Upload
muhamad-rezaldi
View
18
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asd
Citation preview
LAPORAN PORTOFOLIO
Topik : Thalasemia β Mayor
Tanggal Kasus : 09 Juni 2014 – 11 Juni 2014
Presenter : dr. Kartika Achmad
Pembimbing : dr. Edga Dripayanti Armina
: dr. Zukhrida A.F., M.KK
Obyektif Presentasi :
√ Keilmuan □ Keterampilan √ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen □ Masalah √ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi √ Anak √ Remaja □ Dewasa □ Lansia
Deskripsi : Anak laki-laki umur 14 tahun dengan keluhan lemas dan pucat beberapa hari
SMRS. Pasien dengan riwayat Thalassemia β Intermedia dan transfusi
berulang. Keluhan ini muncul sejak 4 tahun yang lalu, dan memberat hampir
setiap bulannya. Riwayat jaundice (+) sejak satu tahun yang lalu. Riwayat
sering demam (+). Nafsu makan pasien menurun (+), Riwayat alergi disangkal.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-). Riawayat tumbuh kembang
baik hingga umur 10 tahun tanpa keluhan. Riwayat dark urine (+).
Tujuan : Menambah pengetahuan tentang penyakit Thalassemia serta tatalaksana dan
evaluasinya selama perawatan di rumah sakit.
Bahan Bahasan : √Tinjauan Pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit
Cara Membahas : √ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ Email □ Pos
Data Pasien :
Nama : An. RZ
Umur : 14 tahun
No Register : 17 82 96
MRS : 25 Juni 2014 – 26 Juni 2014
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Thalassemia β Mayor . Pasien anak laki-laki umur 14 tahun dengan lemas badan dan
pucat beberapa hari SMRS. Pasien dengan riwayat Thalassemia β Intermedia dan
transfusi berulang setiap bulannya sejak 4 tahun SMRS. Keadaan Umum sedang, GCS
15, TD : 90/60 mmHg, Conjunctiva anemis +/+, Sklera ikterus +/+, Facies cooley (+).
Splenomegali (+). Pasien tampak pendek, kurus, dan belum pubertas.
2. Riwayat Pengobatan :
Di Rumah :
a. Tokoferol 2x1
b. Asam Folat 2x1 mg
c. Deferasirox 1x500 mg
Di Rumah Sakit :
a. Premed : Furosemide 1 amp
b. Postmed : Ca Glukonas
c. Transfusi PRC 2 bag
d. Toko E® 2x1
e. Folavit® 2x1mg
f. Exjade® 1x500mg
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
a. 2010 : Thalassemia β Intermediate
b. 2012 : Thalassemia β Mayor
c. 2013 : Ikterus obstruktif ec Batu bilirubin
4. Riwayat Keluarga :
Pasien 4 bersaudara, 3 Laki-laki dan 1 perempuan. Pasien anak ke 3, dan tidak ada dari
saudara pasien yang mengalami keluhan seperti pasien. Riwayat keluhan yang sama pada
keluarga ayah dan ibu pasien tidak diketahui.
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien anak sekolah.
Daftar Pustaka :
1. Yaish, H. M., Arceci, R. J., Harper, J. L., Johnston, J. M., & Windle, M. L. (2013,
February 4). Thalassemia Intermedia Clinical Presentation. Thalassemia Intermedia
Clinical Presentation. Retrieved July 10, 2014, from
http://emedicine.medscape.com/article/959122-clinica l
2. Mayasari, D., Bernardus, V., & Angela, N. (2011, August 22). Apakah Thalassemia itu.
Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan Dokter Sehat RSS. Retrieved July 10, 2014,
from http://doktersehat.com/apakah-thalassemia-itu/
3. Galanello and Origa, Beta-thalassemia Orphanet Journal of Rare Diseases 2010, 5:11
4. Modell, CB. J. clin. Path., 27, Suppl. (Roy. Coll. Path.), 8, 12-18
5. How Are Thalassemias Treated?. (2012, July 3). Thalassemia treatment. Retrieved July
8, 2014, from http://www.nhlbi.nih.gov/health//dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_
Treatments.html
Hasil Pembelajaran :
1. Klasifikasi Thalassemia
2. Pembagian derajat Thalassemia
3. Temuan anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien Thalassemia
4. Diagnosis Thalassemia
5. Transfusi pada Thalassemia
6. Pemberian obat kelasi pada Thalassemia
7. Transplantasi Bone Marrow pad Thalassemia
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif :
Pasien lemas badan dan pucat beberapa hari SMRS.
Badan dan putih mata kuning
Bak warna pekat
Nafsu makan menurun
Tumbuh kembang terlambat
Pubertas terlambat
2. Objektif :
Pemeriksaan fisik
GCS 15, KU : Sedang, Tampak lemas
TB : 130cm BB : 25 kg
TD : 90/60 mmHg
N : 72x/i,
T : 37,0 C
RR : 20 x/i
Mata : Conjuctiva anemis +/+, Sklera Ikterus +/+
Wajah : Facies Cooley (+)
Leher : Adam’s Apple (-)
Thorax : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-
Abdomen : Lien teraba Schuffner II
Genitalia : Pubic hair (-)
Ekstremitas : Akral hangat, jaundice (+)
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
HB :7,6 gr/dl
MCV : 75,6 (n=80-100 pg)
MVH : 26 (n=26-34 pg)
MCHC : 30,4 (32-36 pg)
TIBC : 365 gr/dl (n=240-450)
Feritin : >1000 (2013) >500 (2014) (n=15-200♂)
Apus Darah Tepi : Mikrositer, Hipokrom, Anisositosis, Poikilositosis, sel eritrosit muda,
Fragmentosit, Target sel (+)
Analisa HB : HbF 45%, HbA2 >3,5%
3. Assessment (Penalaran Klinis):
Keluhan pasien yaitu lemas dan lesu sejak beberapa hari SMRS adalah tanda-
tanda pasien mengalami kurang darah atau gejala anemia. Keluhan ini dirasakan sejak 4
tahun yang lalu dan didiagnosa sebagai Thalassemia β Intermedia. Thalassemia ini dapat
menyebabkan produksi sel darah merah tidak efektif dan hancur. Akibatnya, orang-orang
dengan thalasemia sering memiliki kurangnya jumlah sel darah merah dalam aliran darah
(anemia), yang dapat mempengaruhi transportasi oksigen ke jaringan tubuh. Selain itu,
thalassemia dapat menyebabkan sel darah merah lebih kecil dari hemoglobin normal atau
penurunan sel darah merah di bawah level normal. Hal ini jyga ditemukan pada pasien ini
dimana didapatkan pada pemeriksaan kadar Hb darahnya 7,6gr/dl. Anak-anak yang
memiliki perbedaan thalassemia memiliki berbagai jenis masalah kesehatan. Beberapa
memiliki anemia ringan dengan efek sedikit atau tidak ada, sementara yang lain
memerlukan perawatan medis sering serius. Gejala Thalassemia beta sangat bervariasi,
tergantung keparahan/kerusakan gen yang terjadi, mulai dari tanpa gejala (seakan
normal) hingga yang butuh transfusi darah seumur hidup. Pada thalassemia minor,
kerusakan gen yang terjadi umumnya ringan. Penderitanya hanya menjadi pembawa gen
Thalassemia, dan umumnya tidak mengalami masalah kesehatan, kecuali gejala anemia
ringan yang ditandai dengan lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi dan
sebagainya. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai anemia karena defisiensi zat besi.
Pada thalassemia mayor, terjadi kerusakan gen yang berat, sehingga jantung penderita
mudah berdebar-debar. Berkurangnya hemoglobin berakibat pada kurangnya oksigen
yang dibawa, sehingga jantungnya terpaksa bekerja lebih keras. Selain itu, sel darah
merahnya cepat rusak sehingga harus senantiasa dibantu suplai dari luar melalui transfusi.
Sedangkan Thalassemia intermedia merupakan kondisi antara mayor dan minor, dapat
mengakibatkan anemia berat dan masalah lain seperti deformitas tulang dan
pembengkakan limpa. Rentang keparahan klinis pada Thalassemia Intermedia ini cukup
lebar, dan batasnya dengan kelompok Thalassemia Mayor tidak terlalu jelas sehingga,
keduanya dibedakan berdasarkan ketergantungan sang penderita pada tranfusi darah.
Pada pasien ini awalnya didiagnosa sebagai Thalasemia β Intermedia dikarenakan
gejala-gejala ini muncul setelah pasien usia balita dimana pada Thalasemia mayor
keluhan-keluhan ini sudah timbul pada 3 bulan pertama kehidupan. Awalnya pasien juga
hanya sekali-sekali memerlukan trasnfusi darah untuk pengobatan lemah dan pucatnya
tetapi dalam 2 tahun terakhir keluhan yang muncul pun semakin banyak seperti
munculnya ikterus pada tubuh dan mata pasien. Pasien menjadi kurus dan kecil serta
terlambat pubertas, dan pasien menjadi cepat lelah sehingga membutuhkan terapi
transfusi darah lebih sering bahkan hingga sebulan sekali sehingga pasienpun
dikategorikan menjadi Thalassemia β Mayor. Thalasemia adalah penyakit turunan,
diwariskan dari orang tua untuk anak-anak melalui gen mereka. Seorang anak biasanya
tidak mengalami gejala kecuali jika kedua orang tuanya membawa gen talasemia. Jika
hanya satu orangtua membawa gen talasemia pada anak, maka anak tersebut memiliki
sifat talasemia. Sifat thalassemia tidak akan berkembang menjadi penyakit yang besar,
dan tidak ada perawatan medis diperlukan. Banyak orang tua yang membawa thalasemia,
tetapi sering kali tidak terdiagnosis karena gejalanya tidak tampak. Sering, thalasemia
tidak didiagnosis pada keluarga sampai bayi lahir dan membawa gen thalasemia tersebut.
Pada kasus ini, pasien adalah 4 bersaudara terdiri dari 3 laki-laki dan 1 perempuan
dimana 3 anak pertama adalah laki-laki dan pasien adalah anak ke-3, serta anak terakhir
adalah perempuan. Dari 4 bersaudara ini hanya pasien yang mengalami keluhan seperti
ini, saudara lelaki yang lain menyangkal mengalami keluhan-keluhan seperti yang
dialami oleh pasien, begitupula dengan orang tua pasien yang menyangkal adanya
keluarga mereka yang mengalami keluhan ataupun penyakit yang sama dengan anak
mereka. Namun berdarkan alur Thalassemia, penyeakit ini adalah murni penyakit
keturunan. Thalassemia diturunkan oleh orang tua yang carrier kepada anaknya. Sebagai
contoh, jika ayah dan ibu memiliki gen pembawa sifat Thalassemia (thalassemia trait),
maka kemungkinan anaknya untuk menjadi pembawa sifat Thalassemia adalah sebesar
50%, kemungkinan menjadi penderita Thalassemia mayor 25% dan kemungkinan
menjadi anak normal yang bebas Thalassemia hanya 25%.
Pada pasien ini juga didapatkan adanya jaundice ec obtruksi dimana Batu
empedu adalah komplikasi yang sering karena kelainan dalam produksi empedu yang
melibatkan hati dan kantong empedu pada pasien thalassemia.
Penanganan Thalassemia sangat tergantung pada jenis yang diidap penderitanya.
Penderita Thalassemia Minor umumnya tidak memerlukan pengobatan. Penderita
thalassemia intermedia mungkin memerlukan transfusi darah dengan frekuensi yang
berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan anemia masing-masing. Penderita
thalassemia mayor umumnya harus menjalani transfusi darah setiap 2-3 minggu sekali
sepanjang hidup mereka, dan biasanya transfusi darah mulai diperlukan sebelum ulang
tahun mereka yang kedua. Transfusi darah berulangkali dapat mengakibatkan kondisi
kelebihan zat besi yang disebut iron-overload, yang menyebabkan hati dan limpanya
membengkak, sehingga perutnya menjadi buncit. Untuk mengatasi kelebihan zat besi ini,
mereka harus menjalani terapi khelasi (chelation therapy) dengan bahan desferal, yang
biayanya juga relatif tinggi sebagaimana transfusi darah yang harus mereka jalani secara
rutin. Pengobatan dilakukan dengan meminum obat setiap hari melalui mulut atau
subkutan atau administrasi intravena. Terapi kelasi diberikan 5 sampai 7 hari seminggu
dan telah terbukti dapat mencegah kerusakan hati dan jantung dari kelebihan zat besi,
memungkinkan untuk mengalami pertumbuhan normal dan perkembangan seksual, dan
meningkatkan rentang hidup. Pada pasien ini juga telah diberikan terapi kelasi yaitu obat
Exjade® yang diberi 1 kali sehari. Selain itu pasien juga diberi obat asam folat dan
vitamin E yang juga berguna untuk membentuk sel darah merah yang sehat serta
diberikan pada pasien-pasien yang ditransfusi serta pasien yang mendapatkan terapi
kelasi. Anak-anak dengan transfusi yang teratur harus dipantau secara ketat untuk tingkat
zat besi dan komplikasi kelebihan zat besi pada obat kelasi. Risiko lain yang terkait
dengan transfusi darah kronis adalah anak-anak akan memiliki reaksi alergi yang dapat
mencegah transfusi lebih lanjut dan menyebabkan penyakit yang serius.
Baru-baru ini, beberapa anak telah berhasil menjalani transplantasi sumsum
tulang untuk mengobati thalassemia mayor, namun, ini hanya dalam kasus-kasus
penyakit talasemia sangat melumpuhkan. Ada resiko yang cukup besar untuk
transplantasi sumsum tulang: prosedurnya melibatkan kehancuran dari semua sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan repopulating ruang sumsum dengan sel donor
yang harus cocok sempurna (perbandingan terdekat biasanya dari saudara kandung).
Prosedur ini biasanya dilakukan pada anak-anak muda berusia 16 tahun yang tidak
memiliki penyakit hati yang serius. Darah membentuk sel-sel induk yang diambil dari
darah tali pusat juga telah berhasil ditransplantasikan, dan penelitian menggunakan teknik
ini diharapkan meningkat. Saat ini pengobatan sumsum tulang adalah satu-satunya obat
yang diketahui untuk penyakit ini.
Dalam perjalanan penyakitnya, pasien telah melakukan terapi yang sudah sesuai
dengan penyakitnya. Selain transfusi, obat-obatan juga diberikan untuk pengobatan
penyakit thalassemia pasien ini. Pasien kemudian pulang satu hari setelah transfusi
dikarenakan kondisi semakin membaik dengan kadar Hb saat pulang 12,8 gr/dl.
Kemungkinan pasien akan datang kembali 3-4 minggu kedepan bila mengalami kembali
gejala-gejala anemianya untuk mendapatkan terapi transfusi kembali sehingga dapat
memperbaiki kadar Hb pasien yang rendah.
Prognosis pasien ini jelek, karena Thalassemia mayor ini membutuhkan terapi
transfusi sepanjang hidupnya. Diperlukan juga terapi kelasi akibat transfusi yang
berkepanjangan dan bukanlah sesuatu yang murah. Selain itu pasien thalassemia rentan
dengan munculnya penyakit lain yang dapat memperburuk kondisinya sewaktu-waktu.
Saat ini terapi penyembuhan terbaik thalassemia hanyalah bone marrow transplant dan
prosedur ini juga bukanlah hal yang mudah dan butuh persiapan mental,fisik dan
keuangan, Pasien dan keluarga harus diedukasi dan dimotivasi untuk tetap semangat
dalam menjalani terapi penyakit thalassemia sehingga dapat memperpanjang harapan dan
kualitas hidup pasien thalassemia.
4. Plan :
a. Diagnosis
Upaya diagnosis pada pasien ini maksimal. Dari keluhan pasien yaitu pucat, ikterus
dan adanya riwayat transfusi rutin sebulan sekali dengan Hb 7,6gr/dl dapat dipastikan
bahwa keluhan tersebut adalah keluhan penyakit thalassemia. Selain itu juga telah
dilakukan pemeriksaan ADT yang menunjukkan gambaran penyakit thalssemia dan
diceknya kadar feritin serum dan didapatkan tinggi semakin menambah pasti
diagnosis thalassemia pada pasien ini. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti USG
abdomenpun telah menunjukkan bahwa pada pasien ini terdapat gejsla penyerta lain
yaitu ikterus akibat adanya obstruksi batu.
b. Pengobatan
Pengobatan pada pasien ini sudah maksimal untuk penyakit thalssemia. Pasien telah
mendapatkan transfusi PRC, diberikan juga obat kelasi besi sehingga dapat menangi
penumpukan cadangan besi di limpa akibat seringnya dilakukan transfusi serta juga
mendapatkan vitamin E dan Asam folat yang membantu pembentukan sel darah
merah yang sehat. Pengobatan ini akan dilakukan seumur hidup terutama bila pasien
kembali mengalami gejala kurang darah sehingga harus ditransfusi kembali.
Pengobatan dengan bone marrow transplant perlu dipertimbangkan untuk
memperpanjang harapan hidup pada pasien thalassemia karena saat ini cangkok
sumsum tulang belakang adalah satu-satunya terapi penyembuhan pada penyakit
thalassemia itu sendiri. Prosedur ini memang tidak cepat dapat dilakukan mengingat
perlunya persiapan biaya dan donor sumsum tulang belakang yang sehat dan cocok
untuk pasien thalassemia itu sendiri. Selain itu tak jarang terjadi juga terjadi graft vs
host disease pada pasien yang dicangkokkan donor bone marrow tersebut sehingga
memperebesar angka kegagalan dari cangkok tulang belakang itu sendiri.
c. Pendidikan
Diberikan pengarahan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit thalassemia itu
dan gejala-gejala yang perlu diwaspadai. Pasien juga perlu diberitahukan pada
sekolahnya agar mengijinkan pasien tidak mengikuti kegiatan olahraga apapun karena
akan memperberat kondisi pasien thalassemia. Pentingnya semangat dan motivasi
pada pasien dan keluarganya mengingat pasien akan sering bolak balik keluar masuk
rumah sakit untuk transfusi darah bila mengalami gejala kurang darah lagi.
d. Konsultasi
Dijelaskan secara rasional perlunya keluarga pasien terutama ayah, ibu dan saudara-
saudara pasien untuk dicek trait thalassemianya. Sehingga dapat diketahu ayah dan
ibu pasien carrier dari trait thalassemia tipe apa, dan begitupula saudara pasien
apakah ada yang carrier, sehat ataupun cenderung thalassemia meskipun hanya minor
dan tanpa keluhan. Konsultasi perlu dilakukan di dokter spesialis anak terutama
konsulen hemato onkologi medik dan juga perlunya pasien untuk cek kadar feritin
berkala untuk menentukan dosis terapi kelasi besi yang akan digunakan.