Upload
dinda-teresha
View
243
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kedokteran
Citation preview
LAPORAN KASUS
ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
Disusun untuk melaksanakan tugasKepaniteraan Klinik di
SMF Ilmu Penyakit Dalam RSD dr. Soebandi Jember
Disusun oleh :
MH. Yuda Alhabsy
NIM.082011101036
Pembimbing :
dr. Suryono, Sp. JP FIHA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSD dr. SOEBANDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum. 1991). ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, Kardiologi Anak. 1994). Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis, yaitu
1. Defek Sinus VenosusDefek ini terletak di bagian superior dan posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava superior. Juga dekat dengan salah satu muara vena pulmonalis.
2. Defek Sekat Sekundum Defek ini terletak di tengah sekat atrium. Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
3. Defek Sekat Primum Defek ini terletak dibagian bawah sekat primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal pertumbuhan sekat primum.Defek sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II
Pasien dengan defek septum atrium mempunyai beban pada sisi kanan jantung, akibat pirau dari atrium kiri ke atrium kanan. Left to right shunt menyebabkan atrium kanan dilatasi, volume ventrikel kanan overload dan terjadi peningkatan aliran darah pulmonal.
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama: Ny. J
Umur: 32 tahun
Jenis Kelamin: Wanita
Agama : Islam
Suku Bangsa: Madura
Pendidikan: SMP
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Status: Menikah
Alamat: Jl. Letnan Sutoyo No. 116 Jember
Tanggal MRS : 30 Oktober 2012
Tanggal KRS: 3 November 2012
No. Rekam Medik: 43.16.01
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap pasien pada tanggal 30 Oktober 2012 di bangsal ruang RIW RSD dr. Soebandi Jember.
1. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama : Sesak Nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak sejak setelah melahirkan tanggal 7 oktober 2012. Pasien sudah berobat ke dokter tetapi masih sering sesak. Pasien mengeluh sering kelelahan saat melakukan aktivitas seperti menyapu ataupun mencuci baju, namn pasien lebih nyaman apabila mulai beristirahat. Pasien mengeluh sering batuk pilek sejak kecil. Pasien pernah menderita batuk lama dan pernah mendapat pengobatan TBC waktu masih berumur 13 tahun. Pasien merasa badan terasa lemes. Pasien juga mengeluh BAB(+) warna hitam dan perut nyeri pada bagian ulu hati. Nyeri perut dirasakan sudah lama namun untuk BAB warna hitam di keluh sejak 3 hari yang lalu. Perut pasien terasa mual namun tidak muntah. BAK(+) normal kuning jernih
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita sakit batuk lama pada waktu SMP dan pernah di rawat di RS paru
d. Riwayat Pengobatan
Mendapatan pengobatan TBC 6 bulan
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah menderita sakit seperti ini.
f. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien mengenyam pendidikan terakhir di bangku sekolah menengah pertama (SMP), pasien tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tanggah di rumah. Pasien tinggal bersama suaminya. Suami pasien bekerja sebagai tukang bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup, penghasilan tiap bulan tidak tetap lebih kurang Rp. 1.000.000 untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien dikenal baik oleh tetangga sekitar rumah dan juga keluarga dekatnya.
Kesan : Riwayat sosial baik dan ekonomi cukup
g. Riwayat Gizi
Pasien makan 2-3 kali dalam sehari. Menu yang sering dikonsumsi berupa nasi, lauk pauk (tahu dan tempe) dan sayur. Sejak sakit ini, nafsu makan menurun, sehari makan 3 kali dan setiap kali makan hanya sekitar 2-3 sendok.
Kesan : kebutuhan gizi kurang.
2. ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem Serebrospinal:tidak ada penurunan kesadaran, tidak demam dan tidak kejang.
b. Sistem Kardiovaskular:tidak ada keluhan
c. Sistem Pernafasan:batuk, sesak, pilek
d. Sistem Gastrointestinal :nafsu makan turun, mual, BAB warna hitam
e. Sistem Urogenital:kencing lancar, warna kuning jernih, tidak nyeri saat BAK
f. Sistem Intengumentum:tidak ada bengkak pada keempat ekstremitas
g. Sistem Muskuloskeletal:tidak ada keluhan
Kesan : Pada anamnesis sistem ditemukan sesak, batuk, nafsu makan turun, mual, BAB warna hitam
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum:lemah
2. Kesadaran:kompos mentis (GCS = 4-5-6)
3. Tanda vital:TD : 130/80 mmHg
N: 108 x/mnt
RR: 32 x/mnt
Tax: 36,10C
4. Status Gizi: cukup
5. Kulit: Turgor kulit normal, elastisitas baik, tidak ada ruam
6. Kelenjar Limfe: Limfonodi leher, aksila, dan inguinal tidak
membesar.
7. Otot : Dalam batas normal, atrofi (-), spastik (-)
8. Tulang :Tidak ada deformitas, krepitasi ataupun false
movement pada tulang tubuh.
Kesimpulan : Didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran komposmentis, hipertensi, takipnea, takikardi
b. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Bentuk:bulat, simetris
Rambut:panjang, warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata :konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak terdapat edema palpebra pada kedua mata, mata tidak cowong, Hematom peripalpebra -/-. Reflek cahaya +/+
Hidung:tidak ada sekret, tidak bau, tidak perdarahan
pernafasan cuping hidung (-)
Telinga:tidak ada sekret, tidak bau, tidak perdarahan
Mulut:tidak sianosis
Lidah:tidak kotor, tidak hiperemis
Kesan : terdapat anemis
2. Leher
Inspeksi:simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi:tidak teraba pembesaran KGB leher
Kaku kuduk:tidak ada
JVP: peningkatan JVP
Kesan : peningkatan JVP
3. Dada
Jantung
Inspeksi:Ictus Cordis terlihat pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
Palpasi:Ictus Cordis teraba pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
Perkusi:Ukuran jantung membesar,
Batas kanan : 2 cm lateral parasternal dextra pada ICS IV-V, tepi parasternal dextra pada ICS II-III
Batas Kiri : 2 cm medial midaxillary line sinistra pada ICS V, 2 cm lateral parasternal sinistra pada ICS II-III
Auskultasi :S1 S2 tunggal, terdapat suara murmur
Kesan : didapatkan kardiomegali, suara murmur
Paru
Aspectus Ventralis
Aspectus Dorsalis
I
Bentuk dada normal, simetris
Retraksi supraklavikularis -/-
-intercosta -/-
- subcosta -/-
Gerak nafas tertinggal (-)
Simetris, Ketinggalan gerak (-)
P
Nyeri tekan (-)
Fremitus raba V
N
N
N
N
N
N
Nyeri tekan (-)
Fremitus raba D
N
N
N
N
N
N
P
Perkusi V
S
S
S
S
R S
R
S
S
S
R
R R
R
Perkusi D
S
S
S
R
R R
R
S
S
S
S
S R
R
A
Suara Dasar V
V
V
V
V
V V
V
V
V
V
V
V V
V
Rhonki V
-
-
-
- - -
-
-
-
-
-
- -
-
Wheezing
-
-
-
-
- -
-
-
-
-
-
- -
-
Suara Dasar D
V
V
V
V
V V
V
V
V
V
V
V V
V
Rhonki
-
-
-
-
- -
-
-
-
-
-
- -
-
Wheezing
-
-
-
-
- -
-
-
-
-
-
- -
-
Kesan : didapatkan rhonki, wheezing, dan suara tambahan lain
4. Abdomen
Inspeksi:flat, massa (-), lesi (-)
Palpasi:hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan pada perut bagian ulu hati, soepel, turgor kulit normal
Perkusi:timpani, nyeri ketok ginjal (-)
Auskultasi:Bising usus (+) 12x/menit
5. Anogenital:anus (+), genital wanita
6. Ekstremitas :Superior : akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : akrar hangat +/+, edema +/+
Kesan : Pemeriksaan khusus didapatkan nyeri tekan pada perut bagian ulu hati, edema pada ekstremitas inferior
Status Psikiatri Singkat
1. Emosi dan afek : adekuat
2. Proses berpikir:
Bentuk: realistik
Arus : koheren
Isi: waham tidak ada
3. Kecerdasan: dbn
4. Kemauan: dbn
5. Psikomotor: dbn
6. Ingatan : dbn
Kesan: Status psikiatri dalam batas normal
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 30 Oktober 2012
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN
21/10/2012
Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemaglobin
9,0
11,4-15.1 g/dl
Lekosit
9,3
4.3-11.3x109L
Hematokrit
31,6
40-47%
Trombosit
706
150-450 x 109/L
FAAL HATI
SGOT
32
10-31 U/L
SGPT
36
9-36 U/L
Albumin
3,1
3,4-4,8 gr/dL
FAAL GINJAL
Kreatinin Serum
0,5
0,5-1.1 mg/dL
BUN
11
6-20 mg/dL
Urea
23
10-50 mg/dL
Asam Urat
2,0
2,0-5,7 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium
133,2
135-155 mmol/L
Kalium
4,15
3.5-5.0 mmol/L
Chlorida
101,5
90-110 mmol/L
Kalsium
2,08
2,15-2,57 mmol/L
Magnesium
0,73
0,77-1,03 mmol/L
Fosfor
1,76
0,85-1,60 mmol/L
Kesan : anemia, Trombositosis
FOTO THORAX
Tanggal 30 Oktober 2012
Kesan: Terdapat kardiomegali, ventrikel kanan dan kiri membesar
EKG
Tanggal 30 Oktober 2012
Tanggal 31 Oktober 2012
Echocardiograpy
RESUME
Seorangn wanita bersia 32 tahun datang ke RS dr. Soebandi dengan keluhan utama dispnea sejak 1 minggu yang lalu. Sesak saat beraktifitas dan berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluh batuk pilek dengan sputum(-). Pasien pernah mendapat pengobatan 6 bulan saat usia 13 tahun. Sejak 3 hari yang lalu pasien mengeluh BAB (+) warna hitam seperti petis dan nyeri perut pada bagian ulu hati.
Dari anamnesis sistem ditemukan anemis, nasfu makan menurun, mual, batuk, sesak(+)
Pada pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran komposmentis, hipertensi(+) dan takipnea (+)
Pemeriksaan khusus didapatkan, anemis(+), kardiomegali(+), rhonki (-), edema(+) kedua ekstremitas bawah
Pada pemeriksaan hematologi ditemukan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Pada Pemeriksaaan faal hati ditemukan penurunan albumin. Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan efusi kardiomegali. Pada pemeriksaan Echocardiography didapatkan ASD
IV. DIAGNOSIS
Dispnea e.c DCFC+ASD + Anemia e.c susp. Ulkus peptikum
V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah :
1. Planning Diagnostik : Pemeriksaan Ekokardiograf,
2. Planning Terapi:
O2 Nasal 3 lpm
Infuse RL:D5 14 tpm
Inj. Cefotaxime 3x1
Inj. Asam traneksanat 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Lanzoprazole 3x1
Sirup Ulsicral 3xC1
p/o Digoxin 1 0 - 0
p/o spironolacton 25mg - 0-
p/o dorner 2x1
Edukasi:
Pasien diminta untuk membatasi aktivitas dan istirahat total (bedrest)
Pasien mengurangi asupan cairan dan membatasi makanan dengan kandungan garam tinggi
VI. PROGNOSIS
Ad vitam: Dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
FOLLOW UP
PEMERIKSAAN HARI KE-1 ( 30 Oktober 2012)
S
Sesak, nyeri ulu hati, BAB(+) hitam, BAK(+) kuning
O
KU : Lemah Kesadaran : CM
V/S: Tek. darah:
Nadi :
RR :
Suhu :
130/80 mmHg
108 x/menit
32 x/menit
36,30C
Kepala leher
a/i/c/d = +/-/-/+
Cor
I
IC tampak pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
IC teraba pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
Ukuran jantung membesar, Batas kanan : 2 cm lateral parasternal dextra pada ICS IV-V, tepi parasternal dextra pada ICS II-III, Batas Kiri : 2 cm medial midaxillary line sinistra pada ICS IV-V, 2 cm medial midclavicula line sinistra pada ICS II-II
A
S1 S2 tunggal (e/g/m : -/-/+)
Pulmo
I
Simetris, retraksi (+)
P
FR V D
N N N N
N N N N
N N N N
P
V D
S S S S
S S S S
S S S S
R R R R R S R R
R R R R
A
SD V D
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wh V D
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Rh V D
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Abdomen
I
Flat
A
BU (+) normal
P
Timpani
P
Soepel, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Akral hangat Oedem
+ + - -
+ + + +
A
Dipenea e.c DCFC+susp. ASD+Anemia e.c susp. Ulcus peptik
P
O2 Nasal 3 lpm
Infuse RL:D5 14 tpm
Inj. Cefotaxime 3x1
Inj. Asam traneksanat 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Lanzoprazole 3x1
Sirup Ulsicral 3xC1
p/o Digoxin 1 0 - 0
p/o spironolacton 25mg - 0-
p/o dorner 2x1
PEMERIKSAAN HARI KE-2 ( 31 Oktober 2012)
S
Sesak, BAB hitam, Nyeri ulu hati
O
KU : Lemah Kesadaran : CM
V/S: Tek. darah:
Nadi :
RR :
Suhu :
120/80 mmHg
84 x/menit
28 x/menit
36,60C
Kepala leher
a/i/c/d = +/-/-/+
Cor
I
IC tampak pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
IC teraba pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
Ukuran jantung membesar, Batas kanan : 2 cm lateral parasternal dextra pada ICS IV-V, tepi parasternal dextra pada ICS II-III, Batas Kiri : 2 cm medial midaxillary line sinistra pada ICS IV-V, 2 cm medial midclavicula line sinistra pada ICS II-II
A
S1 S2 tunggal (e/g/m : -/-/+)
Pulmo
I
Simetris, retraksi (+)
P
FR V D
N N N N
N N N N
N N N N
P
V D
S S S S
S S S S
S S S S
R R S R R S R R
R R R R
A
SD V D
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wh V D
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Rh V D
- - - -
+ - - -
+ - - -
+ + + + + + + +
+ + + +
Abdomen
I
Flat
A
BU (+) normal
P
Timpani
P
Soepel, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Akral hangat Oedem
+ + - -
+ + + +
A
Dipenea e.c DCFC+susp. ASD+Anemia e.c susp. Ulcus peptik
P
O2 Nasal 3 lpm
Infuse RL:D5 14 tpm
Inj. Cefotaxime 3x1
Inj. Asam traneksanat 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Lanzoprazole 3x1
Sirup Ulsicral 3xC1
p/o Digoxin 1 0 - 0
p/o spironolacton 25mg - 0-
p/o dorner 2x1
PEMERIKSAAN HARI KE-3 ( 1 November 2012)
S
Sesak, pusing, nyeri ulu hati
O
KU : Lemah Kesadaran : CM
V/S: Tek. darah:
Nadi :
RR :
Suhu :
110/80 mmHg
88 x/menit
32 x/menit
36,10C
Kepala leher
a/i/c/d = +/-/-/+
Cor
I
IC tampak pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
IC teraba pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
Ukuran jantung membesar, Batas kanan : 2 cm lateral parasternal dextra pada ICS IV-V, tepi parasternal dextra pada ICS II-III, Batas Kiri : 2 cm medial midaxillary line sinistra pada ICS IV-V, 2 cm medial midclavicula line sinistra pada ICS II-II
A
S1 S2 tunggal (e/g/m : -/-/+)
Pulmo
I
Simetris, retraksi (+)
P
FR V D
N N N N
N N N N
N N N N
P
V D
S S S S
S S S S
S S S S
R R S R R S R R
R R R R
A
SD V D
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wh V D
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Rh V D
- - - -
+ - - +
- - - -
+ + + + + + + +
+ + + +
Abdomen
I
Flat
A
BU (+) normal
P
Timpani
P
Soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat Oedem
+ + - -
+ + + +
A
Dipenea e.c DCFC+susp. ASD+Anemia e.c susp. Ulcus peptik
P
O2 Nasal 3 lpm
Infuse RL:D5 14 tpm
Inj. Cefotaxime 3x1
Inj. Asam traneksanat 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Lanzoprazole 3x1
Sirup Ulsicral 3xC1
p/o Digoxin 1 0 - 0
p/o spironolacton 25mg - 0-
p/o dorner 2x1
PEMERIKSAAN HARI KE-4 (2 November 2012)
S
Sesak, pusing, BAB(+) warna cokelat, BAK(+) normal, nyeri ulu hati berkurang
O
KU : Lemah Kesadaran : CM
V/S: Tek. darah:
Nadi :
RR :
Suhu :
120/90 mmHg
92 x/menit
28 x/menit
36,40C
Kepala leher
a/i/c/d = +/-/-/+
Cor
I
IC tampak pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
IC teraba pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
Ukuran jantung membesar, Batas kanan : 2 cm lateral parasternal dextra pada ICS IV-V, tepi parasternal dextra pada ICS II-III, Batas Kiri : 2 cm medial midaxillary line sinistra pada ICS IV-V, 2 cm medial midclavicula line sinistra pada ICS II-II
A
S1 S2 tunggal (e/g/m : -/-/-)
Pulmo
I
Simetris, retraksi (+)
P
FR V D
N N N N
N N N N
N N N N
P
V D
S S S S
S S S S
S S S S
R R S R R S R R
R R R R
A
SD V D
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wh V D
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Rh V D
- - - -
- - - -
- - + -
- - - - - - - -
- - - -
Abdomen
I
Flat
A
BU (+) normal
P
Timpani
P
Soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat Oedem
+ + - -
+ + + +
A
Dipenea e.c DCFC+susp. ASD+Anemia e.c susp. Ulcus peptik
P
O2 Nasal 3 lpm
Infuse RL:D5 14 tpm
Inj. Cefotaxime 3x1
Inj. Asam traneksanat 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Lanzoprazole 3x1
Sirup Ulsicral 3xC1
p/o Digoxin 1 0 - 0
p/o spironolacton 25mg - 0-
p/o lasix 1 0 - 0
p/o dorner 2x1
PEMERIKSAAN HARI KE-5 (3 November 2012)
S
Pasien masih sesak dan berkurang saat posisi duduk, pusing
O
KU : Lemah Kesadaran : CM
V/S: Tek. darah:
Nadi :
RR :
Suhu :
120/70 mmHg
88 x/menit
30 x/menit
36,50C
Kepala leher
a/i/c/d = +/-/-/+
Cor
I
IC tampak pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
IC teraba pada ICS V 2 cm lateral MCL sinistra
P
Ukuran jantung membesar, Batas kanan : 2 cm lateral parasternal dextra pada ICS IV-V, tepi parasternal dextra pada ICS II-III, Batas Kiri : 2 cm medial midaxillary line sinistra pada ICS IV-V, 2 cm medial midclavicula line sinistra pada ICS II-II
A
S1 S2 tunggal (e/g/m : -/-/+)
Pulmo
I
Simetris, retraksi (+)
P
FR V D
N N N N
N N N N
N N N N
P
V D
S S S S
S S S S
S S S S
R R S R R S R R
R R R R
A
SD V D
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wh V D
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Rh V D
- - - -
- - - -
- - - -
+ + + + + + + +
+ + + +
Abdomen
I
Flat
A
BU (+) normal
P
Timpani
P
Soepel, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Akral hangat Oedem
+ + - -
+ + + +
A
Dipenea e.c DCFC+ASD+Anemia e.c susp. Ulcus peptik
P
O2 Nasal 3 lpm
Infuse RL:D5 14 tpm
Inj. Cefotaxime 3x1
Inj. Asam traneksanat 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Lanzoprazole 3x1
Sirup Ulsicral 3xC1
p/o Digoxin 1 0 - 0
p/o spironolacton 25mg - 0-
p/o lasix 1 0 0
p/o dorner 2x1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit jantung konginetal atau penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Kata konginetal berasal dari bahasa latin con berarti bersama, dan genitus berarti lahir.1 Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan structural jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu siaonotik ( biru ) dan asianotik ( tidak biru ) yang masing masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda
Angka kejadian PJB dilaporkan 8 10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30% di antaranya telah memberikan gejala pada minggu minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematian akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara maju hamper semua jenis PJB dapat terdeteksi dalam masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulanm, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi. Beberapa jenis PJB tertentu memerlukan pengenalan dan diagnosis dini agar segera dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah yang diperlukan.
INSIDEN dan EPIDIOMOLOGI
Insidens PJB berkisar 6 8 penderita tiap 1000 kelahiran hidup dan 1 tiap 1000 anak berumur kurang dari 10 tahun. Menurut kepustakaan ada 8 bentuk PJB ( 85% ) yang seringkali ditemukan yaitu defek septum ventrikel ( VSD ), defek septum atrium ( ASD ), duktus atriosus persisten ( PDA), koartasio aorta ( KoA ), stenosis pulmonal ( PS ), stenosis aorta ( AS ), Tetralofi of Fallot ( TOF ) dan transposisi arteri besar ( TGA ). Sisanya ( 15% ) terdiri atas bentuk bentuk yang lebih kompleks dan jarang ditemukan. Di antara semua bentuk PJB, VSD merupakan lesi yang paling banyak dilaporkan.Di antara kelompok PJB sianosis, teranyata TF dan TGA menempati urutan pertama dan kedua terbanyak. Umumnya frekuensi PJB sama pada laki laki dan perempuan, walaupun beberapa lesi lebih sering terjadi pada anak laki laki, PDA dan ASD lebih banyak terlihat pada anak perempuan. Kalau ada anak dalam satu keluarga menderita PJB maka kemungkinan anak berikutnya menderita PJB 3 4 kali lebih banyak daripada keluarga yang tidak mempunyai riwayat PJB. Kebanyakan PJB yang meninggal terjadi pada bulan bulan pertama setelah kelahiran (30%) atau sebelum mencapai umur 1 tahun ( 10%).
ANATOMI JANTUNG
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler.Jantung dibentuk oleh organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira kira panjang 12 cm. lebar 8 -9 cm serta tebal kira kira 6 cm.3
Posisi jantung terletak antar kedua paru dan berada di tengah tengah dada, bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira kira 5 cm di atas processus xiphoideus.Pada tepi kanan diafragma thoracis dan berada kira kira 5 cm di atas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi sternum, tepi caudal berada pada ruang intercostralis 5, kira kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardi berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelums agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epikardium.Epicardium adalah lapisan paling luar jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium di mana lapisan ini adalah lapisan paling tebal.Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium.Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri.Belahan kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
KLASIFIKASI
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) diklasifikasikan sebagai berikut:
Asiantoik
Sianotik
Dengan aliran pirau ( Shunting )
1) Atrial Septal Defect ( ASD )
2) Ventricular Septal Defect ( VSD )
3) Patent Ductus Arteriousus ( PDA )
Dengan aliran pirau ( Shunt )
1) Tetralofi Fallot ( TF )
2) Transposition of the great arteri ( TGA )
Tanpa aliran pirau ( Shunt )
1) Coarcation of the aorta
2) Conginetal aortic stenosis
Tanpa aliran pirau ( Shunt )
1) Trikuspid atresia
2) Pulmonary atresia
ATRIAL SEPTAL DEFECT
DEFINISI
Merupakan kelainan jantung kongenital pada orang dewasa yang umum dijumpai dan paling banyak diderita perempuan. Atrial septal defect dikarakterisasi dengan adanya kerusakan (lubang) pada septum interatrial yang mengakibatkan aliran balik vena pulmonal dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai kemungkinan mulai dari tanpa gejala, sampai volume overload sisi kanan, hipertensi arteri pulmonal, dan aritmia, hal tadi sangat tergantung pada ukuran kerusakan (lubang), ukuran pirau, dan kelainan yang berkaitan.
ASD kecil tidak mempengaruhi kerja jantung dan tidak membutuhkan terapi spesial. Kebanyakan ASD kecil menutup dengan sendirinya disaat jantung berkembang pada masa anak-anak. Lesi sedang sampai besar menyebabkan darah dari kedua atrium saling berhubungan,dan punya kecenderungan tidak menutup dengan sendirinya. Kebanyakan anak dengan ASD tidak menimbulkan gejala, walaupun ukuran ASDnya besar.
Terdapat tiga tipe kelainan ASD yang sering dijumpai:
Ostium secundum: merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir dengan ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent foramen ovale. Foramen ovale normalnya akan menutup segera setelah kelahiran, namun pada beberapa orang hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati.
Ostium primum: kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai dengan berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian atas. Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya.
Sinus venosus. Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar (vena cava superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering disertai dengan kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal dapat berhubungan dengan vena cava superior maupun atrium kanan.
Pasien dengan ASD biasanya asimptomatik pada awal kehidupan, meskipun kemungkinan didapatkan adanya gangguan perkembangan fisik dan peningkatan kecenderungan infeksi pernapasan ; gejala cardiorespiratory terjadi pada kebanyakan pasien usia lanjut. Pada dekade ke empat, pasien dalam jumlah yang signifikan mengalami aritmia atrial, hipertensi arteri pulmonal, bidireksional dan pirau kanan ke kiri, dan gagal jantung. Pasien yang terpapar dengan lingkungan dengan oksigen rendah secara kronis(tinggal di tempat tinggi) cenderung mengalami hipertensi pulmonal pada usia yang lebih muda. Pada beberapa pasien usia lanjut, pirau kiri ke kanan akan bertambah dengan adanya hipertensi sistemik dan/atau penyakit arteri koroner yang menghasilkan penurunan komplians pada ventrikel kiri.
PENYEBAB
Diturunkan secara herediter, misalnya orang tua dengan penyakit jantung kongenital kemungkinan memiliki anak dengan problem tadi. Sangat jarang, lebih dari satu orang anak pada keluarga lahir dengan kelainan jantung.
Anak yang memiliki kelainan genetik, seperti down syndrome. Setengah bayi dengan down syndrome mengalami kelainan jantung kongenital
Merokok saat kehamilan juga dihubungkan dengan kelainan jantung kongenital, termasuk kerusakan septum
TANDA DAN GEJALA
ASD di awal kehidupan tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan gejala muncul biasanya murmur akan muncul. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar yang tidak diperbaiki dapat merusak jantung dan paru dan menyebabkan gagal jantung. Keadaan ini tidak akan terjadi sampai pasien dewasa. Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
Kelelahan
Mudah lelah dalam beraktivitas
Napas pendek dan kesulitan bernapas
Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel kanan dan pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1 normal/split, dengan aksentuasi penutupan katup trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup pulmonal dapat menyebabkan terdengarnya murumur midsistolik. Splitting bunyi jantung 2 melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur middiastolik rumbling, terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea sternalis kiri, menunjukan peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid. Pada pasien dengan kelainan ostium primum, thrill pada apex dan murmur holosistolic menunjukan regurgitasi mitral/tricuspid atau VSD.
Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu aliran balik pulmonal dan murmur tricuspid intensitasnya akan berkurang, komponen bunyi jantung ke 2 dan ejeksi sistolik akan meningkat, murmur diastolic akibat regurgitasi pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing finger berhubungan dengan terjadinya pirau kanan ke kiri.
Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan dapat dipusingkan dengan mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal karena murmur diastolik tricuspid dan bunyi jantung 2 yang melebar.
KOMPLIKASI
Biasanya muncul pada usia dewasa, sekitar 30 tahun atau lebih tua. Komplikasi jarang terjadi pada bayi dan anak. Beberapa kemungkinannya adalah:
Gagal jantung kanan. Pada ASD jantung kanan bekerja keras untuk memompa darah lebih dari jumlah normal. Seiring dengan berjalannya waktu jantung menjadi lelah dan tak mampu bekerja dengan baik
Aritmia. Darah yang berlebihan pada atrium menyebabkan dinding atrium teregang dan berdilatasi, hal ini adapat menyebabkan aritmia. Gejalanya palpitasi dan peningkatan denyut jantung.
Stroke. Biasanya, paru mendapatkan bekuan darah kecil yang berasal dari paru kanan hal ini dapat menyebabkan embolisme paru. Bekuan darah dapat pindah dari atrium kanan je atrium kiri lewat ASD dan dipompa ke seluruh tubuh. Dan bekuan ini dapat dipompa keseluruh tubuh dan menyumbat pembuluh darah otak dan menyebabkan stroke.
Hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal merupakan peningkatan tekanan pada arteri pulmonal. Hipertensi pulmonal dapat merusak arteri dan pembuluh darah kecil pada paru. Mereka menjadi tebal dan kaku membuat aliran darah menjadi sulit.
Masalah tadi berkembang bertahun-tahun dan tidak terjadi pada anak-anak. Keadaan tadi juga jarang terjadi pada orang dewasa karena ASD dapat menutup dengan sendirinya atau diperbaiki pada masa kanak-kanak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
Elektrokardiogram
Pada pasien dengan defect ostium secundum, hasil EKG biasanya menunjukan deviasi aksis ke kanan dan rSr pattern pada prekordial kanan yang menunjukan pembesaran pada RV outflow tract. Ectopic atrial pacemaker atau first-degree heart block dapat muncul pada keurusakan tipe sinus venosus. Pada kerusakan ostium primum, konduksi RV terganggu disertai dengan left superior axis deviation dan counterclockwise rotation. Hipertrofi RV dan RA pada berbagai tingkayan dapat terjadi pada setiap tipe defect.
CXR
Menunjukan pembesaran RA dan RV, dilatasi arteri pulmonal dan percabangannya, dan increased pulmonary vascular markings
Echocardiogram
Dapat ditemukan dilatasi areteri pulmonal dan dilatasi RV dan RA dengan pergerakan septum ventrikel abnormal (paradoxical) karena volume berlebihan pada jantung kanan. ASD dapat dilihat langsung dengan two-dimensional imaging, color flow imaging, or echocontrast. Pada kebanyakan institusi two dimensional echocardiography plus color doppler flow examination telah menggantikan keteterisasi jantung. Transesophageal echocardiography diindikasikan jika transthoracic echocardiogram masih meragukan, paling sering dilakukan pada kasus tipe sinus venosus atau disaat catheter device closure.
Cardiac catheterization
Dilakukan jika terdapat hasil inkonsistensi data klinis, jika dicurigai terjadi hipertensi pulmonal atau malformasi terkait, atau jika terdapat kemungkinan penyakit arteri koroner.
TERAPI
Check up dilakukan untuk mengetahui apakah ASD menutup dengan sendirinya. Sekitar setengah penderita ASD menutup dengan sendirinya, dan sekitar 20% nya menutup pada usia kehidupan pertama.Saat terapi ASD dibutuhkan, yang dilakukan adalah penutupan melalui kateter atau pembedahan. Dokter sering memutuskan menutup ASD pada anak yang memiliki ukuran medium sampai besar saat usia 2-5 tahun.
PENUTUPAN DENGAN KATETER
Dapat dilakukan pada pasien dengan defect sekundum. Kateter dimasukan melalui vena femoralis atau poplitea dan kateter didorong sampai ke septum jantung. Pada kateter terdapat alat yang berbentuk seperti payung, yang akan dibuka saat kateter mencapai septum. Alat tadi akan menetap dan menutupi lubang diantara atria. Kemudian kateter akan dikeluarkan dari tubuh. Sekitar 6 bulan, jaringan yang normal akan tumbuh meliputi alat tadi. Tidak dibutuhkan penggantian alat.
Dalam prosedur ini dokter sering melakukan echocardiography atau transesophagealechocardiography atau angiogrphy sebagai guide memasukan kateter ke dalam jantung dan menutup lubang.
Keadaan pasien setelah prosedur sangat baik. 9 dari 10 pasien sukses melakukan penutupan tanpa kegagalan signifikan. Hal yang jarang terjadi adalah defect yang terlalu besar untuk ditutup, pmbedahan dibutuhkan.
PEMBEDAHAN
Dilakukan pada tipe primum atau sinus venosus. Komplikasi yang jarang terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Beberapa anak dapat mengalami perikarditis yang dapat diatasi dengan obat-obatan. Prognosis pada pembedahan sangat baik, rata-rata anak boleh pulang setelah 3-4 hari.
Living With ASD
Kebanyakan anak dengan ASD tidak membutuhkan perlakuan khusus atau hanya checkup biasa dengan kardiologis selama kehidupannya.
ASD kecil kebanyakan menutup dengan sendirinya dan tidak menimbulkan komplikasi. Anak-anak dan orang dewasa yang memiliki ASD kecil dan tidak menutup dan tidak ada gejala termasuk sehat dan tidak membutuhkan pengobatan.
Pada ASD yang tidak menutup dan membutuhkan tindakan kateter atau pembedahan untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Antibiotik profilaksis.
Anak dengan kerusakan jantung yang parah meningkatkan resiko terkena infective endocarditis. ASD tidak berhubungan dengan resiko infective endocarditis, kecuali 6 bulan setelah penutupan dengan kateter atau bedah.
BAB 3
KESIMPULAN
ASD adalah suatu kelainan jantung bawaan di mana terdapat defek pada septum atrium sehingga terjadi pirau antarai atrium kanan dan kiri.1,4,6Terdapat beberapa bentuk ASD yaitu;
a. Tipe ostium primum ( ASD I )
b. Tipe ostim sekundum ( ASD II )
c. Tipe sinus venosus ( defek sinus venosus ).
Gejala klinis penderita ASD umumnya adalah asimptomatik dan ditemukan secara kebetulan karena terdengar bising. Biasanya bising belum terdengar pada masa neonatal, bahkan kadang kadang sampai umur 5 tahun. Gejala yang ada bervariasi, beberapa kasus asimptomatik sedangkan yang lain dapat berupa mudah capek, toleransi kerja berkurang, tanda tanda payah jantung kanan serta radang saluran pernapasan yang berulang dan berat. Sianosis juga biasanya tidak ada, kecuali kalau terdapat hipertensi pulmonalis.
Terapi bisa di lakukan dengan penutupan dengan kateter, pembedahan, living with ASD, antibiotik profilaksis
DAFTAR PUSTAKA
1. Gray HH dkk. Lecture Note: Kardiologi. Erlangga.2005
2. Hunt SA dkk. Guideline Update for the Diagnosis and Management of Chronic Heart Failure in the Adult. ACC/AHA.2005
3. Manurung D. Gagal Jantung Akut. Internal Publishing.2009
4. Panggabean M. Gagal Jantung. Internal Publishing. 2009
5. Pitt B. Part II: New Insights Pathophysiology of into the Epidemiology and Heart Failure. JACC.1993
37