43
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN......................................................... .........................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAK 2.1. Anatomi Konjungitva......................................................... ...................................................8 2.2. Histologi Konjungtiva......................................................... ................................................. 10 2.3. Definisi…………........................................................ ..........................................................12 2.4. Etiologi Konjungtivitis…….................................................... ..............................................12 2.5. Gejala konjungtivitis secara umum................................................................ .......................13 2.6. Patofisiologi Konjungtivitis...................................................... .............................................21 2.7. Klasifikasi Konjungtivitis...................................................... ................................................22 I. Konjungtivitis karena agen infeksi...................................................... 1

laporan kasus konjungtivitis mata

  • Upload
    liana

  • View
    294

  • Download
    37

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus konjungtivitis

Citation preview

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................6BAB II TINJAUAN PUSTAK

2.1. Anatomi Konjungitva............................................................................................................82.2. Histologi Konjungtiva.......................................................................................................... 102.3. Definisi..................................................................................................................122.4. Etiologi Konjungtivitis..................................................................................................122.5. Gejala konjungtivitis secara umum.......................................................................................132.6. Patofisiologi Konjungtivitis...................................................................................................21

2.7. Klasifikasi Konjungtivitis......................................................................................................22

I. Konjungtivitis karena agen infeksi...................................................................................23

A. Konjungtivitis Bakteria..............................................................................................23

B. Konjungtivitis Klamidia Trakoma.............................................................................25

C. Konjungtivitis Virus...................................................................................................28

II. Konjungtivitis Imunologik (Alergi) .................................................................................34

A. Reaksi Hipersensitifitas tipe cepat ..............................................................................34

1. Konjungtivitis demam jerami (hay fever) ...........................................................34

2. Konjungtivitis vernalis .......................................................................................35

3. Konjungtivitis atopik ..........................................................................................36

B. Reaksi Hipersensitifitas tipe lambat ...........................................................................36

1. Phlyctenulosis .....................................................................................................36

III. Konjungtivitis akibat kelaianan autoimun .......................................................................38

1. Keratokonjungtivitis sicca .........................................................................................38

IV. K onjungtivitis Kimia atau Iritatif..............................................................................382. Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal ......................................................393. Konjungtivitis pekerjaan oleh bahan kimia dan iritans ..............................................39

2.8.Konjungtivitis Virus.BAB III. LAPORAN KASUS .........................................................................................................41

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput lendir yang mengenai bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.Beberapa tipe konjungtivitis dan penyebabnya antara lain adalah oleh bakteri, klamidia, virus, riketsia, penyebab yang berkaitan dengan penyakit sistemik, jamur, parasit, imunologis, sebab kimia atau iritatif lainnya, penyebab yang tidak diketahui dan sekunder oleh karena dakriosistitis atau kanalikulitis. Diantara penyebab-penyebab tersebut, yang paling sering diketemukan di masyarakat adalah konjungtivitis disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, kebanyakan strain adenovirus manusia, herpes simplex virus tipe 1 and 2, and dua picornaviruses. Dua agen yang ditularkan secara seksual yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis and Neisseria gonorrhoeae. 2

Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri merupakan konjungtivitis yang sering dijumpai kedua setelah konjungtivitis viral apabila dibandingkan dengan konjungtivitis tipe lainnya.2

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.

Peradangan pada konjungtiva merupakan penyakit mata yang paling sering dijumpai di seluruh dunia. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh karena lokasi anatomisnya yang menyebabkan konjungtiva sering terekspos oleh berbagai macam mikroorganisme dan faktor stress lingkungan lainnya. Beberapa mekanisme berfungsi sebagai pelindung permukaan mata dari faktor-faktor eksternal, seperti pada lapisan film permukaan, komponen akueus, pompa kelopak mata, dan air mata. Pertahanan konjungtiva terutama oleh adanya tear film pada konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan yang toksik kemudian mengalirkannya melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Disamping itu tear film juga mengandung beta lysine, lisosim, IgA, IgG yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila kuman mampu menembus pertahanan tersebut maka terjadilah proses infeksi pada konjungtiva.2

Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenal jenis penyakit ini. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro- organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.3

Gambar 1. Konjungtivitis

dikutip dari http://uvahealth.com/services/allergy/conditions-treatments/11938BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Anatomi dari Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

1. Konjungtiva palpebralis : menutupi permukaan posterior dari palpebra dan dapat dibagi menjadi marginal, tarsal, dan orbital konjungtiva. 6a. Marginal konjungtiva memanjang dari tepi kelopak mata sampai sekitar 2mm di belakang kelopak mata menuju lengkung dangkal, sulkus subtarsalis. Sesungguhnya merupakan zona transisi antara kulit dan konjungtiva sesungguhnya.b. Tarsal konjungtiva bersifat tipis, transparan, dan sangat vaskuler. Menempel ketat pada seluruh tarsal plate pada kelopak mata atas. Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus. Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.c. Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.2. Konjungtiva bulbaris : menutupi sebagian permukaan anterior bola mata. Terpisah dari sklera anterior oleh jaringan episklera dan kapsula Tenon. Tepian sepanjang 3mm dari konjungtiva bulbar disekitar kornea disebut dengan konjungtiva limbal. Pada area limbus, konjungtiva, kapsula Tenon, dan jaringan episklera bergabung menjadi jaringan padat yang terikat secara kuat pada pertemuan korneosklera di bawahnya. Pada limbus, epitel konjungtiva menjadi berlanjut seperti yang ada pada kornea. 6 konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.3. Forniks : bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva berganbung dengan konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra. Dapat dibagi menjasi forniks superior, inferior, lateral, dan medial forniks. 6

Gambar 2. Struktur anatomi dari conjungtiva

Dikutip dari Khurana AK. Disease of The Conjunctiva. Dalam: Comprehensive Ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age International(P) Limited; 2007

2.2. Struktur Histologis dari konjungtiva

- Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari:

a. Marginal konjungtiva mempunyai epitel tipe stratified skuamous lapis 5.

b. Tarsal konjungtiva mempunyai 2 lapis epitelium: lapisan superfisial dari sel silindris dan lapisan dalam dari sel pipih.

c. Forniks dan bulbar konjungtiva mempunyai 3 lais epitelium: lapisan superfisial sel silindris, lapisan tengan polihedral sel dan lapisan dalam sel kuboid.

d. Limbal konjungtiva sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6 lapis) epitelium stratified skuamous

- Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus).

a. Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari jaringan ikat retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat limfosit diantaranya. Lapisan ini paling berkembang di forniks. Tidak terdapat mulai dari lahir tetapu berkembang setelah 3-4 bulan pertama kehidupan. Untuk alasan ini, inflamasi konjungtiva pada bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi folikuler. 6b. Lapisan fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih tebal daripada lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal dimana pada tempat tersebut struktur ini sangat tipis. Lapisan ini mengandung pembuluh darah dan saraf konjungtiva. Bergabung dengan kapsula tenon pada regio konjungtiva bulbar. 6- Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu:

1. Kelenjar sekretori musin. Mereka adalah sel goblet(kelenjar uniseluler yang terletak di dalam epitelium), kripta dari Henle(ada apda tarsal konjungtiva) dan kelenjar Manz(pada konjungtiva limbal). Kelenjar-kelenjar ini menseksresi mukus yang mana penting untuk membasahi kornea dan konjungtiva. 62. Kelenjar lakrimalis aksesorius, mereka adalah: 6a. Kelenjar dari Krause(terletak pada jaringan ikat konjungtiva di forniks, sekitar 42mm pada forniks atas dan 8mm di forniks bawah). Dan

b. Kelenjar dari Wolfring(terletak sepanjang batas atas tarsus superios dan sepanjang batas bawah dari inferior tarsus).6-Suplai arterial konjungtiva:

Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang dari arcade arteri periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva bulbar disuplai oleh dua set pembuluh darah: arteri konjungtiva posterior yang merupakan cabang dari arcade arteri kelopak mata; dan arteri konjungtiva naterior yang merupakan cabang dari arteri siliaris anterior. Cabang terminal dari arteri konjungtiva posterior beranastomose dengan arteri konjungtiva anterior untuk membentuk pleksus perikornea. 6

2.3. Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri,jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.9

2.4. Etiologi Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :a. infeksi oleh virus atau bakteri.

b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.

d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang. 2.5. Gejala-gejala dari konjungtivitis secara umum antara lain:1. Hiperemia. Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah konjungtival, yang muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk konjungtivitis. Tetapi, penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia, lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial diagnosa. Seseorang juga dapat membedakan konjungtivitis dari kelainan lain seperti skleritis atau keratitis berdasar pada injeksinya. Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi: 11,12 Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang distended bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat menuju ke arah limbus).

Injeksi perikornea(pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed pada tepi limbus).

Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus).

Injeksi komposit(sering).

Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea atau struktus yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah menandakan konjungtivitis bakterial, dan penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari, asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait dengan instabilitas vaskuler(contoh, acne rosacea). 12INJEKSI KONJUNGTIVAINJEKSI SILIAR/PERIKORNEALINJEKSI EPISKLERAL

AsalA.konjungtiva posteriorA.siliarA.siliar longus

MemperdarahiKonjungtiva bulbiKornea, segmen anteriorIntraokular

LokalisasiKonjungtiva bulbiDasar konjungtivaEpisklera

WarnaMerahUnguMerah gelap

Arah aliran/lebarKe periferKe sentralKe sentral

Konjungtiva digerakanIkut bergerakTidak ikut bergerakTidak ikut bergerak

Dengan epinefrin 1:1000MenciutTidak menciutTidak menciut

PenyakitKonjungitvaKornea,iris,glaukomaGlaukoma,endoftalmitis,panoftalmitis

Sekret+--

PenglihatanNormalMenurunSangat turun

Gambar 3. bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva

dikutip dari Lang GK, Lang GE. Conjunctiva. Dalam: Lang GK, Gareis O, Amann J, Lang GE, Recker D, Spraul CW, Wagner P. Ophthalmology: a short textbook. New York: Thieme; 2000.

2.Discharge ( sekret )Sekret merupakan produk kelenjar , yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivis dapat bersifat:

Air, disebabkan infeksi virus atau alergi Purulen, oleh bakteri atau klamidia.

Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok

Mukoid, oleh alergi atau vernal.

Serous, oleh adenovirus.

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pepemriksaan sitologik dengan pulasan gram (mengidentifikasi organisme bakteri) pulasan Giemsa (menetapkan jenis dan morfologi sel) maka didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:

Limfosit, monosit, sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi disebabkan virus.

Leukosit, PMN oleh bakteri.

Eosinofil, basofil oleh alergi.

Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia

Sel raksasa MN oleh trakoma.

Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye, dan

Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia.11

VIRUSBAKTERIFUNGUS & PARASITALERGI

PURULENNONPURULEN

Sekret SedikitBanyakSedikitSedikitSedikit

Air mataBanyakSedangSedangSedikitSedang

GatalSedikitSedikit--Hebat

InjeksiUmumUmumLokalLokalUmum

Nodul preaurikualarSeringJarangSeringSering-

Pewarnaan usapanMonositBakteriBakteriBiasanya negatifEosinofil

LimfositPMNPMN

Sakit tenggorokan & panasKadangKadang---

3.Chemosis ( edema conjunctiva ). Adanya Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Chemosis dari konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang, chemosis mungkin timbul sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross. 12

Gambar 4. Kemosis pada mata

Dikutip dari http://www.eyedoctom.com/eyedoctom/EyeInfo/Images/Chemosis2.jpg4.Epifora (pengeluaran berlebih air mata). Lakrimasi yang tidak normal(illacrimation) harus dapat dibedakan dari eksudasi. Lakrimasi biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai reaksi dari badan asing pada konjungtiva atau kornea atau merupakan iritasi toksik. Juga dapat berasal dari sensasi terbakar atau garukan atau juga dari gatal. Transudasi ringan juga ditemui dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah aktifitas pengeluaran air mata. Jumlah pengeluaran air mata yang tidak normal dan disertai dengan sekresi mukus menandakan keratokonjungtivitis sika. 12

5.Pseudoptosis. Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior. 12

6.Hipertrofi folikel. Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya. Terlihat paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus konjungtivitis klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik diinduksi oleh medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan miotik. Folikel pada forniks inferior dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik yang terbatas, tetapi ketika diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal). 12.

Gambar 5. gambaran klinis dari folikel

Dikutip dari James B, Chew C, Bron A. Conjunctiva, Cornea and Sclera. Dalam: Lecture Notes on Ophthalmology. 9th edition. India: Blackwell Publishing; 2003

7.Hipertrofi papiler. Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah yang membentuk substansi dari papilla(bersama dengan elemen selular dan eksudat) mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang menutupi papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pada kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat. 12 Ketika papila berukuran kecil, konjungtiva biasanya mempunyai penampilan yang halus dan merah normal. Konjungtiva dengan papila berwarna merah sekali menandakan kelainan disebabkan bakteri atau klamidia(contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna merah sekali merupakan karakteristik dari trakoma akut). Injeksi yang ditandai pada tarsus superior, menandakan keratokunjungtivitis vernal dan konjungtivitis giant papillary dengan sensitivitas terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior, gejala tersebut menandakan keratokonjungtivitis atopik. Papila yang berukuran besar juga dapat muncul pada limbus, terutama pada area yang secara normal dapat terekspos ketika mata sedang terbuka(antara jam 2 dan 4 serta antara jam 8 dan 10). Di situ gejala nampak sebagai gundukan gelatin yang dapat mencapai kornea. Papila limbal adalah tanda khas dari keratokonjungtivitis vernal tapi langka pada keratokonjungtivitis atopik. 12

Gambar 6. gambaran klinis hipertrofi papiler

Dikutip dari www.onjoph.com8.Membran dan pseudomembran. Merupakan reaksi konjungtiva terhadap infeksi berat atau konjungtivitis toksis. Terjadi oleh karena proses koagulasi kuman/bahan toksik. Bentukan ini terbentuk dari jaringan epitelial yang nekrotik dan kedua-duanya dapat diangkat dengan mudah baik yang tanpa perdarahan(pseudomembran) karena hanya merupakan koagulum pada permukaan epital atau yang meninggalkan permukaan dengan perdarahan saat diangkat(membran) karena merupakan koagulum yang melibatkan seluruh epitel. 11

Gambar 7. Bentukan pseudomembran yang diangkat

Dikutip dari http://www.rootatlas.com/wordpress/wp-content/uploads/2007/08/pseudomembrane-eye.jpg9.Phylctenules. Menggambarkan manifestasi lokal pada limbus karena alergi terhadap toxin yang dihasilkan mikroorganisme. Phlyctenules dari konjungtiva pada mulanya terdiri dari perivaskulitis dengan pengikatan limfositik pada pembuluh darah. Ketika berkembang menjadi ulserasi dari konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak leukosit polimorfonuklear. 1210.Formasi pannus. Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah diantara lapisan Bowman dan epitel kornea atau pada stroma yang lebih dalam. Edema stroma, yang mana menyebabkan pembengkakan dan memisahkan lamela kolagen, memfasilitasi terjadinya invasi pembuluh darah.11,14 Gambar 8. Pannus tampak pada mata pasien konjungtivitis

Dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5th edition. hal. 63-8111. Granuloma. Adalah nodus stroma konjungtiva yang meradang dengan area bulat merah dan terdapat injeksi vaskular. Tanda ini dapat muncul pada kelainan sistemik seperti tuberkulosis atau sarkoidosis atau mungkin faktor eksogen seperti granuloma jahitan postoperasi atau granuloma benda asing lainnya. Granuloma muncul bersamaan dengan bengkaknya nodus limfatikus preaurikular dan submandibular pada kelainan seperti sindroma okuloglandular Parinaud.

Gambar 17 Granuloma konjungtiva disertai dengan folikel pada sindroma okuloglandular Parinaud.dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5th edition. hal. 63-8112. Nodus limfatikus yang membengkak. Sistem limfatik dari regio mata berjalan menuju nodus limfatikus di preaurikular dan submandibular. Nodus limfatikus yang membengkak mempunyai arti penting dan seringkali dihadapi sebagai tanda diagnostik dari konjungtivitis viral. 122.6. Patofisiologi Konjungtivitis

konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.

Konjungtivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.2.7. Klasifikasi Konjungtivitis

Menurut penyebab terjadinya, konjungtivitis dibagi menjadi beberapa bagian:I. Konjungtivitis karena agen infeksi

A. Konjungtivitis Bakteria

B. Konjungtivitis Klamidia. (Trakoma)

C. Konjungtivitis Virus

C1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

1. Demam Faringokonjungtival 2. Keratokonjungtivitis Epidemika3. Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks4. Konjungtivitis Hemoragika AkutC2. Konjungtivitis Virus Kronik

1. Blefarokonjungtivitis2. Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster3. Keratokonjungtivitis MorbilliII. Konjungtivitis Imunologik (Alergi)

A. Reaksi Hipersensitifitas tipe cepat

1. Konjungtivitis demam jerami (hay fever)

2. Konjungtivitis vernalis

3. Konjungtivitis atopik

B. Reaksi Hipersensitifitas tipe lambat

1. Phlyctenulosis

III. Konjungtivitis akibat kelaianan autoimun

2. Keratokonjungtivitis sicca

IV. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

1. Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal

2. Konjungtivitis pekerjaan oleh bahan kimia dan iritans2.8. KONJUNGTIVITIS VIRUS 1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akuta). Demam Faringokonjungtival Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,5-40C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6 Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10 hari. 1b). Keratokonjungtivitis Epidemika Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1 Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3 Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6 Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3 Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3 Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3d). Konjungtivitis Hemoragika Akut Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5 Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5 Penyebaran

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari

Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti.

2. Konjungtivitis Virus Menahuna). Blefarokonjungtivitis Molluscum ContagiosumSebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.3Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.

b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster Tanda dan gejala

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1 Laboratorium

Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel sel embrio manusia. 1

Terapi

Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat penyakit. 1c). Keratokonjungtivitis Morbilli Tanda dan gejala

Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. 1,3Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang. 1,3Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa mengandung sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder. 1BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Nama

:Ny. R

Umur

: 39 tahun

Jenis kelamin

:Perempuan

Suku bangsa

:jawa / Indonesia

Agama

:Islam

Pendidikan terakhir:Sarjana

Pekerjaan

: IRT

Alamat

:Pejompongan

Tanggal pemeriksaan:28 Mei 20153.2. AnamnesaAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Jumat tanggal 29 Mei 2015 pada pukul 09.00 WIB Keluhan utama

: Mata kiri merah sejak 3 hari yang laluKeluhan tambahan

: Mata terasa gatal, keluar air mata terus menerus, keluar cairan yang bening dari mata sedikit lengket, mata mengganjal ,kelopak mata bengkak sampai susah mebuka mata.Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang ke poli mata RS TNI AL dr Mintohardjo dengan keluhan mata kiri berwarna merah sejak 3 hari yang lalu. Selain merah pasien juga mengeluh mata kirinya gatal dan mata keluar air mata terus menerus. Pasien juga merasa mata kirinya berairatau mengeluarkan cairan bening, sedikit lengket pada pagi hari saat bangun tidur. Pasien mengaku sebelumya memang sering menggosok-gosok matanya jika terasa matanya terkena debu.

Pasien merasakan bengkak pada kelopak mata kiri sehingga pasien susah untuk membuka mata. Pasien juga merasa matanya seperti berpasir atau ada rasa mengganjal. Pasien mengaku tidak demam sebelumnya dan tidak juga mengalami sakit pada tenggorokan. Pasien juga tidak mengeluh adanya penurunan tajam penglihatan. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien memiliki riwayat bersin berulang lebih dari 5 kali akibat debu Pasien tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya Pasien tidak memiliki riwayat trauma mata sebelumnyaRiwayat Penyakit Keluarga: Suami pasien mengalami gejala yang sama kurang lebih 1 minggu yang laluRiwayat Lingkungan: Di lingkungan pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama1.status general

- keadaan umum :baik

- kesadaran

:compos mentis

- gizi

:cukup

- vital sign

:tensi130/80 mmHg,

nadi 90x/menit,

suhu 36,8

- Kepala leher

:A/I/C/D : -/-/-/-

Pembesaran KGB(-)

- thorax

:cord dan pulmo dalam batas normal

- andomen

;dalam batas normal

- ekstremitas

:dalam batas normal2. Status oftalmologyODOS

6/7,5 SCVisus6/8,5 SC

OrthoforiaKedudukan bola mataOrthoforia

Pergerakan bola mata

Pseudoptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-) hordeolum (-) kalazion (-) ektropion (-) entropion (-) oedem (-) trikiasis (-) hematoma (-)Palpebra superiorOedem (+) Pseudoptosis (+) lagoftalmos (-) blefaritis (-) hordeolum (-) kalazion (-) ektropion (-) entropion (-) trikiasis (+) hematoma (-)

Ptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-) hordeolum (-) kalazion (-)ektropion (-) entropion (-) oedem (-) trikiasis (-) hematoma (-)Palpebra inferiorOedem (+) Ptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-) hordeolum (-) kalazion (-) ektropion (-) entropion (-) trikiasis (-) hematoma (-)

Hiperemia (-)

Hipertrofi papiler (-)

Giant papil (-)

Hipertrofi folikel (-)

Hordeolum (-)

Chalazion (-)

Edema (-)

Sekret (-)

Pseudomembran (-)KonjungtivaTarsalis Hiperemia (+)

Hipertrofi papiler (-)

Giant papil (-)

Hipertrofi folikel (+)

Hordeolum (-)

Chalazion (-)

Edema (-)

Sekret (-)

Pseudomembran (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Hiperemi (-)

Bleeding (-)

Pterigium (-)

Pinguekula (-)

Kemosis (-)Konjuntiva

Bulbi Injeksi konjungtiva (+)

Hiperemi (+)

Bleeding (-)

Pterigium (-)

Pinguekula (-)

Kemosis (-)

Hiperemia (-)

Hipertrofi papiler (-)

Giant papil (-)

Hipertrofi folikel (+)

Hordeolum (-)

Chalazion (-)

Edema (-)

Sekret (-)

Pseudomembran (-)Konjungtiva fornixHiperemia (+)

Hipertrofi papiler (-)

Giant papil (-)

Hipertrofi folikel (+)

Hordeolum (-)

Chalazion (-)

Edema (-)

Sekret (-)

Pseudomembran (-)

Keruh (-) infiltrat kornea (-), arkus senilis (-)sikatrik (-) ulkus (-)

neovaskular (-) perforasi (-) benda asing (-)KorneaJernih, infiltrat kornea (-) arkus senilis (-)

sikatrik (-) ulkus (-)

neovaskular (-) perforasi (-) benda asing (-)

Sedang, hifema (-)hipopion (-) flare (-)COASedang, hifema (-)hipopion (-) flare (-)

Coklat, kripti(-) sinekia (-), atrofi (-) IrisCoklat, kripti(-) sinekia (-), atrofi (-)

Tepi reguler, bulat, RCL(+)RCTL (+),PupilTepi reguler, bulat, RCL(+)RCTL (+),

Jernih LensaJernih

JernihVitreusJernih

Tidak dilakukanFunduskopiTidak dilakukan

Normal/palpasiTIONormal/palpasi

Sama dengan pemeriksaUji konfrontasiSama dengan pemeriksa

3.4.ResumePasien datang ke poli mata RS TNI AL dr Mintohardjo dengan keluhan mata kiri berwarna merah sejak 3 hari yang lalu. Mata kirinya gatal dan mata keluar air mata terus menerus,mengeluarkan cairan bening, sedikit lengket pada pagi hari saat bangun tidur. Riwayat menggosok mata sering. Pasien merasakan bengkak pada kelopak mata kiri sehingga pasien susah untuk membuka mata. Pasien juga merasa matanya seperti berpasir atau ada rasa mengganjal. Pasien mengaku tidak demam sebelumnya dan tidak juga mengalami sakit pada tenggorokan. Pasien juga tidak mengeluh adanya penurunan tajam penglihatan.

Pada pemeriksaan didapatkan:

OD : dbn OS :

Hiperemia (+)konjungtiva tarsus superior et inferior.

Injeksi konjungtivitis Hipetrofi folikuler

Oedem palpebra

Pseudoptosis 3.5 Diagnosa: Konjungtivitis akut et causa suspect virus OS3.6 Penatalaksanaan: Edukasi mengenai penyakit pasien dan penanganannya.

Tidak ada terapi spesifik, biasanya sembuh sendiri dalam 7-10 hari Diberikan tetes mata Sulfasetamid 15 % Bila terasa gatal dan panas kompres mata dengan kompres dingin.

Bersihkan cairan mata yang keluar dengan handuk bersih, tissue atau kapas yang diberi air hangat.

Kontrol dalam 5-7 hari.3.7 PrognosisAd vitam: dubia ad bonam

Ad sanationam: dubia ad malam

Ad functionam: dubia ad bonamBAB IV

KESIMPULAN

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata

Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan. Konjungtivitis dibagi dalam beberapa bentuk diantaranya adalah:

Konjungtivitis karena infeksi

Konjungtivitis imunologik (alergik)

Konjungtivitis kimia atau iritatif

Konjungtivitis akibat penyakit autoimun Penting artinya untuk mengetahui setiap ciri khas kelainan konjungtivitis karena pengobatan dengan tiap etiologi yang berbeda memerlukan terapi yang berbeda pula.

Pengobatan yang tidak adekuat dari konjungtivitis tipe tertentu akan dapat memberikan prognosa yang buruk(mengakibatkan kebutaan).DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009

2. Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2000.3. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.

4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000

28