Laporan Mikro 7 UJI BIOKIMIA

Embed Size (px)

Citation preview

SCB1603402PTAPRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2013/2014Drs. IMAN SANTOSO, M. PhilDra. SITARESMI, M. Sc

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGIUJI BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME

NAMA : ANDI AISYIAH ALWIENPM : 1106005282KELOMPOK: I (SATU) BTANGGAL PRAKTIKUM : 13 November 2013ASISTEN : AYU NOVITA SARI GINTANG PRAYOGI

UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN BIOLOGI2013

UJI BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME

I. TUJUAN1. Mengetahui dan memahami tahap aktivitas mikroorganisme.2. Mengetahui dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia.3. Mempelajari dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia.

II. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA1. Hidrolisis PolisakaridaA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum hidrolisis polisakarida antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, cawan petri, dan rak tabung reaksi.B. BAHAN Bahan yang digunakan praktikum hidrolisis polisakarida adalah medium Starch Agar (SA), larutan Iodin, biakan Escherichia coli dan Bacillus subtilis.C. CARA KERJAPraktikum hidrolisis polisakarida diawali dengan membagi cawan petri yang telah berisi medium Starch Agar (SA) menjadi dua bagian menggunakan spidol. Biakkan Bacillus subtilis diinokulasikan pada bagian pertama dari cawan petri dengan menggunakan teknik streak dari jarum ose. Biakkan Escherichia coli diinokulasikan pada bagian kedua cawan petri dengan teknik streak menggunakan jarum ose. Cawan petri kemudian disimpan di inkubator sampai waktu 24 jam cawan petri ditetesi dengan larutan iodin dan diamati zona bening di sekeliling masing-masing biakkan yang terbentuk selama 24 dan 48 jam.2. Hidrolisis ProteinA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum hidrolisis protein antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, cawan petri, dan rak tabung reaksi.

B. BAHANBahan yang digunakan praktikum hidrolisis protein adalah medium Skin Milk Agar (SMA), biakan Escherichia coli dan Bacillus subtilis.C. CARA KERJAPraktikum hidrolisis protein diawali dengan membagi cawan petri yang telah berisi medium Skim Milk Agar (SMA) menjadi dua bagian menggunakan spidol. Biakkan Bacillus subtilis diinokulasikan pada bagian pertama dari cawan petri dengan menggunakan teknik streak dari jarum ose. Biakkan Escherichia colidiinokulasikan pada bagian kedua cawan petri dengan teknik streak menggunakan jarum ose. Cawan petri kemudian disimpan di inkubator dan diamati zona bening di sekeliling masing-masing biakkan yang terbentuk selama 24 dan 48 jam.3. Fermentasi KarbohidratA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum fermentasi karbohidrat antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, tabung durham dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum fermentasi karbohidrat adalah medium Czapeks Dox Broth (CDB), larutan fenol red, larutan laktosa, larutan glukosa, larutan sukrosa, dan biakan Escherichia coli dan Bacillus subtilis.C. CARA KERJAPraktikum fermentasi karbohidrat diawali dengan menginokulasikan suatu seri medium (laktosa, sukrosa, dan glukosa) dengan satu ose B. subtilis. Begitu pula dengan E. coli juga diinokulasikan pada satu seri medium lainnya (laktosa, sukrosa, dan glukosa). Setiap tabung diberi keterangan nama medium dan nama bakteri yang diinokulasikan. Tabung-tabung tersebut kemudian diinokulasikan pada suhu 35C dan diamati reaksi asam dan adanya gas pada tabung durham selama 24, 48, dan 120 jam.4. Uji Katalase A. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji katalase antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, kaca objek, senter, stopwatch dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji katalase adalah larutan H2O2, biakan Escherichia coli dan Bacillus subtilis.C. CARA KERJAPraktikum uji katalase diawali dengan membersihkan gelas objek menggunakan alkohol, lalu diteteskan sedikit larutan H2O2 3% pada dua titik. Biakkan B. subtilis diambil sedikit menggunakan jarum ose dan di letakkan pada salah satu tetesan larutan H2O2, begitu pula dengan biakkan E. coli. Gelembung-gelembung O2 diamati dalam tetesan H2O2 dan dicatat waktu terbentuknya gelembung menggunakan stopwatch.5. Uji OksidaseA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji oksidase antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji oksidase adalah medium M802, larutan -naftol, larutan P-aminodimetiloksalat, biakan Escherichia coli dan Pseudomonas FT 3. C. CARA KERJAPraktikum uji oksidase diawali dengan menginokulasikan satu ose dari masing-masing biakkan Pseudomonas FT 3 dan E. coli pada tabung medium M802 cair. Tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30C. Setelah 24 jam, pada kedua tabung diteteskan 0,2 ml larutan alfa-naftol 1% dan 0,3 ml larutan p-aminodimetilalanin-oksalat. Kocok dan amati perubahan warna yang terjadi.6. Uji Penggunaan SitratA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji penggunaan sitrat antara lain tabung reaksi, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji penggunaan sitrat adalah medium Koser Citrate Agar (KCA), biakan Escherichia coli dan Pseudomonas FT 3.C. CARA KERJAPraktikum uji penggunaan sitrat diawali dengan menginokulasi satu ose dari masing-masing biakkan E. coli dan Pseudomonas FT 3 pada tabung yang berisi medium KCA. Kedua tabung tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37C dan diamati sealama 24, 48, dan 120 jam. Pertumbuhan dan perubahan warna yang terjadi pada tabung diamati dan dibandingkan dengan kontrol.7. Uji Methyl RedA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji methyl red antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji methyl red adalah medium Methyl Red (MR), larutan methyl red, biakan Escherichia coli dan Pseudomonas FT 3.C. CARA KERJAPraktikum uji methyl red diawali dengan penginokulasian satu ose dari masing-masing biakkan E. coli dan Pseudomonas FT 3 pada masing-masing tabung medium MR. Kedua tabung diinkubasi pada suhu 30C dan diamati selama 24, 48, dan 120 jam. Pada pengamatan 48 jam kedua tabung ditetesi reagen methyl red dan diamati perubahan warna yang terjadi.8. Uji Voges ProskauerA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji voges proskauer antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji voges proskauer adalah mediumVoges Proskauer (VP), larutan Barritt termodifikasi, biakan Escherichia coli dan Pseudomonas FT 3.C. CARA KERJAPraktikum uji Voges Proskauer diawali dengan menginokulasikan satu ose dari masing-masing biakkan pada masing-masing tabung yang berisi medium VP. Kedua tabung kemudian diinkubasi pada suhu 30C dan diamati selama 24, 48, dan 120 jam. Pada pengamatan 48 jam, pada kedua tabung diberi reagen Barritt modification dan diamati perubahan warna yang terjadi.9. Uji Oksidasi FermentasiA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji voges oksidasi ferementasi antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, pinset steril, jarum tanam tajam dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji oksidasi fermentsi adalah medium Oksidasi dan Fermentasi (OF), minyak paraffin, biakan Escherichia coli, Pseudomonas FT 3, dan Alcaligenes sp. C. CARA KERJAPraktikum uji oksidasi-fermentasi diawali dengan menginokulasikan 2 seri medium OF dengan masing-masing biakkan E. coli, Alcaligenes sp., Pseudomonas FT 3 dengan menggunakan jarum tanam tajam. Pada satu seri tabung-tabung yang berisi masing-masing biakkan ditambahkan paraffin oil. Tabung-tabung tersebut kemudian diinkubasi dan diamati perubahan yang terjadi selama 24, 48, 120, dan 148 jam.10. Uji IndolA. ALATAlat yang digunakan dalam praktikum uji indol antara lain tabung reaksi, pipet steril, pembakar spirtus, jarum ose, pinset steril, dan rak tabung reaksi.B. BAHANBahan yang digunakan praktikum uji indol adalah medium LMX, larutan Ehrlich, biakan Escherichia coli dan Pseudomonas FT 3.C. CARA KERJAPraktikum uji indol diawali dengan menginokulasikan sebanyak satu ose dari masing-masing biakkan E. coli dan Pseudomonas FT 3 pada medium. Tabung tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 30--35C. Pengamatan dilakukan pada waktu 48 jam inkubasi dan ditambahkan 1ml reagen Ehrlich atau Kovac kedalam setiap tabung. Adanya indol pada masing-masing tabung diamati dengan memerhatikan perubahan warna yang terjadi dan adanya cincin merah pada lapisan atas permukaan medium.

III. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran.

IV. PEMBAHASANA. Hidrolisis PolisakaridaUji hidrolisis polisakarida mempunyai prinsip yaitu percobaan untuk mengetahui kemampuan suatu jenis mikroorganisme dalam memecah senyawa polisakarida menjadi gula seperti pati. Uji ini untuk menguji produksi enzim karbohidrase ekstraseluler yang diproduksi oleh mikroorganisme tertentu (Lehninger 1995: 239). Medium yang digunakan untuk uji hidrolisis polisakarida adalah Starch Agar (SA) karena mengandung pati. Starch Agar (SA) merupakan medium diferensial yang dapat menguji kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan eksoenzim yang dapat menghidrolisis pati. Molekul pati terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam sel bakteri, sehingga sebagian besar bakteri menyekresikan eksoenzim untuk mendegradasi pati menjadi molekul yang dapat digunakan oleh bakteri tersebut. Starch Agar (SA) dibuat dengan cara melarutkan 5 gram pepton, 3 gram beef extract, 2 gram soluble starch, 15 gram agar dan 1000 ml akuades. Larutan dipanaskan dan disterilisasi pada 121oC selama 15 menit (Gandjar dkk. 1992: 81).Hasil pengamatan hidrolisis polisakarida pada pengamatan 24 jam menunjukkan bahwa setelah ditetesi larutan iodin, koloni bakteri Basillus subtilis dan daerah disekitar koloni berwarna cokelat bening sedangkan daerah lain yang agar berwarna biru pekat. Warna biru pekat tersebut akibat adanya reaksi antara larutan iodin dengan senyawa-senyawa yang ada pada medium. Sedangkan pada bakteri Escherichia coli setelah ditetesi dengan larutan iodin tidak terlihat warna coklat bening dan menghasilkan warna biru (Senese 2010: 1). Hasil percobaan sesuai dengan literatur bahwa B. subtilis termasuk bakteri yang dapat menghidrolisis pati sedangkan E. coli tidak dapat melakukannya. Hasil percobaan E. coli merupakan hasil yang negatif, artinya warna biru akibat iodin mengindikasikan keberadaan amilum pada medium. Oleh karena itu, E. coli tidak memiliki kemampuan hidrolisis pati. Hasil percobaan dengan B.subtilis merupakan hasil positif karena amilum pada medium digunakan oleh B. subtilis dengan memacahnya terlebih dahulu menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Pemecahan amilum sebagian menyebabkan medium berwarna coklat sedangkan pemecahan medium sempurna yang terjadi di sekitar biakkan berwarna bening (Mew & Misra 1994: 39). Keberhasilan hidrolisis pati dengan B. subtilis disebabkan oleh kemampuannya untuk memproduksi enzim karbohidrase, atau yang lebih spesifik adalah Bacillus amyloliquefaciens -amilase. Amilum atau pati merupakan salah satu jenis polisakarida, yang terdapat dalam dua bentuk yaitu amilosa dan amilopektin. Hidrolisis pati dikatalis oleh kerja enzim amilase atau endoamilase (Mew & Misra 1994: 39). Enzim karbohidrase tersebut memutus bagian dalam rantai polisakaradia yaitu memutus antar ikatan molekulnya. Escherichia coli tidak dapat mengeluarkan enzim karbohidrase sehingga tidak dapat menghidrolisis pati (Russell 1999: 76).Larutan iodin merupakan reagen yang biasa digunakan untuk mendeteksi adanya pati di dalam suatu sampel. Saat pati bereaksi dengan iodin, akan muncul kompleks yang berwarna biru pekat hampir kehitaman. Hal tersebut terjadi saat iodin yang dalam bentuk ion I5- terperangkap dalam untaian molekul -amylose yang merupakan pati terlarut. Pati akan memaksa atom-atom iodin untuk membentuk barisan pada bagian tengah untaian tersebut. Kemudian terjadi perpindahan muatan antara pati dan iodin. Perubahan tersebut juga mengubah level enegi kompleks tersebut. Kompleks pati-iodin memilki level energi yang dapat menyerap gelombang cahaya tampak, sehingga memberi kompleks tersebut warna biru yang pekat (Senese 2010: 1).Enzim yang berperan dalam hidrolisis polisakarida adalah enzim karbohidrase. Karbohidrase mengkatalis hidrolisis karbohidrat untuk membentuk gula yang lebih sederhana dan lebih dapat larut. Hidrolisa dari pati pada mulanya akan menghasilkan polimer rantai pendek yang disebut dekstrin, kemudian disakarida maltosa dan terakhir menghasilkan glukosa. Enzim yang paling berguna dalam sakarifikasi pati adalah -amilase, -amilase, glukoamilase, glukosa isomerase, pululanase dan isomilase.-amilase adalah enzim ekstraselular yang menghidrolisis ikatan -1,4 glikosida (Crueger & Crueger 1999: 163--164).B. Hidrolisis ProteinPrinsip uji hidrolisis protein adalah uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu jenis mikroorganisme dalam memecah senyawa protein. Uji ini untuk menguji produksi enzim protease ekstraseluler yang diproduksi oleh mikroorganisme tertentu. Indikasi uji positif adalah dengan adanya zona bening di sekeliling biakan, sedangkan indikasi uji negatif adalah dengan tidak terbentuknya zona bening (Gandjar dkk. 1992: 49--50).Percobaan hidrolisis protein menggunakan medium Skim Milk Agar (SMA). Skim Milk Agar dapat digunakan untuk kultivasi dan diferensiasi mikroorganisme berdasarkan koagulasi dan penguraian kasein. Skim Milk Agar digunakan untuk mendeteksi keberadaan mikroorganisme proteolitik pada makanan. Skim Milk Agar dibuat dengan cara melarutkan 100 gram skim milk, 15 gram agar dan 1000 ml akuades. Larutan dipanaskan dan disterilisasi pada 121oC selama 15 menit (Downes & Ito 2001: 183).Hasil pengamatan hidrolisis protein pada 24 jam adalah koloni Bacillus subtilis membentuk zona bening, sedangkan koloni Escherichia coli tidak terlihat adanya pertumbuhan. Hasil pengamatan ketika waktu inkubasi mencapai 48 jam, menunjuan perkembangan yang sama seperti pada pengamatan 24 jam. Zona bening yang terbentuk merupakan bukti adanya enzim protease (Salle 1991: 353). Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa B. subtilis termasuk bakteri proteilitik yang ditandai dengan adanya zona bening. Hasil percobaan sesuai dengan literatur bahwa zona bening yang terbentuk merupakan hasil konversi kasein menjadi senyawa nitrogen yang larut. Tidak terlihatnya pertumbuhan E. coli dapat disebabkan karena kesalahan praktikan saat mengambil biakan E. coli dengan jarum tanam ose. Jarum tanam ose yang digunakan bisa saja terlalu panas sehingga mematikan semua bakteri E. coli (Downes & Ito 2001: 183).Enzim yang berperan dalam hidrolisis protein adalah enzim protease. Proteinase atau protease menghidrolisis protein menjadi asam amino dan peptida. Protease memiliki kemampuan untuk memisahkan ikatan CONH dengan penambahan air, dan menghasilkan pengeluaran karboksil bebas (-COOH) dan kelompok amino bebas (-NH2). Proteinase adalah enzim ekstraselular. Fungsinya adalah mengubah protein yang padat menjadi peptida yang tersebar dan dipeptida yang dapat memasuki sel mikroorganisme. Proteinase menyerang protein dan peptida dengan berbagai macam kondisi (Salle 1991: 353).

C. Fermentasi KarbohidratPercobaan fermentasi karbohidrat bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat bakteri dalam memfermentasikan karbohidrat. Sifat-sifat bakteri dalam memfermentasikan karbohidrat dapat diketahui dengan cara menginokulasikan bakteri ke medium pada tabung reaksi yang mengandung jenis karbohidrat yang berbeda-beda, serta berisi tabung Durham. Hasil akhir fermentasi dapat berupa asam dan gas, atau asam saja. Indikator terjadinya asam adalah dengan perubahan warna medium, sedangkan indikator adanya gas adalah dengan tertampungnya gas di dalam tabung Durham (Gandjar dkk. 1992: 50--51).Glukosa merupakan senyawa monosakarida, sedangkan laktosa dan sukrosa merupakan senyawa disakarida. Senyawa monosakarida dan disakarida yang telah dipecah menjadi asam piruvat dapat masuk ke dua siklus, yaitu respirasi seluler dan fermentasi.Keduanya menggunakan glikolisis sebagai tahap awal. Fermentasi merupakan proses pelepasan energi dari senyawa organik termasuk karbohidrat yang tidak menggunakan oksigen. Produk fermentasi mikroorganisme berbeda-beda tergantung jenis enzim yang dimilikinya (Tortora dkk 2010: 132134).Percobaan fermentasi karbohidrat menggunakan medium Czapex Dox Broth (CDB). Medium dari Czapex Dox Broth terbuat corn meal 12,5 gram, dan akuades 1000 ml. Cara membuat medium Czapex Dox Broth yaitu dengan melarutkan semua bahan dalam akuades, lalu dipanaskan sampai semua bahan larut. Sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit. Czapex Dox Broth merupakan medium buatan. Czapex Dox Broth akan berisi berbagai jenis karbohidrat, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Medium tersebut telah berisi indicator phenol red yang akan berubah dari merah ke jingga apabila terjadi perubahan keasaman. Tabung durham juga dimasukkan ke dalamnya untuk menampung gas yang terbentuk (Gandjar dkk. 1992: 81--82).Berdasarkan hasil pengamatan, medium B. subtilis berwarna jingga pada pengamatan 24 jam, 48 jam, 120 jam, namun tidak terdapat gas pada tabung durhamnya. Perubahan warna hanya terdapat pada medium Czapex Dox Broth yang ditambahkan glukosa dan laktosa, sedangkan tidak terjadi fermentasi pada medium Czapex Dox Broth yang ditambahkan sukrosa. Hasil ini menunjukkan bahwa B. subtilis melakukan fermentasi alkohol (Harley & Prescott 2002: 128). Pada proses tersebut, asam piruvat hasil pemecahan glukosa akan diubah menjadi asam asetaldehid dan CO2. Asam asetaldehid direduksi oleh NADH membentuk dua molekul etanol. Hal ini terbukti karena adanya perbuhan warna medium dari merah menjadi jingga. Gas CO2 tidak muncul pada pengamatan 24 jam, 48 jam, dan 120 jam bisa saja terjadi karena substrat untuk fermentasi maupun respirasi seluler sedikit (Tortora dkk 2010: 135).Hasil pengamatan E. coli menunjukkan bahwa medium yang ditempatinya mengalami perubahan warna yaitu dari merah ke jingga, namun tidak terlihat gelembung gas pada ujung tabung durham. Perubahan warna hanya terdapat pada medium Czapex Dox Broth yang ditambahkan glukosa dan laktosa, sedangkan tidak terjadi fermentasi pada medium Czapex Dox Broth yang ditambahkan sukrosa. Hasil ini sesuai dengan literatur bahwa produk fermentasi Escherichia adalah asam dan gas (Tortora dkk 2010: 134). Asam tersebut menurunkan pH medium. Phenol red sebagai indikator dalam medium biakkan akan berubah warna menjadi kuning jingga akibat keberadaan asam hasil fermentasi (Harley & Prescott 2002: 101). Medium yang berisi E. coli warnanya lebih jingga daripada medium yang berisi B. subtilis. Hal ini dapat disebabkan karena Escherichia coli dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbonnya karena memiliki enzim -galaktosidase yang memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa. Selain itu, E. coli juga dapat memanfaatkan glukosa dan sukrosa sebagai sumber karbon. Tidak terlihatnya perubahan warna pada medium Czapex Dox Broth yang ditambahkan sukrosa dapat dikarenakan tidak adanya pertumbuhan bakteri pada medium tersebut karena kesalahan praktikan saat menginokulasi bakteri (Harley & Prescott 2002: 127).D. Uji KatalaseBeberapa bakteri-bakteri tertentu dapat menghasilkan enzim katalase untuk kelangsungan hidup. Enzim katalase merupakan enzim yang berperan dalam mengurai H2O2 menjadi O2 dan H2O sehingga toksik hilang melalui persamaan: 2 H2O2 + katalase 2 H2O + O2(Salle 1991: 315--317).Uji katalase dapat mendeteksi adanya enzim katalase dalam strain bakteri tertentu dengan menambahan senyawa H2O2 kepada sel bakteri di atas permukaan suatu gelas objek. Secara otomatis, akan timbul gelembung-gelembung putih jika bakteri tersebut memiliki enzim katalase. Gelembung putih yang terbentuk adalah O2 dan menandakan H2O2 telah terurai, sehingga sifat toksik hilang. Larutan H2O2 merupakan desinfektan yang dapat membunuh sel vegetatif, tetapi tidak dapat membunuh sel generatif. Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan, yaitu peroksida dan peroksigen. H2O2 membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi. H2O2 umumnya dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02%. merupakan desinfektan yang sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi. H2O2 banyak digunakan dibidang kedokteran, sebagai desinfektan untuk sanitasi tangan, perlatan kesehatan dan ruang operasi (Mahfudz 2006: 129). Indikator uji positifnya adalah dengan adanya gelembung-gelembung O2 di dalam tetesan H2O2 (Gandjar dkk. 1992: 11 & 53). Hasil pengamatan, apabila E. coli dan B. subtilis dicampurkan pada H2O2, maka terbentuk gelembung-gelembung gas. Waktu kemunculan gas tersebut sekitar 5 detik untuk E. coli dan 18 detik untuk B. subtilis. Keberadaan gelembung gas menunjukkan hasil positif, artinya E. coli dan B. subtilis termasuk katalase positif sedangkan hasil negatif mengindikasikan tidak ada gas yang terbentuk. Pada kondisi respirasi aerob, mikroorganisme memperoduksi H2O2 dan bersifat sangat toksik hingga menyebabkan kematian. Oleh karena itu, bakteri katalase positif dapat memproduksi enzim katalase yang memecah H2O2 menjadi air (H2O) dan oksigen (O2). Gelembung yang terbentuk pada hasil percobaan merupakan oksigen dari proses perombakan H2O2 (Swamy 2008: 256). Hasil percobaan sesuai dengan literatur bahwa E. coli dan B. subtilis termasuk bakteri katalase positif (Harley & Prescott 2002: 361).E. Uji OksidasePercobaan uji oksidase bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim oksidase. Enzim oksidase merupakan enzim oksireduktase yang mengatalis reaksi pemindahan elektron dari substrat ke O2 secara langsung. Enzim oksidase merupakan salah satu enzim yang dihasilkan beberapa bakteri aerob. Larutan yang digunakan adalah -naftol dan p-aminodimetil-oksalat. Indikasi uji positif adalah setelah penetesan kedua larutan tersebut dan dikocok akan menghasilkan warna biru akibat dari hasil oksidasi berupa indofenol biru. Medium M802 merupakan medium yang dibuat oleh Universitas Indonesia. Medium M802 ini terdiri dari pepton, ekstrak khamir dan agar (Singleton & Sainsbury 2006: 545). Hasil percobaan menunjukkan bahwa biakkan E. coli dan Pseudomonas FT3 yang telah diberi -naftol dan p-aminodimetil-oksalat berwarna keabu-abuan sedikit ungu. Hasil ini merupakan hasil positif yang membuktikan keberadaan enzim sitokrom oksidase yang dihasilkan oleh kedua biakkan (Swamy 2008: 258). Apabila tidak terdapat warna hitam kebiruan, maka hasilnya negatif, yaitu tidak memiliki enzim oksidase (Cheesbrough 2006: 70). Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa E. coli dan Pseudomonas FT3 memiliki enzim oksidase. Enzim oksidase memiliki peran yang sangat penting pada sistem transport elektron dalam respirasi aerob. Sitokrom oksidase mengkatalis oksidasi sitokrom tereduksi oleh oksigen menjadi air atau hydrogen peroksida. Reagen -naftol dan p-aminodimetil-oksalat ini bertindak sebagai substrat yang mendonorkan elektronnya dan menjadi berwarna kehitaman akibat teroksidasi oleh oksidase serta oksigen bebas (Swamy 2008: 257).Enzim oksidase adalah enzim yang mengatalis transfer hidrogen secara langsung ke molekul oksigen sehingga terbentuk air. Enzim tersebut merupakan senyawa metaloprotein yang mengandung Fe atau Cu.Fe merupakan logam yang memengaruhi aktivitas enzimatik. Kerja enzim oksidase dapat dihambat dengan potassium sianida, hidrogen sulfida, dan substansi lain yang dapat menstabilkan kelompok metalik. Enzim oksidase hanya bekerja dalam kondisi aerob (Salle 1991: 315).Enzim oksidase memegang peranan penting dalam sistem transport elektron selama respirasi aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalis oksidasi dari sitokrom yang tereduksi dengan molekul O2 dan menghasilkan H2O atau H2O2.Enzim oksidase dapat dibagi tiga, yaitu: oksidase mutlak, oksidase fakultatif dan oksigenase. Oksidase mutlak adalah oksidase yang mengurangi atom hidrogen dan elektron dari substrat, kemudian mengoksidasinya. Oksidase fakultatif adalah oksidase yang tidak mutlak menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir, sebagian besar akan membentuk H2O2. Oksigenase adalah oksidase yang memindahkan oksigen bebas langsung ke substrat.Substrat tersebut biasanya merupakan senyawa anorganik (Cappuccino & Sherman 1996: 179).F. Uji Penggunaan SitratUji pengunaan sitrat bertujuan untuk menentukan kemampuan mikroorganisme untuk memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon dan energi. Prinsip dari uji sitrat adalah kemampuan mikroorganisme dalam memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon dan energi. Medium yang digunakan dalam uji sitrat tersebut adalah medium Koser Citrat Agar (KCA) yang mengandung sodium sitrat sebagai sumber karbon tunggal dan indikator bromthymol blue, yang akan berubah warna menjadi biru bila terdapat basa. Indikator bromthymol blue merupakan indikator pH (Rao 2006: 2). Medium Koser Sitrat Agar (KSA) merupakan medium yang digunakan untuk membedakan coliform dengan fecal coliform dalam uji penggunaan sitrat. Medium tersebut terdiri atas 5 gram NaCl; 0,28 gram MgSO4.7H2O; 1 gram (NH4)2.HPO4; 1 gram K2HPO4; 2 gram asam sitrat; dan 1000 mL akuades (Gandjar dkk. 1992: 77).Reaksi yang terjadi adalah:SitratOksaloasetat + AsetatOksaloastat Piruvat + CO2CO2 + Na + H2O Na2CO3Beberapa macam bakteri mampu menggunakan senyawa sitrat sebagai sumber karbon (C) untuk pertumbuhannya, contohnya bakteri-bakteri enterik. Kemampuan tersebut merupakan sifat yang perlu diamati dalam identifikasi bakteri (Gandjar dkk. 1992: 5455). Oleh karena tidak adanya glukosa atau laktosa yang dapat di fermentasi, beberapa mikroorganisme dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk energinya. Kemampuan tersebut tergantung pada keberadaan sitrat permease yang memfasilitasi transport sitrat ke dalam sel. Sitrat adalah intermediet terbesar pada siklus Krebs dan dihasilkan dari kondensasi asetil aktif dengan asam oksaloasetat. Sitrat bekerja berdasarkan enzim sitrase, yang mampu menghasilkan asam oksaloasetat dan asetat. Enzim tersebut termasuk ke dalam famili enzim liase, lebih spesifik lagi oxo-acid-lyase, sehingga enzim tersebut memutuskan ikatan antara karbon-karbon. Produk tersebut kemudian diubah secara enzimatis menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Selama reaksi, medium menjadi bersifat alkali, karena karbondioksida bergabung dengan sodium dan air membentuk sodium karbonat yang merupakan suatu produk alkali. Adanya sodium karbonat mengubah indikator bromthymol blue pada medium, dari warna hijau menjadi biru (Cappucino & Sherman 1996: 162).Hasil pengamatan 24 jam pada medium berisi biakkan E. coli berwarna biru dan terdapat sedikit warna hijau pada bagian atas medium, perubahan tersebut juga terlihat pada medium berisi biakkan Pseudomonas FT 3. Hasil pengamatan 48 dan 120 jam warna pada biakkan E. coli dan Pseudomonas semakin biru. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur, seharusnya medium berisi biakkan E. coli menghasilkan hasil negatif, karena E. coli tidak bisa menggunakan sitrat sebagai sumber karbon (Cappucino & Sherman 1996: 162--163).

G. Uji Methyl RedUji methyl red merupakan salah satu rangkaian uji IMViC. Uji methyl red bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri membentuk asam dari hidrolisis glukosa. Methyl red merupakan indikator asam-basa (pH 4,46,2) yang berubah menjadi kuning pada pH basa dan merah pada kondisi pH asam. Medium yang digunakan pada uji methyl red adalah medium Methyl Red (MR) yang memiliki komposisi pepton, K2HPO4, glukosa, dan akuades. Medium tersebut memberikan buffer secukupnya dengan potassium phospat dan pepton memberikan batas konsentrasi ion hidrogen pada pH sekitar 5,0 ketika diinokulasikan biakkan bakteri. Konsentrasi akhir ion hidrogen akan lebih tinggi bila diberikan mikroorganisme enterik (Gandjar dkk. 1992 : 55--78).Methyl Red ditambahkan pada medium yang mengandung glukosa yang di dalamnya terdapat mikroorganisme yang telah tumbuh selama 18--24 jam, akan terbentuk warna merah yang menunjukkan asam organik telah terbentuk sebagai akibat dari fermentasi gula. Methyl red yang digunakan pada percobaan akan menjadi merah bila diinokulasi E.coli dan menjadi kuning bila diberikan Pseudomonas FT 3 (Salle 1991: 559). Hasil pengamatan selama 24 jam menunjukkan bahwa kedua medium yang berisi biakkan E. coli dan Pseudomonas FT 3 berwarna putih. Pengamatan 48 jam saat diberikan reagen methyl red menghasilkan warna merah muda pada E. coli dan Pseudomonas FT 3 Hasil warna merah muda pada E. coli merupakan hasil positif. Hal tersebut sesuai dengan literature yang menyebutkan E. coli dapat menggunakan glukosa dan menghasilkan asam seperti asam asetat dan format. Warna merah muda yang juga dihasilkan dari Pseudomonas FT 3 tidak sesuai dengan literatur, yang menyebutkan medium methyl red akan berwarna kuning karena Pseudomonas tidak menggunakan glukosa dan menghasilkan asam. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam penginokulasian dan bekerja yang kurang aseptik (Salle 1991: 562).Enzim yang digunakan oleh mikroorganisme pada uji Methyl Red adalah enzim karbohidrase. Karbohidrase mengkatalis hidrolisis karbohidrat untuk membentuk gula yang lebih sederhana dan lebih dapat larut. Hidrolisa dari pati pada mulanya akan menghasilkan polimer rantai pendek yang disebut dekstrin, kemudian disakarida maltosa dan terakhir menghasilkan glukosa. Enzim yang paling berguna dalam sakarifikasi pati adalah -amilase, -amilase, glukoamilase, glukosa isomerase, pululanase dan isomilase.-amilase adalah enzim ekstraselular yang menghidrolisis ikatan -1,4 glikosida (Crueger & Crueger 1999: 163--164).H. Uji Voges ProskauerUji Voges-Proskauer (VP) merupakan salah satu rangkaian uji IMVic yang bertujuan unutk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan senyawa asetil karbonil atau 2,3 butanediol. Medium yang digunakan pada uji Voges-Proskauer adalah medium Voges-Proskauer. Medium Voges-Proskauer memiliki komposisi pepton, K2HPO4, glukosa dan akuades (Gandjar dkk. 1992: 82). Uji Voges-Proskauer menggunakan reagen Barritt modification yang berfungsi sebagai indikator dari keberadaan asetil-metilkarbinol. Reagen Barrit terdiri atas -naftol 5 % dan larutan KOH 40 %. Warna merah yang diproduksi merupakan uji positif adanya asetil karbinol Asetil-metilkarbonil yang terdapat dalam medium akan bereaksi dengan -naftol dan potassium hidroksida sehingga membentuk senyawa berwarna merah. Reaksi yang terjadi:GlukosaAcetoinAcetoin KOHDiasetil + H2O O2 atmosferDiasetil + komponen guanidine dari pepton alfa naftol warna merah jambu (Rao 2006: 12).Hasil pengamatan uji Voges-Proskauer pada pengamatan 24 jam menunjukkan bahwa kedua medium yang berisi biakkan E.coli dan Pseudomonas FT 3 berwarna putih keruh. Hasil pengamatan 48 jam setelah ditetesi reagen Barrit modification, menunjukkan medium berisi biakkan E. coli berwarna kuning tembaga, sedangkan medium berisi biakkan Pseudomonas berwarna lebih kekuningan. Hasil uji positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda, sedangkan hasil uji negatif tidak terjadi perubahan warna. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil negatif pada kedua biakkan. Menurut literatur, Pseudomonas seharusnya menghasilkan warna merah (Rao 2006: 1--2). I. Uji Oksidasi FermentasiUji oksidasi fermentasi (OF) bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menggunakan karbohidrat dengan cara oksidasi atau fermentasi. Medium yang digunakan pada uji oksidatif-fermentatif adalah medium OF atau medium Hugh & Leifon yang diberikan indikator bromothymol blue sehingga akan berubah menjadi kuning bila terdapat asam hasil fermentasi atau oksidasi. Medium tersebut digunakan untuk mendeteksi adanya asam yang diproduksi oleh mikroorganisme sebagai hasil fermentasi atau oksidasi gula. Medium tersebut terdiri atas 2 gram pepton; 5 gram NaCl; 0,3 gram K2HPO4; 3,8 gram agar; 15 mL bromothymol blue 0,2 %; dan 1000 mL akuades. Semua bahan dilarutkan dalam akuades dan dipanaskan, pH diatur sampai sebesar 7,1 lalu disaring dan ditambahkan indikator. Medium disterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit (Gandjar dkk. 1992: 56--80).Sampel bakteri pada medium OF diberi dua perlakuan, yaitu perlakuan aerob dan anaerob. Perlakuan anaerob diberi paraffin oil, supaya tidak terdapat oksigen pada tabung medium biakkan. Enzim oksidase memiliki peranan yang penting dalam proses system transport electron selama respirasi aerob. Sitokrom oksidase mengkatalis oksidasi sitokrom oleh molekul oksigen. Bakteri aerob dan anaerob fakultatif terlibat dalam aktivitas oksidasi. Tes oksidasi berguna di dalam diferensiasi pada kelompok Neisseria dan Pseudomonas, yang bersifat oksidasi positif dan Enterobacteriaceae yang bersifat oksidasi negatif (Cappucino & Sherman 1996: 191). Mikroorganisme sangat bervariasi di dalam kemampuan untuk memfermentasi karbohidrat yang berbeda-beda. Beberapa bakteri dapat memfermentasi berbagai jenis karbohidrat, sedangkan yang lainnya tidak. Seluruh tingkatan dari fermentabilitas terjadi di antara kedua kondisi ekstrim tersebut. Beberapa mikroorganisme memfermentasikan karbohidrat dengan memproduksi asam dan gas, tetapi mikroorganisme juga hanya menghasilkan gas saja pada waktu fermentasi (Salle 1991: 394).Hasil pengamatan uji oksidatif-fermentatif pada 148 jam menunjukkan bahwa dalam keadaan aerob, medium berisi biakan Alcaligenes sp. berwarna kuning yang tidak merata, yaitu hanya sampai bagian tengah medium. Medium berisi biakkan Alcaligenes sp. dalam keadaan anaerob, berwarna kuning yang merata mencapai bagian dasar medium. Medium berisi biakan Escherichia coli dalam keadaan aerob dan anaerob berwarna kekuning merata sampai ke bagian bawah medium. Medium berisi biakan Pseudomonas dalam keadaan aerob berwarna kuning yang hampir merata ke seluruh bagian medium, sedangkan dalam keadaan anaerob tidak terjadi perubahan warna pada medium. Hasil pengamatan uji oksidatif-fermentatif menunjukkan bahwa E. Coli dan Alcaligenes sp. bersifat fermentatif, sedangkan Pseudomonas berisfat oksidatif. Pseudomonas merupakan bakteri yang berisifat obligat aerob, yang sangat tergantung dan membutuhkan oksigen sebagai aseptor elektron. Warna biru menunjukkan medium bersifat basa, sedangkan warna kuning menunjukkan medium bersifat asam. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan teori. Medium OF mengandung karbohidrat, sedikit pepton dan indikator bromtimol biru. Bromtimol biru berwarna kuning pada suasana asam dan berwarna biru pada suasana basa (Salle 1991: 51).J. Uji IndolUji Indol bertujuan untuk mengukur kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi triptofan menjadi indol, ammonia, dan asam piruvat. Prinsip uji Indol adalah kemampuan mikroorganisme untuk memproduksi indol dari asam amino triptofan menggunakan enzim triptofanase. Medium yang digunakan adalah LMX. Medium tersebut memiliki kandungan triptofan yang besar yang akan didegradasi oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Reagen yang digunakan adalah reagen Ehrlich atau Kovac. Reagen Ehrlich terdiri atas 19 gram p-dimethylaminobenzaldehyde, 95 mL alkohol absolut, dan 20 mL HCl 37 %.Indol akan bereaksi dengan aldehid yang terdapat pada reagen dan membentuk cincin berwarna merah pada bagian atas medium. Pembentukan cincin merah tersebut merupakan uji positif produksi indol. Reaksi yang terjadi adalah :

Triptofanase

H2OTriptofan Indol + asam piruvat + NH3

P-dimetil aminobenzen-aldehid + Indol Cincin indol merah(Berestecky 2008: 3--4).Hasil pengamatan 48 jam setelah penetesan reagen kovac menunjukkan tidak terdapat cincin indol pada kedua medium yang berisi biakkan E. coli dan Pseudomonas. Warna yang terbentuk pada pengamatan 48 jam adalah hijau tua pada E. coli dan warna hijau kekuningan pada medium yang berisi Pseudomonas. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur, karena disebutkan bahwa E.coli dapat memiliki kemampuan menghidrolisis triptofan menjadi senyawa indol, sehingga terbentuk cincin indol (Shimeld 1999: 100).

V. KESIMPULAN1. Aktivitas mikroorganisme sangat beraneka ragam, contoh aktivitas mikroorganisme yaitu reaksi hidrolisis hingga fermentasi. 2. Sifat biokimia menjadi dasar untuk identifikasi mikroorganisme. 3. Mikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan sifat biokimia yang ada pada mikroorganisme tersebut. Sifat biokimia tersebut berupa penggunaan gula, penggunaan sitrat, produksi indol, produksi asam, produksi 2,3 butadienol dan pengolahan karbohidrat secara fermentatif atau oksidatif.VI. DAFTAR ACUANCheesbrough, M. 2006. District laboratory practice in tropical countries. 2nd Ed. Sheck Wah Tong Publisher, Hongkong: 379 hlm.Downes, F.P. & K. Ito. 2001. Compendium of methods for the microbiological examination of foods. 4th Ed. American Public Health Association, Washington DC: xxi + 677 hlm. Harley, J.P. & L.M. Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology. 5th Ed. The McGraw-Hill Companies, New York: xiv + 466 hlm.Mew, T.W. & J.K. Misra. 1994. A manual of rice seed health testing. IRRI International rice research institute, Philippines: 114 hlm.Russell, J.B. 1999. Excessive grain feeding; acid-resistant bacteria and their impact on cattle.Agricultural Research Service, USDA and Section of Microbiology, Cornell University : 7379. Shimeld, L.A. 1999. Essentials of diagnostic microbiology. Delmar Publisher, USA: 681 hlm. Swamy, P.M. 2008. Laboratory manual on biotechnology. Rastogy publication, India: xvi + 607 hlm. Tortora, G.J., B.R. Funke, C.L. Case. 2010. Microbiology an introduction. Pearson Benjamin Cummings, San Fransisco: xxxi + 812 hlm.Berestecky, J.M. 2008. Lecture notes on TSI, IMViC, selective and differential media, Enterobacteria, MIO, LIA, oxidase test. 26 Juni: 6 hlm. http://www2.hawaii.edu/~johnb/micro/m140/syllabus/week/handouts/m140.11.3.html, 26 November 2013, pk. 18.26.Crueger, W. & A. Crueger. 1999. Biotechnology: A textbook of industrial microbiology. Brock, D.T. (Ed.). Science Tech. Inc., Madison: x+ 308 hlm.Gandjar, I., Isworo R. K., Wibowo M. & Lanita S. 1992.Pedoman praktikum mikrobiologi dasar.Jurusan Biologi FMIPA-UI, Depok: vii + 87 hlm.Salle, A.J. 1991. Fundamentalprinciplesofbacteriology. 4th ed. McGraw Hill Book Co., New York: xvi + 815 him.Cappuccino, J.G. & N. Sherman. 1996. Microbiology:Alaboratorymanual.ddison-Wesley Publishing, Reading: xiii + 466 hlm.Mahfudz, L. D. 2006. Hidrogen peroksida sebagai desinfektan pengganti gas formaldehyde pada penetasan telur ayam.Jurnal Protein13: 128135.Senese, F. 2010. How does starch indicate iodine?. 15 Februari: 1 hlm. http://antoine.frostburg.edu/chem/senese/101/redox/faq/starch-as-redox-indicator.shtml, 26 Desember, pk. 20.25.Rao, S. 2006. IMViC reaction. Dept. of Microbiology JJMMC, Davangere: 2 hlm.Singleton, P. & D. Sainsbury. 2006. Dictionary of microbiology and molecular biology. 3rd ed. John Wiley & Sons, Chichester: xi + 895 hlm.Lehninger, A. L. 1995. Dasar-dasar biokimia. Terj. dari Principles of biochemistry, oleh Thenawidjaja, M. Penerbit Erlangga, Jakarta: xv + 369 hlm.

Lampiran

A. Tabel hasil pengamatan1. Hidrolisis PolisakaridaBiakanMediumReagenHasil pengamatanKeterangan

24 jam48 jam24 jam48 jam

E. coliStarch AgarLar. Iodin--

B. subtilis++Ada zona bening

2. Hidrolisis ProteinBiakanMediumReagenHasil pengamatan

24 jam48 jam

E. coliSkim Milk Agar---

B. subtilis++

3. Fermentasi KarbohidratBiakanJenis gula24 jam48 jam120 jam

AsamGasAsamGasAsamGas

E. coliGlukosa++++++

Laktosa++-++-++-

Sukrosa------

B. subtilisGlukosa++-++-++-

Laktosa++-++-++-

Sukrosa------

Keterangan:Asam: +: warna medium jingga kekuningan ++: warna medium jingga sedang+++: warna medium jingga tua++++: warna medium sangat jingga tuaGas (gelembung):+: ada : tidak ada

4. Uji KatalaseBiakanLarutanHasil pengamatanKeterangan

Waktu muncul gelembung

E. coliH2O2 3%+5 detik

B. subtilis+18 detik

Keterangan:+: terdapat gelembung : tidak terdapat gelembung

5. Uji OksidaseBiakanMediumReagenHasil Pengamatan (24 jam)Keteragan

Pseudomonas FT3Medium 802Lar. Naftol 1% dan lar. P-aminodimetiloksalat 1%naugat

E. colibistre

6. Uji Penggunaan SitratBiakanMediumReagenHasil PengamatanKeterangan

24 jam48 jam

E. coliKoser Sitrat Agar (KSA)Bromtimul blue++Agar hijau tosca saat 24 jam

Pseudomonas FT3++Agar biru

7. Uji Methyl RedBiakanMediumReagenHasil pengamatanKeterangan

24 jam48 jam

E. coliMethyl Red (MR)Methyl Red (MR)++Setelah ditetes reagen: pink

Pseudomonas FT3++++Setelah ditetes reagen: putih kekuningan

8. Uji Voges Proskauer BiakanMediumReagenHasil pengamatanKeterangan

24 jam48 jam

E. coliTripton 1%Barritt modifikasi (-naftol dan larutan KOH)++Setelah ditetes reagen: coklat tua

Pseudomonas FT3++++Setelah ditetes reagen: coklat muda

9. Uji Oksidasi FermentasiBiakanMediumKondisiHasil PengamatanKet.

24 jam48 jam120 jam144 jam

Ascaligenes sp.Medium OFAerob++++++

Anaerob+++ ++++

E. coliAerob++++++++

Anaerob+, ++++++

Pseudomonas FT3Aerob+++++++++

Anaerob----

10. Uji Produksi IndolBiakanMediumReagenHasil PengamatanKeterangan

24 jam48 jam

E. coliLMXEhrlich--

Pseudomonas FT 3 --

B.Gambar

Gambar 1. Hidrolisis polisakarida 24 jam[Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

Gambar 2. Hidrolisis protein 48 jam[Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

Gambar 3.uji VP 48 jam[Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

Gambar 4.uji Fermentasi karbohidrat 24 jam[Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

Gambar 5.uji indol24 jam[Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

Gambar 6. Uji sitrat 24 jam[Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

Gambar 7. Uji OF 148 jam biakan E. coli, Pseudomonas FT3, dan Alcaligenes sp. [Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B]

8