayat alergi obat-obatan dan makanan : tidak ada

• Riwayat nyeri pinggang : tidak ada

• Riwayat sesak nafas disertai nafas berbunyi : tidak ada

• Riwayat pernah kejang : tidak ada

Riwayat kecelakaan : tidak ada

Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa serta tidak memiliki

penyakit-penyakit lain.

Riwayat perkawinan

Perkawinan pertama, umur menikah 20 tahun, dan lama menikah lebih dari

26 tahun

Riwayat obstetrik

1. 1990. Aterm. Spontan. Bidan. Laki-laki. BB 2700 gr. Hidup

2. 1999. Aterm. Spontan. Bidan. Perempuan. BB 3000 gr. Hidup

Kontrasepsi

IUD

2.2 Pemeriksaan Fisik

Berat badan : 60 kg, tinggi badan : 154 cm

Keadaan Umum : sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Frekuensi Nadi : 80x/menit, regular isi cukup, kuat angkat

Frekuensi Nafas : 19x/menit, regular

Suhu : 36oC, aksiler

Status Generalis

Kepala

Mata : Konjunctiva anemis (+/+), Sclera ikterik (-/-), Pupil isokor

(3 mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)

Hidung : Deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)

Telinga : Gangguan pendengaran (-)

Mulut : Sianosis (-), Pucat (-)

Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)

Thoraks

Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran

ICS (-)

Palpasi : Gerakan dada simetris.

Perkusi :

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-), Suara Nafas (+)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra,

batas jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan

epigastrium (-), nyeri tekan perut kiri bawah (+)

Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Superior : Hangat (+/+), edema (-/-)

Inferior : Hangat (+/+), edema (-/-)

Status Ginekologi

Inspeksi : perut tampak datar

Palpasi : nyeri tekan (+)

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan pemeriksaan

D SSonor SonorSonor SonorSonor Sonor

Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan

2.3 Diagnosis kerja sementara di ruangan

Mioma Uteri

2.4 Pemeriksaan Laboratorium

DARAH LENGKAP

Tanggal 18-01-2015 22-12-2015Hb 11,8 g/dl 9,5 g/dlHct 36 % 28,2 %Leukosit 7700 12.300Trombosit 335.000 303.000Eritrosit 4.130.000 3.300.000

HEMATOLOGIGolongan Darah AB

2.5 Observasi di ruangan

WAKTU OBSERVASI

20-01-2016 Menerima pasien baru dari Poliklinik dengan diagnosa Mioma Uteri. Pasien datang dengan keluhan Nyeri perut bagian bawah yang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan darah yang keluar dari jalan lahir yang semakin bertambah banyak hingga dalam sehari dapat mengganti pembalut sebanyak 15x.

Tanda vital :TD : 130/90 mmhg, N: 80x/menit, RR : 19x/menit, T: 36oCMata: Konjungtiva anemis (-/-)Leher: KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkatThoraks: cor:pulmo tidak ada kelainanAbdomen: Bentuk: datar

Massa: - Nyeri tekan: + a/r hipogastrium Bekas operasi: - V/V : darah +

Ekstremitas: edema -/-

Pemeriksaan Penunjang- Hematologi rutin Hb: 11,8 g/dl, HCT 36%, leukosit 7700, trombo: 335.000- Foto thoraks Gambaran cardiomegaly, pembesaran cor ke kiri, tanpa disertai tanda bendungan paru. Tak tampak pleural effusion dan tanda infeksi paru.

Penatalaksanaan:

Infus Rl 20 gtt/menit

Lapixime 1x2 gr

Direncakan histerektomi totalis 21 Januari 2016 pukul 07.00

2.6 Laporan Operasi

Nama Ahli Bedah: Dr.H. Undang Gani., Sp.OG

Diagnosis Pre operasi Mioma Uteri

Diagnosis Post operasi Hiperplasia uteri + Mioma uteri

Tanggal 11/12/2015

Jam operasi dimulai07.45

Jam operasi selesai09.00

Tindakan /macam operasi Histerektomi totalis

Laporan operasi Setelah dilakukan anestesi umum, lakukan tindakan aseptik dan

antiseptik dibagian perut bawah ibu Sayatan dilakukan secara pfannesteil, meliputi cutis, subcutis ± 12 cm,

perdarahan dirawat Fascia disayat ± 12 cm Musculus rectus abdominis disisihkan secara tumpul Peritoneum dibuka secara hati – hati DO Dipasang kassa perut untuk melindungi usus dan refraktor abdomen Ligamentum rotundum kanan dan kiri diklem, dipotong dan diikat Plika vesikouterina diidentifikasi kemudian disayat konkaf kearah

ligamentum proprium kiri dan kanan, dibuat jendela pada daerah avaskular

Ligamentum infundibulo pelvikum kiri dan kanan diklem, dipotong dan diikat

Arteri uterina diidentifikasi, kemudian diklem, dipotong dan diikat dengan dobel ligasi kiri dan kanan

Dibuat cuff depan setinggi batas arteri uterina dan cuff belakang setinggi 1 cm diatas ligamentum sakrouterina

Ligamentum kardinal, ligamentum sakro uterina diklem, dipotong dan diikat kiri dan kanan didalam cuff. Portio diidentifikasi, kemudian dengan 2 buah klem bangkok, puncak vagina disayat sehingga uterus dapat diangkat seluruhnya, ovarium kiri ditinggalkan

Puncak vagina dijahit satu-satu dengan mengikutsertakan ligamentum sakrouterina, ligamentum kardinal kiri dan kanan pada kedua ujung-ujungnya. Perdarahan dirawat.

Setelah yakin tak ada perdarahan lagi, cuff depan dan belakang dijahit satu-satu.

Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah. Dilakukan pembilasan rongga abdomen dengan NaCl 0,9%. Kassa perut diangkat.

Luka operasi dijahit lapis demi lapis. Fascia dijahit dengan vicryl no.1.0. Kulit dijahit secara subkutikuler.

Terapi post-Operasi- Biocef 1x2 gram- Lafixime 1x2 gram- Alinamin 1x1 gram- Tunggu flatus

FOLLOW UP RUANGAN

Tanggal 22/01/2016 (Hari ke-1 post operasi)

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital:

TD = 140/100 mmHG RR : 20 x/m

N = 84 x/m T : 36,1oC

Mata: konjungtiva anemis -/-

Abdomen: Bising Usus (-)

Keluhan: nyeri luka operasi

Hasil lab : Hb: 9,5 gr/dl

Terapi : - Lapixim 1 x 2 gr - alinamin

Tanggal 23/01/2016 (Hari ke-2 post operasi)

Keluhan: nyeri luka operasi dan kembung setelah minum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital:

TD = 120/90 mmHg RR : 19 x/m

N = 84 x/m T : 36,1oC

Mata: konjungtiva anemis -/-

Bising Usus (-)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Cavum Uteri

Uterus berbentuk seperti buah avokado atau buah pir yang sedikit gepeng

kearah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mepunyai rongga.

Dindingnya teridiri atas otot otot polos. Ukuran panjang uterus adkah 7-7,5 cm,

lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam

keadaaln fisiologi adalah anterversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk

sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan memberntuk sudut

dengan serviks uteri). 1

Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai

peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan

berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan

sesudah melahirkan

3.1.1 Pembagian Uterus

1. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak

antara kedua pangkal saluran telur.

2. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus

uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga

yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

3. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,

hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri

yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina. 1

3.1.2 Pembagian Dinding Uterus

1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.

Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan

dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam

masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian

tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh

darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada

janin.

2. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan

disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat

lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling

penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi

kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan

yang terbuka.

3. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang

menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:

a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting,

mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan

berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis.

Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan

arteria uterine.

b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian

belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.

c. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan

uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri

kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus

berkontraksi kuat.

d. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,

berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.

e. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba

fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya

ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteri dan vena ovarika.1

Uterus diperdarahi oleh arteria Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus

asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria Iliaka

Interna (disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum

masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks lateralis

vagina. Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah arteria

Ovarika kiri dan kanan. Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf

simpatetik dan untuk sebagian terdiri atas sistem parasimpatetik dan

serebrospinal.

3.2 Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot

polos di miometrium. Mioma uteri terjadi pada 20-50% perempuan diusia

reproduktif. Faktor genetik berpengaruh karena tumor ini jauh lebih sering

ditemukan hingga 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit hitam daripada ras kulit

putih.6

Penyebab mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali

ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan

hanya bermanifestasi selama usia reproduktif kemudian mengecil

pascamenopause. Umumnya mioma terjadi dibeberapa tempat. Pertumbuhan

mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya

tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk

ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm, tetapi

cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg.4

Walaupun seringkali asimptomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan

sangat bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas.

Perdarahan hebat yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi utama

histerektomi di Amerika Serikat. Masalah lain terkait dengan asimptomatik

mioma adalah mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi

atau histerektomi sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali.3

Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan

miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma lebih tinggi

dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah dibandingkan

dengan di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar

estrogen. Walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang estrogen tetapi

efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.5

Mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi jaringannya

dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga mudah

dienukleasi. Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin,

dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga

mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.5

3.3 Klasifikasi

Mioma dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya terdapat pada

korpus uteri. Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat

berdasarkan lokasinya.7

3.3.1 Mioma Submukosa (6,1%)

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis

ini dijumpai 6,1%, sering memberikan keluhan gangguan perdarahan walaupun

berukuran kecil. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan

kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan

dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.3

Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang

mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal

dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan. Mioma jenis ini mudah

mengalami infeksi, ulserasi dan infark karena adanya kemungkinan terjadinya

torsi dan nekrosis. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan

sepsis karena proses di atas.7

3.3.2 Mioma Intramural (54%)

Mioma intramural terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.

Jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi

tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan

mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma

yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan

dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan

miksi.7

3.3.3 Mioma Subserosa (48%)

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus diliputi oleh serosa juga dapat bertangkai. Mioma subserosa

dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma

intraligamenter. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit omentum atau usus

untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya.7

3.4 Degenerasi

Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka mioma

dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut:

Degenerasi jinak

Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah

persalinan atau menopause.

Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau “tua” di mana bagian

yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan

nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur

menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.

Kistik: setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya

gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi

atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya

cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.

Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai

mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat

menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.

Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis

dibagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan

nyeri, kaku didinding perut, dan demam akut.

Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh thrombosis

yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga

menyebabkan warna mioma. Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi

bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi

hipertrofi myometrium lebih diprioritaskan sehingga mioma mengalami

deficit pasokan dan terjadi degenerasi aseptic dan infark. Degenerasi ini

disertai rasa nyeri tetapi akan menghilang sendiri (self limited). Terhadap

kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi

diseminata intravaskuler.

Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses

degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya

asimtomatik.

Degenerasi ganas: transformasi kearah keganasan (menjadi miosarkoma)

terjadi pada 0,1-0,5% penderita mioma uteri.7

3.5 Manifestasi Klinik

Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,

arah pertumbuhan, jenis, besar, dan jumlah mioma. Hampir sebagian besar

penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya, terutama

sekali pada penderita dengan obesitas. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma

uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.

Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri.

Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44%

gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65%

wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri

pinggang. Kandung kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti

menemukan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai

penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai

akibat obstruksi mekanis tuba falopi. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma

menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang

abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul.8

Perdarahan Abnormal Uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi

pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia

defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka

sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma

submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah endometrium,

tekanan dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau

ulserasi endometrium diatas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan

trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan

kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea

dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal

miometrium.8

Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila

kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses

degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau

kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum

uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya

infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti

peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan

sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang

menekan persyarafan yang berjalan diatas permukaan tulang pelvis.7,8

Efek Penekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi

tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma.

Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.

Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya

dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat

menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dyspareunia, dan

infertilitas.

Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter dan

rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP,

kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh

efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri.7,8

3.6 Diagnosis

3.6.1 Pemeriksaan fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.

Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh

satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa

massa seperti ini adalah bagian dari uterus.7

3.6.2 Pemeriksaan Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan

perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang

mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan

polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga

akibat penekanan mioam terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan

balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.7

3.6.3 Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat

pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi

melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan

gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun

pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus hiperekoik dengan

bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.8

Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.8

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma

tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas

egas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi

sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.

MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat

disimpulkan.8

3.7 Terapi

3.7.1 Konservatif

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan

pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar

dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada

tangkai, perlu diambil tindakan operasi.7

3.7.2 Medikamentosa

Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghantikan pertumbuhan

mioma uteri secara menetap belum tersedia saan ini. Tetapi medikamentosa masih

merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat

yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH

(Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesterone, danazol, gestrinon,

tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen lain seperti gossypol dan

amantadine.7

3.7.3 Operatif

Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi

arteri uterus.

1. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa,

mioma geburt dengan cara ekstirpasi melalui vagina.

2. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya tindakan

terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alas an mencegah

akan timbulnya karsinoma serviks uteri.

3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE) adalah

injeksi arteri uterine dengan butiran polyvinyl alcohol melalui kateter yang

nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan

nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan

mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya

yang cepat.7

3.7.4 Radiasi dan Radioterapi

Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada

beberapa kasus.7

3.7.5 Algoritma Penatalaksanaan9

Suspek Mioma UteriAnamnesis: Pemeriksaan bimanual

-Gangguan haid Pemeriksaan tambahan (bila perlu)-Merasa ada benjolan diperut bawah Tes kehamilan, USG, histeroskopi-Keluhan penekanan

Mioma Uteri

Tanpa kehamilan Dengan kehamilan

Keluhan (-) Keluhan (+)

Uterus ≤12 mg Uterus >12 mg Keluhan Perdarahan Penekanan

Ya Tidak Umur agak tua: dilatasi dan kuret

Pemeriksaan PA

Tidak Ganasganas

Ingin punya anak

Miomektomi bila teknis memungkinkan

Observasi Histerektomi Lihat pengelolaan Karsinoma

endometrium

DAFTAR PUSTAKA

1. ButtramVC, Reiter ARAC. Uterine leiomyoma: Etiologi, symptomatology, and managementFertilSteril 1981;36 :433-445.

2. Coronado GD, Marshall LM, Schwartz SM. Complications in pregnancy, labor, and delivery withuterine leiomyomas: a population based study. Obstet Gynecol. 2000;95;764-769.

3. Adriaansz G. In: Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, editorts.

Ilmu Kandungan (EdisiKetiga). Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono,

2011; p.12, 274-278.

4. Baziad A. Endokrinologi Ginekologi. Edisi ketiga. Jakarta: Media

Aesculapius FKUI.2008:2015-23.

5. Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam: Price SA,

Wilson LM. Patofisiologi. Edisi Keenan, vol. 2. Alih Bahasa Pendit BU,

Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta: Penerbit

EGC.2006:1276-1310.

6. Advancing Minimally Invasive Ginecology (AAGL) Practice Report: Practice

Guidelines for The Diagnosis and Management of Submucou Leiomyomas.

Elsevier. Journal of Minimally Invasive Ginecology. Vol 19. No 2. March/April

2012:152-55.

7. Lilyani, D.I. Hubungan faktor resiko dan kejadian mioma uteri di RSUD

Tugurejo Semarang [Skripsi]. Semarang:FKU-Universitas

Muhammadiyah Semarang;2012.

8. Ginting LYB. Karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat inap

RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 [Skripsi]. Medan:FKM-

USU;2012.

9.