Kelompok 3.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

3

BAB 1 PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan pengalaman stres bagi pasien dan keluarga mereka. Keperawatan keluarga sekarang diakui sebagai bagian penting dari perawatan oleh perawat medical-surgicalListenRead phonetically. Memberikan pelayanan kepada unit seluruh keluarga, serta merawat pasien dalam konteks keluarga mereka, sangat penting terlepas dari pengaturan untuk asuhan keperawatan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan yang mengarahkan perawat tentang pentingnya perawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang sakit di rumah sakit, dan setelah sakit.2. Tujuan

Tujuan bab ini adalah untuk menggambarkan evolusi keperawatan keluarga di medis bedah pengaturan dan menggambarkan masalah-masalah bagi perawat untuk mempertimbangkan saat mereka merencanakan perawatan untuk keluarga.Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami:

1. Dampak dari pasien yang masuk rumah sakit

2. Perspektif teoritis umum keperawatan keluarga dengan klien yang mengalami perawatan medical bedah

3. Fase Keperawatan Family Medical Surgical4. Persiapan untuk Pemulangan Pasien5. Implikasi Keperawatan

BAB 2 PEMBAHASAN2.1 Dampak dari Pasien yang Masuk Rumah Sakit

Penyakit dan trauma yang menyebabkan masuk ke rumah sakit dan / atau unit perawatan kritis adalah stres bagi keluarga.ListenRead phonetically Peneliti telah menemukan bahwa, di antara 51 anggota keluarga pasien yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau luka tembak, peningkatan stres sebelumnya, strain dan transisi yang berhubungan negatif dengan hasil adaptasi keluarga dan yang tahan banting keluarga, sumber daya, mengatasi dan komunikasi pemecahan masalah yang positif terkait untuk hasil adaptasi keluarga.

Penyakit atau cedera yang memerlukan rawat inap dari orang yang dicintai telah disebut acara stressor nonnormative untuk keluarga, yaitu, itu tak terduga dan tak terduga. Di samping itu, orang tua mungkin berjuang untuk memberitahu anak-anak mereka, atau anak-anak mungkin takut bahwa mereka akan kehilangan orangtua.2.2 Perspektif Teoritis UmumMenggambarkan beberapa kerangka teoritis keperawatan keluarga. Model dari ilmu sosial ,genre teori-teori struktural-fungsional, teori system keluarga, teori stres keluarga, dan ketahanan keluarga. Teori ini mungkin lebih bermanfaat untuk perawat medical surgical karena ringkas dan mudah digunakan dan tidak bergantung pada hubungan jangka panjang dengan keluarga. Dalam setting medis bedah, termasuk lebih pendek lama rawat inap di rumah sakit kebutuhan pasien, dan tuntutan lainnya. Banyaknya tuntutan waktu perawat mempengaruhi kemampuan mereka untuk merencanakan dan memberikan perawatan untuk keluarga.

Untuk keluarga, prioritas pertama adalah untuk membantu mereka mengatasi singkatnya rawat inap. Dengan demikian, teori harus membantu perawat menilai dan menyediakan perawatan untuk keluarga dalam waktu singkat. Personal philosophy, filsafat unit rumah sakit, sifat dari praktek klinis perawat, dan pasien dan kebutuhan keluarga akan mempengaruhi pemilihan model yang tepat untuk membimbing praktek klinis.

Therapeutic Quadrangle (Terapi segi empat)

Selain teori-teori ilmu sosial, penilaian dari setiap komponen Quadrangle terapeutik dapat juga memberikan wawasan tentang dampak dari penyakit atau cedera pada keluarga dan membantu dalam penentuan perawatan keluarga terkait kebutuhan. Quadrangle terapeutik berisi empat bagian: sakit, keluarga, tim perawatan kesehatan, dan pasien (Rolland, 1988). Merawat keluarga dalam pengaturan medical surgical memerlukan menganalisa masing-masing komponen dan merancang dan melaksanakan rencana dibuat khusus untuk perawatan keluarga sesuai.

1. SakitSakit adalah elemen pertama dari quadrangle terapeutik. Ada banyak variabilitas terkait dengan penyakit, dan variabilitas ini ditandai dengan perbedaan dalam onset, course, outcome dan derajat kecacatan dari penyakit (Rolland, 1988). Stroke dan infark miokard memiliki onsets yang mendadak; arthritis dan emphysema memiliki onsets bertahap. Jenis onset dapat menjelaskan jumlah dan kecepatan keluarga diperlukan penyesuaian kembali. Perjalanan penyakit mungkin bersifat progresif, konstan, atau kekambuhan. Kanker, rheumatoid arthritis, dan emphysema yang progresif; cedera saraf tulang belakang konstan, dan multiple sclerosis dan asma yang kambuh. kekambuhan penyakit memerlukan perbedaan jenis adaptasi keluarga dari yang dibutuhkan dengan progresif atau konstan (Rolland, 1988). Selain itu, kemungkinan kematian akibat dari sakit juga mempengaruhi keluarga. Metastasis kanker dan AIDS progresif dan biasanya fatal, sedangkan hipertensi dan arthritis tidak mungkin berakhir dengan kematian jika diperlakukan dengan benar.Karakteristik Sakit

Hal yang diakibatkan oleh suatu penyakit mempengaruhi tingkat antisipasi peristiwa berduka (Rolland, 1998). Dengan demikian, kehilangan harapan akan masa depan dapat mengubah persepsi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Kecenderunngan untuk melihat anggota keluarga dalam peti mati dapat ditentukan dalam respon maladaptive yang melepaskan anggota kelurga yang sakit dari tanggung jawab (Rolland, 1998).

Tingkat menderita cacat penyakit juga menentukan penyesuaian khusus yang diperlukan dalam keluarga. Derita akan suatu kecacatan bisa berasal dari gangguan kognitif (contoh: Alzheimer), sensasi (contoh: buta), pergerakan (contoh: stoke dengan kelumpuhan), atau produksi energy (contoh: penyakit kardiovaskular dan paru). Derita cacat penyakit juga bisa berasal dari stigma social (contoh: AIDS).Kompleksitas, frekuensi, dan efisiensi perawatan , jumlah dari home care, rumah sakit berbasis perawatan dan frekuensi serta intensitas dari gejala bervariasi sangat luas dan mempunyai implikasi yang penting untuk adaptasi keluarga (Rolland, 1998).2. Keluarga

Keluarga dalah element kedua dari therapeutic quadrangle. Faktor yang mempengaruhi hubungan keluarga dengan element yang lain dalam therapeutic quadrangle adalah fleksibilitas keluarga, jumlah waktu yang dimiliki keluarga untuk mempersiapkan kejadian sakit, pengalaman keluarga sebelumnya dengan cedera atau penyakit, ketersediaan sumber dalam menghadapi kejadian sakit, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan koping keluarga dalam mengatur/mengelola penyakit atau cedera, jumlah dari gangguan pada keluarga atau perubahan yang terjadi akibat suatu kejadian, kekompakan keluarga, struktur, latar belakang budaya, dan persepsi keluarga. Semua karakteristik ini sangat dramatis dari keluarga untuk keluarga dan semua mempengaruhi besarnya dan cara masing-masing keluarga mengatasi penyakit dari anggota keluarga.

Ada beberapa tugas keluarga yang dibutuhkan untuk dipertimbangkan dalam hubungannya dengan penyakit (Moos, 1984). Tugas tersebut meliputi 1) belajar untuk berurusan dengan nyeri, menderita cacat, atau gejala yang timbul dari penyakit anggota keluarga, 2) belajar cara memberikan perawatan, dan 3)membangun hubungan yang baik dengan tim pelayanan kesehatan

3. Tim Pelayanan Kesehatan

Element ketiga dari therapeutic quadrangle adalah tim pelayanan kesehatan. Anggota tim kesehatan bervariasi dalam menetapkan prioritas perawatan keluarga, sensitivitas terhadap kebutuhan keluarga, dan pengetahuan serta kemampuan dalam mengkaji dam mengintervensi keluarga. Beberapa strategi mungkin digunakan oleh perawat untuk mendorong menciptakan hubungan yang positif dengan keluarga seperti 1) menunjukkan komitmen dengan merespon anggota keluarga sebagai seseorang, menghabiskan banyak waktu dengan keluarga, dan mengantisipasi kebutuhan keluarga, 2) mencari tahu keterangan yang lebih dalam tentang keluarga dan 3) sebagai advokat. Strategi yang dapat menghambat hubungan dengan keluarga meliputi, depersonalizing, memelihara sikap yang effisien, dan menunjukkan kurangnya kepercayaan kepada keluarga (Hupcey, 1998).4. Pasien

Element yang terakhir dari therapeutic quadrangle adalah pasien. Identitas dari orang yang menderita sakit (contoh: ibu, ayah, nenek, pasangan, saudara) dan cara pasien mengatasi penyakit mempengaruhi pengaturan keluarga. Jangka waktu untuk hidup akibat suatu penyakit juga mempengaruhi pengaturan keluarga. Seringnya, penyakit yang timbul dalam kehidupan tidak terduga, sedangkan penyakit pada usia tua mungkin sudah diantisipasi. Secara umum, semakin signifikan kondisi emosional anggota keluarga yang sakit akan semakin tinggi gangguan pada penyakit.2.3 Fase Keperawatan Family Medical Surgical

Perawat medical surgical dapat memberikan perawatan pada keluarga pasien sebelum kondisi sakit, penyakit akut atau kronis, dan pada akhir kehidupan pasien.

Sebelum Sakit

Promosi Kesehatan

Perawatan keluarga sebelum terjadinya penyakit mempunyai dua tujuan, yaitu untuk membantu anggota keluarga membentuk gaya hidup yang sehat dan mencegah hospitalisasi dari hal-hal negatif yang mempengaruhi kesehatan keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki peranan utama dalam menentukan kebiasaan hidup sehat anggota keluarga (Franks, Pienta, dan Wray, 2002; Denham, 2003) dan dukungan keluarga penting dalam mengubah sikap dan perilaku. Perawat memiliki peranan penting dalam memfasilitasi promosi kesehatan keluarga. Sebelum terjadinya penyakit, perawat bertugas merawat pasien yang berisiko tinggi terkena penyakit keluarga seperti penyakit jantung, stroke, atau kanker. Perawat dapat menjelaskan cara-cara yang dapat dilakukan keluarga untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit tersebut.Tujuan kedua dari promosi kesehatan yaitu mencegah hospitalisasi yang penuh stress dari hal-hal negatif yang mempengaruhi kesehatan keluarga. Pada keadaan stress, keluarga yang sehat berisiko mengalami masalah fisik, emosional, sosial, dan keuangan. Health care provider tidak mendapat imbalan dalam merawat anggota keluarga. Akibatnya, anggota keluarga yang sehat sering menerima waktu dan perhatian yang sedikit.Selama hospitalisasi anggota keluarga, perawat dapat memfasilitasi promosi kesehatan keluarga dengan melibatkan keluarga dalam pengkajian yang dilakukan bersamaan dengan pengkajian awal pasien, yaitu dengan menentukan efek yang ditimbulkan hospitalisasi pasien pada keluarga dan memberi kesempatan untuk mendiskusikan tentang strategi koping yang potensial serta dengan mengintervensi keluarga untuk mengetahui kebutuhan keluarga.Penyakit AkutFase akut dari suatu penyakit yaitu periode segera setelah onset kejadian penyakit akut seperti IMA, stroke, dll. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa lebih dari anggota keluarga yang mengunjungi pasien di ICU menunjukkan gejala kecemasan dan depresi. Komunikasi antara anggota keluarga dapat terganggu karena rasa takut, kemarahan, dan rasa bersalah berlebihan yang dialami anggota keluarga.Terdapat lima tugas yang harus dicapai keluarga selama fase krisis penyakit, yaitu :1. Memberikan arti tentang kejadian sakit

2. Berduka karena kehilangan identitas keluarga sebelum penyakit

3. Menerima perubahan permanen bersamaan dengan mempertahankan kontinuitas antara masa lalu dan masa depan

4. Bekerja sama untuk reorganisasi krisis jangka pendek

5. Membantu fleksibilitas keluarga tentang tujuan masa depan

(Rolland, 1988)

Kebutuhan utama keluarga dalam menghadapi penyakit akut atau mengancam nyawa yaitu :

a. Mendapatkan jawaban dari pertanyaan secara jujur

b. Mengetahui fakta tentang apa yang salah dengan pasien

c. Mendapatkan informasi tentang perkembangan pasien, outcome, dan kesempatan untuk sembuh

d. Mendapatkan informasi tentang perubahan pada pasien

e. Menerima penjelasan yang dapat dimengerti

f. Menerima informasi setidaknya satu kali dalam sehari

g. Mendapatkan harapan

h. Percaya bahwa personel rumah sakit memperhatikan pasien

i. Mendapatkan keyakinan bahwa pasien menerima perawatan terbaik yang mungkin diberikan

j. Mengunjungi pasien sesering mungkin

Perawat mendukung keluarga dengan menunjukkan perhatian dan sensitivitas pada semua kebutuhan keluarga.Kebutuhan Keluarga pada Perawatan Akut

Keluarga yang menerima perawatan dengan penuh perhatian dari perawat akan dapat memberikan kenyamanan yang lebih baik pada saudaranya yang sakit, membantu perkembangan peningkatan perawatan, dan meningkatkan kemampuan pengkajian perawat.

Informasi dan Kebutuhan Keluarga

Kebutuhan informasi tentang pasien adalah kebutuhan nomer satu dari keluarga pasien dengan penyakit kritis. Keluarga tidak hanya membutuhkan informasi pada saat pasien masuk dan keluar dari rumah sakit, tetapi juga selama pasien berada di rumah sakit.

Terdapat beberapa cara untuk memberikan informasi pada keluarga, yaitu :

1. Program orientasi edukasi

2. Kelas yang menyediakan dukungan sosial dan informasi tentang manajemen penyakit dan proses penyembuhan

3. Paket informasi

Perawat harus mempertimbangkan keaslian informasi yang akan disampaikan pada keluarga ketika memutuskan jalan terbaik untuk menyediakan informasi. Tatap muka mungkin menjadi cara terbaik dalam menyampaikan informasi tentang perkembangan pasien atau prognosis, dan mungkin informasi tentang aktivitas self-management. Investigator harus mengetes keefektivan intervensi untuk mengetahui kebutuhan informasi keluarga.

Budaya dan Ekspresi Kebutuhan Pasien

Keluarga pasien di rumah sakit, terutama pasien critical care unit dan emergency department, selalu menunggu kabar tentang keluarganya. Kegiatan menunggu ini berhubungan dengan ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan. Usia, karakteristik personal pasien, dan persepsi pasien terhadap penyakit merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan kunjungan. Sebagai contoh, pasien lansia biasanya lebih suka dengan waktu kunjungan yang lama, sedangkan pasien yang bekepribadian ekstrovert lenih memilih waktu kunjungan yang sering. Oleh karena itu, kebijakan mengenai kunjungan sebaiknya tergantung dari keinginan pasien dan kebutuhan keluarga. Waktu kunjungan yang diinginkan pasien maupun keluarga dapat diketahui pada saat dilakukan pengkajian pada pasien dan keluarga.

Penyakit KronisPenyakit kronis menetapkan satu set keprihatinan bagi keluarga.Penyakit kronis mrujuk pada setiap kondisi fisik atau mental yang memerlukan waktu jangka panjang (lebih dari 6 bulan) pemantauan dan / atau manajemen untuk mengontrol gejala dan membentuk perjalanan penyakit (Corbin, 2001).Banyak faktor yang mempengaruhi dampak penyakit kronis di keluarga: jenis penyakit, tahap penyakit, struktur keluarga, peran pasien, tahap siklus hidup pasien, dan tahap siklus hidup keluarga (Biegel, Penjualan, & Schulz, 1991; Young, 1995).Sistem seluruh keluarga dipengaruhi ketika serangan penyakit kronis."Pola normal dari interaksi yang terganggu, dan sering ada penugasan kembali dalam tugas-tugas dan peran yang diasumsikan oleh anggota keluarga tertentu" (Biegel, Penjualan, & Schulz, 1991).Keluarga harus merombak / memperbaiki seluruh sekitar penyakit kronis atau kecacatan (Steinglass, 1992).Keluarga dapat melakukan perubahan yang berhubungan dengan jadwal pekerjaan, tugas-tugas rumah tangga, atau penyediaan pendapatan keluarga atau di daerah interpersonal, seperti solidaritas dan yang dimiliki, seksualitas, dan mncintai (Leventhal, Leventhal, & Nguyen, 1985).Keluarga dan pasien menghadapi tantangan sosial dan psikologis selama penyakit kronis (Hanson, 1988; Biegel, Sales, & Schulz, 1991).Ini meliputi: Mencegah pengobatan krisis dan mengelola mereka setelah mengalaminya Mengontrol gejala Melaksanakan rejimenyang ditentukan Mencegah atau hidup dengan perasaan isolasi yang disebabkan oleh berkurangnya kontak dengan orang lain Menyesuaikan perubahan dalam perjalanan penyakit Menormalkan interaksi dengan orang lain dan menntukan keuangan yang diperlukan untuk membayar perawatan atau untuk bertahan hidup, meskipun hilangnya sebagian atau lseluruh pekerjaannya Menghadapi petugas psikososial, perkawinan, dan masalah keluargaKeluarga dalam fase kronis mungkin harus berurusan dengan penyakit anggota untuk penyakit-waktu yang lama suatu yang mungkin menetap, progresif, atau brsifat episodik. Tugas keluarga yang utama adalah untuk memelihara kehidupan yang normal di "ktidaknormalan" munculnya penyakit kronis dan akibat ketidakpastian yang tinggi (Rolland, 1988).

Ketika mereka mengelola penyakit anggota keluarga mereka pada hari ke-hari, keluarga menjadi perawat ahli.Kekambuhan dari penyakit kronis terjadi, ketika saat itu mengarah ke rumah sakit, membawa perawat keluarga ahli dalam kontak dengan tim perawatan kesehatan.Para peneliti telahmenganalisa hubungan antara keluarga dan perawatan tim kesehatan dari perspektif anggota keluarga dan menemukan bahwa hubungan ini bergerak melalui tiga tahap (Thorne & Robinson, 1988).Tahap ini mencrminkan perubahan dalam kepercayaan keluarga dari perawatan kesehatan yang profesional.Anggota keluarga yang tidak memiliki banyak pengalaman dengan penyakit kronis menggambarkan tahap pertama, percaya naif. Anggota keluarga ini percaya bahwa perawatan kesehatan profesional memiliki perspektif yang sama tentang merawat anggota sakit mereka yang mereka lakukan. Keluarga percaya bahwa keterlibatan mereka sehari-hari sebagai penyedia layanan kesehatan primer akan diakui dan dihormati dan yang profesional akan bersikap kooperatif dan kolaboratif. Seiring waktu, bagaimanapun, anggota keluarga belajar bahwa pengalaman panjang mereka sering diabaikan, seperti keterlibatan mereka dan keahlian dalam manajemen penyakit.Tahap kedua, fase kekecewaan, ditandai dengan ketidakpuasan dengan perawatan, frustrasi, dan ketakutan. Keluarga menemukan bahwa sulit untuk secara efektif terlibat dalam perawatan karena mereka mengalami kesulitan mendapatkan informasi. Kepercayaan akan berkurang, hubungan keluarga dengan pelayanan kesehatan profesional menjadi brlawanan, dan keluarga mmandang anggota mereka yang sakit sebagai resiko dan mmbutuhkan perlindungan.Pada tahap terakhir, menjaga tahap kerjasama, keluarga menegosiasikan kepercayaan dengan perawatan kesehatan profesional.Mereka secara aktif mencari informasi dan memahami perbedaan dalam perspektif mereka dan perawatan kesehatan yang profesional. Keluarga dan profesional perawatan kesehatan mengembangkan kemitraan dalam perawatan.Namun demikian, keluarga masih mengalami frustrasi untuk menunggu, ketakutan bahwa mereka tidak akan tahu pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan, dan marah pada pengakuan bahwa pengalaman mereka direndahkan.Intervensi untuk keluarga yang mengalami penyakit kronis berfokus pada tingkat kognitif keluarga, afektif, dan fungsi perilaku (Boise, Heagerty, & Eskenazi, 1996; Wright & Leahey, 2000).Intervensi kognitif termasuk memberikan informasi tentang penyakit kronis dan pengobatan, memberikan nasihat tentang respon potensial keluarga untuk penyakit (misalnya, kebutuhan untuk istirahat, ketegangan yang mungkin pada hubungan keluarga), memberikan informasi tentang sumber daya masyarakat, dan membantu pembuatan keputusan keluarga.Intervensi afektif dirancang untuk memodifikasi emosi yang intens, seperti rasa bersalah atau kemarahan, yang dapat menghalangi upaya keluarga memecahkan masalah (Wright & Leahey, 2000).Mereka termasuk memvalidasi respon emosional anggota keluarga dan membantu mereka memahamibahwa respons mereka normal, berdiskusi dengan keluarga untuk mengurangi isolasi mereka, merujuk keluarga untuk suatu kelompok pendukung yang tepat, membantu keluarga membuka hubungan untuk berkomunikasi, dan membantu keluarga mengidentifikasi dan memobilisasi kekuatan dan sumber daya.Respon keluarga dari penolakan atau kurangnya harapan di masa depan telah diidentifikasi sebagai hambatan utama adaptasi penderita dengan sukses.Harapan keluarga mungkin tidak dapat membuat perubahan yang diperlukan di rumah atau mempelajari aspek-aspek penting dari perawatan pasien.Perawat harus menyusun harapan - memfasilitasi strategi.Intervensi ditujukan pada fungsi perilaku yang dirancang untuk membantu anggota keluarga berinteraksi lebih efektif (Wright & Leahey, 2000). Dalam studi baru-baru ini 40 anggota keluarga pasien 65 tahun atau lebih yang telah dirawat selama lebih dari 2 hari, peneliti menemukan bahwa 95 persen dari anggota keluarga lebih senang untuk berpartisipasi dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perawatan harian (Li, 2002).Keluarga mungkin memerlukan bantuan untuk mengkoordinasikan tanggung jawab untuk kegiatan pengasuhan tertentu (Gilliss, Rose, Hallburg, & Martinson, 1989). Mereka juga mungkin perlu pelatihan pengasuhan agar merasa nyaman dengan tugas-tugas yang ditanganinya.Intervensi keperawatan lain mungkin diarahkan membantu kerja petugas kesehatan dengan keluarga yang menghadapi penyakit kronis. Perawat perlu lebih dahulu mengenali tahap hubungan mereka (kepercayaan kekecewaan, naf / polos, atau kerjasama dijaga) dengan keluarga inti. Kegiatan untuk mempromosikan perawatan yang kooperatif harus dinegosiasikan antara perawat dan keluarga. Menjadi sensitive pada apa yang dialami sebelum rawat inap dan menyadari pengalaman mereka menjadi sangat penting pada proses ini. Membantu keluarga mengakses informasi yang mereka butuhkan juga penting, bahkan, itu adalah syarat untuk mengembangkan pemahaman bersama yang akan membantu dalam pengembangan disepakati tujuan (Thorne & Robinson, 1988).

Merawat keluarga dengan penyakit kronis menyajikan banyak tantangan untuk perawat medis-bedah. Permasalahan dan kekhawatiran bahwa pengalaman keluarga berbeda dari tahap penyakit akut. Perawat perlu tetap menjaga perbedaan dalam rencana keperawatan mereka.

END OF LIFE CARE

Kadang-kadang perawat di ruang medical bedah menghadapi keluarga dengan anggota keluarga yang sedang menghadapi proses kematian. Pengetahuan tentang proses kematian dapat membantu perawat bekerja secara efektif dengan keluarga selama masa yang sangat sulit itu. Anggota keluarga mengungkapkan bahwa pengalaman kematian anggota keluarga sebagai spiral prognosis, keputusan yang sulit, perasaan tidak mampu, kehilangan, meskipun telah dilakukan upaya terbaik, dan pada akhirnya mungkin meninggal (Kirchhoff dkk, 2002.). Semakin perawat tahu tentang keluarga maka semakin baik, karena cara pandang keluarga mengenai proses kematian dipengaruhi oleh latar belakang budaya, tahap dalam siklus hidup, nilai-nilai dan keyakinan, sifat penyakit, apakah proses kematian itu tiba-tiba atau diharapkan, peran pasien yang akan meninggal dalam keluarga, dan fungsi emosional dari keluarga sebelum sakit (Rosen, 1990; Leonard, Enzle, McTavish, Cumming, & Cumming, 1995). Pengetahuan keluarga akan membantu perawat memberikan perawatan yang lebih sensitif ketika mereka berada difase akhir adaptasi hidup.Fase Adaptasi

Ada 3 fase adaptasi yang dilalui oleh keluarga ketika mengetahui ada anggota keluarganya yang menderita suatu penyakit yang fatal (dapat menyebabkan suatu kematian) (Rosen, 1990). Berbagai respon emosional akan muncul pada fase-fase ini, termasuk kekacauan, kecemasan, emosi yang labil.

Fase pertama adalah fase persiapan. Fase ini dimulai ketika gejala pertama kali muncul dan berlanjut melalui diagnosis awal. Selama fase persiapan, keluarga mengalami rasa takut dan penyangkalan dan dapat menolak untuk menerima kematian. Beberapa anggota keluarga memutuskan untuk menyimpan semua informasi dari orang-orang yang mereka anggap rentan, seperti anak-anak atau orang tua lanjut usia (Rosen, 1990). Selama periode ini, gejala awal, diagnosis, dan rencana perawatan, emosi keluarga mungkin tidak stabil. Setelah keluarga menerima kemungkinan kehilangan dan mulai menerima kenyataan, hal ini termasuk dalam Fase Tengah. Tantangan keluarga dari hari ke hari berhubungan dengan gejala fisik, pengobatan, dan perawatan (Rosen, 1990). Keluarga menjadi kurang teratur, dan hal ini mereka akan memutuskan untuk membuat peran baru dalam keluarga, bisa jadi menyiapkan pengganti peran anggota keluarga yang sakit. Di sisi lain, perawatan sehari-hari pasien akan mempengaruhi kondisi fisik dan finansial keluarga. Jika masa rawat inap pasien panjang atau sering, kunjungan-kunjungan dapat membuat perselisihan di antara anggota keluarga (Rosen, 1990). Beberapa anggota keluarga mungkin merasa bahwa orang lain yang mengunjungi terlalu sedikit atau terlalu banyak dan masalah masalah keluarga yang belum terselesaikan dimasa lalu mungkin muncul kembali.Fase terakhir adalah penerimaan. Emosi keluarga muncul selama fase pertama, tetapi surut selama fase tengah dan mungkin muncul kembali pada fase akhir ini. Anggota keluarga dapat bersama-sama dalam mengantisipasi kematian seseorang yang dicintai (Rosen, 1990).Perawat dapat membantu keluarga dalam menghadapi proses kematian dengan memberitahu bahwa mereka wajar untuk melewati tahapan-tahapan adaptasi dan berharap untuk menangani masalah-masalah yang kompleks pada setiap fase dari penyakit fatal. Membantu keluarga menerima perasaannya dan mengarahkan mereka kepada sumber daya yang tepat seperti rumah sakit, kelompok-kelompok dukungan keluarga, pekerja sosial, dan pertemuan keluarga, yang mungkin berguna.

Menghadapi kebutuhan keluarga sebelum meninggal

a. Menemukan kebutuhan keluarga juga penting. Kebutuhan keluarga yang menghadapi anggotanya yang akan meninggal terdiri dari: Mendampingi dan membantu pasien untuk menghadapi proses kematian

Mendapatkan informasi tentang perubahan kondisi pasien dan mendapatkan pemahaman tentang apa yang akan dilakukan pada pasien dan alasannya

Mendapatkan jaminan akan kenyamanan pasien dan kenyamanan keluarga

Menyalurkan emosi dan mendapatkan jaminan bahwa keputusan mereka benar

Menemukan makna kematian dari orang yang mereka cintai

Diberi makan, minum, dan peristirahatan (Truog et al., 2001).Kamar pribadi bukanlah satu-satunya tempat yang paling kondusif bagi emosional dan kedekatan fisik keluarga. Pembatasan kunjungan yang wajar harus serileks mungkin. Memberikan keluarga handphone bisa memungkinkan anggota keluarga untuk istirahat sementara waktu tanpa merasa kehilangan kontak (Truog et al, 2001.). Perhatian kepada keluarga bisa dalam bentuk menyediakan selimut, kopi, dan air (Truog et al, 2001.).

Penting bagi kita untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana pasien akan meninggal dan apa ciri-cirinya. Dalam sebuah penelitian deskriptif, perawat di unit perawatan intensif ditanya bagaimana mereka mempersiapkan keluarga atas kematian pasien dengan penarikan ventilasi mekanik (Kirchhoff, Conradt, & Anumandia, 2003). Empat puluh tiga deskriptor mengidentifikasi, dimana 67,5 persen adalah sensasi fisik dan gejala.

Dalam menggambarkan proses kematian perawat memberitahu kepada anggota keluarga tentang pola pernapasan, suara saat bernafas, usaha yang berhubungan dengan pernapasan, warna kulit dan suhu (misalnya, pucat, lembab, basah), mengantuk atau menurunnya respon, kejang, kehilangan kontrol buang air besar / inkontinensia, dan respon pupil terhadap cahaya. Kemungkinan memindahkan pasien ke ruangan lain juga disebutkan, dan mengganti peralatan yang tidak diperlukan juga harus diidentifikasi.

Menghadapi Kebutuhan Keluarga yang Mengiringi Kematian

Dalam mengiringi kematian, sangat penting sekali untuk menyediakan waktu yang cukup untuk bertanya, mengijinkan keluarga melihat jenasah, dan menjelaskan saat kematiannya, disamping memberi perhatian dengan sensitive dan perawatan (Swanson,1993; Leash,1996). Buchanan, Geubtner, dan Snyder (1996) menunjukkan pentingnya pengkhususan perawtaan lanjutan bagi keluarga dan orang yang dicintai untuk tetap bertahan setelah kematian.

Kematian secara tiba-tiba dapat menimbulkan syok dan ketidakpercayaan dan duka yang mendalam. Dukungan dan intervensi yang sesuai dapat memberikan kontribusi dalam masa pemulihan keluarga dengan proses kesedihan yang normal dan mencegah kesedihan patologis yang berkepanjangan.

Masalah-masalah Spesifik dari End-of-Life

Merawat keluarga dengan anggotanya yang meninggal tidaklah mudah. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi perawat untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya. Jarang sekali ada perawat yang merasa nyaman dan percaya diri untuk mendiskusikan kematian dengan pasien atau keluarganya. Beberapa masalah yang menjadi kesulitan perawat, yaitu:

Mendiskusikan penggunaan alat life-saving atau life-extending measures

Mendiskusikan penarikan kembali alat bantu

Mengabarkan berita duka yang tiba-tiba

Kehadiran keluarga saat usaha CPR berlangsung

Menawarkan keluarga tentang pilihan mendonorkan organ

Life-Saving and Live-Extending Measures

Sering sekali, sakit itu terjadi tanpa diharapkan, dan kadang keluarga yang belum memiliki persiapan harus mengambil keputusan tentang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh. Keluarga biiasanya memutuskan penggunaan alat bantu selama periode sakit yang akut. Pasien dan keluarganya memiliki waktu dalam situasi krisis untuk mendiskusikan pilihan penggunaan alat bantu atau tidak.Bisa jadi tenaga kesehatan professional rutin mendiskusikan tentang pilihan penggunaan alat bantu dengan pasien jika pasien tersebut bisa atau kompeten untuk mengambil keputusan dengan baik. Pada kenyataannya, hal ini jarang terjadi, sehingga tenaga kesehatan professional dan keluarga harus membuat keputusan sendiri tanpa melinbatkan pasien. Keluarga pasti dihadapkan pada dua keadaan yaitu ketidakpastian hasil dari alat bantu dan kepastian kematian tanpa penggunaan alat batu. Penelitian menemukan bahwa 86% keputusan penggunaan alat alat bantu melibatkan keluarga, dimana hanya 22% dari pasien yang dilibatkan. (Bedell, Pelle, Maher, dan Clearly, 1986).Beberapa masalah harus dijaga dalam menghargai pilihan untuk tidak menggunakan alat bantu. Pertama, dokter bisa mendiskusikan beberapa variasi, antara lain tidak memberikan CPR dan intubasi tapi masih meberikan obat-obatan anti-aritmia dan vasopressor. Perawat dapat membantu keluarga untuk mengklarifikasi pilihan-pilihan yang sudah didiskusikan dengan dokter dengan menjelaskan kelebihan dan kekurangannya. Apapun alasannya, keputusan untuk tidak menggunakan alat bantu adalah keputusan yang sulit untuk dijalankan.Sulit sekali bagi dokter bagi dokter untuk menentukan waktu yang tepat dari tidak digunakkannya alat bantu. Karena perawat memiliki sudut pandang special dari hasil keberadaannya di samping klien dan keluarga selama sakit, sehingga perawat dapat membatu memberikan masukan yang penting tentang waktu yang tepat kepada dokter.

Dalam sebuah penelitian, ditemukan empat faktor yang mendasari keputusan untuk tidak menggunakan alat bantu, yaitu:

Penjelasan kriteria kematian otak dari dokter memudahkan keluarga untuk mengambil keputusan

Dokter dan perawat turut mendukung keputusan keluarga

Keluarga menginginkan jaminan keberlangsungan kenyamanan

Keluarga pernah melakukan diskusi sebelumnya dengan pasien tentang keputusan terkait kesehatannya yang dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan

Penarikan CPR bukanlah satu-satunya keputusan sulit yang dihadapi keluarga. Berada dalam ICU dan terus menjalani pepengobatan sudah tidak berguna lagi. Pada masa ini focus dari pengambilan keputusan adalah perubahan fase dari pemulihan menjadi kenyamanan dan kebebasan dari sakit hingga meninggal, dengan menarik kembali alat-alat bantu yang telah digunakan.Salah satu penelitian menunjukan bahwa 90% kematian di ruang ICU terjadi setelah dilakukan penarikan alat bantu (Prendergast dan luce. 1997). Keputusan penarikan alat bantu ini sangatlah sulit dilakukan bersama keluarga, karena tenaga kesehatan harus bisa menjelaskan perlahan-lahan kepada keluarga bahwa kondisi pasien tidak memungkinkan untuk sembuh dan penggunaan alat bantu ini hanyalah menunda kematian. Jika diperlukan, harus diadakan konferensi antara keluarga dan tim pelayanan kesehatan (perawat, dokter, pekerja social, dan rohaniawan) untuk mengambil keputusan tentang hal ini.

2.4 Persiapan untuk Pemulangan PasienEmpat Faktor yang dibutuhkan dalam pemulangan pasien

1. Ketersediaan Dukungan Sosial

Dukungan sosial disini dapat termasuk tersedianya seseorang untuk memberikan informasi yang diperlukan tentang pemulihan pasien di rumah sebelum pemulangan. Informasi tersebut termasuk cara pemulihan tanpa komplikasi, bagaimana membedakan antara gejala normal dan tidak normal selama pemulihan, tanda-tanda dan gejala komplikasi, dan kegiatan anggota keluarga yang bisa dilakukan untuk membuat pasien merasa nyaman. Memberikan nomor telepon kepada keluarga juga sangat membantu jika mereka memiliki masalah. Menyediakan perban, tongkat, obat-obatan, atau bahan lainnya untuk keluarga sebelum mereka pulang ke rumah mungkin juga bisa membantu, karena keluarga tidak ingin memilih untuk pergi ke toko karena akan meninggalkan pasien sendirian. Menghubungi Postdischarge juga dapat mendukung manajemen keluarga selama pemulihan di rumah. Kontak Telepon dan strategi berbasis internet mungkin berguna pula dalam hal ini (Darkins & Cary, 2000).2. Keterampilan Koping

Keluarga membutuhkan keterampilan selama pemulihan pasien di rumah. Keterampilan ini meliputi kemampuan memecahkan masalah, kemampuan untuk mencari bantuan jika diperlukan, kemampuan untuk mengelola kecemasan dan kekhawatiran, dan kemampuan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Perawat perlu menilai strategi keluarga untuk merancang intervensi yang cocok dengan kebutuhan individu dalam keluarga.

3. Sumber Daya Pribadi

Sumber daya pribadi dapat membantu anggota keluarga merasa siap untuk membawa pasien pulang dari rumah sakit. Aspek kesehatan, waktu, kepercayaan diri, dan keyakinan positif perlu dinilai oleh perawat (Artinian, 1993).Menilai keyakinan keluarga tentang pemulihan pasien dan pengelolaan kegiatan pengasuhan di rumah mungkin bermanfaat. Atau, jika anggota keluarga tidak memiliki keyakinan yang positif tentang pemulihan pasien dan tidak percaya bahwa pasien secara fisik siap untuk pulang, ia juga tidak akan merasa siap. Karena keyakinan yang optimis bisa membantu keluarga merasa siap untuk melakukan pemulangan, hal ini berguna untuk menunjukkan kepada keluarga tanda-tanda positif pemulihan.

4. Pengetahuan tentang Apa yang Diharapkan

Tujuan mempersiapkan keluarga dalam pemulangan pasien adalah untuk membantu mereka mengetahui apa yang diharapkan dan bagaimana membantu pasien selama pemulihan. Persiapan yang tidak memadai sebelum pemulangan dapat memberikan kontribusi kesempatan kembali ke rumah sakit (Martens & Mellor, 1997). Membuat pengaturan yang diperlukan untuk perawatan kunjungan rumah dapat melengkapi persiapan pemulangan.

2.5 Implikasi KeperawatanTubuhpengetahuantentangkeperawatanmedical bedahtumbuh,dan ada banyak kesempatanbagi perawatuntukmenerapkanpengetahuan ini untuk praktek, penelitian lebih lanjut,pendidikan,dankebijakankesehatan

PraktekDalam prakteknya,perawatmedisbedahharusmelakukan intervensi dengan keluarga untuk fase suatu penyakit."Intervensi perawatan untuk keluarga adalah perawatan yang membantu keluarga dan anggotanya untuk mempromosikan, mencapai, atau mempertahankan kesehatan yang optimal dan berfungsi atau mengalami kematian dengan damai (Craft & Willadsen, 1992). Craft danWilladsentelah menidentifikasi 9 kategori intervensi keperawatan keluarga :1. Dukungankeluarga,

2. Proses pemeliharaan keluarga

3. Promosi integritas keluarga,

4. Keterlibatankeluarga,

5. Mobilisasikeluarga,

6. Dukunganpengasuh,

7. Terapi keluarga,

8. ukungansaudara,dan

9. Pendidikan orang tua Hanya enam yang berlaku untuk perawat di setting medis bedah dan dijelaskan secara lebih rici dalam bagian berikut. Mengingatmeningkatnya jumlah orang lansia Ame-rikadanpartumbuhanterkaitrawat inap karena penyakit kronis (PusatPengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2003; Hajjar & Kotchen, 2003). Ini membutuhkan intervensi usia pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.DukunganKeluargadalamsituasimedisbedahsedang mengalami perubahan stress dan membutuhkan dukungan.Perawat dapatmemberi dukungan keluarga dengan menggunakan komunikasi yang efektif, terbuka dan jujur, mendengarkan masalah keluarga, menerima isi hati keluarga dan menjawab semua pertanyaan keluarga. Itu semua akan membantu keluarga.JamberkunjungFleksibel,informasibukletatauflyyers,dansikap peduli merupakan cara praktis dan spesifik untuk membantu keluarga. (Henneman &Cardin,2002).KelompokdukunganKeluargadapatmemberikan kesempatanbagi pa-sien untuk berbagi pengalaman bersama, saling mendukung, menyampaikan keprihatinan, memupuk harapan, mengurangi kecemasan dan memperoleh informasi umum untuk kebutuhan (Leske&Heidrich,1996).ProsesPemeliharaanIdentifikasi bagaimana episode penyakit akut telah mengubah peran keluarga dan berakibat mengganggu proses kegiatan keluarga. Menawarkan peluang fleksibel untuk mengunjungi akan membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan pasien. Anggota keluarga mungkin ingin mendiskusikan strategi lain dari perawat untuk normalisasi kehidupan keluarga.

PromosiIntegritasRawat inap danStresakan sangat mempengaru-hiikatanemosionalanggota keluarga satu dengan yang lain. Perawat dapat mempromosikan kunjungan dan memfasilitasi komunikasi terbuka antar anggota keluarga untuk berpendapat tentang pengelolaan dan pelayanan kepada tim keperawatan kesehatan.Sebagai contoh, seorang istribisamenghar-gaimengetahuibahwa diatidak akan mengganggu peralatan yang ada di sisi tempat tidur suaminya atau mengganggu eralatan yang terpasang di tubuh suaminya. Mobilisasi

Keluargaperawatdapatmenjadi ahlidalammerawatpasienkarena pengala-man yang sudah bertahun-tahun merawat mereka yang memiliki penyakit kronis. Perawat harus mengakui ini keahlian keluarga dalam menggunakan kekuatan keluarga.Bekerja samadengananggotakeluarga dalam perencanaan dan pelaksa-naanterapipasiendanperubahangaya hidupadalah hal lain. Keluarga mungkin ingin berbagi informasi tentang posisi favorit klien ketika berbaring di tempat tidur, mendengar musik, kebiasaan tidur atau kenyamanan.DukunganPengasuhSeringpenyakitataucederamengharuskan pasien membutuhkan waktu yang lama untuk adaptasi proses pemulihan. Periode ini mungkin berat bagi anggota keluarga untuk bertanggung jawab memenuhi kebutuhan daily klien.

DukunganPengasuhdapatmencakup penyediaan informasi yang diperlukan untuk perawatan, dukungan pengasuh dan keluarga, tindak lanjut keperawatan , kepedulian perawat, strategi pengajaran perawat untuk mengakses dan memaksimalkan perawatan kesehatan keluagadan masyarakat, serta mendorong partisipasi dalam kelompok dukungan.PendidikanFakultas harus jelas mendefinikan praktek keperawatan kesehatan keluarga di setting medis bedah (Hanson & Heims, 1992). Strategi khusus juga perlu perhatian dalam kurikulum keperawatan medical bedah (Hanson&Heims, 1992).PenelitianMerancang,melaksanakan,danpengujianintervensikeperawatankeluargaakanmendorongpertumbuhanpengetahuankeluargamediskeperawatanbedah. Namun,temuan penelitian tentang keluarga menjadi berharga untuk keluarga setalah mereka melewati proses penelitian. Tujuanpemanfaatanpenelitianini adalah untuk meningkatkan pelayanan keperawatan untuk menghasilkan hasil yang optimal pada keluarga. Melalui pemanfaatan penellitian, pengetahuan tentang Tice klinis.Perawat berusaha untuk meningkatkan perawatan keluarga melalui penelitian untuk menganalisis literatr penelitian tentang keluarga dan intervensi yang sesuai untuk praktik keperawatan keluarga yang kemudian dievaluasi hasilnya. KebijakanKesehatan/SosialKebijakan kesehatan dalam praktek keperawatan keluarga dapat ditingkatkan melalui pernyataan filosofi rumah sakit dan unit yang berbasis keluarga. Program untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga harus mencakup setiap anggota tip perawatan kesehatan, termasuk sekretaris unit, penjaga keamanan, relawan, pengurus rumah dan para pembantu (Henneman & Cardin, 2002).Kebijakantentangkunjungankeluarga dan partisipasi keluarga dalamperawatan,kehadirankeluargaselamaCPR,keluargamengi napdikamarpasien,dankeluargamembawa makanan favorit harus dievaluasi dalam filsafat perawatan, perawat medicalsurgicalharusberusaha untukmemikul tanggung jawab kepemimpinan sebagai pendukung legislatif.Perubahandalamkebijakanpublikdiperlukan untuk mengatasi masalah-masalah sepertikesenjangantumbuhdalam perawatan kesehatan, kesulitan mengakses pelayanan kesehatan, kurangnya asuransi untuk menutupi biaya obat yang tinggi, keamanan lingkungan kerja, dan lain-lain.Adabeberapa cara yangperawatmedis bedah dapat terlibat, sepertidenganbergabungAmericanNursesAssociation,menjagainformasitentangkegiatanlegislatif,atauberkomunikasidengananggotalegislatifdenganmenulissurat,membuatpanggilantelepon,ataumengirime-mail.DAFTAR PUSTAKAHanson, Kaakinen, dan Duff. 2007. Family Health Care Nursing Theory, Practice and Research. 3rd edition. FA Davis. E- book