23
1. Definisi Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi (Prawirohardjo, 2007). Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium disebut leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka sering disebut sebagai fibroid. (Kumar, Abbas, Fausto dan Mitchell, 2007). Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9- 12 cm, dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil. (Suwiyoga K, 2003, Sutoto J. S. M., 2005) Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel- sel otot polos, sedangkan untuk otot- otot rahim disebut dengan miometri uteri (Achadiat, Chrisdiono M, 2004). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leimioma, fibromioma, atau fibroid (Mansjoer, Arif, 2001).

Mioma uteri.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mioma uteri.docx

1. Definisi

Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang

sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini

beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan

berelaksasi (Prawirohardjo, 2007). Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari

myometrium disebut leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka

sering disebut sebagai fibroid. (Kumar, Abbas, Fausto dan Mitchell, 2007).

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau

multipel.Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,

atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga

berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang ukurannya

lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm, dan dalam

uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil. (Suwiyoga K, 2003, Sutoto J. S.

M., 2005)

Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel- sel otot polos, sedangkan

untuk otot- otot rahim disebut dengan miometri uteri (Achadiat, Chrisdiono M,

2004).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat

sehingga dalam kepustakaan disebut juga leimioma, fibromioma, atau fibroid

(Mansjoer, Arif, 2001).

2. Epidemiologi

Insidens terjadinya mioma uteri sebesar 4 – 11% dari seluruh wanita. Mioma uteri

berkembang pada usia reproduksi sehingga wanita pada usia 30 an tahun mempunyai

insidens 20 – 25% dan akan meningkat menjadi 40 – 50% pada usia 40 – 50 an. Hanya

0.13% yang terus berkembang pada usia menopause dimana harus dipikirkan adanya

keganasan. Insidens di Indoensia 2,93 – 11,7%. Selain itu pada ras kulit hitam insidens

ini akan meningkat 3 – 9 kali disbanding ras kulit putih.

Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun (kurang lebih

25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering

melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan mioma ini dibandingkan

Page 2: Mioma uteri.docx

dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan

60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil

satu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan

nullipara. (Schorge et al., 2008).

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai

sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri

belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause

hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri

ditemukan 2,39- 11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu

dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan

meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun. (Joedosapoetra, 2005)

3. Klasifikasi

a. Mioma uteri submuka

Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma

bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah

terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting

dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun

intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan

yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu

memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan

sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

b. Mioma uteri subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat

pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.

Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut

sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga

peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau

mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari

tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga

Page 3: Mioma uteri.docx

mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

c. Mioma uteri intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil

tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering

tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya

massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai

mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot

rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim

dominan).

d. Mioma pedunculata

Yaitu mioma yang melekat ke dinding uterus dengan tangkai yang bisa masuk ke

peritoneal atau cavum uteri.

4. Patofisiologi

(terlampir)

5. Faktor resiko

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat

sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

a. Umur

Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yaitu

mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.

Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan (Wiknjosastro,

2005). Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada

usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause (Ganong, 2008). Pada

wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Jodosapoetro, 2005).

b. Paritas

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi

sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau

sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan

ini saling mempengaruhi.

Page 4: Mioma uteri.docx

c. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri

mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan

wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri (Parker, 2007).

d. Obesitas

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan

dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di

jaringan lemak (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen

tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan

prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri (Parker, 2007).

e. Kehamilan

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan

ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi

mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya

vaskularisasi ke uterus (Scott, 2002). Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat

mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003). Kehamilan dapat juga

mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih

dominan.

f. Kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa

menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan

konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh

nikotin (Parker, 2007).

g. Fungsi ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,

dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan

mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama

sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen

pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh

estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti

peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan

Page 5: Mioma uteri.docx

insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah

mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak

pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada

perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor

ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang

disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah

menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

h. Diet makanan

Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan

pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan

insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar

untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan

pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan

pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri

(Parker, 2007).

i. Ras dan etnik

Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma

uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-

Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali

berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan

faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita

mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan

lebih besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas

apakah perbedaan ini adalah kerana masalah genetik atau perbedaan pada kadar

sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan.

Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val genotype

untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase

(COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19%

pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita

mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita

mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi (Parker, 2007).

Page 6: Mioma uteri.docx

6. Manifestasi Klinis

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena.

Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:

Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).

Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa : menoragi, metroragi, dan

hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan

abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari

endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan

kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.

Penekanan rahim yang membesar :

o Terasa berat di abdomen bagian bawah.

o Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan

hidronefrosis.

o Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.

o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

Nyeri, dapat disebabkan oleh :

o Penekanan saraf.

o Torsi bertangkai.

o Submukosa mioma terlahir.

o Infeksi pada mioma.

Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.

Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi

implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada

pasien dengan mioma intramural dan submukosa.

Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema

ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.

7. Pemerisaan Diagnostik

a. Pemeriksaan fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis

mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih

Page 7: Mioma uteri.docx

massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini

adalah bagian dari uterus.

b. Pemeriksaan laboratorium

Meliputi darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin

darah.

Haemoglobin : turun

Lekosit : turun/meningkat

Eritrosit : turun

Albumin : turun

c. Biopsi

Untuk mengetahui adanya keganasan.

d. Vaginal toucher

Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.

e. Imaging

USG

Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan

keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi)

transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma

uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil.

Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi

transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi

yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.

Histeroskopi

Digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta

bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi

jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas

dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil

3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma (Goodwin, 2009).

Foto BNO/IVP

Page 8: Mioma uteri.docx

Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai

fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

Histerografi dan histeroskop

Untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.

Laparaskopi

Untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

8. Penatalaksanaan Medis

Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara

konservatif dan penanganan secara operatif.

A. Penanganan konservatif

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

Pemberian zat besi.

Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi

setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor

dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan

menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada

periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor

diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan

sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi

hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan

transfusi darah. Namun obat ini menimbulkan kahilangan masa tulang

meningkat dan osteoporosis pada wanita tersebut.

Catatan : Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai

efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat

dengan pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin

B. Penanganan operatif

Dilakukan bila :

Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14 minggu.

Pertumbuhan tumor cepat.

Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

Page 9: Mioma uteri.docx

Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

Hipermenorea pada mioma submukosa.

Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :

a. Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau

mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,

efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila

ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga

dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor

dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila

miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan

endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists

(ACOG) adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan

keguguran yang berulang.

b. Histerektomi

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang

memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG

untuk histerektomi adalah sebagai berikut:

Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari

luar dan dikeluhkan olah pasien.

Perdarahan uterus berlebihan :

- Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama

lebih dari 8 hari.

- Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

Page 10: Mioma uteri.docx

- Nyeri hebat dan akut.

- Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.

- Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak

disebabkan infeksi saluran kemih.

Menurut Thompson, JD dan Warshaw J (1997) dalam Hadibroto, B (2005),

histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal

hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal hysterectomy (SAH). Pemilihan jenis

pembedahan ini memerlukan keahlian seorang ahli bedah yang bertujuan untuk

kepentingan pasien. Masing-masing prosedur hysterektomi memilki kelebihan dan

kekurangan.

Total Abdominal Hysterectomy (TAH) Subtotal Abdominal Hysterectomy (STAH)

Kekurangan

- Pada TAH, jaringan granulasi yang

timbul pada tungkul vagina dan

perdarahan paska operasi dimana

keadaan initidak terjadi pada pasien

yang menjalani STAH.

Kelebihan

- Dilakukan untuk menghindari resiko

operasi yang lebih besar, seperti

perdarahan yang banyak, trauma

opersai pada ureter, kandung kemih

dan rectum.

- Ketika serviks ditinggalkan,menurut

penelitian Kilkku, 1983 di dapat data

bahwa terjadinya dyspareunia akan

lebih rendah disbanding yang

mengalami TAH, sehingga tetap bisa

menjalani fungsi seksual.

Kelebihan

- Dengan TAH, seluruh abdomen dan

pelvis dapat dikaji, hal ini baik bagi

perempuan dengan kanker sebab

dapat membantu mengkaji seberapa

besar pertumbuhan kankernya.

Kekurangan

- Pada STAH, serviks masih tetap

ditinggalkan, sehingga kemungkinan

timbulnya karsinoma serviks dapat

terjadi.

Page 11: Mioma uteri.docx

- TAH berguna bila fibroid atau kanker

yang akan dioperasi berukuran besar.

c. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus.

Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar

30 – 50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan

miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada

beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran

dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan

laparoktomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi (Namnnoun, AB (1997);

Falcone, T, dkk (2002) dalam Hadibroto, B (2005)).

Pada laparoktomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk

mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah

lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap

perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat

ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparoktomi resiko

terjadi pelengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas

pada pasien. Disamping itu masa penyembuhan pasca operasi juga lebih lama,

sekitar 4 – 6 minggu (Thomson, JD (1997); Falcone, T (2002) dalam Hadibroto, B

(2005)).

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma

submukosum yang terletak pada cavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini

ahli bedah memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi kavum

uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat bedah dimasukkan

melalui lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma

submukosum yang terdapat pada cavum uteri. Keunggulan teknik ini adalah

masa penyembuhan paska operasi (2 hari). Komplikasi operasi yang serius

jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada dinding uterus,

Page 12: Mioma uteri.docx

ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan (Tulandi (1996) dalam Hadibroto,

B (2005).

Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.

Mioma yang bertangkai diluar cavum uteri dapat diangkat dengan mudah

secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak didaerah permukaan

uterus juga dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Tindakan

laparoskopi dilakukan dengan ahli bedah memasukkan alat laparoskopi ke

dalam abdomen melalui insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan

laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi yang lebih cepat antara

2-7 hari. Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk

perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium, rektum

serta perdarahan. Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan

prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin

mempertahankan fungsi reproduksinya (Falcone, T (2002); Tulandi (1996) dalam

Hadibroto, B (2005))

d. Penanganan Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita

mengalami menopause, radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau

terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif. Radioterapi hendaknya hanya

dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. Maksud dari radioterapi

adalah untuk menghentikan perdarahan (Prawirohardjo, Sarwono, 1999).

Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).

Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

Bukan jenis submukosa.

Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.

Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan

menopause.

9. Askep

1) Pengkajian

Page 13: Mioma uteri.docx

1. Identitas pasien

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pernah mengalami infeksi pada organ reproduksi atau tidak.

- Pernah dilakukan pembedahan contohnya miomektomi atau tidak.

- Pernah dilakukan kuretase atau tidak.

4. Riwayat kehamilan

a. Gravida: jarang atau tidak pernah hamil.

b. Partus: multipara / nulipara.

c. Abortus: apakah terdapat riwayat abortus atau tidak.

d. Prematur: apakah pernah terjadi persalinan prematur ataukah tidak.

5. Riwayat hormonal

Apakah pasien mengkonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga ada

peningkatan estrogen.

6. Riwayat menstruasi

Adakah gangguan haid dan usia berapa haid pertama,pernah mengalami :

- Dysminore yaitu nyeri yang berhubungan dengan menstruasi dan paling

kuat dan bersifat kolik atau terus menerus.

- Metrorhagi yaitu perdarahan pervaginam yang berlebih yang tidak teratur

dan tidak ada hubungan dengan siklus haid.

- Menoraghi yaitu pengeluaran darah menstruasi yang lebih banyak daripada

biasanya dan terjadi pada siklus yang teratur atau normal

7. Pemeriksaan persistem

a. Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas tambahan.

b. Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah bisa naik

atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih dari 2 detik.

c. Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).

d. Bladder (B4):

- Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.

- Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.

- Nyeri tekan pada vesika urinaria.

Page 14: Mioma uteri.docx

- Hematuria.

e. Bowel (B5):

- Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan kenyal

pada perut bagian bawah.

- Konstipasi

- Auskultasi : peristaltik menurun

f. Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan ekstremitas.

B. Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot

dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.

2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang

ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,

akibat pada hubungan seksual.

3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,

prognosis dan kebutuhan pengobatan.

C. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot

dan sistem saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, tidak ada

gangguan rasa nyaman yang disebabkan oleh nyeri

KH:

Pasien merasa nyaman

Nyeri berkurang

Mampu mendemonstrasikan keterampilam relaksasi

Intervensi:

Kaji tingkat nyeri.

Berikan rasa nyaman pada pasien dengan pengaturan posisi.

Ajarkan teknik manajemen nyeri (relaksasi, visualisasi, distraksi).

Kolaborasi pemberian analgetik.

Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala

nyeri. (1-10)

Page 15: Mioma uteri.docx

Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien.

2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang

ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,

akibat pada hubungan seksual.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam konsep diri

klien tidak mengalami gangguan.

KH:

Hasil menerima keadaan dirinya

Menyatakan bersedia untuk dilakukan tindakan termasuk tindakan

pembedahan

Intervensi:

Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan

anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang

histerektomi

Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.

Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai

tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien.

Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk

membicarakan keluhan-keluhannya.

3. Risiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat d.d adanya

mioma uteri, dilakukan pembedahan, adanya luka insisi

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, risiko infeksi

klien berkurang

KH:

Monitor environmental risk factor

Monitor personal behavior risk factors

Acknowledges risk factors

Modifies lifestyle to reduce risk

Intervensi:

Limit the number of visitors, as appropriate

Monitor for systemic and localized sign and symptoms of infection

Page 16: Mioma uteri.docx

Inspect skin and mucous membranes for redness, extreme warmth, or

drainage

Inspect condition of any surgical incision/wound

Instruct patient to take antibiotics as prescribed

Teach the patient and family about sign and symptoms of infection and

when to report them to the health care provider