Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    1/25

    1

    LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

    MIOMA UTERI

    Baiduri Yasintiani

    H1A 009 047

    PEMBIMBING :

    dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG

    DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

    DI SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

    MATARAM

    2013

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    2/25

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

    dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

    Laporan kasus yang berjudul Mioma Uteri ini disusun dalam rangka mengikuti

    Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum

    Provinsi Nusa Tenggara Barat.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

    1. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, Sp.OG, selaku Ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RSUPNTB.

    2. Dr. H. Doddy A. K., Sp.OG (K), selaku supervisor3. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor4. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku supervisor5. Dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG, selaku pembimbing6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

    bantuan kepada penulis.

    Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

    Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

    khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

    sebagai dokter. Terima kasih.

    Mataram, September 2013

    Penulis

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    3/25

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Mioma uteri adalah suatu tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot

    polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan

    fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot

    uterus dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk

    perdarahan menstruasi yang banyak, penekanan pada daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi.

    Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Sering

    ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat

    lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, yang membuktikan bahwa

    banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik.1,2

    Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka

    40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya

    hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi

    sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

    bertumbuh. Di Indonesia, angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua

    penderita ginekologi yang dirawat.2

    Perihal penyebab pasti terjadinya tumor mioma belum diketahui. Bentuk tumor bisa

    tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan

    intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh ke

    dalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan di

    luar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh di kulit luar rahim yang dikenal

    dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru

    mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan di daerah perut dijumpai benjolan

    keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar. Selain itu,

    mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius sehingga terjadi gangguan

    berkemih.2,3

    Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan

    (medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi medisinalis

    yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi dan mengurangi ukuran

    mioma. Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya pembesaran

    massa mioma adalah miomektomi atau histerektomi.1

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    4/25

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiMioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

    kenyal, batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

    Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine

    fibroid.3 Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila

    dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan

    luarnya adalah kapsul.4

    B. EpidemiologiMioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor

    yang tidak diketahui dengan pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit

    berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Mioma uteri belum pernah dilaporkan

    terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang

    masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita.

    Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi

    yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun (kurang

    lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang

    sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

    dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

    menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau

    hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,

    kegemukan dan nulipara.3,4

    C. EtiologiSampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan

    penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal

    yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor

    mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga

    kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    5/25

    5

    1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan

    gejala klinis antara 35-45 tahun.

    2. Paritas : lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif infertil,tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri

    atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan

    ini saling mempengaruhi.

    3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini

    tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga yang menderita mioma.

    4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen denganpertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang

    setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.3

    D. PatofisiologiPenyebab mioma uteri menurut teori onkogenik dibagi menjadi 2 faktor, yaitu

    inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih

    belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian yang menggunakanglucose-6-phosphatase

    dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler.

    Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari

    miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor

    lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.1

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    6/25

    6

    Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,

    namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari

    reseptor estrogen dengan konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium

    sekitarnya, namun konsentrasinya lebih rendah jika dibandingkan dengan endometrium.

    Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik dari mioma pada wanita muda,

    namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.

    Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis

    dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi

    matriks ekstraseluler.1

    Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi

    penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor

    pertumbuhan miomatosa. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar

    estrogen dan mengecil atau menghilang setelah menopause.4

    E. Klasifikasi Mioma UteriKlasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.2,3,4

    Lokasi

    1. Cervical (2,6%) umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi2. Isthmica (7,2%) lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius3. Corporal (91%) merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala

    Lapisan Uterus

    Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),

    submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

    1. Mioma SubmukosaMioma submukosa berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam

    rongga uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering

    memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar

    mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,

    walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma

    submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui

    saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapat menyebabkan dismenorrhea.

    Dari sudut klinik, mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih pentingdibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    7/25

    7

    walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak

    berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan

    keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga

    sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

    Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

    pedunculated. Mioma submukosa pedunculated adalah jenis mioma submukosa

    yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,

    dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah

    mengalami infeksi, ulserasi, nekrosis, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita

    akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

    2.

    Mioma IntramuralMioma intramural terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.

    Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk

    simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak

    mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan

    konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam

    pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga

    dapat menimbulkan keluhan miksi.

    Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih

    kecil dan tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

    berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering

    tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya

    massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadangkala tumor tumbuh sebagai

    mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot

    rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim

    dominan).

    Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus.

    Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan

    daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat,

    sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik

    maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi

    keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang

    membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    8/25

    8

    fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel

    otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada

    mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat

    degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

    Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atrofi postmenopausal, infeksi, perubahan

    dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

    3. Mioma SubserosaApabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

    permukaan uterus yang diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di

    antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

    Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.

    Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut

    sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga

    peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum, atau

    mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari

    tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga

    mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

    peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

    4. Mioma IntraligamenterMioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

    ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga

    disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma

    saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran

    servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

    Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot

    polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan

    pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena

    pertumbuhan.

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    9/25

    9

    Gambar 1. Jenis-Jenis Mioma Uteri

    F. Gejala KlinisHampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

    ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala klinis hanya ditemukan pada 35-

    50% penderita mioma. Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin

    ditimbulkan sangat bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas.4

    Berbagai keluhan penderita dapat berupa :

    1.

    Perdarahan Abnormal Uterus

    1,3,4

    Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi

    pada 30% penderita. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya berupa

    hipermenorrhea, menorrhagia dan dapat juga terjadi metrorrhagia. Bila perdarahan

    terjadi secara kronis, maka dapat terjadi anemia defisiensi besi.

    Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan

    pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan pembuluh darah di area tumor

    (terutama vena), atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai

    seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan

    dari infeksi. Dismenorrhea dapat disebabkan oleh efek penekanan, kompresi,

    termasuk hipoksia lokal miometrium.

    Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain :

    Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.

    Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    10/25

    10

    Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang miomadiantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah

    yang melaluinya dengan baik.

    2. Rasa Nyeri 3,4Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus, kecuali apabila kemudian

    terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi

    akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma, atau kontraksi uterus

    sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala akut

    abdomen dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi

    merah yang mengiritasi selaput peritoneum, seperti pada peritonitis. Mioma yang

    besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan. Nyeri

    pinggang dapat terjadi pada penderita mioma akibat penekanan pada persyarafan

    yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.

    Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

    sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

    Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang

    menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenorrhea.

    3. Gejala dan Tanda Penekanan 1,3,4Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.

    Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna dan perlekatannya

    dengan omentum dapat menyebabkan strangulasi usus. Bila ukuran tumor lebih

    besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih, dan rektum.

    Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada

    kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio

    urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    11/25

    11

    dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh

    limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

    4. Disfungsi Reproduksi 1,3Abortus spontan dapat terjadi akibat efek penekanan langsung mioma terhadap

    kavum uteri. Hubungan antara mioma uteri dengan infertilitas masih belum jelas.

    Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

    Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan

    transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri

    juga dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya

    diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.

    Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan parsintertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya

    abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena

    adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi

    embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi

    endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

    G. Diagnosis1.

    Anamnesis

    Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,

    faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.3

    2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga

    dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,

    gerakan bebas, dan tidak nyeri. Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan

    bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguankontur uterus.2,3

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    12/25

    12

    3. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL)

    terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan laboratorium lainnya disesuaikan

    dengan keluhan pasien. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini

    disebabkan perdarahan uterus yang berlebihan dan habisnya cadangan zat besi.

    Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus

    menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit

    ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan

    peningkatan tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan

    eritropoetin ginjal.2

    4.

    Pemeriksaan Imaging

    a. UltrasonografiUSG transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya

    mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang

    kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui

    ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran

    ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun

    pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoikdengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang

    hipoekoik.

    b. HisteroskopiDengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

    tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. Dapat

    digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri

    pada pasien infertil.

    c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi

    jarang diperlukan dan biaya pemeriksaan lebih mahal. Pada MRI, mioma

    tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari

    miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat

    dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi

    alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

    2

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    13/25

    13

    H. PenatalaksanaanTidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri

    tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga

    biasanya mioma yang ditangani, yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta

    mioma yang diduga menyebabkan infertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri

    terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.3

    Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause

    tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

    Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan. Bila anemia (Hb < 8 g/dl), maka lakukan transfusi.3

    1. Terapi Medisinalis (Hormonal)Saat ini pemakaian Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) agonist

    memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh

    mioma uteri. Pemberian GnRH agonist bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma

    dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari penelitian

    didapatkan data bahwa pemberian GnRH agonist selama 6 bulan pada pasien

    dengan mioma uteri, didapatkan adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%.

    Efek maksimal pemberian GnRH agonist baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan

    berikutnya, tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.1

    Pemberian GnRH agonist sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan

    mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan

    pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat

    progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal, namun tidak

    dapat mengurangi ukuran mioma.1

    2. Terapi PembedahanTerapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

    menimbulkan gejala. Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.

    Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan

    American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada

    pasien dengan mioma uteri adalah :

    a) Perdarahan uterus yang tidak berespon terhadap terapi konservatifb) Dugaan adanya keganasan

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    14/25

    14

    c) Pertumbuhan mioma pada masa menopaused) Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tubae) Nyeri dan penekanan yang sangat menggangguf) Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinariusg) Anemia akibat perdarahan 1

    Miomektomi

    Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

    uterus. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

    fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada

    beberapa tindakan untuk melakukan miomektomi berdasarkan ukuran dan lokasi

    dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi,

    histereskopi, maupun dengan laparoskopi.1

    Tindakan miomektomi dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum

    pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang

    mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila

    miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan

    akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.1,3

    Histerektomi

    Histerektomi adalah tindakan pembedahan untuk pengangkatan uterus.

    Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pendekatan

    perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus secara

    laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh

    kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi

    bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus

    urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.1,3

    Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total

    abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).

    Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

    STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti

    perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.

    Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana kemungkinan

    timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut

    penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    15/25

    15

    dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan

    fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat

    menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana

    keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.1

    Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina,

    dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Histerektomi

    pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan

    tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum, histerektomi vaginal hampir

    seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang

    dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat

    diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga

    lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi

    vaginal lebih cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal.1,3

    Prosedur histerektomi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis. Miolisis per

    laparoskopi efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan menimbulkan

    devaskularisasi mioma sehingga mengurangi gejala yang terjadi.1

    .

    Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri

    Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

    Tanpa keluhan Dengan keluhan

    Konservatif Operatif

    Mioma

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    16/25

    16

    I. KomplikasiPerubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat

    degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

    Perubahan sekunder tersebut, antara lain :

    Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah persalinan, mioma uteri menjadi kecil. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor

    kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Terjadi pada mioma yang telah matang

    atau tua dimana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat

    kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau

    melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.

    Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian darimioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

    agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga

    menyerupai limfangioma. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut

    dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau

    retroperitoneum.

    Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanitaberusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

    pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

    memberikan bayangan pada foto rontgen. Umumnya mengenai mioma subserosa yang

    sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan pengendapan

    kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.

    Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilandan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan

    vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah

    berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.

    Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,

    haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada

    perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau

    mioma bertangkai.

    Degenerasi lemak (miksomatosa) : jarang terjadi dan umumnya asimtomatik,merupakan kelanjutan degenerasi hialin dan kistik.

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    17/25

    17

    Septik : defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagiantengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding

    perut, dan demam akut.4

    Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :

    a) Degenerasi GanasMioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

    mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya

    baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan

    akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi

    pembesaran sarang mioma dalam menopause.

    b) Torsi (Putaran Tangkai)Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

    sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

    Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

    c) Nekrosis dan InfeksiSarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena

    gangguan sirkulasi darah padanya.

    3

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    18/25

    18

    BAB III

    LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

    A. IDENTITAS PASIENNama : Ny. KR

    Umur : 45 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : -

    Pendidikan terakhir : -

    Agama : Hindu

    Alamat : Tanjung, KLU

    Masuk Rumah Sakit : 26/08/2013

    No. RM : 52 10 91

    B. ANAMNESAKeluhan Utama : Perdarahan menstruasi lebih banyak dari biasanya sejak 25/08/2013

    pukul 17.00 WITA.

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien rujukan dari RSUD Lombok Utara dengan Anemia Gravis dan metrorargia

    massa intra uterin susp kista dengan keganasan. Pasien mengaku perdarahan menstruasi lebih

    banyak dari biasanya sejak pukul 17.00 (25/08/2013). Riwayat mual dan muntah sebelumnya

    disangkal pasien. Riwayat trauma (-).

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Riwayat

    penyakit sistemik seperti jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    19/25

    19

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Dalam keluarganya tidak ada yang menderita keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat

    penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

    Riwayat Alergi :

    Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

    Riwayat Obsetri

    Menarche = 11 tahun

    Siklus haid = teratur

    Lama haid = 3

    HPHT = Lupa

    Riwayat Perkawinan:

    Pasien belum pernah menikah.

    Riwayat Obstetri : (-)

    Riwayat Kontrasepsi: (-)

    C. Statu Generalis :Keadaan Umum : Sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda Vital

    Tekanan Darah : 130/80 mmHgFrekuensi Nadi : 88 x/menit, regulerFrekuensi Napas : 20 x/menitSuhu : 36,70C

    Pemeriksaan F isik Umum

    Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-) THT : Dalam batas normal

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    20/25

    20

    Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB Thorax

    Jantung : S1S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)

    Paru : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

    Ekstremitas : Akral hangat + + , edema - -+ + - -

    Status Ginekologi :

    Abdomen:

    Inspeksi : tampak adanya pembesaran, tidak ada tanda-tanda peradangan, bekasoperasi (-)

    Palpasi : defense muscular (-), nyeri tekan (-), teraba massa, padat, keras,berbatas tegas, mobile, berukuran 14x5 cm

    Gentialia Eksterna:

    Inspeksi: tampak sisa darah, perdarahan aktif (-)

    Pemeriksaan Inspekulo: tidak dilakukan

    Pemeriksaan Dalam (VT): tidak dilakukan

    D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Darah Rutin

    Hb : 4,2 gr/dl

    RBC : 3,33 M/ l

    HCT : 17,7 %

    WBC : 9,35 K/ l

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    21/25

    21

    PLT : 447 K/ l

    Pemeriksaan Kimia Darah

    GDS : 103 mg/dL

    Kreatinin: 0,6 mg/dL

    Ureum : 14 mg/dL

    SGOT : 11 mg/dL

    SGPT : 6 mg/dL

    Pemeriksaan Imunologi

    HBsAg : (-)

    Ultrasonografi (USG) AbdomenHasil: Adenomiosis

    E. Diagnosa Pre Operasi: Adenomiosis

    F. Rencana Tindakan: Diagnostik : - Terapi : - Infuse RL 20 tpm

    - Tranfusi PRC 2 kolf- Ceftriaxon 1 gr/hari- Asam traneksanat 500 mg/8 jam- Vitamin K 1 ampul/8jam- Laparotomi

    Monitoring : - Perdarahan- Vital sign

    G. LAPAROTOMITINDAKAN OPERASI: SVH dan SOB

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    22/25

    22

    PENEMUAN INTRA OPERASI:

    Uterus ukuran 20x20x15 cm Terdapat perlekatan Kedua Ovarium membesar Perdarahan 600 cc

    DIAGNOSIS POST OPERASI: uterus myomatosus (intramural dan subserous)

    2 JAM POST OPERATIF:

    KU : baik Kes : CM

    TD : 140/70 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5oC

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    23/25

    23

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,

    batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Pada laporan

    kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 45 tahun dengan diagnosis mioma uteri.

    Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit

    multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien tersebut diantaranya adalah usia, dimana

    tumor ini paling sering memberikan gejala klinis pada usia 35-45 tahun. Diperkirakan ada

    korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul

    pada wanita usia reproduktif.

    Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik

    dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat

    sarang mioma ini berada (intramural, submukosa, subserosa), besarnya tumor, serta

    perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala-gejala pada pasien tersebut, antara lain

    gangguan haid berupa menorrhagia (perdarahan haid yang lebih banyak dari normal). Gejala

    yang lain berupa rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah.

    Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti

    hemodinamik pasien masih stabil. Pada palpasi abdomen, teraba massa mioma berukuran 14

    x 5 cm yang berkonsistensi padat dan keras. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras

    seperti batu hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal seperti

    karet.

    Akan tetapi, dari pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan

    gambaran uterus yang membesar dengan adenomiosis. Adenomiosis adalah suatu keadaan

    dimana jaringan endometrium ada dan tumbuh di dalam dinding otot rahim. Sedangkan,

    setelah operasi berdasarkan hasil temuan selama operasi, maka diagnosis postoperasi menjadi

    uterus myomatosus (intramural dan subserous)

    Jadi dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri melalui

    hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan operasi yang ditemukan. Penatalaksanaan

    pasien ini dilakukan konsul anastesi dan penyakit dalam untuk mengevaluasi keadaan pasien

    pre-operatif. Tindakan operasi yang dilakukan adalah SVH dan SOB. SVH (Supra Vaginal

    Histerektomi) adalah jenis hiterektomi dengan tetap membiarkan serviks. Oleh karena itu,

    pasien dapat terkena kanker mult rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear secara

    rutin. SOB (Salfingo-Ooferektomi Bilateral) adalah jenis histerektomi yang mengangkat

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    24/25

    24

    uterus, serviks, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan

    keadaan pasien seperti menopause meskipun usia masih muda.

  • 7/22/2019 Lapsus Gyn Mioma Uteri-1.docx

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf

    (Accessed on July 20, 2012).

    2. Anonim, 2006. Biomolekuler Mioma Uteri. Available from :http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdf (Accessed

    on July 20, 2012).

    3. Jevuska O, 2007.Mioma Geburt. Available from : http://oncejevuska.blogspot.com.(Accessed : July 21, 2012).

    4. Adriaansz G, 2011. Tumor Ji nak Organ Genital ia. Dalam Anwar M, Baziad A,Prabowo RP. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yayasan Bina

    Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdfhttp://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdfhttp://oncejevuska.blogspot.com/2007/10/mioma-geburt.htmlhttp://oncejevuska.blogspot.com/2007/10/mioma-geburt.htmlhttp://oncejevuska.blogspot.com/2007/10/mioma-geburt.htmlhttp://oncejevuska.blogspot.com/http://oncejevuska.blogspot.com/http://oncejevuska.blogspot.com/2007/10/mioma-geburt.htmlhttp://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf