Upload
widyasetyaningtyas
View
80
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME
I. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tahap aktivitas mikroorganisme
2. Mengetahui dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia
3. Mempelajari dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokima
II. ALAT, BAHAN , DAN CARA KERJA
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum uji biokimia yaitu
jarum tanam bulat (ose), jarum tanam tajam, cawan petri steril,
pembakar spirtus, tabung reaksi, tabung durham, rak tabung reaksi,
object glass.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum uji biokimia
yaitu medium Starch Agar, larutan iodine, biakan Bacillus subtilis,
biakan Escherichia coli, suspensi biakan Bacillus subtilis, suspensi
biakan Escherichia coli, medium Skim Milk Agar, medium CDB+
laktosa, medium CDB+ sukrosa, medium CDB+ glukosa, larutan
H2O2, medium M802, biakan Pseudomonas FT3, medium KCA,
larutan α naftol, larutan p-amino dimetil oksalat, medium Methyl Red,
larutan Methyl Red, medium Voges Proskauer, larutan Barrit
modification, medium OF, parafin oil, medium LMX, larutan kovac,
biakan Alcaligenes sp., tissue, lighter, label, alkohol 70%.
C. CARA KERJA
Hidrolisis polisakarida
1
2
Cawan petri yang berisi medium Starch Agar disiapkan. Bagian bawah
cawan petri dibagi menjadi dua bagian menggunakan spidol. Inokulasikan
biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan cara streak
menggunakan ose pada medium Starch Agar. Biakan bakteri di inkubasi pada
suhu ruang selama 24 dan 48 jam. Pengamatan 48 jam, medium ditetesi
menggunakan larutan iodine kemudian zona bening (clear zone) yang
terbentuk di amati.
Hidrolisis protein
Cawan petri yang berisi medium Skim Milk Agar disiapkan. Inokulasikan
biakan bakteri biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan
cara streak menggunakan ose pada medium Skim Milk Agar. Biakan bakteri
diinkubasikan pada suhu ruang selama 24 dan 48 jam. Zona bening (clear
zone) yang terbentuk diamati.
Fermentasi karbohidrat
Suspensi biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli
disiapkan. Inokulasikan suspensi bakteri Bacillus subtilis menggunakan ose
ke dalam tabung berisi medium CDB+ glukosa, CDB+laktosa, dan
CDB+sukrosa. Hal yang sama juga dilakukan untuk suspensi biakan bakteri
Escherichia coli. Inokulasi dengan menggunakan ose ke dalam tabung berisi
medium CDB+ glukosa, CDB+laktosa, dan CDB+sukrosa. Biakan bakteri
diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Amati perubahan warna dan pembentukan
gas yang terjadi.
Uji katalase
Cover glass disiapkan, kemudian teteskan larutan H2O2 pada cover
glass. Masing- masing biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli
ditaruh di atas larutan tersebut. Pembentukan gas yang terjadi diamati dan
dihitung dengan menggunakan stopwatch.
3
Uji oksidase
Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3
disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabumg yang berisi
medium M802. Setelah pengamatan 24 jam, medium berisi biakan
Escherichia coli dan Pseudomonas FT3. ditetesi dengan reagen α-naftol dan
P-amino dimetil oksalat. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
Uji penggunaan sitrat
Biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3 disiapkan.
Inokulasikan masing-masing biakan bakteri dengan cara streak pada medium
KCA (Koser Sitrat Agar). Biakan bakteri diinkubasi selama 24,48, dan 120
jam. Perubahan warna yang terjadi pada medium diamati dan dicatat.
Uji Methyl Red
Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3
disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabung yang berisi
medium Methyl Red. Biakan bakteri diinkubasi selama 24, 48, dan 120 jam.
Pengamatan 48 jam, ditetesi dengan menggunakan reagen Methyl Red.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
Uji Voges Proskauer
Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3
disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabung yang berisi
medium VP yang mengandung tripton. Biakan bakteri diinkubasi selama 24,
48, dan 120 jam. Pengamatan 48 jam, ditetesi dengan menggunakan reagen
barrit modification. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
Uji oksidasi fermentasi
Biakan bakteri Escherichia coli, Pseudomonas FT3, dan Alcaligenes
sp. disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan bakteri pada medium OF
4
menggunakan jarum tanam tajam. Salah satu tabung dari setiap dua tabung
tersebut diberi parafin untuk menciptakan keadaan anaerob. Biakan bakteri
diinkubasi selama 24, 48, 120, dan 148 jam. Perubahan warna yang terjadi
diamati dan dicatat.
Uji Indol
Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3
disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabung yang berisi
medium LMX. Setelah pengamatan 48 jam, medium yang berisi bakteri
Escherichia coli dan Pseudomonas FT3. ditetesi dengan reagen kovac.
Perubahan warna yang terjadi di amati dan dicatat.
III. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran.
IV. PEMBAHASAN
A. Hidrolisis polisakarida
Uji biokimia hidrolisis polisakarida bertujuan untuk mengetahui
terjadinya pemecahan senyawa tersebut oleh mikroorganisme. Beberapa
mikroorganisme memiliki enzim yang dapat memecah senyawa-senyawa
kompleks seperti polisakarida. Enzim yang menghidrolisis polisakarida
menjadi gula adalah karbohidrase. Indikasi uji positif adalah dengan adanya
zona bening (clear zone) di sekitar biakan, sedangkan indikasi uji negatif
adalah dengan tidak terbentuknya zona bening (Gandjar dkk. 1992: 49--50 &
80).
Bakteri yang digunakan pada praktikum hidrolisis karbohidrat yaitu
Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Medium yang digunakan untuk
hidrolisis karbohidrat adalah Starch Agar (SA). Medium SA memiliki
komposisi pepton, ekstrak daging, soluble starch, agar, dan akuades. Reagen
5
yang diugunakan adalah larutan iodine sebagai indikator polisakarida karena
dapat mewarnai granula pati. Larutan tersebut mengandung iodin 5%,
potasium iodida 10%, dan akuades. Enzim yang menghidrolisis polisakarida
menjadi gula adalah karbohidrase. Polisakarida yang terkandung di dalam
medium adalah amilum. (Gandjar dkk. 1992: 49--50 & 80; Singleton &
Sainsbury 2006: 446).
Hasil pengamatan 24 dan 48 jam menunjukkan bahwa terdapat zona
bening pada biakan bakteri Bacillus subtilis setelah ditetesi larutan iodine.
Medium berisi biakan bakteri Bacillus subtilis berwarna kecoklatan dan
daerah di sekitar biakkan menjadi bening. Berdasarkan literatur, bakteri
Bacillus subtilis mampu menghasilkan enzim α-amilase sehingga amilum
(polisakarida) yang terkandung di dalam medium terhidrolisis menjadi
glukosa. Hasil pengamatan yang didapatkan sesuai dengan literatur. Hal
tersebut terbukti dari terbentuknya zona bening di sekitar bakteri Bacillus
subtilis setelah ditetesi larutan iodine. (Harley 2005: 141).
Hasil pengamatan pada biakan Escherichia coli medium tetap
berwarna biru setelah ditetesi larutan iodine. Hal tersebut menunjukkan hasil
yang negatif, yaitu bakteri Escherichia coli tidak dapat menghidrolisis pati.
Berdasarkan literatur, bakteri Escherichia coli tidak dapat menghasilkan
enzim α-amilase sehingga tidak dapat memecah amilum. Oleh karena itu,
medium tetap berwarna biru setelah ditetesi larutan iodine karena pati tidak
dapat dihidrolisis oleh bakteri tersebut (Cappuccino & Sherman 1996: 134).
Hasil pengamatan yang didapatkan telah sesuai dengan literatur.
B. Hidrolisis protein
Uji biokimia hidrolisis protein bertujuan untuk mengetahui terjadinya
pemecahan senyawa protein oleh mikroorganisme tertentu. Beberapa
mikroorganisme memiliki enzim yang dapat memecah senyawa kompleks
protein. Enzim tersebut merupakan enzim ekstraseluler yang memecah
senyawa protein dengan cara hidrolisis. Enzim yang dapat menghidrolisis
6
protein menjadi asam amino adalah protease. Indikasi uji positif adalah
dengan adanya zona bening di sekeliling biakan, sedangkan indikasi uji
negatif adalah dengan tidak terbentuknya zona bening (Gandjar dkk. 1992:
49--50 & 80). Bakteri yang digunakan pada praktikum hidrolisis protein yaitu
Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Medium yang digunakan adalah Skim
Milk Agar (SMA). Medium SMA memiliki komposisi susu skim, agar, dan
akuades. Kandungan protein yang terdapat di dalam medium adalah kasein
(Russell 1999: 76).
Hasil pengamatan 24 jam menunjukkan belum terbentuknya zona
bening pada biakan bakteri Bacillus subtilis maupun Escherichia coli. Setelah
pengamatan 48 jam, sudah mulai terlihat zona bening di sekitar streak bakteri
Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Zona bening yang terbentuk di sekitar
bakteri Bacillus subtilis lebih banyak dan lebih lebar (++) jika dibandingkan
dengan zona bening Escherichia coli (+). Berdasarkan literatur, bakteri
Bacillus subtilis dan Escherichia coli dapat menghidrolisis protein.
Kemampuan bakteri tersebut dalam menghidrolisis protein berbeda, Bacillus
subtilis memiliki kemampuan hidrolisis protein yang lebih baik dibandingkan
Escherichia coli. Hal tersebut terlihat dari zona bening yang terbentuk (Harley
2005: 164).
C. Fermentasi karbohidrat
Uji biokimia fermentasi karbohidrat bertujuan untuk mengetahui sifat-
sifat bakteri dalam memfermentasikan karbohidrat. Sifat-sifat bakteri dalam
memfermentasikan karbohidrat dapat diketahui dengan cara
menginokulasikan bakteri ke medium pada tabung reaksi yang mengandung
jenis karbohidrat yang berbeda-beda, serta berisi tabung Durham. Hasil akhir
fermentasi dapat berupa asam dan gas, atau asam saja. Indikator terjadinya
asam adalah dengan perubahan warna medium, sedangkan indikator adanya
gas adalah dengan tertampungnya gas di dalam tabung Durham (Gandjar dkk.
1992: 50--51).
7
Percobaan fermentasi karbohidrat menggunakan biakan Bacillus
subtilis dan Escherichia coli. Masing-masing biakan diinokulasikan pada
medium CDB yang berisi berbagai jenis karbohidrat yaitu glukosa, laktosa,
dan sukrosa. Medium tersebut berisi indikator fenol red. Fenol red merupakan
indikator pH dengan kisaran 6,8--8,4 dengan perubahan warna merah ke
warna jingga. Percobaan fermentasi karbohidrat menggunakan tabung
Durham yang diletakkan di dalam tabung reaksi. Tabung Durham merupakan
tabung kaca transparan berukuran 2--4 cm dengan diameter dalam 3--4 cm
untuk mendeteksi produksi gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(Cappuccino & Sherman 1996: 149).
Pengamatan dilakukan pada 24 jam, 48 jam, dan 120 jam. Hasil
pengamatan pada medium biakan Bacillus subtilis tetap berwarna merah,
tidak terdapat gas pada tabung durhamnya. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa Bacillus subtilis tidak melakukan fermentasi karbohidrat. Hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Bakteri Bacillus subtilis dapat
melakukan fermentasi karbohidrat (Harley & Prescott 2002: 128). Asam
piruvat hasil pemecahan karbohidrat akan diubah menjadi asam asetaldehid
dan CO2. Asam yang terbentuk akan merubah warna indikator fenol red dari
merah menjadi jingga. Gas CO2 yang terbentuk akan terperangkap pada
tabung durham (Tortora dkk 2010: 135). Ketidaksesuian dengan literatur dapat
disebabkan saat proses inokulum suspensi bakteri yang terambil sangat sedikit
dan bahkan mati. Hal tersebut menyebabkan tidak ada aktivitas
mikroorganisme yang akan menghasilkan asam dan gas CO2 (Singleton &
Sainsbury 2006: 70 & 182).
Hasil pengamatan pada medium biakan Escherichia coli menunjukkan
medium CDB+ laktosa mengalami perubahan warna yaitu dari merah ke
jingga dan terlihat gelembung gas pada tabung durham tetapi sedikit (+).
Berdasarkan literatur produk fermentasi Escherichia adalah asam dan gas
(Tortora dkk 2010: 134). Asam yang terbentuk menurunkan pH medium,
sehingga menyebabkan perubahan warna merah menjadi jingga. Escherichia
8
coli dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon karena memiliki
enzim β-galaktosidase yang memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa
(Harley & Prescott 2002: 101&127). Pengamatan 120 jam, medium CDB+
glukosa mengalami perubahan warna yaitu dari merah ke jingga dan terlihat
gelembung gas pada tabung durham tetapi sedikit (+). Seharusnya pada
tabung yang berisi medium CDB + sukrosa juga terjadi perubahan warna dan
terbentuk gas. Escherichia coli juga dapat memanfaatkan glukosa dan sukrosa
sebagai sumber karbon (Cappuccino & Sherman 1996: 151). Ketidaksesuian
dengan literatur dapat disebabkan saat proses inokulum suspensi bakteri yang
terambil sangat sedikit dan ketidaktelitian praktikan dalam pengamatan hasil.
D. Uji katalase
Uji katalase bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
menghasilkan enzim katalase. Enzim katalase menghilangkan sifat toksik
H2O2 dengan cara memecah H2O2 menjadi air dan oksigen. Larutan H2O2
merupakan desinfektan yang dapat membunuh sel vegetatif, tetapi tidak dapat
membunuh sel generatif. Indikator uji positif yaitu dengan terbentuknya
gelembung-gelembung O2 (Gandjar dkk. 1992: 11 & 53).
Percobaan uji katalase menggunakan biakan Escherichia coli dan
Bacillus subtilis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat gelembung
pada biakan Escherichia coli setelah ditetesi H2O2 di atas gelas objek. Waktu
munculnya gelembung pada Escherichia coli yaitu 20 detik, sedangkan
bakteri Bacillus subtilis tidak menghasilkan gelembung setelah ditetesi H2O2.
Hasil pengamatan menunjukkan ketidaksesuian dengan literatur. Bacillus
subtilis dan Escherichia coli termasuk bakteri katalase positif. Kedua bakteri
tersebut memiliki enzim katalase karena menggunakan oksigen untuk
metabolisme. Enzim katalase dihasilkan untuk memecah hidrogen peroksida
yang bersifat toksik menjadi H20 dan 02 (Tortora dkk. 2010: 161).
E. Uji oksidase
9
Uji oksidase bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
menghasilkan enzim oksidase. Enzim oksidase merupakan enzim
oksireduktase yang mengatalis reaksi pemindahan elektron dari substrat ke O2
secara langsung. Enzim oksidase merupakan salah satu enzim yang dihasilkan
beberapa bakteri aerob. Indikasi uji positif adalah setelah penetesan reagen α-
naftol dan p-amino dimetil okasalat akan menghasilkan warna ungu kebiruan
akibat dari hasil oksidasi berupa indofenol biru (Singleton & Sainsbury 2006:
545).
Bakteri yang digunakan pada uji oksidase adalah Escherichia coli dan
Pseudomonas FT3. Medium yang digunakan yaitu M802. Medium tersebut
berisi pepton, ekstrak khamir, dan agar. Reagen yang digunakan adalah α-
naftol dan p-amino dimetil okasalat. Fungsinya sebagai indikator keberadaan
enzim oksidase (Gandjar dkk 1992: 54). Hasil pengamatan 24 jam
menunjukkan bahwa kedua biakan menghasilkan warna ungu kebiruan
setelah diteteskan reagen α-naftol dan p-amino dimetil oksalat. Warna ungu
kebiruan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas FT3 lebih pekat diabndingkan
dengan Escherichia coli. Hal tersebut membuktikan bahwa kedua biakan
menghasilkan enzim oksidase. Warna yang dihasilkan merupakan indofenol
biru hasil dari oksidasi α -naftol 1% dan p-amino dimetil-oksalat 1% (Swamy
2008: 257).
F. Uji penggunaan sitrat
Uji penggunaan sitrat merupakan salah satu dari rangkaian uji IMViC.
Tujuan dari uji tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri
menggunakan senyawa sitrat sebagai sumber karbon bagi pertumbuhannya.
Medium yang digunakan adalah medium Koser Citrat Agar (KCA) yang
mengandung asam sitrat sebagai sumber karbon tunggal. Bromtimol biru
digunakan sebagai indikator pH, warnanya hijau saat suasana asam pH ≤ 6,8
dan biru pH≥ 7,6. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
10
Sitrat Oksaloasetat + Asetat
Oksaloasetat Piruvat + CO2
CO2 + Na + H2O Na2CO3
Hasil uji positif ditandai dengan perubahan warna medium dari hijau menjadi
biru, sedangkan hasil uji negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
warna (Gandjar dkk. 1992: 54--55, & 77; Rao 2006: 2).
Percobaan uji penggunaan sitrat menggunakan bakteri Escherichia
coli dan Pseudomonas FT3. Medium yang digunakan adalah medium Koser
Citrat Agar (KCA) yang mengandung asam sitrat sebagai sumber karbon
tunggal Medium tersebut diberi indikator pH yaitu bromtimol biru, sehingga
medium berwarna hijau. Hasil pengamatan 24 jam pada biakan bakteri
Escherichia coli terjadi perubahan warna medium dari hijau menjadi sedikit
biru (+). Perubahan warna juga terjadi pada medium biakan bakteri
Pseudomonas FT3 dari berwarna hijau menjadi lebih biru (++). Hasil
pengamatan 48 dan 120 jam pada medium biakan bakteri Escherichia coli dan
Pseudomonas FT3 terjadi perubahan warna menjadi lebih biru jika
dibandingkan dengan pengamatan 24 jam. Perubahan warna biru pada
medium biakan bakteri Pseudomonas FT3 lebih merata dibandingkan dengan
Escherichia coli. Selain itu, pada bagian atas medium biakan bakteri
Pseudomonas FT3 terlihat warna hijau terang (menyala), sedangkan pada
medium biakan bakteri Escherichia coli tidak ada.
Hasil akhir pengamatan menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli
dan Pseudomonas FT3 memberikan hasil yang positif terhadap uji asam sitrat
yang ditandai dengan adanya perubahan warna medium dari warna hijau
menjadi warna biru (bersifat basa). Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur,
yang menyatakan bahwa Pseudomonas FT3 memberikan hasil positif
sedangkan Escherichia coli memberkan hasil yang negatif (Holt dkk. 1994:
204 & 209). Pseudomonas dapat menggunakan kompleks sitrat sebagai
sumber karbon karena memiliki enzim sitrase dan menggunakannya dalam
11
respirasi aerob. Bakteri Escherichia coli tidak mampu menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna
pada medium (Swamy 2008: 253--254). Kesalahan tersebut disebabkan cara
kerja praktikan yang kurang aseptik. Penggunaan jarum ose yang kurang
aseptik memungkinkan biakan bakteri Pseudomonas FT3 tercampur dengan
Escherichia coli saat menginokulasikan ke dalam medium.
G. Uji Methyl Red
Uji Methyl Red merupakan salah satu rangkaian uji IMViC. Tujuan
dari uji tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri membentuk
asam dari hidrolisis glukosa. Bakteri memproduksi asam dalam jumlah yang
berbeda-beda. Reagen yang digunakan adala methyl red sebagai indikator pH
yang akan berwarna merah pada pH ≤ 4,4. Hasil uji positif dapat diketahui
dari pembentukan warna merah, sedangkan hasil uji negatif berwarna kuning.
Medium yang digunakan adalah medium Methyl Red (MR) yang
mengandung pepton K2HPO4, glukosa, dan akuades (Gandjar dkk. 1992: 55 &
78; Rao 2006: 1). Biakan bakteri yang digunakan yaitu Escherichia coli dan
Pseudomonas FT3.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua bakteri tidak
menunjukkan perubahan warna saat pengamatan 24 jam, tetapi terdapat
endapan dan medium menjadi keruh. Kekeruhan lebih terlihat pada medium
berisi biakan bakteri Pseudomonas FT3 (++) dibandingkan dengan
Escherichia coli (+). Pengamatan 48 jam setelah ditetesi reagen methyl red
warna medium Escherichia coli dan Pseudomonas FT3 menjadi merah muda.
Hasil pengamatan menunjukkan Escherichia coli bereaksi positif dengan
terlihatnya perubahan warna pada medium yang menjadi merah muda. Hal
tersebut menandakan Escherichia coli mampu membentuk asam dari
hidrolisis glukosa. Escherichia coli termasuk dalam jenis Enterobacteriaceae
yang dapat melakukan fermentasi yang menghasilkan asam. Adanya asam
yang mengandung konsentrasi ion hidrogen menyebabkan pH medium
12
menurun bersamaan dengan terjadinya perubahan warna (Arshad dkk. 2006:
785). Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.
H. Uji Voges Proskauer
Uji Voges-Proskauer (VP) merupakan salah satu rangkaian uji IMViC
yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan senyawa
asetil karbonil atau 2,3 butanediol. Medium yang digunakan adalah medium
VP yang mengandung tripton dan akuades. Reagen yang digunakan adalah
Barrit modification yang mengandung α-naftol dan KOH 40%. Hasil uji
positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah jambu, sedangkan
hasil uji negatif tidak terjadi perubahan warna (Gandjar dkk. 1992: 55 & 82;
Rao 2006: 1--2).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua bakteri tidak
menunjukkan perubahan warna saat pengamatan 24 jam, tetapi medium
terlihat keruh yang menunjukkan adanya aktivitas dari bakteri tersebut. Hasil
pengamatan 48 jam setelah ditetesi dengan reagen Barrit modification
medium berisi bakteri Escherichia coli berwarna orange dan Pseudomonas
FT3 berwarna kuning. Hasil uji positif ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah jambu setelah ditetesi reagen Barrit modification. Hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan literatur mungkin disebabkan oleh reagennya
atau kelalaian dalam proses pengerjaannya (Arshad dkk. 2006: 785)
I. Uji oksidasi fermentasi
Uji Oksidatif-Fermentatif (OF) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan bakteri menggunakan karbohidrat secara oksidasi atau
fermentasi. Medium yang digunakan adalah medium OF yang mengandung
pepton, sedikit karbohidrat, agar, bromtimol biru 0,2%, dan akuades.
Bromtimol biru bersifat sebagai indikator pH, berwarna biru pada suasana
basa dan berwarna kuning pada suasana asam. Sampel diberi dua perlakuan
yaitu dalam kondisi aerob dan anaerob. Untuk kondisi anaerob diberi parafin
13
pada permukaan medium agar tidak ada oksigen (Goldman & Green 2009:
72).
Percobaan uji OF menggunakan bakteri Alcaligenes sp., Escherichia
coli dan Pseudomonas FT3. Medium yang digunakan adalah medium OF
yang mengandung pepton, sedikit karbohidrat, agar, bromtimol biru 0,2%, dan
akuades (Gandjar dkk. 1992: 48). Pengamatan dilakukan pada 24, 48, 120, dan
148 jam dalam perlakuan aerob dan anaerob. Hasil pengamatan selama 148
menunjukkan medium yang berisi Alcaligenes sp. pada kondisi aerob
berwarna kuning tidak merata yaitu hanya pada bagian tengah saja. Medium
yang berisi Alcaligenes sp. pada kondisi anaerob berwarna kuning merata
sampai ke bagian dasar. Medium berisi Escherichia coli dalam keadaan aerob
dan aanaerob berwarna kuning merata sampai ke bagian dasar medium.
Medium berisi Pseudomonas FT3 dalam kondisi aerob berwarna kuning
merata, sedangkan kondisi anaerob hanya bewarna kuning pada bagian atas
medium. Hasil pengamatan oksidasi fermentasi menunjukkan bahwa bakteri
Escherichia coli dan Alcaligenes sp bersifat fermentatif, sedangkan
Pseudomonas FT3 bersifat oksidatif. Pseudomonas FT3 merupakan bakteri
yang bersifat obligat aerob yaitu sangat membutuhkan oksigen untuk proses
transfer elektron (Singleton & Sainsbury 2006: 287 & 545). Hasil pengamatan
yang didapatkan sesuai dengan literatur.
J. Uji Indol
Uji Indol merupakan salah satu dari rangkaian uji IMViC. Uji Indol
bertujuan untuk menentukan suatu mikroorganisme menghasilkan asam
amino dari hidrolisis protein, pepton, dan peptida. Bakteri yang dapat
menghidrolisis triptofan menggunakan enzim triptofanase akan menghasilkan
senyawa indol. Reagen yang digunakan adalah reagen Ehrlich atau Kovac
yang mengandung p-dimetil amino benzaldehid, amil alkohol, dan HCl 37%.
Medium yang digunakan medium LMX yang mengandung tripton dan
akuades. Hasil uji positif dapat diketahui dari adanya cincin indol yang
14
berwarna merah pada lapisan atas permukaan medium, sedangkan hasil uji
negatif tidak terdapat cincin indol (Rao 2006: 1).
Hasil pengamatan 48 jam setelah ditetesi reagen Ehrlich atau Kovac
menunjukkan bahwa pada medium bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas
FT3 tidak terdapat cincin indol berwarna merah. Hasil praktikum yang
didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur bakteri
Escherichia coli akan menunjukkan hasil positif pada uji indol. Escherichia
coli memiliki kemampuan untuk memecah asam amino triptofan menjadi
senyawa indol yang akan diketahui keberadaannya melalui pembentukan
cincin berwarna merah pada bagian atas permukaan medium (Arshad dkk.
2006: 785). Ketidaksesuaian hasil dengan literatur kemungkinan diakibatkan
reagen yang sudah tidak bagus karena kelompok lain mengalami hal yang
sama serta kelalaian praktikan dalam proses pengerjaannya.
V. KESIMPULAN
1. Aktivitas biokimia antar mikroorganisme berbeda-beda sehingga perlu
dilakukan uji yang berbeda-beda pada setiap mikroorganisme.
2. Sifat suatu mikroorganisme dapat diketahui melalui aktivitas
biokimianya.
3. Mikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan sifat biokimia yang ada
pada mikroorganisme tersebut. Sifat biokimia tersebut berupa
fermentasi karbohidrat, penggunaan sitrat, produksi indol, produksi
asam, produksi 2,3 butanediol, serta pengolahan karbohidrat secara
fermentatif atau oksidatif.
15
VI. DAFTAR ACUAN
Arshad, R., S. Farooq, & S.S. Ali. 2006. Manipulation of different media
and methods for cost-effective characterization of Escherichia coli
strains collected from different habitats. Pakistan Journal of Botany
38(3): 779--789.
Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 1996. Microbiology: A laboratory
manual. The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.,
Menlo Park: xvii + 477 hlm.
Gandjar, I., I.R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992.
Pedoman praktikum mikrobiologi dasar. Biologi FMIPA UI, Depok:
vii + 87 hlm.
Goldman, E. & L.H. Green. 2009. Practical handbook of microbiology.
2nd ed. CRC Press, Boca Raton: xx + 853 hlm.
Harley, J.P. & L.M. Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology.
5th Ed. The McGraw-Hill Companies, New York: xiv + 466 hlm.
Harley, J.P. 2005. Laboratory ezercises in microbiology. McGraw-Hill,
Inc., Boston: xiv + 787 hlm.
Holt, J. G., N. R. Kneg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley, & S. T. Williams.
1994. Bergey’s manual of determinative bacteriology. 9th
ed.Williams & Wilkins, Baltimore: xviii + 787 hlm.
Rao, S. 2006. IMViC reaction. Dept. of Microbiology JJMMC,
Davangere: 2 hlm.
Russell, J.B. 1999. Excessive grain feeding; acid-resistant bacteria and
their impact on cattle.Agricultural Research Service, USDA and
Section of Microbiology, Cornell University : 73--79.
Singleton, P. & D. Sainsbury. 2006. Dictionary of microbiology and
molecular biology. 3rd ed. John Wiley & Sons, Chichester: xi + 895
hlm.
16
Swamy, P.M. 2008. Laboratory manual on biotechnology. Rastogy
publication, India: xvi + 607 hlm.
Tortora, G.J., B.R. Funke, & C.L. Case. 2010. Microbiology an
introduction. 10th ed. Benjamin Cummings, San Francisco: xxxi +
925 hlm.