37
A. DEFINISI Diare adalah feses dengan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau tanpa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tucker, 1998). Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi, dan fungsi sekresi (Wong, 2001). Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir atau darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997). Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan bagian feses tidak berbentuk (Nethina, 2001). Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan sistem pencernaaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja. Diare dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Diare Akut Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas defekasi. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

Laporan pendahuluan diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengertian diare

Citation preview

Page 1: Laporan pendahuluan diare

A. DEFINISI

Diare adalah feses dengan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau tanpa

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tucker,

1998).

Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi, dan fungsi sekresi (Wong, 2001).

Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan

lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula

bercampur lendir atau darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi

dengan bagian feses tidak berbentuk (Nethina, 2001).

Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan

sistem pencernaaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami

kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari

empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat

berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.

Diare dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Diare Akut

Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas

defekasi. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

2. Diare Kronis

Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu.

Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh yang berlebihan. Dehidrasi

merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak ketika haluaran cairan

total melebihi asupan cairan total.

Berdasarkan tipenya, dehidrasi terdiri dari tiga tipe, yaitu: isotonic, hipertonik, dan

hipotonik.

1. Dehidrasi isotonis dicirikan dengan defisit air dan elektrolit yang terjadi dalam

proporsi seimbang. Isotonis merupakan jenis dehidrasi yang paling sering terjadi

(sekitar 70% kasus dehidrasi dihubungkan dengan diare pada bayi).

2. Dehidrasi hipertonik dicirikan dengan kehilangan cairan melebihi kehilangan

elektrolit. Hal ini terjadi pada sekitar 20% kasus dehidrasi akibat diare berat pada

bayi.

Page 2: Laporan pendahuluan diare

3. Dehidrasi hipotonik dicirikan dengan kehilangan sejumlah elektrolit melebihi

kehilangan cairan. Pada bayi, sebanyak 10% kasus dehidrasi yang terjadi akibat

diare berat.

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:

a. Kehilangan berat badan

Dehidrasi ringan dicirikan dengan kehilangan 5% dari berat badan sebelum sakit.

Dehidrasi sedang dicirikan dengan kehilangan lebih dari 5% sampai 10% dari berat

badan sebelum sakit.

Dehidrasi berat dicirikan dengan kehilangan lebih dari 10% berat badan sebelum

sakit.

b. Skor Mavrice King

Bagian tubuh

Yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum

Kekenyalan kulit

Mata

Ubun-ubun besar

Mulut

Denyut nadi/mata

Sehat

Normal

Normal

Normal

Normal

Kuat <120

Gelisah, cengeng

Apatis, ngantuk

Sedikit kurang

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

Sedang (120-140)

Mengigau, koma,

atau syok

Sangat kurang

Sangat cekung

Sangat cekung

Kering & sianosis

Lemas >40

Keterangan

- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan

- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

c. Gejala klinis

Gejala klinisGejala klinis

Ringan Sedang Berat

Keadaan umum

Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma

Page 3: Laporan pendahuluan diare

Rasa haus

Sirkulasi

Nadi

Respirasi

Pernapasan

Kulit

Uub

+

N (120)

Biasa

Agak cekung

Agak cekung

Biasa

Normal

Normal

++

Cepat

Agak cepat

Cekung

Cekung

Agak kurang

Oliguri

Agak kering

+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekali

Cekung sekali

Kurang sekali

Anuri

Kering/asidosis

Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein,

lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila

terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis

keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Umur Berat Badan Total/24 jam

Kebutuhan

Cairan/Kg BB/24

jam

3 hari

10 hari

3 bulan

6bulan

9 bulan

1 tahun

2 tahun

3.0

3.2

5.4

7.3

8.6

9.5

11.8

250-300

400-500

750-850

950-1100

1100-1250

1150-1300

1350-1500

80-100

125-150

140-160

130-155

125-165

120-135

115-125

Page 4: Laporan pendahuluan diare

4 tahun

6 tahun

10 tahun

14 tahun

18 tahun

16.2

20.0

28.7

45.0

54.0

1600-1800

1800-2000

2000-2500

2000-2700

2200-2700

100-1100

90-100

70-85

50-60

40-50

Whaley and Wong (1997)

Menurut Ngestiyah (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil

(1998),Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI

(1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada

anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :

Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan

Sedang

Berat

50

75

125

100

100

100

25

25

25

175

200

250

Keterangan :

PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)

NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)

CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

B. ETIOLOGI

Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

1. Faktor infeksi

a) Infeksi enteral

Page 5: Laporan pendahuluan diare

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:

- Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas.

- Infeksi virus: Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.

- Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, strongyloides); Protozoa

(Etamoba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida

albicans).

b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media

akut (OMA) tonsilitis/ tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah

dua (2) tahun.

2. Faktor malaborsi

a) Malabsorsi karbohidrat

Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare

yang terpenting pada bayi dan anak.

b) Malabsobsi lemak

c) Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas.

Dehidrasi dapat disebabkan oleh kehilangan air yang tidak disadari pada kulit dan

saluran pernapasan, peningkatan eksresi cairan pada ginjal dan gastrointestinal (GI),

atau penurunan asupan cairan. Kemungkinan penyebab dehidrasi: muntah dan diare

yang berlebihan, asupan cairan yang tidak cukup, ketoasidosis deabetik, luka bakar

berat, demam tinggi berkepanjangan, hiperventilasi.

C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,

akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya

Page 6: Laporan pendahuluan diare

toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam

rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare

sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat

masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam

lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan

akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),

merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja, adanya kaosis

kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal

(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler

kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak

yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg%

pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah

yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu

yang encer ini diberikan terlalu lama.

Page 7: Laporan pendahuluan diare

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi ronjatan (shock) hiperolemik, akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi

klien akan meninggal.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial

dan wiata.

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam

akibat banyaknya asam laktat.

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-

ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung

cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)

sebagai akibat hipovokanik.

7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan

dalam. (Kusmaul).

Diare dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Diare akut

- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak

enak, nyerri perut

- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut

- Demam

2. Diare kronik

Page 8: Laporan pendahuluan diare

- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

- Penurunan BB dan nafsu makan

- Demam indikasi terjadi infeksi

- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

Bentuk klinis diare

Diagnose Didasarkan pada keadaan

Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14

hari

b. Tidak mengandung darah

Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat

menimbulkan dehidrasi berat, atau

b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB kolera,

atau

c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01

atau 0139

Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)

Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare dengan

gizi buruk

a. Diare apapun yang disertai gizi buruk

Diare terkait

antibiotika

(Antibiotic

Associated

Diarrhea)

a. Mendapa pengobatan antibiotic oral spectrum luas

Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja

b. Massa intra abdominal (abdominal mass)

c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Page 9: Laporan pendahuluan diare

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan

Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda:

a. Letargis/tidak sadar

b. Mata cekung

c. Tidak bisa minum atau malas

minum

d. Cubitan perut kembali sangat

lambat (≥ 2 detik)

Beri cairan untuk diare

dengan dehidrasi berat

Dehidrasi ringan atau

sedang

Terdapat 2 atau lebih tanda:

a. Rewel gelisah

b. Mata cekung

c. Minum dengan lahap atau haus

d. Cubitan kulit kembali dengan

lambat

a. Beri anak dengan

cairan dengan

makanan untuk

dehidrasi ringan

b. Setelah rehidrasi,

nasehati ibu untuk

penangan dirumah dan

kapan kembali segera

Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi

ringan atau berat

a. Beri cairan dan

makanan untuk

menangani diare

dirumah

b. Nasehati ibu kapan

kembali segera

c. Kunjungan ulang

dalam waktu 5 hari

jika tidak membaik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang diare akut:

- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan dengan

adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat

keparahan penyakit namun tidak spesifik.

Page 10: Laporan pendahuluan diare

- Kultur tinja bisa mengidentiffikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile

ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan berdasarkan

adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berddasarkan ditemukannya

organisme saja.

- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut

Pemeriksaan penunjang diare kronis:

Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas diagnosis

klinis yang paling mungkin.

- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi darah, tes

khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi

tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.

- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan

giardiasis.

- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan Sudan

black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit, kadar

lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang

terstandardisasi.

- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,

sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography

(ERCP) dan/atau CT pankreas.

- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit seliaka dan

giardiasis.

- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopisaluran pencernaan bagian bawah lebih

menguntungkan dariada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan ketika

mukosa terlihat normalpada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya

kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).

- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan

bakteri pada usus halus (laktulosa).

- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn atau

bahkan struktur usus halus.

Page 11: Laporan pendahuluan diare

- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan terakhir

daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara paling tepat

untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.

- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus dilakukan

pengukuran kadar hormon puasa.

Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum

mereda setelah 5-7 hari, maka hurus dilakukan pemeriksaan berikut:

a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk Salminella

typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat perjalanan ke luar

negeri.

b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,

Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium difficile).

c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau kolitis

ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.

Page 12: Laporan pendahuluan diare

F. PATHWAY

gas

G.

H.

I.

J.

K.

L.

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus

Hipersekresi air & elektrolit

Isi usus

Toksik tidak dapat diserap

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan di usus

Ansietas

Diare

Kerusakan integritas kulit

Kekurangan volume cairan

Dehidrasi

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Hilang cairan & elektrolit berlebihan

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

Nafsu makan

Mual muntah

Resiko syok (hipovolemik)

Page 13: Laporan pendahuluan diare

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan diare akut pada anak:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

2. Dietetik

3. Obat-obatan

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan

akurat, yaitu:

1) Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup

banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar

kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya

ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada

keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi

dengan segala akibatnya.

2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan

jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung

dengan cara/rumus:

- Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma – 1,025

---------------------- x BB x 4 ml

0,001

- Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

Page 14: Laporan pendahuluan diare

* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Perbandingan BB dan Umur

BB (kg) Umur PWL NWL CWL

Total

Kehilangan

Cairan

< 3

3-10

10-15

15-25

< 1 bln

1 bln-2 thn

2-5 thn

5-10 thn

150

125

100

080

125

100

080

025

25

25

25

25

300

250

205

130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah

NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus

menerus

1) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan

yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera

pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6

bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula

lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula

yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

2) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai

berikut:

- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran

1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

Page 15: Laporan pendahuluan diare

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset

berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis

cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml

= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

- Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2. Dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7 kg, jenis makanan:

- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak

jenuh.

- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

Page 16: Laporan pendahuluan diare

- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya

susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai

sedang atau tak jenuh.

Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan

kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.

Kebutuhan kalori

1. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB

2. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan

3. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB

4. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)

5. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)

Kebutuhan Asam amino

1. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB

2. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB

3. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB

Kebutuhan Mikronutrien

1. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB

2. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB

Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang

bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran

dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare

dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun

bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram,

margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya

ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe

yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air

sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan

siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe ,

tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200

cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk

disajikan.

Page 17: Laporan pendahuluan diare

3. Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

1) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)

2) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

3) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

H. ANALISA DATA

No. Data Masalah

keperawatan

Etiologi Diagnosa

Keperawatan

1. Batasan karakteristik

1. Perubahan status mental

2. Penurunan tekanan

darah

3. Penurunan tekanan nadi

4. Penurunan turgor kulit

5. Peurunan haluaran urine

6. Membran mukosa

kering

7. Kulit kering

8. Peningkatan hematokrit

9. Peningkatan suhu tubuh

10. Peningkatan frekuensi

nadi

11. Peeningkatan

konsentrasi urine

Kekurangan

volume cairan

Output

berlebih

Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan output

berlebih

Page 18: Laporan pendahuluan diare

12. Penurunan berat badan

13. Haus

14. Kelemahan

2. 1. Kram abdomen

2. Nyeri abdomen

3. Menghindari makanan

4. Berat badan 20% atau

lebih di bawah berat

badan ideal

5. Kerapuhan kapiler

6. Diare

7. Kehilangan rambut

berlebihan

8. Bising usus hiperaktif

9. Kurang makanan

10. Kurang informasi

11. Penurunan berat badan

dengan asupan makanan

adekuat

12. Membran mukosa pucat

13. Ketidakmampuan

memakan makanan

14. Tonus otot menurun

15. Mengeluh gangguan

sensasi rasa

16. Cepat kenyang setelah

makan

17. Sariawan rongga mulut

18. Kelemahan otot

pengunyah

19. Klemahan otot untuk

menelan

Gangguan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Intake

makanan yang

tidak adekuat

Gangguan

nutrisi kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan intake

makanan yang

tidak adekuat

Page 19: Laporan pendahuluan diare

3. 1. Kerrusakan lapisan kulit

(dermis)

2. Gangguan permukaan

kulit (epidermis)

3. Infasi struktur tubuh

Kerusakan

integritas kulit

Kerusakan

integritas kul

I. RENCANA KEPERAWATAN

No

.

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan output

berlebih

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan kebutuhan

cairan dan elektrolit

dalam tubuh pasien dapat

teratasi dengan kriteria

hasil:

- Input dan output

cairan elektrolit

seimbang.

- Menunjukkan

membran mukosa

lembab dan turgor

jaringan normal.

Fluide management

1. Timbang popok/pembalut jika

diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan

output yang akurat

3. Monitor status hidrasi

(kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan

ortostatik), jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Kolaborasikan cairan IV

6. Monitor status nutrisi

7. Dorong masukan oral

8. Kolaborasi dengan dokter.

Hypovolemia Management

1. Monitor status cairan termasuk

intake dan output cairan

2. Monitor tingkat HB dan

hematokrit

Page 20: Laporan pendahuluan diare

3. Monitor respon pasien

terhadap penambahan cairan

4. Monitor berat badan

2. Gangguan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan intake

makanan yang

tidak adekuat

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan kebutuhan

nutrisi pasien dapat

teratasi dengan kriteria

hasil:

1. Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

2. Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

3. Menunjukan

peningkatan fungsi

pengecapan dari

menelan

4. Tidak terjadi

penurunan berat

badan yang berarti

Nutrition mangement

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

3. Anjurukan pasien untuk

meningkatkan intake IV

4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

7. Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas

normal

2. Monitor adanya penurunan

berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa

dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau

orang tua selama makan

5. Monitor lingkungan selama

makan

6. Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam

Page 21: Laporan pendahuluan diare

makan

7. Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut

kusam, dan mudah patah

10. Monitor kadar albumin, total

protein, HB, dan kadar HT

11. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

12. Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

3. Kerusakan

integritas kulit

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan kerusakan

integritas kulit pasien

dapat teratasi dengan

kriteria hasil:

1. Integritas kulit yang

baik bisa

dipertahankan

(sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi,

pigmentasi)

2. Tidak ada luka atau

lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan

pemahaman dalam

Pressure Management

1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang

longgar

2. Jaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering

3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi

pasien) setiap 2 jam sekali

4. Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pada daerah

tertekan

5. Monitor aktivitas dan

mobilisasi pasien

6. Memandikan pasien dengan

sabun dan air hangat

Page 22: Laporan pendahuluan diare

proses perbaikan

kulit dan mencegah

terjadinya cidere

berulang

5. Mampu melindungi

kulit dan

mempertahankan

kelembaban kulit dan

perawatan alami

Daftar Pustaka

Page 23: Laporan pendahuluan diare

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15. Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Davey Patrick.2003.Medicine at a Glance. Erlangga: Jakarta.

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina

Hany. Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid I dan II. Yogyakarta: MediAction Publishing.

Rubenstein David, dkk.2005. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.Erlangga:Jakarta

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. (ed. 5). Alih Bahasa Yasmin Asih,dkk. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.

Page 24: Laporan pendahuluan diare

KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH ANAK

1. < 10 Kg = 100 cc/kgBB/hari2. <20Kg =1000cc + (BB-10)x50cc / hari3. <30kg =1500cc + (BB-20)x20cc / hari

BALANCE CAIRANBalance Cairan = Intake (minum+infus+makan)- output (IWL+Urine+On Going Loss)–> OGL: feses dan muntahPerhitungan IWL<1thn=50cc/kgBB/hr1-3thn=40cc/kgBB/hr3-5thn=30cc/kgBB/hr>5thn=20cc/kgBB/hrPerhitungan Diuresis: Jumlah urine cc/BBxjam1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses peradangan usus halus

Tujuan : Suhu tubuh kembali normalCriteria hasil ;- tidak demam- tanda-tanda vital dalam batas normala. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 – 4 jam.R/ : Mengetahui keadaan umum pasien

b. Berikan kompres dingin.R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuh

c. Atur suhu ruangan yang nyaman.R/ : Memberikan suasana yang menyenangkan dan menghilangkan ketidaknyamanan.

d. Anjurkan untuk banyak minum air putihR/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

e. Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikR/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri

2. Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halusTujuan : Pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hariCriteria hasil : konsistensi normal

a. Kaji pola eliminasi pasienR/ : Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai

b. Berikan minuman oralitR/ : Untuk menyeimbangkan elektrolit

c. Kolaborasi dengan dokter dalam obatR/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare

d. Auskultasi bising ususR/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit

e. Selidiki keluhan nyeri abdomenR/: Berhubungan dengan distensi gas

Page 25: Laporan pendahuluan diare

f. Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesR/: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

g. Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABR/: Mengatasi konstipasi yang terjadi

h. Kolaborasi Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiR/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan

7. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradanganTujuan : nyeri hilang/berkuranKriteria hasil     :-          Tidak ada keluhan nyeri-          Wajah tampak tampak rileks-          TTV dalam batas normal

a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeriR/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.b.Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.c.    Ajarkan   tehnik   nafas    dalamR/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyerid. Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya

visualisasi, aktivitas hiburan yang tepatR/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatiane. Kolaborasi obat-obatan analgetikR/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri

Page 26: Laporan pendahuluan diare