25
AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME I. TUJUAN 1. Mengetahui dan memahami tahap aktivitas mikroorganisme 2. Mengetahui dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia 3. Mempelajari dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokima II. ALAT, BAHAN , DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat yang digunakan dalam praktikum uji biokimia yaitu jarum tanam bulat (ose), jarum tanam tajam, cawan petri steril, pembakar spirtus, tabung reaksi, tabung durham, rak tabung reaksi, object glass. B. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum uji biokimia yaitu medium Starch Agar, larutan iodine, biakan Bacillus subtilis, biakan Escherichia coli, suspensi biakan Bacillus subtilis, suspensi biakan 1

7. Uji Biokimia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 7. Uji Biokimia

AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME

I. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami tahap aktivitas mikroorganisme

2. Mengetahui dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia

3. Mempelajari dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokima

II. ALAT, BAHAN , DAN CARA KERJA

A. ALAT

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum uji biokimia yaitu

jarum tanam bulat (ose), jarum tanam tajam, cawan petri steril,

pembakar spirtus, tabung reaksi, tabung durham, rak tabung reaksi,

object glass.

B. BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum uji biokimia

yaitu medium Starch Agar, larutan iodine, biakan Bacillus subtilis,

biakan Escherichia coli, suspensi biakan Bacillus subtilis, suspensi

biakan Escherichia coli, medium Skim Milk Agar, medium CDB+

laktosa, medium CDB+ sukrosa, medium CDB+ glukosa, larutan

H2O2, medium M802, biakan Pseudomonas FT3, medium KCA,

larutan α naftol, larutan p-amino dimetil oksalat, medium Methyl Red,

larutan Methyl Red, medium Voges Proskauer, larutan Barrit

modification, medium OF, parafin oil, medium LMX, larutan kovac,

biakan Alcaligenes sp., tissue, lighter, label, alkohol 70%.

C. CARA KERJA

Hidrolisis polisakarida

1

Page 2: 7. Uji Biokimia

2

Cawan petri yang berisi medium Starch Agar disiapkan. Bagian bawah

cawan petri dibagi menjadi dua bagian menggunakan spidol. Inokulasikan

biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan cara streak

menggunakan ose pada medium Starch Agar. Biakan bakteri di inkubasi pada

suhu ruang selama 24 dan 48 jam. Pengamatan 48 jam, medium ditetesi

menggunakan larutan iodine kemudian zona bening (clear zone) yang

terbentuk di amati.

Hidrolisis protein

Cawan petri yang berisi medium Skim Milk Agar disiapkan. Inokulasikan

biakan bakteri biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan

cara streak menggunakan ose pada medium Skim Milk Agar. Biakan bakteri

diinkubasikan pada suhu ruang selama 24 dan 48 jam. Zona bening (clear

zone) yang terbentuk diamati.

Fermentasi karbohidrat

Suspensi biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli

disiapkan. Inokulasikan suspensi bakteri Bacillus subtilis menggunakan ose

ke dalam tabung berisi medium CDB+ glukosa, CDB+laktosa, dan

CDB+sukrosa. Hal yang sama juga dilakukan untuk suspensi biakan bakteri

Escherichia coli. Inokulasi dengan menggunakan ose ke dalam tabung berisi

medium CDB+ glukosa, CDB+laktosa, dan CDB+sukrosa. Biakan bakteri

diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Amati perubahan warna dan pembentukan

gas yang terjadi.

Uji katalase

Cover glass disiapkan, kemudian teteskan larutan H2O2 pada cover

glass. Masing- masing biakan bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli

ditaruh di atas larutan tersebut. Pembentukan gas yang terjadi diamati dan

dihitung dengan menggunakan stopwatch.

Page 3: 7. Uji Biokimia

3

Uji oksidase

Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3

disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabumg yang berisi

medium M802. Setelah pengamatan 24 jam, medium berisi biakan

Escherichia coli dan Pseudomonas FT3. ditetesi dengan reagen α-naftol dan

P-amino dimetil oksalat. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

Uji penggunaan sitrat

Biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3 disiapkan.

Inokulasikan masing-masing biakan bakteri dengan cara streak pada medium

KCA (Koser Sitrat Agar). Biakan bakteri diinkubasi selama 24,48, dan 120

jam. Perubahan warna yang terjadi pada medium diamati dan dicatat.

Uji Methyl Red

Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3

disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabung yang berisi

medium Methyl Red. Biakan bakteri diinkubasi selama 24, 48, dan 120 jam.

Pengamatan 48 jam, ditetesi dengan menggunakan reagen Methyl Red.

Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

Uji Voges Proskauer

Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3

disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabung yang berisi

medium VP yang mengandung tripton. Biakan bakteri diinkubasi selama 24,

48, dan 120 jam. Pengamatan 48 jam, ditetesi dengan menggunakan reagen

barrit modification. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

Uji oksidasi fermentasi

Biakan bakteri Escherichia coli, Pseudomonas FT3, dan Alcaligenes

sp. disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan bakteri pada medium OF

Page 4: 7. Uji Biokimia

4

menggunakan jarum tanam tajam. Salah satu tabung dari setiap dua tabung

tersebut diberi parafin untuk menciptakan keadaan anaerob. Biakan bakteri

diinkubasi selama 24, 48, 120, dan 148 jam. Perubahan warna yang terjadi

diamati dan dicatat.

Uji Indol

Suspensi biakan bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas FT3

disiapkan. Inokulasikan masing-masing biakan pada tabung yang berisi

medium LMX. Setelah pengamatan 48 jam, medium yang berisi bakteri

Escherichia coli dan Pseudomonas FT3. ditetesi dengan reagen kovac.

Perubahan warna yang terjadi di amati dan dicatat.

III. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran.

IV. PEMBAHASAN

A. Hidrolisis polisakarida

Uji biokimia hidrolisis polisakarida bertujuan untuk mengetahui

terjadinya pemecahan senyawa tersebut oleh mikroorganisme. Beberapa

mikroorganisme memiliki enzim yang dapat memecah senyawa-senyawa

kompleks seperti polisakarida. Enzim yang menghidrolisis polisakarida

menjadi gula adalah karbohidrase. Indikasi uji positif adalah dengan adanya

zona bening (clear zone) di sekitar biakan, sedangkan indikasi uji negatif

adalah dengan tidak terbentuknya zona bening (Gandjar dkk. 1992: 49--50 &

80).

Bakteri yang digunakan pada praktikum hidrolisis karbohidrat yaitu

Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Medium yang digunakan untuk

hidrolisis karbohidrat adalah Starch Agar (SA). Medium SA memiliki

komposisi pepton, ekstrak daging, soluble starch, agar, dan akuades. Reagen

Page 5: 7. Uji Biokimia

5

yang diugunakan adalah larutan iodine sebagai indikator polisakarida karena

dapat mewarnai granula pati. Larutan tersebut mengandung iodin 5%,

potasium iodida 10%, dan akuades. Enzim yang menghidrolisis polisakarida

menjadi gula adalah karbohidrase. Polisakarida yang terkandung di dalam

medium adalah amilum. (Gandjar dkk. 1992: 49--50 & 80; Singleton &

Sainsbury 2006: 446).

Hasil pengamatan 24 dan 48 jam menunjukkan bahwa terdapat zona

bening pada biakan bakteri Bacillus subtilis setelah ditetesi larutan iodine.

Medium berisi biakan bakteri Bacillus subtilis berwarna kecoklatan dan

daerah di sekitar biakkan menjadi bening. Berdasarkan literatur, bakteri

Bacillus subtilis mampu menghasilkan enzim α-amilase sehingga amilum

(polisakarida) yang terkandung di dalam medium terhidrolisis menjadi

glukosa. Hasil pengamatan yang didapatkan sesuai dengan literatur. Hal

tersebut terbukti dari terbentuknya zona bening di sekitar bakteri Bacillus

subtilis setelah ditetesi larutan iodine. (Harley 2005: 141).

Hasil pengamatan pada biakan Escherichia coli medium tetap

berwarna biru setelah ditetesi larutan iodine. Hal tersebut menunjukkan hasil

yang negatif, yaitu bakteri Escherichia coli tidak dapat menghidrolisis pati.

Berdasarkan literatur, bakteri Escherichia coli tidak dapat menghasilkan

enzim α-amilase sehingga tidak dapat memecah amilum. Oleh karena itu,

medium tetap berwarna biru setelah ditetesi larutan iodine karena pati tidak

dapat dihidrolisis oleh bakteri tersebut (Cappuccino & Sherman 1996: 134).

Hasil pengamatan yang didapatkan telah sesuai dengan literatur.

B. Hidrolisis protein

Uji biokimia hidrolisis protein bertujuan untuk mengetahui terjadinya

pemecahan senyawa protein oleh mikroorganisme tertentu. Beberapa

mikroorganisme memiliki enzim yang dapat memecah senyawa kompleks

protein. Enzim tersebut merupakan enzim ekstraseluler yang memecah

senyawa protein dengan cara hidrolisis. Enzim yang dapat menghidrolisis

Page 6: 7. Uji Biokimia

6

protein menjadi asam amino adalah protease. Indikasi uji positif adalah

dengan adanya zona bening di sekeliling biakan, sedangkan indikasi uji

negatif adalah dengan tidak terbentuknya zona bening (Gandjar dkk. 1992:

49--50 & 80). Bakteri yang digunakan pada praktikum hidrolisis protein yaitu

Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Medium yang digunakan adalah Skim

Milk Agar (SMA). Medium SMA memiliki komposisi susu skim, agar, dan

akuades. Kandungan protein yang terdapat di dalam medium adalah kasein

(Russell 1999: 76).

Hasil pengamatan 24 jam menunjukkan belum terbentuknya zona

bening pada biakan bakteri Bacillus subtilis maupun Escherichia coli. Setelah

pengamatan 48 jam, sudah mulai terlihat zona bening di sekitar streak bakteri

Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Zona bening yang terbentuk di sekitar

bakteri Bacillus subtilis lebih banyak dan lebih lebar (++) jika dibandingkan

dengan zona bening Escherichia coli (+). Berdasarkan literatur, bakteri

Bacillus subtilis dan Escherichia coli dapat menghidrolisis protein.

Kemampuan bakteri tersebut dalam menghidrolisis protein berbeda, Bacillus

subtilis memiliki kemampuan hidrolisis protein yang lebih baik dibandingkan

Escherichia coli. Hal tersebut terlihat dari zona bening yang terbentuk (Harley

2005: 164).

C. Fermentasi karbohidrat

Uji biokimia fermentasi karbohidrat bertujuan untuk mengetahui sifat-

sifat bakteri dalam memfermentasikan karbohidrat. Sifat-sifat bakteri dalam

memfermentasikan karbohidrat dapat diketahui dengan cara

menginokulasikan bakteri ke medium pada tabung reaksi yang mengandung

jenis karbohidrat yang berbeda-beda, serta berisi tabung Durham. Hasil akhir

fermentasi dapat berupa asam dan gas, atau asam saja. Indikator terjadinya

asam adalah dengan perubahan warna medium, sedangkan indikator adanya

gas adalah dengan tertampungnya gas di dalam tabung Durham (Gandjar dkk.

1992: 50--51).

Page 7: 7. Uji Biokimia

7

Percobaan fermentasi karbohidrat menggunakan biakan Bacillus

subtilis dan Escherichia coli. Masing-masing biakan diinokulasikan pada

medium CDB yang berisi berbagai jenis karbohidrat yaitu glukosa, laktosa,

dan sukrosa. Medium tersebut berisi indikator fenol red. Fenol red merupakan

indikator pH dengan kisaran 6,8--8,4 dengan perubahan warna merah ke

warna jingga. Percobaan fermentasi karbohidrat menggunakan tabung

Durham yang diletakkan di dalam tabung reaksi. Tabung Durham merupakan

tabung kaca transparan berukuran 2--4 cm dengan diameter dalam 3--4 cm

untuk mendeteksi produksi gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme

(Cappuccino & Sherman 1996: 149).

Pengamatan dilakukan pada 24 jam, 48 jam, dan 120 jam. Hasil

pengamatan pada medium biakan Bacillus subtilis tetap berwarna merah,

tidak terdapat gas pada tabung durhamnya. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Bacillus subtilis tidak melakukan fermentasi karbohidrat. Hasil yang

didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Bakteri Bacillus subtilis dapat

melakukan fermentasi karbohidrat (Harley & Prescott 2002: 128). Asam

piruvat hasil pemecahan karbohidrat akan diubah menjadi asam asetaldehid

dan CO2. Asam yang terbentuk akan merubah warna indikator fenol red dari

merah menjadi jingga. Gas CO2 yang terbentuk akan terperangkap pada

tabung durham (Tortora dkk 2010: 135). Ketidaksesuian dengan literatur dapat

disebabkan saat proses inokulum suspensi bakteri yang terambil sangat sedikit

dan bahkan mati. Hal tersebut menyebabkan tidak ada aktivitas

mikroorganisme yang akan menghasilkan asam dan gas CO2 (Singleton &

Sainsbury 2006: 70 & 182).

Hasil pengamatan pada medium biakan Escherichia coli menunjukkan

medium CDB+ laktosa mengalami perubahan warna yaitu dari merah ke

jingga dan terlihat gelembung gas pada tabung durham tetapi sedikit (+).

Berdasarkan literatur produk fermentasi Escherichia adalah asam dan gas

(Tortora dkk 2010: 134). Asam yang terbentuk menurunkan pH medium,

sehingga menyebabkan perubahan warna merah menjadi jingga. Escherichia

Page 8: 7. Uji Biokimia

8

coli dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon karena memiliki

enzim β-galaktosidase yang memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa

(Harley & Prescott 2002: 101&127). Pengamatan 120 jam, medium CDB+

glukosa mengalami perubahan warna yaitu dari merah ke jingga dan terlihat

gelembung gas pada tabung durham tetapi sedikit (+). Seharusnya pada

tabung yang berisi medium CDB + sukrosa juga terjadi perubahan warna dan

terbentuk gas. Escherichia coli juga dapat memanfaatkan glukosa dan sukrosa

sebagai sumber karbon (Cappuccino & Sherman 1996: 151). Ketidaksesuian

dengan literatur dapat disebabkan saat proses inokulum suspensi bakteri yang

terambil sangat sedikit dan ketidaktelitian praktikan dalam pengamatan hasil.

D. Uji katalase

Uji katalase bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri

menghasilkan enzim katalase. Enzim katalase menghilangkan sifat toksik

H2O2 dengan cara memecah H2O2 menjadi air dan oksigen. Larutan H2O2

merupakan desinfektan yang dapat membunuh sel vegetatif, tetapi tidak dapat

membunuh sel generatif. Indikator uji positif yaitu dengan terbentuknya

gelembung-gelembung O2 (Gandjar dkk. 1992: 11 & 53).

Percobaan uji katalase menggunakan biakan Escherichia coli dan

Bacillus subtilis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat gelembung

pada biakan Escherichia coli setelah ditetesi H2O2 di atas gelas objek. Waktu

munculnya gelembung pada Escherichia coli yaitu 20 detik, sedangkan

bakteri Bacillus subtilis tidak menghasilkan gelembung setelah ditetesi H2O2.

Hasil pengamatan menunjukkan ketidaksesuian dengan literatur. Bacillus

subtilis dan Escherichia coli termasuk bakteri katalase positif. Kedua bakteri

tersebut memiliki enzim katalase karena menggunakan oksigen untuk

metabolisme. Enzim katalase dihasilkan untuk memecah hidrogen peroksida

yang bersifat toksik menjadi H20 dan 02 (Tortora dkk. 2010: 161).

E. Uji oksidase

Page 9: 7. Uji Biokimia

9

Uji oksidase bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri

menghasilkan enzim oksidase. Enzim oksidase merupakan enzim

oksireduktase yang mengatalis reaksi pemindahan elektron dari substrat ke O2

secara langsung. Enzim oksidase merupakan salah satu enzim yang dihasilkan

beberapa bakteri aerob. Indikasi uji positif adalah setelah penetesan reagen α-

naftol dan p-amino dimetil okasalat akan menghasilkan warna ungu kebiruan

akibat dari hasil oksidasi berupa indofenol biru (Singleton & Sainsbury 2006:

545).

Bakteri yang digunakan pada uji oksidase adalah Escherichia coli dan

Pseudomonas FT3. Medium yang digunakan yaitu M802. Medium tersebut

berisi pepton, ekstrak khamir, dan agar. Reagen yang digunakan adalah α-

naftol dan p-amino dimetil okasalat. Fungsinya sebagai indikator keberadaan

enzim oksidase (Gandjar dkk 1992: 54). Hasil pengamatan 24 jam

menunjukkan bahwa kedua biakan menghasilkan warna ungu kebiruan

setelah diteteskan reagen α-naftol dan p-amino dimetil oksalat. Warna ungu

kebiruan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas FT3 lebih pekat diabndingkan

dengan Escherichia coli. Hal tersebut membuktikan bahwa kedua biakan

menghasilkan enzim oksidase. Warna yang dihasilkan merupakan indofenol

biru hasil dari oksidasi α -naftol 1% dan p-amino dimetil-oksalat 1% (Swamy

2008: 257).

F. Uji penggunaan sitrat

Uji penggunaan sitrat merupakan salah satu dari rangkaian uji IMViC.

Tujuan dari uji tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri

menggunakan senyawa sitrat sebagai sumber karbon bagi pertumbuhannya.

Medium yang digunakan adalah medium Koser Citrat Agar (KCA) yang

mengandung asam sitrat sebagai sumber karbon tunggal. Bromtimol biru

digunakan sebagai indikator pH, warnanya hijau saat suasana asam pH ≤ 6,8

dan biru pH≥ 7,6. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Page 10: 7. Uji Biokimia

10

Sitrat Oksaloasetat + Asetat

Oksaloasetat Piruvat + CO2

CO2 + Na + H2O Na2CO3

Hasil uji positif ditandai dengan perubahan warna medium dari hijau menjadi

biru, sedangkan hasil uji negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan

warna (Gandjar dkk. 1992: 54--55, & 77; Rao 2006: 2).

Percobaan uji penggunaan sitrat menggunakan bakteri Escherichia

coli dan Pseudomonas FT3. Medium yang digunakan adalah medium Koser

Citrat Agar (KCA) yang mengandung asam sitrat sebagai sumber karbon

tunggal Medium tersebut diberi indikator pH yaitu bromtimol biru, sehingga

medium berwarna hijau. Hasil pengamatan 24 jam pada biakan bakteri

Escherichia coli terjadi perubahan warna medium dari hijau menjadi sedikit

biru (+). Perubahan warna juga terjadi pada medium biakan bakteri

Pseudomonas FT3 dari berwarna hijau menjadi lebih biru (++). Hasil

pengamatan 48 dan 120 jam pada medium biakan bakteri Escherichia coli dan

Pseudomonas FT3 terjadi perubahan warna menjadi lebih biru jika

dibandingkan dengan pengamatan 24 jam. Perubahan warna biru pada

medium biakan bakteri Pseudomonas FT3 lebih merata dibandingkan dengan

Escherichia coli. Selain itu, pada bagian atas medium biakan bakteri

Pseudomonas FT3 terlihat warna hijau terang (menyala), sedangkan pada

medium biakan bakteri Escherichia coli tidak ada.

Hasil akhir pengamatan menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli

dan Pseudomonas FT3 memberikan hasil yang positif terhadap uji asam sitrat

yang ditandai dengan adanya perubahan warna medium dari warna hijau

menjadi warna biru (bersifat basa). Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur,

yang menyatakan bahwa Pseudomonas FT3 memberikan hasil positif

sedangkan Escherichia coli memberkan hasil yang negatif (Holt dkk. 1994:

204 & 209). Pseudomonas dapat menggunakan kompleks sitrat sebagai

sumber karbon karena memiliki enzim sitrase dan menggunakannya dalam

Page 11: 7. Uji Biokimia

11

respirasi aerob. Bakteri Escherichia coli tidak mampu menggunakan sitrat

sebagai sumber karbon yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna

pada medium (Swamy 2008: 253--254). Kesalahan tersebut disebabkan cara

kerja praktikan yang kurang aseptik. Penggunaan jarum ose yang kurang

aseptik memungkinkan biakan bakteri Pseudomonas FT3 tercampur dengan

Escherichia coli saat menginokulasikan ke dalam medium.

G. Uji Methyl Red

Uji Methyl Red merupakan salah satu rangkaian uji IMViC. Tujuan

dari uji tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri membentuk

asam dari hidrolisis glukosa. Bakteri memproduksi asam dalam jumlah yang

berbeda-beda. Reagen yang digunakan adala methyl red sebagai indikator pH

yang akan berwarna merah pada pH ≤ 4,4. Hasil uji positif dapat diketahui

dari pembentukan warna merah, sedangkan hasil uji negatif berwarna kuning.

Medium yang digunakan adalah medium Methyl Red (MR) yang

mengandung pepton K2HPO4, glukosa, dan akuades (Gandjar dkk. 1992: 55 &

78; Rao 2006: 1). Biakan bakteri yang digunakan yaitu Escherichia coli dan

Pseudomonas FT3.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua bakteri tidak

menunjukkan perubahan warna saat pengamatan 24 jam, tetapi terdapat

endapan dan medium menjadi keruh. Kekeruhan lebih terlihat pada medium

berisi biakan bakteri Pseudomonas FT3 (++) dibandingkan dengan

Escherichia coli (+). Pengamatan 48 jam setelah ditetesi reagen methyl red

warna medium Escherichia coli dan Pseudomonas FT3 menjadi merah muda.

Hasil pengamatan menunjukkan Escherichia coli bereaksi positif dengan

terlihatnya perubahan warna pada medium yang menjadi merah muda. Hal

tersebut menandakan Escherichia coli mampu membentuk asam dari

hidrolisis glukosa. Escherichia coli termasuk dalam jenis Enterobacteriaceae

yang dapat melakukan fermentasi yang menghasilkan asam. Adanya asam

yang mengandung konsentrasi ion hidrogen menyebabkan pH medium

Page 12: 7. Uji Biokimia

12

menurun bersamaan dengan terjadinya perubahan warna (Arshad dkk. 2006:

785). Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.

H. Uji Voges Proskauer

Uji Voges-Proskauer (VP) merupakan salah satu rangkaian uji IMViC

yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan senyawa

asetil karbonil atau 2,3 butanediol. Medium yang digunakan adalah medium

VP yang mengandung tripton dan akuades. Reagen yang digunakan adalah

Barrit modification yang mengandung α-naftol dan KOH 40%. Hasil uji

positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah jambu, sedangkan

hasil uji negatif tidak terjadi perubahan warna (Gandjar dkk. 1992: 55 & 82;

Rao 2006: 1--2).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua bakteri tidak

menunjukkan perubahan warna saat pengamatan 24 jam, tetapi medium

terlihat keruh yang menunjukkan adanya aktivitas dari bakteri tersebut. Hasil

pengamatan 48 jam setelah ditetesi dengan reagen Barrit modification

medium berisi bakteri Escherichia coli berwarna orange dan Pseudomonas

FT3 berwarna kuning. Hasil uji positif ditandai dengan perubahan warna

menjadi merah jambu setelah ditetesi reagen Barrit modification. Hasil yang

diperoleh tidak sesuai dengan literatur mungkin disebabkan oleh reagennya

atau kelalaian dalam proses pengerjaannya (Arshad dkk. 2006: 785)

I. Uji oksidasi fermentasi

Uji Oksidatif-Fermentatif (OF) bertujuan untuk mengetahui

kemampuan bakteri menggunakan karbohidrat secara oksidasi atau

fermentasi. Medium yang digunakan adalah medium OF yang mengandung

pepton, sedikit karbohidrat, agar, bromtimol biru 0,2%, dan akuades.

Bromtimol biru bersifat sebagai indikator pH, berwarna biru pada suasana

basa dan berwarna kuning pada suasana asam. Sampel diberi dua perlakuan

yaitu dalam kondisi aerob dan anaerob. Untuk kondisi anaerob diberi parafin

Page 13: 7. Uji Biokimia

13

pada permukaan medium agar tidak ada oksigen (Goldman & Green 2009:

72).

Percobaan uji OF menggunakan bakteri Alcaligenes sp., Escherichia

coli dan Pseudomonas FT3. Medium yang digunakan adalah medium OF

yang mengandung pepton, sedikit karbohidrat, agar, bromtimol biru 0,2%, dan

akuades (Gandjar dkk. 1992: 48). Pengamatan dilakukan pada 24, 48, 120, dan

148 jam dalam perlakuan aerob dan anaerob. Hasil pengamatan selama 148

menunjukkan medium yang berisi Alcaligenes sp. pada kondisi aerob

berwarna kuning tidak merata yaitu hanya pada bagian tengah saja. Medium

yang berisi Alcaligenes sp. pada kondisi anaerob berwarna kuning merata

sampai ke bagian dasar. Medium berisi Escherichia coli dalam keadaan aerob

dan aanaerob berwarna kuning merata sampai ke bagian dasar medium.

Medium berisi Pseudomonas FT3 dalam kondisi aerob berwarna kuning

merata, sedangkan kondisi anaerob hanya bewarna kuning pada bagian atas

medium. Hasil pengamatan oksidasi fermentasi menunjukkan bahwa bakteri

Escherichia coli dan Alcaligenes sp bersifat fermentatif, sedangkan

Pseudomonas FT3 bersifat oksidatif. Pseudomonas FT3 merupakan bakteri

yang bersifat obligat aerob yaitu sangat membutuhkan oksigen untuk proses

transfer elektron (Singleton & Sainsbury 2006: 287 & 545). Hasil pengamatan

yang didapatkan sesuai dengan literatur.

J. Uji Indol

Uji Indol merupakan salah satu dari rangkaian uji IMViC. Uji Indol

bertujuan untuk menentukan suatu mikroorganisme menghasilkan asam

amino dari hidrolisis protein, pepton, dan peptida. Bakteri yang dapat

menghidrolisis triptofan menggunakan enzim triptofanase akan menghasilkan

senyawa indol. Reagen yang digunakan adalah reagen Ehrlich atau Kovac

yang mengandung p-dimetil amino benzaldehid, amil alkohol, dan HCl 37%.

Medium yang digunakan medium LMX yang mengandung tripton dan

akuades. Hasil uji positif dapat diketahui dari adanya cincin indol yang

Page 14: 7. Uji Biokimia

14

berwarna merah pada lapisan atas permukaan medium, sedangkan hasil uji

negatif tidak terdapat cincin indol (Rao 2006: 1).

Hasil pengamatan 48 jam setelah ditetesi reagen Ehrlich atau Kovac

menunjukkan bahwa pada medium bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas

FT3 tidak terdapat cincin indol berwarna merah. Hasil praktikum yang

didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur bakteri

Escherichia coli akan menunjukkan hasil positif pada uji indol. Escherichia

coli memiliki kemampuan untuk memecah asam amino triptofan menjadi

senyawa indol yang akan diketahui keberadaannya melalui pembentukan

cincin berwarna merah pada bagian atas permukaan medium (Arshad dkk.

2006: 785). Ketidaksesuaian hasil dengan literatur kemungkinan diakibatkan

reagen yang sudah tidak bagus karena kelompok lain mengalami hal yang

sama serta kelalaian praktikan dalam proses pengerjaannya.

V. KESIMPULAN

1. Aktivitas biokimia antar mikroorganisme berbeda-beda sehingga perlu

dilakukan uji yang berbeda-beda pada setiap mikroorganisme.

2. Sifat suatu mikroorganisme dapat diketahui melalui aktivitas

biokimianya.

3. Mikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan sifat biokimia yang ada

pada mikroorganisme tersebut. Sifat biokimia tersebut berupa

fermentasi karbohidrat, penggunaan sitrat, produksi indol, produksi

asam, produksi 2,3 butanediol, serta pengolahan karbohidrat secara

fermentatif atau oksidatif.

Page 15: 7. Uji Biokimia

15

VI. DAFTAR ACUAN

Arshad, R., S. Farooq, & S.S. Ali. 2006. Manipulation of different media

and methods for cost-effective characterization of Escherichia coli

strains collected from different habitats. Pakistan Journal of Botany

38(3): 779--789.

Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 1996. Microbiology: A laboratory

manual. The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.,

Menlo Park: xvii + 477 hlm.

Gandjar, I., I.R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992.

Pedoman praktikum mikrobiologi dasar. Biologi FMIPA UI, Depok:

vii + 87 hlm.

Goldman, E. & L.H. Green. 2009. Practical handbook of microbiology.

2nd ed. CRC Press, Boca Raton: xx + 853 hlm.

Harley, J.P. & L.M. Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology.

5th Ed. The McGraw-Hill Companies, New York: xiv + 466 hlm.

Harley, J.P. 2005. Laboratory ezercises in microbiology. McGraw-Hill,

Inc., Boston: xiv + 787 hlm.

Holt, J. G., N. R. Kneg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley, & S. T. Williams.

1994. Bergey’s manual of determinative bacteriology. 9th

ed.Williams & Wilkins, Baltimore: xviii + 787 hlm.

Rao, S. 2006. IMViC reaction. Dept. of Microbiology JJMMC,

Davangere: 2 hlm.

Russell, J.B. 1999. Excessive grain feeding; acid-resistant bacteria and

their impact on cattle.Agricultural Research Service, USDA and

Section of Microbiology, Cornell University : 73--79.

Singleton, P. & D. Sainsbury. 2006. Dictionary of microbiology and

molecular biology. 3rd ed. John Wiley & Sons, Chichester: xi + 895

hlm.

Page 16: 7. Uji Biokimia

16

Swamy, P.M. 2008. Laboratory manual on biotechnology. Rastogy

publication, India: xvi + 607 hlm.

Tortora, G.J., B.R. Funke, & C.L. Case. 2010. Microbiology an

introduction. 10th ed. Benjamin Cummings, San Francisco: xxxi +

925 hlm.